Teknik-Teknik Dalam Judo Judo no Gijutsu ni Tsuite)

(1)

JUDO NO GIJUTSU NI TSUITE

KERTAS KARYA

Dikerjakan O L E H

PARASATYANDA PUTRA NIM : 112203009

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

Alhamdulillah hirobbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya ini, sebagai persyaratan untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Kertas Karya ini berjudul “TEKNIK -TEKNIK DALAM JUDO (JUDO NO GIJUTSU NI TSUITE)”.

Dalam hal ini penulis menyadari bahwa apa yang tertulis dalam Kertas Karya ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi dan pembahasan masalah. Demi kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk kearah perbaikan.

Dalam Kertas Karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Syahron Lubis,M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi,SS.,M.Hum selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof.Hamzon Situmorang,Ms.,Ph.D selaku dosen wali penulis.

4. Bapak Drs.Yuddi Adrian Muliadi,M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan juga arahan kepada penulis, sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Drs. Nandi S, selaku dosen pembaca yang dengan ikhlas telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis, sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.

6. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, atas didikannya selama masa perkuliahan.


(6)

dan jerih payahnya untuk menjadikan penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik. Dan buat abang saya Yudha Pratama Putra, yang telah banyak memberikan semangat kepada penulis sampai kertas ini dapat diselesaikan.

8. Tidak lupa penulis juga ingin mengucapakan banyak terima kasih atas perhatian dan semangatnya dari teman-teman saya : Ulfa, Sendy, Tiara, Tita, Juinda, Abdul, Binsar dan teman-teman HINODE „011 lainnya.

9. Khusunya buat Dian Novita Putri yang selalu mensuport penulis dalam membantu penyelesaian tugas akhir, dan memberikan dukungan selama ini.

10. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Alumni dan segenap keluarga besar HINODE. Terima kasih buat dukungan dan semangat yang telah diberikan.

Medan, Juni 2014

Penulis,

PARASATYANDA PUTRA

NIM: 112203009


(7)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul 1

1.2 Tujuan Penulisan 2

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Metode Penulisan 3

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JUDO 4

2.1 Sejarah Judo 4

2.2 Pengetahuan Dasar Judo 8

2.2.1 Tingkatan Judo Dan Warna Ikat Pinggang 8 2.2.2 Lantai Judo (Tatami) 8

2.2.3 Seragam Judo 9

2.2.4 Jaket Judo 9

2.2.5 Ikat Pinggang 10

2.2.6 Celana Judo 10

2.2.7 Mengenakan Seragam Judo 10 2.2.8 Peraturan Pertandingan Judo 10 2.2.9 Awal Pertandingan 11 2.2.10 Akhir Petandingan 11 2.2.11 Pelanggaran 11 2.2.12 Posisi Tubuh Dalam Judo 12

BAB III TEKNIK DALAM JUDO 14

3.1 Teknik Jatuh Judo (Ukemi) 14

3.2 Teknik Bantingan Judo (Nage Waza) 15 3.3 Teknik Dasar Kuncian Judo (Katame Waza) 22 3.4 Teknik Mematahkan Sendi (Kansetsu Waza) 25

3.5 Teknik Cekikan (Shime Waza) 27

3.6 Teknik Bertanding Judo (Randori) 30

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 33

4.1 Kesimpulan 33

4.2 Saran 34

LAMPIRAN 35


(8)

ABSTRAK

Judo adalah salah satu cabang beladiri yang berasal dari Jepang dan telah menjadi olahraga popular di dunia saat ini. Judo diciptakan oleh professor Jigoro Kano atau Maha Guru Kano pada tahun 1882.

Judo terdiri dari dua suku kata , yaitu JU dan DO. JU berarti halus atau lembut, Sedangkan DO adalah cara atau jalan. Jadi arti kata Judo adalah ”cara halus atau jalan yang lembut”. Dalam olahraga Judo, ketika bertanding pejudo tidak harus menggunakan skill untuk dapat mengalahkan lawannya, melainkan mengalahkan lawan dengan cara yang lembut atau dengan memanfaatkan tenaga lawan.

Sebelum mengenal lebih dalam tentang judo, sebaiknya terlebih dahulu harus mengenal macam tingkatan judoka dalam olahraga judo.

Berikut macam-macam tingkatan dalam olahraga judo :

Dimulai dari kelas pemula (shoshinsha) seorang judoka mulai menggunakan ikat pinggang dan disebut berada di tingkatan kyu kelima. Dari sana, seorang judoka naik ke tingkat menjadi kyu keempat, ketiga, kedua, dan akhirnya kyu pertama. Setelah itu sistem penomoran dibalik menjadi dan pertama (shodan), kedua, dan seterusnya hingga dan kesepuluh, yang merupakan tingkatan tertinggi di Judo.


(9)

Warna ikat pinggang menunjukkan tingkatan kyu ataupun dan. Pemula, kyu kelima dan keempat menggunakan warna putih; kyu ketiga, kedua, dan pertama menggunakan warna coklat; warna hitam dipakai oleh judoka yang sudah mencapai tahapan dan, mulai dari shodan, atau dan pertama, hingga dan kelima. Judoka dengan tingkatan dan keenam hingga dan kesembilan menggunakan ikat pinggang kotak-kotak bewarna putih dan merah, walaupun kadang-kadang juga menggunakan warna hitam.

Adapun pembagian teknik judo secara garis besar, teknik dalam olahraga beladiri judo dibagi atas tiga bagian besar. Masing-masing bagian ini kemudian dipecah lagi dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Ketiga bagian utama tersebut yaitu :

1. Nage Waza (teknik bantingan/melempar), terdiri atas dua bagian : Tachi Waza, yaitu teknik membanting/melempar sambil berdiri. Sutemi Waza. Yaitu teknik membanting/melempar sambil menjatuhkan diri.

2. Katame Waza (teknik cekikan/permainan bawah), teknik ini dilakukan ketika seorang judoka atau lawannya berbaring menghadap ke atas atau ke bawah. Teknik ini terdiri atas dua bagian : Osekomi Waza, yaitu teknik kuncian, dan Shime Waza yaitu teknik patahan sendi.

3. Atemi Waza (teknik memukul atau menendang), terdiri atas dua bagian : Ude Ate, yaitu menyerang dengan tangan, dan Ashi Ate, yaitu menyerang dengan kaki.


(10)

Untuk orang yang baru belajar judo dilarang mempelajari teknik membanting sebelum menguasai dengan baik teknik jatuh judo (ukemi) dengan benar. Ukemi merupakan teknik jatuh yang sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai sebelum mempelajari teknik membanting dan dibanting.

Ada 4 macam teknik ukemi :

1. Jatuh ke belakang (ushiro ukemi) 2. Jatuh ke samping (yoko ukemi) 3. Jatuh ke depan (mae ukemi)

4. Berguling ke depan (mae mawari ukemi)

Adapun pelanggaran yang tidak boleh dilakukan dalam pertandingan judo, yaitu :

Pelanggaran ringan (shido) adalah peringatan untuk pelanggar peraturan yang tidak seberapa berbahaya. Judoka diberi peringatan awasete chui jika melakukannya untuk kedua kalinya. Pelanggaran ini memiliki nilai berkebalikan dengan satu koka (nilai yang tidak cukup bagus).

b. Pelanggaran kecil (chui) adalah peringatan untuk pelanggaran ringan. Pelanggaran ini memiliki efek negatif sebesar yuko (teknik yang diperagakan tidak cukup bagus untuk memperoleh setengah).

c. Pelanggaran berat (keikoku) adalah pelanggaran yang dapat dikenai sanksi dan teguran keras. Judoka yang melakukan pelanggaran ini akan dikurangi nilainya sebesar setengah angka. Dua pelanggaran kecil memungkinkan dikenai sanksi yang sama.


(11)

d. Pelanggaran serius (hansoku make) adalah pelanggaran yang dapat membuat seorang judoka didiskualifikasi karena melakukan pelanggaran yang sangat berat sehingga membahayakan lawannya maupun orang lain. Empat kali peringatan (shido) juga dapat dikenai sanksi ini.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Jepang merupakan sebuah Negara industri di Asia. Tetapi Jepang bukan hanya dikenal sebagai Negara industri, Jepang juga mempunyai berbagai macam budaya dan seni beladiri. Diantara beladiri yang dimaksud adalah Judo, Aikido, Sumo,dan Karate-Do.

Jepang merupakan contoh menarik perpaduan harmonis antara modern dan tradsional. Selain itu, Jepang juga dijuluki sebagai “Negeri Matahari Terbit” yang tidak hanya memancarkan sinar kemajuan industri dan teknologi, melainkan juga memiliki keunikan budaya yang tidak hilang di tengah arus modernisasi. Nilai-nilai tradisional masyarakat Jepang tersebut senantiasa diaplikasikan di berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk dalam berolahraga.

Masyarakat Jepang sampai saat ini sangat berpegang teguh dengan aturan dan etika yang ada. Walaupun secara logis etika dan tata krama tersebut memakan waktu dan terkesan membosankan. Namun etika-etika tersebut haruslah dipatuhi agar mencapai tingkat ke-fokusan yang tinggi dalam berolahraga. Hal ini dapat terlihat pada salah satu olahraga tradisional Jepang, yaitu Judo.

Judo berpengaruh kepada masyarakat Jepang untuk menghargai suatu nilai moril dan menjaga tata krama. Dalam mempelajari Judo hal yang harus betul-betul dikuasai adalah teknik dasarnya. Judo merupakan cara orang-orang Jepang


(13)

zaman dahulu dalam berkelahi tangan kosong. Dan salah satu hal yang menarik adalah falsafah judo yang harus dipegang teguh sebagai pejudo yang baik, yaitu melakukan teknik-teknik judo dengan prinsip mengalahkan lawan dengan cara lembut atau menggunakan tenaga lawan, baik dalam latihan, pertandingan, maupun dalam kehidupan sehari-hari dengan mengutamakan persaudaraan. Apabila pada pertandingan pertama lawan berhasil dikalahkan atau menang dengan tenaga yang sesedikit mungkin atau tenaga secukupnya maka pertandingan berikutnya masih cukup banyak tenaga yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk membahas tentang “Bagaimana cara mempraktikan teknik-teknik dalam Judo”, dan ingin menuangkannya ke dalam kertas karya ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam kertas karya ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui mengenai olahraga Judo.

2. Untuk mengetahui segala sesuatu tentang teknik yang diterapkan dalam Judo.

3. Untuk mengetahui unsur-unsur yang di perlukan dalam Judo. 4. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang Judo

5. Sebagai syarat untuk dapat lulus dari D3 bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(14)

1.3 Batasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis membahas mengenai Judo yang dilakukan untuk menyempurnakan dalam menjalankan bidang olahraga tersebut. Disini penulis hanya membatasi pada pengertian judo, sejarah judo, teknik-teknik judo, dan unsur-unsur yang yang diperlukan dalam judo.

1.4 Metode Penulisan

Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku atau mencari di internet. Selanjutnya data dianalisis dan dirangkum untuk kemudian dideskripsikan ke dalam kertas karya ini.


(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG JUDO

2.1 Sejarah Judo

Judo adalah kata yang mengingatkan orang-orang pada suatu pukulan yang mematikan pada belakang leher atau pukulan berat 100 pound pada bahu dengan jotosan pada pergelangan tangan yang berakibat fatal. Judo merupakan olahraga dimana yang lemah dapat mengalahkan yang kuat. Judo terdiri dari dua kata yaitu Ju dan Do. Awalnya judo ditulis dalam huruf Cina yang artinya: Ju berarti lemah, lembut, dan Do berarti jalan atau cara. Judo juga berarti “Gentle Way” atau “Cara Lembut”. Cara itu adalah suatu konsep hidup yang diciptakan oleh Prof. Jigoro Kano.

Jigoro Kano merupakan Maha guru sekaligus pencipta olahraga Judo pada tahun 1882. Beliau dilahirkan pada tahun 1860 di Setsu Mikage, prefecture Hyogo di Jepang Barat.

Pada mulanya sebelum diciptakannya cara beladiri yang benar, cara perkelahian dilakukan dengan bentuk primitif. Tetapi dari zaman ke zaman berangsur-angsur terpengaruh oleh kebudayaan dan geografi sehingga masing-masing bela diri berkembang menjadi lebih baik dan berkarakter istimewa. Di Negara Eropa berkembang menjadi Tinju dan Gulat tetapi di Jepang berkembang menjadi Sumo dan Jujitsu.


(16)

Jujitsu juga disebut Yawara dan Taijutsu, yang menjadi induk judo yang sebenarnya adalah salah satu Bujutsu (seni bela diri tradisional Jepang), yaitu perkelahian tangan kosong. Jujitsu yang dikembangkan dalam waktu yang lama sehingga mencapai taraf yang tinggi, halus, dan baik dalam segi teknik makin berkembang. Tujuan untuk mempelajari bujutsu pada zaman itu bukan hanya untuk memahirkan teknik tetapi menjadi alat untuk mendidik watak manusia menjadi seorang ksatria. Kejayaan Jujitsu tidak terlepas dari nasib kemunduran. Itu adalah saat titik balik Jepang yang besar disebut revolusi Meiji.

Adapun aliran-aliran yang menonjol pada zaman itu adalah

Takenouchi-ryu, Sekiguchi-ryu, Shibukawa-ryu, Kito-ryu, Jikishin-ryu, Yoshin-ryu,

Tenjinshinyo-ryu, dan lain-lain.

Jigoro Kano pada usia 18 tahun keadaan fisiknya lemah atau tidak kuat sehingga selalu kalah oleh orang lain sebaya dia dalam latihan, maka dengan maksud ingin menjadi kuat dia mempelajari dua aliran Jujitsu yaitu: 1.

Tonjinshinyo-ryu , dengan berguru kepada Hachinosuko‟fukuda dan Masato Iso,

2. Kito-ryu, dengan berguru kepada Tsenetoshi Iikubo. Beliau sangat tertarik pada teknik-teknik yang diberikan dan merasakan bahwa ini adalah harta kebudayaan yang berharga dan penting yang turun temurun di Negara Jepang. Beliau juga yakin bahwa selama mempelajari bujutsu juga sebagai penggembleng keluhuran mental/rohani serta sebagai cara untuk mendarmabaktikan diri kepada masyarakat Jepang dan Dunia (Kadir.2013:3).

Selain mempelajari kedua aliran Jujitsu tersebut, beliau juga mempelajari juga aliran-aliran lainnya dan mengumpulkan serta menyaring bagian-bagian yang


(17)

baik dari setiap aliran. Bertahun-tahun beliau membandingkan dengan teori-teori , dan mencoba untuk menciptakan suatu teknik yang baru dalam Jujitsu. Dalam segi teknik beliau berdasarkan Atewaza (teknik penyerangan terhadap bagian-bagian yang fatal), katamewaza (teknik bergumul), dari Tenjinshinyo ryu, dan Nage waza (teknik melempar/membanting) dari kito-ryu sebagai fundamen. Maka terciptalah dengan lengkap gerakan Randori ataupun gerakan Judo dan kata yang dipelajari pada masa sekarang ini.

Nama Judo tidak lain sama dengan Jujitsu yang diubah. Akan tetapi Judo disempurnakan daripada Jujitsu, walaupun memiliki bentuk Randori dan kata yang serupa, yang menjadi tujuan pokok diciptakannya Judo ialah “jalan

kebajikan”. Maka untuk memperjelas Do ini yang merupakan Jutsu/teknik, maka

beliau memberi nama Judo. Untuk pemain disebut dengan Judoka. Dan Dojo diberi nama Kodokan. Kodokan merupakan panti menggembleng rohani dan jasmani melalui latihan Judo. Dan menetapkan nama Kodokan Judo dengan dihubungkannya nama Dojo di atas Judo.

Kodokan Judo pertama kali di Eisyo-ji, Kitainiri Shitaya di Tokyo, dengan dojo yang hanya terdiri dari 12 lembar tatami. Pada waktu itu Jigoro Kano berusia 23 tahun dan hanya Sembilan orang yang berguru kepadanya.

Setelah Kodokan Judo melalui perjuangan berhasil mencapai kemenangan, pada tahun 1893 kaum perempuan pertama kali diterima sebagai Judoka. Walaupun pada saat itu kaum olahragawati dipandang sebelah mata dalam struktur masyarakat Jepang. Jigoro Kano berkeinginan dengan adanya Judo dapat menghilangkan rasis yang terjadi pada saat itu, dan menciptakan perdamaian


(18)

dunia. Beliau menyebarkan Judo dimana-mana hingga akhirnya bergema nama Judo di tiap-tiap Negara. Judo pada saat itu menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah Jepang bahkan dipelajari juga di sekolah-sekolah kepolisian Jepang. Pada tahun 1911, beliau mendirikan Persatuan Olahraga Nasional Jepang, dan beliau terpilih sebagai ketua untuk organisasi ini.

Pada tahun 1938, Jigoro Kano di utus untuk menghadiri konferensi di Kairo dan berhasil memperjuangkan Jepang menjadi tuan rumah penyelenggaraan olimpiade ke 13 di Tokyo, tetapi dalam perjalanan pulang beliau meninggal dunia tepatnya pada usia ke 79 tahun.

Pada 1941, terjadi perang pasifik dan Judo dijadikan senjata sebagai bujutsu untuk perang. Setelah perang pasifik berakhir Negara Jepang musnah oleh kebakaran dan kerusakan berat Karena mengalami kekalahan perang.

Tahun 1947, Judo mulai diperkenalkan lagi keluar Jepang. Ini membuktikan berkat hasil jerih payah yang pernah diperjuangkan oleh Jigoro Kano sewaktu mengembangkan Judo ke luar negeri.

Sejak itu, dari Jepang banyak pelatih Judo yang diutus keluar negeri untuk melatih Judo. Pada tahun 1964 Judo menjadi salah satu cabang olahraga resmi Olimpiade ke-18 di Tokyo. Maka tercapailah Judo Dunia dari Judo Jepang bersama dengan kemasyhuran dan kenyataannya.


(19)

2.2 Pengetahuan Dasar Judo

Menurut (Cabang-olahraga-olahraga.blogspot.com.2012:7) di jelaskan macam-macam pengetahuan dasar Judo secara umum, berikut penjelasannya :

2.2.1 Tingkatan Judo dan Warna Ikat Pinggang

Dimulai dari kelas pemula (shoshinsha) seorang Judoka mulai menggunakan ikat pinggang dan disebut berada di tingkatan kyu kelima. Dari sana, seorang Judoka naik ke tingkat menjadi kyu keempat, ketiga, kedua, dan akhirnya kyu pertama. Setelah itu sistem penomoran dibalik menjadi dan pertama (shodan), kedua, dan seterusnya hingga dan kesepuluh, yang merupakan tingkatan tertinggi di Judo.

Warna ikat pinggang menunjukkan tingkatan kyu ataupun dan. Pemula, kyu kelima dan keempat menggunakan warna putih; kyu ketiga, kedua, dan pertama menggunakan warna coklat; warna hitam dipakai oleh Judoka yang sudah mencapai tahapan dan, mulai dari shodan, atau dan pertama, hingga dan kelima.

Judoka dengan tingkatan dan keenam hingga dan kesembilan menggunakan ikat

pinggang kotak-kotak bewarna putih dan merah, walaupun kadang-kadang juga menggunakan warna hitam.

2.2.2 Lantai Judo

Pertandingan Judo diselenggarakan diatas karpet atau matras (tatami) berbentuk segi empat (belah ketupat) dengan sisi 14,55 meter atau sepanjang 8 tatami yang dijajarkan. Selain dialasi matras, kebanyakan Dojo Judo sekarang


(20)

menggunakan pegas di bawah lantai palsu, untuk menahan benturan akibat bantingan.

Di awal pertandingan pertandingan, kedua Judoka berdiri di tengah-tengah tepat dibelakang garis sejajar dengan diawasi oleh juri. Sebelum dimulai, kedua Judoka tersebut menunduk memberi hormat satu sama lain dari belakang garis. Di sudut atas dan bawah belah ketupat duduk dua orang hakim, dan di belakang masing-masing judoka, diluar arena yang dibatasi matras, duduk Judoka-Judoka dari regu yang sama, dan duduk pula seorang pencatat waktu dan seorang pencatat nilai.

Pertandingan diselenggarakan didalam arena di dalam matras yang di batasi oleh (dan termasuk didalamnya) garis merah (jonai). Luas arena tersebut 9,1 meter persegi dan terdiri dari 50 tatami. Waza atau teknik judo yang dipakai di arena diluar garis merah (jogai) tersebut dianggap tidak sah dan tidak dihitung.

2.2.3 Seragam Judo

Seragam (gi) longgar yang dikenakan seorang Judoka (judogi) harus sesuai ukurannya.

2.2.4 Jaket

Bagian bawah jaket menutupi pantat ketika ikat pinggang dikenakan. Antara ujung lengan dengan pergelangan tangan selisih 5-8 cm.Lengan baju panjangnya sedikit lebihnya dua pertiga panjang lengan. Karena jaket ini dirancang untuk menahan benturan tubuh akibat di banting ke lantai, maka bahannya umumnya lebih tebal.


(21)

2.2.5 Ikat Pinggang

Ikat pinggang harus cukup panjang sehingga menyisakan 20-30 cm menjuntai pada masing-masing sisi.

2.2.6 Celana

Celana yang dipakai harus sedikit longgar. Antara ujung celana dengan pergelangan kaki selisih 5-8 cm. Celana panjangnya sedikit lebihnya dari dua pertiga panjang kaki.

2.2.7 Mengenakan Seragam

Celana dikenakan dan tali celana dikencangkan. Jaket kemudian dikenakan dengan sisi kiri diatas sisi kanan. Kenakan ikat pinggang dengan cara meletakkan tengah-tengah sabuk didepan perut, kemudian kedua ujung sabuk diputar melingkar di belakang pinggang kembali ke depan, pegang kedua ujung sabuk, lalu talikan dengan kedua ujung sabuk, lalu talikan dengan kedua ujung berakhir secara horizontal. Talikan dengan kencang sehingga tidak lepas pada saat pertandingan.

2.2.8 Peraturan Pertandingan

Pertandingan Judo diadakan antara perorangan dan beregu. Beberapa kompetisi membagi pertandingan menjadi 8 kategori, berdasarkan berat tubuh. Kompetisi lain membagi pertandingan berdasarkan tingkatan dan, umur, dan lain-lain.

Satu pertandingan Judo berlangsung selama 3-20 menit. Pemenang ditentukan dengan jalan Judoka pertama yang meraih satu angka, baik dengan


(22)

bantingan maupun kuncian. Juka setelah waktu yang ditentukan tidak ada pemain yang memperoleh satu angka, pemain dengan nilai lebih tinggi menang atau pertandingan berakhir seri.

Kedua Judoka membungkuk memberi hormat satu sama lain pada awal dan akhir pertandingan.

2.2.9 Awal Pertandingan

Kedua Judoka saling menghadap, meluruskan telapak kaki di belakang garis masing-masing di tengah-tengah arena dan berdiri tegak lurus. Kemudian mereka maju satu langkah, diawali dengan kaki kiri, dan berdiri dengan posisi kuda-kuda (shizen hon tai). Sang juri lalu berkata “mulai” (hajime) dan pertandingan pun dimulai.

2.2.10 Akhir Pertandingan

Kedua Judoka kembali dalam posisi kuda-kuda dan menghadap satu sama lain satu langkah di depan garis mereka masing-masing. Juri kemudian mengumumkan hasil pertandingan, dan kedua kontestan mundur selangkah ke belakang garis, dimulai dengan kaki kanan. Mereka lalu membungkuk lagi dan keluar dari arena.

2.2.11 Pelanggaran

Menurut Kadir (2013:155-158) ada 32 hal yang tidak boleh dilakukan oleh Judoka. Judoka akan dikenai empat tingkatan sanksi, tergantung seberapa berat pelanggaran yang dilakukan. Untuk tiap-tiap jenis pelanggaran, pertandingan dihentikan sejenak dan kedua Judoka kembali ke garis masing-masing.


(23)

a. Pelanggaran ringan (Shido) adalah peringatan untuk pelanggar peraturan yang tidak seberapa berbahaya. Judoka diberi peringatan awasete chui jika melakukannya untuk kedua kalinya. Pelanggaran ini memiliki nilai berkebalikan dengan satu koka (nilai yang tidak cukup bagus).

b. Pelanggaran kecil (Chui) adalah peringatan untuk pelanggaran ringan. Pelanggaran ini memiliki efek negatif sebesar yuko (teknik yang diperagakan tidak cukup bagus untuk memperoleh setengah).

c. Pelanggaran berat (Keikoku) adalah pelanggaran yang dapat dikenai sanksi dan teguran keras. Judoka yang melakukan pelanggaran ini akan dikurangi nilainya sebesar setengah angka. Dua pelanggaran kecil memungkinkan dikenai sanksi yang sama.

d. Pelanggaran serius (Hansoku make) adalah pelanggaran yang dapat membuat seorang Judoka didiskualifikasi karena melakukan pelanggaran yang sangat berat sehingga membahayakan lawannya maupun orang lain. Empat kali peringatan (shido) juga dapat dikenai sanksi ini.

2.2.12 Posisi Tubuh Dalam Judo a. Posisi Duduk

Duduk bersila (Seiza) dari posisi berdiri, kaki kiri ditarik kebelakang. Lalu lutut kiri diletakkan ke lantai di tempat di mana jari kaki kiri tadinya berada. Lakukan hal yang sama dengan kaki kanan, dan kedua kaki pada saat ini harus bersangga pada jari kaki dan lutut. Kemudian luruskan jari kaki sejajar dengan lantai dan


(24)

pantat diletakkan di atas pangkal kaki. Letakkan kedua tangan di atas paha masing-masing sisi.

Memberi horrmat (Zarei) dengan bersila, bungkukkan badan ke depan sampai kedua telapak tangan menyentuh lantai dengan jari tangan menghadap ke depan. Diam dalam posisi ini selama beberapa saat kemudian kembali ke posisi bersila.

b. Posisi Berdiri

Memberi hormat (Ritsurei) berdiri dengan kedua pangkal paha didekatkan, bungkukkan badan ke depan sekitar 30 derajat dengan telapak tangan di depan paha. Diam dalam posisi ini selama beberapa saat, kemudian kembali ke posisi berdiri.

Posisi alami (Shizen tai) tegakkan badan dalam keadaan berdiri, kaki dibuka sekitar 30 cm dalam posisi natural. Istirahatkan otot bahu dan tangan. Ini adalah postur dasar dan alami Judo.


(25)

BAB III

TEKNIK DALAM JUDO

Menurut Kadir (2013:29-99) ada 6 macam teknik yang sering digunakan dalam bertanding Judo. Berikut macam-macam teknik dan penjelasannya :

3.1 Teknik Jatuh Judo (Ukemi)

Ukemi merupakan teknik dasar Judo yang sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai. Menguasai teknik ini memungkinkan untuk melindungi diri sendiri ketika dijatuhkan atau dibanting lawan dan mengurangi ketakutan ketika dilempar oleh lawan.

Berikut beberapa teknik ukemi :

a. Jatuh ke Belakang (Ushiro Ukemi)

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu kaki disatukan dan tangan juga disatukan, jatuhkan punggung ke matras dengan tangan lurus disamping tubuh dan telapak tangan menyentuh lantai untuk menahan jatuh. Lindungi bagian belakang kepala dengan menyentuhkan dagu ke tubuh.

b. Jatuh ke Samping (Yoko Ukemi)

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu dengan posisi berdiri, jatuhkan diri ke belakang, angkat kedua kaki satu persatu, kemudian angkat kedua tangan di depan tubuh. Berguling ke kanan atau ke kiri matras dengan kepala tetap


(26)

dilindungi agar tidak menyentuh lantai. Kemudian tahan tubuh dengan tangan dan telapak tangan kanan atau kiri.

c. Jatuh ke Depan (Mae Ukemi)

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu jatuhkan diri ke depan dengan kedua telapak tangan di depan muka, siku ditekuk. Jatuh telungkup dengan ditahan oleh kedua tangan, badan diluruskan, otot perut dikencangkan, dan tahan tubuh dengan ditahan oleh kedua tangan dan jari kaki (lutut diangkat).

d. Berguling ke Depan (Mae Mawari Ukemi)

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu berguna pada saat dilemparkan oleh lawan. Dari posisi berdiri, kaki kanan dimajukan, telapak tangan kiri disentuhkan ke lantai. Bahu kanan kemudian di lemparkan ke depan dengan telapak tangan menghadap ke belakang, ini dilakukan bersamaan dengan kedua kaki menjejak ke lantai dan berguling ke depan. Kedua kaki dan tangan hendaknya menyentuh lantai secara bersamaan.

3.2 Teknik Bantingan Judo (Nage Waza)

Dalam teknik bantingan (nage waza) hal dasar yang harus benar-benar dipelajari ialah bagaimana cara menghilangkan keseimbangan lawan (kuzushi) dan menjatuhkannya.Berikut teknik-teknik bantingan (nage waza) :


(27)

a. Teknik de Ashi Harai

Sikap awal kaki sejajar, tangan menarik lawan sambil melangkahkan kaki kanan ke belakang sehingga lawan melangkah ke depan dengan kaki kiri. Tarikan dilanjutkan sehingga kaki kanan lawan melangkah ke depan dan pada saat masih melayang langsung menyapu bagian mata kaki kanan lawan dari arah luar ke dalam dengan telapak kaki sambil lengan kiri menarik kea rah depan serong kanan lawan unutk menghilangkan keseimbangan lawan dan menjatuhkannya.

b. Teknik Hiza Guruma

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu hilangkan keseimbangan badan lawan dengan cara menarik sambil melangkahkan kaki kanan kearah serong kanan belakang, kemudian tarikan dilanjutkan sehingga kaki kanan lawan melangkah ke depan, pada saat melayang langsung menahan dengan telapak kaki kiri pada lutut kanan lawan di bawah tempurung lutut. Pada saat itu Tarik lengan kanan baju lawan kea rah depan sejauh mungkin sehingga lawan hilang keseimbangan dan jatuh.

c. Teknik Sasae Tsuri Komi Ashi

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu kaki kanan melangkah ke kanan ke sebelah luar kaki lawan sambil menarik lawan ke depan agar kaki kanan lawan maju ke depan, saat kaki kanan lawan melayang, kaki kiri langsung maju ke depan menahan punggung kaki lawan. Lalu menambah tarikan pada lengan kiri lawan sambil kaki kiri yang menahan punggung kaki kanan lawan, sehingga lawan hilang keseimbangan dan jatuh.


(28)

d. Teknik Uki Goshi

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu hilangkan keseimbangan lawan dengan cara menarik sambil melangkahkan kaki kiri ke belakang dan pindahkan kaki kanan di antara kedua kaki lawan sambil lengan kanan menangkap punggung lawan melalui bawah ketiak kiri ke arah atas. Dengan kaki kanan sebagai poros,badan diputar dengan menarik kaki kiri sedikit ke belakang sehingga pinggul kanan menempel pada badan lawan. Kemudian tekan badan lawan dengan pinggul kanan sambil kedua lengan mengangkat dan memutar lawan sehingga lawan terlempar.

e. Teknik o Goshi

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu tarik lawan ke depan sampai hilang keseimbangan, langkahkan kaki kanan ke depan kaki kanan lawan sambil tangan memeluk pinggang. Kemudian berputar dengan poros kaki kanan untuk membelakangi lawan sambil menarik kaki kiri sejajar denagn kaki kanan, dan merendahkan badan dengan membengkokkan kedua lutut sehingga lawan menempel di kedua pinggul. Tarik lawan kearah depan sambil meluruskan kedua lutut sehingga lawan terangkat oleh pinggul dan terlempar ke arah depan.

f. Teknik o Uchi Gari

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang mendekati lawan dengan posisi badan agak miring dan menempatkan kaki kanan di depan kaki lawan, lalu tangan menekan badan lawan agar tidak bergerak mundur dan kaki kiri berputar dan pindah ke belakang kaki kanannya, dan kaki kanan diayun ke


(29)

depan kaki kirinya sebagai awalan. Kemudian kaki kanan diayun masuk ke antara kedua kaki lawan. Kaki kanan dibengkokkan dan menggaet kaki kiri lawan pada bagian belakang lutut. Penyerang mendorong badan lawan ke belakang sambil gaetan kaki kanannya diperluas kearah luar, lalu lawan jatuh ke matras.

g. Teknik o Soto Gari

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang mendorong kearah serong kanan belakang lawan sambil melangkah kaki kiri disamping kaki kanan lawan untuk menghilangkan keseimbangan lawan. Kemudian penyerang menahan posisi lawan yang labil dan kaki kanan sambil diayun ke depan. Penyerang sambil membungkuk ke depan, kaki kanannya diayun ke belakang untuk menyapu kaki kanan lawan yang bertumpu, lalu lawan pun terjatuh.

h. Teknik Morote Seoi Nage

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang menarik lawan sambil kaki kanannya melangkah ke belakang, kemudian penyerang memutar badan kearah kiri sambil memasukkan lengan kanannya dalam posisi terlipat di bawah ketiak kanan lawan serta menarik kaki kirinya sejajar dengan kaki kanannya, sehingga badan lawan menempel di punggung. Kedua lutut ditekuk untuk merendahkan badan sehingga lebih rendah dari lawan. Lalu penyerang menarik badan lawan ke depan dengan membungkukkan badan sambil meluruskan kedua lututnya sehingga lawan terlempar kearah depan melalui punggung penyerang, lawan pun jatuh ke matras.


(30)

i. Teknik Ippon Seoi Nage

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang menarik kaki lawan sambil melangkahkan kaki kanan ke belakang sehingga lawan maju dengan kaki kiri, kemudian memutar badan kearah kiri, kaki kanan sebagai poros. Lengan kanan mengepit lengan kanan bagian atas lawan dari arah bawah ke atas sambil menarik kaki kiri sejajar dengan kaki kanannya sehingga dada lawan menempel di punggung penyerang. Kemudian penyerang melempar lawan kearah depan dengan kekuatan lengan sambil membungkukkan badan, lawan pun terjatuh di matras.

j. Teknik Kosoto Gari

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu hilangkan keseimbangan lawan dengan menarik ke depan sehingga lawan melangkahkan kaki kanannya ke depan, penyerang cepat memindahkan kaki kiri ke samping kaki kanan lawan menyusul kaki kanannya sehingga badan berad di samping kanan lawan. Lengan kanan lawan berada di depan penyerang. Tangan kiri penyerang menekan lengan kiri lawan dan lengan kanannya mendorong badan lawan kearah serong kanan belakang lawan sambil kaki kiri menyapu pada bagian tumit kaki kanan lawan ke arah depan. Lawan melayang dan terjatuh.

k. Teknik ko Uchi Gari

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang menekan lawan pada siku dan dada arah ke dalam sambil memiringkan badan dan melangkah kearah lawan untuk mendekat dan memudahkan kaki kanannya menggaet kaki


(31)

kanan lawan pada bagian tumit, kemudian kaki kanan penyerang menggaet kaki kanan lawan dengan telapak kaki sambil mendorong badan lawan ke belakang. Penyerang mendorong lawan kearah belakang dengan kuat, lawan terpental dan terjatuh.

l. Teknik Koshi Guruma

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu hilangkan keseimbangan lawan ke depan dengan menariknya, kemudian langkahkan kaki kanan untuk mendekatinya sambil lengan kanan di arahkan untuk memeluk leher lawan. Berputar dengan kaki kanan sebagai poros sehingga lawan berada di belakang, sambil merendahkan pinggul untuk mengungkit dengan cara membengkokkan kedua lutut. Tarik lawan kearah depan sehingga badan lawan menempel di punggung penyerang, selanjutnya bungkukkan badan ke depan sambil membawa lawan dan pinggul penyerang mengungkit badan lawan dengan cara meluruskan kedua lutut sehingga lawan hilang keseimbangan dan jatuh.

m. Teknik Tsuri Komi Gashi

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang melangkahkan kaki kanan ke depan sambil menarik lawan, sambil memutar badannya kearah kiri dan memutar kaki kiri searah badan dan kedua lengan menarik lawan kearah depan. Lalu merapatkan siku kanannya di ketiak kiri lawan sambil merendahkan badan dengan membengkokkan kedua lutut sehingga lawan menempel di punggungnya. Kemudian penyerang membungkukkan badan ke depan sambil meluruskan kedua lutut sehingga lawan terlempar.


(32)

n. Teknik Okuri Ashi Harai

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang melangkah ke samping kanan sambil menarik lawan sehingga lawan ikut melangkah dengan kaki kiri. Pada saat kaki kanan lawan melangkah mengikuti kaki kirinya,dan masih melayang, kaki kiri penyerang cepat menyapu dengan telapak kaki kanan yang masih melayang pada bagian mata kaki searah dengan gerakan kaki lawan, pada saat bersamaan kedua lengan mengangkat badan lawan sehingga lawan hilang keseimbangan dan terlempar.

o. Teknik Tai Otoshi

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang menarik lawan sambil kaki kanannya melangkah mundur, sambil memutar badan kearah kiri dengan poros kaki kanan dan kaki kiri ditarik memutar sesuai putaran badan sehingga kaki kiri sejajar dengan kaki kanan sehingga lawan hilang keseimbangan ke depan. Penyerang menyilangkan kaki kanannya di depan kaki kanan lawan. Dan kedua lengan menarik lawan kearah depan serong kanan bawah sehingga lawan terjatuh.

p. Teknik Harai Goshi

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang menarik lawan sambil kaki kanan melangkah ke belakang, kaki kiri diayun kekiri untuk berputar dan kaki kanan sebagai poros. Pada posisi ini langsung menarik lawan kearah depan untuk menghilangkan keseimbangannya, lalu badan berputar ke kiri agar searah dengan lawan sambil menarik lawan merapat ke punggungnya. Kemudian


(33)

membungkukkan badan ke depan sambil membawa lawan dan kaki kanan menyapu dari arah depan kearah belakang pada paha kanan lawan, dan lawan pun melayang terlempar.

q. Teknik Uchi Mata

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang menarik lawan ke depan sambil kaki kanannya melangkah sedikit ke depan kaki kanan sambil memutar badan ke kiri agar lawan berada di punggungnya, menyusul kaki kirinya ditarik ke belakang, dan lawan pun terjatuh.

3.3 Teknik Dasar Kuncian (Katame Waza)

Teknik kuncian (katame waza) disebut juga teknik berbaring (ne waza) karena teknik ini dilakukan ketika seorang judoka berbaring menghadap ke atas atau ke bawah.

Berikut teknik-teknik kuncian ( katame waza) :

a. Teknik kesa gatame

Gesa gatame adalah kuncian, Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu lengan kiri penyerang mengepit lengan kanan lawan, lengan kanan mengepit leher dari bawah sambil memegang leher baju lawan, lalu duduk dengan posisi kaki kanan kedepan, kaki kiri ke belakang agar stabil, dada lawan ditekan dengan badan agar lawan tidak bisa lepas.


(34)

b. Teknik Kuzure Kesa Gatame

Kuzura kesa gatame ialah teknik mengunci atau menguasai lawan waktu bermain di bawah sehingga lawan tidak bisa lepas paling lama 25 detik. Penyerang duduk di samping kiri lawan dengan kaki kanan mengarah ke depan dan lutut sedikit bengkok dan kaki kiri mengarah ke samping dan lutut dibengkokkan sehingga kaki mengarah ke belakang agar duduk stabil. Lengan kiri mengepit lengan kanan lawan dan lengan kanan mengepit bahu kiri lawan lewat bawah ketiak, dada kanan menekan dada lawan sambil membungkukkan badan ke depan.

c. Teknik Yoko Shiho Gatame

Yoko shiho gatame ialah teknik mengunci atau menguasai lawan pada waktu main bawah. Lawan harus pada posisi berbaring. Penyerang berlutut dan lengan kiri memegang leher baju lawan lewat belakang leher dan lengan kanannya memegang ikat pinggang lawan melewati selangkang ke arah paha kiri lawan sehingga paha kiri lawan terangkat, dada penyerang terus menekan dada dan perut lawan sambil membuka kedua lututnya agar stabil dan memperkuat kedua lengannya agar lawan tidak dapat melepaskan diri dari kuncian tersebut.

d. Teknik Kuzure Yoko Shiho Gatame

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang berada di atas badan lawan , lengan kanan dari atas lewat selangkangan memegang ikat pinggang (obi) lawan dan lengan kiri mengepit bahu kiri lawan dari atas ke bawah


(35)

arah ke pinggang dan dada penyerang menekan dada lawan. Penyerang berusaha mendorong lawan yang berusaha tengkurap atau lepas dari kuncian.

e. Teknik Shiho Gatame

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang berada di atas kepala lawan, penyerang mulai mengepit kedua lengan lawan dengan kedua lengannya dari arah samping sambil memegang ikat pinggang, selanjutnya dada penyerang menekan dada lawan agar tidak bisa bangun atau lepas. Kedua kaki penyerang bisa dibengkokkan atau berlutut atau diluruskan untuk bisa tetap stabil.

f. Teknik Kuzure Kami Shiho Gatame

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang berada di atas badan lawan, lengan kanan mengepit lengan kanan lawan dari arah atas ke bawah sambil memegang ikat pinggang dan lengan kiri mengepit lengan kiri lawan dari atas ke bawah sehingga lengan kiri lawan dikepit oleh ketiak kiri penyerang, dada penyerang menekan dada lawan. Lawan menarik kedua kakinya mendekati lawan agar lebih stabil.

g. Teknik Kata Gatame

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang memindahkan lengan kanan lawan dan disilangkan di depan leher, penyerang mengunci lawan. Lengan kanan penyerang melingkari leher lawan dari atas ke belakang leher dan menyambung dengan tangan kiri dengan cara seperti berjabat tangan, dan bagian kanan leher penyerang menekan bagian siku lengan kanan lawan sambil memperkuat kuncian kedua lengannya.


(36)

h. Teknik Tate Shiho Gatame

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang pada posisi di atas tubuh lawan, penyerang mengunci lawannya. Kedua kaki penyerang masuk dari arah bawah kedua kaki lawan. Lengan kanan penyerang mengunci lengan kanan lawan dari arah atas ke bawah. Penyerang memperkeras kunciannya dengan menekan berat badannya kearah dada lawan.

3.4 Teknik Mematahkan Sendi (Kansetsu Waza)

Teknik mematahkan sendi (kansetsu waza) merupakan salah satu bentuk teknik bermain dalam Judo, tidak untuk mematahkan lawan atau mencelakakan lawan, tetapi teknik yang bisa digunakan untuk memperoleh kemenangan dengan membuat lawan menyerah.

Berikut teknik-teknik mematahkan sendi (kansetsu waza) :

a. Teknik Ude Garame

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang telungkup di atas dada lawan, tangan kanan penyerang memegang pergelangan tangan kanan lawan yang dalam keadaan lurus dengan telapak tangan menghadap ke atas dari arah atas dan tangan kiri melalui bawah siku lawan diletakkan di atas lengan kanan, selanjutnya lengan kiri penyerang mengungkit bagian siku lawan sampai menyerah atau dihentikan oleh wasit.


(37)

b. Teknik Ude Hishigi Juji Gatame

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang harus pada posisi menguasai, penyerang dengan posisi berbaring menarik lengan kiri hingga siku lawan lurus dengan telapak tangan mengahadap ke atas, kaki kanan menahan leher lawan dan kaki kiri masuk di bawah punggung lawan. Selanjutnya melakukan teknik mematahkan dengan cara menahan posisi lawan dengan mengangkat perut.

c. Teknik Ude-Hishigi-Ude-Gatame

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu posisi lawan berbaring di matras sambil memegang leher baju penyerang yang sedang berlutut di sampingnya, penyerang menggunakan kesempatan itu dengan menegakkan badannya sehingga lengan lawan lurus dibantu dengan kedua tangannya menekan pada bagian siku lawan sampai menyerah atau dihentikan wasit.

d. Teknik Ude Hishigi Hiza Gatame

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu kedua pejudo dalam keadaan berlutut. Penyerang menarik badan lawan sambil mendorong paha kiri lawan dengan kaki kanannya. Kemudian penyerang membawa lawan pada posisi telungkup dan menarik lengan kanan lawan sampai lurus. Penyerang menarik leher baju dan menekan siku kanan lawan dengan lutut kiri sampai lawan menyerah/menepuk matras.


(38)

3.5 Teknik Cekikan (Shime Waza)

Shime waza merupakan salah satu bentuk teknik dalam permainan Judo untuk memperoleh kemenangan, dengan harapan lawan yang tercekik akan menyerah. Teknik cekikan yang kuat dan cepat akan mengakibatkan yang dicekik pingsan. Pejudo yang baik akan menyerah kalau teknik cekikan lawan masuk. Teknik ini mulai diajarkan kepada pejudo yang sudah berumur 14 tahun ke atas karena pertumbuhan fisiknya secara keseluruhan sudah sempurna dan sudah berlatih secara teratur minimal delapan bulan sebelumnya atau sudah mencapai tingkat kyu 4.

Berikut teknik-teknik cekikan (shime waza) :

a. Teknik Hadake Jime

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu lawan duduk dengan kedua kaki ke depan agar dapat memukul matras sebagai tanda menyerah pada waktu penyerang mencekik daengan tepat. Penyerang di belakang lawan dengan satu kaki berlutut dan satu ditegakkan. Kemudian penyerang memegang bahu kiri laawan dan lengan kanan siap mencekik, tangan kanan penyerang melingkat di leher lawan dari samping dan tangan kiri membantu memperkuat dengan merapatkan kedua telapak tangan. Lalu penyerang menarik lawan ke belakang sambil menahan punggung lawan dengan lutut agar cekikan kencang atau lawan menyerah.


(39)

b. Teknik Katahe Jime

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu tangan kanan penyerang menarik leher baju lawan sebelah kiri dan lengan kiri mengangkat lengan kiri lawan ke atas, lengan kiri penyerang diteruskan ke belakang kepala lawan. Kemudian penyerang mengencangkan cekikannya dengan cara maenarik leher baju dan menekan belakang kepala lawan dengan tangan kiri sampai lawan menyerah.

c. Teknik Gyaku Juji Jime

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang berada di bawah dan lawan di atas untuk memperjelas posisi tangan waktu mencekik dengan teknik gyaku juji jime. Kedua telapak tangan penyerang menghadap badan lawan dan kedua kaki atau tungkai mengepit badan lawan untuk mempermudah mencekik. Pada posisi penyerang di bawah, untuk memperkuat cekikan pada leher lawan, penyerang menarik dengan kedua tangan di leher baju lawan kearah badan penyerang sambil menekan pergelangan tangan kanan yang terdekat pada leher lawan. Kemudian penyerang berada di atas badan lawan. Kedua lutut di samping badan agar lawan tetap pada posisi berbaring, tangan kanan memegang leher baju kanan di bagian leher kanan lawan dengan empat jari tangan masuk di dalam baju dan ibu jari berada di luar baju lawan, tangan kiri memegang leher baju kiri lawan dengan cara yang sama. Untuk memperkeras cekikan, kedua tangan kanan kea rah leher dengan berat badan. Teknik cekikan gyaku juji jime dapat dilakukan dari posisi di bawah atau posisi di atas lawan.


(40)

d. Teknik Kata Jujime

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang berada di atas perut lawan, tangan kiri memegang leher baju sebelah kiri menyilang di depan leher lawan dengan ibu jari di luar dan empat jari lainnya di dalam baju, kemudian tangan kanan penyerang memegang leher baju lawan sebelah kanan dengan ibu jari di dalam baju dan empat jari lainnya di luar, sehingga kedua lengan penyerang menyilang. Lalu penyerang mengencangkan cekikan pada leher lawan dengan cara menarik leher baju lawan sambil menekan kedua lengannya, agar lebih berat tekanannya sambil penyerang condongkan badan kearah depan.

e. Teknik Name Juji Jime

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang duduk di atas perut dengan kedua lutut mengepit badan lawan, kedua tangannya disilang dan kedua telapak tangan menghadap dada lawan, tangan kanan memegang leher baju lawansebelah kanan dengan ibu jari di dalam baju dan jari-jari di luar dan tangan kiri memegang leher baju dan jari-jari lainnya berada di luar. Kemudian penyerang mencekik leher lawan dengan menarik kedua leher baju sambil tangan kanannya menekan pada leher lawan. Untuk memperkeras cekikan penyerang, penyerang menekan lawan dengan berat badan melalui kedua lengannya sambil mendorong badannya kearah atas.


(41)

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang berada di belakang lawan sambil memegang leher baju. Lengan kanan memegang leher baju sebelah kiri dekat leher lawan dan lengan kiri melewati ketiak kiri, penyerang memgang leher baju sebelah kanan lawan sambil ditekan kearah lawan. Kemudian penyerang mengencangkan cekikan pada leher lawan dengan menarik kuat lengan kanan kearah leher dan lengan kiri menekan leher baju kanan lawan ke arah bawah. Untuk lebih memperkuat cekikan penyerang menarik badan lawan ke belakang, sambil menunggu lawan menyerah atau dihentikan oleh wasit.

g. Teknik Sankaku Jime

Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu penyerang berada di bawah dan lawan di atas. Penyerang berusaha menarik lawan agar dapat dikepit dengan kedua paha pada bagian dan lengan kanan, setelah penyerang berhasil mengepit maka tangan kanan penyerang memperkuat cekikan dengan mendorong leher baju kiri lawan kearah kanan sampai lawan menyerah atau dihentikan oleh wasit.

3.6 Teknik Bertanding Judo (Randori)

Dalam teknik bertanding Judo antara lain melatih diri membaca kemampuan lawan dan memanfaatkannya untuk menyerang dengan kemampuan memilih teknik yang tepat yang telah dikuasai atau dilatih sebelumnya. Cara memegang baju lawan antara lain sudah bisa berbeda dengan teknik dasar sebelumnya, jadi merupakan teknik lanjutan, sebagaimana teknik-teknik bermain berikut ini :


(42)

a. Tai Otoshi

Tai otoshi adalah teknik tangan. Sebelum melakukan teknik ini, terlebih dahulu tangan kiri penyerang memgang leher baju lawan pada dekat pundak, tangan kiri pada lengan kiri. Penyerang mendorong lawan kemudian mengangkat dan menyilangkan salah satu kakinya di depan kiri lawan sambil menarik kearah depan bawah untuk melempar atau menjatuhkan.

b. O-Uchi Gari

O-uchi gari adalah teknik kaki/paha. Kaki yang digaet adalah kaki yang berhadapan dengan gaetan kearah luar pada kaki kiri bagian betis lawan sejauh mungkin sambil mendorong hingga jatuh. Penyerang memegang leher baju lawan, tangan kiri awalnya mengangkat lawan agar lawan bergerak atau hilang keseimbangan pada saat itu lengan kiri penyerang mendorong lawan ke belakang sambil menggaet kaki kanan lawan dengan kaki kiri hinggga jatuh.

c. Osoto Gari

Osoto gari adalah teknik kaki/paha. Karena lawan posisi berdirinya agak membungkuk. Penyerang memegang dengan tangan kanan pada paha dada bagian atas dekat leher, tangan kiri memegang lengan baju kanan, kemudian mendorong lawan kearah kanan belakang lawan dan dengan cepat kaki kanan penyerang menyapu paha kanan bagian belakang lawan hingga lawan jatuh.


(43)

d. Uchi Mata ke ko-Soto-Gake

Uchimata ke ko soto gake adalah teknik kombinasi. Pejudo yang bisa melakukan teknik kombinasi adalah pejudo yang terlatih baik. Penyerang pertama menyerang lawan dengan teknik uchimata, karena lawan bisa menahan serangan tersebut maka penyerang secara otomatis mengganti teknik berikutnya dengan ko soto gake dan berhasil membanting lawannya.

e. O-Uchi-Gari ke Uchimata

O-uchi gari dan uchimata adalah teknik kaki/tungkai. Awalnya penyerang menyerang dengan teknik O-uchi gari karena lawan memblok dengan menarik kaki kanannya ke belakang dengan jarak kedua kaki lawan agak berjauhan atau mengangkang, maka posisi tersebut mudah untuk diserang dengan teknik Uchimata.

f. O-Uchi-Gari ke Seoi-Nage

O-uchi gari adalah teknik kaki sedangkan Seoi nage adalah teknik tangan. Saat penyerang menyerang dengan teknik O-uchi gari, lawan menghindar dengan mengangkat daan menarik kaki kanannya ke belakang agar tidak jatuh. Saat masih labil, penyerang menarik ke depan dengan menggunakan teknik Seoi nage sehingga lawan mudah terlempar atau terbanting.


(44)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari semua pembahasan di atass, dapat ditarik kesimpulan yaitu :

1. Judo merupakan olahraga yang digunakan oleh orang Jepang pada zaman dahulu yang diciptakan oleh Prof. Jigoro Kano (1882) dalam perkelahian tangan kosong dan saat ini telah popular di dunia. Ini adalah suatu jenis gulat yang dapat diikuti oleh semua orang, baik orang tua dan muda, laki-laki dan perempuan.

2. Menghemat tenaga atau efisiensi energi merupakan salah satu prinsip dalam

Judo. Seorang pejudo yang handal harus berupaya keras mengalahkan

lawannya dengan tenaga sesedikit mungkin karena dia masih harus bertanding beberapa kali untuk bisa menjadi juara di kelasnya.

3. Apapun kecelakaan (accident) yang terjadi pada saat bertanding maupun kekalahan dalam bertanding, kedua Judoka tetap saling membungkukkan badan saling memberikan hormat.

4. Dengan latihan yang serius, dan persiapan fisik yang kuat, seseorang bisa menjadi pejudo yang handal di kelasnya.


(45)

4.2 Saran

Untuk mempelajari olahraga beladiri ini, harus benar-benar dalam penguasaan teknik, dan pengawasan dari ahlinya agar tidak terjadi hal yang berbahaya dalam melakukannya. Akan tetapi penggunaan ini harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu.

Masih banyak macam-macam olahraga beladiri di dunia. Khususnya di Indonesia, pemerintah harus juga memerhatikan olahraga beladiri asli Indonesia dan juga atlet-atletnya seperti beladiri pencak silat agar tidak mempengaruhi peminat yang ingin mempelajari olahraga beladiri lainnya.


(46)

Daftar Pustaka

Kadir, Abdul. 2013. Olahraga Judo. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

M. Noors, Atang. 2000. Dasar-Dasar Judo. Jakarta: Dian Rakyat

Madjid, Nasrudin. 1985. Dasar-Dasar Teknik Judo Untuk Remaja. Jakarta:

Lembaga Bina Prestasi

Cabang-olahraga-olahraga.blogspot.com/2012/07/tekhnik/judo.html?m=1

Id.m.wikipedia.org/wiki/judo. Diakses tanggal 20 April 2014 Pukul 21.00 wib

Cabang-olahraga-olahraga.blogspot.com/2012/07/makalah/judo


(47)

Lampiran

Gambar-gambar dibawah ini mewakili dari keenam bagian macam teknik dalam olahraga beladiri Judo.

Gambar 2.2.12 : posisi berdiri judo

(Dikutip dari Ahmad.Abdul.Kadir.Andi,Olahraga Judo, PT Remaja rosdakarya. Jakarta. 2013)


(48)

Gambar 2.2.12 : posisi hormat berdiri judo

Gambar 2.2.12 : Posisi duduk judo

(Dikutip dari Ahmad.Abdul.Kadir.Andi,Olahraga Judo, PT Remaja rosdakarya. Jakarta. 2013)


(49)

Gambar 3.2 : Teknik membanting de ashi harai

(Dikutip dari Ahmad.Abdul.Kadir.Andi,Olahraga Judo, PT Remaja rosdakarya. Jakarta. 2013)


(50)

Gambar 3.3 : Teknik kuncian kesa gatame

(Dikutip dari Ahmad.Abdul.Kadir.Andi,Olahraga Judo, PT Remaja rosdakarya. Jakarta. 2013)


(51)

Gambar 3.4 : Teknik mematahkan sendi ude garame

(Dikutip dari Ahmad.Abdul.Kadir.Andi,Olahraga Judo, PT Remaja rosdakarya. Jakarta. 2013)


(52)

Gambar 3.5 : Teknik cekikan hadake jime

(Dikutip dari Ahmad.Abdul.Kadir.Andi,Olahraga Judo, PT Remaja rosdakarya. Jakarta. 2013)


(53)

(54)

(55)

(56)

(57)

(1)

40

Gambar 3.5 : Teknik cekikan

hadake jime

(Dikutip dari Ahmad.Abdul.Kadir.Andi,Olahraga Judo, PT Remaja rosdakarya.

Jakarta. 2013)

Gambar 3.5 : Teknik cekikan

katahe jime


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)