Reminiscing Nature

(1)

xv ABSTRAK

Istana Maimun merupakan sebuah bangunan bersejarah yang juga disebut sebagai salah satu identitas kota Medan. Istana Maimun adalah sebuah kebanggaan, dan simbol kekuasaan Kesultanan Deli pada masa kejayaannya, namun sangat disayangkan, kondisi kompleks Istana Maimun kini sangat memilukan dan terlihat tidak terawat dengan baik. Kompleks istana yang seharusnya agung, sakral, dan megah, kini dikelilingi oleh permukiman kumuh tepat dibelakang istana, serta warung-warung dan floris yang merusak esensi sebuah kompleks istana pada umumnya. Selain itu, sungai yang berlokasi tepat dibelakang istana, yang berpotensi dijadikan kawasan muka sungai malah dipakai sebagai tempat pembuangan limbah dan sampah permukiman di belakang istana.

Sebuah tindakan yang harus segera diambil adalah revitalisasi yang melibatkan seluruh kompleks Istana Maimun. Relokasi penduduk permukiman di belakang istana yang merupakan keluarga Kesultanan serta sterilisasi warung-warung dan floris yang kemudian digantikan dengan sebuah bangunan hotel butik dan apartemen serta pengadaan ruang publik sebagai pemanfaatan daerah muka sungai diharapkan mampu mendongkrak kembali kejayaan dan kemegahan kompleks istana yang mampu menjadi potensi untuk urban heritage tourism di Kota Medan. Revitalisasi yang diadakan tentunya menggunakan sebuah tema yang diharapkan menjadi penghubung antara keberadaan sungai dan Istana Maimun. Adapun tema yang diangkat untuk mengadakan revitalisasi melalui rancangan arsitektural adalah tema arsitektur organik.

Perancangan hotel butik dan apartemen serta ruang publik yang menggunakan tema organik kemudian menghasilkan bangunan-bangunan yang benar-benar menghubungkan aspek ruang luar dan dalam, bangunan-bangunan dengan bentukan massa yang tentunya organik, serta ruang publik yang mampu menarik para pengunjung untuk lebih sadar lingkungan. Melalui revitalisasi ini, perancang berharap agar keluarga Kesultanan dan bahkan penduduk Kota Medan mampu menyadari pentingnya keberadaan sungai yang mempengaruhi keberlangsungan hidup kota ini, serta Istana yang menyimpan nilai budaya dan sejarah yang berharga.


(2)

xvi ABSTRACT

Maimun Palace is a historical building often associated with the identity of Medan City. Maimun Palace is the pride and the symbol of authority of the Deli Sultanate in its gloirous days back then. In the present, the palace has lost its charm and seems like it is not well maintained. The palace complex which should be seen as a glorious, sacred, and great place, now surrounded by slum areas directly behind the palace, hawkers and even florists that ruin the essence of a palace complex in particular. The river that is located behind the palace, which has potential to be a good riverfront area is also neglected by the people and is used as the waste and garbage area of the slums.

An act that should be promptly taken is a revitalization which involve the whole Maimun Palace complex. Relocation of slum inhabitants which are the Sultanate's relatives as well as the sterilization of the hawkers and florists which area will then be developed as a boutique hotel and an apartment with a public space on the riverfront area is hoped to be able to bring back the glorious and great days of the palace, thus becoming a great asset of Medan City urban heritage tourism. The revitalization project will be using an architectural theme/style that connects the palace and the presence of the river, which is organic architecture.

The design of the boutique hotel and apartment as well as the public space using organic architecture will produce buildings that connects outdoor and indoor spaces, buildings with organic mass forms, and a public space that builds people awareness of the environment. Through this revitalization, it is hoped that the relatives of the Sultanate and even the people of the city could realize how important the presence of the river is, which affects the well-being of the city, and the presence of Maimun Palace, which holds priceless historical and culture values.


(3)

BAB I

SOMETHING TO BE REMEMBERED, SOMETHING ORGANIC

Pemilihan tema dalam proyek yang sudah memiliki tema besar dan sub-tema tertentu menurut perancang sangatlah sulit untuk dilakukan. Tema besar yang berjudul A River Runs Through It serta sub-tema berupa Urban Heritage Tourism sebenarnya pada awalnya telah menarik perhatian perancang, terlebih pada sub-tema tersebut. Perancang sangat menyukai dan menyenangi hal-hal yang berhubungan dengan tourism dan merasa bahwa kota Medan sebenarnya memiliki banyak sekali aspek-aspek dan lokasi-lokasi yang begitu “menjual” dan bisa dijadikan sebagain titik tourism yang mampu berhasil dan menarik banyak sekali pengunjung serta wisatawan. Sebagai titik awal pengerjaan proyek, maka terpilihlah lokasi yang begitu menarik menurut perancang, yaitu kompleks Istana Maimun.

Pada awalnya, ketika disebutkan kawasan yang berupa Istana Maimun, perancang langsung beranggapan bahwa akan ada sebuah jalur besar dari depan menuju belakang yang hendak dibuat sangat megah dan mewah – inilah titik awal dari pemilihan tema perancang, bahkan sebelum perancang mengunjungi site tersebut. Proses pencarian tema terus menerus berlanjut berangsur dengan banyaknya studi kasus dan studi banding yang dilakukan oleh perancang terhadap proyek-proyek sejenis. Perancang memperoleh beberapa proyek yang cukup mirip dengan apa yang hendak dirancang dan melihat bahwa cukup banyak hal yang bisa dieksplorasi selain dari kemewahan serta kemegahan sebuah proyek.


(4)

BAB II

REALITY AND POTENCIES

Holisme (holism) disebutkan dan dielaborasikan oleh Holm (2006) dan merupakan salah satu argumentasi cukup terkenal dalam praktik arsitektur. Sebagaimana yang diketahui dan disadari oleh setiap praktisi maupun akademisi dalam bidang arsitektur, praktek arsitektur adalah sesuatu yang holistik. Sifat tersebut menjadikan proses perancangan sesuatu yang tidak bisa dibagi menjadi bagian-bagian yang terpisah, melainkan setiap bagian proses adalah satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, proses perancangan arsitektur sering kali mempunyai proses yang non-linear atau disebutkan sebagai proses yang "bolak-balik". Hal ini, memungkinkan adanya peninjauan ulang proses perancangan awal bahkan setelah perancang mencapai tahap yang sudah cukup jauh, ataupun bahkan perancang telah memikirkan hal yang detail dalam tahapan awal perancangan.

Ide holistik ini juga diterapkan dan dimanfaatkan oleh perancang guna menciptakan sesuatu yang memang benar-benar utuh - dan ternyata hal ini pula didukung oleh tema ataupun pendekatan arsitektural yang diangkat oleh perancang. Maka dari itu, perancang, ketika telah memantapkan tema dan pendekatan arsitektural, kembali meninjau ulang setiap hal yang telah dilakukan beberapa minggu sebelumnya, yaitu bagaimana proses pengumpulan atau inventarisasi data berlangsung, sehingga data tersebut mampu mendukung proses perancangan seutuhnya.

Dimulai dari bagaimana perancang memasuki kawasan Istana Maimun, banyak hal yang sudah tersaring menjadi bagian-bagian data yang hendak perancang pakai dan telusuri


(5)

18 lebih lanjut dalam proses perancangan. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, ketika perancang melihat secara langsung kondisi Istana Maimun, khususnya pada tapak pembangunan ataupun pengembangan ulang kawasan tersebut, banyak hal yang sudah dirasa tidak cocok untuk diadakan dalam perancangan, salah satunya adalah ide "mewah dan megah" tersebut.

Gambar 2.1 - Kondisi Istana Maimun kini.

Terlihat tua, tidak terawat, dengan begitu banyak sisi dari Istana Maimun tersebut seakan-akan "meminta tolong" untuk diperbaiki, dan diperhatikan lebih, perancang berpikir dan menyadari bagaimana indahnya Istana Maimun ini bisa terlihat bila revitalisasi tersebut diadakan dengan baik dan benar (Gambar 2.1). Sebagaimana tercatat oleh Sinar (1991), Istana Maimun sendiri telah dibangun sekitar tahun 1888 pada masa kesultanan Tuanku Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, dan mulai ditempati pada tahun 1891 (Gambar 2.2). Terjadi begitu banyak perubahan terhadap Istana Maimun yang dirasa oleh perancang menjadi satu hal yang tidak begitu baik. Sebut saja bagaimana adanya beberapa penambahan dinding pada koridor terbuka di sekeliling bangunan yang berfungsi pada awalnya untuk pemberi daerah bayang-bayang pada ruang didalam koridor tersebut. Nyata terlihat pada saat ini, oleh karena digunakan untuk kepentingan pribadi (kediaman), dan meskipun merupakan hak mereka, keindahan pendekatan arsitektur tropis tersebut menjadi hilang.


(6)

19

Gambar 2.2 - Istana Maimun pada tahun 1925. (SUMBER : Tropenmuseum, Amsterdam)

Istana Maimun, menurut perancang mengambil konsep yang cukup baik untuk menggabungkan beberapa gaya arsitektur, yang mana yang paling kental terlihat adalah penggabungan arsitektur Melayu (melalui pemilihan atap, dan ornamen busur pada balkon lantai atas) dan Islam (penggunaan langgam busur), serta sentuhan arsitektur kolonial pada lantai bawah dengan adanya kolom batu bata, dan dinding yang tebal. Hal ini cukup menarik, melihat adanya penggunaan atap tradisional diatas bangunan yang terlihat modern. Penulis mengingat "kecerdikan" arsitektur Istana Kerajaan Siam, Phra Thinang Chakri Maha Prasat, yang dibangun oleh Rama V dan selesai pada tahun 1890.

Gambar 2.3 - Phra Thinang Chakri Maha Prasat

Kecerdikan tersebut adalah dengan menggunakan arsitektur Eropa sebagai bagian dari "tubuh" bangunan, dan menggunakan arsitektur Thailand sebagai bagian dari "kepala"


(7)

20 atau atap bangunan tersebut (Gambar 2.3). Hal ini menimbulkan sebuah makna yaitu adanya superioritas Kerajaan Siam terhadap pengaruh Eropa pada masa tersebut dan menunjukkan satu simbol yang sangat kuat bagi kerajaan tersebut terhadap pandangan orang lain yang mana dijelaskan oleh Noobanjong (2006).

Pendekatan tersebut juga ternyata tersirat pada pendekatan arsitektur yang dilakukan pada Istana Maimun - penggunaan elemen Melayu pada atap dan ornamen pada bagian atas bangunan yang duduk diatas penggunaan arsitektur kolonial. Hal inilah yang membuat perancang sangat menikmati gambaran yang terbentuk dari istana tersebut. Oleh karena itu, perancang hendak menggunakan pula unsur-unsur yang terdapat pada pendekatan arsitektur yang digunakan oleh Istana Maimun (bukan menggunakan pendekatan gaya arsitektur yang sama), yaitu unsur-unsur berupa elemen seperti kayu, ataupun penggunaan unsur berupa langgam, yaitu pengulangan pola yang unik pada bagian fasad bangunan (Gambar 2.2).

Beranjak dari bagian luar Istana tersebut, perancang melihat betapa menyedihkannya perawatan yang dilakukan dalam bangunan istana tersebut - bagian yang tentunya bisa diakses oleh perancang, yang disebabkan oleh batasan yang diberikan oleh pihak keluarga Sultan - yang kemudian pula dirasa sangat mengurangi kualitas kunjungan, dan juga telah menggambarkan bagaimana pihak kesultanan merawat bagian dalam bangunan yang tidak bisa diakses oleh pengunjung. Terdapat beberapa titik yang dirasa mampu dimaksimalkan sebagai fungsi lain seperti galeri ataupun tempat dimana ada penjelasan mengenai istana yang bisa dinikmati dalam bentuk bacaan atau secara lisan, namun, yang terlihat hanyalah titik-titik peletakan barang peninggalan yang sangat "sedikit" dan juga


(8)

21 beberapa tempat penjualan pernak-pernik melayu ataupun suvenir yang perancang rasa terlalu berlebihan.

Gambar 2.4 - Kondisi kompleks Istana Maimun dengan fungsi warung, parkir bus, floris.

Hal ini menunjukkan adanya sikap profit-oriented yang tidak dibarengi oleh kelayakan untuk memperoleh keuntungan tersebut - yang pula dapat sering dijumpai diseluruh kompleks Istana Maimun itu sendiri, sebut saja warung dan floris (?) serta lokasi parkir bus pariwisata yang sangat aneh dan mampu dipertanyakan letaknya dan tentunya sangat mengurangi kualitas ruang luar istana (Gambar 2.4).

Hal "memilukan" lainnya yang mungkin dilakukan oleh pihak kesultanan tanpa adanya pemikiran yang matang adalah bagaimana mereka menghilangkan daerah kolam air mancur menjadi perkerasan yang ditutupi oleh keramik yang berlokasi tepat di depan Istana Maimun. Sampai saat ini, perancang belum cukup mengerti maksud pelaksanaan ide tersebut yang diyakini oleh beberapa orang yang perancang tanyakan merupakan tempat para pengunjung berdiri untuk berfoto dengan latar belakang istana. Kembali lagi, sangat aneh dan terlalu mengurangi kualitas ruang yang ada pada istana.


(9)

22

Gambar 2.5 - Istana Maimun pada tahun 1890-1905. (SUMBER : Tropenmuseum, Amsterdam)

Restorasi fungsi kemudian menjadi salah satu ide mutlak dari perancang untuk mengembalikan kualitas yang sangat baik yang dulunya terdapat pada Istana Maimun (Gambar 2.5). Perancang kemudian bersama dengan tim menemukan hal yang lebih buruk lagi terjadi pada sisi belakang bangunan yang seharusnya "mewah dan megah" ini. Bagian belakang dari bangunan Istana Maimun, menurut perancang serta tim, tidak terlihat seperti istana, melainkan seperti rumah atau bangunan asrama yang sudah rusak atau tidak pernah dirawat sama sekali (Gambar 2.6). Sangat disayangkan, mengingat bagaimana seharusnya setiap sisi bangunan mencerminkan kualitas sebuah istana - yang merupakan bangunan yang agung, yang ditinggali oleh petinggi dan pemilik sebuah kerajaan (dalam hal ini kesultanan).


(10)

23 Tujuan utama dari proyek ini kemudian semakin jelas dan terasa sangat "wajib" serta harus segera dilakukan sebelum kualitas dari bangunan ini, yang seharusnya dijaga dan dipelihara oleh karena nilai sejarah yang tak tergantikan, rusak dan bahkan tidak bisa dikembalikan seperti semula. Perancang kembali mengingat bagaimana pihak Kerajaan Siam merawat sedemikian rupa kompleks istana mereka sehingga mampu menjadi sebuah pendongkrak pariwisata, dan menjadi salah satu tempat kunjungan yang paling terkenal di negara tersebut. Melalui revitalisasi dan pengembangan ulang yang hendak dilakukan oleh tim perancanglah, diharapkan agar Istana Maimun juga mampu menjadi lokasi yang lebih banyak dikunjungi dan dikagumi.

Kunjungan pada lokasi pembangunan apartemen serta hotel, tepatnya dari samping sampai belakang Istana Maimun yang telah diawali oleh buruknya gambaran tentang kondisi istana tersebut ternyata tidak berakhir sampai pada tahap itu saja. Ketika perancang menuju lokasi di belakang istana, perancang menemui begitu banyak titik yang dirasa sangat tidak cocok dikatakan sebagai bagian dari kompleks istana. Rumah yang tidak beraturan, jalan yang tidak membedakan jalur kendaraan bermotor dan manusia, sistem sanitasi yang terlihat dengan begitu jelas, serta sampah yang berceceran dimana-mana membuat perancang kesal mengenai sikap yang mereka ambil terhadap "penghormatan" Istana Maimun serta lingkungan di sekitar istana (Gambar 2.7).


(11)

24 Satu hal yang menjadi peraturan yang diberikan dalam Term of Reference adalah menciptakan kompleks Istana Maimun yang baru yang hanya mempertahankan istana tersebut. Oleh karena itu kondisi eksisting dari lingkungan yang terdapat di belakang istana tentunya, dan untungnya bisa tidak dihiraukan. Pembuatan sistem sanitasi dan utilitas lain seperti saluran listrik yang bisa direncanakan ulang memberi satu "titik terang" bagi perancang untuk menciptakan hal yang lebih baik secara visual maupun secara teknis.

Gambar 2.8 - Daerah sungai belakang Istana Maimun.

Terlepas dari kekurangan dan bagaimana buruknya pembangunan yang terjadi di belakang Istana Maimun, perancang mencoba melihat satu atau bahkan lebih hal-hal yang seharusnya bisa dipertahankan untuk meninggalkan kesan otentik dan orisinalitas dari lokasi tersebut. Ternyata ketika ditelusuri dan diperhatikan dengan seksama, perancang menyadari bagaimana aliran sungai yang sedikit melengkung itu cukup menarik perhatian perancang - meskipun, kembali lagi, pada beberapa lokasi, terlihat ada tumpukan sampah serta ada titik dimana aliran Sungai Deli tersebut dijadikan sebagai saluran limbah dari permukiman kecil yang terdapat di belakang istana (Gambar 2.8).

Oleh karena lokasi proyek terletak pada negara yang memiliki iklim tropis, satu hal yang cukup menguntungkan dan baik dirasa oleh perancang adalah bagaimana begitu banyak


(12)

25 pohon dan tumbuhan tumbuh secara tidak beraturan, namun bisa ditata ulang menjadi daerah hijau yang bisa menarik hati para pengunjung nantinya. Poin bagaimana terdapat pertumbuhan pohon yang tidak beraturan juga mampu dijadikan satu potensi yang cukup baik yang dirasa sangat cocok dengan pendekatan arsitektural yang dipilih oleh perancang, sehingga sifat alam tersebut (tidak beraturan - tidak memiliki rumus atau pola yang dimengerti) mampu terlihat menjadi lebih mencolok.

Gambar 2.9 - Tampak ada jembatan yang menghubungkan kompleks perumahan Multatuli dan kompleks Istana Maimun. (SUMBER: BING maps)

Satu hal yang cukup aneh ditemukan pada lokasi proyek adalah adanya sebuah ekstensi bangunan rumah sakit yang dikatakan dibangun melalui penyewaan tanah terhadap pihak keluarga Sultan. Selain ekstensi bangunan, terdapat pula jembatan yang dibangun untuk menghubungkan kompleks perumahan dan perkantoran berupa ruko Multatuli serta tanah sewaan oleh pihak rumah sakit tersebut. Mengingat bagaimana perancang hendak memaksimalkan orisinalitas sungai, perancang hendak meniadakan kembali eksistensi jembatan serta bagunan ekstensi rumah sakit setelah masa sewa berakhir (Gambar 2.9). Jembatan tersebut, meskipun mengemban potensi pengunjung yang banyak, perancang merasa mampu mengurangi nilai estetika serta perasaan pencapaian terhadap lokasi


(13)

26 proyek. Melalui keberadaan dan tampak depan bagunan Istana Maimun-lah, perancang ingin agar setiap pengunjung boleh menikmati sisi terbaik dari sebuah istana terlebih dahulu.

Melihat pada kawasan istana secara keseluruhan, yang membentang antara Istana Maimun, Masjid Raya, serta Taman Sri Deli, perancang melihat ada koneksi yang terputus antara ketiga bangunan inti tersebut. Koneksi yang terputus itu dibuktikan melalui pembangunan rumah toko, permukiman yang sama sekali tidak menambah nilai estetika, serta jalur pejalan kaki yang terputus-putus. Hal inilah yang malah merusak konektivitas atau kesinambungan kawasan tersebut. Mengingat bagaimana setiap tahunnya diadakan Ramadan Fair pada ruas jalan raya yang menghubungkan ketiga titik tersebut, pengadaan perbaikan bahkan pada jalur pejalan kaki serta penambahan street furniture diharapkan mampu mengembalikan, atau paling tidak memperbaiki koneksi atau kesinambungan tersebut.

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa akan dibangun apartemen serta hotel merujuk kembali pada bagaimana potensi yang dimiliki oleh kawasan Istana Maimun sebagai lokasi yang sebenarnya sangat prima - kawasan yang "berbau" heritage dan memiliki sungai yang mengalir. Nilai atau harga tanah yang sangat tinggi juga sangat menentukan keberadaan yang pengadaan apartemen, sehingga pembangunan secara vertikal menjadi satu pilihan yang mutlak agar lokasi tersebut lebih mampu dimaksimalkan sebagai area publik. Terlebih karena kawasan tersebut begitu kaya akan nilai - oleh karena keberadaan sebuah istana dan tentunya sungai yang mengalir - mampu dibentuk sedemikian rupa sehingga bisa menimbulkan perasaan yang positif dan adanya keinginan untuk menetap ataupun sering menghabiskan waktu di tempat tersebut. Ditambah dengan bagaimana


(14)

27 adanya kesinambungan antara ketiga bangunan yang telah disebutkan di atas, potensi untuk menciptakan kualitas ruang yang sangat baik pun mampu dilaksanakan dengan mudah.

Untuk apartemen, guna melakukan restorasi bentukan istana serta memaksimalkan fungsi dalam istana tersebut, akan dijadikan sebagai relokasi bagi keluarga Sultan yang tinggal di dalam istana maupun disekitar istana. Pembuatan apartemen tersebut juga tentunya akan meningkatkan efektivitas fungsi istana yaitu sebagai daerah wisata, sehingga lebih banyak ruang yang bisa diakses oleh pengunjung tanpa mengganggu privasi pemilik istana yaitu keluarga Sultan, serta pembuatan ruang atau zona khusus untuk kepentingan Sultan. Selain itu, apartemen, melalui fasilitasnya, diharapkan mampu pula menjadi bangunan untuk merelokasi warung-warung yang diketahui merupakan milik keluarga Sultan. Relokasi warung tersebut akan diadakan sebagai fasilitas umum serta sebagai fasilitas bagi pemilik apartemen pula. Relokasi tersebut diharapkan mampu meningkatkan ekonomi keluarga Sultan tanpa merusak estetika kawasan istana tersebut.

Pertimbangan untuk meningkatkan wisatawan yang berkunjung juga dianggap sangat memungkinkan bila diadakan sebuah bangunan untuk ditinggali sementara waktu (dalam jangka waktu yang singkat), terkhusus bagi mereka yang hendak menikmati istana lebih lama dan lebih seksama. Oleh karena itu bangunan hotel menjadi salah satu unsur dalam pembuatan proyek ini. Guna membuat pengalaman yang lebih terkhusus bagi setiap individu yang tinggal di hotel, dirasa bahwa hotel butik sangat cocok untuk diadakan, selain penyediaan pelayanan yang lebih terarah kepada setiap pengunjung, hotel butik juga diharapkan mampu memberikan pengalaman yang lebih menarik dan otentik serta sangat terhubung dengan adanya Istana Maimun.


(15)

28 Melalui kedua fungsi tersebutlah, diharapkan agar selain diadakan restorasi terhadap Istana Maimun yang baik, juga terjadi restorasi ekonomi bagi keluarga Sultan secara keseluruhan, sehingga menciptakan satu keberlanjutan yang baik. Disebutkan pula sebelumnya bahwa bagaimana kawasan ini akan dijadikan sebagai contoh, pionir, bagi revitalisasi dan pengembangan ulang bagi kawasan-kawasan muka sungai - sehingga masyarakat lebih sadar mengenai potensi yang seharusnya dimiliki dan mampu dikembangkan menjadi tempat-tempat yang berkesan bagi pengunjung serta menciptakan aliran sungai yang secara langsung akan semakin dirawat dan bersih pada akhirnya.


(16)

BAB III

FROM THE RIVER

Berada cukup dekat dengan lokasi Istana Maimun, sebagaimana yang telah diketahui, sungai yang terdapat pada daerah belakang istana akan menjadi titik fokus selain dari Istana Maimun itu sendiri. Melalui pertimbangan akan pemanfaatan sungai secara maksimal, terutama suasana ataupun pemandangan yang diperoleh, maka perancang hendak membuat sungai mudah terlihat bagi pengunjung yang datang ke lokasi Istana Maimun. Itulah yang menjadi fokus utama - yaitu bagaimana membentuk sebuah perancangan tapak yang mampu mendukung hal tersebut. Sesuai dengan kehendak atau keinginan perancang yang mengangkat tema organik sebagai pendekatan terhadap judul yang diangkat, sungai akan pula digunakan sebagai penghubung yang krusial dan jelas terlihat sehingga terbentuk satu kesatuan yang utuh terhadap perancangan secara keseluruhan. Tanpa melupakan Istana Maimun yang juga menjadi unsur "alam" atau bisa dikatakan sebagai patokan pula, setiap perancangan yang dilakukan akan pula memiliki orientasi terhadap istana tersebut bersamaan dengan orientasi terhadap sungai.

Diawali dari bentukan atau lekukan yang tercipta oleh aliran sungai, perancang mulai bergerak dalam hal pengembangan konsep. Dari bentukan dasar tersebut beserta dengan pertimbangan agar ada kemudahan untuk melihat sungai secara langsung, perancang membuat sedikit kontur yang mengarah lebih dekat kepada sungai, kontur tersebut pula memiliki bentukan yang didasari oleh lekukan sungai yang sedikit di"halus"kan dari yang ada pada awalnya. Pembuatan kontur ini dapat pula dijadikan sebagai area publik bagi


(17)

30 para pengunjung yang ingin menikmati Sungai Deli maupun Istana Maimun itu sendiri (Gambar 3.1).

Gambar 3.1 - Garis kontur serta dua fitur air adalah konsep perancangan tapak yang baru.

Selanjutnya adalah konsep yang disadur dari pendekatan perancang, yaitu organik - bagaimana akan diadakan atau dibentuk sebuah kesatuan, paling tidak dengan memasukkan unsur alam ke dalam tapak (Gambar 3.1). Perancang merujuk pada air yang berasal dari sungai, menggunakan unsur air tersebut kedalam tapak. Salah satu penggunaan unsur air yang akan diadakan adalah fitur air mancur tepat di depan istana. Dapat diketahui adalah bahwa pada awalnya terdapat fitur air mancur di depan istana - namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, fitur air mancur tersebut kemudian telah menjadi perkerasan yang dilapisi oleh keramik lantai yang sangat mengurangi nilai estetika kompleks istana secara keseluruhan. Oleh karena itu, air mancur di depan Istana Maimun hendak diadakan kembali oleh perancang berdasar pada pengadaan unsur air serta restorasi fungsi ataupun bentukan awal istana.

Perancang juga melihat bahwa adanya "rumah" Meriam Puntung yang cukup bersejarah terasa tidak begitu cocok diletakkan tepat di sebelah kiri (bila dilihat dari depan) bangunan istana (Gambar 3.2). Ketidakcocokan tersebut sangat terlihat pada gaya


(18)

31 arsitektur yang menggunakan arsitektur Batak yang sangat tidak "nyambung" meskipun dengan latar belakang apapun. Berhubung adanya perombakan penzonaan, tentunya daerah belakang bangunan yang saat ini merupakan permukiman akan pula dijadikan sebagai daerah atau zona publik sehingga ada kesinambungan terjadi dari depan dan juga belakang Istana Maimun.

Gambar 3.2 - Bangunan Meriam Puntung.

Dengan merujuk kembali pada kesinambungan dan unsur organik, serta penghargaan atau penghormatan terhadap Meriam Puntung, tepat pada belakang istana, secara simetris dengan bagian depan, perancang hendak membentuk sebuah fitur air yang cukup mirip, namun dengan sebuah pondok atau sering disebut sebagai gazebo yang akan menjadi tempat baru bagi Meriam Puntung.

Kedua fitur air tersebut kemudian hendak ditambahkan aliran air yang mengarah pada sungai, namun tidak berhubungan langsung dengan sungai. Aliran ini akan dibuat bolak balik dari kedua fitur air yang ada di tapak menuju dua titik berbeda pada daerah bibir sungai. Kedua titik tersebut kemudian akan dijadikan "balkon" (Gambar 3.1) ataupun struktur kantilever yang bisa dipakai pula sebagai ruang untuk melihat-lihat Sungai Deli


(19)

32 lebih langsung lagi. Untuk aliran buatan yang lebih memanjang, yang mengarah ke fitur air yang berada di depan istana, akan diadakan jalan setapak disamping aliran buatan tersebut sehingga pengunjung memiliki kesan yang menarik saat mereka hendak menuju wilayah belakang tapak.

Pengadaan fitur air ini akan dihubungkan pada reservoir air yang memiliki sistem yang mana bila terjadi hujan (mengingat curah huan di Medan cukup tinggi), air diharapkan mengalir ke aliran buatan pada tapak, dan aliran air yang masuk tersebut bisa terarahkan ke reservoir air yang kemudian digunakan untuk kepentingan utilitas bangunan yang ada. Pengalihan aliran tersebut tentunya bisa dilakukan hanya pada saat hujan yang mana ketika fitur air mancur dan aliran air tidak dibutuhkan.

Gambar 3.3 - Konsep gubahan massa kedua bangunan.

Memasuki konsep bentukan massa (Gambar 3.3), perancang melakukan pendekatan yang sedikit mengambil unsur lekukan sungai sehingga massa bangunan yang terbentuk tampak lebih dinamis. Hal ini menimbulkan adanya dua bangunan dengan fungsi berbeda yang memiliki tipologi yang berbeda pula - yang menjadikan bangunan tersebut tidak


(20)

33 simetris sama sekali. Dasar dari pembuatan bangunan yang tidak simetris, selain merujuk pada pendekatan organik, juga mempertimbangkan agar kedua bangunan dengan fungsi berbeda juga mampu memberikan kesan yang berbeda serta unik, sehingga para pengunjung mampu lebih mudah mengingat ataupun menjadikan kunjungan mereka lebih berkesan (memorable).

Gambar 3.4 - Konsep transformasi gubahan massa bangunan hotel.

Untuk bangunan hotel (Gambar 3.4), dapat terlihat dari gambar diatas bahwa bentuk lengkungan yang condong ke sungai akan diangkat setinggi satu lantai sehingga ruang tersebut memiliki visibilitas terhadap sungai yang lebih baik serta menjadikan bagian tersebut sebagai titik fokus dari bangunan tersebut, yang mana berorientasi dengan sangat baik terhadap tema utama yang diberikan, yaitu riverfront. Demi memaksimalkan fungsionalitas bangunan dan juga memberi orientasi terhadap Istana Maimun, ada beberapa bagian bagunan yang dijadikan menjadi bidang-bidang yang rata. Untuk lantai tipikal yang merupakan bagian bangunan yang menjulang keatas, bentukan lengkungan sungai kembali diguakan serta dimaksimalkan fungsinya.

Beranjak dari bangunan hotel, bangunan apartemen juga memanfaatkan garis lengkungan yang merujuk pada garis sungai yang terdapat pada tapak (Gambar 3.5). Dari garis


(21)

34 tersebut, diperoleh massa bangunan untuk bagian podium yang kemudian "dipoles" sedemikian rupa untuk mengikuti fungsi banguan, sebagaimana yang disebutkan oleh Freed (2007) bahwa seperti halnya organisme yang ada di alam, memiliki bentuk yang berdasarkan fungsi yang terdapat di dalam organisme tersebut.

Gambar 3.5 - Konsep transformasi gubahan massa bangunan apartemen.

Oleh karena bangunan apartemen memiliki kebutuhan ruang yang cukup luas, maka dibentuklah dua bangunan tipikal yang terdapat diatas bangunan podium. Dua bangunan tersebut kemudian memiliki orientasi terhadap sungai yang terlihat pada pemanfaatan jumlah lantai yang menimbulkan perbedaan ketinggian kedua bangunan tersebut. Bentukan kedua bangunan tersebut mengikuti sedikit bentuk dari gubahan massa podium sehingga terlihat ada kesinambungan antara podium dengan lantai tipikal di atasnya.

Pembentukan ruang luar istana dapat terlihat tidak beraturan ataupun tidak memiliki sistem matematis yang jelas untuk menekankan bahwa adanya "alam" yang ikut andil ataupun disebutkan "melingkupi" tapak tersebut. Hal ini juga akan memberi kesan yang tidak "membosankan" sebagaimana yang sering ditemui pada pembentukan ruang luar yang memanfaatkan garis-garis lurus yang sangat matematis. Dari kesan yang tidak membosankan tersebut kemudian menciptakan kembali kemudahan untuk pengunjung


(22)

35 mengingat kunjungan mereka ke kompleks Istana Maimun yang sangat diharapkan mampu terjadi - sesuai dengan tema yang diangkat perancang yaitu untuk mampu mengingat (reminisce).

Gambar 3.6 - Konsep ruang luar kompleks Istana Maimun

Perencanaan secara konseptual kedua fungsi yang akan dijadikan sebagai dua bangunan yang berbeda, selain mengarah kepada bagaimana bentuk sungai, akan pula melihat atau mengingat Istana Maimun sebagai bagian dari pertimbangan yang paling penting di dalam perancangan. Salah satu dasar yang diambil dari Istana Maimun adalah bagaimana pembentukan sirkulasi dibuat, yaitu pembentukan dua titik akses untuk keluar masuk kompleks istana. Perombakan yang dilakukan adalah hanya pada tujuan akses masuk.

Dapat terlihat dari gambar konsep secara garis besar rekayasa tapak (Gambar 3.6), adalah dibuatnya kedua titik akses menjadi jalur akses masuk kepada kedua bangunan yang ada. Untuk akses hotel, mobil diarahkan untuk menuju ke bangunan hotel dan lantai basement dari bangunan tersebut, atau bisa langsung melakukan belokan untuk menuju lokasi parkir untuk pengunjung Istana Maimun ataupun untuk sekedar menurunkan penumpang yang menuju hotel atau istana dan kemudian mengarah ke akses keluar dari tapak.


(23)

36 Pembuatan akses di bagian atau sisi bangunan hotel dijadikan menjadi dua jalur keluar masuk yang terpisah untuk memberikan kemudahan dan keleluasaan bagi bus pariwisata yang dianggap sebagai kendaraan yang cukup sering memasuki tapak terkhususnya pada bagian tersebut. Pembuatan akses yang satu arah sehingga menyebabkan perbedaan lokasi akses masuk maupun keluar juga mampu mengurangi kemacetan dalam tapak bila terjadi pembludakan kendaraan secara tiba-tiba.

Untuk sisi tapak yang menampung bangunan apartemen, pembuatan jalur akses masuk dan keluar terdapat pada satu titik, namun dibedakan arahnya. Sisi tersebut terkhusus hanya di buat sebagai wilayah akses dan parkir bagi pengguna dan pengunjung apartemen, oleh karena itu jalur mampu dibuat menjadi cukup sederhana dan pendek karena ekspektasi banyaknya kendaraan yang masuk tidak begitu banyak di bandingkan dengan yang ada pada hotel. Konsep awal adalah kendaraan dapat langsung menuju basement (arah akses lurus) atau belok untuk menuju area menurunkan penumpang atau area parkir terbuka. Pengendara mobil yang hendak keluar dari basement bisa langsung mengarah lurus dan keluar atau melakukan satu belokan ke kanan dari arah daerah tempat parkir terbuka di depan bangunan apartemen.

Bagi pejalan kaki, akses yang digunakan untuk menuju ke dua bangunan yang ada diposisikan sesuai dan bersamaan dengan jalur akses dua bangunan tersebut. Namun, untuk jalur pejalan kaki bangunan apartemen, jalur tersebut sama sekali terpisah dengan Istana Maimun pada bagian depan, sehingga bila pemilik apartemen hendak menuju bangunan istana, akses melalui sisi samping Istana Maimun yang dilewati oleh fitur air dapat dimanfaatkan oleh para pemilik sebagai akses. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah pejalan kaki yang tidak begitu memiliki kepentingan masuk ke dalam wilayah


(24)

37 apartemen masuk dengan sesuka hati, dengan kata lain memberikan pemilik apartemen lebih banyak privasi bagi mereka untuk melakukan aktivitas di dalam bangunan apartemen.

Akses pejalan kaki memasuki kompleks Istana Maimun secara bebas dapat dilakukan pada sisi jalur masuk untuk bangunan hotel. Hal ini juga dikarenakan bangunan hotel memiliki tingkat privasi yang lebih rendah dibandingkan dengan apartemen, serta lokasi parkir publik yang terletak pada sisi tersebut. Pejalan kaki dapat berjalan masuk menuju piazza yang terletak pada sisi kanan Istana Maimun bila dilihat dari depan (Gambar 3.6), dan dapat menuju halaman depan Istana Maimun atau langsung menuju halaman belakang Istana. Dari halaman depan istana, pengunjung juga bisa menggunakan jalur yang dikhususkan dan terletak pada sisi sungai buatan (water feature) untuk menikmati lebih pencapaian menuju atau dari sungai yang terdapat di belakang Istana Maimun. Pengunjung juga bisa menuju hotel menggunakan akses masuk yang sama dengan pengunjung lainnya. Dari hotel, pengunjung yang hendak mengarah pada taman yang terdapat di bagian belakang dapat menggunakan akses yang terdapat pada sisi bangunan yang menghadap arah barat daya (bagian belakang bangunan) (Gambar 3.7).


(25)

38 Kedua bangunan dengan akses serta jalur kendaraan dan manusia dapat dilihat sebagai pembangian zona yang cukup jelas untuk memperlihatkan tingkat privasi dan fungsi dari tapak kompleks Istana Maimun. Jelas terlihat bahwa kompleks Istana Maimun bagian tengah sama sekali dimanfaatkan hanya untuk pejalan kaki, sehingga bangunan Istana Maimun tersebut dapat memperoleh satu titik tengah yang bebas kendaraan bermotor. Untuk pembagian privasi, halaman Istana Maimun depan maupun belakang akan dijadikan tempat publik, dan wilayah belakang akan lebih publik lagi karena menghubungkan antara Istana Maimun, bangunan apartemen, serta hotel dan menjadi wilayah buffer untuk ketiga fungsi tersebut. Pembuatan halaman istana depan maupun belakang sebagai daerah publik adalah agar pengunjung memiliki sebuah kesinambungan, yakni kesinambungan dalam hal kualitas ruang serta pengalaman yang diperoleh. Zona yang lebih privat adalah pada Istana Maimun sendiri. Bila pengunjung hendak memasuki istana, pengunjung diharapkan untuk melakukan pembayaran untuk memiliki izin memasuki bangunan. Bangunan tersebut akan dijadikan sebagai galeri pada bagian bawah serta atas bangunan.

Orientasi kepada bangunan Istana dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun perancang menggunakan cara yang memanfaatkan konsep fasad atau kulit bangunan sebagai pembentuk orientasi terhadap bangunan istana. Kedua bangunan akan memiliki kulit bangunan berupa kaca pada sisi yang mengarah ke istana sehingga para pengunjung kedua bangunan yang sedang berada di dalam akan memiliki pengalaman visual terhadap Istana Maimun yang kuat. Terkhusus untuk bangunan hotel, orientasi terhadap Istana Maimun diperkuat dengan adanya void dari lantai pertama sampai pada lantai kedua, sehingga fasad berupa kaca yang terbuka mengarah ke istana semakin besar dan semakin jelas pengalaman visual yang akan diperoleh pengunjung (Gambar 3.8). Selain itu,


(26)

39 peletakan zona publik dalam bangunan hotel juga diletakkan pada sisi bangunan yang lebih condong ke Istana Maimun untuk kepentingan visual tersebut juga.

Gambar 3.8 - Interior hotel dengan void setinggi 2 lantai.

Pada bagian apartemen, akan ada rooftop garden yang merupakan zona publik bagi pemilik apartemen yang memiliki bukaan atau arah visual kepada Istana, sehingga rooftop garden juga mampu memicu banyak aktivitas yang menonjolkan kualitas ruang dengan pengalaman visual yang baik pula. Rooftop garden yang terdapat pada bangunan apartemen juga memiliki pemandangan ke arah sungai sehingga konsep riverview juga diperoleh dengan baik (Gambar 3.9).

Gambar 3.9 - Rooftop garden dari podium apartemen.

Kedua konsep bukaan atau pembentukan kulit bangunan yang memiliki orientasi kepada Istana Maimun selain berfungsi sebagai penguat pengalaman visual, juga memberi sebuah


(27)

40 sense of place yang sangat kuat dan menekankan bahwa pengunjung benar-benar sedang berada pada sebuah lokasi yang sangat khusus. Hal ini juga akhirnya kembali memperkuat tema yang diangkat oleh perancang untuk "mengingat kembali" dengan visual yang diperoleh pengunjung. Selain keterbukaan bangunan terhadap Istana Maimun, perancang juga membuat banyak bukaan yang mengarah pada alam yang terdapat di dalam tapak untuk mempertegas tema "alam" yang juga diangkat perancang.


(28)

BAB IV

IT GROWS

Pembagian zona yang telah dibuat adalah tahap awal yang cukup membantu untuk menyelesaikan penyusunan denah dengan baik, selain itu, akan lebih mudah bila dibuat alur sirkulasi yang menunjukkan arah akses dari titik masuk pengguna bangunan. Dari alur sirkulasi tersebut, diperolehlah pengembangan denah mendasar beserta program ruangnya (Lampiran 1).

Gambar 4.1 - Denah bangunan hotel lantai dasar.

Gambar 4.2 - Denah bangunan hotel lantai dua.

Untuk bangunan hotel, terdapat pembagian jalur menjadi dua jalur yang berbeda, yaitu jalur publik dan jalur servis yang cukup jelas perbedaannya. Untuk jalur publik,


(29)

42 pengunjung memulai sirkulasi dari foyer atau piazza yang terdapat tepat di bagian depan hotel yang menghadap salah satu sayap bangunan Istana Maimun (Gambar 4.1). Dari akses masuk tersebut, pengunjung bisa mengarah ke resepsionis, lift lobby, bar and lounge, restoran yang berada di tepi sungai, serta toko-toko dan pusat mesin ATM, ataupun bisa langsung menuju pintu keluar yang mengarah ke halaman belakang Istana Maimun. Dari lift lobby, pengunjung bisa menuju ke lantai lainnya serta dari lift lobby pula, pengunjung datang berasal dari basement. Pada lantai kedua bangunan, pengunjung bisa mengarah ke coffeeshop dari hotel, ballroom, pusat bisnis serta ruang pertemuan, ataupun ruang V.I.P. yang dikhususkan untuk pihak yang mengadakan acara di ballroom (Gambar 4.2). Lantai pertama dan lantai kedua merupakan dua area hotel yang bisa dikatakan lebih publik karena dihubungkan langsung oleh tangga putar yang hendak diletakkan pada salah satu sisi void yang ada, sehingga kesinambungan yang tercipta cukup maksimal.

Gambar 4.3 - Denah bangunan hotel lantai tiga.

Beranjak ke lantai ketiga bangunan, pengunjung mampu menikmati fasilitas yang dikhususkan untuk pengunjung hotel yang telah memesan kamar hotel. Pada lantai


(30)

43 tersebut, pengunjung akan menikmati fasilitas seperti kolam renang, pusat kebugaran, serta rooftop garden yang menawarkan sebuah café kecil untuk pengunjung mampu menikmati pemandangan Sungai Deli serta keseluruhan kompleks Istana Maimun (Gambar 4.3). Dari lantai empat sampai kesepuluh, terdapat ruangan kamar hotel yang dibuat tipikal.

Untuk akses servis, dimulai dari akses sisi samping yang dimasuki melalui Jalan Meriam, lalu menuju dek penurunan dan penaikan barang-barang berupa bahan dapur, linen, sampah, mesin, dll. Untuk akses servis seperti untuk para pegawai, dimulai dari akses masuk basement (yang membawa kendaraan) atau langsung dari Jalan Meriam (pejalan kaki) dan mampu mengakses kantor pada lantai dasar serta lantai 3. Di daerah basement terdapat loker untuk para pegawai serta lift lobby untuk menuju setiap lantai yang hendak dilayani melalui lift lobby khusus untuk servis atau pegawai (Gambar 4.4).

Gambar 4.4 - Basement Hotel.

Pengembangan denah hotel mengalami beberapa perubahan yang cukup menarik, terkhusus pada lantai kedua maupun ketiga bangunan. Pada awalnya, perancang hendak membuat posisi ballroom pada bagian lengkungan yang menghadap sungai untuk


(31)

44 memberikan suasana baru sebuah ballroom di Kota Medan, sebuah ballroom dengan pemandangan, namun oleh karena permasalahan akustik yang mungkin timbul bila menggunakan kaca sebagai kulit bangunan yang mengarah pada sungai, maka posisi ballroom sempat dipindahkan ke sisi lain dari bangunan namun masih pada lantai yang sama. Setelah pertimbangan zona yang tepat, maka pada akhirnya posisi ballroom dikembalikan pada lokasi yang sama seperti awal perencanaan. Permasalahan akustik dirasa oleh perancang akan diselesaikan melalui pemilihan bahan curtain wall yang menyelimuti sisi bangunan tersebut.

Gambar 4.5 - Perkembangan bentuk lantai tipikal hotel.

Perubahan-perubahan pada bagian hotel juga terjadi pada lantai tipikal hotel (Gambar 4.5). Pada awalnya, lantai tipikal hotel memiliki sisi yang condong ke dalam dan menerus sebanyak 3 lantai tingginya, namun oleh karena permasalahan yang mungkin timbul oleh karena tiupan angin yang semakin membesar pada lantai atas, maka pembuatan sisi bangunan yang kosong dan condong ke dalam pada satu sisi diubah menjadi dua sisi yang saling berhadapan. Ternyata hal ini juga menimbulkan kerapuhan pada sistem struktur bangunan dan hal itu juga menjadi pertimbangan untuk kembali pada konsep awal, yang mana lantai tipikal hotel dijadikan tetap masif. Pengembangan lantai tipikal hotel juga berubah oleh karena peletakan lokasi tangga darurat, ruang AHU, serta ruang mekanikal


(32)

45 tiap lantai. Perubahan tipikal lantai akhirnya berhenti setelah peletakan core bangunan telah tepat dan pengadaan sistem yang mengakibatkan lantai tipikal hotel hampir sama persis setiap lantainya. Yang kemudian membedakan adalah beberapa lantai yang memiliki posisi dua ruangan yang bisa digabung menjadi satu ruangan tipe lain.

Apartemen, oleh karena merupakan bangunan yang cukup berbeda dengan hotel, akses servis cukup terbuka untuk pemilik apartemen, oleh karena pemanfaatan area servis seperti pembuangan sampah, pencucian (laundry), dll, juga kebanyakan dilakukan oleh pemilik apartemen itu sendiri. Perbedaan akses hanya terdapat pada akses masuk servis yang terletak pada sisi tapak bangunan, sebuah jalan kecil yang diakses melalui belokan ke kiri sebelum tapak Istana Maimun. Akses tersebut akan dimanfaatkan lebih utama untuk pemasukan stok bahan untuk foodcourt serta jasa pembuangan sampah.

Gambar 4.6 - Denah bangunan apartemen lantai dasar.

Untuk pengunjung, pemilik, serta pegawai, memiliki akses yang cukup mirip, yaitu dimulai pada akses masuk utama bangunan pada lantai dasar yang bisa langusng mengarah pada lift lobby kedua menara bangunan, atau ke bagian kantor/resepsionis, ataupun menuju daerah foodcourt pada sisi belakang bangunan yang juga mampu diakses melalui pintu samping yang terarah dari halaman belakang Istana Maimun (Gambar 4.6).


(33)

46 Dari lift lobby, pemilik apartemen bisa menikmati fasilitas apartemen seperti toko swalayan kecil, pusat kebugaran dan kolam renang luar ruang/taman privat, ruang laundry, dan kotak pos. Setiap fasilitas ini dapat diakses dari koridor yang secara spasial terpisah dengan koridor utama lantai dasar apartemen, namun pemilik yang memanfaatkan koridor masih mampu melihat keluar koridor untuk memberi rasa leluasa namun tanpa mengurangi sekuritas dari pemilik serta tanpa merusak privasi pemilik apartemen (Gambar 4.6).

Gambar 4.7 - Denah bangunan apartemen lantai dua.

Pemilik apartemen juga mampu mengkases menara bangunan apartemen langsung melalui lift lobby yang terdapat di basement apartemen yang dikhususkan untuk pengguna apartemen. eperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada lantai dua bangunan terdapat sebuah rooftop garden yang berfungsi sebagai sebuah tempat untuk mengadakan pesta privat kecil yang memiliki keterbukaan dan pemandangan kompleks Istana Maimun serta Sungai Deli (Gambar 4.7). Taman ini juga menjadi penghubung antara menara satu dengan lainnya sehingga silahturami dapat terjadi pada titik ini tanpa adanya penggabungan akses dengan publik yang terdapat di bawah bangunan.


(34)

47 Pengembangan apartemen yang cukup terlihat adalah pada bagaimana konsep perancangan dilakukan dan setelah dimasukkannya unit kamar-kamar per lantai, yang alhasil mengakibatkan ketidakcukupan bangunan semula terhadap keperluan ruang yang ada. Hal ini menimbulkan perubahan pada menara bangunan yang lebih berbentuk persegi yang terletak tepat di samping salah satu sisi Istana Maimun (Gambar 4.8). Perubahan ini terlihat pada penambahan massa bangunan menjadi lebih lebar dan memanjang. Oleh karena adanya bangunan yang sangat masif, maka diadakan lorong-lorong angin setiap lantainya yang mengarah pada void yang terdapat ditengah bangunan sehingga sirkulasi udara dapat terjadi dengan baik dan kemasifan bangunan tidak menimbulkan masalah panas dalam bangunan. Ketidakcukupan kebutuhan jumlah ruang juga kemudian mengubah bentuk menara lingkaran yang melebar (menjadi tipe unit yang lebih besar) pada lantai tipikal paling atas menara yang melingkar.

Gambar 4.8 - Perkembangan denah lantai tipikal apartemen.

Pengembangan lain juga terjadi setelah dimasukkan akses masuk basement untuk pembentukan denah apartemen. Oleh karena jalan masuk yang tidak memungkinkan sebagaimana yang menjadi konsep awal, maka sirkulasi pada bagian depan apartemen mengalami sedikit perubahan, sehingga memungkinkan untuk basement yang lebih maksimal (Gambar 4.9).


(35)

48

Gambar 4.9 - Pengembangan daerah parkir dan akses basement apartemen.

Perancangan terus berlanjut, dan berkembang sampai pada tahap pembuatan denah tipikal jenis-jenis ruangan yang ada pada bangunan hotel dan apartemen. Untuk bangunan hotel, terdapat empat jenis ruangan, yaitu ruangan Deluxe, Premier/Riverview, Deli, dan Sultan (Gambar 4.10). Nama-nama ruangan tersebut memiliki fungsi sebagai pembeda jenis ruangan berdasarkan pemandangan yang diperoleh dari ruangan yang ada, serta dari besaran ruangan.

Gambar 4.10 - Denah tipikal hotel.

Untuk ruang Deluxe, perancang menjadikannya sebagai jenis ruangan dasar dengan jumlah terbanyak, memiliki pemandangan kota Medan serta bentuk denah ruang hotel yang tipikal, dengan adanya koridor yang menuju area tempat beristirahat (Gambar 4.11).


(36)

49 Ruangan Premier/Riverview memiliki bentuk tipikal yang serupa, yaitu jenis ruangan yang memiliki luasan dua kali lipat ruangan Deluxe, memiliki area istirahat dan ruang tamu yang terpisah (bukan dengan dinding), serta kamar mandi yang luas (Gambar 4.11). Perbedaan antara ruang Premier dan Riverview adalah pemandangan yang ditawarkan. Untuk ruang Riverview, pemandangan yang diperoleh adalah pemandangan langsung terhadap sungai, namun untuk ruang Premier, pemandangan yang diperoleh serupa dengan ruangan deluxe.

Gambar 4.11 - Denah tipikal ruangan tamu hotel.

Dua ruangan selain dari yang disebutkan di atas, merupakan ruangan Deli, dan ruangan Sultan, kedua jenis ruangan tersebut terletak berseberangan, tepat di sudut bangunan yang berlawanan dengan sudut ruangan Riverview. Ruang Deli merupakan jenis ruang yang memiliki luas hampir tiga kali lipat besar ruang Deluxe, memiliki ruang makan, ruang tamu, serta area tidur yang tidak dipisahkan oleh dinding dan pintu (Gambar 4.11). Ruang Deli juga memiliki kamar mandi yang besar serta toilet tamu yang terpisah. Ruang Deli memiliki bukaan yang cukup luas, hampir terbuka terhadap setiap area ruang yang ada dalam ruangan tersebut. Disebut sebagai ruang Deli oleh karena pemandangannya


(37)

50 mengarah pada kota Medan, yang dahulunya merupakan wilayah kekuasaan kesultanan Deli.

Ruang Sultan merupakan jenis ruangan suite, memiliki ruangan-ruangan tersendiri sesuai fungsi, seperti ruang tidur, pantry, kamar mandi, dan toilet tamu. Ketika pengunjung ruang Sultan memasuki ruangan ini, mereka akan disambut oleh kordior yang mempunyai pemandangan kota Medan, lalu ketika mereka mencapai ruang tamu dan ruang makan yang tergabung, pemandangan yang mereka peroleh adalah kompleks Istana Maimun (Gambar 4.11). Ruang tidur juga memiliki pemandangan yang sama seperti pada ruang tamu. Pemandangan yang lebih kurang selebar 270 derajat mengarah pada kota Medan serta kompleks Istana Maimun serta luas ruangan Sultan yang sekitar empat kali ruang biasa menjadikan ruangan ini memiliki nilai jual yang paling tinggi nantinya.

Pada bangunan apartemen, terdapat massa yang membentuk lingkaran dan setengah sisi massa tersebut memiliki pemandangan Sungai Deli sehingga dianggap lebih komersil dan cocok dijadikan sebagai massa dengan unit secara keseluruhan dijual kepada publik. Massa lainnya, yang lebih dekat dengan Istana Maimun, dijadikan sebagai bangunan yang nantinya menampung keluarga Sultan serta sisanya dijual kepada publik (Gambar 4.12). Setiap unit apartemen dirancang untuk memiiki balkon tersendiri sehingga pemilik unit dapat menikmati pemandangan secara maksimal, serta balkon diadakan guna mengurangi intensitas cahaya matahari yang memasuki unit apartemen.


(38)

51

Gambar 4.12 - Denah tipikal apartemen.

Dapat terlihat bahwa perencanaan dibuat untuk memaksimalkan pemandangan yang ada, hal ini juga merupakan salah satu terjemahan dari sifat arsitektur organik yaitu memiliki satu kesinambungan, yang dipakai oleh perancangan dalam bentuk pengalaman atau perasaan yang tercipta oleh setiap pemandangan yang diperoleh pengguna dari bangunan tersebut. Selain itu, orientasi bangunan yang memaksimalkan pemandangan kepada sungai maupun Istana Maimun juga menjadi respon terhadap tema besar yaitu area muka sungai dan terhadap bangunan eksisting, yaitu istana yang dijadikan sebagai pusat orientasi bangunan.

Dari konsep bukaan serta bentukan massa yang terbentuk dari respon terhadap garis sungai yang ada, perancang mengembangkan fasad bangunan. Seperti bentukan garis sungai yang tak tentu serta dinamis, perancang kemudian mengangkat kembali unsur air yang menjadi penghubung secara garis besar rancangan yang dibuat. Perkembangan fasad tentunya cukup menarik bagi penulis. Terjadi beberapa kali perubahan yang penulis rasa semakin berkembang kepada arah yang lebih menekankan tema yang diangkat penulis.

Pada awalnya, terlihat pada gambar konsep massa bangunan yang diangkat, perancang hendak menciptakan unsur pengulangan yang diambil dari konsep fasad Istana Maimun


(39)

52 (sebagai orientasi) yang memiliki begitu banyak pengulangan, serta terutama diangkat dari sifat air yang beriak, yang membentuk riakan yang sama - sehingga terjadi pengulangan (Gambar 4.13). Pengulangan secara horizontal tersebut juga berfungsi untuk menekankan sifat alam, yang mana terlihat begitu sederhana dari luar, namun menampung sistem yang sangat kompleks pada bagian dalamnya. Kesederhanaan melalui pengulangan horizontal secara garis besar juga mampu menjadi latar bagi bangunan Istana Maimun yang memiliki pengulangan secara vertikal, yang membuat bangunan istana akan tampak lebih jelas dan mampu menjadi titik fokus kompleks tersebut secara keseluruhan.

Gambar 4.13 - Konsep rancangan fasad kedua bangunan.

Pada pengembangan pertama yang dilakukan oleh perancang, pengulangan pada awalnya dibuat cukup kaku sehingga menciptakan bangunan yang terlihat kaku, tidak dinamis, dan tema organik tidak begitu terasa (Gambar 4.14). Selain itu, detail sisi bangunan yang dibuat sebagai finishing juga tampak terlalu tajam, yang mana, bila ditelaah kembali, sangat tidak menyatakan unsur atau sifat organik yang dinamis, mengalir, dan secara keseluruhan tidak memiliki unsur tajam.


(40)

53

Gambar 4.14 - Pengembangan pertama fasad bangunan hotel.

Dengan tetap mempertahankan unsur pengulangan, perancang melakukan eksplorasi terhadap jenis pengulangan lain, namun yang terbentuk adalah (secara tidak disengaja) terlalu banyak pengulangan secara horizontal melalui unsur sirip yang tampaknya menjadi semakin menjauh dari unsur organik (Gambar 4.15). Selain itu, hasil yang diperoleh menimbulkan keanehan bila bangunan tersebut diletakkan pada kedua sisi bangunan Istana Maimun.

Gambar 4.15 - Pengembangan kedua fasad bangunan hotel dan apartemen.

Penggantian fasad kemudian terjadi lagi, namun yang dilakukan sebagai eksplorasi pengembangan fasad kali ini lebih menekankan pada unsur air yang dinamis. Pengulangan secara horizontal masih tetap dipertahankan, namun perancang membentuk pengulangan horizontal yang sama sekali berbeda di setiap lantainya (Gambar 4.16). Hal


(41)

54 ini dilakukan perancang untuk menekankan bahwa sifat air adalah dinamis dan tidak simetris. Unsur lain yang dibentuk dalam pengulangan horizontal setiap lantainya juga terlihat dari bentukan pengulangan yang memiliki bentuk gelombang, ataupun bisa dikatakan menggunakan unsur kurva yang tidak beraturan setiap lantai, namun "mengalir" disetiap lantainya sehingga ada kesinambungan seperti air yang mengalir.

Gambar 4.16 - Pengembangan ketiga fasad bangunan hotel dan apartemen.

Pengembangan fasad kemudian akan lebih terfokus pada bagaimana menciptakan garis vertikal yang terdapat pada bangunan apartemen untuk memisahkan balkon antar unit fungsi memberi privasi kepada setiap pemilik unit apartemen. Hal ini akan menjadi tantangan ketika perancang hendak menegaskan unsur horizontal namun harus meletakkan unsur vertikal secara fungsional.


(42)

BAB V

TWISTS & TURNS

Pendapat dan tanggapan terhadap desain sering kali, menurut perancang, sangat berpengaruh terhadap rancangan yang dibuat. Tanggapan yang muncul pun dirasa cukup, bahkan sangat membantu dalam menyempurnakan atau paling tidak memperbaiki desain atau rancangan yang dibuat. Melalui pendapat pula rancangan yang dibuat akan semakin baik dan mengarah pada rancangan yang lebih bisa diterima (tidak semata-mata memenuhi "keinginan" perancang).

Gambar 5.1 - Groundplan.


(43)

56 Dalam proses perancangan yang terjadi, beberapa hal yang menjadi tanggapan terhadap rancangan yang dibuat adalah terutama pada masalah yang cukup mendasar, mengenai alasan pengadaan sebuah rancangan. Perancang diminta untuk lebih analitis dalam proses perancangan awal, mengingat permasalahan yang terjadi pada mengapa dibuat unsur air (dalam hal ini sungai buatan) yang masuk (Gambar 5.1), bahkan dikatakan merusak "spirit of place" yang ada pada tapak Istana Maimun. Selain itu, analisis terhadap sejarah tapak juga diminta untuk lebih ditekankan sesuai dengan tema yang diangkat perancang, yaitu untuk mengingat, dan melalui kata mengingat itu, hal-hal yang orisinil-lah yang diharapkan untuk mampu diingat.

Gambar 5.2 - Jalan setapak dengan panel informasi.

Dalam menanggapi pendapat tersebut, perancang kembali merujuk pada alasan pengadaan unsur air yang masuk ke dalam tapak Istana Maimun, yaitu untuk menghubungkan atau memberi unsur yang dapat dirasakan pada bagian belakang istana menjadi lebih tegas. Melalui pengadaan unsur sungai buatan tersebut pula, diharapkan untuk bahkan lebih memperkuat spirit of place, yaitu melalui jalan setapak yang bisa dilalui oleh pengujung (Gambar 5.2), dan terarah pada sungai yang menjadi unsur pokok tapak tersebut. Selain itu, direncanakan juga ketika pengunjung melalui jalan tersebut, terdapat titik-titik yang disisipkan panel-panel berupa sejarah-sejarah tapak yang


(44)

57 mengedukasi pengunjung serta memperkuat ingatan pengunjung terhadap tempat yang mereka kunjungi. Selain itu, oleh karena pengadaan sungai buatan yang mencapai tapak bagian depan Istana Maimun, ditakutkan dapat merusak esensi "sakral" yang dimiliki tapak - namun sebaliknya perancang merasa unsur tersebut bahkan memperkuat keberadaan Istana Maimun karena terjadi penambahan dimensi melalui refleksi yang terbentuk oleh air, dan serta-merta tidak merusak gambaran geometris istana karena sungai yang tidak memiliki gubahan massa secara vertikal ke atas (Gambar 5.3).

Gambar 5.3 - Fitur air di depan istana.

Perihal lain yang menjadi masukan serta perbaikan adalah peletakan dan posisi Meriam Puntung yang dirancang untuk dipindahkan kebagian belakang Istana Maimun. Oleh karena sejarah yang kuat dan peran meriam yang memang seharusnya berfungsi sebagai pelindung posisi depan sebuah kerajaan, maka posisi Istana Maimun tetap berada di bagian depan bangunan untuk menghormati fungsi serta sejarah dari Meriam Puntung itu sendiri. Pengadaan unsur air kedua yang terdapat di bagian belakang tetap berdasar pada unsur geometris Istana Maimun, sehingga tercipta kesan simetris yang serupa. Untuk generator kegiatan, maka dirasa butuh diletakkan sesuatu yang cukup menarik untuk dinikmati ataupun dilihat, dan kereta kerajaan yang saat ini terletak di depan Istana dirasa


(45)

58 cukup cocok sebagai unsur yang diletakkan pada bagian belakang Istana Maimun, yang juga berfungsi sebagai tempat peletakan kereta kerajaan bila tidak difungsikan - yang mana bisa langsung digerakkan ke depan istana dengan mudah bila dibutuhkan untuk acara kesultanan (Gambar 5.4).

Gambar 5.4 - Kereta Sultan dan lokasi penempatan baru.

Gambar 5.5 - Pengembangan daerah muka sungai.

Sebagaimana telah disebutkan mengenai pengembangan wilayah muka sungai, maka tapak yang terletak di sisi kiri maupun kanan Istana Maimun, serta tapak yang berada di sebrang Istana akan dijadikan sebagai daerah publik yang mana pengunjung mampu menikmati dengan maksimal suasana sungai yang ada (Gambar 5.5). Rancangan muka sungai yang sudah ada dalam perencanaan perancang adalah adanya bagian tapak yang menurun ke arah sungai, unsur sungai buatan yang mengarahkan pengunjung dari sisi Istana Maimun sampai ke sungai, restoran atau foodcourt yang menghadap sungai,


(46)

59 gubahan massa bangunan yang berorientasi terhadap keberadaan sungai, serta piazza yang terdapat di belakang istana yang memiliki pemandangan luas terhadap area muka sungai. Pengembangan lebih lanjut juga akan dibuat sehingga tapak-tapak yang saling bersebelahan mampu dihubungkan - dan dalam hal ini dihubungkan oleh jalur pejalan kaki yang memanjang sepanjang sungai, sebuah unsur yang perancang rasa sangat menegaskan keberadaan sungai dan menciptakan daerah muka sungai yang lebih baik. Oleh karena itu, tapak Istana Maimun juga akan diberi unsur pejalan kaki yang menghubungkan tapak ini dengan tapak di sebelahnya (Gambar 5.6).

Gambar 5.6 - Garis merah menunjukkan jalur pejalan kaki.

Permasalahan mendasar juga muncul mengenai bagaimana menghubungkan unit perumahan dengan bangunan Istana Maimun, terkhusus bagi keluarga Sultan. Hal ini berdasar pada kondisi riil dimana masih terdapat beberapa keluarga yang saat ini memiliki tempat tinggal yang terdapat pada lantai dasar istana. Hal yang menjadi perdebatan adalah keberadaan mereka yang belum tentu sangat terikat pada istana, dan untuk permukiman keluarga Sultan yang terletak di belakang istana, setelah dilakukan survey, ternyata tidak memiliki hubungan fungsional terhadap istana itu sendiri, dengan


(47)

60 kata lain, penghubung langsung unit perumahan dengan Istana Maimun dirasa tidak primer dan hanya berfungsi bagi keluarga inti Sultan. Untuk perencanaan yang sudah dibuat oleh perancang, sebenarnya terdapat jalur dari apartemen ke istana yang sudah cukup dekat, yaitu melalui pintu masuk apartemen sekunder yang mengarah pada piazza yang terletak dibelakang Istana Maimun, sehingga jalur yang ditempuh adalah dari sisi apartemen ke bagian belakang bangunan istana (Gambar 5.7).

Gambar 5.7 - Akses dari apartemen ke istana.

Dalam pengolahan fasad, masih terdapat beberapa kekurangan, terkhusus pada bangunan apartemen. Kekurangan terdapat pada cara pengolahan fasad pada bagian yang datar (Gambar 5.8) yang dirasa cukup buruk karena pengolahan fasad dirasa langsung terputus dan tidak memiliki hubungan dengan pengolahan fasad bagian lain. Yang terakhir adalah peletakan unsur pemisah vertikal antar unit apartemen yang juga sudah disebutkan sebelumnya - yang berpotensi menjadi pengolahan yang cukup menarik (Gambar 5.9).


(48)

61

Gambar 5.8 - Fasad apartemen dengan sisi datar yang memberi kesan terpotong.

Gambar 5.9 - Perkembangan fasad apartemen.

Untuk pengolahan Istana Maimun sendiri, bila memungkinkan, maka hendak direncanakan posisi-posisi ataupun penzonaan interior bangunan istana, terkhususnya adalah pembagian zona publik serta zona privat yang diperuntukkan bagi kepentingan Sultan kedepannya.Pembagian zona publik yang sudah direncanakan kemungkinan besar adalah pengadaan museum dan galeri pada lantai dasar bangunan istana serta restoran yang menyediakan fine-dining pada lantai keduanya. Untuk zona privat, ruang-ruang seperti ruang kerja, ruang istirahat, ruang pengadaan prosesi adat dalam ruangan, serta ruang servis seperti dapur dan stok barang untuk kepertingan kesultanan akan diletakkan pada salah satu sayap bangunan yang akan dibuat menyatu dan menyeluruh dari lantai


(49)

62 pertama serta kedua (Gambar 5.10). Posisi sayap bangunan tentunya yang menjadi pertimbangan adalah sayap bangunan yang paling dekat dengan bangunan apartemen, sehingga akses keluarga inti Sultan juga akan terasa lebih mudah.

Gambar 5.10 - Pembagian zona dalam istana.

Hal lain yang diperoleh perancang yang cukup penting pula adalah mengenai cara presentasi yang begitu mempengaruhi persepsi yang diperoleh orang lain, terutama klien, terhadap rancangan yang dibuat. Presentasi yang baik disertai dengan perancangan yang baik pula akan benar-benar memuaskan klien serta memberi pemahaman yang maksimal terhadap klien, dan sebaliknya, presentasi yang buruk, tidak mempedulikan baik atau buruknya rancangan, akan membuat persepsi perancang serta klien mungkin berbeda dan tidak memperoleh satu titik temu.

Pengembangan sebuah perancangan sering kali menjadi sebuah "momok" bagi perancang, mengingat bagaimana besarnya kemungkinan terjadi kesalahan yang fatal mengenai peletakan-peletakan unsur perancangan yang berhubungan dengan utilitas,


(50)

63 mekanikal, maupun elektrikal. Sering kali, meskipun kesalahan tersebut tidak fatal, yang terjadi adalah tetap adanya perubahan yang banyak dan terkadang menjadikan perancang harus memperbaiki cukup banyak materi perancangan. Namun, satu hal yang perancang sadari adalah ketika terjadi proses perbaikan, maka perancangan yang dibuat tentunya akan semakin baik atau bisa dikatakan selangkah lebih maju, dan memang terbukti bahwa melalui perbaikan kesalahanlah, perancang semakin mengerti dan mampu menjadikan perbaikan ini sebagai pelajaran dan pengingat yang "manjur" untuk di kemudian hari.

Pengembangan utilitas, mekanikal, dan elektrikal juga akan sangat bermanfaat serta berguna agar perancang tahu apakah bangunan ini sudah layak atau paling tidak memungkinkan untuk ditinggali atau dihuni dengan tingkat kenyamanan yang standar. Hal ini tentunya melibatkan perancangan skema utilitas, mekanikal, dan elektrikal yang mengacu pada sebuah standar yang pada umumnya digunakan dalam proses perancangan sebuah bangunan. Melalui acuan pada standar inilah, kelayakan sebuah bangunan untuk dihuni padat diketahui, meskipun pengembangan lebih lanjut dan detail akan kemudian dilaksanakan oleh ahli utilitas, mekanikal, maupun elektrikal yang mungkin akan kembali memberikan perubahan-perubahan dalam perancangan yang dibuat.

Beranjak dari pengertian mendasar perancang serta "ketakutan" yang disebut diatas, pada akhirnya, perancang menemui bahwa ketakutan atau momok tersebut benar terjadi pada perancangan mendasar yang perancang selesaikan, salah satu kesalahan yang perancang rasa cukup fatal adalah mengenai peletakan shaft pada bangunan apartemen. Meskipun peletakan shaft pada bangunan hotel sudah mumpuni, perancang bingung dan cukup heran, bagaimana perancang bisa berakhir pada kesalahan yang seharusnya sudah dihindari pada awalnya. Kesalahan peletakan shaft yang hendak diletakkan di posisi


(51)

64 dinding pemisah tersebut berujung pada shaft utilitas yang bertubrukan dengan balok-balok utama bangunan apartemen (Gambar 5.11).

Gambar 5.11 - Perubahan posisi dinding dan shaft.

Kesalahan peletakan shaft tersebut, berujung pula pada perbaikan layout unit apartemen tipikal di setiap lantainya. Perbaikan ini, untungnya, tidak begitu memakan waktu, meskipun, terjadi beberapa revisi sampai akhirnya memperoleh perbaikan yang final. Hal yang menarik, ditemui oleh perancang adalah bagaimana perubahan yang terjadi pada layout unit apartemen tersebut (Gambar 5.12) menimbulkan kualitas ruang yang dirasa lebih baik dari sebelumnya.


(52)

65 Peletakan shaft kemudian berkembang dan dibuat dengan orientasi shaft dari lantai tipikal kedua bangunan tersebut, yang kemudian dilanjutkan sampai pada bagian terbawah. Perancang menemui pada beberapa titik bahwa shaft (khususnya shaft yang menampung pipa untuk air bersih, air panas, air kotor, serta shaft septic tank) membutuhkan pengalihan sehingga tidak menimbulkan adanya ruang yang tiba-tiba memiliki shaft di tengah ruang tersebut yang tentunya merusak estetika dan menghalangi adanya fungsi ruang yang berjalan pada ruang tersebut. Pengalihan tersebut tentunya dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk materi dalam pipa atau saluran tersebut dapat mengalir dengan baik.

Untuk alur utilitas atau sanitasi, perancang meletakkan tangki air pada bagian basement yang menampung pasokan air utama, yang kemudian dipompa ke bagian paling atas bangunan dan akhirnya didistribusikan sebagai pasokan air di setiap ruang yang membutuhkan. Pada pendistribusian air tersebut, terdapat boiler pada lantai paling atas untuk memenuhi kebutuhan air panas pada bagian atau ruang-ruang tertentu bangunan, khususnya untuk unit kamar pada bangunan hotel (Gambar 5.13). Untuk air kotor akan dialiri ke pengolahan limbah yang kemudian dialiri ke riul kota.


(53)

66

Gambar 5.13 - Sistem utilitas bangunan hotel dan apartemen.

Kesalahan lain yang dibuat oleh perancang adalah bagaimana perancang membuat tinggi bangunan yang sudah pas dengan tinggi maksimal yang diizinkan, tanpa memikirkan mengenai peletakan rumah lift, tangki air, cooling tower, dan lainnya yang tentunya juga menambah tinggi bangunan secara keseluruhan. Hal ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya pengurangan tinggi lantai bangunan tertentu, khususnya pada lantai podium yang masih bisa dikurangi tingginya (Gambar 5.14 dan 5.15). Untuk bangunan hotel, pengurangan tinggi lantai juga terjadi pada setiap lantai tipikal sehingga setelah penambahan lantai bagian atap bangunan, ketinggian maksimal bangunan yang diizinkan tidak terlampaui.


(54)

67

Gambar 5.14 - Penambahan lantai utilitas bangunan hotel.

Gambar 5.15 - Penambahan lantai utilitas bangunan apartemen.

Proses perbaikan ini juga ternyata membuahkan perancangan yang memberi efek yang positif pula. Perancang tinggal di negara tropis dan sangat merasakan perbedaan temperatur yang terjadi antara lantai teratas bangunan dengan lantai dibawahnya, terkhusus pada bangunan yang menggunakan dak beton sebagai penutup bangunan teratas. Dirasakan bahwa lantai teratas yang dapat dihuni (hanya dibatasi oleh dak beton sebagai pelindung cuaca) memiliki temperatur yang secara signifikan lebih tinggi, oleh karena sifat beton yang menyerap panas dengan sangat baik, dan dengan cepat melakukan emisi panas tersebut ke ruang dibawahnya.

Hal ini dirasa sangat tidak adil bagi penghuni yang tinggal pada bagian paling atas sebuah bangunan. Meskipun dapat dibantu dengan hadirnya pengkondisian udara, namun


(55)

68 perancang melihat bahwa dengan penambahan sebuah plat lantai atau dak beton tambahan pada lantai rooftop, pengkondisian udara dapat lebih minimal dan penghuni pada bagian paling atas bangunan juga tidak serta merta langsung merasakan panas yang diserap oleh dak beton teratas bangunan - yang tentunya memberikan kenyamanan termal yang lebih baik.

Untuk masalah pengkondisian udara, perancang telah mempersiapkan ruang yang dianggap sudah cukup untuk distribusi secara vertikal (ruang AHU) pada bangunan hotel, maupun pada salah satu menara apartemen. Untuk bangunan apartemen, setiap unit akan diproyeksikan untuk menggunakan pengkondisian udara dengan sistem split, sehingga penghuni dapat dengan mudah serta fleksibel, mengatur seberapa banyak pengkondisian udara yang dibutuhkan. Untuk koridor menara apartemen, salah satunya akan menggunakan pengkondisian udara, dan yang satunya lagi memanfaatkan pergerakan udara secara alami, dengan adanya lubang-lubang vertikal yang dibuat sehingga udara dapat mengalir dengan baik dan memberi kenyamana termal yang cukup pada koridor salah satu menara apartemen.

Selain utilitas dan pengkondisian udara, sistem elektrikal juga menjadi pertimbangan, terdapat paling tidak dua shaft yang melayani distribusi listrik secara vertikal (Gambar 5.16). Arus listrik direncanakan untuk dibuat melalui mesin generator, bukan hanya melalui PLN mengingat kebutuhan daya listrik yang cukup besar sesuai dengan hitungan yang telah dibuat pada programming sebelumnya, selain mesin generator utama, juga disediakan mesin generator cadangan guna mengantisipasi bila terjadi permasalahan pada mesin generator utama.


(56)

69

Gambar 5.16 - Sistem distribusi elektrikal bangunan hotel dan apartemen.

Untuk keselamatan terhadap bencana seperti kebakaran maupun gempa bumi, tangga kebakaran dibuat pada titik yang mampu melayani cakupan jarak maksmimal 20-30 meter sehingga bila terjadi bencana, penghuni ataupun pengguna bangunan dapat dengan segera mengakses tangga darurat (Gambar 5.17 dan 5.18).


(57)

70

Gambar 5.18 - Jalur evakuasi bangunan hotel.

Pembuatan sistem utilitas, mekanikal maupun elektrikal pada akhirnya, sebagaimana telah disebutkan di atas, menjadi tolak ukur untuk kelayakhunian sebuah bangunan. Dan melalui perancangan sistem tersebut pula, diketahui apakah bangunan yang dirancang mampu melayani penghuni ataupun pengguna bangunan dengan baik atau tidak, dan terakhir, melalui pengetahuan akan dasar sistem-sistem tersebut, perancangan yang dibuat kiranya bisa dipertahankan dan tidak berubah bila disisipkan perancangan sistem bangunan yang lebih detail oleh para ahli sistem tersebut, mengingat banyak bangunan yang dirancang arsitek setelah dimasuki oleh perancangan sistem menjadi berubah dan sering kali tidak sesuai dengan rancangan awal, atau bahkan menjadi tidak layak bangun.

Perubahan-perubahan yang tercipta oleh karena kesalahan perancangan yang dibuat sebelumnya, menimbulkan beberapa pertimbangan ulang terutama pada sistem pembalokan struktur bangunan, serta pada pembentukan fasad bangunan. Untuk mendapatkan sebuah keyakinan bahwa perubahan-perubahan tersebut menjadikan rancangan masih layak ataupun memungkinkan untuk berdiri kokoh, maka proses perancangan yang dilakukan selanjutnya adalah penentuan pembalokan untuk kedua bangunan.


(58)

71 Pembalokan merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam struktur, yang menahan beban lantai dan kegiatan yang terjadi pada bidang lantai tersebut. Pembalokan dirasa cukup menentukan bagi peletakan shaft agar tidak terjadi bentrok antara saluran-saluran yang menerus ke atas dengan balok yang menerus secara horizontal. Untuk pembalokan pada bangunan hotel maupun apartemen, dibagi menjadi beberapa bagian tipikal, yaitu pembalokan tower (Gambar 5.19 dan 5.22), pembalokan podium (Gambar 5.20 dan 5.23), serta pembalokan pada bagian basement (Gambar 5.21 dan 5.24). Pada bagian podium dan basement dapat terlihat adanya beberapa pembagian pembalokan yang dipisahkan oleh beberapa dilatasi. Berikut merupakan gambar-gambar pembalokan tipikal yang bisa ditemui pada kedua bangunan tersebut.

Gambar 5.19 - Pembalokan lantai tipikal apartemen.

Gambar 5.20 - Pembalokan lantai podium apartemen.


(59)

72

Gambar 5.22 - Pembalokan lantai tipikal hotel.

Gambar 5.23 - Pembalokan lantai podium hotel.

Gambar 5.24 - Pembalokan lantai basement hotel.

Untuk bagian ballroom pada bangunan hotel, terdapat sistem struktur yang cukup variatif atau bisa dikatakan sedikit berbeda dari struktur bangunan hotel secara menyeluruh. Plat lantai akan ditopang oleh kolom yang cukup besar yang dapat terlihat pada bagian dasar bangunan (Gambar 5.25), lalu untuk penutup atau atap ballroom akan ditopang oleh struktur kantilever yang merupakan struktur balok kantilever dari beberapa kolom yang merupakan kolom penopang salah satu sisi bagian podium serta tower. Pada bagian ballroom atau exhibition hall, yang digunakan sebagai penutup atau pelapis bagian


(60)

73 bangunan tersebut adalah kaca double-glazed serta ditambah oleh shading yang berupa wiremesh yang memiliki bentuk lingkaran. Bentukan wiremesh yang digunakan adalah bentukan yang mengalir - sama dengan konsep utama, serta menggunakan pola lingkaran yang merupakan pengulangan pola skylight atau canopy pada bangunan hotel (Gambar 5.26).

Gambar 5.25 - Pembalokan beserta kolom (merah) pada bagian ballroom hotel.

Gambar 5.26 - Wiremesh pada fasad hotel.

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penutup bangunan merupakan ekstensi lantai yang memiliki kolom serta balok yang difungsikan sebagai lantai rooftop yang memiliki penutup pula. Hal ini memungkinkan adanya penghambatan perambatan panas yang berlebihan yang langsung mengenai penghuni yang berada di bagian paling


(61)

74 atas bangunan hotel maupun apartemen. Penutup bagian atas bangunan tetap menggunakan plat lantai cor untuk memaksimalkan perlindungan terhadap cuaca panas, sedangkan penutup sisi bangunan akan menggunakan bahan alucobond (aluminium komposit) yang sangat mudah dibentuk serta cukup ringan namun terlihat padat. Alucobond yang digunakan merupakan jenis yang tidak mengkilap sehingga terlihat seperti bahan semen yang digunakan sebagai penutup bangunan pada bangunan apartemen.

Aluminium komposit tersebut dipakai untuk menutupi hampir secara keseluruhan sisi paling atas bangunan, namun akan diberi cela pada sisi atas maupun bawah bangunan yang berfungsi sebagai bukaan untuk membiarkan adanya terjadi sirkulasi angin, sehingga mengurangi panas pada bagian bangunan tersebut. Penutup bangunan pada bagian tersebut akan ditopang oleh rangka baja ringan yang mengelilingi sisi luar bangunan.

Gambar 5.27 - Potongan prinsip bangunan hotel (konsep yang serupa untuk penutup pada bagian sisi lantai rooftop).

Penerapan penutup bangunan yang sama, yaitu menggunakan aluminium komposit dengan rangka baja ringan yang dilakukan pada bagian rooftop bangunan, juga diterapkan pada kantilever atau overhang yang terdapat pada bangunan hotel (Gambar 5.27).


(62)

75 Berfungsi menunjukkan konsep mengalir (sifat dari air), overhang juga difungsikan sebagai pelindung dari panas matahari - yang mana overhang tersebut akan menciptakan daerah bayang-bayang, sehingga panas matahari terik, terutama dari sekitar pukul 11 sampai pukul 4, tidak memberi panas dalam ruangan tipikal hotel yang mengurangi kenyamanan termal pengunjung ataupun pengguna.

Sistem kantilever juga dibuat pada bangunan apartemen, namun menggunakan penerapan material yang berbeda. Kantilever yang berfungsi sebagai pemberi daerah bayang-bayang guna melindungi dalam bangunan atau ruangan dari hawa panas yang berlebihan, juga berfungsi sebagai balkon pada bangunan apartemen. Oleh karena kantilever tersebut berfungsi sebagai balkon, kantilever harus menggunakan rangka yang lebih kokoh, dan untuk itu, perancang menggunakan rangka beton sehingga kantilever kokoh dan mampu menahan beban yang terjadi karena terdapat aktivitas manusia di bidang kantilever tersebut. Untuk aspek fluiditas atau seperti yang telah disebut di atas, berupa konsep mengalir, pembatas balkon menggunakan cor yang memiliki bekisting atau cetakan yang unik di setiap bagiannya (Gambar 5.28).


(63)

76 Dari perubahan-perubahan tersebut, maka pada akhirnya pengembangan perancangan kembali terjadi dan pastinya membuat rancangan semakin baik dan semakin layak untuk dibangun. Meskipun demikian, tentunya masih banyak yang mampu atau bisa diperbaiki dan dilengkapi pada tahap yang lebih lanjut, terutama dalam hal-hal yang lebih mendetail yang merupakan bagian yang lebih lanjut dari perancangan secara keseluruhan seperti peletakan titik-titik lampu, stop kontak, sampai pada jenis rumput dan tumbuhan yang digunakan dalam rancangan lansekap proyek. Elaborasi yang lebih lanjut ini tentunya akan membawa rancangan ke tahap yang lebih final dan semakin dimengerti oleh kontraktor atau orang-orang yang terlibat dalam proses pembangunan rancangan.


(64)

BAB VI

METAMORPHOSIS

Setelah penyelesaian, atau dalam hal ini, mungkin bisa disebut sebagai "penyempurnaan" rancangan, maka hal terakhir yang hendak dibuat adalah menyajikan hasil rancangan untuk kemudian dipresentasikan. Penyajian rancangan, menurut perancang, adalah salah satu bagian yang terpenting dalam sebuah proses perancangan. Selain menjadi bagian yang paling penting, bisa dikatakan proses ini merupakan proses atau tahapan yang paling menarik bagi perancang untuk dilaksanakan.

Tahap penyajian diawali oleh penyusunan mengenai apa yang hendak dipresentasikan. Penyusunan tersebut kemudian direalisasikan melalui pembuatan layout atau tatanan per lembar (presentasi menggunakan kertas berukuran A1 sebagai media) berisikan hal-hal yang hendak dipresentasikan. Penyusunan layout-lah yang menjadi dasar dari pembuatan poster yang akan disajikan nantinya. Perancang membuat susunan yang menjadikan hirarki sebagai dasar dari pembuatan layout poster.

Hirarki yang digunakan adalah berdasarkan pada skala. Sehingga menimbulkan halaman yang mengandung unsur gambar-gambar berskala besar diletakkan di halaman-halaman awal poster. Namun untuk halaman-halaman pertama, guna menjelaskan inti kesinambungan gambar rancangan dari awal sampai akhir, diletakkan konsep bangunan maupun tapak secara keseluruhan yang disertai dengan sebuah gambar perspektif yang bersifat menyeluruh sehingga dalam penyajiannya, pendengar maupun para pembaca


(65)

78 poster bisa mengetahui apa yang akan diharapkan (hasil) dari perancangan ini (Lampiran 2.1).

Untuk halaman kedua, perancang memasukkan gambar dengan skala terbesar, yaitu gambar tapak secara keseluruhan serta skyline yang terbentuk ataupun yang bisa disebut sebagai potongan tapak (Lampiran 2.2). Melalui gambar ini, perancang berharap tatanan skyline serta bentukan massa bangunan dapat jelas terlihat dan melalui gambar ini pula dapat dijelaskan bagaimana pengaruh perancangan terhadap lingkungan disekitar bangunan tersebut.

Selanjutnya pada halaman ketiga (Lampiran 2.3) dan keempat (Lampiran 2.4), perancang menyajikan rancangan konseptual dari berbagai aspek, seperti dari hal yang paling mendasar yaitu aspek inti bangunan serta pembagian zona bangunan ataupun pemrograman yang dicocokkan dengan massa bangunan yang terbentuk. Selain kedua aspek tersebut, perancang menyajikan konsep jalur atau sistem utilitas serta elektrikal yang melayani kedua bangunan tersebut. Gambar yang terakhir yang dibubuhkan pada kedua halaman tersebut adalah gambar konsep sistem struktur serta pelapis bangunan. Gambar-gambar tersebut disajikan secara aksonometri guna memberikan kesan riil dan menunjukkan keteraturan konsep-konsep dari aspek-aspek yang berbeda dalam kedua bangunan tersebut.

Gambar groundplan serta elevasi atau tampak adalah gambar yang disajikan berikutnya (Lampiran 2.5). Gambar ini sudah lebih detail, dengan skala yang lebih besar, menunjukkan rancangan tapak secara keseluruhan beserta gambaran denah lantai dasar dari kedua bangunan. Gambar groundplan menunjukkan hubungan konsep tapak dengan


(66)

79 rancangan tapak secara riil dan menunjukkan hubungan luar bangunan dengan dalam bangunan terkhusus pada bagian lantai pertama. Gambar ini juga menjelaskan alur sirkulasi dalam tapak serta menunjukkan titik fokus terjadinya aktivitas dan menunjukkan potensi-potensi tapak yang akan terjadi. Melalui gambar elevasi, perancang menunjukkan bentukkan massa yang sudah dikembangkan sedemikian rupa sehingga terdapat fitur-fitur pembeda seperti sisi-sisi bangunan, dan menunjukkan daerah yang memperoleh bayang-bayang atau tidak, dan menunjukkan bahan atau material yang dipakai serta warna yang terjadi melalui bahan atau material bangunan yang dipakai.

Melalui halaman groundplan, maka dua halaman berikutnya yang berupa halaman yang berisi gambar-gambar denah dapat dijelaskan (Lampiran 2.6 dan 2.7). Kedua halaman tersebut mengadung gambar denah bangunan yang lengkap, berisi denah di atas dan di bawah lantai dasar, menunjukkan rancangan yang menanggapi serta merupakan pengembangan langsung dari pemrograman yang sudah diperlihatkan pada halaman awal. Halaman ini juga menunjukkan detail seperti alur sirkulasi pengunjung maupun servis serta menunjukkan hubungan antara inti bangunan dan ruangan sekitar yang dilayani oleh inti bangunan tersebut.

Gambar potongan kemudian menjelaskan hubungan bangunan dan ruangan di dalamnya secara vertikal dan menunjukkan batasan antara ruang luar terhadap ruang dalam bangunan (Lampiran 2.8). Melalui gambar potongan dapat pula dijelaskan ketinggian bangunan, dalam kasus ini menjelaskan bahwa terdapat batasan tinggi maksimal yang harus dijaga. Selanjutnya terdapat potongan yang lebih mendetail pada halaman ini untuk menunjukkan sambungan-sambungan secara keseluruhan dari kulit luar bangunan terhadap struktur bangunan, serta untuk memberi skala, dibubuhkan figur pengguna.


(67)

80 Rancangan tipikal ruangan terdapat pada halaman berikut setelah gambar potongan, untuk memberikan detail terhadap ruangan tipikal pada bangunan hotel dan apartemen, disusun sesuai dengan jenis ruangan (untuk bangunan apartemen) serta lokasi ruangan (untuk bangunan hotel). Gambar rancangan tipikal ruangan dibuat dengan warna agar dapat lebih mudah dimengerti posisi furnitur terhadap ruangan, serta menunjukkan kualitas material dari perabot maupun lantai ruangan yang ada (Lampiran 2.9). Pada halaman terakhir disertakan gambar-gambar ilustrasi berupa eksterior bangunan serta beberapa gambar interior bangunan, gambar ilustrasi tersebut berfungsi menunjukkan suasana yang tercipta dari hasil rancangan serta memberikan kesan yang lebih riil dari rancangan yang dibuat (Lampiran 2.10).

Poster yang dibuat perancang juga memiliki konsep tersendiri. Perancang menekankan kesederhanaan dari poster sehingga gambar yang disajikan tampak lebih menonjol dibandingkan dengan desain poster itu sendiri. Perancang menggunakan dua warna sebagai warna utama dari rancangan poster, yaitu warna biru muda dengan warna hijau muda. Warna tersebut diambil dari warna yang paling banyak ditemui di alam - guna menekankan tema yang diangkat perancang, serta menunjukkan adanya kesinambungan antara rancangan poster dengan rancangan arsitektural yang dibuat oleh perancang. Untuk setiap halamannya, perancang membuat kotak yang berisikan nomor halaman untuk memudahkan orang-orang yang melihat presentasi rancangan sesuai dengan nomor halaman atau alur yang dibuat dalam memahami rancangan.

Tulisan yang dipilih juga sangat menentukan bagus tidaknya sebuah presentasi. Dalam hal ini, untuk menyelaraskan kesederhanaan poster dengan tulisan, perancang menggunakan tulisan sans serif yang tidak memiliki "ekor-ekor" pada tulisannya


(68)

81 (Gambar 6.1). Tulisan san serif yang dipilih adalah tulisan bernama "Avant Garde", yang mana sangat sederhana dan terlihat berkelas. untuk ukuran tulisan dibuat berkisar antara ukuran 24 - untuk tulisan-tulisan judul maupun penjelasan, sampai 100 - untuk tulisan tema besar pada halaman pertama.

Gambar 6.1 - Perbedaan tulisan serif dan sans serif.

Pembuatan maket juga tidak bisa terlepas dari presentasi akhir, oleh karena keterbatasan waktu, pembuatan maket dibeuat sesederhana mungkin, namun menunjukkan detail yang sebanyak mungkin. Maket dibuat dengan alas tripleks beserta beberapa lapis sol untuk menunjukkan kedalaman sungai dan dilapis dengan kertas tik sebagai dasar tapak bangunan. Kertas tik juga dipakai untuk keseluruhan model bangunan karena kemudahan pengolahan bahan tersebut. Maket dirasa cukup berguna dalam presentasi untuk menunjukkan kualitas ruang yang tercipta serta mampu membantu dengan sangat baik ketika mempresentasikan rancangan (Gambar 6.2).


(1)

92

Third Floor

Fitness Center

Reception/ Hall Semi

Public 100 - 341

Fitness Room Semi

Private 40 - 321

Swimming Pool Semi

Private 30 - 158

Lounge Semi

Private 40 - 198

Locker/ Toilet/ Sauna

Semi

Public 40 2 @ 155 310

Rooftop Café

Bar Semi

Public 20 - 50

Dining Area Semi

Public 100 - 506

Management Office Private - - 397

Service Access Service - - 80

Building Core Service - - 180

Total 2541 Hotel Room Floors

Hotel Rooms

Deluxe Private 2 57 @ 33 1881 Premier Private 2 10 @ 67 670 Riverview Private 2 14 @70 980

Deli Private 2+ 7 @ 87 609

Sultan Suite Private 2++ 7 @ 116 812 Corridors Semi

Private 7 @ 160 1120 Building Core Service 7 @ 180 1260 Total 7332 Basement 1

Toilets Public 14 2 @ 34 68

Employee Lockers Private 100 2 @ 134 268

Storage Service - - 269

Parking Space/Circulation Public 75 Cars - 4000

Security Service - - 66

Service Access Service - - 106

Building Core Service - - 180


(2)

93

Basement 2

Toilets Public 14 2 @ 34 68

Utility Room Service - - 505

Parking Space Public 60 c*/ 71

mc** - 4000

Security Service - - 66

Service Access Service - - 106

Building Core Service - - 180

Total 4925 Total Hotel Floor Area (With Basements) 25422 * cars

** motorcycles Apartment

Area Rooms Zone Capacity

No. Of Rooms @ Area Total Gross Area Groundfloor + Communal Second Floor

Front Hall

Public Corridor Public - - 247 Private Corridor Semi

Private - - 359

Lobby Public 100 - 293

Reception Public 4 - 15

Foodcourt

Indoor Dining Area

Semi

Public 300 - 743

Outdoor Dining Area

Semi

Public 100 - 400

Toilet Public 16 2 @ 38 76

Recreational

Fitness Area Semi

Private 30 - 218

Swimming Pool Semi

Private 30 - 192

Lounge Semi

Private 30 - 190

Locket/ Toilet/ Sauna

Semi

Private 30 2 @ 62 124 Laundromat Semi

Private - - 81

Minimart

Semi

Private - - 52

2nd Floor Private Lounge Semi

Private 40 - 173

2nd Floor Garden Semi

Private 80 - 333

Office Private - - 147


(3)

94

Building Core A Service - - 128 Building Core B Service - - 140 Total 3976 Apartment Room Floors

Apartment Rooms

Studio

Apartment Private 2 36 @ 42 1470 2 Bedroom

Apartment A Private 3+ 36 @ 60 2160 2 Bedroom

Apartment B Private 3 88 @ 59 5192 3 Bedroom

Apartment A Private 5 34 @ 76 2584 3 Bedroom

Apartment B Private 4+ 44 @ 77 3388 3 Bedroom

Apartment C Private 5 13 @ 74 962 Corridors A Semi

Private - 7 @ 100 700 Corridors B Semi

Private - 11 @ 136 1496 Building Core A Service - 7 @ 128 896 Building Core B Service - 11 @ 140 1540 Total 20388 Basements

B1 Parking Space/ Circulation Semi Public

103 c*/ 77

mc** - 5098 B2 Parking Space/ Circulation Semi

Public 103 c* - 4815

Utility Room Service - - 283

Building Core A Service - 2 @ 128 256 Building Core B Service - 2 @ 140 280

Total 10732

Total Apartment Floor Area (With Basements) 35096 * cars


(4)

95

LAMPIRAN 2 - BERKAS PRESENTASI

2.1 Halaman Pertama Presentasi

2.2 Halaman Kedua Presentasi

2.3 Halaman Ketiga Presentasi


(5)

96

2.5 Halaman Kelima Presentasi

2.6 Halaman Keenam Presentasi

2.7 Halaman Ketujuh Presentasi


(6)

97

2.9 Halaman Kesembilan Presentasi