Seni Budaya 199
1 Introduksi = Pengenalan tokoh misalnya Arif, Tuti, Ayah, Ibu, Paman dan Orang Tua Arif
2 Reasing Action = tokoh utama memiliki itikad Tokoh Arif 3 Konlik
= tokoh utama mengalami pertentangan Itikad Arif dihambat oleh orang tua Tuti
4 Klimaks = terselesaikannya persoalan tokoh utama
kedua orang tua Tuti merestui Arif dalam hubungan cinta
5 Resolusi = penurunan klimaks atau disebut anti klimaks Kedua orang tua Arif melamar Tuti
6 Kongklusi = kesimpulan cerita atau kisah Arif dan Tuti bersanding dipelaminan
Faktor pertama dan utama dalam memilih naskah lakon terletak pada kekuatan memilih tema. Masalah yang diangkat, gagasan cerita yang digulirkan
melalui alur, dan pesan moral bersifat aktual atau tidak. Pesan moral yang dimaksud harus mengangkat nilai-nilai kemanusiaan agar tercipta
keseimbangan hidup, harmonis, dan bermakna.
b. Tema
Tema adalah pokok pikiran. Di dalam tema terkandung tiga unsur pokok, yaitu 1 masalah yang diangkat, 2 gagasan yang ditawarkan, dan 3 pesan
yang disampaikan pengarang. Masalah yang diangkat di dalam tema cerita berisi persoalan-persoalan
tentang kehidupan, berupa Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan, pada suatu masyarakat tertentu dalam lingkup luas atau terbatas.
Gagasan yang ditawarkan dalam tema adalah jalan pikiran pengarang untuk memberikan gambaran cerita dari awal sampai akhir. Pesan di dalam tema
sebuah lakon berupa kesimpulan ungkapan pokok cerita dari pengarang.
Tema-tema yang ada pada lakon drama atau teater, biasanya tentang; kepahlawanan heroic, pendidikan educatif, sosial social, kejiwaan
pscykologi, keagamaan religius. Tema lakon di dalam teater remaja, biasanya lebih didasarkan pada muatan pendidikan untuk menumbuhkembangkan
mental, moral, dan pikir. Contoh, dalam memahami tema, temanya pendidikan; masalahnya adalah “narkoba“, gagasan atau idenya adalah “menghilangkan
nyawa”, pesan moral atau nilainya adalah “jauhi narkoba” sebab menghilangkan nyawa.
200 Kelas X SMA MA SMK MAK
c. Penokohan
Penokohan di dalam teater dapat dibagi dalam beberapa peran, antara lain protagonis, antagoni, deutragonis, foil, tetragoni, conident, raisonneur dan
utility. Secara rinci pesan tersebut dapat dijelaskan berikut. 1. Protagonis adalah tokoh utama, pelaku utama atau pemeran utama boga
lalakon disebut sebagai tokoh putih. Kedudukan tokoh utama adalah menggerakkan cerita hingga cerita memiliki peristiwa dramatik konlik
2. Antagonis adalah lawan tokoh utama, penghambat pelaku utama disebut sebagai tokoh hitam. Kedudukan tokoh antagonis adalah yang
mengahalangi, menghambat itikad atau maksud tokoh utama dalam menjalankan tugasnya atau mencapai tujuannya. tokoh antagonis dan
protagonis biasanya memiliki kekuatan yang sama, artinya sebanding menurut kacamata kelogisan cerita di dalam membangun keutuhan cerita.
3. Deutragonis adalah tokoh yang berpihak kepada tokoh utama. Biasanya tokoh ini membantu tokoh utama dalam menjalankan itikadnya.
Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau memberikan nasihat kepada tokoh utama.
4. Foil adalah tokoh yang berpihak kepada lawan tokoh utama. Biasanya to- koh ini membantu tokoh antagonis dalam menghambat itikad tokoh ut-
ama. Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau memberikan nasihat untuk memperburuk kondisi kepada tokoh antagonis.
5. Tetragonis adalah tokoh yang tidak memihak kepada salah satu tokoh lain, lebih bersifat netral. Tokoh ini memberi masukan-masukan positif kedua
belah pihak untuk mencari jalan yang terbaik. 6. Conident adalah tokoh yang menjadi tempat penyampaian tokoh utama.
Pendapat-pendapat tokoh utama tersebut pada umumnya tidak boleh di- ketahui oleh tokoh-tokoh lain selain tokoh tersebut dan penonton.
7. Raisonneur, adalah tokoh yang menjadi corong bicara pengarang kepada penonton.
8. Utilitty adalah tokoh pembantu baik dari kelompok hitam atau putih. To- koh ini dalam dunia pewayangan disebut goro-goro punakawan. Kedud-
ukan tokoh utilitty, kadangkala ditempatkan sebagai penghibur, penggem- bira atau hanya sebatas pelengkap saja, Artinya, kehadiran tokoh ini tidak
terlalu penting. Ada atau tidaknya tokoh ini, tidak akan mempengaruhi keutuhan lakon secara tematik. Kalau pun dihadirkan, lakon akan menjadi
panjang atau menambah kejelasan adegan peristiwa yang dibangun.
Dalam kaitan penokohan di dalam teater rakyat atau teater tradisional cenderung bersifat lat. Artinya, setiap pemain atau pemeran yang akan mem-
bawakan penokohan cerita tidak berubah atau jarang berubah orang sesuai
Seni Budaya 201
dengan karakter atau kebiasaan tokoh yang dibawakan dalam membawakan peranannya. Oleh karena itu, di dalam teater rakyat, mengenal pembagian cas-
ting berdasarkan kebiasaan tokoh yang dibawakan. Apakah itu tokoh pejabat, penjahat, goro-goro atau peran utama dengan paras yang ganteng. Dengan
tipe casting inilah, teater rakyat akan lebih mudah untuk mengembangkan ce- rita dengan tingkat improvisasi dan spontanitas tinggi tanpa naskah.
d. Karakter