Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Di Rsup Haji Adam Malik Pada Tahun 2014

51

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Riwayat Pribadi
Nama

: BHAVYTIRA A/P PREM ANAND

NIM

: 120100497

Tempat/ Tgl lahir : Malaysia, 24 Desember 1992
Agama

: Hindu

Alamat

: Gelugor, Penang, Malaysia


B. Riwayat Pendidikan
1997 Tadika Harmony
1999 Sekolah Rendah Kebangsaan Batu Lanchang
2005 Sekolah Menengah Kebangsaan (P) St.George
2010 Sekolah Menengah Kebangsaan (P) St.George
2012 FK USU Medan – sekarang

52

53

Lampiran 4
NO

UMUR

PEKERJAAN

45


JENIS
KELAMIN
P

KELUHAN
UTAMA
Pembesaran
Kelenjar di leher

UKURAN
TONSIL
T2/T3

PENATALAKSANAAN

KOMPLIKASI

1


Operatif

Abses peritonsil

2

44

L

Wiraswasta

Sulit Menelan

T1/T3

Medikamentosa




3

23

L

Mahasiswa

Sangkut Menelan

T2/T3

Medikamentosa



4

13


L

Pelajar

Sangkut Menelan

T4/T4

Operatif



5

51

P

Wiraswasta


Rasa mengganjal
di tenggorokan

T3/T3

Operatif



6

12

L

Pelajar

Rasa mengganjal
di tenggorokan


T2/T2

Operatif

Rinitis

7

40

P

Ibu Rumah
Tangga

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T1/T1


Operatif



8

60

P

Pensiunan

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T1/T1

Medikamentosa




9

20

L

Pelajar

Sulit menelan

T2/T2

Operatif



10

29


P

Sulit menelan

T3/T3

Medikamentosa

Sinusitis

11

5

L

Ibu Rumah
Tangga
Tidak Sekolah


Pembesaran
Kelenjar

T3/T2

Operatif



12

30

L

Wiraswasta

Sulit menelan

T4/T4

Medikamentosa



Petani

Lampiran 4
13

33

L

Wiraswasta

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T2/T2

Medikamentosa

Otitis Media
Akut

14

19

P

Mahasiswa

Sangkut menelan

T3/T2

Operatif



15

4

P

Tidak Sekolah

T3/T3

Medikamentosa

16

23

P

Pelajar

Pembesaran
Kelenjar di leher
Sulit menelan

T3/T2

Medikamentosa

Otitis Media
Akut


17

4

L

Tidak Sekolah

Pembesaran
Kelenjar di leher

T2/T2

Medikamentosa



18

8

L

Tidak Sekolah

Sulit menelan

T2/T1

Operatif



19

60

L

Pensiunan

Sulit menelan

T2/T2

Medikamentosa



20

20

L

Tidak Bekerja

Sulit menelan

T2/T2

Medikamentosa



21

22

L

Tidak Bekerja

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T2/T2

Medikamentosa

Rinitis

22

49

P

Ibu Rumah
Tangga

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T1/T1

Medikamentosa



23

47

L

Wiraswasta

Sangkut menelan

T1/T1

Medikamentosa



24

10

L

Pelajar

Sangkut menelan

T3/T3

Medikamentosa



25

13

P

Pelajar

Sangkut menelan

T4/T4

Operatif



26

14

P

Pelajar

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T3/T3

Medikamentosa



27

31

L

Pegawai Nasional Rasa mengganjal
Sipil
di tenggorokan

T1/T1

Medikamentosa



Lampiran 4
28

19

L

Mahasiswa

Sangkut menelan

T3/T3

Operatif



29

13

L

Pelajar

Sangkut menelan

T4/T3

Medikamentosa

30

20

L

Mahasiswa

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T1/T1

Medikamentosa

Otitis Media
Akut
Sinusitis

31

13

P

Pelajar

T3/T3

Operatif



32

3

L

Pelajar

Rasa mengganjal
di tenggorokan
Sangkut menelan

T3/T3

Medikamentosa



33

19

P

Mahasiswa

Sangkut menelan

T2/T3

Medikamentosa



34

36

L

Wiraswasta

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T3/T3

Medikamentosa

Sinusitis

35

56

L

Sangkut menelan

T2/T2

Medikamentosa



36

19

L

Pegawai Nasional
Sipil
Mahasiswa

Pembesaran
kelenjar di leher

T2/T2

Operatif

Otitis Media
Akut

37

19

P

Mahasiswa

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T2/T2

Medikamentosa



38

7

L

Pelajar

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T3/T4

Operatif



39

60

P

Ibu Rumah
Tangga

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T2/T2

Medikamentosa

Rinitis

40

7

L

Pelajar

Sangkut menelan

T3/T4

Operatif



41

4

P

Tidak Sekolah

Sangkut menelan

T3/T4

Medikamentosa



Lampiran 4
42

41

L

Supir

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T1/T2

Medikamentosa



43

15

P

Pelajar

Sulit menelan

T1/T1

Medikamentosa



44

46

P

Wiraswasta

Sulit menelan

T2/T2

Medikamentosa

Rinitis

45

7

P

Pelajar

Sangkut menelan

T3/T2

Medikamentosa



46

36

P

Petani

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T3/T4

Medikamentosa



47

18

L

Mahasiswa

Sangkut menelan

T2/T2

Medikamentosa



48

45

L

Wiraswasta

Sangkut menelan

T2/T2

Medikamentosa



49

18

L

Pelajar

Sulit menelan

T2/T2

Medikamentosa



50

4

P

Tidak Sekolah

Sangkut menelan

T3/T3

Medikamentosa



51

14

P

Pelajar

Sangkut menelan

T3/T3

Medikamentosa

Rinitis

52

6

L

Pelajar

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T1/T1

Medikamentosa



53

16

P

Pelajar

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T2/T2

Medikamentosa

Sinusitis

54

21

P

Mahasiswa

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T2/T2

Medikamentosa

Sinusitis

55

16

P

Pelajar

Sangkut menelan

T3/T4

Operatif



56

12

L

Pelajar

Sangkut menelan

T4/T4

Operatif



Lampiran 4
57

21

P

Tidak Bekerja

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T4/T4

Operatif



58

20

L

Wiraswasta

Sangkut menelan

T3/T2

Operatif



59

18

L

Tidak Bekerja

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T2/T1

Operatif



60

32

L

Wiraswasta

Sangkut menelan

T2/T2

Operatif



61

19

L

Mahasiswa

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T2/T2

Operatif



62

38

L

Wiraswasta

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T2/T4

Operatif



63

17

L

Tidak Bekerja

Sangkut menelan

T3/T4

Operatif



64

8

P

Pelajar

Sangkut menelan

T3/T4

Operatif



65

3

L

Tidak Sekolah

Sulit menelan

T3/T3

Operatif



66

41

P

Ibu Rumah
Tangga

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T2/T2

Medikamentosa



67

45

P

Sulit menelan

T2/T2

Medikamentosa



68

30

P

Ibu Rumah
Tangga
Pelajar

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T1/T1

Medikamentosa



69

35

P

Petani

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T2/T3

Medikamentosa



Lampiran 4
70

8

P

Pelajar

Pembesaran
kelenjar di leher

T3/T3

Operatif

Sinusitis

71

6

L

Pelajar

Pembesaran
kelenjar

T3/T3

Medikamentosa



72

23

L

Mahasiswa

Amandel
membesar

T2/T2

Medikamentosa



73

22

P

Mahasiswa

Sulit menelan

T3/T4

Operatif



74

7

L

Pelajar

Pembesaran
kelenjar di leher

T3/T3

Operatif

Rinitis

75

55

P

Wiraswasta

Sangkut menelan

T2/T2

Medikamentosa

Rinitis

76

45

P

Pegawai Nasional
Sipil

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T2/T3

Medikamentosa



77

46

P

Pegawai Nasional
Sipil

Sangkut menelan

T1/T1

Medikamentosa

Laringitis

78

35

L

Wiraswasta

Rasa mengganjal
di tenggorokan

T3/T3

Medikamentosa



79

18

P

Mahasiswa

Sangkut menelan

T3/T3

Operatif



80

20

P

Mahasiswa

Sangkut menelan

T3/T3

Medikamentosa



Lampiran 5

Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0-15

26

32.5

32.5

32.5

16-30

28

35.0

35.0

67.5

Valid 31-45

16

20.0

20.0

87.5

46-60

10

12.5

12.5

100.0

Total

80

100.0

100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki
Valid Perempuan
Total

42

52.5

52.5

52.5

38

47.5

47.5

100.0

80

100.0

100.0

Lampiran 5

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Valid

pelajar/mahasiswa

39

48.8

48.8

48.8

Supir

1

1.3

1.3

50.0

Pegawai Nasional
Sipil

4

5.0

5.0

55.0

Wiraswasta

13

16.3

16.3

71.3

Petani

3

3.8

3.8

75.0

Ibu Rumah Tangga

6

7.5

7.5

82.5

Pensiunan

2

2.5

2.5

85.0

Tidak Sekolah

7

8.8

8.8

93.8

Tidak Bekerja

5

6.3

6.3

100.0

Total

80

100.0

100.0

Lampiran 5

Keluhan Utama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangkut Menelan

28

35.0

35.0

35.0

Rasa Mengganjal

29

36.3

36.3

71.3

Sulit Menelan

14

17.5

17.5

88.8

Pembesaran Kelenjar

8

10.0

10.0

98.8

Amandel Membesar

1

1.3

1.3

100.0

Total

80

100.0

100.0

Valid

Ukuran Tonsil
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Valid

T1

24

15.0

15.0

15.0

T2

60

37.5

37.5

52.5

T3

56

35.0

35.0

87.5

T4

20

12.5

12.5

100.0

Total

160

100.0

100.0

Lampiran 5

Penatalaksanaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Valid

Medikamentosa

50

62.5

62.5

62.5

Tonsilektomi

30

37.5

37.5

100.0

Total

80

100.0

100.0

Komplikasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Valid

Abses Peritonsil

1

1.3

1.3

1.3

Otitis Media Akut

4

5.0

5.0

6.3

Larigitis

1

1.3

1.3

7.5

Sinusitis

6

7.5

7.5

15.0

Rinitis

7

8.8

8.8

23.8

Tanpa Komplikasi

61

76.3

76.3

100.0

Total

80

100.0

100.0

Lampiran 5
RINCIAN BIAYA

NO BIAYA
1

JUMLAH/COST

Printing, dan fotocopy termasuk jilid & jilid Rp 120,000.00
senyawa

2

Pembayaran survey awal di RSUP Adam Malik, Rp 30,000.00
Medan

3

Transport untuk pergi jumpa dosen dan ke Rp 90,000.00
RSUP Adam Malik

4

Pembayaran

untuk

ethical

melaksanakan hasil penelitian

clearance

bagi Rp 50,000.00

45

DAFTAR PUSTAKA

Abouzied, A., Massoud E., 2010. Sex Differences in Tonsillitis. Dalhausie
Medical Journal. 35(1). p:8-10.
Ackay, A., 2006. Variation in Tonsil Size in 4 to 17 Year Old School Children.
The Journal of Otolaryngology, Volume 35, Number 4, p: 271-3.
Adams, G.L., 1997, Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring,dalam Harjanto,
E. dkk (ed)Boies Buku Ajar Penyakit THT, edisi ke 6, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Amaruddin, T., Christiano, A., 2007. Kajian Manfaat Tonsilektomi. Cermin Dunia
Kedokteran, No.155, p:61-8.
American Academy of Otolaryngology— Head and Neck Surgery 2011 Clinical
Practice Guideline: Tonsillectomy in Children. Available from: http://www.
entnet.org/content/tonsillectomy-children [Accessed from : 24 April 2015].
American Academy Of Otolaryngology – Head and Neck Surgery 2011. Tonsils
and Adenoids. Available from:https://www.entnet.org/content/tonsilsand-adenoids [Accessed from : 29 April 2015]
Aritomoyo, D., 1980. Insiden Tonsilitis Akut dan Kronik Pada Klinik THT RSUP
Dr. Kariadi Semarang. Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS VI
PERHATI, Medan; p: 249-55.
Arsyad, F., 2013.Hubungan Antara Pengetahuan dan Pola Makan dengan
Kejadian Tonsilitis pada Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja
Puskesmas Minasatene Kab.Pangkep, 2(1). p:2
Balasubrumanian, T., 2007. Anatomy of Tonsil. Available from: http://www.drtba
lu.co.in/tonsil.html. [Accessed from: 8 April 2015].

46

Ballenger, J.J., 2010. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher.Jilid
1, edisi 22 Jakarta. p:346-352.
Beasley, P., 2001. Lymphatic System of Pharynx and Tonsil In: Anatomy of The
Pharynx and Esophagus. p:17-18. Available from: https://www.famora
.sezampro.rs>scott110 [Accessed from: 10 April 2015].
Bisno, L., 2002. Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of Group
A Streptococcal Pharyngitis. Available from:http://cid.Oxfordjournals.
org/content/35/2/113.full [Accessed from: 19 April 2015]
Burton, M.J., Towler B., Glasziou P., 2004. Tonsillectomy Versus Non-surgical
Treatment for Chronic/Recurrent Acute Tonsilitis (Cochrane Review).
The Cochrane Library, Chichester, UK: John Wiley & Sons, Ltd. Issue
3.
Borden, R.C., 2002. Diseases of the Throat and Teeth , In : The American Journal
of Nursing Vol.17, No.2. p:123-127
De Martino M., Ballotti, S., 2007.Paediatric Allergy and Immunology,InPharm
.Jobs.com, Vol 18, p:13-18.
Dhingra, P.L., Dhingra, S., 2007. Tonsillectomy In: Disease of Ear, Nose and
Throat & Head and Neck Surgery. Reed Elsevier India Private Limited,
6th Edition. p:430.
Edgren, A.L., Davitson, T., 2004. Sore Throat. Journal of the American
Association. p:13.
Eunice, M., 2014. Efficacy of the Homoeopathic Complex Tonzolyt® on the
Symptoms of Acute Tonsillitis in Black Children Attending a Primary
School in Gauteng, University Johannesburg.

47

Farokah, 2007. Hubungan Tonsillitis Kronis Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa
Kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang. Semarang. 2007. Available
from: http://file/tonsilitis%201/15510TonsilitasKronikPrestasiBelajarK
elas.html.[Accessed from:15 April 15].
Hall and Colman The Anatomy of Tonsil and The Diseases of Oropharynx dalam
Diseases of the Nose,Throat and Ear, edisi ke9, E.& S. Livingstone
LTD.
Hannaford, P.C., Simpsons, J.A., Dav, A., McKerrow, W., Mills, R., 2005. The
Prevalence of Ear Nose and Throat Problems in the Community: Result
from a National Cross-Sectional Postal Survey in Scotland. Fampra
Oxfort Journals, 22: p:227-33.
Hospital Episode Statistics, Department of Health, England 2003. Patient Data
On Tonsillitis. Available from: http://www.rightdiagnosis.com/t/tonsiliti
s/hospital.htm [Accessed from: 31 March 2015].
Jain, N., 2009. Tonsillitis Treatment Causes & Symptoms. Available from:
www.disabled-world.com/health/pral/tonsilltis [Accessed from: 1 May
2015].
Kartika, H., 2008.Tonsillectomy.Welcome & Joining Otolarynogology In
Indonesian Language. Available from: www.hennykartika.wordpress.
com. [Accessed from: 3 May 2015].
Kurien, M., Stanis, A., Job, A., Brahmadathan, Thomas, K., 2000. Throat Swab in
the Chronic Tonsillitis: How Reliable and Valid is it. Singapore Med J,
Vol a41 (7), p:324-6.
Kusumawati, I., 2010. Hubungan Antara Status Merokok Anggota Keluarga
Dengan Lama Pengobatan ISPA Balita Di Kecamatan Jenawi. p:11.
Lalwani, A.K., 2012. Grading of Tonsillitis In. Current Diagnosis and Treatment
in Otolaryngology – Head and Neck surgery, 2nd Edition.

48

Lippincolt, 2012. Tonsillitis In: Lippincolt Guide to Infectious Disease. p:316.
Mansjoer, Arif, dkk., 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Penerbit Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
Martini, F.H., 2004. Fundamentals of Anatomy & Physiology, 6th Edition,
Library of Congress Cataloguing-In Publication Data. p:787.
Mattila, S., Tahkokallio, O., Tarkkanen, J., 2001. Causes of Tonsillar Disease and
Frequency of Tonsillectomy Operations. p:1-2. Available from: http://
archotol.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=482134 [Accessed
from: 26 November 2015].
Narayana G.K., Shilpa R., Samdani N., Smitha S., 2011. Outcome of ENT Health
Checkup of School Children : A Pilot Study. J Clinic Biomed Sci.p:12.
Netter, 2008. Vascularisation of Tonsil. Netter’s Atlas of Human Anatomy,
Saunders Elseiver 5th Edition. p:69.
Novialdi, N., Pulungan, R., 2003. Mikrobiologi Tonsilitis Kronis. Bagian Telinga
Hidung Tenggorok – Kepala dan Leher Fak. Kedokteran Universitas
Andalas / RSUP Dr. M. Djamil Padang.p:1-2.
Palandeng, AC., Tumbel, REC & Dehoop, J 2014. Penderita Tonsilitis di
Poliklinik THT-KL BLU RSUP Prof. Dr.R.D.Kandou Manado Januari
2010-Desember 2012. Jurnal e-Clinic(eCl),Juli 2014,2(2). Available
from:http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/views/5424
[Accessed from: 15 May 2015].
Paradise, J.L., 2009. Tonsillectomy and Adenoidectomy in Children. UpToDate.
[Online]Availablefrom:http://www.uptodate.com/patients/content/topic.
do?topicKey=~uSyXh0Tv5l 97Fy [Accessed from: 16 May 2015].
Reeves, Charlene J., Roux, Gayle, Lockhart, Robin, 2001, Keperawatan Medikal
Bedah Salemba Medika (Edisi 1).

49

Rusmarjono & Soepardi, E.A., 2001. Penyakit Serta Kelainan Faring dan Tonsil,
Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher, FKUI, Jakarta.
Sadler, T.W., 2004. Part Two: Special Embryology In Langman’s Medical
Embryology 9th Edition; USA: Lippincolt William’s &Wilkins. p:372373.
Segerstrom, S., Miller, G., 2004. Psychological Stress and the Human Immune
System : A Meta – Analytic Study of 30 Years of Inquiry. Psychol Bull,
p. 1-12. Available from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC1361287/ [ Accessed from: 5 December 2015]
Shisegar, M., and Javad, M., 2014. Post tonsillectomy Bacteremia and
Comparison of Tonsillar Surface and Deep Culture. Hindawi Journals.
Available

from:

http://dx.doi.org/10.1155/2014/161878

[Accessed

from: 23 Mei 2015].
Sing, T.T., 2007. Pattern of Otorhinolaryngology Head and Neck Diseases in
Outpatient Clinic of a Malaysian Hospital. Internet Journal of Head
and Neck Surgery,2(1).
Stephanie, S., 2011. Multicentre Prospective Study on All Patients Undergoing
Tonsillectomy, Tonsillotomy or Adenoidectomy in Austria in 2009 and
2010. p:26.
Timbo, S.K., et al, 2006. Epidemiologic Aspects of Pharyngitis. Arch
International Medical. 22;158 a(12): p: 1365-73.
Udayan, K., Shah, 2014. Tonsillitis and Peritonsillar Abscess Treatment &
Management. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/
871977-treatment [Accessed from: 20 May 2015].

50

Ugras Serdar, Kutluhan Ahmet, 2008. Chronic Tonsilitiis Can Be Diagnosed With
Histopatologic Findings. Europe Journal General Medical; 5(2): p:95103.
Viswanatha, B., (2011). Tonsils and Adenoids Anatomy, Webmed LLC, India.
Vivit, S., 2013. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan
Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi Fakultas Kedokteran
Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. Available from: onlinejournal.unja.
ac.id/index.php/kedokteran/.../834 [Accessed from: 2 April 2015]
Wiatrak, B.J., Woolley, A.L., 2005. Pharyngitis and Adenotonsillar Disease. In:
Cummings, C.W., Flint, P.W., Harker, L.A., Haughey, B.H.,
Richardson M.A., Robbins K.T., et al. Cummings Otolaryngology –
Head & Neck Surgery. Volume 4. 4th Edition. Elsevier Mosby Inc.;
4135-413.
Yousef, S., 2014. Comparison of The Bacteriology of Tonsil Surface and Core in
Bacterial Profile Isolated from Children with Chronic Tonsillitis. Medi
cal Journal of Babylon 7(1).p:2-5. Available from: http://www.medica
ljb.com/article.aspx?jrid=356 [Accessed from: 22 April 2015].

23

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
Umur
Penderita Tonsilitis Kronis
(2014)

Jenis Kelamin
Pekerjaan
Keluhan Utama
Ukuran Tonsil
Penatalaksanaan
Komplikasi

Skema 3.1: Tonsilitis Kronis dengan Karakteristik Penderita

3.2. Definisi Operasional dan Variabel
Sesuai permasalahan dan tujuan maka sebagai pedoman awal pengumpulan
informasi digunakan definisi operasional dan variabel yang dikembangkan seperti
uraian di bawah ini:

3.2.1. Tonsilitis Kronis
Definisi Operasional: Tonsilitis Kronis adalah peradangan pada organ tonsil
amandel bersama pengumpulan lektosit, bakteri, patogen,
dan juga sel-sel epitel mati.Secara medis peradangan ini
ada yang akut, ditandai dengan rasa nyeri menelan dan
sering disertai demam. Sedangkan tonsilitis yang sudah
kronis (akut) biasanya tidak nyeri ketika menelan, tapi
jika ukurannya tonsil cukup besar sehingga menyebabkan

24

kesulitan menelan. Penderita Tonsilitis Kronis adalah
orang yang dinyatakan menderita tonsilitis kronis seperti
tercatat pada kartu status di RSUP Haji Adam Malik,
Medan.

Cara pengukuran

: Pengukuran dilakukan dari hasil observasi

Alat ukur

: Rekam medis

Hasil ukur

: Persentase

Skala ukur

: Nominal

3.2.2. KarakteristikSosiodemografi
Definisi Operasional: Karakteristik sosiodemografi umur, jenis kelamin dan
pekerjaan pasien yang didiagnosis tonsilitis kronis.
a) Umur
Umur dihitung dalam tahun menurut ulang tahun
terakhir.Perhitungannya berdasarkan kalendar Masehi
dan dibagi menurut kelompok umur :

1. 0 – 15 tahun
2. 16 – 30 tahun
3. 31 – 45 tahun
4. 46 – 60 tahun
5.

> 60 tahun

Cara pengukuran

: Pengukuran dilakukan dari hasil observasi

Alat ukur

: Rekam medis

Hasil ukur

: Persentase

Skala ukur

: Ordinal

25

b) Jenis kelamin
Jenis kelamin sesuai dengan yang tercatat dalam
rekam medis.
1. Laki – laki
2. Perempuan

Cara pengukuran

: Pengukuran dilakukan dari hasil observasi

Alat ukur

: Rekam medis

Hasil ukur

: Persentase

Skala ukur

: Nominal

c) Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan
oleh penderita tonsilitis kronis setiap harinya yang
dicatat di status pasien.
1. Pelajar / Mahasiswa
2. PNS ( Pegawai Nasional Sipil )
3. Wiraswasta
4. Penarik Beca
5. Lain – lain

Cara pengukuran

: Pengukuran dilakukan dari hasil observasi

Alat ukur

: Rekam medis

Hasil ukur

: Persentase

Skala ukur

: Nominal

26

3.2.3. Keluhan utama
Definisi Operasional: Keluhan utama adalah keadaan atau kondisi yang
menyebabkan penderita datang berobat sesuai dengan
yang tercatat pada rekam medis.
1. Sangkut menelan
2. Rasa mengganjal di tenggorokan
3. Sulit menelan
4. Pembesaran kelenjar pada leher
5. Amandel membesar

Cara pengukuran

: Pengukuran dilakukan dari hasil observasi

Alat ukur

: Rekam medis

Hasil ukur

: Persentase

Skala ukur

: Nominal

3.2.4. Ukuran tonsil
Definisi Operasional: Ukuran tonsil adalah besarnya tonsil sesuai yang tercatat
pada kartu status rekam medis.

i) T1:

batas medial tonsil melewati pilar anterior
sampai ¼ jarak pilar anterior – uvula.

ii)

T2:

batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar
anterior – uvula sampai ½ jarak pilar anterior
– uvula.

iii) T3:

batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar
anterior – uvula sampai ¾ jarak pilar anterior
– uvula.

iv) T4:

batas medial tonsil melewati ¾ jarak anterior
uvula sampai uvula atau lebih.

27

Cara pengukuran

: Pengukuran dilakukan dari hasil observasi

Alat ukur

: Rekam medis

Hasil ukur

: Persentase

Skala ukur

: Ordinal

3.2.5. Penatalaksanaan
Definisi Operasional: Penatalaksanaan adalah pengobatan atau tindakan yang
diberikan terhadap penderita sesuai penyakitnya.
1. Medikamentosa
2. Operatif

Cara pengukuran

: Pengukuran dilakukan dari hasil observasi

Alat ukur

: Rekam medis

Hasil ukur

: Persentase

Skala ukur

: Nominal

3.2.6. Komplikasi
Definisi Operasional: Komplikasi adalah penyakit tambahan yang diderita oleh
pasien sesuai penyakitnya.
1. Abses peritonsil
2. Otitis media akut
3. Mastoiditis akut
4. Laringitis
5. Sinusitis
6. Rinitis
7. Tanpa komplikasi

Cara pengukuran

: Pengukuran dilakukan dari hasil observasi

Alat ukur

: Rekam medis

Hasil ukur

: Persentase

Skala ukur

: Nominal

28

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
retrospektif dengan pendekatan cross sectional. Deskriptif adalah studi yang
ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi serta distribusi penyakit di
suatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat, dan waktu. Cross sectional
adalah melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat Karakteristik Penderita Tonsilitis
Kronis di RSUP H. Adam Malik.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah dari bulan Maret 2015 hingga
November 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita
tonsilitis kronis di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan.

29

4.3.2. Subjek Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dengan seluruh
pasien tonsilitis kronis di RSUP Haji Adam Malik, Medan periode Januari 2014
sehingga Desember 2014 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
a) Kriteria inklusi
Semua data rekam medis pasien yang menderita tonsilitis kronis di RSUP H.
Adam Malik, Medan pada tahun 2014.
b) Kriteria eksklusi
Pasien yang tidak memiliki data lengkap dalam rekam medis di RSUP H.
Adam Malik, Medan.

4.4. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data akan dilakukan setelah mendapat rekomendasi
izin pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan dan Komisi Etik Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Data diperoleh melalui data sekunder
yaitu dari rekam medis pasien.Awal pengumpulan data dilakukan di Intalasi
Rekam Medis untuk mencatat nomor registrasi, usia, jenis kelamin, dan

30

keterangan seluruh pasien tonsilitis kronis. Setelah rekam medis didapatkan,
dilakukan pencatatan variabel yang dibutuhkan yaitu umur, jenis kelamin,
pekerjaan, keluhan utama, ukuran tonsil, penatalaksanaan dan komplikasi.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data
Semua data yang terkumpul dicatat dan dilakukan editing dan coding,
kemudian dimasukkan ke dalam program komputer SPSS Windows untuk
dianalisis lebih lanjut.Jenis analisis statistik yang digunakan adalah statistik
deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi.

31

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan adalah sebuah rumah
sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah
Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini terletak di lahan yang luas di pinggiran
kota Medan. RSUP Haji Adam Malik mulai berfungsi dengan pelayanan rawat
jalan sejak tanggal 17 Juni 1991. Mulai tanggal 2 Mei 1992, rumah sakit ini turut
menyediakan pelayanan rawat inap.
RSUP Haji Adam Malik, Medan berdiri sebagai rumah sakit kelas A
sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Sebagai Rumah Sakit
Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, RSUP Haji
Adam Malik, Medan juga sebagai Pusat Rujukan Wilayah Pembangunan A yang
meliputi Provinsi Sumatera Utara, Naggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat
dan Riau. Pada tahun 1993, Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, Medan dipindahkan ke rumah sakit ini secara resmi. Penelitian
ini dilakukan pada pasien yang didiagnosa dengan tonsilitis kronis di RSUP Haji
Adam Malik, Medan.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Dari hasil data rekam medis periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014,
didapatkan sebanyak 80 orang pasien yang didiagnosis dengan tonsilitis kronis.

32

5.1.2.1. Distribusi Penderita berdasarkan Kelompok Umur
Tabel 5.1. Distribusi Penderita berdasarkan Umur
Umur (tahun)

Frekuensi(n)

Persentase (%)

0-15 tahun

26

32,5

16-30 tahun

28

35,0

31-45 tahun

16

20,0

46-60 tahun

10

12,5

>60 tahun

0

00,0

TOTAL

80

100

Dari tabel 5.1. dapat memperlihatkan bahwa frekuensi tertinggi penderita
tonsilitis kronis terdapat pada kelompok umur 16-30 tahun sebanyak 28 orang
penderita (35,0%) dan diikuti oleh kelompok umur 0-15 tahun sebanyak 26 orang
penderita (32,5%).Tidak ditemui penderita tonsilitis kronis pada kelompok umur
> 60 tahun.
5.1.2.2. Distribusi Penderita berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2. Distribusi Penderita berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin

Frekuensi(n)

Persentase (%)

Laki-laki

42

52,5

Perempuan

38

47,5

TOTAL

80

100

33

Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak penderita tonsilitis
kronis terdapat pada laki-laki sebanyak 42 orang (52,5%) penderita berbanding
dengan perempuan sebanyak 38 orang (47,5%) penderita.
5.1.2.3. Distribusi Penderita berdasarkan Pekerjaan.
Tabel 5.3. Distribusi Penderita berdasarkan Pekerjaan.
Pekerjaan

Frekuensi(n)

Persentase (%)

Pelajar/Mahasiswa

39

48,8

Pegawai Nasional Sipil

4

5,0

Wiraswasta

13

16,3

Penarik Beca

0

00,0

Petani

3

3,75

Ibu Rumah Tangga

6

7,50

Pensiunan

2

2,50

Tidak Sekolah

7

8,75

Tidak Bekerja

5

6,25

Supir

1

1,25

80

100

TOTAL

34

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 80 orang penderita
tonsilitis kronis, didapati bahwa frekuensi pekerjaan penderita terbanyak tonsilitis
kronis adalah pelajar/mahasiswa sebanyak 39 orang (48,8%) penderita. Tidak
dijumpai kasus pada penderita penarik beca.
5.1.2.4. Distribusi Penderita Berdasarkan Keluhan Utama .
Tabel 5.4. Distribusi Penderita Berdasarkan Keluhan Utama.
Keluhan Utama

Frekuensi(n)

Persentase (%)

Sangkut menelan

28

35,0

Rasa mengganjal di tenggorokan

29

36,3

Sulit menelan

14

17,5

Pembesaran kelenjar di leher

8

10,0

Amandel membesar

1

1,3

80

100

TOTAL

Tabel 5.4. memperlihatkan bahwa proporsi keluhan utama penderita
tonsilitis kronis terbanyak adalah rasa mengganjal di tenggorokan yaitu 29 orang
(36,3%) penderita diikuti dengan sangkut menelan yaitu 28 orang (35,0%)
penderita. Pembesaran amandel merupakan keluhan utama yang terendah ditemui
pada penderita tonsilitis kronis yaitu 1 orang (1,3%) penderita.

35

5.1.2.5. Distribusi Penderita Berdasarkan Ukuran Tonsil.
Tabel 5.5 Distribusi Penderita Berdasarkan Ukuran Tonsil
Ukuran Tonsil

Frekuensi(n)

Persentase (%)

T1

24

15,0

T2

60

37,5

T3

56

35,0

T4

20

12,5

TOTAL

160

100

Tabel 5.5. memperlihatkan bahwa frekuensi ukuran tonsil yang tertinggi
adalah T2 yakni sebanyak 60 (37,5%) , dan ukuran tonsil T3 sebanyak 56
(35,0%). Pada T1 ditemukan sebanyak 24 (15,0%). Frekuensi ukuran tonsil yang
terendah adalah T4 yaitu hanya 20 (12,5%).
5.1.2.6. Distribusi Penderita Berdasarkan Penatalaksanaan .
Tabel 5.6. Distribusi Penderita Berdasarkan Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan

Frekuensi(n)

Persentase (%)

Medikamentosa

50

62,5

Operatif

30

37,5

TOTAL

80

100

36

Tabel 5.6. memperlihatkan bahwa proporsi penatalaksanaan yang terbanyak
adalah medikamentosa yaitu sebanyak 50 orang (62,5%) penderita. Frekuensi
penatalaksanaan operatif adalah sebanyak 30 orang (37,5%) penderita.
5.1.2.7. Distribusi Penderita Berdasarkan Komplikasi .
Tabel 5.7. Distribusi Penderita Berdasarkan Komplikasi.
Komplikasi

Frekuensi(n)

Persentase (%)

Abses peritonsil

1

1,3

Otitis Media Akut

4

5,0

Laringitis

1

1,3

Sinusitis

6

7,5

Rinitis

7

8,8

Tanpa komplikasi

61

76,3

TOTAL

80

100

Tabel 5.7. memperlihatkan bahwa proporsi komplikasi yang terbanyak
adalah tanpa komplikasi yaitu sebanyak 61 orang (76,3%) penderita. Komplikasi
yang paling jarang dijumpai adalah abses peritonsil dan laringitis yaitu masingmasing ditemui 1 orang (1,3%) penderita.

37

5.2. PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan data
sekunder rekam medis di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2014,
diperoleh data mengenai karakteristik penderita tonsilitis kronis. Data-data
tersebut akan digunakan sebagai dasar dari pembahasan hasil akhir penelitian ini
dan dijabarkan sebagai berikut.
5.2.1. Distribusi Penderita Berdasarkan Umur
Kelompok umur tertinggi yang menderita dari tonslitis kronis adalah 16-30
tahun dengan angka sebanyak 28 orang (35,0%) dan diikuti dengan kelompok
umur 0-15 tahun dengan jumlah 26 orang (32,5%). Zakwan (2013)
mengemukakan bahawa anak-anak adalah kelompok umur yang paling rentan
terhadap serangan tonsilitis. Tonsilitis kronis pada anak dapat disebabkan karena
anak sering menderita ISPA atau tonsilitis akut yang tidak diterapi adekuat
(Novialdi dan Pulungan, 2003).
Penelitian G K Narayana et al (2011) pada 38 penderita penyakit THT di
hospital R L Jalappa, India dari periode 1 November 2010 hingga 31 Desember
2010 menunjukkan insiden penyakit tonsilitis menduduki tempat tertinggi dengan
sebanyak 14 orang (1,4%) penderita. Dari jumlah tersebut golongan penderita
terbanyak berumur antara 10 -15 tahun (42,9%).
Penelitian retrospektif deskriptif Palendang, Tumbel dan Dehoop (2014)
dengan jumlah sampel 138 orang yang dilakukan di poliklinik THT–KL BLU
RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, bulan November – Desember 2012 ditemui
kasus terbanyak pada kelompok umur 5-14 tahun yaitu 25,9% penderita. Jumlah
terendah dijumpai pada kelompok umur > 65 tahun yaitu 1,44% penderita.
Penelitian cross sectional Hannaford et al (2004) pada terhadap 30 penderita
tonsilitis kronis mendapatkan kelompok umur terbanyak adalah antara 38-47
tahun yaitu sebanyak 36,6%.

38

5.2.2. Distribusi Penderita Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa proporsi penderita
tonsilitis kronis lebih banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak
42 orang (52,5%) sedangkan perempuan adalah sebanyak 38 orang (47,5%). Hal
ini karena antara faktor predisposisi tonsilitis kronis adalah merokok. Pada tahun
2001, 62,2% dari pria dewasa dijumpai merokok dibanding tahun 1995 yang
berkisar 53,4% (Kusumawati, 2010). Tonsilitis kronis lebih sering dijumpai pada
golongan perempuan muda namun masih dapat dijumpai pada kedua-dua
golongan jenis kelamin dari setiap peringkat umur (Borden, 2000).
Penelitian

cross

sectional yang

dilakukan

oleh

Farokah (2007)

mendapatkan penderita tonsilitis kronis lebih banyak ditemui pada jenis kelamin
perempuan yaitu dengan jumlah 156 orang (51,8%) dibanding dengan laki-laki
yaitu sebanyak 145 orang (48,2%).
Penelitian cross sectional Akcay et al (2006) terhadap 1784 penderita
tonsilitis kronis didapatkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 803 orang (45%)
penderita dan jenis kelamin perempuan sebanyak 981 orang (55%) penderita.
Pada penelitian cross sectional Ugras (2008) hasil yang berbeda
dilaporkan. Didapatkan dari 240 penderita tonsilitis kronis, jenis kelamin laki-laki
adalah sebanyak 132 orang (55%) penderita sedangkan perempuan sebanyak 108
orang (45%) penderita.
5.2.3. Distribusi Penderita Berdasarkan Pekerjaan
Dari distribusi data pekerjaan

didapati kelompok pelajar/mahasiswa

adalah terbanyak yang menderita dari tonsilitis kronis dengan jumlah 39 orang
(48,8%) penderita diikuti dengan kelompok pekerjaan lain-lain sebanyak 26 orang
(32,5%) penderita dan pegawai nasional sipil sebanyak 21 orang (26,3%). Hal ini
karena terdapatnya hubungan antara stres psikologikal dan sistem pertahanan
imun tubuh. Kebanyakan mahasiswa menderita dari brief naturalistic stress

39

terutamanya saat menduduki ujian menyebabkan terjadinya supresi imun
(Segerstrom dan Miller, 2004).
Penelitian Palendang, Tumbel dan Dehoop (2014) pada 138 orang
penderita tonsilitis kronis memperlihatkan kelompok siswa sebagai pekerjaan
dengan paling banyak penderita yaitu sebanyak 32,37% orang penderita.
Kelompok pekerjaan dengan penderita yang paling sedikit adalah guru dengan
jumlah 0,72% orang penderita.
Penelitian Farokah (2007) yang dilakukan di Sekolah Dasar , Kota
Semarang didapatkan dari hasil pemeriksaan 301 orang siswa serta data kuesioner
orang tua menunjukkan 145 siswa (48,2%) menderita tonsilitis kronis.
Menurut De Martino dan Balloti (2007), tonsilitis merupakan penyebab
paling sering ketidakhadiran pelajar ke sekolah karena tidak dapat fokus dan hal
ini menyebabkan hasil yang kurang memuaskan dalam aktivitas sekolah.
5.2.4. Distribusi Penderita Berdasarkan Keluhan Utama
Dari distribusi data didapati keluhan utama yang paling banyak ditemui
adalah rasa mengganjal di tenggorokan yaitu sebanyak 29 orang (36,3%)
penderita dan diikuti dengan keluhan sangkut menelan yaitu sebanyak 28 orang
(35,0%) penderita. Rasa mengganjal di tenggorokan terjadi saat kripta dipenuhi
detritus, akibat dari proses ini terjadi pembengkakan atau pembesaran tonsil.
Apabila kedua tonsil bertemu pada garis tengah yang disebut kissing tonsil dapat
terjadi penyumbatan pengaliran udara dan makanan (Stephanie, 2011).
Penelitian case series Timbo (2008) mendapatkan dari 63 penderita
tonsilitis kronis, sebanyak 41,3% diantaranya mengeluhkan sangkut menelan
sebagai keluhan utama.
5.2.5. Distribusi Penderita Berdasarkan Ukuran Tonsil
Dari distribusi data didapati ukuran tonsil terbanyak adalah T2 yakni
sebanyak 60 orang (37,5%), ukuran T3 sebanyak 56 orang (35,0%) dan T1

40

sebanyak 24 orang (15,0%). Didapatkan ukuran tonsil T4 hanya sebanyak 20
(12,5%). Ukuran tonsil membesar akibat hiperplasia parenkim atau degenerasi
fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil, namun dapat juga ditemukan tonsil yang
relatif kecil akibat pembentukan sikatrik yang kronis (Novialdi dan Pulungan,
2003).
Penelitian cross sectional Farokah (2007) dari 145 siswa yang menderita
tonsilitis kronis, sebanyak 83 siswa mempunyai ukuran tonsil T1 dan T2
sementara 62 siswa mempunyai ukuran tonsil T3 dan tidak ditemukan ukuran
tonsil T4.
Penelitian Akcay et al (2006) didapati dari 803 orang laki-laki dan 981 orang
perempuan, jumlah ukuran tonsil T1 adalah sebanyak 62,7% dan T2 adalah
sebanyak 28,4% sedangkan ukuran tonsil T3 adalah sebanyak 3,3% diikuti dengan
T4 sebanyak 0,1%.
5.2.6. Distribusi Penderita Berdasarkan Penatalaksanaan
Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa proporsi penatalaksanaan
penderita tonsilitis kronis terbanyak adalah dengan medikamentosa yaitu
sebanyak 50 orang (62,5%), sedangkan penatalaksanaan tonsilitis kronis dengan
operatif adalah sebanyak 30 orang (37,5%).Berdasarkan The American Academy
Of Otolaryngology- Head and Neck Surgery (AA0-HNS) tahun 2011 indikasi
klinis

untuk

melakukan

tonsilektomi

adalah:

Indikasi

absolut

adalah

pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat,
gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner; abses peritonsil yang tidak
membaik dengan pengobatan medis dan drainase; tonsilitis yang menimbulkan
kejang demam; tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi
anatomi. Indikasi relatif adalah terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun
dengan terapi antibiotik yang adekuat; halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak
membaik dengan pemberian terapi medis; tonsilitis kronik atau berulang pada
karier streptokokus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik β-laktamase
resisten.

41

Penelitian kuesioner yang dilakukan secara random oleh Mattila et al
(2001) di Helsinki University Central Hospital, Finland pada 483 individu
didapati bahawa sebanyak 39 orang yaitu 8% menjalani tonsilektomi sementara
116 orang yaitu 24% menjalani adenoidektomi dari jumlah individu yang
mengembalikan kuesioner.
Penelitian Burton et al (2014) menyatakan terjadi penurunan pada episode
tonsilitis dan insiden terjadi tonsilitis pada anak-anak pada tahun pertama setelah
menjalankan tonsilektomi. Anak-anak yang menderita dari tonsilitis kronis
mempunyai manfaat karena terjadi penurunan yang kecil dalam episode tonsilitis.
Namun masih terdapat anak-anak yang sembuh tanpa melakukan tindakan
operatif.
Menurut Knott (2010), tonsilektomi merupakan tindakan operatif yang
dilakukan untuk menurunkan insiden terjadinya infeksi yang rekuren dan bukan
untuk mengobati tonsilitis tipe akut.
5.2.7. Distribusi Penderita Berdasarkan Komplikasi
Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa proporsi komplikasi
terbanyak yang ditemui dari tonsilitis kronis adalah tanpa komplikasi yakni
sebanyak 61 orang (76,3%). Komplikasi seterusnya yang ditemui adalah rinitis
yaitu sebanyak 7 orang (8,75%) sedangkan komplikasi sinusitis ditemui sebanyak
6 orang (7,5%). Infeksi sinus menyebabkan seseorang mengalami banyak gejala
seperti sakit kepala , pilek ( rhinitis ) , hidung tersumbat , nyeri wajah , sakit
tenggorokan dan post nasal drip. Post nasal drip adalah aliran lendir dari rongga
sinus ke bagian belakang tenggorokan. Hal ini dapat menyebabkan tonsil serta
jaringan glandular yang lain mengalami peradangan dan mengakibatkan rasa
mengganjal di tenggorokan (The American Academy Of Otolaryngology - Head
and Neck Surgery, 2011).
Pada penelitian Palendang, Tumbel dan Dehoop (2014), berdasarkan
penderita tonsilitis dengan komplikasi, terbanyak didapatkan pada kelompok
abses peritonsiler dan rinitis yaitu masing-masing (40%) dan paling sedikit pada

42

kelompok otitis media dan epitaksis yaitu masing-masing (10%) di Poliklinik
THT–KL BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang dilakukan pada
periode bulan November – Desember 2012.
Penelitian Eunice (2014) pada 30 orang pelajar dari Thakgalang Primary
School yang dijalankan selama 5 bulan yaitu dari periode September 2011 - Mei
2012, didapatkan sebanyak 23 orang penderita tonsilitis dengan komplikasi juga
menderita dari rinitis.

43

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai karakteristik penderita
tonsilitis kronis periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014 didapatkan 80 orang
penderita, dapat diambil kesimpulan seperti berikut:
1) Berdasarkan distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis mengikut
sosiodemografi yaitu umur terbanyak pada kelompok umur 16-30 tahun
yaitu sebanyak 28 orang (35,0%); jenis kelamin terbanyak adalah jenis
kelamin laki-laki yaitu 42 orang (52,5%); pekerjaan penderita yang paling
banyak adalah pelajar/mahasiwa yaitu sebanyak 39 orang (48,8%).
2) Berdasarkan keluhan utama penderita tonsilitis kronis paling banyak
mengalami rasa mengganjal di tenggorokan yaitu 29 orang (36,3%)
diikuti dengan sangkut menelan 28 orang (35,0%).
3) Berdasarkan ukuran tonsil, ukuran tonsil penderita tonsilitis kronis
terbanyak adalah ukuran T2 sebanyak 60 (37,5%) diikuti dengan ukuran
T3 sebanyak 56 (35,0%).
4) Berdasarkan penatalaksanaan, penderita tonsilitis kronis paling banyak
mendapatkan medikamentosa yaitu 50 orang (62,5%).
5) Berdasarkan komplikasi penderita tonsilitis kronis paling banyak tidak
ditemui komplikasi yaitu 61 orang (76,3%).
6.2. Saran
1) Data rekam medis di RSUP Haji Adam Malik, Medan diharapkan dapat
lebih lengkap dan rapi sehingga informasi yang ingin digali dapat dibaca
dengan lebih mudah, lebih sistematik dan sempurna.

44

2) Diharapkan peningkatan pengetahuan masyarakat, tenaga paramedis dan
medis mengenai gejala awal tonsilitis kronis sehingga lebih cepat
terdeteksi dan diberi penatalaksanaan awal.
3) Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai karakteristik pada penderita
tonsilitis kronis dengan menggunakan data dari beberapa rumah sakit dan
meneliti variabel-variabel yang lebih beragam.

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tonsilitis
Ada tiga jenis utama dari tonsilitis, yaitu:




Tonsilitis akut - terjadi ketika tonsilitis disebabkan oleh salah satu bakteri
atau virus.Infeksi ini biasanya sembuh sendiri (Eunice, 2014).
Subakut tonsilitis - terjadi ketika tonsilitis disebabkan oleh Actinomyces
bakteri - organisme anaerob yang bertanggungjawab untuk keadaan
suppuratif pada tahap infeksi. Infeksi ini bisa bertahan antara tiga minggu



dan tiga bulan (Eunice, 2014).
Tonsilitis kronis - terjadi ketika tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri yang
dapat bertahan jika tidak diobati (Eunice, 2014).

2.2. Definisi
Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada
tenggorokan terutama pada usia muda. Penyakit ini terjadi disebabkan peradangan
pada tonsil oleh karena kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotik pada
penderita tonsilitis akut (Palandeng, Tumbel, Dehoop, 2014).Tonsilitis kronis
timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan,
higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan
tonsilitis akut yang tidak adekuat (Soepardi et al.,2007).

2.3. Etiologi
Virus herpes simplex, Group A beta-hemolyticus Streptococcus pyogenes
(GABHS), Epstein-Barr virus (EBV),sitomegalovirus, adenovirus, dan virus
campak merupakan penyebab sebagian besar kasus faringitis akut dan tonsilitis
akut.Bakteri menyebabkan 15-30 persen kasus faringotonsilitis; GABHS adalah
penyebab tonsilitis bakteri yang paling banyak (American Academy of Otolaryng
ology — Head and Neck Surgery, 2011).

6

Tonsilitis kronis disebabkan oleh bakteri yang sama yang terdapat pada
tonsilitis akut, dan yang paling sering adalah bakteri gram positif namun
terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan gram negatif. Pada hasil
penelitian Suyitno S, Sadeli S, menemukan 9 jenis bakteri penyebab
tonsilofaringitis kronis yaitu Streptokokus alpha, Staphylococcus aureus,
Streptokokus β hemolitikus grup A, Enterobakter, Streptokokus pneumonie,
Pseudomonas aeroginosa, Klebsiela sp., Escherichea coli, Staphylococcus
epidermidis (Suyitno S, Sadeli S, 1995 dalam Farokah, 2005).

2.4. Faktor Risiko
Yang merupakan faktor risiko:




Eksposi kepada orang yang terinfeksi;



Paparan asap beracun, asap industri dan polusi udara lainnya;



Kanak-kanak; remaja dan orang dewasa berusia 65 tahun ke atas;



Traveler



Eksposi kepada asap rokok;



Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat



Stres;



Mulut yang tidak higiene
Kondisi

ko-morbid

yang

mempengaruh

sistem

imun

seperti

hayfever,alergi,kemoterapi,infeksi Epstein-barr virus (EBV),infeksi herpes
simplexvirus (HSV),infeksi sitomegalovirus (CMV)

dan infeksi human

immune virus (HIV) atau acquired immune deficiency syndrome (AIDS)


(Sasaki, 2008; Jain et al., 2001; Lewy, 2008).
Jenis kelamin. Lebih sering terjadi pada wanita (Abouzied, 2010).

7

2.5. Patofisiologi
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga
jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid
diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti
melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus
sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan
jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar limfa dengan submandibula (Soepardi, 2007). Detritus
merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas. Akibat dari proses
ini akan terjadi pembengkakan atau pembesaran tonsil ini, nyeri menelan,
disfagia. Kadang apabila terjadi pembesaran melebihi uvula dapat menyebabkan
kesulitan bernafas.Apabila kedua tonsil bertemu pada garis tengah yang disebut
kissing tonsils dapat terjadi penyumbatan pengaliran udara dan makanan.
Komplikasi yang sering terjadi akibat disfagia dan nyeri saat menelan, penderita
akan mengalami malnutrisi yang ditandai dengan gangguan tumbuh kembang,
malaise, mudah mengantuk (Stephanie, 2011). Pembesaran adenoid mungkin
dapat menghambat ruang samping belakang hidung yang membuat kerusakan
lewat udara dari hidung ke tenggorokan, sehingga akan bernafas melalui
mulut.Bila bernafas terus lewat mulut maka mukosa membrane dari orofaring
menjadi kering dan teriritasi, adenoid yang mendekati tuba eustachus dapat
meyumbat saluran mengakibatkan berkembangnya otitis media (Reeves,
Charlene, 2001 ).

2.6. Gejala Klinis
Menurut Effiaty Arsyad Soepardi, et al, (2007),yang merupakan gejala klinis:




Gejala lokal, yang bervariasi dari rasa tidak enak di tenggorok, sakit
tenggorok, sulit sampai sakit menelan.
Gejala sistemis, seperti rasa tidak enak badan atau malaise, nyeri kepala,
demam subfebris, nyeri otot dan persendian.

8



Gejala klinis, seperti tonsil dengan debris di kriptenya (tonsilitis folikularis
kronis), edema atau hipertrofi tonsil (tonsilitis parenkimatosa kronis),
tonsil fibrotik dan kecil (tonsilitis fibrotik kronis),plika tonsilaris anterior
hiperemis dan pembengkakan kelenjar limfe regional.Pada pemeriksaan
tampak tonsil membesar dengan permukaanyang tidak rata, kriptus melebar
dan beberapa kriptus terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal di
tenggorokan, dirasakan kering di tenggorokan dan nafas berbau.

Menurut Adams ( 2001 ) yang merupakan gejala klinis:
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronis
yang mungkin tampak, yakni:


Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke
jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang



purulen atau seperti keju.
Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang
seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte
yang melebar dan ditutup eksudat yang purulen.

Menurut (Adam et al., 2000; Sasaki, 2008) yang merupakan gejala klinis:




Sakit kepala



Demam



Halitosis



Mual dan muntah



Malaise



Sakit saat menelan (Disfagia)



Kurangnya nafsu makan

Pembesaran atau terjadinya tenderness pada kelenjar getah bening servikal
serta sakit telinga disebabkan persarafan yang sama kepada kedua telinga
serta tenggorokan

9

Gambar 2.1:Gambaran Gejala Klinis Tonsilitis
Dikutip dari: http://tonsilspictures.com/tonsil-infection/

2.7. Diagnosis
Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut:
1. Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50%
diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang
dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu
menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada
demam dan nyeri pada leher.
2. Pemeriksaan fisik pasien dengan tonsilitis dapat menemukan:




Demam dan pembesaran pada tonsil yang inflamasi serta ditutupi pus.



material menyerupai keju.

Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau

Group A beta-hemolytic Streptococcus pyogenes (GABHS) dapat
menyebabkan tonsilitis yang berasosiasi dengan perjumpaan petechiae



palatal.
Pernapasan

melalui

mulut

serta

pembesaran tonsil yang obstruktif.

suara

terendam

disebabkan

10





Tenderness pada kelenjar getah bening servikal.



Tanda dehidrasi ( pada pemeriksaan kulit dan mukosa ).



peritonsilar.



telinga mungkin didapati pada tingkat keparahan yang berbeda.

Pembesaran unilateral pada salah satu sisi tonsil disebabkan abses

Rahang kaku, kesulitan membuka mulut serta nyeri menjalar ke

Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding dengan mukosa
faring, tanda ini merupakan tanda penting untuk menegakkan
diagnosa infeksi kronis pada tonsil. (American Academy of
Otolaryngology - Head and Neck Surgery, 2014).

Pada pemeriksaan didapatkan pilar anterior hiperemis, tonsil biasanya
membesar (hipertrofi) terutama pada anak atau dapat juga mengecil (atrofi),
terutama pada dewasa, kripte melebar detritus (+) bila tonsil ditekan dan
pembesaran kelenjar limfe angulus mandibula (Aritomoyo D, 1980 dalam
Farokah, 2005).Thane & Cody membagi pembesaran tonsil dalam ukuran T1 –
T4:



T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar



anterior – uvula.



sampai ½ jarak anterior – uvula.



sampai ¾ jarak pilar anterior – uvula.

T2 : batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior – uvula

T3 : batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior – uvula

T4 : batas medial tonsil melewati ¾ jarak anterior – uvula sampai
uvula atau lebih.

Pada anak, tonsil yang hipertrofi dapat terjadi obstruksi saluran nafas atas
yang dapat menyebabkan hipoventilasi alveoli yang selanjutnya dapat terjadi
hiperkapnia dan dapat menyebabkan kor polmunale (Paradise JL, 2009).Gejala
klinis sleep obstructive apnea lebih sering ditemui pada anak – anak (Akcay,
2006).

11

Gambar 2.2: Gambaran Pembesaran Tonsil
Dikutip dari: Lalwani,2012.

2.8. Pemeriksaan penunjang
Rapid Antigen Display Test (RADT) dikembangkan untuk identifikasi
streptokokus Grup A dengan melakukan apusan tenggorokan. Meskipun tes ini
lebih mahal daripada kultur agar darah, tesnya memberikan hasil yang lebih cepat.
RADT memiliki akurasi 93% dan spesifisitas > 95% dibandingkan dengan kultur
darah. Hasil tes false positive jarang berlaku. Identifikasi yang cepat