SOMETHING TO BE REMEMBERED, REALITY AND POTENCIES

BAB I SOMETHING TO BE REMEMBERED,

SOMETHING ORGANIC Pemilihan tema dalam proyek yang sudah memiliki tema besar dan sub-tema tertentu menurut perancang sangatlah sulit untuk dilakukan. Tema besar yang berjudul A River Runs Through It serta sub-tema berupa Urban Heritage Tourism sebenarnya pada awalnya telah menarik perhatian perancang, terlebih pada sub-tema tersebut. Perancang sangat menyukai dan menyenangi hal-hal yang berhubungan dengan tourism dan merasa bahwa kota Medan sebenarnya memiliki banyak sekali aspek-aspek dan lokasi-lokasi yang begitu “menjual” dan bisa dijadikan sebagain titik tourism yang mampu berhasil dan menarik banyak sekali pengunjung serta wisatawan. Sebagai titik awal pengerjaan proyek, maka terpilihlah lokasi yang begitu menarik menurut perancang, yaitu kompleks Istana Maimun. Pada awalnya, ketika disebutkan kawasan yang berupa Istana Maimun, perancang langsung beranggapan bahwa akan ada sebuah jalur besar dari depan menuju belakang yang hendak dibuat sangat megah dan mewah – inilah titik awal dari pemilihan tema perancang, bahkan sebelum perancang mengunjungi site tersebut. Proses pencarian tema terus menerus berlanjut berangsur dengan banyaknya studi kasus dan studi banding yang dilakukan oleh perancang terhadap proyek-proyek sejenis. Perancang memperoleh beberapa proyek yang cukup mirip dengan apa yang hendak dirancang dan melihat bahwa cukup banyak hal yang bisa dieksplorasi selain dari kemewahan serta kemegahan sebuah proyek. 5

BAB II REALITY AND POTENCIES

Holisme holism disebutkan dan dielaborasikan oleh Holm 2006 dan merupakan salah satu argumentasi cukup terkenal dalam praktik arsitektur. Sebagaimana yang diketahui dan disadari oleh setiap praktisi maupun akademisi dalam bidang arsitektur, praktek arsitektur adalah sesuatu yang holistik. Sifat tersebut menjadikan proses perancangan sesuatu yang tidak bisa dibagi menjadi bagian-bagian yang terpisah, melainkan setiap bagian proses adalah satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, proses perancangan arsitektur sering kali mempunyai proses yang non-linear atau disebutkan sebagai proses yang bolak-balik. Hal ini, memungkinkan adanya peninjauan ulang proses perancangan awal bahkan setelah perancang mencapai tahap yang sudah cukup jauh, ataupun bahkan perancang telah memikirkan hal yang detail dalam tahapan awal perancangan. Ide holistik ini juga diterapkan dan dimanfaatkan oleh perancang guna menciptakan sesuatu yang memang benar-benar utuh - dan ternyata hal ini pula didukung oleh tema ataupun pendekatan arsitektural yang diangkat oleh perancang. Maka dari itu, perancang, ketika telah memantapkan tema dan pendekatan arsitektural, kembali meninjau ulang setiap hal yang telah dilakukan beberapa minggu sebelumnya, yaitu bagaimana proses pengumpulan atau inventarisasi data berlangsung, sehingga data tersebut mampu mendukung proses perancangan seutuhnya. Dimulai dari bagaimana perancang memasuki kawasan Istana Maimun, banyak hal yang sudah tersaring menjadi bagian-bagian data yang hendak perancang pakai dan telusuri 17 18 lebih lanjut dalam proses perancangan. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, ketika perancang melihat secara langsung kondisi Istana Maimun, khususnya pada tapak pembangunan ataupun pengembangan ulang kawasan tersebut, banyak hal yang sudah dirasa tidak cocok untuk diadakan dalam perancangan, salah satunya adalah ide mewah dan megah tersebut. Gambar 2.1 - Kondisi Istana Maimun kini. Terlihat tua, tidak terawat, dengan begitu banyak sisi dari Istana Maimun tersebut seakan- akan meminta tolong untuk diperbaiki, dan diperhatikan lebih, perancang berpikir dan menyadari bagaimana indahnya Istana Maimun ini bisa terlihat bila revitalisasi tersebut diadakan dengan baik dan benar Gambar 2.1. Sebagaimana tercatat oleh Sinar 1991, Istana Maimun sendiri telah dibangun sekitar tahun 1888 pada masa kesultanan Tuanku Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, dan mulai ditempati pada tahun 1891 Gambar 2.2. Terjadi begitu banyak perubahan terhadap Istana Maimun yang dirasa oleh perancang menjadi satu hal yang tidak begitu baik. Sebut saja bagaimana adanya beberapa penambahan dinding pada koridor terbuka di sekeliling bangunan yang berfungsi pada awalnya untuk pemberi daerah bayang-bayang pada ruang didalam koridor tersebut. Nyata terlihat pada saat ini, oleh karena digunakan untuk kepentingan pribadi kediaman, dan meskipun merupakan hak mereka, keindahan pendekatan arsitektur tropis tersebut menjadi hilang. 19 Gambar 2.2 - Istana Maimun pada tahun 1925. SUMBER : Tropenmuseum, Amsterdam Istana Maimun, menurut perancang mengambil konsep yang cukup baik untuk menggabungkan beberapa gaya arsitektur, yang mana yang paling kental terlihat adalah penggabungan arsitektur Melayu melalui pemilihan atap, dan ornamen busur pada balkon lantai atas dan Islam penggunaan langgam busur, serta sentuhan arsitektur kolonial pada lantai bawah dengan adanya kolom batu bata, dan dinding yang tebal. Hal ini cukup menarik, melihat adanya penggunaan atap tradisional diatas bangunan yang terlihat modern. Penulis mengingat kecerdikan arsitektur Istana Kerajaan Siam, Phra Thinang Chakri Maha Prasat, yang dibangun oleh Rama V dan selesai pada tahun 1890. Gambar 2.3 - Phra Thinang Chakri Maha Prasat Kecerdikan tersebut adalah dengan menggunakan arsitektur Eropa sebagai bagian dari tubuh bangunan, dan menggunakan arsitektur Thailand sebagai bagian dari kepala 20 atau atap bangunan tersebut Gambar 2.3. Hal ini menimbulkan sebuah makna yaitu adanya superioritas Kerajaan Siam terhadap pengaruh Eropa pada masa tersebut dan menunjukkan satu simbol yang sangat kuat bagi kerajaan tersebut terhadap pandangan orang lain yang mana dijelaskan oleh Noobanjong 2006. Pendekatan tersebut juga ternyata tersirat pada pendekatan arsitektur yang dilakukan pada Istana Maimun - penggunaan elemen Melayu pada atap dan ornamen pada bagian atas bangunan yang duduk diatas penggunaan arsitektur kolonial. Hal inilah yang membuat perancang sangat menikmati gambaran yang terbentuk dari istana tersebut. Oleh karena itu, perancang hendak menggunakan pula unsur-unsur yang terdapat pada pendekatan arsitektur yang digunakan oleh Istana Maimun bukan menggunakan pendekatan gaya arsitektur yang sama, yaitu unsur-unsur berupa elemen seperti kayu, ataupun penggunaan unsur berupa langgam, yaitu pengulangan pola yang unik pada bagian fasad bangunan Gambar 2.2. Beranjak dari bagian luar Istana tersebut, perancang melihat betapa menyedihkannya perawatan yang dilakukan dalam bangunan istana tersebut - bagian yang tentunya bisa diakses oleh perancang, yang disebabkan oleh batasan yang diberikan oleh pihak keluarga Sultan - yang kemudian pula dirasa sangat mengurangi kualitas kunjungan, dan juga telah menggambarkan bagaimana pihak kesultanan merawat bagian dalam bangunan yang tidak bisa diakses oleh pengunjung. Terdapat beberapa titik yang dirasa mampu dimaksimalkan sebagai fungsi lain seperti galeri ataupun tempat dimana ada penjelasan mengenai istana yang bisa dinikmati dalam bentuk bacaan atau secara lisan, namun, yang terlihat hanyalah titik-titik peletakan barang peninggalan yang sangat sedikit dan juga 21 beberapa tempat penjualan pernak-pernik melayu ataupun suvenir yang perancang rasa terlalu berlebihan. Gambar 2.4 - Kondisi kompleks Istana Maimun dengan fungsi warung, parkir bus, floris. Hal ini menunjukkan adanya sikap profit-oriented yang tidak dibarengi oleh kelayakan untuk memperoleh keuntungan tersebut - yang pula dapat sering dijumpai diseluruh kompleks Istana Maimun itu sendiri, sebut saja warung dan floris ? serta lokasi parkir bus pariwisata yang sangat aneh dan mampu dipertanyakan letaknya dan tentunya sangat mengurangi kualitas ruang luar istana Gambar 2.4. Hal memilukan lainnya yang mungkin dilakukan oleh pihak kesultanan tanpa adanya pemikiran yang matang adalah bagaimana mereka menghilangkan daerah kolam air mancur menjadi perkerasan yang ditutupi oleh keramik yang berlokasi tepat di depan Istana Maimun. Sampai saat ini, perancang belum cukup mengerti maksud pelaksanaan ide tersebut yang diyakini oleh beberapa orang yang perancang tanyakan merupakan tempat para pengunjung berdiri untuk berfoto dengan latar belakang istana. Kembali lagi, sangat aneh dan terlalu mengurangi kualitas ruang yang ada pada istana. 22 Gambar 2.5 - Istana Maimun pada tahun 1890-1905. SUMBER : Tropenmuseum, Amsterdam Restorasi fungsi kemudian menjadi salah satu ide mutlak dari perancang untuk mengembalikan kualitas yang sangat baik yang dulunya terdapat pada Istana Maimun Gambar 2.5. Perancang kemudian bersama dengan tim menemukan hal yang lebih buruk lagi terjadi pada sisi belakang bangunan yang seharusnya mewah dan megah ini. Bagian belakang dari bangunan Istana Maimun, menurut perancang serta tim, tidak terlihat seperti istana, melainkan seperti rumah atau bangunan asrama yang sudah rusak atau tidak pernah dirawat sama sekali Gambar 2.6. Sangat disayangkan, mengingat bagaimana seharusnya setiap sisi bangunan mencerminkan kualitas sebuah istana - yang merupakan bangunan yang agung, yang ditinggali oleh petinggi dan pemilik sebuah kerajaan dalam hal ini kesultanan. Gambar 2.6 - Tampak belakang Istana Maimun. 23 Tujuan utama dari proyek ini kemudian semakin jelas dan terasa sangat wajib serta harus segera dilakukan sebelum kualitas dari bangunan ini, yang seharusnya dijaga dan dipelihara oleh karena nilai sejarah yang tak tergantikan, rusak dan bahkan tidak bisa dikembalikan seperti semula. Perancang kembali mengingat bagaimana pihak Kerajaan Siam merawat sedemikian rupa kompleks istana mereka sehingga mampu menjadi sebuah pendongkrak pariwisata, dan menjadi salah satu tempat kunjungan yang paling terkenal di negara tersebut. Melalui revitalisasi dan pengembangan ulang yang hendak dilakukan oleh tim perancanglah, diharapkan agar Istana Maimun juga mampu menjadi lokasi yang lebih banyak dikunjungi dan dikagumi. Kunjungan pada lokasi pembangunan apartemen serta hotel, tepatnya dari samping sampai belakang Istana Maimun yang telah diawali oleh buruknya gambaran tentang kondisi istana tersebut ternyata tidak berakhir sampai pada tahap itu saja. Ketika perancang menuju lokasi di belakang istana, perancang menemui begitu banyak titik yang dirasa sangat tidak cocok dikatakan sebagai bagian dari kompleks istana. Rumah yang tidak beraturan, jalan yang tidak membedakan jalur kendaraan bermotor dan manusia, sistem sanitasi yang terlihat dengan begitu jelas, serta sampah yang berceceran dimana- mana membuat perancang kesal mengenai sikap yang mereka ambil terhadap penghormatan Istana Maimun serta lingkungan di sekitar istana Gambar 2.7. Gambar 2.7 - Permukiman di belakang Istana Maimun. 24 Satu hal yang menjadi peraturan yang diberikan dalam Term of Reference adalah menciptakan kompleks Istana Maimun yang baru yang hanya mempertahankan istana tersebut. Oleh karena itu kondisi eksisting dari lingkungan yang terdapat di belakang istana tentunya, dan untungnya bisa tidak dihiraukan. Pembuatan sistem sanitasi dan utilitas lain seperti saluran listrik yang bisa direncanakan ulang memberi satu titik terang bagi perancang untuk menciptakan hal yang lebih baik secara visual maupun secara teknis. Gambar 2.8 - Daerah sungai belakang Istana Maimun. Terlepas dari kekurangan dan bagaimana buruknya pembangunan yang terjadi di belakang Istana Maimun, perancang mencoba melihat satu atau bahkan lebih hal-hal yang seharusnya bisa dipertahankan untuk meninggalkan kesan otentik dan orisinalitas dari lokasi tersebut. Ternyata ketika ditelusuri dan diperhatikan dengan seksama, perancang menyadari bagaimana aliran sungai yang sedikit melengkung itu cukup menarik perhatian perancang - meskipun, kembali lagi, pada beberapa lokasi, terlihat ada tumpukan sampah serta ada titik dimana aliran Sungai Deli tersebut dijadikan sebagai saluran limbah dari permukiman kecil yang terdapat di belakang istana Gambar 2.8. Oleh karena lokasi proyek terletak pada negara yang memiliki iklim tropis, satu hal yang cukup menguntungkan dan baik dirasa oleh perancang adalah bagaimana begitu banyak 25 pohon dan tumbuhan tumbuh secara tidak beraturan, namun bisa ditata ulang menjadi daerah hijau yang bisa menarik hati para pengunjung nantinya. Poin bagaimana terdapat pertumbuhan pohon yang tidak beraturan juga mampu dijadikan satu potensi yang cukup baik yang dirasa sangat cocok dengan pendekatan arsitektural yang dipilih oleh perancang, sehingga sifat alam tersebut tidak beraturan - tidak memiliki rumus atau pola yang dimengerti mampu terlihat menjadi lebih mencolok. Gambar 2.9 - Tampak ada jembatan yang menghubungkan kompleks perumahan Multatuli dan kompleks Istana Maimun. SUMBER: BING maps Satu hal yang cukup aneh ditemukan pada lokasi proyek adalah adanya sebuah ekstensi bangunan rumah sakit yang dikatakan dibangun melalui penyewaan tanah terhadap pihak keluarga Sultan. Selain ekstensi bangunan, terdapat pula jembatan yang dibangun untuk menghubungkan kompleks perumahan dan perkantoran berupa ruko Multatuli serta tanah sewaan oleh pihak rumah sakit tersebut. Mengingat bagaimana perancang hendak memaksimalkan orisinalitas sungai, perancang hendak meniadakan kembali eksistensi jembatan serta bagunan ekstensi rumah sakit setelah masa sewa berakhir Gambar 2.9. Jembatan tersebut, meskipun mengemban potensi pengunjung yang banyak, perancang merasa mampu mengurangi nilai estetika serta perasaan pencapaian terhadap lokasi 26 proyek. Melalui keberadaan dan tampak depan bagunan Istana Maimun-lah, perancang ingin agar setiap pengunjung boleh menikmati sisi terbaik dari sebuah istana terlebih dahulu. Melihat pada kawasan istana secara keseluruhan, yang membentang antara Istana Maimun, Masjid Raya, serta Taman Sri Deli, perancang melihat ada koneksi yang terputus antara ketiga bangunan inti tersebut. Koneksi yang terputus itu dibuktikan melalui pembangunan rumah toko, permukiman yang sama sekali tidak menambah nilai estetika, serta jalur pejalan kaki yang terputus-putus. Hal inilah yang malah merusak konektivitas atau kesinambungan kawasan tersebut. Mengingat bagaimana setiap tahunnya diadakan Ramadan Fair pada ruas jalan raya yang menghubungkan ketiga titik tersebut, pengadaan perbaikan bahkan pada jalur pejalan kaki serta penambahan street furniture diharapkan mampu mengembalikan, atau paling tidak memperbaiki koneksi atau kesinambungan tersebut. Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa akan dibangun apartemen serta hotel merujuk kembali pada bagaimana potensi yang dimiliki oleh kawasan Istana Maimun sebagai lokasi yang sebenarnya sangat prima - kawasan yang berbau heritage dan memiliki sungai yang mengalir. Nilai atau harga tanah yang sangat tinggi juga sangat menentukan keberadaan yang pengadaan apartemen, sehingga pembangunan secara vertikal menjadi satu pilihan yang mutlak agar lokasi tersebut lebih mampu dimaksimalkan sebagai area publik. Terlebih karena kawasan tersebut begitu kaya akan nilai - oleh karena keberadaan sebuah istana dan tentunya sungai yang mengalir - mampu dibentuk sedemikian rupa sehingga bisa menimbulkan perasaan yang positif dan adanya keinginan untuk menetap ataupun sering menghabiskan waktu di tempat tersebut. Ditambah dengan bagaimana 27 adanya kesinambungan antara ketiga bangunan yang telah disebutkan di atas, potensi untuk menciptakan kualitas ruang yang sangat baik pun mampu dilaksanakan dengan mudah. Untuk apartemen, guna melakukan restorasi bentukan istana serta memaksimalkan fungsi dalam istana tersebut, akan dijadikan sebagai relokasi bagi keluarga Sultan yang tinggal di dalam istana maupun disekitar istana. Pembuatan apartemen tersebut juga tentunya akan meningkatkan efektivitas fungsi istana yaitu sebagai daerah wisata, sehingga lebih banyak ruang yang bisa diakses oleh pengunjung tanpa mengganggu privasi pemilik istana yaitu keluarga Sultan, serta pembuatan ruang atau zona khusus untuk kepentingan Sultan. Selain itu, apartemen, melalui fasilitasnya, diharapkan mampu pula menjadi bangunan untuk merelokasi warung-warung yang diketahui merupakan milik keluarga Sultan. Relokasi warung tersebut akan diadakan sebagai fasilitas umum serta sebagai fasilitas bagi pemilik apartemen pula. Relokasi tersebut diharapkan mampu meningkatkan ekonomi keluarga Sultan tanpa merusak estetika kawasan istana tersebut. Pertimbangan untuk meningkatkan wisatawan yang berkunjung juga dianggap sangat memungkinkan bila diadakan sebuah bangunan untuk ditinggali sementara waktu dalam jangka waktu yang singkat, terkhusus bagi mereka yang hendak menikmati istana lebih lama dan lebih seksama. Oleh karena itu bangunan hotel menjadi salah satu unsur dalam pembuatan proyek ini. Guna membuat pengalaman yang lebih terkhusus bagi setiap individu yang tinggal di hotel, dirasa bahwa hotel butik sangat cocok untuk diadakan, selain penyediaan pelayanan yang lebih terarah kepada setiap pengunjung, hotel butik juga diharapkan mampu memberikan pengalaman yang lebih menarik dan otentik serta sangat terhubung dengan adanya Istana Maimun. 28 Melalui kedua fungsi tersebutlah, diharapkan agar selain diadakan restorasi terhadap Istana Maimun yang baik, juga terjadi restorasi ekonomi bagi keluarga Sultan secara keseluruhan, sehingga menciptakan satu keberlanjutan yang baik. Disebutkan pula sebelumnya bahwa bagaimana kawasan ini akan dijadikan sebagai contoh, pionir, bagi revitalisasi dan pengembangan ulang bagi kawasan-kawasan muka sungai - sehingga masyarakat lebih sadar mengenai potensi yang seharusnya dimiliki dan mampu dikembangkan menjadi tempat-tempat yang berkesan bagi pengunjung serta menciptakan aliran sungai yang secara langsung akan semakin dirawat dan bersih pada akhirnya.

BAB III FROM THE RIVER