Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA TONSILITIS

KRONIS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2012

Oleh:

YOSEFINA IMELDA MANIK

100100197

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA TONSILITIS

KRONIS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

YOSEFINA IMELDA MANIK

NIM: 100 100 197

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis di RSUP Haji Adam

Malik Medan Tahun 2012

Nama: Yosefina Imelda Manik

NIM : 100 100 197

Medan, 10 Januari 2014 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001

Pembimbing

(dr. Linda Adenin, Sp. THT-KL) NIP. 195604041983032001

Penguji I

(dr. Masyitah, Sp. A) NIP. 197505012005022005

Penguji II

(dr. Maya Savira, M.Kes) NIP. 197611192003122001


(4)

ABSTRAK

Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang menetap akibat infeksi yang berulang, biasanya diakibatkan oleh pengobatan tonsilitis akut yang tidak sempurna. Penyebab utama tonsilitis kronis adalah infeksi virus dan streptokokus beta hemolitikus grup A. Penyebaran infeksi dapat melalui udara, tangan, dan ciuman. Tonsilitis dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita tonsilitis kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012.

Penelitian ini merupakan penelitian deskiptif dengan desain cross sectional study, data yang diambil berupa data sekunder yang berasal dari rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012. Populasi penelitian merupakan seluruh penderita tonsilitis kronis yang terdaftar di bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan sejak Januari 2012 - Desember 2012 dengan jumlah 86 penderita.

Proporsi tertinggi penderita tonsilitis kronis berdasarkan jenis kelamin perempuan sebanyak 66,3%, kelompok umur 1 – 10 tahun sebanyak 29,1%, pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 43%, keluhan utama berupa sakit tenggorok/sakit menelan sebanyak 48,8%, ukuran tonsil T2 / T2 sebanyak 39,5%, penatalaksanaan berupa medikamentosa sebanyak 73,3%.


(5)

ABSTRACT

Chronic tonsillitis is persistent inflammation of tonsils due to recurrent infection, usually caused by inadequate medical treatment of acute tonsillitis. The main cause of chronic tonsillitis is infection of virus and group A β–hemolytic streptococcus. Transmission of infection can be through air borne droplets, hands and kiss. Tonsillitis can occur in any age, especially in children. This study aims to find the characteristics of patients with chronic tonsillitis in Haji Adam Malik General Hospital in 2012.

This is a descriptive study with a cross sectional design from secondary data from medical record at Haji Adam Malik General Hospital Medan in 2012. Population of this research is all the chronic tonsillitis patients are registered in medical record Haji Adam Malik General Hospital Medan since January 2012 – Desember 2012 with 86 patients.

The highest proportion of patients with chronic tonsillitis is female 66.3%, age group 1-10 years 29.1 % , students 43%, main complaint is sore throat / pain swallowing 48.8 %, tonsil size T2 / T2 39.5% , medical treatment 73.3%.

Keywords: Chronic Tonsillitis, characteristic, Haji Adam Malik General Hospital Medan


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2012” sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tentu saja penulis menemukan banyak kesulitan dan hambatan, namun penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

Yang terhormat Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan beliau untuk mengikuti program sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Yang terhormat Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah mengizikan penulis melakukan penelitian dengan cara mengambil data rekam medis di rumah sakit yang beliau pimpin

Yang terhormat dr. Linda Adenin, Sp. THT-KL selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing dan mengoreksi Karya Tulis Ilmiah ini dari awal sampai akhir.

Yang tecinta dan terkasih kedua orangtua penulis yaitu Risman Sutrisno Manik, SE, M.Si dan Florentina Simarmata, SE yang telah senantiasa memberikan doa dan dukungannya berupa moril maupun materil, serta yang terkasih abang dan adik penulis yaitu Adrianus Frederick Manik dan Josua Arion Manik yang telah


(7)

Yang terkasih teman seperjuangan penulis Ong Hooi Fan yang telah mendukung dan membantu dalam penulisan Proposal Penelitian ini dan para sahabat penulis dan teman-teman angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari Karya Tulis Ilmiah ini, izinkanlah penulis memohon maaf yang setulus-tulusnya atas segala kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi orang banyak dan khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, Desember 2013


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ...

ABSTRAK ...

ABSTRACT ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang ... 1.2. Rumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.3.1. Tujuan Umum ... 1.3.2. Tjuan Khusus ... 1.4. Manfaat Penelitian ...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1. Embriologi Tonsil ... 2.2. Anatomi ... 2.2.1. Tonsila Lingualis ... 2.2.2. Tonsila Palatina ... 2.2.3. Tonsila Faringealis ... 2.3. Fisiologi ... 2.4. Definisi Tonsilitis Kronis ... 2.5. Epidemiologi ... 2.6. Etiologi ... 2.7. Gambaran Klinis ... 2.8. Patogenesis ... 2.9. Diagnosis ... 2.10. Penatalaksanaan ... 2.11. Komplikasi ... 2.12. Prognosis ... 2.13. Pencegahan ...

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ...

Halaman ii iii iv v vii ix x xi 1 1 2 3 3 3 3 4 4 5 5 6 8 8 8 9 9 10 10 11 13 14 14 14 16 16


(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 4.1. Jenis Penelitian ... 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 4.3.1. Populasi ... 4.3.2. Sampel ... 4.4. Teknik Pengambilan Data ... 4.5. Pengolahan dan Analisa Data ...

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 5.2. Karakteristik Sampel ... 5.3. Hasil Penelitian ... 5.3.1. Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Jenis Kelamin ... 5.3.2. Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Umur ... 5.3.3. Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan

Pekerjaan ... 5.3.4. Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Keluhan Utama ... 5.3.5. Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan

Ukuran Tonsil ... 5.3.6. Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan

Penatalaksanaan ... 5.4. Pembahasan ...

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... .

6.1. Kesimpulan ... 6.2. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN 19 19 19 19 19 19 20 20 21 21 21 21 22 22 23 23 24 25 25 30 30 30 32


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1.

5.2.

5.3.

5.4.

5.5.

5.6.

Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Jenis Kelamin ...

Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Umur ...

Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Pekerjaan ..

Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Keluhan Utama ...

Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Ukuran Tonsil ... ...

Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Penatalaksanaan ...

22

22

23

23

24


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Pembentukan Tonsil ...

Anatomi Tonsil ...

Tonsil Lingualis ...

Tonsil Palatina ...

Kerangka Konsep Penelitian ...

4

5

6

7


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Daftar Riwayat Hidup

Persetujuan Komite Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan

Ijin Penelitian

Data Mentah (Master data) Ouput Statistik


(13)

ABSTRAK

Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang menetap akibat infeksi yang berulang, biasanya diakibatkan oleh pengobatan tonsilitis akut yang tidak sempurna. Penyebab utama tonsilitis kronis adalah infeksi virus dan streptokokus beta hemolitikus grup A. Penyebaran infeksi dapat melalui udara, tangan, dan ciuman. Tonsilitis dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita tonsilitis kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012.

Penelitian ini merupakan penelitian deskiptif dengan desain cross sectional study, data yang diambil berupa data sekunder yang berasal dari rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012. Populasi penelitian merupakan seluruh penderita tonsilitis kronis yang terdaftar di bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan sejak Januari 2012 - Desember 2012 dengan jumlah 86 penderita.

Proporsi tertinggi penderita tonsilitis kronis berdasarkan jenis kelamin perempuan sebanyak 66,3%, kelompok umur 1 – 10 tahun sebanyak 29,1%, pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 43%, keluhan utama berupa sakit tenggorok/sakit menelan sebanyak 48,8%, ukuran tonsil T2 / T2 sebanyak 39,5%, penatalaksanaan berupa medikamentosa sebanyak 73,3%.


(14)

ABSTRACT

Chronic tonsillitis is persistent inflammation of tonsils due to recurrent infection, usually caused by inadequate medical treatment of acute tonsillitis. The main cause of chronic tonsillitis is infection of virus and group A β–hemolytic streptococcus. Transmission of infection can be through air borne droplets, hands and kiss. Tonsillitis can occur in any age, especially in children. This study aims to find the characteristics of patients with chronic tonsillitis in Haji Adam Malik General Hospital in 2012.

This is a descriptive study with a cross sectional design from secondary data from medical record at Haji Adam Malik General Hospital Medan in 2012. Population of this research is all the chronic tonsillitis patients are registered in medical record Haji Adam Malik General Hospital Medan since January 2012 – Desember 2012 with 86 patients.

The highest proportion of patients with chronic tonsillitis is female 66.3%, age group 1-10 years 29.1 % , students 43%, main complaint is sore throat / pain swallowing 48.8 %, tonsil size T2 / T2 39.5% , medical treatment 73.3%.

Keywords: Chronic Tonsillitis, characteristic, Haji Adam Malik General Hospital Medan


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Tonsil (amandel) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh manusia karena terdapat jaringan limfoid. Tonsil memiliki letak yang stategis untuk mencegah mikroorganisme masuk ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi (Sherwood, 2001). Jika terjadi infeksi, tonsil akan berubah menjadi berwarna kemerahan dan terjadi pembesaran pada jaringan limfoid (Kumar et al., 2010). Tonsilitis kronis merupakan peradangan menahun lebih dari tiga bulan atau sebagai akibat dari pengobatan tonsilitis akut yang tidak memadai (Maqbool, 2001). Pasien datang dengan keluhan sakit tenggorok atau sakit menelan, bau mulut (halitosis), dan badan lesu (Snow, 2003).

Radang kronis pada adenoid (tonsila nasofaringea) dan tonsil (tonsila palatina) masih menjadi masalah kesehatan dunia. Di Amerika Serikat prevalensi tonsilitis kronis pada tahun 1995 adalah sebesar 7 per 1000 penduduk atau 0,7%. Sementara di Norwegia dijumpai 11,7% anak mengalami tonsilitis rekuren, dimana sebagian besar merupakan tonsilitis kronis yang mengalami eksaserbasi, serta di Turki ditemukan tonsilitis berulang pada 12,1% anak (Paradise, 2008 dalam Novel, 2010).

Penelitian mengenai penyakit berulang pada saluran nafas kronis dan organ pendengaran yang dilakukan terhadap lebih dari 3,5 juta jiwa di Amerika Serikat dijumpai prevalensi penderita tonsilitis kronis sebesar 15,9/1.000 penduduk (Otvagin, 2009). Penelitian di Rusia mengenai prevalensi dan pencegahan keluarga dengan tonsilitis kronis yang dilakukan pada 321 keluarga dan 335 anak-anak (umur 1-15 tahun) didapatkan data sebanyak 84 (26,3%) dari 307 ibu-ibu usia reproduktif didiagnosa tonsilitis kronis (Khasanov et al.,2006).

Berdasarkan data epidemiologi penyakit Telinga Hidung Tenggorokan (THT) di 7 provinsi di Indonesia pada tahun 1994 – 1996, prevalensi tonsilitis kronis tertinggi setelah nasofaringitis akut (4,6%) yaitu sebesar 3,8%. Insiden tonsilitis kronis di RS Dr. Kariadi Semarang yang dilaporkan oleh Aritomoyo (1978)


(16)

sebanyak 23,36% dan 47% diantaranya pada usia 6-15 tahun (Suwento, 2001 dan Aritmoyo, 1978 dalam Farokah, 2005).

Menurut Udaya (1999) di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada periode April 1997 sampai dengan Maret 1998 menemukan 1024 pasien tonsilitis kronis atau 6,75% dari seluruh jumlah kunjungan (Udaya, 1999 dalam Farokah, 2005)

Menurut Farokah dalam penelitiannya mengenai hubungan tonsilitis kronis dengan prestasi belajar pada siswa kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang didapatkan prevalensi penderita tonsilitis kronis pada siswa kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang sebesar 48,2% (145/301) umur antara 7-9 tahun, terbanyak pada umur 8 tahun. Siswa dengan tonsilitis kronis mempunyai resiko 3,5 kali lebih sering mendapatkan prestasi belajar kurang dari rata-rata dibanding yang tidak tonsilitis kronik (Farokah, 2005).

Menurut Nurjannah (2011), distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis di Medan pada tahun 2007 – 2010 berdasarkan usia terjadi paling banyak pada kelompok umur 11 – 20 tahun yaitu sebesar 40%. Tidak terdapat perbandingan yang signifikan untuk jenis kelamin. Pasien datang dengan keluhan utama sakit menelan sebesar 68,6%, tanda klinis plika anterior hipermis sebesar 48,6%, dan ukuran tonsil T3 sebesar 47,1% (Nurjannah, 2011). Penatalaksanaan medikamentosa sebanyak 83,7% pada tahun 2009 (Amalia, 2011)

Belum didapatkannya data terbaru tentang gambaran penderita tonsilitis kronis di RSUP Haji Adam Malik, karena itulah penulis mencoba untuk melakukan penelitian mengenai karakteristik penderita tonsilitis kronis di Departemen THT-KL RSUP Haji Adam Malik.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana karakteristik penderita Tonsilitis Kronis di Departemen THT-KL Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.


(17)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik penderita Tonsilitis Kronis di Departemen THT-KL Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan sosiodemografi yaitu jenis kelamin, umur, dan pekerjaan.

b. Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan keluhan utama.

c. Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan ukuran tonsil.

d. Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan penatalaksanaan yang diberikan.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam:

1. Mengetahui karakteristik pendertita tonsilitis kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Untuk memperoleh data awal bagi penelitian selanjutnya.

3. Sebagai sumber referensi untuk perbaikan kelengkapan data penderita tonsilitis kronis.

4. Sebagai bahan untuk pengembangan keilmuan dibidang Ilmu


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1EMBRIOLOGI TONSIL

Tonsil terbentuk dari lapisan endodermal pada minggu ketiga sampai dengan minggu kedelapan pada masa embriologi. Embrio manusia memiliki lima pasang kantong faring. Masing-masing kantong akan membentuk organ penting lainnya.

Gambar 1. Pembentukan Tonsil Sumber: Sadler, 2004

Lapisan epitel kedua dari kantong faring berproliferasi dan membentuk tunas yang akan menembus ke jaringan mesenkim di sekitarnya. Selanjutnya tunas-tunas tersebut akan dilapisi oleh jaringan mesodermal sehingga membentuk primordial dari tonsila palatina. Selama bulan ketiga dan kelima, tonsil akan dikelilingi oleh jaringan limfatik. Bagian kantong yang tertinggal akan ditemukan pada saat dewasa sebagai fosa tonsilaris. (Sadler, 2004)


(19)

2.2ANATOMI

Tonsil merupakan massa bulat yang kecil, khususnya jaringan limfoid (Dorland, 2010). Tonsil adalah bagian dari faring. Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Tonsil terdapat di bagian nasofaring dan orofaring. Nasofaring terletak di belakang rongga hidung, di atas palatum molle sedangkan orofaring terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum molle sampai pinggir atas epiglotis (Snell, 2006).

Tonsil dibagi menjadi tiga bagian yaitu tonsila lingualis, tonsila palatina, dan tonsila faringealis. Pada bagian nasofaring terdapat tonsila faringealis, sedangkan pada bagian orofaring terdapat tonsila lingualis dan tonsila palatina (Snell, 2006).

Gambar 2. Anatomi Tonsil

Sumbe

2.2.1 TONSILA LINGUALIS

Tonsila lingualis adalah kumpulan folikel limfe pada dasar jalur orofaring, pada akar lidah (Dorland, 2010). Bagian dasar dari orofaring dibentuk oleh segitiga posterior lidah (yang hampir vertikal) dan celah antara lidah serta permukaan anterior epiglotis. Membran mukosa yang meliputi sepertiga posterior


(20)

lidah berbentuk irreguler, yang disebabkan oleh adanya jaringan limfoid dibawahnya, disebut tonsila lingualis (Snell, 2006).

Gambar 3. Tonsil Lingualis Sumber: Netter, 2011

2.2.2 TONSILA PALATINA

Tonsila palatina merupakan dua massa jaringan limfoid yang terletak pada dinding lateral orofaring didalam fosa tonsilaris. Fosa tonsilaris merupakan sebuah celah berbentuk segitiga pada dinding lateral orofaring diantara arcus palatoglosus di depan dan arcus palatopharyngeus di belakang (Snell, 2006).

Setiap tonsil diliputi oleh membran mukosa dan permukaan tengahnya yang bebas menonjol ke dalam faring. Pada permukaannya terdapat banyak lubang kecil, yang membentuk kripta tonsilaris. Permukaan lateral tonsila palatina ini diliputi oleh selapis jaringan fibrosa, disebut capsula (Snell, 2006).


(21)

Gambar 4. Tonsil Palatina Sumber: Frenz dan Smith, 2006

Batas-batas tonsila palatina (Snell, 2006):

• Anterior: Arcus palatoglossus.

• Posterior: Arcus palatopharyngeus.

• Superior: Palatum molle. Tonsila palatina akan dilanjutkan oleh jaringan limfoid di permukaan bawah palatum molle.

• Inferior: Sepertiga posterior lidah. Tonsila palatina akan dilanjutkan oleh tonsila lingualis.

• Medial: Ruang orofaring.

• Lateral: Capsula dipisahkan dari musculus constrictor pharyngis superior oleh jaringan areolar yang jarang. Vena palatina externa berjalan turun dari palatum molle di dalam jaringan ikat longgar untuk bergabung dengan plexus venosus pharyngeus. Lateral terhadap musculus constrictor pharyngis superior terhadap lengkung arteri facialis. Arteri carotis interna terletak 1 inci (2,5 cm) di belakang dan lateral tonsila.

Arteri yang mendarahi tonsila adalah arteri tonsilaris yang merupakan cabang dari arteri facialis. Vena-vena menembus musculus constrictor pharyngis superior dan bergabung dengan vena palatina externa, vena pharyngealis, atau vena facialis (Snell, 2006).

Pembuluh-pembuluh limfe bergabung dengan nodus lomfoidei profundi. Nodus yang terpenting dari kelompok ini adalah nodus jugulodigastrikus, yang terletak di bawah dan di belakang angulus mandibula (Snell, 2006).


(22)

Tonsila palatina mencapai ukuran terbesarnya pada masa anak-anak. Sesudah pubertas, bersamaan dengan jaringan-jaringan limfoid di dalam tubuh lainnya, akan mengalami atrofi secara perlahan-lahan. Tonsila palatina merupakan tempat infeksi yang sering dan menimbulkan sakit leher dan panas (Snell, 2006).

2.2.3 TONSILA FARINGEALIS (ADENOID)

Tonsila pharyngealis terletak di bagian atas nasofaring. Bagian atas nasofaring dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis. Kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsila faringealis, terdapat di dalam submukosa daerah ini (Snell, 2006). Tonsila pharyngealis disebut juga adenoid tonsil. (Dorland, 2010).

2.3FISIOLOGI

Tonsil merupakan salah satu organ limfatik selain limpa, kelenjar getah bening, dan usus buntu. Seluruh organ sekunder tersebut terletak dimana limfosit berkumpul dan berikatan dengan antigen, kemudian akan berproliferasi dan secara aktif melawan kuman. Tonsil berbentuk cincin yang berguna sebagai pelindung diantara rongga mulut dan faring, karena lokasinya tersebut tonsil merupakan pelindung pertama dari mikroorganisme yang masuk melalui hidung dan mulut (Mader, 2004).

Pada tonsil terdapat sel B dan sel T sebagai sistem imun. Sel B dan sel T tersebut dipersiapan untuk memberikan perlawanan terhadap antigen yang masuk ke dalam jaringan dan cairan tubuh (Mader, 2004).

2.4DEFINISI TONSILITIS KRONIS

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius. Penyebaran infeksi


(23)

Tonsilitis kronis merupakan peradangan tonsil yang menetap akibat infeksi yang berulang (Dorland, 2010). Peradangan tersebut biasanya diakibatkan oleh pengobatan tonsilitis akut yang tidak memadai. Infeksi yang berulang atau infeksi yang menetap pada hidung dan sinus paranasal merupakan penyebab paling penting dan paling sering mengakibatkan infeksi berulang pada tonsil (Maqbool, 2001).

2.5EPIDEMIOLOGI

Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak. Penyebab tonsilitis yang paling banyak adalah golongan dari streptokokus yang biasanya terjadi pada anak-anak umur 5-15 tahun (Shah, 2012).

Berdasarkan penelitian pada anak-anak sekolah dijumpai 15,9% memiliki status sebagai pembawa / carrier mikroorganisme streptokokus grup A yang merupakan penyebab penyakit tonsilitis (Shah, 2012).

Penelitian yang dilakukan pada anak-anak di Norwegia mengenai kejadian tonsilitis berulang dilaporkan sebesar 11,7% dan pada penelitian lainnya yang dilakukan pada anak-anak di Turki diperkirakan sebesar 12,1% (Shah, 2012).

2.6 ETIOLOGI

Kultur dari tonsil sehat dan tonsil terinfeksi memiliki organisme yang berbeda, dengan mengetahui perbedaan pertumbuhan bakteri yang didapatkan dari sampel permukaan dan bagian tengah tonsil. Organisme yang paling sering didapati dari permukaan tonsil yang terinfeksi adalah streptokokus beta hemolitikus grup A. Hampir 40% orang yang tidak mempunyai gejala tonsilitis jika dikultur bisa juga didapati organisme tersebut. Organisme yang lain termasuk

Haemophilus, Staphylococcus aureus, streptokokus alfa hemolitikus,

Branhamella sp., Mycoplasma, Chlamydia, jenis bakteri anaerob dan virus pada saluran pernapasan (McKerrow, 2008).

Penelitian yang dilakukan terhadap sampel yang diambil dari bagian tengah atau inti tonsil dengan menggunakan aspirasi jarum halus pada tonsil sehat dan tonsil terinfeksi. Biasanya pada sampel tonsil normal akan gagal terjadi


(24)

pertumbuhan organisme patogen. Pada tonsilitis yang berulang akan terjadi pertumbuhan patogen. Pertumbuhan berbagai macam bakteri juga sering dijumpai (McKerrow, 2008).

Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis (Rusmarjono dan Efiaty, 2007): 1. Rangsangan yang menahun dari rokok

2. Higiene mulut yang buruk 3. Pengaruh cuaca

4. Kelelahan fisik

5. Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

2.7GAMBARAN KLINIS

Pada pasien tonsilitis kronis didapati (Maqbool, 2001) : 1. Rasa tidak nyaman di tenggorokan

2. Sakit tenggorokan yang berulang 3. Pengecapan tidak enak (cacagus) 4. Bau mulut (halitosis)

5. Kadang terjadi sulit menelan dan perubahan suara 6. Pembesaran kelenjar limfa jugulodigastrik

Pada anak-anak, terjadi perluasan penyakit termasuk sakit perut berulang, kesehatan umum menurun, gagal tumbuh, dan berat badan yang rendah dapat ditunjukan pada infeksi tonsil tapi belum ada bukti ilmiah yang nyata mengenai hal ini (McKerrow, 2008).

2.8 PATOGENESIS

Terjadinya tonsilitis dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kripta-kriptanya, sampai disana kuman tersebut secara airogen (melalui hidung, droplet


(25)

Karena proses radang berulang yang timbul, maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula (Rusmarjono dan Efiaty, 2007).

Fungsi tonsil sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh baik yang melalui hidung maupun mulut. Kuman yang masuk akan dihancurkan oleh makrofag dan sel-sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena infeksi maka pada suatu waktu, tonsil tidak bisa membunuh kuman secara efektif, akibatnya kuman akan bersarang dan menetap di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh pada tonsil berubah menjadi sarang infeksi (tonsil sebagai fokal infeksi). Sewaktu-waktu kuman bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan umum yang menurun (Aritmoyo, 1980 dalam Siswantoro, 2003)

2.9 DIAGNOSIS

Menurut penelitian dari beberapa ahli mengemukakan bahwa (Kurien M, 2000 dalam Farokah, 2005) :

1. Pemeriksaan rutin dari apusan di permukaan tenggorok sebagai diagnosa pasti penderita flora bakteri pada tonsilitis kronis tidak valid dan tidak dapat dipercaya.

2. Gold standard bakteri penyebab tonsilitis kronis adalah dengan kultur dari bagian tengah tonsil.

3. Streptokokus beta hemolitikus grup A merupakan kuman yang sering ditemukan pada permukaan maupun bagian tengah tonsil.

4. Pada tonsilitis kronis streptokokus beta hemolitikus grup A lebih banyak dijumpai pada bagian dalam tonsil daripada permukaan tonsil.


(26)

Pada pemeriksaan didapatkan pilar anterior hiperemis, tonsil biasanya membesar (hipertrofi), kripta melebar, detritus (+) bila tonsil ditekan, dan pembesaran kelenjar limfe angulus mandibula (Aritmoyo, 1980 dan Udaya,1999 dalam Farokah, 2005) .

Menurut Thane & Cody membagi pembesaran tonsil dalam ukuran T1 – T4 (Cody D, 1993 dalam Farokah, 2005):

T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior - uvula

T2 : batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior uvula sampai ½ jarak anterior – uvula

T3 : batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior – uvula sampai ¾ jarak pilar anterior – uvula

T4 : batas medial tonsil melewati ¾ jarak anterior – uvula sampai uvula atau lebih

UJI LABORATORIUM

Uji laboratorium untuk mengetahui bakteri yang menyebabkan tonsilitis dapat dilakukan untuk mengetahui antibiotik yang tepat sebagai terapi. Spesimen diambil dari tonsil dapat berupa usapan tenggorok, pus, atau darah sebagai biakan. Seperti yang telah dijelaskan, penyebab tonsilitis yang terbanyak disebabkan oleh golongan streptokokus grup A maka pada sediaan apus dari spesimen lebih sering memperlihatkan kokus tunggal atau berpasangan. Spesimen yang dicurigai mengandung streptokokus dibiakan pada lempeng agar darah dan akan menumbuhkan streptokokus hemolitikus grup A dalam waktu beberapa jam atau hari. Jika sediaan apus memperlihatkan streptokokus tetapi tidak terjadi pertumbuhan pada biakan, harus dicurigai organisme anaerob (Brooks, 2008).


(27)

2.10 PENATALAKSANAAN

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, infeksi pada hidung dan sinus paranasal merupakan faktor pencetus infeksi pada tonsil yang berulang atau kronis. Tatalaksana terhadap faktor tersebut adalah antibiotik, dekongestan, mukolitik, muko kinetik, dan antihistamin maupun operasi seperti septoplasty

pada septum hidung yang tidak normal, antral washout, pengangkatan polip hidung jika ada, dll. dapat mengurangi atau mencegah infeksi berikutnya pada jaringan tonsilar (Maqbool, 2001). Terapi lokal juga dapat dilakukan yang ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau obat isap (Rusmarjono dan Efiaty, 2007).

Pada tonsilitis kronis, bakteri yang paling sering ditemukan sebagai penyebabnya adalah streptokokus beta hemolitikus grup A. Jika pada uji laboratorium ditemukan bakteri streptokokus beta hemolikus grup A, antobiotik yang dapat diberikan adalah penisilin-G dan paling sensitif terhadap eritromisin (Brooks, 2008).

Jika tindakan diatas gagal dan pasien tetap mengalami tonsilitis berulang, operasi pengangkatan tonsil (tonsillectomy) bisa dilakukan (Maqbool, 2001).

Indikasi tonsilektomi terhadap penderita tonsilitis yang telah ditetapkan oleh The American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery Clinical Indicator pada tahun 1995 adalah sebagai berikut (Rusmarjono dan Efiaty, 2007) :

1. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang memadai.

2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial.

3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale.

4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, dan abses peritonsilar yang tidak berhasil dengan pengobatan.


(28)

6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri streptokokus beta hemolitikus grup A.

7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan. 8. Otitis media efusa atau otitis media supuratif.

2.11 KOMPLIKASI

Komplikasi dari tonsilitis kronis adalah abses peritonsilar, abses parafaringeal, abses intratonsilar, kista tonsilar, tonsillolith, demam rematik dan nefritis akut (Maqbool, 2001). Selain itu radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitar berupa rinitis kronis, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, atritis, dan lain sebagainya (Rusmarjono dan Efiaty, 2007).

2.12 PROGNOSIS

Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu yang singkat (Nurjannah, 2011).

Gejala-gejala yang menetap dapat menunjukkan bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang paling sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam rematik (Nurjannah, 2011).

2.13 PENCEGAHAN

Berbagai flora normal tinggal didalam tubuh manusia, bakteri-bakteri ini akan menyebabkan penyakit hanya bila berada dibagian tubuh yang normalnya


(29)

mengalami infeksi klinis atau subklinis atau dapat menjadi carrier yang menularkan streptokokus secara langsung ke orang lain melalui droplet dari saluran napas (Brooks, 2008).

Maka dari itu, bakteri penyebab tonsilitis dapat dengan mudah menyebar dari satu penderita ke orang lain. Resiko penularan dapat diturunkan dengan mencegah terpapar dari penderita tonsilitis atau yang memiliki keluhan sakit menelan. Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan air panas yang bersabun sebelum digunakan kembali. Sikat gigi yang telah lama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi berulang. Orang – orang yang merupakan karier tonsilitis semestinya sering mencuci tangan mereka untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain (Nurjannah, 2011).


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1.KERANGKA KONSEP

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah:

Gambar 5

Kerangka Konsep Penelitian

3.2.DEFINISI OPERASIONAL

Penderita tonsilitis kronis adalah pasien yang telah dinyatakan menderita tonsilitis kronis berdasarkan hasil diagnosis dokter dan tercatat pada rekam medis sesuai yang tertulis di kartu status.

3.2.1 Sosiodemografi dibedakan atas:

A. Jenis kelamin sesuai yang tercatat pada rekam medis yang menderita tonsilitis kronis dengan menggunakan skala ukur nominal adalah:

Rekam

Medis

Penderita Tonsilitis

Kronis

Jenis Kelamin

Umur

Pekerjaan

Keluhan utama

Ukuran tonsil

Penatalaksanaan


(31)

B. Umur merupakan usia penderita tonsilitis kronis yang dihitung dalam satuan tahun berdasarkan ulang tahun terakhir saat penelitian berlangsung sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis dengan menggunakan skala ukur ordinal, dikelompokkan atas:

• Kelompok 1 : usia 1 – 10 tahun.

• Kelompok 2 : usia 11 – 20 tahun.

• Kelompok 3 : usia 21 - 30 tahun.

• Kelompok 4 : usia 31 – 40 tahun.

• Kelompok 5 : usia 41 - 50 tahun.

• Kelompok 6 : usia > 50 tahun

C. Pekerjaan adalah mata pencaharian atau kegiatan utama yang dikerjakan penderita untuk memenuhi kebutuhannya yang tercatat pada rekam medis dengan menggunakan skala ukur nominal, yaitu:

1) Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2) Wiraswata/Pegawai swasta 3) Ibu Rumah Tangga

4) Pelajar/Mahasiswa 5) Tidak bekerja/Pensiunan 6) Lainnya

3.2.2 Keluhan utama adalah kondisi atau keadaan yang menyebabkan penderita datang berobat sesuai yang tercatat pada rekam medis dengan menggunakan skala ukur nominal adalah:

1) Sulit menelan atau sangkut menelan 2) Rasa mengganjal di tenggorokan 3) Sakit tenggorok atau sakit menelan 4) Pembesaran kelenjar leher

5) Amandel membesar 6) Mengorok


(32)

3.2.3 Ukuran tonsil adalah besarnya tonsil yang tercatat pada rekam medis dengan menggunakan skala ukur ordinal. Pengukuran besar tonsil dilihat menurut Thane & Cody:

• T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior- uvula

• T2: batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior uvula sampai ½ jarak anterior – uvula

• T3: batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior – uvula sampai ¾ jarak pilar anterior – uvula

• T4: batas medial tonsil melewati ¾ jarak anterior – uvula sampai uvula atau lebih

3.2.4 Penatalaksanaan adalah tindakan atau pengobatan yang diberikan kepada penderita tonsilitis kronis sesuai yang tercatat pada rekam medis dengan menggunakan skala ukur nominal:

1) Medikamentosa 2) Tindakan operatif


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menilai karakteristik penderita tonsilitis kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study, dimana telah dilakukan pengumpulan data berdasarkan survei rekam medis sub bagian THT di RSUP Haji Adam Malik.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan dan dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan September - Oktober 2013.

4.3Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh pasien yang sudah terdiagnosis oleh dokter menderita tonsilitis kronis dan terdaftar pada rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan sejak Januari 2012 – Desember 2012.

4.3.2 Sampel

Kriteria Inklusi

Seluruh dari jumlah populasi tonsilitis kronis yang didapat dari rekam medis di RSUP Haji Adam Malik sejak Januari 2012 – Desember 2012. Adapun besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi (total sampling).


(34)

Kriteria Eksklusi

Rekam medis yang tidak lengkap yaitu tidak terdapat variabel yang ingin diteliti.

4.4Teknik Pengambilan Data

Metode pengambilan data dengan menggunakan seluruh rekam medis pasien penderita tonsilitis kronis selama tahun 2012 yang didapat di bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan. Pada rekam medis tersebut dilihat variabel yang akan diteliti yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, keluhan utama, ukuran tonsil, dan penatalaksanaan sebagai karakteristik penderita tonsilitis kronis sejak 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012, lalu dilakukan pencatatan atau tabulasi.

4.5Pengolahan dan Analisa Data

Data diambil dari rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan dan dikumpulkan, diolah, serta dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan komputer melalui program SPSS (Statistical Package for the Social Science). Analisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.


(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP H. Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP H. Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.2 Karakteristik Sampel

Dalam penelitian ini diperoleh 86 sampel penderita tonsilitis kronis, dimana data diambil dari data klinis di Bagian Rekam Medik Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala Leher FK USU / RSUP Haji Adam Malik Medan. Data penelitian adalah seluruh kasus tonsilitis kronis yang datang berobat ke RSUP Haji Adam Malik Medan sejak 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2012. Karakteristik penderita tonsilitis kronis yang diamati adalah jenis kelamin, umur, pekerjaan, keluhan utama, ukuran tonsil, dan penatalaksanaan.

5.3 Hasil Penelitian


(36)

5.3.1 Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.1.Distibusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Sampel Presentase (%)

Laki – laki 29 33,7

Perempuan 57 66,3

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis kelamin terbanyak pada penderita tonsilitis kronis adalah perempuan sebanyak 57 penderita (66,3%) dan diikuti laki-laki sebanyak 29 penderita (33,7%).

5.3.2 Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Umur

Tabel 5.2. Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdarkan Umur Umur Jumlah Sampel Presentase (%)

1 – 10 tahun 25 29,1

11 – 20 tahun 22 25,6

21 – 30 tahun 20 23,3

31 – 40 tahun 8 9,3

41 – 50 tahun 3 3,5

>50 tahun 8 9,3

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa umur terbanyak pada penderita tonsilitis kronis adalah 1 – 10 tahun sebanyak 25 penderita (29,1%) diikuti dengan umur 11 – 20 tahun sebanyak 22 penderita (25,6%), umur 21 – 30 tahun sebanyak 20 penderita (23,3%), umur 31 – 40 tahun sebanyak 8 penderita (9,3%), umur 41 – 50 tahun sebanyak 3 penderita (3,5%), dan umur >50 tahun sebanyak 8 penderita (9,3%).


(37)

5.3.3 Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3. Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Sampel Presentase (%)

Pegawai Negeri Sipil 8 9,3

Pegawai Swasta/Wiraswasta 8 9,3

Ibu Rumah Tangga 12 14

Pelajar/Mahasiswa 37 43

Tidak bekerja 18 20,9

Lainnya 3 3,5

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan terbanyak pada penderita tonsilitis kronis adalah pelajar/mahasiswa sebanyak 37 penderita (43%) diikuti tidak bekerja sebanyak 18 penderita (20,9%), ibu rumah tangga sebanyak 12 penderita (14%), Pegawai Negeri Sipil sebanyak 8 penderita (9,3%), pegawai swasta/wiraswasta sebanyak 8 penderita (9,3%), dan pekerjaan lainnya sebanyak 3 penderita (3,5%).

5.3.4 Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Keluhan Utama Tabel 5.4. Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Keluhan

Utama

Keluhan Utama Jumlah Sampel Presentase (%)

Sulit menelan/sangkut menelan 9 10,5

Rasa mengganjal di tenggorokan 19 22,1

Sakit tenggorok/sakit menelan 42 48,8

Pembesaran kelenjar leher 3 3,5

Amandel membesar 4 4,7

Mengorok 9 10,5

Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa keluhan utama pada penderita tonsilitis kronis terbanyak adalah sakit tenggorok/sakit menelan sebanyak


(38)

42 penderita (48,8%) diikuti dengan rasa mengganjal di tenggorokan sebanyak 19 penderita (22,1), sulit menelan/sangkut menelan sebanyak 9 penderita (10,5), mengorok sebanyak 9 penderita (10,5%), amandel membesar sebanyak 4 penderita (4,7), dan pembesaran kelenjar leher sebanyak 3 penderita (3,5%).

5.3.5 Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Ukuran Tonsil Tabel 5.5. Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Ukuran

Tonsil

Ukuran Tonsil Jumlah Sampel Presentase (%)

T1 / T1 7 8,1

T1 / T2 4 4,7

T2 / T2 34 39,5

T2 / T3 5 5,8

T3 / T3 24 27,9

T4 / T3 6 7

T4 / T4 6 7

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ukuran tonsil pada penderita tonsilitis kronis terbanyak adalah T2 / T2 sebanyak 34 penderita (39,5%) diikuti dengan T3 / T3 sebanyak 24 penderita (27,9%), T1 / T1 sebanyak 7 penderita (8,1%), T4 / T3 sebanyak 6 penderita (7%), T4 / T4 sebanyak 6 penderita (7%), dan T1 / T2 sebanyak 4 penderita (4,7).


(39)

5.3.6 Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Penatalaksanaan Tabel 5.6. Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Jumlah Sampel Presentase (%)

Medikamentosa 63 73,3

Tindakan operatif 23 26,7

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penatalaksanaan pada penderita tonsilitis kronis terbanyak adalah medikamentosa sebanyak 63 penderita (73,3%) dan diikuti dengan tindakan operatif (tonsilektomi) sebanyak 23 penderita (26,7%).

5.4 Pembahasan

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa penderita tonsilitis kronis paling banyak pada penelitian ini adalah perempuan yaitu 57 penderita (66,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas II SD di Semarang didapati penderita tonsilitis kronis terbanyak adalah perempuan sebanyak 156 penderita (51,8%) sedangkan laki-laki sebanyak 145 penderita (48,2%) (Farokah, 2005). Hal yang sama juga terdapat pada penelitian Kurien pada 40 pasien penderita tonsilitis kronis dimana pasien terbanyak adalah perempuan sebanyak 22 orang (55%) dibanding laki-laki sebanyak 18 orang (45%) (Kurien, 2000). Penelitian mengenai kejadian tonsilitis berulang di Norwegia menunjukan secara signifikan lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, namun dari hasil penelitian tersebut didapatkan tidak ada hubungan genetik terhadap jenis kelamin tertentu pada kasus tonsilitis kronis (Kvestad, 2005). Pada beberapa penelitian lain juga dikatakan jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian tonsilitis kronis sehingga baik perempuan maupun laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan infeksi tonsilitis.


(40)

Berdasarkan karakteristik umur pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa penderita tonsilitis kronis paling banyak pada penelitian ini adalah kelompok umur 1 – 10 tahun yaitu 25 penderita (29,1%). Menurut penelitian di Amerika Serikat mengenai prevalensi penyakit-penyakit kronis, tonsilitis kronis berada pada urutan kedelapan dan didapatkan hasil bahwa penderita tonsilitis kronis terbanyak pada usia dibawah 18 tahun dengan prevalensi 24,9 per 1000 penderita, dimana hal ini lebih besar dua kali lipat dibandingkan kelompok umur lainnya (National Center for Health Statistics, 1997). Hal ini sejalan dengan penelitian Raju dimana penderita tonsilitis kronis terbanyak pada kelompok umur 1 – 10 tahun sebanyak 55 penderita (36%) (Raju, 2012). Penelitian yang dilakukan pada anak-anak di Inggris menunjukkan kelompok umur paling banyak pada usia 1 – 5 tahun sebanyak 54 orang (52,9%) dan usia 6 – 16 tahun sebanyak 48 orang (47,1%) (Pereira, 2008). Penelitian Kurien juga menunjukan paling banyak terjadi pada kelompok usia dibawah 10 tahun dengan jumlah 15 orang dari 40 sampel yang diteliti (Kurien,2000). Tonsilitis kronis dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun menurut beberapa kepustakaan menyatakan tonsilitis kronis paling sering terjadi pada anak-anak, hal itu dikarenakan anak-anak paling sering mengalami infeksi saluran pernapasan. Infeksi saluran pernapasan tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran perilaku bersih pada anak, baik kebersihan tangan maupun makananan/jajanan sehingga bakteri dan virus mudah masuk. Infeksi saluran pernapasan dapat menyerang tonsil yang merupakan sistem pertahanan tubuh yang terdekat dengan saluran pernapasan. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya mikroorganisme penyebab infeksi saluran pernapasan pada hasil kultur tonsil pada beberapa kasus tonsilitis kronis, yang mana infeksi tersebut merupakan etiologi infeksinya.


(41)

prevalensi penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan di Skotlandia menunjukkan bahwa pelajar berada pada urutan kelima dengan jumlah 1660 orang (10,9%) dan berada pada urutan ketiga dengan prevalensi 29,1% untuk penyakit tonsilitis (Hannaford, 2005). Banyak penelitian mengenai penderita tonsilitis kronis yang dilakukan pada pelajar seperti pada penelitian Farokah (2007), Akcay (2002) dan Lam (2006). Hal ini mungkin karena pelajar rentan akan terkena infeksi akibat perilaku jajan yang tidak benar, kurangnya kesadararan akan higienitas mulut, tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat, dan keadaan fisik yang lemah, dimana hal-hal tersebut merupakan faktor-faktor predisposisi pada penderita tonsilitis kronis.

Berdasarkan karakteristik keluhan utama pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa penderita tonsilitis kronis paling banyak pada penelitian ini adalah sakit tenggorokan/sakit menelan yaitu 42 penderita (48,8%). Hal ini sejalan dengan penelitian di salah satu rumah sakit di Afrika yang menyatakan bahwa penderita tonsilitis kronis yang datang mengeluhkan sakit tenggorokan sebanyak 41,3% sebagai keluhan utamanya (Timbo, 2008). Hal serupa pada penelitian Hannaford menunjukkan penderita mengeluhkan sakit tenggorokan yang berat sebagai keluhan utama tonsilitis kronis sebanyak 31% (Hannaford, 2005). Penelitian yang dilakukan Nurjannah menyatakan hal yang sama dengan prevalensi penderita tonsilitis kronis yang mengalami sakit menelan sebanyak 19 orang (54,3%) (Nurjannah, 2011). Sakit tenggorokan/sakit menelan paling banyak ditemukan sebagai keluhan utama, mungkin dikarenakan pasien merasa sangat terganggu, tidak nyaman, dan merasa bahwa jika ada rasa sakit berarti terdapat suatu kelainan dibandingkan dengan keluhan utama lainnya.

Berdasarkan karakteristik ukuran tonsil pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa penderita tonsilitis kronis paling banyak pada penelitian ini adalah T2 / T2 yaitu 34 penderita (39,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian Lam yang dilakukan pada anak-anak usia 4 – 9 tahun yang dibagi dalam


(42)

kelompok obesitas dan kelompok tidak obesitas, didapati ukuran tonsil terbesar pada kedua kelompok tersebut adalah T2 dimana diperoleh hasil pada kelompok obesitas sebanyak 46 orang (41,4%) dan kelompok tidak obesitas sebanyak 176 orang (47,4%) (Lam, 2006). Hal yang serupa pada penelitian Amalia dimana prevalensi tonsil yang terbanyak pada penderita tonsilitis kronis adalah T2 / T2 sebanyak 27 orang (33,8%) diikuti ukuran tonsil T3 / T3 sebanyak 23 orang (28,6%) (Amalia, 2011). Pada penelitian Farokah pada siswa kelas II SD di Semarang diperoleh ukuran tonsil terbanyak adalah T1 dan T2 yaitu sebanyak 83 siswa (79,4%) (Farokah, 2005). Penelitian Akcay terhadap anak-anak sekolah usia 4 – 17 tahun diperoleh ukuran tonsil T2 berada pada urutan kedua terbanyak dengan jumlah penderita 507 orang (28,4%) setelah ukuran tonsil T1 yang menempati urutan pertama dengan jumlah penderita 1119 orang (62,7%) (Akcay, 2002). Penelitian yang dilakukan di Brazil juga menunjukkan ukuran tonsil T2 berada pada urutan kedua yaitu sebanyak 45 penderita (18%) dengan ukuran tonsil T3 berada pada urutan pertama yaitu sebanyak 160 penderita (64%) (Aringa, 2005). Hal ini mungkin karena ukuran tonsil T2 merupakan ukuran tonsil terbanyak yang dijumpai pada kebanyakan orang.

Berdasarkan karakteristik penatalaksanaan pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa penderita tonsilitis kronis paling banyak pada penelitian ini adalah medikamentosa yaitu 63 penderita (73,3%). Hal serupa juga didapati pada penelitian Amalia yang memperoleh hasil penatalaksaan dengan medikamentosa sebanyak 67 penderita (83,8%) sedangkan tindakan operatif sebanyak 13 penderita (16,2%) (Amalia, 2011). Hal ini mungkin karena kebanyakan kasus tonsilitis kronis disebabkan oleh bakteri streptokokus beta hemolitikus grup A, sehingga lini pertama penatalaksanaan tonsilitis kronis dengan menggunakan medikamentosa, dalam hal ini pasien diberikan antibiotik yang sesuai. Namun pada 85%


(43)

menggunakan medikamentosa (Raju, 2012). Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa tonsilektomi adalah baku standar penatalaksaan tonsilitis kronis karena dapat memberantas bakteri patogen secara menyeluruh dan mengurangi kejadian tonsilitis berulang dibandingkan hanya dengan menggunakan medikamentosa, walaupun demikian tindakan operatif atau tonsilektomi dapat dilakukan jika memenuhi kriteria menurut

The American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery Clinical Indicator.


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Proporsi tertinggi penderita tonsilitis kronis berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan sebanyak 57 penderita (66,3%).

b. Proporsi tertinggi penderita tonsilitis kronis berdasarkan umur terdapat pada kelompok 1 – 10 tahun sebanyak 25 penderita (29,1%).

c. Proporsi tertinggi penderita tonsilitis kronis berdasarkan pekerjaan adalah pelajar/mahasiswa sebanyak 37 penderita (43%).

d. Proporsi tertinggi penderita tonsilitis kronis berdasarkan keluhan utama adalah sakit tenggorok/sakit menelan sebanyak 42 penderita (48,8%). e. Proporsi tertinggi penderita tonsilitis kronis berdasarkan ukuran tonsil

adalah T2 / T2 sebanyak 34 penderita (39,5%).

f. Proporsi tertinggi penderita tonsilitis kronis berdasarkan penatalaksanaan adalah berupa medikamentosa sebanyak 63 penderita (73,3%).

6.2SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan maka terdapat beberapa saran:

a. Diperlukan pembenahan pengisian rekam medis dalam hal kelengkapan isi sehingga semua karakteristik penderita tonsilitis kronis yang lebih spesifik dapat diperoleh dengan baik dan lengkap. Penulisan isi rekam medis yang jelas dan rapih juga harus diperhatikan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membaca isi rekam medis tersebut dan jika diperlukan media lain untuk mendeskripsikan kondisi pasien misalnya dengan menggunakan gambar, sebaiknya dicantumkan dalam rekam medis.


(45)

c. Penelitian lanjutan diharapkan dilakukan dengan sampel yang lebih banyak dan dengan data rekam medis yang lebih sistematis dan lengkap. Penelitian lanjutan juga dapat dilakukan dengan rentang waktu penelitian diperpanjang, mengganti lokasi penelitian dan dilakukan penambahan karakteristik lainnya sebagai variabel misalnya hasil kultur tonsil, komplikasi, dan antibiotik yang efektif.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, George L., 1997. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring, dalam Adam, G.L., Boies, L.R., Higler, P.A., editor, Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC. Halaman 337.

Akcay, A., Kara, C.O., Dagdeviren, Erol, Zencir, Mehmet, 2006. Variation in Tonsil Size in 4- to17-Year-Old Schoolchildren. The Journal of Otolaryngology, Volume 35, Number 4, p: 270-4.

Amalia, Nina, 2011. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009. Universitas Sumatera Utara, Medan. Diambil dari 2013].

Aringa, Alfredo, Juares, Antonio, Melo, Cinthia, Nardi, Jose, Kobari, Kazue, Filho, Renato, 2005. Histological Analysis of Tonsillectomy and Adenoidectomy Specimens – January 2001 to May 2003. Revista Brasileira de Ortorrinolaringologia, Vol 71 (1), p. 18-21.

Birring, S.S., Passant, C., Patel, R.B., Prudon, B., Murty, G.E., Pavord, I.D., 2004. Chronic Tonsillar Enlargement and Cough: Preliminary Evidence of a Novel and Treatable cause of Chronic Cough. European Respiratory Journal, p. 199-201.

Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse S.A., 2008. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg. Edisi 23. Jakarta: EGC.

Burton, Martin J., Glasziou, Paul P., 2009. Tonsillectomy or Adenotonsillectomy Versus Non-Surgical Treatment for Chronic/Recurrent Acute Tonsillitis.


(47)

Dahlan, M.S., 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Dorland, W.A., 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta: EGC. Halaman 2258.

Farokah, 2005. Hubungan Tonsilitis Kronik dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang. Universitas Diponegoro, Semarang. Diambil da April 2013].

Frenz, Dorothy, Smith, Richard, 2006. Surgical Anatomy of The Pharynx and Esophagus. In: Water, Thomas, Staecker, Hinrich ed. Otolaryngology: Basic Science and Clinical Review. New York, Thieme: Page 555.

Glover, Alison J., The Incidence of Tonsillectomy in School Children, 2008. International Journal of Epidemiolog; y37. p.9–19.

Hadi, Usamah, El-Hajj, Michel, Uwaydah , Marwan, Fuleihan , Nabil, Matar, Ghassan M., Characteristics of Pathogens Recovered from the Tonsils and Adenoids in a Group of Lebanese Children Undergoing Tonsillectomy and Adenoidectomy, 2005. The Journal of Applied Research, Vol. 5, No. 3. p.473-479.

Hannaford P.C., Simpson J.A., Bisset A.F., Davis A., McKerrow W., Mills R., 2005. The Prevalence of Ear, Nose and Throat Problem in the Community: Result from a National Cross-Sectional Postal Survey in , Scotland. Diambil dari: [Diakses 24 April 2013].

Hetharia, Rospa, Mulyani, Sri, 2011. Asuhan Keperawatan Telinga Hidung Tenggorokan. Jakarta: Trans Info Media.


(48)

Khasanov, S.A, Asrorov, A.A., Vokhidov, U.N., 2006. Prevalence of Chronic Family Tonsilitis and Its Prevention. Diambil dari:

Kumar, Vinay, Abbas, Abul K., Fausto, Nelson, 2010. Robbins & Cotran Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC.

Kurien M., Stanis A., Job A., Brahmadathan, Thomas K., 2000. Throat Swab in the Chronic Tonsillitis: How Reliable and Valid is it. Singapore Med J, Vol 41(7), p.324-326.

Kvestad, Ellen, Kværner, Kari J., Røysamb, Espen, Tambs, Kristian, Harris,

Jennifer R., Magnus, Per, 2005. Heritability of Recurrent Tonsilitis.

Otolaryngology Head and Neck Surgery, Vol. 131, p.383-387.

Lam, Y.Y, et al, 2006. The Correlation Among Obesity, Apnoe-Hypopnea Index, and Tonsil Size in Children. Chest Journal, 130, p. 1751-6.

Mader, Sylvia S., 2004. Mader: Understanding Human Anatomy & Physiology. 5th ed. USA: The McGraw Hill. Halaman 277.

Maqbool, Mohammad, 2001. Textbook of Ear, Nose, and Throat Disease. New Delhi: Jaypee Brothers. Halaman 239-240.

McKerrow, William S., 2008. Disease of the Tonsil. In: Gleeson, Michael, ed. Scott-Brown’s Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. 7th ed. London: Edward Arnold. Halaman 1219-1220.

Mukhtar, Zulfikri, Haryuna, T.S., Effendy, Elmeida, Rambe, A.Y., Betty, Zahara, Devira, 2011. Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Edisi 1. Medan: USU Press.


(49)

National Center for Health Statistic United State, 1997. Vital and Health Statistics, Prevalence of Selected Chronic Conditions: United States, 1990-92, p. 1-75.

Netter, Frank H., 2011. Atlas of Human Anatomy. 5th ed. Philadelphia: Saunders. Page 58.

Novel, Fahmi, 2010. Pengaruh Adenotonsilektomi Terhadap Tekanan Telinga Tengah dan Kualitas Hidup Anak Adenotonsilitis Kronik dengan Disfungsi Tuba. Universitas Diponegoro, Semarang. Diambil dari:

Nurjannah, Zulasvini, 2011. Karakteristik Pendertita Tonsilitis Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2007 – 2010. Universitas Sumatera Utara, Medan. Diambil dari: [Diakses 12 Mei 2013].

Otvagin IV, 2007. The Analysis of the Occurrence of Chronic Disease of the Upper Respiratory Tracts and the Organ Hearing among Population of Three Region of the Central Federal Teritory. Diambil dari:

Paradise, Jack L., Bluestone, Charles D., Colborn D.K., Bernard, Beverly S., Rockette, Howard E., Kurs - Lasky M, 2002. Tonsillectomy and Adenoidectomy for Recurrent Throat Infection in Moderately Affected Children. Pediatrics;110: p. 7-15.

Passa`li, Desiderio, Damiani , Valerio, Passa`li, Giulio C., Passa`li, Francesco M., Boccazzi, Antonio, Bellussi, Luisa, Structural and Immunological Characteristics of Chronically Inflamed Adenotonsillar Tissue in Childhood, 2004. Clinical and Diagnostic Laboratory Immunology, Vol. 11(6), p.1154-1157.


(50)

Pereira, Lexley M.P., Juman, Solaiman, Bekele, Isaac, Seepersadsingh, Nadira, Adesiyun, Abiodum A., 2008. Selected Bacterial Recovery in Trinidadian Children with Chronic Tonsillar Disease. Brazzilian Journal f Otorhinolaringology, 74(6), p. 903-11.

Pribuisiene, R., Kuzminiene A., Sarauskas, V., Saferis, V., Pribuisis, K., Rasteniene, I., 2013. The most Important Throat-Related Symptoms Suggestive of Chronic Tonsillitis as The Main Indication for Adult

Tonsillectomy. Vol.49(5). Diambil dari:

2013].

Raju G., Selvam E.M., 2012. Evaluation of Microbial Flora in Chronic Tonsillitis The Rule of Tonsillectomy. Bangladesh J. Otorhinolaryngol, Vol 18(2), p.109-112

Rusmarjono, Soepardi, E.A., 2007. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid, dalam Soepardi E.A., Iskandar H.N., editor, Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Halaman 223-224.

Sadler, T.W., 2004. Langman's Medical Embryology. 9th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins.

Shah, Udayan K., 2012. Tonsillitis and Peritonsillar Abscess. Diambil dari: 20 Mei 2013].

Sherwood, Lauralee, 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. Halaman 368.


(51)

Snell, Richard S., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC. Edisi 6. Halaman 796-798.

Snow, J.B., Ballenger, J.J., 2003. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 16th ed. Ontaria: BC Decker.

Timbo S.K., Keita M.A., Togola F.K., Traore T., Traore L., Ag L., 2006. Epidemiology Aspects of Pharingitis, Bamako. Diambil dari: 2013].


(52)

Lampiran 1.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : YOSEFINA IMELDA MANIK

Tempat / Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 6 September 1992

Agama : Kristen Katolik

Alamat : Jl. Universitas No. 6 Kampus USU, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. 1998 – 2004 : SD Katolik Pamardi Yuwana Bhakti, Bekasi 2. 2004 – 2007 : SMP Katolik Pamardi Yuwana Bhakti, Bekasi 3. 2007 – 2010 : SMA Negeri 113 Jakarta

4. 2010 – sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pelatihan :

1. Essay dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa SCORE PEMA FK USU dengan judul “Peenelitian Dimulai dari Diri Sendiri”.

2. Pekan Ilmiah Mahasiswa Standing Committe On Research Exchange (SCORE) FK USU 2011.


(53)

4. Seminar KTI dan Update Kedokteran SCORE FK USU 2012.

5. Seminar Update Kedokteran dan Penyusunan Proposal Penelitian “Better Prepare, Better Paper” SCORE FK USU 2013.

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Sie. Konsumsi Perayaan Natal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012.

2. Anggota Sie. Konsumsi Get Together Standing Committe On Reaserch Exchange.

3. Anggota Sie. Peralatan Scripta Reasearch Festival Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2013.

4. Anggota Sie. Konsumsi Seminar Update Kedokteran dan Penyusunan Proposal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2013. 5. Anggota Divisi Pengembangan Potensi Ilmiah Standing Committe On

Research Exchange Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2013/2014.

6. Anggota Sie. Konsumsi Bakti Sosial Kristen Fakultas Kedokteran Universita Sumatera Utara Tahun 2013.


(54)

(55)

(56)

Lampiran 4.

Data Mentah (Master Data)

No No. RM

Jenis

Kelamin Umur Pekerjaan Keluhan Utama

Ukuran

Tonsil Penatalaksanaan

1 16.44.45 Perempuan 66 tahun Pendeta Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa

2 26.90.95 Perempuan 8 tahun Pelajar Sulit menelan T2 / T2 Medikamentosa

3 27.42.61 Laki-laki 6 tahun Tidak bekerja Sulit menelan T2 / T2 Medikamentosa

4 27.59.66 Perempuan 51 tahun Pegawai swasta Sakit menelan T1 / T1 Medikamentosa

5 36.11.88 Laki-laki 30 tahun Pegawai Negeri Sipil Sakit menelan T1 / T1 Medikamentosa

6 37.25.38 Laki-laki 9 tahun Pelajar Sakit menelan T3 / T3 Medikamentosa

7 37.53.05 Perempuan 33 tahun Ibu rumah tangga Sakit tenggorokan T1 / T2 Medikamentosa

8 38.10.15 Perempuan 39 tahun Pegawai Negeri Sipil Rasa mengganjal di tenggorokan T1 / T1 Medikamentosa

9 39.54.69 Perempuan 7 tahun Tidak bekerja Amandel membesar T3 / T3 Tonsilektomi

10 40.77.74 Laki-laki 8 tahun Tidak bekerja Sakit menelan T2 / T2 Tonsilektomi

11 40.96.43 Laki-laki 7 tahun Tidak bekerja Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa

12 42.94.68 Perempuan 11 tahun Pelajar Sakit menelan T3 / T3 Medikamentosa

13 45.09.38 Laki-laki 6 tahun Tidak bekerja Rasa mengganjal di tenggorokan T3 / T3 Medikamentosa

14 45.23.29 Laki-laki 1 tahun Tidak bekerja Mengorok T2 / T2 Medikamentosa

15 45.43.21 Laki-laki 57 tahun Wiraswasta Rasa mengganjal di tenggorokan T1 / T1 Medikamentosa

16 45.88.95 Perempuan 26 tahun Petani Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa


(57)

20 49.07.82 Perempuan 29 tahun Ibu rumah tangga Sakit menelan T3 / T3 Tonsilektomi

21 49.12.15 Perempuan 6 tahun Tidak bekerja Mengorok T3 / T3 Medikamentosa

22 49.31.43 Perempuan 13 tahun Pelajar Sakit menelan T4 / T3 Medikamentosa

23 49.66.82 Laki-laki 18 tahun Pelajar Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa

24 49.91.64 Perempuan 12 tahun Pelajar Sakit menelan T3 / T3 Tonsilektomi

25 50.00.95 Perempuan 12 tahun Pelajar Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa

26 50.05.94 Perempuan 14 tahun Pelajar Sulit menelan T2 / T3 Tonsilektomi

27 50.17.28 Perempuan 27 tahun Ibu rumah tangga Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa

28 50.20.99 Laki-laki 12 tahun Pelajar Sulit menelan T1 / T1 Medikamentosa

29 50.21.90 Laki-laki 12 tahun Pelajar Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa 30 50.23.78 Laki-laki 42 tahun Pekerja lepas Rasa mengganjal di tenggorokan T4 / T4 Tonsilektomi

31 50.33.40 Perempuan 33 tahun Ibu rumah tangga Sakit tenggorokan T1 / T1 Medikamentosa

32 50.43.70 Perempuan 36 tahun Pegawai Negeri Sipil Sakit tenggorokan T3 / T3 Medikamentosa

33 50.68.13 Perempuan 10 tahun Pelajar Sulit menelan T2 / T2 Medikamentosa

34 50.87.75 Perempuan 8 tahun Tidak bekerja Mengorok T3 / T3 Tonsilektomi

35 50.89.67 Laki-laki 10 tahun Pelajar Sakit tenggorokan T3 / T3 Tonsilektomi

36 50.93.66 Perempuan 22 tahun Pegawai swasta Sakit menelan T4 / T4 Tonsilektomi

37 50.97.58 Perempuan 66 tahun Ibu rumah tangga Amandel membesar T1 / T2 Medikamentosa

38 50.98.44 Perempuan 23 tahun Mahasiswa Sakit menelan T2 / T3 Medikamentosa

39 50.99.24 Laki-laki 8 tahun Pelajar Sakit menelan T2 / T3 Medikamentosa

40 51.02.21 Perempuan 52 tahun Ibu rumah tangga Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa 41 51.10.07 Perempuan 22 tahun Wiraswasta Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T3 Tonsilektomi

42 51.11.94 Laki-laki 3 tahun Tidak bekerja Mengorok T2 / T2 Medikamentosa


(58)

44 51.14.08 Perempuan 19 tahun Pelajar Rasa mengganjal di tenggorokan T3 / T3 Medikamentosa

45 51.15.88 Perempuan 24 tahun Tidak bekerja Sakit tenggorokan T3 / T3 Medikamentosa

46 51.18.45 Laki-laki 9 tahun Pelajar Rasa mengganjal di tenggorokan T4 / T4 Tonsilektomi

47 51.28.42 Perempuan 47 tahun Pegawai Negeri Sipil Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa

48 51.30.92 Laki-laki 6 tahun Pelajar Mengorok T2 / T2 Medikamentosa

49 51.36.23 Perempuan 5 tahun Tidak bekerja Sakit menelan T4 / T3 Tonsilektomi

50 51.40.60 Perempuan 14 tahun Pelajar Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa

51 51.45.27 Laki-laki 7 tahun Pelajar Sakit menelan T3 / T3 Medikamentosa

52 51.45.35 Perempuan 18 tahun Pelajar Amandel membesar T2 / T2 Medikamentosa

53 51.66.84 Laki-laki 8 tahun Pelajar Mengorok T3 / T3 Medikamentosa

54 51.69.93 Laki-laki 18 tahun Pelajar Sakit menelan T3 / T3 Medikamentosa

55 51.73.54 Perempuan 11 tahun Pelajar Sakit menelan T4 / T3 Tonsilektomi

56 51.76.34 Laki-laki 19 tahun Tidak bekerja Sakit menelan T4 / T3 Medikamentosa

57 51.82.02 Perempuan 49 tahun Pegawai Negeri Sipil Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa

58 51.82.34 Perempuan 7 tahun Pelajar Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa

59 51.86.44 Laki-laki 19 tahun Pelajar Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Tonsilektomi 60 51.98.57 Perempuan 38 tahun Ibu rumah tangga Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa 61 51.99.19 Perempuan 26 tahun Ibu rumah tangga Pembesaran kelenjar leher T1 / T2 Medikamentosa

62 52.14.62 Perempuan 22 tahun Mahasiswa Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa

63 52.19.47 Perempuan 8 tahun Pelajar Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa

64 52.38.07 Perempuan 28 tahun Ibu rumah tangga Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa

65 52.40.60 Perempuan 23 tahun Pegawai Negeri Sipil Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa


(59)

68 52.61.38 Perempuan 22 tahun Ibu rumah tangga Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa

69 52.63.43 Laki-laki 13 tahun Pelajar Sulit menelan T4 / T4 Tonsilektomi

70 52.66.11 Laki-laki 21 tahun Mahasiswa Amandel membesar T3 / T3 Tonsilektomi

71 52.74.83 Laki-laki 38 tahun Pegawai swasta Rasa mengganjal di tenggorokan T1 / T2 Medikamentosa

72 52.94.99 Perempuan 4 tahun Tidak bekerja Mengorok T3 / T3 Tonsilektomi

73 52.99.16 Perempuan 28 tahun Pegawai Negeri Sipil Sulit menelan T2 / T2 Medikamentosa

74 53.06.11 Perempuan 56 tahun Pensiunan Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa

75 53.13.88 Perempuan 23 tahun Wiraswasta Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa

76 53.15.34 Perempuan 21 tahun Wiraswasta Sakit menelan T4 / T4 Tonsilektomi

77 53.19.62 Perempuan 19 tahun Tidak bekerja Sakit menelan T3 / T3 Medikamentosa

78 53.28.23 Laki-laki 70 tahun Pensiunan Rasa mengganjal di tenggorokan T3 / T3 Medikamentosa

79 53.28.29 Perempuan 22 tahun Mahasiswa Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa

80 53.36.49 Perempuan 31 tahun Pegawai Negeri Sipil Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Tonsilektomi

81 53.40.78 Perempuan 13 tahun Pelajar Sakit menelan T3 / T3 Medikamentosa

82 53.43.33 Laki-laki 19 tahun Tidak bekerja Sakit menelan T4 / T3 Tonsilektomi

83 53.43.91 Laki-laki 8 tahun Pelajar Sakit menelan T4 / T4 Tonsilektomi

84 53.45.95 Perempuan 27 tahun Wiraswasta Pembesaran kelenjar leher T3 / T3 Medikamentosa

85 53.56.37 Perempuan 6 tahun Pelajar Mengorok T2 / T2 Medikamentosa


(60)

Lampiran 5. Output Statistik

Statistics

Jenis Kelamin

Umur

Kelompok Pekerjaan

Keluhan Utama

Ukuran

Tonsil Penatalaksanaan

N Valid 86 86 86 86 86 86

Missing 0 0 0 0 0 0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 29 33.7 33.7 33.7

Perempuan 57 66.3 66.3 100.0

Total 86 100.0 100.0

Umur Kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 - 10 tahun 25 29.1 29.1 29.1

11 - 20 tahun 22 25.6 25.6 54.7

21 - 30 tahun 20 23.3 23.3 77.9

31 - 40 tahun 8 9.3 9.3 87.2

41 - 50 tahun 3 3.5 3.5 90.7

> 50 tahun 8 9.3 9.3 100.0


(61)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pegawai Negeri Sipil 8 9.3 9.3 9.3

Wiraswasta/Pegawai swasta 8 9.3 9.3 18.6

Ibu Rumah Tangga 12 14.0 14.0 32.6

Pelajar/Mahasiswa 37 43.0 43.0 75.6

Tidak bekerja/Pensiunan 18 20.9 20.9 96.5

Lainnya 3 3.5 3.5 100.0

Total 86 100.0 100.0

Keluhan Utama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sulit menelan/sangkut menelan

9 10.5 10.5 10.5

Rasa mengganjal di tenggorokan

19 22.1 22.1 32.6

Sakit tenggorok/sakit menelan

42 48.8 48.8 81.4

Pembesaran kelenjar leher 3 3.5 3.5 84.9

Amandel membesar 4 4.7 4.7 89.5

Mengorok 9 10.5 10.5 100.0


(62)

Ukuran Tonsil

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid T1/T1 7 8.1 8.1 8.1

T1/T2 4 4.7 4.7 12.8

T2/T2 34 39.5 39.5 52.3

T2/T3 5 5.8 5.8 58.1

T3/T3 24 27.9 27.9 86.0

T4/T3 6 7.0 7.0 93.0

T4/T4 6 7.0 7.0 100.0

Total 86 100.0 100.0

Penatalaksanaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Medikamentosa 63 73.3 73.3 73.3

Tindakan operatif 23 26.7 26.7 100.0


(1)

20 49.07.82 Perempuan 29 tahun Ibu rumah tangga Sakit menelan T3 / T3 Tonsilektomi 21 49.12.15 Perempuan 6 tahun Tidak bekerja Mengorok T3 / T3 Medikamentosa 22 49.31.43 Perempuan 13 tahun Pelajar Sakit menelan T4 / T3 Medikamentosa 23 49.66.82 Laki-laki 18 tahun Pelajar Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa 24 49.91.64 Perempuan 12 tahun Pelajar Sakit menelan T3 / T3 Tonsilektomi 25 50.00.95 Perempuan 12 tahun Pelajar Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa 26 50.05.94 Perempuan 14 tahun Pelajar Sulit menelan T2 / T3 Tonsilektomi 27 50.17.28 Perempuan 27 tahun Ibu rumah tangga Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa 28 50.20.99 Laki-laki 12 tahun Pelajar Sulit menelan T1 / T1 Medikamentosa 29 50.21.90 Laki-laki 12 tahun Pelajar Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa 30 50.23.78 Laki-laki 42 tahun Pekerja lepas Rasa mengganjal di tenggorokan T4 / T4 Tonsilektomi 31 50.33.40 Perempuan 33 tahun Ibu rumah tangga Sakit tenggorokan T1 / T1 Medikamentosa 32 50.43.70 Perempuan 36 tahun Pegawai Negeri Sipil Sakit tenggorokan T3 / T3 Medikamentosa 33 50.68.13 Perempuan 10 tahun Pelajar Sulit menelan T2 / T2 Medikamentosa 34 50.87.75 Perempuan 8 tahun Tidak bekerja Mengorok T3 / T3 Tonsilektomi 35 50.89.67 Laki-laki 10 tahun Pelajar Sakit tenggorokan T3 / T3 Tonsilektomi 36 50.93.66 Perempuan 22 tahun Pegawai swasta Sakit menelan T4 / T4 Tonsilektomi 37 50.97.58 Perempuan 66 tahun Ibu rumah tangga Amandel membesar T1 / T2 Medikamentosa 38 50.98.44 Perempuan 23 tahun Mahasiswa Sakit menelan T2 / T3 Medikamentosa 39 50.99.24 Laki-laki 8 tahun Pelajar Sakit menelan T2 / T3 Medikamentosa 40 51.02.21 Perempuan 52 tahun Ibu rumah tangga Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa 41 51.10.07 Perempuan 22 tahun Wiraswasta Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T3 Tonsilektomi 42 51.11.94 Laki-laki 3 tahun Tidak bekerja Mengorok T2 / T2 Medikamentosa 43 51.12.93 Perempuan 26 tahun Ibu rumah tangga Sulit menelan T2 / T3 Medikamentosa


(2)

44 51.14.08 Perempuan 19 tahun Pelajar Rasa mengganjal di tenggorokan T3 / T3 Medikamentosa 45 51.15.88 Perempuan 24 tahun Tidak bekerja Sakit tenggorokan T3 / T3 Medikamentosa 46 51.18.45 Laki-laki 9 tahun Pelajar Rasa mengganjal di tenggorokan T4 / T4 Tonsilektomi 47 51.28.42 Perempuan 47 tahun Pegawai Negeri Sipil Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa

48 51.30.92 Laki-laki 6 tahun Pelajar Mengorok T2 / T2 Medikamentosa

49 51.36.23 Perempuan 5 tahun Tidak bekerja Sakit menelan T4 / T3 Tonsilektomi 50 51.40.60 Perempuan 14 tahun Pelajar Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa 51 51.45.27 Laki-laki 7 tahun Pelajar Sakit menelan T3 / T3 Medikamentosa 52 51.45.35 Perempuan 18 tahun Pelajar Amandel membesar T2 / T2 Medikamentosa

53 51.66.84 Laki-laki 8 tahun Pelajar Mengorok T3 / T3 Medikamentosa

54 51.69.93 Laki-laki 18 tahun Pelajar Sakit menelan T3 / T3 Medikamentosa 55 51.73.54 Perempuan 11 tahun Pelajar Sakit menelan T4 / T3 Tonsilektomi 56 51.76.34 Laki-laki 19 tahun Tidak bekerja Sakit menelan T4 / T3 Medikamentosa 57 51.82.02 Perempuan 49 tahun Pegawai Negeri Sipil Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa 58 51.82.34 Perempuan 7 tahun Pelajar Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa 59 51.86.44 Laki-laki 19 tahun Pelajar Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Tonsilektomi 60 51.98.57 Perempuan 38 tahun Ibu rumah tangga Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa 61 51.99.19 Perempuan 26 tahun Ibu rumah tangga Pembesaran kelenjar leher T1 / T2 Medikamentosa 62 52.14.62 Perempuan 22 tahun Mahasiswa Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa 63 52.19.47 Perempuan 8 tahun Pelajar Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa 64 52.38.07 Perempuan 28 tahun Ibu rumah tangga Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa 65 52.40.60 Perempuan 23 tahun Pegawai Negeri Sipil Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa 66 52.49.28 Perempuan 32 tahun Tidak bekerja Sulit menelan T3 / T3 Tonsilektomi 67 52.56.87 Perempuan 13 tahun Pelajar Rasa mengganjal di tenggorokan T3 / T3 Tonsilektomi


(3)

68 52.61.38 Perempuan 22 tahun Ibu rumah tangga Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa 69 52.63.43 Laki-laki 13 tahun Pelajar Sulit menelan T4 / T4 Tonsilektomi 70 52.66.11 Laki-laki 21 tahun Mahasiswa Amandel membesar T3 / T3 Tonsilektomi 71 52.74.83 Laki-laki 38 tahun Pegawai swasta Rasa mengganjal di tenggorokan T1 / T2 Medikamentosa 72 52.94.99 Perempuan 4 tahun Tidak bekerja Mengorok T3 / T3 Tonsilektomi 73 52.99.16 Perempuan 28 tahun Pegawai Negeri Sipil Sulit menelan T2 / T2 Medikamentosa 74 53.06.11 Perempuan 56 tahun Pensiunan Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Medikamentosa 75 53.13.88 Perempuan 23 tahun Wiraswasta Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa 76 53.15.34 Perempuan 21 tahun Wiraswasta Sakit menelan T4 / T4 Tonsilektomi 77 53.19.62 Perempuan 19 tahun Tidak bekerja Sakit menelan T3 / T3 Medikamentosa 78 53.28.23 Laki-laki 70 tahun Pensiunan Rasa mengganjal di tenggorokan T3 / T3 Medikamentosa 79 53.28.29 Perempuan 22 tahun Mahasiswa Sakit menelan T2 / T2 Medikamentosa 80 53.36.49 Perempuan 31 tahun Pegawai Negeri Sipil Rasa mengganjal di tenggorokan T2 / T2 Tonsilektomi 81 53.40.78 Perempuan 13 tahun Pelajar Sakit menelan T3 / T3 Medikamentosa 82 53.43.33 Laki-laki 19 tahun Tidak bekerja Sakit menelan T4 / T3 Tonsilektomi 83 53.43.91 Laki-laki 8 tahun Pelajar Sakit menelan T4 / T4 Tonsilektomi 84 53.45.95 Perempuan 27 tahun Wiraswasta Pembesaran kelenjar leher T3 / T3 Medikamentosa

85 53.56.37 Perempuan 6 tahun Pelajar Mengorok T2 / T2 Medikamentosa


(4)

Lampiran 5. Output Statistik

Statistics

Jenis Kelamin

Umur

Kelompok Pekerjaan

Keluhan Utama

Ukuran

Tonsil Penatalaksanaan

N Valid 86 86 86 86 86 86

Missing 0 0 0 0 0 0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 29 33.7 33.7 33.7

Perempuan 57 66.3 66.3 100.0

Total 86 100.0 100.0

Umur Kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 - 10 tahun 25 29.1 29.1 29.1

11 - 20 tahun 22 25.6 25.6 54.7

21 - 30 tahun 20 23.3 23.3 77.9

31 - 40 tahun 8 9.3 9.3 87.2

41 - 50 tahun 3 3.5 3.5 90.7

> 50 tahun 8 9.3 9.3 100.0


(5)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pegawai Negeri Sipil 8 9.3 9.3 9.3

Wiraswasta/Pegawai swasta 8 9.3 9.3 18.6

Ibu Rumah Tangga 12 14.0 14.0 32.6

Pelajar/Mahasiswa 37 43.0 43.0 75.6

Tidak bekerja/Pensiunan 18 20.9 20.9 96.5

Lainnya 3 3.5 3.5 100.0

Total 86 100.0 100.0

Keluhan Utama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sulit menelan/sangkut menelan

9 10.5 10.5 10.5

Rasa mengganjal di tenggorokan

19 22.1 22.1 32.6

Sakit tenggorok/sakit menelan

42 48.8 48.8 81.4

Pembesaran kelenjar leher 3 3.5 3.5 84.9

Amandel membesar 4 4.7 4.7 89.5

Mengorok 9 10.5 10.5 100.0


(6)

Ukuran Tonsil

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid T1/T1 7 8.1 8.1 8.1

T1/T2 4 4.7 4.7 12.8

T2/T2 34 39.5 39.5 52.3

T2/T3 5 5.8 5.8 58.1

T3/T3 24 27.9 27.9 86.0

T4/T3 6 7.0 7.0 93.0

T4/T4 6 7.0 7.0 100.0

Total 86 100.0 100.0

Penatalaksanaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Medikamentosa 63 73.3 73.3 73.3

Tindakan operatif 23 26.7 26.7 100.0