IT GROWS Reminiscing Nature

BAB IV IT GROWS

Pembagian zona yang telah dibuat adalah tahap awal yang cukup membantu untuk menyelesaikan penyusunan denah dengan baik, selain itu, akan lebih mudah bila dibuat alur sirkulasi yang menunjukkan arah akses dari titik masuk pengguna bangunan. Dari alur sirkulasi tersebut, diperolehlah pengembangan denah mendasar beserta program ruangnya Lampiran 1. Gambar 4.1 - Denah bangunan hotel lantai dasar. Gambar 4.2 - Denah bangunan hotel lantai dua. Untuk bangunan hotel, terdapat pembagian jalur menjadi dua jalur yang berbeda, yaitu jalur publik dan jalur servis yang cukup jelas perbedaannya. Untuk jalur publik, 41 42 pengunjung memulai sirkulasi dari foyer atau piazza yang terdapat tepat di bagian depan hotel yang menghadap salah satu sayap bangunan Istana Maimun Gambar 4.1. Dari akses masuk tersebut, pengunjung bisa mengarah ke resepsionis, lift lobby, bar and lounge, restoran yang berada di tepi sungai, serta toko-toko dan pusat mesin ATM, ataupun bisa langsung menuju pintu keluar yang mengarah ke halaman belakang Istana Maimun. Dari lift lobby, pengunjung bisa menuju ke lantai lainnya serta dari lift lobby pula, pengunjung datang berasal dari basement. Pada lantai kedua bangunan, pengunjung bisa mengarah ke coffeeshop dari hotel, ballroom, pusat bisnis serta ruang pertemuan, ataupun ruang V.I.P. yang dikhususkan untuk pihak yang mengadakan acara di ballroom Gambar 4.2. Lantai pertama dan lantai kedua merupakan dua area hotel yang bisa dikatakan lebih publik karena dihubungkan langsung oleh tangga putar yang hendak diletakkan pada salah satu sisi void yang ada, sehingga kesinambungan yang tercipta cukup maksimal. Gambar 4.3 - Denah bangunan hotel lantai tiga. Beranjak ke lantai ketiga bangunan, pengunjung mampu menikmati fasilitas yang dikhususkan untuk pengunjung hotel yang telah memesan kamar hotel. Pada lantai 43 tersebut, pengunjung akan menikmati fasilitas seperti kolam renang, pusat kebugaran, serta rooftop garden yang menawarkan sebuah café kecil untuk pengunjung mampu menikmati pemandangan Sungai Deli serta keseluruhan kompleks Istana Maimun Gambar 4.3. Dari lantai empat sampai kesepuluh, terdapat ruangan kamar hotel yang dibuat tipikal. Untuk akses servis, dimulai dari akses sisi samping yang dimasuki melalui Jalan Meriam, lalu menuju dek penurunan dan penaikan barang-barang berupa bahan dapur, linen, sampah, mesin, dll. Untuk akses servis seperti untuk para pegawai, dimulai dari akses masuk basement yang membawa kendaraan atau langsung dari Jalan Meriam pejalan kaki dan mampu mengakses kantor pada lantai dasar serta lantai 3. Di daerah basement terdapat loker untuk para pegawai serta lift lobby untuk menuju setiap lantai yang hendak dilayani melalui lift lobby khusus untuk servis atau pegawai Gambar 4.4. Gambar 4.4 - Basement Hotel. Pengembangan denah hotel mengalami beberapa perubahan yang cukup menarik, terkhusus pada lantai kedua maupun ketiga bangunan. Pada awalnya, perancang hendak membuat posisi ballroom pada bagian lengkungan yang menghadap sungai untuk 44 memberikan suasana baru sebuah ballroom di Kota Medan, sebuah ballroom dengan pemandangan, namun oleh karena permasalahan akustik yang mungkin timbul bila menggunakan kaca sebagai kulit bangunan yang mengarah pada sungai, maka posisi ballroom sempat dipindahkan ke sisi lain dari bangunan namun masih pada lantai yang sama. Setelah pertimbangan zona yang tepat, maka pada akhirnya posisi ballroom dikembalikan pada lokasi yang sama seperti awal perencanaan. Permasalahan akustik dirasa oleh perancang akan diselesaikan melalui pemilihan bahan curtain wall yang menyelimuti sisi bangunan tersebut. Gambar 4.5 - Perkembangan bentuk lantai tipikal hotel. Perubahan-perubahan pada bagian hotel juga terjadi pada lantai tipikal hotel Gambar 4.5. Pada awalnya, lantai tipikal hotel memiliki sisi yang condong ke dalam dan menerus sebanyak 3 lantai tingginya, namun oleh karena permasalahan yang mungkin timbul oleh karena tiupan angin yang semakin membesar pada lantai atas, maka pembuatan sisi bangunan yang kosong dan condong ke dalam pada satu sisi diubah menjadi dua sisi yang saling berhadapan. Ternyata hal ini juga menimbulkan kerapuhan pada sistem struktur bangunan dan hal itu juga menjadi pertimbangan untuk kembali pada konsep awal, yang mana lantai tipikal hotel dijadikan tetap masif. Pengembangan lantai tipikal hotel juga berubah oleh karena peletakan lokasi tangga darurat, ruang AHU, serta ruang mekanikal 45 tiap lantai. Perubahan tipikal lantai akhirnya berhenti setelah peletakan core bangunan telah tepat dan pengadaan sistem yang mengakibatkan lantai tipikal hotel hampir sama persis setiap lantainya. Yang kemudian membedakan adalah beberapa lantai yang memiliki posisi dua ruangan yang bisa digabung menjadi satu ruangan tipe lain. Apartemen, oleh karena merupakan bangunan yang cukup berbeda dengan hotel, akses servis cukup terbuka untuk pemilik apartemen, oleh karena pemanfaatan area servis seperti pembuangan sampah, pencucian laundry, dll, juga kebanyakan dilakukan oleh pemilik apartemen itu sendiri. Perbedaan akses hanya terdapat pada akses masuk servis yang terletak pada sisi tapak bangunan, sebuah jalan kecil yang diakses melalui belokan ke kiri sebelum tapak Istana Maimun. Akses tersebut akan dimanfaatkan lebih utama untuk pemasukan stok bahan untuk foodcourt serta jasa pembuangan sampah. Gambar 4.6 - Denah bangunan apartemen lantai dasar. Untuk pengunjung, pemilik, serta pegawai, memiliki akses yang cukup mirip, yaitu dimulai pada akses masuk utama bangunan pada lantai dasar yang bisa langusng mengarah pada lift lobby kedua menara bangunan, atau ke bagian kantorresepsionis, ataupun menuju daerah foodcourt pada sisi belakang bangunan yang juga mampu diakses melalui pintu samping yang terarah dari halaman belakang Istana Maimun Gambar 4.6. 46 Dari lift lobby, pemilik apartemen bisa menikmati fasilitas apartemen seperti toko swalayan kecil, pusat kebugaran dan kolam renang luar ruangtaman privat, ruang laundry, dan kotak pos. Setiap fasilitas ini dapat diakses dari koridor yang secara spasial terpisah dengan koridor utama lantai dasar apartemen, namun pemilik yang memanfaatkan koridor masih mampu melihat keluar koridor untuk memberi rasa leluasa namun tanpa mengurangi sekuritas dari pemilik serta tanpa merusak privasi pemilik apartemen Gambar 4.6. Gambar 4.7 - Denah bangunan apartemen lantai dua. Pemilik apartemen juga mampu mengkases menara bangunan apartemen langsung melalui lift lobby yang terdapat di basement apartemen yang dikhususkan untuk pengguna apartemen. eperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada lantai dua bangunan terdapat sebuah rooftop garden yang berfungsi sebagai sebuah tempat untuk mengadakan pesta privat kecil yang memiliki keterbukaan dan pemandangan kompleks Istana Maimun serta Sungai Deli Gambar 4.7. Taman ini juga menjadi penghubung antara menara satu dengan lainnya sehingga silahturami dapat terjadi pada titik ini tanpa adanya penggabungan akses dengan publik yang terdapat di bawah bangunan. 47 Pengembangan apartemen yang cukup terlihat adalah pada bagaimana konsep perancangan dilakukan dan setelah dimasukkannya unit kamar-kamar per lantai, yang alhasil mengakibatkan ketidakcukupan bangunan semula terhadap keperluan ruang yang ada. Hal ini menimbulkan perubahan pada menara bangunan yang lebih berbentuk persegi yang terletak tepat di samping salah satu sisi Istana Maimun Gambar 4.8. Perubahan ini terlihat pada penambahan massa bangunan menjadi lebih lebar dan memanjang. Oleh karena adanya bangunan yang sangat masif, maka diadakan lorong- lorong angin setiap lantainya yang mengarah pada void yang terdapat ditengah bangunan sehingga sirkulasi udara dapat terjadi dengan baik dan kemasifan bangunan tidak menimbulkan masalah panas dalam bangunan. Ketidakcukupan kebutuhan jumlah ruang juga kemudian mengubah bentuk menara lingkaran yang melebar menjadi tipe unit yang lebih besar pada lantai tipikal paling atas menara yang melingkar. Gambar 4.8 - Perkembangan denah lantai tipikal apartemen. Pengembangan lain juga terjadi setelah dimasukkan akses masuk basement untuk pembentukan denah apartemen. Oleh karena jalan masuk yang tidak memungkinkan sebagaimana yang menjadi konsep awal, maka sirkulasi pada bagian depan apartemen mengalami sedikit perubahan, sehingga memungkinkan untuk basement yang lebih maksimal Gambar 4.9. 48 Gambar 4.9 - Pengembangan daerah parkir dan akses basement apartemen. Perancangan terus berlanjut, dan berkembang sampai pada tahap pembuatan denah tipikal jenis-jenis ruangan yang ada pada bangunan hotel dan apartemen. Untuk bangunan hotel, terdapat empat jenis ruangan, yaitu ruangan Deluxe, PremierRiverview, Deli, dan Sultan Gambar 4.10. Nama-nama ruangan tersebut memiliki fungsi sebagai pembeda jenis ruangan berdasarkan pemandangan yang diperoleh dari ruangan yang ada, serta dari besaran ruangan. Gambar 4.10 - Denah tipikal hotel. Untuk ruang Deluxe, perancang menjadikannya sebagai jenis ruangan dasar dengan jumlah terbanyak, memiliki pemandangan kota Medan serta bentuk denah ruang hotel yang tipikal, dengan adanya koridor yang menuju area tempat beristirahat Gambar 4.11. 49 Ruangan PremierRiverview memiliki bentuk tipikal yang serupa, yaitu jenis ruangan yang memiliki luasan dua kali lipat ruangan Deluxe, memiliki area istirahat dan ruang tamu yang terpisah bukan dengan dinding, serta kamar mandi yang luas Gambar 4.11. Perbedaan antara ruang Premier dan Riverview adalah pemandangan yang ditawarkan. Untuk ruang Riverview, pemandangan yang diperoleh adalah pemandangan langsung terhadap sungai, namun untuk ruang Premier, pemandangan yang diperoleh serupa dengan ruangan deluxe. Gambar 4.11 - Denah tipikal ruangan tamu hotel. Dua ruangan selain dari yang disebutkan di atas, merupakan ruangan Deli, dan ruangan Sultan, kedua jenis ruangan tersebut terletak berseberangan, tepat di sudut bangunan yang berlawanan dengan sudut ruangan Riverview. Ruang Deli merupakan jenis ruang yang memiliki luas hampir tiga kali lipat besar ruang Deluxe, memiliki ruang makan, ruang tamu, serta area tidur yang tidak dipisahkan oleh dinding dan pintu Gambar 4.11. Ruang Deli juga memiliki kamar mandi yang besar serta toilet tamu yang terpisah. Ruang Deli memiliki bukaan yang cukup luas, hampir terbuka terhadap setiap area ruang yang ada dalam ruangan tersebut. Disebut sebagai ruang Deli oleh karena pemandangannya 50 mengarah pada kota Medan, yang dahulunya merupakan wilayah kekuasaan kesultanan Deli. Ruang Sultan merupakan jenis ruangan suite, memiliki ruangan-ruangan tersendiri sesuai fungsi, seperti ruang tidur, pantry, kamar mandi, dan toilet tamu. Ketika pengunjung ruang Sultan memasuki ruangan ini, mereka akan disambut oleh kordior yang mempunyai pemandangan kota Medan, lalu ketika mereka mencapai ruang tamu dan ruang makan yang tergabung, pemandangan yang mereka peroleh adalah kompleks Istana Maimun Gambar 4.11. Ruang tidur juga memiliki pemandangan yang sama seperti pada ruang tamu. Pemandangan yang lebih kurang selebar 270 derajat mengarah pada kota Medan serta kompleks Istana Maimun serta luas ruangan Sultan yang sekitar empat kali ruang biasa menjadikan ruangan ini memiliki nilai jual yang paling tinggi nantinya. Pada bangunan apartemen, terdapat massa yang membentuk lingkaran dan setengah sisi massa tersebut memiliki pemandangan Sungai Deli sehingga dianggap lebih komersil dan cocok dijadikan sebagai massa dengan unit secara keseluruhan dijual kepada publik. Massa lainnya, yang lebih dekat dengan Istana Maimun, dijadikan sebagai bangunan yang nantinya menampung keluarga Sultan serta sisanya dijual kepada publik Gambar 4.12. Setiap unit apartemen dirancang untuk memiiki balkon tersendiri sehingga pemilik unit dapat menikmati pemandangan secara maksimal, serta balkon diadakan guna mengurangi intensitas cahaya matahari yang memasuki unit apartemen. 51 Gambar 4.12 - Denah tipikal apartemen. Dapat terlihat bahwa perencanaan dibuat untuk memaksimalkan pemandangan yang ada, hal ini juga merupakan salah satu terjemahan dari sifat arsitektur organik yaitu memiliki satu kesinambungan, yang dipakai oleh perancangan dalam bentuk pengalaman atau perasaan yang tercipta oleh setiap pemandangan yang diperoleh pengguna dari bangunan tersebut. Selain itu, orientasi bangunan yang memaksimalkan pemandangan kepada sungai maupun Istana Maimun juga menjadi respon terhadap tema besar yaitu area muka sungai dan terhadap bangunan eksisting, yaitu istana yang dijadikan sebagai pusat orientasi bangunan. Dari konsep bukaan serta bentukan massa yang terbentuk dari respon terhadap garis sungai yang ada, perancang mengembangkan fasad bangunan. Seperti bentukan garis sungai yang tak tentu serta dinamis, perancang kemudian mengangkat kembali unsur air yang menjadi penghubung secara garis besar rancangan yang dibuat. Perkembangan fasad tentunya cukup menarik bagi penulis. Terjadi beberapa kali perubahan yang penulis rasa semakin berkembang kepada arah yang lebih menekankan tema yang diangkat penulis. Pada awalnya, terlihat pada gambar konsep massa bangunan yang diangkat, perancang hendak menciptakan unsur pengulangan yang diambil dari konsep fasad Istana Maimun 52 sebagai orientasi yang memiliki begitu banyak pengulangan, serta terutama diangkat dari sifat air yang beriak, yang membentuk riakan yang sama - sehingga terjadi pengulangan Gambar 4.13. Pengulangan secara horizontal tersebut juga berfungsi untuk menekankan sifat alam, yang mana terlihat begitu sederhana dari luar, namun menampung sistem yang sangat kompleks pada bagian dalamnya. Kesederhanaan melalui pengulangan horizontal secara garis besar juga mampu menjadi latar bagi bangunan Istana Maimun yang memiliki pengulangan secara vertikal, yang membuat bangunan istana akan tampak lebih jelas dan mampu menjadi titik fokus kompleks tersebut secara keseluruhan. Gambar 4.13 - Konsep rancangan fasad kedua bangunan. Pada pengembangan pertama yang dilakukan oleh perancang, pengulangan pada awalnya dibuat cukup kaku sehingga menciptakan bangunan yang terlihat kaku, tidak dinamis, dan tema organik tidak begitu terasa Gambar 4.14. Selain itu, detail sisi bangunan yang dibuat sebagai finishing juga tampak terlalu tajam, yang mana, bila ditelaah kembali, sangat tidak menyatakan unsur atau sifat organik yang dinamis, mengalir, dan secara keseluruhan tidak memiliki unsur tajam. 53 Gambar 4.14 - Pengembangan pertama fasad bangunan hotel. Dengan tetap mempertahankan unsur pengulangan, perancang melakukan eksplorasi terhadap jenis pengulangan lain, namun yang terbentuk adalah secara tidak disengaja terlalu banyak pengulangan secara horizontal melalui unsur sirip yang tampaknya menjadi semakin menjauh dari unsur organik Gambar 4.15. Selain itu, hasil yang diperoleh menimbulkan keanehan bila bangunan tersebut diletakkan pada kedua sisi bangunan Istana Maimun. Gambar 4.15 - Pengembangan kedua fasad bangunan hotel dan apartemen. Penggantian fasad kemudian terjadi lagi, namun yang dilakukan sebagai eksplorasi pengembangan fasad kali ini lebih menekankan pada unsur air yang dinamis. Pengulangan secara horizontal masih tetap dipertahankan, namun perancang membentuk pengulangan horizontal yang sama sekali berbeda di setiap lantainya Gambar 4.16. Hal 54 ini dilakukan perancang untuk menekankan bahwa sifat air adalah dinamis dan tidak simetris. Unsur lain yang dibentuk dalam pengulangan horizontal setiap lantainya juga terlihat dari bentukan pengulangan yang memiliki bentuk gelombang, ataupun bisa dikatakan menggunakan unsur kurva yang tidak beraturan setiap lantai, namun mengalir disetiap lantainya sehingga ada kesinambungan seperti air yang mengalir. Gambar 4.16 - Pengembangan ketiga fasad bangunan hotel dan apartemen. Pengembangan fasad kemudian akan lebih terfokus pada bagaimana menciptakan garis vertikal yang terdapat pada bangunan apartemen untuk memisahkan balkon antar unit fungsi memberi privasi kepada setiap pemilik unit apartemen. Hal ini akan menjadi tantangan ketika perancang hendak menegaskan unsur horizontal namun harus meletakkan unsur vertikal secara fungsional.

BAB V TWISTS TURNS