PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(1)

i

PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

EFFECT OF SHOPPING LIFESTYLE AND FASHION INVOLVEMENT ON

IMPULSE BUYING BEHAVIOR STUDENTS OF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

IRFAN SAPUTRA 20130410321

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

i

PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION

INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

EFFECT OF SHOPPING LIFESTYLE AND FASHION INVOLVEMENT

ON IMPULSE BUYING BEHAVIOR STUDENTS OF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

IRFAN SAPUTRA 20130410321

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

ii PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Irfan Saputra Nomor Mahasiswa : 20130410321 Program Studi : Manajemen

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP

PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA”. Tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi ini atau perguruan tinggi lain kecuali bagian – bagian tertentu saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya tulis ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 30 Maret 2017

Materai, 6.000


(4)

iii

Motto

“Diharamkan terhadap api neraka tiap-tiap orang lemah lembut lagi

murah senyum juga dermawan kepada orang lain.” (H.R Ahmad)

“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya

menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”

(H.R. Muslim)

“ Ambilah kebaikan dari apa yang dikatakan, jangan melihat

siapa yang mengatakannya ” (Nabi Muhammad SAW)

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik

bagi dirimu

sendiri dan sebaliknya jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu

untuk dirimu sendiri pula” (QS. Al-Isra’: 7).


(5)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji dan syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan

do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga saya persembahkan skripsi ini kepada :

 Yang pertama kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan

dukungan maupun do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena

tiada kata seindah lantunan do’a yang terucap darimu. Ucapan terimakasih

saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua. Persembahan ini mungkin hanya sebagian kecil yang bisa saya berikan. Terima kasih selalu mendoakan dan selalu memberikan yang terbaik.

 Yang kedua kepada kakak dan saudara saya yang telah memberikan


(6)

v

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap pembelian impulsif studi kasus pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini ialah produk fashion (kategori pakaian) dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 150 responden yang sesuai dengan kriteria. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan menggunakan jenis purposive sampling. Sedangkan metode analisis yang digunakan ialah regresi linier berganda dengan menggunakan uji validitas, uji reabilitas, uji t, uji F, uji asumsi klasik dan koefisien determinasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1.Gaya hidup berbelanja dan keterkaitan fashion secara simultan berpengaruh terhadap pembelian impulsif. 2. Gaya hidup berbelanja mempunyai pengaruh positif terhadap pembelian impulsif 3. Keterlibatan fashion secara signifikan berpengaruh terhadap pembelian impulsif.

Kata kunci: Gaya hidup berbelanja, Fashion involvement dan Perilaku pembelian impulsif.


(7)

vi

ABSTRACT

This study aimed to analyze the factors that influence the behavior of the impulse buying behavior case study on students at the University of Muhammadiyah Yogyakarta. The sample in this research is the product of fashion (clothing category) by distributing a questionnaire of 150 respondents who fit the criteria. Sampling using non-probability sampling techniques using purposive sampling type. While the methods of analysis used is multiple linear regression using validity, reliability test, t test, F test, classic assumption test and coefficient of determination. The results of this study indicate that 1.Shopping lifestyle and fashion involvement impule simultaneously influence buying behavior. 2. Shopping lifestyle has a positive impact on impulse buying behavior 3. Fashion involvement in signifiakan influence on impulse buying behavior.

Keywords: Shopping lifestyle, Fashion involvement and Impulse buying behavior.


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkah limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, Serta telah memberikan kemudahan dalam penulisan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak tertinggal pula shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU

PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA” ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan berbagai dukungan dari segala pihak, maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir Gunawan Budiyanto, M.P selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Nano Prawoto SE, M.Si., Dr. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Retno Widowati PA, M.Si, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(9)

viii

4. Ibu Siti Dyah Handayani, Dr.,MM dengan penuh kesabaran telah membimbing dan memberikan masukan selama proses penyelesaian karya tulis ini.

5. Semua pihak yang telah memeberikan motivasi, dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Demikian ucapan terimakasih saya,

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 30 Maret 2017


(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Landasan Teori ... 7

1. Perilaku Konsumen ... 7

2. Gaya Hidup Berbelanja ... 12


(11)

x

4. Perilaku Pembelian Impulsif ... 15

B. Penelitian Terdahulu ... 21

C. Kerangka Pemikiran dan Penurunan Hipotesis ... 22

D. Model Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Objek dan Subjek Penelitian... 26

B. Populasi dan Sampel ... 26

C. Jenis Data ... 27

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28

G. Pengujian Kualitas Intrumen ... 30

H. Uji Asumsi Klasik ... 31

I. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Gambaran Umum Subjek/Objek Penelitian ... 37

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 43

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 47

D. Pembahasan (Interpretasi) ... 52

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN .. 54

A. Simpulan ... 54

B. Keterbatasan Penelitian ... 54

C. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ………. 56


(12)

xi DAFTAR TABEL

3.1 Definisi Operasional Variabel ... 29

4.1 Tingkat Pengambilan Kuesioner ... 37

4.2 Jenis Kelamin ... 38

4.3 Katagori Fakultas Responden ... 39

4.4 Kategori Program Studi Responden ... 40

4.5 Kategori Tahun Angkatan Responden ... 41

4.6 Kategori Provinsi Asal Responden ... 42

4.7 Hasil Uji Validitas ... 43

4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 44

4.9 Hasil Uji Normalitas ... 45

4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 46

4.11 Hasil Uji Multikolineartias ... 47

4.12 Hasil Tanggapan Responden ... 47


(13)

xii DAFTAR GAMBAR

Gambar pengambilan keputusan ... 8 Model penelitian ... 25


(14)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 59

Lampiran 2 Uji Validitas ... 62

Lampiran 3 Uji Reliabilitas ... 65

Lampiran 4 Uji Normalitas ... 66

Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas ... 67

Lampiran 6 Uji Multikolinearitas... 67

Lampiran 7 Uji F ... 68

Lampiran 8 Uji t ... 68


(15)

SKRIPSI

PENGARUH GAYA I{IDUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEilTENT

TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA

UNWERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

EFFECT OF SHOPPING LIFESTWE AND FASHIOTI IN'/OLVEMENT ON

IMPULSE BAWNG BEHAWOR

STUNENTS OF UN

IW RSITAS

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Diajukan oleh IRFAN SAFUTRA

20130410321

Telah disetujui Dosen Pembimbing: Pembimbing

Dr. Siti Dyah Handayani.MM

MK 196805311992A2143


(16)

SKRIPSI

PENGARUH GAYA IIINUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEMENT

TER}IADAP PERILAKU PNMBELIAN IMPULSIF PADA MAIIASISWA

TTNIl'f, RSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

EFFECT OF SHOPPTNG LIFEST}:LE AND FASHION INVOLVEMENT OTV

IMPTILSE BUYING BEHAWOR

S TU D E NTS O F A N I W RS I TA S X{A HA A'I M A D I YA

H

Y O G YAKARTA

Diajukan oleh

IRFAN SAPUTRA

20130410321

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Prograrn Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Yogykarta

Tanggal30 Maret 2017

(fu

Dr. Suspqrtq._M$ Anggota Tim Penguji

Ekonomi dan Bisnis adiyah Yogyakarta Yang terdiri dari

Ketua Tim Penguji

Mengetahui,


(17)

ABSTRACT

This study aimed to analyze the factors that influence the behavior of the impulse buying behavior case study on students at the University of Muhammadiyah Yogyakarta. The sample in this research is the product of fashion (clothing category) by distributing a questionnaire of 150 respondents who fit the criteria. Sampling using non-probability sampling techniques using purposive sampling type. While the methods of analysis used is multiple linear regression using validity, reliability test, t test, F test, classic assumption test and coefficient of determination. The results of this study indicate that 1.Shopping lifestyle and fashion involvement impule simultaneously influence buying behavior. 2. Shopping lifestyle has a positive impact on impulse buying behavior 3. Fashion involvement in signifiakan influence on impulse buying behavior.


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan bertambahnya pusat perbelanjaan dengan menawarkan berbagai macam produk yang ditawarkan akan menambah persaingan yang semakin ketat didunia bisnis sekarang ini. Banyaknya pusat berbelanja baru yang berdiri di Yogyakarta menjadikan peluang bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja merupakan aktivitas oleh konsumen dengan membeli sesuatu tanpa mengutamakan prioritas kebutuhan berbelanja yang memang dibutuhkan. Setiap seseorang pasti mempunyai gaya hidup berbelanja yang berbeda. Hal ini tidak hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak membedakan antara kaya ataupun miskin semuanya mempunyai kesempatan untuk berbelanja sesuai dengan keinginannya.

Gaya hidup berbelanja dapat saling berhubungan dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih. Fungsi pusat perbelanjaan yang bukan hanya sekedar tempat belanja akan tetapi merupakan tempat untuk hiburan bagi mahasiswa maupun keluarga, karena di mall tidak hanya menyediakan kebutuhan yang lengkap saja melainkan dapat memberikan rasa nyaman terhadap konsumen dengan tata interior tempatnya yang unik dan menarik serta fasilitas yang disediakan sangat mendukung.


(19)

2

Sebagian orang menganggap bahwa berbelanja dapat mengubah suasana hati, menghilangkan stress, menghabiskan uang, bahkan sebagai hiburan. Bagi masyarakat high class berbelanja termasuk sudah menjadi kehidupan mereka, bahkan mereka rela mengorbankan sesuatu demi mempunyai produk yang mereka inginkan.

Globalisasi mempengaruhi perkembangan dunia fashion yang cukup pesat di Indonesia. Fashion muncul ketika seseorang ingin dikenal jati diri mereka. Fashion yang dipilih oleh seseorang dapat menunjukkan gaya hidup mereka dalam berperilaku. Seseorang yang terlihat fashionable secara tidak langsung mengikuti perkembangan trend setiap tahunnya.

Berbelanja impulsif dapat terjadi apabila dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya yaitu perilaku gaya hidup berbelanja dan fashion involvement. Seperti penjelasan bahwasanya Gaya Hidup Berbelanja dan perilaku pembelian impulsif berkaitan erat (Cobb dan Hoyer, 1986 dalam Tirmizi, 2009). Sedangkan menurut Park et.al dalam sembiring (2013) menjelaskan bahwa fashion involvement secara langsung mempengaruhi fashion dengan berorientasi pembelian impulsif.

Menurut Park and Lennon dalam Yistiani (2012) menjelaskan bahwa perilaku pembelian impulsif sering dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu pengalaman yang bersifat hedonik. Gaya hidup berbelanja didefinisikan sebagai perilaku yang ditujukan terhadap konsumen yang berhubungan dengan beberapa tanggapan dan pendapat


(20)

3

pribadi seseorang tentang pembelian produk (Cobb dan Hoyer, 1986 dalam Tirmizi, 2009). Sedangkan fashion involvement merupakan ketertarikan konsumen pada kategori produk fashion (Park et al, 2006 dalam Mulianingrum 2010).

Pembelian spontan atau impulsif adalah pembelian yang terjadi secara spontanitas dan emosional namun ada beberapa konsumen apabila membeli suatu kebutuhan dengan melakukan pembelian impulsif maka mereka akan tetap melakukan pertimbangan terlebih dahulu sesuai dengan tingkat kebutuhan yang diprioritaskan. Produk fashion yang ada bagi mereka tidak mengikuti trend masa kini atau yang sedang popular bagi mereka, produk fashionnya rata-rata merupakan produk yang tidak akan termakan oleh zaman.

Fenomena berbelanja produk fashion memang sudah tidak asing lagi dikalangan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Mahasiswa pada umumnya membeli kebutuhan fashion untuk memenuhi sebuah kebutuhan pribadinya. Namun berbelanja fashion sekarang ini memang sudah sangat melekat di masyarakat baik dari usia muda hingga dewasa, bukan hanya untuk menunjang penampilan semata akan tetapi untuk mendapatkan status tersendiri di lingkungannya, semakin menarik dalam berpenampilan semakin dikenal sebagai pusat perhatian. Fashion sendiri merupakan high involvement karena memiliki berbagai macam variasi pilihan model dan merupakan kebutuhan bagi konsumen.


(21)

4

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan Universitas yang memiliki mahasiswa dengan berbagai macam karakteristik dan cara berpakaian. Bukan hanya mengikuti perkuliahan saja, namun mereka juga ingin penampilannya diperhatikan karena semakin bagus penampilan mereka, maka akan menjadi pusat perhatian di kampus baik dalam kelas maupun di luar kelas karena fashion yang dikenakannya. Hal tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta memiliki kegemaran dalam berbelanja fashion, karena ketika berbelanja fashion menimbulkan perasaan senang, sehingga apabila melihat tawaran fashion dengan diskon berbagai merek pakaian maka konsumen merespon dengan membeli barang tersebut tanpa memikirkan ataupun merencanakannya terlebih dahulu (impulse buying behavior).

Penelitian ini disusun untuk meneliti adanya pengaruh gaya hidup berbelanja dan fashion involvement terhadap perilaku pembelian impulsif di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dimana terdapat mahasiwa yang mempunyai berbagai macam karakteristik yang dapat terlihat dari gaya hidup berbelanja dan gaya berpakaian yang fashionable.

Penelitian ini merupakan replikasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Edwin Japarianto dan Sugiono (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian. Penelitian sebelumnya menggunakan objek masyarakat high income


(22)

5

Surabaya. Sedangkan penelitian ini mengambil objek mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah gaya hidup berbelanja dan fashion involvement berpengaruh secara simultan terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ?

2. Apakah gaya hidup berbelanja berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ?

3. Apakah fashion involvement berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh gaya hidup berbelanja dan fashion involvement terhadap perilaku pembelian impulsif secara simultan pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(23)

6

2. Untuk menganalisis pengaruh gaya hidup berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Untuk menganalisis pengaruh fashion involvement terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut ini :

1. Manfaat Teoritis, yaitu dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan.

2. Manfaat Praktik, dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai gaya hidup berbelanja, fashion involvement, dan perilaku pembelian impulsif sedangkan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang hal tersebut secara mendalam.


(24)

(25)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perilaku Konsumen

Pengertian perilaku konsumen menurut para ahli sangatlah beraneka ragam, salah satunya yaitu menurut Kotler (2007) yang menjelaskan bahwa perilaku konsumen merupakan sesuatu tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Studi konsumen memberikan arahan untuk memperbaiki dan memperkenalkan produk atau jasa menetapkan harga, merencanakan saluran, menyusun pesan dan mengembangkan kegiatan pemasaran lain. Dari definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa seorang produsen harus mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumennya. Dengan mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk maupun jasa, maka sebab itu prosusen dapat mempengaruhi konsumen agar mereka lebih tertarik dan dapat membeli produknya, pada saat mereka membutuhkannya produk tersebut.

Menurut Engel et al. (2006) menyatakan bahwa perilaku konsumen ialah perilaku yang langsung terlibat dalam


(26)

8

pengonsumsian dan penghabisan produk ataupun jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusun suatu tindakan. Menurut Mowen dan Minor (2002) perilaku konsumen adalah suatu studi unit dan proses pembuatan sebuah keputusan yang terlibat dalam penerimaan, pembelian, penentuan dan penggunaan barang atau jasa.

Proses pengambilan keputusan konsumen dapat dilihat dari gambar berikut ini:

Gambar 2.1

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Sumber: Kotler dan Amstrong (2001) Pengenalan

Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Berbagai Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pasca Pembelian


(27)

9

Proses yang digunakan konsumen dalam mengambil keputusan membeli terdiri dari lima tahapan (Kotler dan Amstrong, 2001), ialah: (1) Pengenalan Masalah, (2) Pencarian Informasi, (3) Evaluasi Berbagai Alternatif, (4) Keputusan Pembelian, (5) Perilaku Pasca Pembelian.

Pengenalan masalah yaitu tahap yang pertama dari proses pengambilan keputusan konsumen dimana pembeli mengenali suatu masalah atau kebutuhan yang diperlukan. Konsumen akan merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Pada tahap ini pemasar harus dapat meneliti konsumen untuk menentukan kebutuhan yang akan muncul, dengan adanya masalah tersebut maka konsumen akan termotivasi untuk memiliki produk tersebut (Kotler dan Amstrong, 2001).

Pencarian informasi merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen tertarik untuk mencari lebih banyak informasi. Apabila dorongan konsumen lebih kuat dan produk yang memuaskan berada dalam jangkauan maka konsumen ada kemungkinan untuk membelinya. Namun apabila produk yang diinginkan berada jauh dari jangkauan, walaupun konsumen mempunyai dorongan yang kuat, maka konsumen akan menyimpan kebutuhannya dengan melakukan pencarian informasi (Kotler dan Amstrong, 2001).


(28)

10

Evaluasi berbagai alternatif yaitu suatu tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek dalam suatu susunan pilihan. Pemasar juga harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana mereka mengevaluasi alternatif merek (Kotler dan Amstrong, 2001).

Keputusan pembelian merupakan tahap proses pengambilan keputusan pembelian sampai konsumen benar-benar membeli suatu produk. Biasanya keputusan pembelian konsumen adalah pembelian merek yang paling disukai oleh konsumen (Kotler dan Amstrong, 2001).

Perilaku pascapembelian merupakan suatu tahap yang dimana pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka rasakan. Apabila produk gagal memenuhi harapan, konsumen akan kecewa. Jika harapan terpenuhi maka konsumen akan puas (Kotler dan Amstrong, 2001).

Menurut Kotler (2007) terdapat beberapa karakteristik pembeli, dimana mendorong konsumen untuk melakukan proses pengambilan keputusan membeli suatu barang sehingga konsumen mendapatkan manfaat dari pemilihan produk yang dibeli. Karakteristik pembeli juga dapat disebut sebagai faktor-faktor yang


(29)

11

dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan suatu pembelian. Menurut Kismono (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi: 1) Faktor budaya 2) Faktor sosial 3) Faktor individu 4) Faktor Psikologis

Faktor budaya, budaya itu sendiri menjadi beberapa sub variabel, penjelasan mengenai sub bagian tersebut adalah berikut ini: Budaya, adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar, yaitu meliputi kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku, kebiasaan. Sementara itu, kelas sosial didalam masyarakat yang memiliki karakteristik nilai, minat dan tingkah laku. Sub-budaya adalah masing-masing dari budaya terdiri dari sub-sub budaya yang lebih kecil lagi. (Kismono, 2011).

Faktor Sosial, yaitu faktor yang timbul dari lingkungan sosial konsumen tersebut. Faktor-faktor sosial meliputi, sebagai berikut: Kelompok acuan, yaitu sebuah kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang yang meliputi: rekan kerja, teman dekat, teman sekomunitas, kelompok keagamaan, dan sebagainya (Kismono, 2011).

Faktor Individu, Perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, karakteristik tersebut meliputi: Usia dan tahap siklus hidup, perilaku pembeli juga dapat dipengaruhi oleh


(30)

12

usia pembeli tersebut dan kebutuhan juga dapat dipengaruhi oleh usia pembeli itu sendiri. Sedangkan tahap siklus hidup merupakan pembagian dari periode hidupnya. Gaya Hidup, merupakan pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam suatu aktivitas, minat serta opininya (Kismono, 2011).

Faktor psikologis dalam perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor psikologis seorang manusia, meliputi: Motivasi atau dorongan, adalah sebuah dorongan dari diri sendiri untuk melakukan sebuah aktivitas. Dalam hal ini adalah dorongan untuk melakukan pembelian suatu barang (Kismono, 2011)

2. Gaya Hidup Berbelanja (Shopping Lifestyle)

Gaya hidup menurut Kotler (2002) adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam suatu aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup juga menggambarkan tentang seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi.

Menurut Sumarwan (2003) gaya hidup dapat didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menggunakan uang dan waktunya. Gaya hidup lebih menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana ia hidup, menggunakan uangnya dan memanfaatkan


(31)

13

waktu yang dimilikinya. Gaya hidup seringkali digambarkan dengan kegiatan, minat dan opini dari seseorang.

Menurut Betty Jackson dalam Japarianto (2011) Gaya hidup berbelanja adalah ekspresi tentang lifestyle dalam berbelanja yang mencerminkan perbedaan status sosial. Cara kita berbelanja akan mencerminkan status, martabat, dan kebiasaan. Gaya hidup berbelanja yang dimaksudkan adalah pada kategori fashion (pakaian). Penelitian yang dilakukan oleh Cobb dan Hoyer dalam Tirmizi et al., (2009) menyatakan bahwa gaya hidup berbelanja dapat diartikan sebagai perilaku seorang konsumen mengenai keputusan pembelian sebuah produk yang akan dihubungkan dengan tanggapan atau pendapat pribadi mereka, penelitian ini menunjukkan hubungan yang positif antara gaya hidup berbelanja dan perilaku pembelian impulsif.

Menurut Levy (2009) Gaya hidup berbelanja adalah gaya hidup yang mengacu pada bagaimana hidup seseorang, bagaimana dia bisa menghabiskan uang, waktu, dan kegiatan pembelian yang telah dilakukan, sikap dan pendapat mereka tentang dunia dimana mereka tinggal. Gaya hidup seseorang dalam membelanjakan uangnya tersebut untuk menjadikan sebuah sifat dan karakteristik baru seseorang.

Berdasarkan beberapa definisi gaya hidup berbelanja diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup berbelanja adalah sikap


(32)

14

seseorang untuk menggunakan waktu dan uang yang dimilikinya untuk keperluan berbagai macam produk maupun jasa yang didasari oleh beberapa hal.

3. Fashion involvement

Involvement adalah status motivasi yang menggerakkan dan mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat mereka membuat sebuah keputusan. Jika involvement suatu produk tinggi maka seseorang akan mengalami tanggapan pengaruh yang lebih kuat seperti emosi dan perasaan yang kuat (Setiadi, 2003). Dengan demikian involvement merupakan motivasi yang kuat dalam bentuk relevansi pribadi yang sangat dirasakan dari suatu produk dan jasa dalam konteks tertentu.

Fashion involvement mengacu pada involvement perhatian dengan kategori produk fashion. Fashion Involvement digunakan untuk memprediksi variabel tingkah laku yang berhubungan dengan produk pakaian, perilaku pembelian dan karakteristik konsumen (Japarianto, 2011).

Peter dan Olson dalam Pattipeilohy et al (2013) menyatakan : Pendapat ini juga mengungkapkan bahwa involvement dipahami sebagai persepsi konsumen atas pentingnya atau kesesuaian antara objek, event, atau aktivitas dimana konsumen melihat produk tersebut sesuai dengan karakteristik diri konsumen.


(33)

15

Fashion involvement menerangkan seberapa tinggi konsumen menganggap penting terhadap kategori produk fashion (pakaian) yang meliputi: Involvement produk, perilaku pembelian, dan karakteristik konsumen yang terbukti meningkatkan tendensi pengkonsumsian yang bersifat hedonis, bisa menumbuhkan emosi yang positif, dan perilaku pembelian tanpa direncanakan (impulse buying behavior), khususnya produk pakaian. Maksud dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa involvement merupakan rasa ketertarikan untuk terlibat lebih jauh terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan produk fashion dan konsumen merasa senang atas involvementnya tersebut, sehingga akhirnya mendorong sifat hedonis dalam pembelian produk fashion.

4. Perilaku Pembelian Impulsif

Menurut Rook dalam Kim (2003) Maksudnya bahwa perilaku pembelian impulsif dapat dideskripsikan sebagai perilaku yang spontan, intens, bergairah, kuatnya keinginan membeli dan biasanya konsumen mengabaikan konsekuensi dari pembelian yang dilakukan tersebut.

Perilaku konsumen yang menarik di dalam toko retail modern yaitu adanya perilaku pembelian impulsif atau yang biasa disebut pemasar dengan pembelian yang tidak direncanakan. Perilaku pembelian impulsif adalah bagian dari sebuah kondisi


(34)

16

yang dinamakan “unplanned purchase” atau pembelian yang tidak direncanakan yang kurang lebih adalah pembelanjaan yang terjadi ternyata berbeda dengan perencanaan pembelanjaan konsumen tersebut. Menurut Engel dan Blacwell dalam Hatane (2005)

“Pembelian impulsif adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan terlebih dahulu atau suatu keputusan pembelian

yang dilakukan pada saat berada didalam toko”.

Menurut penelitian Japarianto (2011), indikator yang digunakan untuk mengukur pembelian impulsif , yaitu: Spontanitas, Kekuatan, Kegairahan, dan ketidakpedulian.

Menurut Japarianto (2011) Spontanitas ialah pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, seiring sebagai respon terhadap stimulus visual yang langsung ditempat penjualan.

Menurut Japarianto (2011) Kekuatan, kompulsi, dan intensitas adalah motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika.

Menurut Japarianto (2011) Kegairahan dan stimulasi adalah desakan yang mendadak untuk membeli sesuatu seiring dengan emosi yang dicirikan sebagai “menggairahkan”, atau “liar”.


(35)

17

Menurut Japarianto (2011) Ketidakpedulian akan akibat ialah Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku pembelian impulsif adalah kebiasaan berbelanja seseorang tanpa perencanaan terhadap suatu produk maupun jasa.

Pembelian tidak direncanakan (impulse buying behavior) menurut Stern (1962) dalam Hodge (2004) dapat diklasifikasikan dalam empat tipe yaitu a) Planned impulse buying: Pembelian yang terjadi ketika konsumen membeli produk berdasarkan harga spesial dan produk-produk tertentu. b) Reminded impulse buying:

Pembelian yang terjadi karena konsumen tiba-tiba teringat untuk melakukan pembelian produk tersebut dengan demikian konsumen telah pernah melakukan pembelian sebelumnya atau pernah melihat produk tersebut dalam iklan. c) Suggestion impulse buying Pembelian yang terjadi pada saat konsumen melihat produk, melihat tata cara pemakaian atau kegunaannya dan mumutuskan untuk melakukan pembelian. Suggestion impulse buying dilakukan oleh konsumen meskipun konsumen tidak benar-benar membutuhkannya dan pemakaiannya masih akan digunakan pada masa yang akan datang. d) Pure impulse buying:Pembelian secara impulse yang dilakukan karena adanya luapan emosi dari


(36)

18

konsumen sehingga melakukan pembelian terhadap produk diluar kebiasaan pembeliannya.

Pada dasarnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor situasional, psikologis, marketing mix, dan sosial budaya. Faktor situasional meliputi lingkungan sosial, lingkungan fisik, dampak sementara, dan keadaan sebelumnya. Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi pembelajaran, sikap dan psikologiapik. Faktor marketing mix meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi, sedangkan faktor sosial dan budaya meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas, sosial dan budaya. (John Mowen dan Michael Minor, 2002) perspektif mengenai perilaku pembelian impulsive yang paling dasar berfokus pada faktor eksternal yang nantinya akan menyebabkan gejala tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif antara lain adalah harga, kebutuhan terhadap produk atau merek, distribusi massal, pelayanan terhadap diri sendiri, iklan, display toko yang mencolok, siklus hidup produk yang pendek, ukuran yang kecil dan kesenangan untuk mengoleksi.

Menurut Tjiptono (2008) menjelaskan bahwa ada delapan hasil riset tentang faktor penentu pembelian impulsif menghasilkan skala pengukuran yaitu :


(37)

19

a. Urgensi untuk membeli :

Menurut Tjiptono (2008) urgensi untuk membeli dipicu oleh konfrontasi visual dengan produk, akan tetapi hasrat berbelanja tidak selalu bergantung pada stimulasi.

b. Efek Positif (positive affect) :

Menurut Tjiptono (2008) Psikoanalisis yang menggambarkan kendali hasrat sebagai hal yang dibutuhkan secara sosial yang melahirkan prisip kepuasan yang mendorong gratifikasi yang segera, namun dinyatakan sebagai seorang yang bereaksi pada kecenderungan prinsip kenyataan terhadap kebebasan rasional.

c. Efek negatif (negative affect) :

Menurut Tjiptono (2008) Reaksi ataupun konsekuensi negatif yang diakibatkan dari kurang kendali terhadap hasrat dalam belanja dengan membiarkan hasrat berbelanja tersebut ke dalam masalah yang lebih besar, misalnya rasa penyesalan yang dikaitkan dengan masalah finansial, rasa kecewa dengan membeli produk berlebihan, dan hasrat berbelanja telah memanjakan rencana (non-keuangan).

d. Melihat-lihat toko :

Menurut Tjiptono (2008) Sebagian orang menganggap kegiatan belanja dapat menjadi alat untuk menghilangkan stress, dan kepuasan konsumen secara positif 40 berhubungan terhadap


(38)

20

dorongan hati untuk membeli atau belanja yang tidak direncanakan.

e. Kenikamatan berbelanja :

Menurut Tjiptono (2008) Sikap pembeli atau konsumen yang berhubungan dengan memperoleh kepuasan, mencari, bersenang dan bermain. Selain itu melakukan pembelian, diukur sebelum mengikuti perlakuan. Kesenangan berbelanja merupakan pandangan bahwa pembelian impulsif sebagai sumber kesenangan baru yang tiba-tiba pula.

f. Ketersediaan waktu :

Menurut Tjiptono (2008) Faktor-faktor internal yang terbentuk dalam diri seseorang akan menjadika suatu keyakinan bahwa lingkungan toko merupakan tempat yang menarik untuk menghabiskan waktu luang.

g. Ketersediaan uang :

Menurut Tjiptono (2008) Sebagian orang menghabiskan uang dapat mengubah suasana hati seseorang berubah secara signifikan, dengan kata lain uang adalah sumber kekuatan. h. Kecenderungan pembelian impulsif :

Menurut Tjiptono (2008) Tingkat kecenderungan partisipan berperilaku untuk membeli secara spontan dan tiba-tiba ingin membeli karena mengingat apa yang pernah dipikirkan, atau secara sugesti ingin membeli, atau akan direncanakan untuk


(39)

21

membeli. Beberapa penelitian memperlihatkan pengaruh keadaan suasana hati dan emosi konsumen terhadap perilaku pembelian impulsif.

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah penelitian Suhartini et al (2015) Penelitian ini menghasilkan kajian bahwa gaya hidup berbelanja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif di Matahari Departement Store di Kota Semarang.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Izzulhaq (2015). Hasil penelitian tersebut adalah Shopping Lifestyle mempunyai pengaruh yang dominan terhadap Impulse Buying pada mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang.

Untuk hubungan gaya hidup berbelanja dengan perilaku pembelian impulsif, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Andriyanto et al (2016) penelitian tersebut terdapat pengaruh secara bersama-sama variabel fashion involvement dan positive emotion yang mempengaruhi impulse buying.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Edwin Japarianto et al (2011) Hasil penelitian tersebut menunjukkan fashion involvement berpengaruh signifikan terhadap impulse buying behavior pada masyarakat high income Surabaya.


(40)

22

C. Kerangka Pemikiran dan Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh gaya hidup berbelanja dan fashion involvement secara simultan terhadap perilaku pembelian impulsif.

Menurut Levy (2009) gaya hidup berbelanja adalah gaya hidup yang mengacu pada bagaimana seseorang hidup, bagaimana mereka menghabiskan waktu, uang, kegiatan pembelian yang dilakukan, sikap dan pendapat mereka tentang dunia dimana mereka tinggal. Gaya hidup seseorang dalam membelanjakan uang tersebut menjadikan sebuah sifat dan karakteristik baru seorang individu. Involvement atau keterlibatan seseorang terhadap sesuatu adalah motif yang membuat seseorang tertarik atau ingin membeli suatu produk atau mengkonsumsi jasa yang ditawarkan karena dipajang maupun karena situasi yang memungkinkan. (O’Cass, dalam Emir Zakiar 2010). Secara umum konsep involvement adalah interaksi antara individu (konsumen) dengan objek (produk). Hasil penelitian terdahulu Suranta sembiring (2013) gaya hidup berbelanja dan fashion Involvement, maka akan diikuti pula oleh semakin tingginya perilaku pembelian impulsif. Maksudnya peningkatan atau penurunan gaya hidup berbelanja dan fashion involvement akan memberikan pengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif. Berdasarkan kajian empiris sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut. H1 : Gaya hidup berbelanja dan fashion involvement berpengaruh secara simultan terhadap perilaku pembelian impulsif.


(41)

23

2. Pengaruh gaya hidup berbelanjaterhadap perilaku pembelian impulsif. Gaya hidup berbelanja menurut Betty Jackson dalam Japarianto (2011), adalah ekspresi tentang lifestyle dalam berbelanja yang mencerminkan perbedaan status sosial. Cara kita berbelanja mencerminkan suatu status sosial, martabat, serta kebiasaan. Penelitian yang dilakukan oleh Cobb dan Hoyer dalam Tirmizi et al, (2009) menyatakan bahwa gaya hidup berbelanja diartikan sebagai perilaku seorang konsumen mengenai keputusan pembelian sebuah produk yang dihubungkan dengan tanggapan atau pendapat pribadi mereka, penelitian ini menunjukkan hubungan yang positif antara gaya hidup berbelanja dan perilaku pembelian impulsif. Dari hasil penelitian terdahulu yang di kemukakan oleh Suranta Sembiring (2013) terdapat pengaruh positif dan signifikan dari gaya hidup berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif. Berdasarkan kajian empiris sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut.

H2 : Gaya hidup berbelanja berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku pembelian impulsif.

3. Pengaruh fashion involvement terhadap perilaku pembelian impulsif. Fashion involvement dalah tingkat involvement individu terhadap produk yang berkaitan dengan tren pakaian terbaru (Pattipeilohy et al., 2013). Involvement dalam fashion merujuk pada ketertarikan terhadap kategori produk fashion seperti baju, tas, dan sepatu (Suranta, 2013). Fashion involvement merupakan involvement seorang individu dengan


(42)

24

sejumlah konsep yang berkaitan dengan fashion, kesadaran,pengetahuan, minat dan reaksi (Pentecost dan Andrews, 2010). Involvement yang tinggi terhadap produk, menyababkan konsumen membuat suatu keputusan untuk membeli (Sutisna, 2001). Dari hasil penelitian terdahulu yang di kemukakan oleh Marianty (2014) dan Vazifehdoost et al. (2014) terdapat pengaruh positif dan signifikan dari fashion involvement terhadap impulsive buying. Menurut hasil penelitian Japarianto dan Sugiharto (2012) dan Suranta (2013) disimpulkan bahwa fashion involvement secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif, hal ini berarti peningkatan atau penurunan variabel fashion involvement yang dilakukan responden memberikan pengaruh besar terhadap perilaku pembelian impulsif. Dari hasil penelitian Pattipeilohy et al. (2013), fashion involvement memiliki pengaruh secara langsung dan signifikan pada perilaku pembelian impulsif. Berdasarkan kajian empiris sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut.

H3 : Fashion involvement berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku pembelian impulsif.


(43)

25

D. Model Penelitian

H1

H2

H3

Gambar 2.2 Model Penelitian

Pada gambar 2.2 diatas menggambarkan bahwasannya apabila seseorang mempunyai perilaku gaya hidup dan fashion involvement yang tinggi maka perilaku pembelian impulsif akan tinggi pula, apabila seseorang mempunyai gaya hidup berbelanja maka dapat terjadinya perilaku pembelian impulsif, dan apabila gaya hidup berbelanja tinggi maka mempengaruhi perilaku pembelian impulsif yang akan meningkat. Sedangkan apabila seseorang mempunyai fashion involvement tinggi maka perilaku pembelian impulsive terjadi secara positif dan meningka

Gaya Hidup Berbelanja

(X1)

Fashion involvement (X2)

Perilaku Pembelian Impulsif


(44)

(45)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti akan membahas beberapa metode dalam penelitian, seperti objek dan subjek penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, identifikasi variabel, definisi operasional, pengujian kualitas instrument, dan metode analisis data.

A. Objek dan Subjek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu produk fashion (pakaian). Sedangkan subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

B. Populasi dan Sampel

Menurut Umar (2003) populasi adalah kumpulan elemen yang mempunyai karakteristik yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Menurut Umar (2003) sampel adalah bagian dari populasi. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalkan karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi.


(46)

27

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti untuk tujuan spesifik dan menjawab permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini, data primer dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden untuk memperoleh informasi dari responden.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah metode non probability sampling, dengan metode pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan (Sekaran, 2011).

Kriteria-kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu :

1. Responden adalah mahasiswa/i Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Responden adalah konsumen yang membeli produk fashion minimal 3x pembelian dalam 1 tahun.

Menurut Ferdinand (2006) menyatakan bahwa apabila ukuran sampel terlalu besar maka model menjadi sangat sensitif sehingga sulit untuk mendapatkan goodness of fit yang baik. Untuk disarankan ukuran sampel adalah 5-10 kali jumlah variabel (indikator) dari keseluruhan variabel laten. Dalam penelitian ini, jumlah indikator penelitian sebanyak 15 item, sehingga jumlah sampel yang digunakan minimum jumlah


(47)

28

indikator atau sebanyak 5 x 15 = 75 dan sampel maksimum adalah 10 x 15 = 150, maka dari itu penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 150.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah dengan memberikan kuesioner secara langsung kepada responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono 2014).

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional merupakan definisi variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau sebuah fenomena (Hidayat 2007)


(48)

29

Tabel 3.1.

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Sumber

Indikator Gaya Hidup

Berbelanja

Gaya hidup berbelanja adalah gaya hidup yang mengacu pada

bagaimana hidup seseorang, bagaimana dia bisa menghabiskan uang, waktu, dan

kegiatan pembelian yang telah dilakukan, sikap dan pendapat mereka tentang dunia dimana mereka tinggal. Gaya hidup seseorang dalam membelanjakan uangnya tersebut untuk

menjadikan sebuah sifat dan karakteristik baru seseorang. (Levy, 2009)

1. Konsumen akan berbelanja produk yang ditawarkan melalui media iklan. 2. Konsumen akan tertarik berbelanja dengan model yang update.

3. Produk dengan merek yang terkenal akan digemari.

4. Konsumen berbelanja produk dengan kualitas terbaik.

5. Konsumen akan berbelanja lebih dari satu merek. Nasir (2016) Fashion Involvement Fashion Involvement adalah keterlibatan seseorang dengan suatu produk fashion

(aksesoris) karena kebutuhan, nilai dan ketertarikan seseorang terhadap produk tersebut (Prastia, 2013)

1.Fashion dengan model terbaru akan digemari.

2.Fashion dengan model yang berbeda dari yang lain akan sangat dicari dan disenangi.

3.Fashion adalah hal terpenting yang mendukung aktivitas seseorang.

4.Fashion dapat menunjukkan

karakteristik seseorang 5.Fashion dapat menunjukkan status sosial seseorang. 6.Fashion dapat mempengaruhi tingkat gengsi seseorang.


(49)

30

Variabel Definisi Indikator Sumber

Indikator Perilaku

Pembelian Impulsif

Perilaku impulse buying adalah perilaku

seseorang dengan spontan, intens, bergairah, kuatnya keinginan membeli dan biasanya pembeli mengabaikan konsekuensi dari pembelian yang dilakukan (Kim, 2003)

1. Konsumen akan membeli produk apabila terdapat tawaran khusus 2. Konsumen akan berbelanja tanpa berfikir panjang terlebih dahulu. 3. Konsumen cenderung terobsesi membelanjakan uang baik sebagian maupun seluruhnya untuk berbelanja. 5. Setelah memasuki shopping center konsumen cenderung berbelanja.

Nasir (2016)

G. Pengujian Kualitas Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan sejauh mana alat ukur yang digunakan untuk mengukur derajat ketetapan dalam penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Uji validitas yang akan akan digunakan ialah uji validitas konstruk (construct validity) yang nantinya akan menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan ukuran cocok dengan teori yang mendasari desain tes (Sekaran, 2011). Tingkat validitas kuesioner diukur berdasarkan koefisien validitas yang dalam hal ini menggunakan koefisien korelasi pearson correlation. Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item pernyataan setiap variabel dengan skor total variabel yang bersangkutan dengan menggunakan rumus pearson correlation (Azwar, 2001).


(50)

31

Dikatakan valid apabila signifikan (ɑ) < 5% atau <0,05 (Sekaran, 2011). Indikator pertanyaan valid dari tampilan output IBM SPSS Statistik pada tabel correlation dengan melihat sig. (2-tailed). Pengujian validitas instrument diolah dengan menggunakan program software IBM SPSS Statistik 21.0.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan pengujian yang menunjukkan sejauhmana stabilitas dan konsistensi dari alat pengukur yang digunakan, sehingga memberikan hasil yang relatif konsisten jika pengukuran tersebut diulangi. Pengukuran reliabilitas ini didasarkan pada indeks numerik yang disebut koefisien. Dalam penelitian, pengujian kualitas data yang sering dilakukan adalah uji reliabilitas untuk reliabilitas konsistensi internal, dimana konsep ini menekankan pada konsistensi internal, dimana konsep ini menekankan pada konsistensi butir-butir pertanyaan dalam satu instrumen (Sekaran, 2011). Instrumen pertanyaan reliabel jika nilai cronbach alpha >0,6 atau >60% (Sekaran, 2011). Pengujian reliabilitas diolah dengan menggunakan software IBM SPSS Statistik 21.0.

H. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolonieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas (independen). Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Ghozali, 2001). Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas yaitu


(51)

32

dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel bebas dan dapat juga dilihat pada nilai tolerance serta nilai Variance Inflation Factor (VIP). Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka dapat dikatakan bahwa terbebas dari multikolinearitas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu ke pengamatan lain tutup, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terdapat homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2005)

Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas, yakni variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain bersifat tetap (Ghozali 2006 dalam Mahesa 2010). Jika nilai probabilitasnya > nilai alpha (0,05) maka model tidak mengandung unsur heteroskedastisitas, atau

t hitung ≤ t tabel (0,05).

3. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan sebagai persyaratan untuk melakukan analisis data. Uji normalitas dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji


(52)

33

normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam satu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data distribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan normal, apabila nilai signifikan lebih besar 0,05 pada (P>0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 pada (P<0,05), maka data dikatakan tidak normal. (Sugiono, 2013)

I. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis 1. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis Regresi Linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi berganda adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan perilaku pembelian impulsif terhadap mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Rumus yang digunakan Y = βo + β1X1 +

β2X2 (Ghazali, 2004).

Keterangan:

Y = Perilaku pembelian impulsif

β0 = Konstanta


(53)

34

X1 = Gaya hidup berbelanja

X2 = Fashion involvement

2. Pengujian secara Simultan dengan uji serempak (Uji F)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variasi variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan variabel tergantungnya. Dapat juga diartikan apabila model regresi linier berganda yang digunakan sesuai atau tidak.

Teknik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui apakah secara simultan, koefisien regresi variabel bebas mempunyai pengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat, maka dilakukan uji hipotesis.

Pengujian secara serentak adalah untuk mengetahui secara serentak koefisien regresi variabel bebas mempunyai pengaruh atau tidak terhadap tidak variabel bebas.

Dengan menggunakan df = n – k – 1

k = Jumlah variabel independen

n = Banyak sampel

R = Korelasi berganda

Uji F merupakan pengujian hipotesis untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan k menyatakan


(54)

35

banyak variabel bebas dan n = ukuran sampel, statistik F ini berdistribusikan F dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1).

H0 : b1 – b2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hı : bı ≠ b2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh secara bersama-sama

dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujian sebagai berikut :

1) Signifikan apabila p value < α (0,05) berarti ada pengaruh secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

2) Tidak signifikan apabila p value ≥ α (0,05) berarti tidak ada pengaruh

secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

3. Analisis Koefisien Determinasi (R²)

Pada linier berganda ini, akan dilihat besarnya konstribusi untuk variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R²). Jika (R²) yang diperoleh mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. 4. Pengujian Regresi secara Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui


(55)

36

apakah ada pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hipotesa yang digunakan dalam pengujian ini adalah :

Ho : bo = 0, variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Hı : bı ≠ 0, variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel terikat.

Kriteria pengujian sebagai berikut :

1) Signifikan apabila p value < α (0,05), berarti ada pengaruh parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen.

2) Tidak signifikan apabila p value ≥ α (0,05), berarti tidak ada pengaruh


(56)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah produk fashion yang lebih tepatnya yaitu pakaian. Di era sekarang ini berbagai macam produk fashion yang masuk di kota Yogyakarta dari berbagai macam daerah baik dalam maupun luar negeri disitulah yang membuat banyaknya toko maupun butik yang berlomba lomba untuk menjual produk yang digemari oleh konsumen.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini ialah adalah mahasiswa/i Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh 150 reponden.

Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan pengambilan kuesioner. Tabel 4.1

Tingkat Pengambilan Kuesioner

Jumlah kuesioner yang disebar 150 Jumlah kuesioner yang kembali 150 Tingkat Pengembalian kuisioner yang dapat digunakan 100%

Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini disebarkan 150 kuesioner pada 150 responden, pada hasilnya penyebaran kuesioner sebanyak 150 dan berhasil terkumpul 150 kuesioner (100%). Kuesioner tersebut lengkap dengan baik dan layak


(57)

38

dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 150 kuesioner. Metode pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh 150 responden dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, program studi, fakultas, mahasiswa angkatan dan propinsi asal.

a. Jenis Kelamin

Informasi mengenai jenis kelamin dalam penelitian ini merupakan salah satu hal yang sangat penting karena dapat mempengaruhi kebutuhan sehingga akan berpengaruh pada perilaku pembelian impulsif. Tabel berikut menyajikan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.2 Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase

1 Pria 60 40%

2 Wanita 90 60%

Total 150 100%

Hasil penelitian karakteristik berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa responden mahasiswa/i Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yaitu 60 orang (40%) adalah pria sedangkan jumlah responden wanita yaitu 90 orang (60%) dari total keseluruhan 150 responden. Hal tersebut menunjukkan bahwa wanita memiliki aktivitas pembelian impulsif lebih besar dibandingkan pria. Tabel berikut menampilkan distribusi responden dengan berdasarkan jenis kelamin.


(58)

39

b. Fakultas

Dalam penelitian ini informasi mengenai fakultas adalah informasi yang sangat penting. Hal ini dikarenakan perbedaan umum pada setiap konsumen atau secara khususnya masing-masing responden akan mengetahui sikap dalam melakukan keputusan pembelian.

Tabel 4.3

Kategori Fakultas Responden

No Fakultas Jumlah Presentase

1 FEB 38 25%

2 FISIPOL 30 20%

3 FKIK 28 19%

4 FP 19 13%

5 FH 10 7%

6 FP 7 4%

7 FAI 8 5%

8 FPB 10 7%

TOTAL 150 100%

Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa untuk kategori Fakultas responden yang terbanyak adalah dari FEB sebanyak 38 (25%), diikuti dengan responden dari FISIPOL sebanyak 30 (20%). Proporsi demikian menunjukkan adanya distribusi kategori Fakultas. Hal ini disebabkan karena pada kategori Fakultas biasanya seseorang mengikuti kebutuhan dan kebiasaan gaya hidup dari lingkungan Fakultas. c. Program Studi

Salah satu informasi yang tidak kalah penting dalam penggolongan responden ini adalah program studi. Program studi juga berkaitan dengan


(59)

40

perilaku mahasiswa, sedangkan perilaku mahasiswa juga mempunyai hubungan dengan perilaku pembelian impulsif. Deskripsi responden mengenai program studi adalah sebagai berikut .

Tabel 4.4

Kategori Program Studi Responden

No Fakultas Jumlah Presentase

1 Manajemen 16 11%

2 Akuntansi 14 9%

3 Ilmu Ekonomi 8 5%

4 Hubungan Internasional 15 10% 5 Ilmu Pemerintahan 9 6% 6 Ilmu Komunikasi 6 4% 7 Pendidikan Dokter 16 11% 8 Pendidikan Dokter Gigi 6 4%

9 Farmasi 2 1%

10 Ilmu Keperawatan 4 3%

11 Agribisnis 14 9%

12 Agroteknologi 5 3%

13 Ilmu Hukum 10 8%

14 Ekonomi Keuangan dan Perbankan islam

5 4%

15 Pendidikan Agama Islam 2 1% 16 Pendidikan Bahasa Inggris 6 4% 17 Pendidikan Bahasa Arab 2 1%

18 Teknik Sipil 6 4%

19 Teknik Elektro 2 1%

20 Teknik Mesin 2 1%

Total 150 100%

Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah program studi Manajemen dan Pendididkan dokter yaitu sama-sama sebanyak 16 orang (11%), diikuti oleh responden dari program studi Hubungan Internasional 15 orang (10%).


(60)

41

d. Mahasiswa Angkatan

Salah satu informasi yang penting juga yaitu mengenai mahasiswa angkatan. Mahasiswa angkatan bisa jadi pemacu perilaku pembelian impulsif karena sifat yang semakin dewasa maka mahasiswa juga ingin menampilkan pakaian yang sesuai dengan selera. Deskripsi mengenai mahasiswa angkatan memang perlu untuk diketahui. Berikut ini deskripsi berdasarkan angkatan mahasiswa.

Tabel 4.5

Kategori Angkatan Mahasiswa

No Angkatan Mahasiswa Jumlah Presentase

1 2012 10 7 %

2 2013 60 40 %

3 2014 32 21 %

4 2015 20 13 %

5 2016 28 19 %

Total 150 100 %

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah mahasiswa angkatan 2013 dengan jumlah 60 orang (40%), kemudian diikuti responden angkatan 2014 dengan jumlah 32 orang (21%). Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi tingkatan maka semakin tinggi pula kebutuhan produk fashion yang digunakan.

e. Propinsi Asal

Dalam penelitian ini informasi mengenai propinsi asal sangat penting. Hal ini dikarena responden berasal dari beragam daerah dan secara otomatis mempunyai kebudayaan ataupun gaya hidup tersendiri yang menyebabkan sikap dalam pembelian impulsif.


(61)

42

Tabel 4.6

Kategori Propinsi Asal

No Propinsi Asal Jumlah Presentase

1 Banten 4 3%

2 DKI Jakarta 5 3%

3 Jawa Barat 18 12%

4 Jawa Tengah 26 18%

5 Jawa Timur 12 8%

6 Sulawesi Selatan 5 3% 7 Maluku Utara 3 2%

8 Papua Barat 2 1%

9 Kalimantan Tengah 12 8% 10 Kalimantan Timur 8 6% 11 Kalimantan Barat 7 5%

12 Riau 13 9%

13 Bangka Belitung 3 2%

14 Lampung 2 1%

15 Bali 5 3%

16 NTB 5 3%

17 D.I Yogyakarta 20 14%

Total 150 100%

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa propinsi asal responden yang terbanyak ialah propinsi Jawa Tengah sebanyak 26 orang (18%), kemudian diikuti dengan propinsi asal responden dari D.I Yogyakarta sebanyak 20 orang (14%). Hal tersebut menunjukkan bahwa di Propinsi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta memiliki aktivitas pembelian produk fashion yang tinggi dibandingkan dengan Propinsi lainnya.


(62)

43

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Validitas

Validitas merupakan pengujian yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur yang kita gunakan mampu mengukur apa yang ingin kita ukur dan bukan mengukur yang lain.

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas

Pernyataan Hasil Uji Validitas Keterangan

SL1 ,000 VALID

SL2 ,000 VALID

SL3 ,000 VALID

SL4 ,000 VALID

SL5 ,000 VALID

FI1 ,000 VALID

FI2 ,000 VALID

FI3 ,000 VALID

FI4 ,000 VALID

FI5 ,000 VALID

FI6 ,000 VALID

IB1 ,000 VALID

IB2 ,000 VALID

IB3 ,000 VALID

IB4 ,000 VALID

Sumber : Lampiran 1

Pada tabel 4.7 tersebut terlihat masing-masing nilai sig. (2 tailed) bernilai 0,000 untuk pertanyaan no 1 sampai dengan pertanyaan no 15, sehingga 0,000<0,05 sehingga masing-masing item pertanyaan pada semua variabel dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Tujuan dari pengujian reliabilitas ini adalah untuk menguji apakah kuesioner yang dibagikan kepada responden benar-benar dapat diandalkan sebagai alat pengukur. Pengujian ini hanya dilakukan pada


(63)

44

butir-butir pertanyaan yang sudah di uji validitasnya dan telah dinyatakan butir yang valid. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas item digunakan rumus Alpha Cronbach’s. Suatu instrument dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach's Alpha > 0,6 (Hair et al., 2005).

Hasil yang diperoleh dari pengujian kualitas instrumen dengan uji reliabilitas dengan SPSS dapat dilihat pada tabel 4. berikut ini :

Tabel 4.8 Uji Reliabilitas Variabel Koefisien

Cronbach Alpha

Keterangan Gaya Hidup Berbelanja 0.745 Reliabel Fashion involvement 0. 851 Reliabel Perilaku Pembelian Impulsif 0.747 Reliabel Sumber : Lampiran 2

Hasil uji reliabilitas menunjukkan semua variabel dalam penelitian memiliki nilai koefisien Cronbach Alpha > 0,6, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.

C. Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik ialah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda. Pengujian asumsi klasik adalah suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan bebas dari kesalahan pengganggu yang dapat mempengaruhi hasil penelitian tersebut. Adapun uji asumsi klasik yang dipakai dalam


(64)

45

penelitian ini adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolineritas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi variabel dependen dan variabel independen berdistribusi secara normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan analisis grafik maupun uji statistik Ghozali (2012). Uji normalitas dengan menggunakan grafik dapat mengakibatkan kesalahan penafsiran apabila tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu, dianjurkan uji grafik dilengkapi dengan uji statistik Novita (2010). Dalam penelitian ini digunakan analisis statistik dengan menggunakan uji statistik non parametrik kolmogrov smirnov (K-S). Hasil uji normalitas ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.9 Uji Normalitas

Unstandardized Residual

N 150

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 1,39136979 Most Extreme Differences Absolute ,81 Positive ,81 Negative -,065 Test Statistic ,81 Asymp. Sig. (2-tailed) ,18c


(65)

46

Dari Tabel 4.9 dapat diketahui nilai asymp.sig.(2-tailed) sebesar 0,18 dimana nilai tersebut berada diatas nilai signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis statistik tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Suatu asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) yang muncul dalam regresi adalah homoskedastisitas, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varian yang sama. Hasil uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Uji Heteroskedastisitas

Variabel Sig Batas Keterangan

Gaya Hidup Berbelanja 0.443 >0,05 Tidak terjadi heteroskedasitas Fashion involvement 0.256 >0,05 Tidak terjadi

heteroskedasitas Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas lebih besar dari 5%, dengan demikian variabel yang diajukan dalam penelitian tidak terjadi heteroskedasitas.

3. Uji Multikolineartias

Uji multikolinieritas digunakan untuk menganalisis korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik apabila tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,


(66)

47

maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antara sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi apakah ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam regresi dapat dilihat berdasarkan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance >0,10 atau VIF < 10, maka tidak terdapat multikolinieritas antar variabel independen. Hasil pengujian asumsi multikolinieritas dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 4.11 Uji Multikolineartias

Variabel Tolerance VIF Keterangan Gaya Hidup Berbelanja 0.984 1.016 Tidak terjadi

multikolinieritas Fashion involvement 0.984 1.016 Tidak terjadi

multikolinieritas Sumber : Lampiran 5

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai tolerance value > 0,10atau nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.

D. Hasil Penelitian

1. Analisis Deskriptif Jawaban Responden Tabel 4.12

Tanggapan Responden Mengenai Variabel Gaya Hidup Berbelanja

N o

Indikator Mean

1 Berbelanja pakaian melalui iklan. 4.11 2 Berbelanja pakaian model terbaru. 4.17 3 Membeli pakaian merek terkenal. 4.11 4 Berbelanja pakaian dengan kualitas terbaik. 4.13 5 Berbelanja pakaian lebih dari satu merek 4.28


(67)

48

Berdasarkan tabel 12, dapat dilihat bahwa jumlah tanggapan jawaban responden mengenai variabel gaya hidup berbelanja tertinggi yaitu pada pertanyaan no 5, yang menyatakan bahwa saya cenderung berbelanja pakaian lebih dari satu merek pakaian. Tanggapan jawaban responden mengenai variabel gaya hidup berbelanja diantara ke 5 pertanyaan no 3 memiliki rata-rata paling sedikit dibandingkan dengan pertanyaan gaya hidup berbelanja lainnya.

Tabel 4.13

Tanggapan Responden Mengenai Variabel Fashion involvement

No Indikator Mean

1 Model fashion terbaru sangat digemari. 3.06 2 Model fashion yang unik sangat disenangi. 3.00 3 Fashion mendukung aktivitas seseorang. 3.05 4 Fashion menunjukkan karakteristik . 3.93 5 Fashion menunjukkan status sosial. 3.97 6 Fashion mempengaruhi tingkat gengsi. 4.06

Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan tabel 4.13, dapat dilihat bahwa jumlah tanggapan jawaban responden mengenai variabel fashion involvement tertinggi yaitu pada pertanyaan no 1, yang menyatakan bahwa fashion dengan model terbaru akan sangat digemari. Tanggapan jawaban responden mengenai variabel keterlibatan fashion diantara ke 6 pertanyaan no 6 memiliki rata-rata paling sedikit dibandingkan dengan pertanyaan fashion involvement lainnya.


(68)

49

Tabel 4.14

Tanggapan Responden Mengenai Variabel Perilaku Pembelian Impulsif

Sumber : Lampiran 8

Berdasarkan tabel 4.14, dapat dilihat bahwa jumlah tanggapan jawaban responden mengenai variabel perilaku pembelian impulsif tertinggi yaitu pada pertanyaan no 4, yang menyatakan bahwa saya cenderung memasuki toko fashion ketika memasuki shopping center. Tanggapan jawaban responden mengenai variabel perilaku pembelian impulsif diantara ke 4 pertanyaan no 1 memiliki rata-rata paling sedikit dibandingkan dengan pertanyaan perilaku pembelian impulsif lainnya.

2. Analisis Regresi Berganda

Untuk menguji gaya hidup berbelanja dan fashion involvement terhadap perilaku pembelian impulsif digunakan analisis regresi linier berganda. Dalam model analisis regresi linier berganda akan diuji secara simultan (uji F) maupun secara parsial (uji t).

Ringkasan hasil analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

No Indikator Mean

1 Berbelanja fashion apabila ada tawaran khusus 4.19 2 Berbelanja dengan spontanitas 4.27 3 Membelanjakan sebagian uang untuk produk fashion 4.18 4 Masuk toko fashion ketika di shopping center 4.31


(69)

50

Tabel 4.15

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Variabel

Standar

Koefisien t hitung Sig t Keterangan Gaya Hidup

Berbelanja

0.433 6.017 0.000 Signifikan Fashion

involvement

0.315 4.376 0.000 Signifikan F hitung 24.795

Sig F 0.000 R square 0.242

Variabel dependen Perilaku Pembelian Impulsif Sumber : Lampiran 8

Berdasarkan data yang ada pada tabel di atas yakni hasil olahan data regresi, maka diperoleh persamaan regresi yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Y = 0,433 X1 + 0,315 X2 + e

a. Uji Regresi Simultan (uji F)

Berdasarkan Regresi Simultan, diperoleh nilai F-hitung sebesar 24,795 dengan probabilitas (p) = 0,000. Berdasarkan ketentuan uji F dimana nilai probabilitas (p) < 0,05, dapat disimpulkan bahwagaya hidup berbelanja dan fashion involvement secara simultan berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif.

b. Uji Regresi Parsial (uji t) 1.) Gaya hidup berbelanja

Berdasarkan uji regresi parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 6.017. Variabel gaya hidup berbelanja (X1) berpengaruh positif


(70)

51

terhadap perilaku pembelian impulsif (Y) dengan koefisien sebesar 0.322 dan sig sebesar 0.000. Hal ini berarti jika kebutuhan gaya hidup berbelanja mengalami peningkatan maka perilaku pembelian impulsif juga akan meningkat. Berdasarkan hasil olahan data diperoleh nilai Sig yaitu 0.000 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan karena 0.000 < 0.05. Hal ini berarti Hipotesis dua (H2) diterima, yaitu gaya hidup berbelanja berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.

2.) Fashion Involvement

Berdasarkan uji regresi parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 4.375. Variabel fashion involvement (X2) berpengaruh positif terhadap perilaku pembelian impulsif (Y) dengan koefisien sebesar 0.126 dan Sig sebesar 0.000. Hal ini berarti jika kebutuhan fashion involvement mengalami peningkatan maka perilaku pembelian impulsif juga akan meningkat. Berdasarkan hasil olahan data diperoleh nilai Sig yaitu 0.000 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan karena 0.000 < 0.05. Hal ini berarti Hipotesis tiga (H3) diterima, yaitu fashion involvement berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.

2.) Koefisien Determinasi (R2)

Besar pengaruh gaya hidup berbelanja dan fashion involvement secara simultan terhadap perilaku pembelian impulsif ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,242. Artinya, 24,2% perilaku


(71)

52

pembelian impulsif dipengaruhi oleh gaya hidup berbelanja dan fashion involvement.

E. Pembahasan

a. Pengaruh gaya hidup berbelanja dan fashion involvement terhadap perilaku pembelian impulsif.

Dari hasil uji F yang terdapat pada tabel 15 dapat dilihat bahwa gaya hidup berbelanja dan fashion involvement berpengaruh secara simultan terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hal ini terbukti dari nilai signifikansi kurang dari 0,05

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yuniar Indah Suhartini dkk (2015) yang menunjukkan bahwa shopping lifestyle dan fashion involvement berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying behavior.

b. Pengaruh gaya hidup berbelanja terhadapperilaku pembelian impulsif. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial gaya hidup berbelanja berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Menurut Japarianto (2011) shopping lifestyle adalah ekspresi tentang lifestyle dalam berbelanja yang mencerminkan perbedaan status sosial. Cara kita berbelanja mencerminkan status, martabat, dan kebiasaan. shopping lifestyle yang dimaksud adalah pada kategori fashion


(1)

63

Fashion involvement

FI1 FI2 FI3 FI4 FI5 FI6 TFI

FI1 Pearson

Correlation 1 ,856

**

,849** ,348** ,332** ,333** ,887**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 150 150 150 150 150 150 150

FI2 Pearson

Correlation ,856

** 1 ,778** ,363** ,313** ,363** ,871**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 150 150 150 150 150 150 150

FI3 Pearson

Correlation ,849

**

,778** 1 ,404** ,332** ,335** ,876**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 150 150 150 150 150 150 150

FI4 Pearson

Correlation ,348

** ,363** ,404** 1 ,687** ,479** ,646**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 150 150 150 150 150 150 150

FI5 Pearson

Correlation ,332

**

,313** ,332** ,687** 1 ,550** ,618**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 150 150 150 150 150 150 150

FI6 Pearson

Correlation ,333

** ,363** ,335** ,479** ,550** 1 ,590**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 150 150 150 150 150 150 150

TFI Pearson

Correlation ,887

**

,871** ,876** ,646** ,618** ,590** 1 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 150 150 150 150 150 150 150


(2)

IB1 IB2 IB3 IB4 TIB

IB1 Pearson Correlation 1 ,445** ,436** ,373** ,739**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000

N 150 150 150 150 150

IB2 Pearson Correlation ,445** 1 ,444** ,504** ,793**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000

N 150 150 150 150 150

IB3 Pearson Correlation ,436** ,444** 1 ,352** ,738**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000

N 150 150 150 150 150

IB4 Pearson Correlation ,373** ,504** ,352** 1 ,748**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000

N 150 150 150 150 150

TIB Pearson Correlation ,739** ,793** ,738** ,748** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000

N 150 150 150 150 150


(3)

65

Lampiran 3

Hasil Uji Reliabilitas

Reliabilitas Gaya Hidup Berbelanja

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,740 5

Reliabilitas Fashion involvement

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,851 6

Reliabilitas Perilaku Pembelian Impulsif

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(4)

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 150

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 1,39136979

Most Extreme Differences Absolute ,081

Positive ,081

Negative -,065

Test Statistic ,81

Asymp. Sig. (2-tailed) ,18c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(5)

67

Lampiran 5

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) ,040 ,871 ,046 ,963

TSL ,027 ,035 ,064 ,769 ,443 ,984 1,016

TFI ,021 ,019 ,094 1,141 ,256 ,984 1,016

a. Dependent Variable: IMPULSE

Lampiran 6

Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 7,617 1,336 5,703 ,000

TSL ,322 ,054 ,433 6,017 ,000 ,984 1,016

TFI ,126 ,029 ,315 4,379 ,000 ,984 1,016


(6)

Uji Regresi Simultan (Uji F)

Lampiran 8

Uji Regresi Parsial (uji t)

Lampiran 9

Koefisien Determinasi (R²)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,502a ,252 ,242 1,401 1,881

a. Predictors: (Constant), FASHION,SHOPPING b. Dependent Variable: IMPULSE

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 97,309 2 48,655 24,795 ,000b

Residual 288,451 147 1,962

Total 385,760 149

a. Dependent Variable: IMPULSE

b. Predictors: (Constant), FASHION,LIFESTYLE

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 7,617 1,336 5,703 ,000

TSL ,322 ,054 ,433 6,017 ,000 ,984 1,016

TFI ,126 ,029 ,315 4,379 ,000 ,984 1,016