Pengaruh Fashion Involvement dan In-Store Shopping Environment terhadap Pembelian Impulsif

(1)

PENGARUH FASHION INVOLVEMENT DAN IN-STORE

SHOPPING ENVIRONMENT TERDAHAP

PEMBELIAN IMPULSIF

(Survey Pada Konsumen Batik Manonjaya di Bandung)

The Influence of Fashion Involvement and In-Store Shopping Environment to Impulsive Buying

(Costumer Survey at Batik Manonjaya in Bandung )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam menempuh Jenjang S1

Program Studi Manajemen

Disusun Oleh : Andri Supriadi

21209090

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

2013


(2)

(3)

SURAT KETERANGAN

PENYERAHAN

HAK

EKSKLUSIF

Yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat penelitian, be,rs{ia

menyatakan:

I

"Bahwa hasil penelitian ini dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kepemtingan riset dan pendidikan".

Bandung 09 Septe'mb er 2Al3

Andri Surriadi NIM.21209AX)

Mengetahui,

Pemtimbing

Catatan:

Kecuali BAB IV dan BAB V Data Perusahaan dan Kesimpulan Tidak Untuk Di onlinekan, dengan alasan dalam kedua bab tersebut terdapat pengolahan data yang dilakukan penulis dan hanya digunakan untuk penelitian ilmiah pe,lrulis.

Penulis

,e

Perusahaan,


(4)

xiv

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

MOTTO ... iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR TABEL ... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxv BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 1.2.1 Identifikasi Masalah ... 1.2.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...

1.3.1 Maksud Penelitian ... 1.3.2 Tujuan Penelitian ... 1.4 Kegunaan Penelitian ... 1.5 Waktu dan Tempat Penelitian ...

1 7 7 8 8 8 8 9 10


(5)

xv

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka ... 2.1.1 Fashion Involvement ...

2.1.1.1 Indikator Fashion Involvement ... 2.1.2 In-Store Shopping Environment ... 2.1.2.1 Indikator In-Store Shopping Environment ... 2.1.3 Pembelian Impulsif ... 2.1.3.1 Pengertian Impulsif ... 2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelian Impulsif .. 2.1.3.3 Indikator Pembelian Impulsif ... 2.2 Kerangka Pemikiran ...

2.2.1 Keterkaitan antar variabel yang terdiri dari Fashion Involvement, In-Store Shopping Environment dan Pembelian

Impulsif ………

2.2.1.1 Hubungan antar Fashion Involvement terhadap

Pembelian Impulsif ………..………

2.2.1.2 Hubungan antar In-Store Shopping Environment terhadap Pembelian Impulsif ………... 2.3 Hipotesis ...

Halaman 12 12 15 17 21 22 24 25 26 28

29

29

31 33


(6)

xvi

3.2 Metode Penelitian …………... 3.2.1 Desain Penelitian ………... 3.2.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ………... 3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ……… 3.2.3.1 Sumber Data Penelitian ……… 3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ………... 3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ………..

3.2.4.1 Uji Validitas ………. 3.2.4.2 Uji Realibilitas ………. 3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis ………...

3.2.5.1 Rancangan Analisis ………...……….. 3.2.5.1.1 Analisis Deskriptif (Kuantitatif) ...…..……….. 3.2.5.1.2 Analisis Verivikatif (Kuantitatif) ……….. 3.2.5.2 Uji Hipotesis ………...

35 36 40 44 44 45 47 48 51 54 54 54 56 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ...

65 65 66


(7)

xvii

4.1.3 Job Description ... 4.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 4.2 Karakteristik Responden ...

4.2.1 Identitas Responden Berdasarkan Status Pelanggan di Manonjaya Batik Center Bandung ……… 4.2.2 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan pelanggan di

Manonjaya Batik Center Bandung ………... 4.2.3 Identitas Responden Berdasarkan Penghasilan Pelanggan di

Manonjaya Batik Center Bandung ……… 4.2.4 Identitas Responden Batik Mengenai Frekuensi Kunjungan

Pelanggan di Manonjaya Batik Center Bandung ………. 4.3 Analisis Deskriptif ...

4.3.1 Analisis Deskriptif Fashion Involvement ………

4.3.1.1 Tanggapan Responden Terhadap Karakteristik Konsumen ……… 4.3.1.1.1 Model Yang Terbaru (Trend) ……… 4.3.1.1.2 Fashion Mendukung Aktifitas ... 4.3.1.1.3 Berbeda Dengan Yang Lain ... 4.3.1.1.4 Pakaian Menunjukan Karakter ... 4.3.1.2 Tanggapan Responden Terhadap Pengetahuan Tentang

Fashion ………...

4.3.1.2.1 Pengetahuan Tentang Fashion ...

Halaman 67 70 71 71 73 74 76 77 77 78 78 79 80 81 83 84


(8)

xviii

4.3.1.3 Tanggapan Responden Terhadap Perilaku Pembelian …. 4.3.1.3.1 Mencoba Sebelum Membelinya ... 4.3.1.3.2 Mengetahui adanya fashion terbaru ... 4.3.2 Analisis Deskriptif In-Store Shopping Environment …………... 4.3.2.1 Tanggapan Responden Terhadap Aspek Lingkungan Sosial ……… 4.3.2.1.1 Mempengaruhi Untuk Memasuki Toko ……… 4.3.2.1.2 Iklan Di Sebuah Toko ………... 4.3.2.2 Tanggapan Responden Terhadap Aspek Lingkungan

Fisik ……….. 4.3.2.2.1 Interior Toko ... 4.3.2.2.2 Suasana Terasa Nyaman ... 4.3.3 Analisis Deskriptif Pembelian Impulsif………...

4.3.3.1 Tanggapan Responden Terhadap Tawaran Khusus ……. 4.3.3.2 Tanggapan Responden Terhadap Model Terba ………... 4.3.3.3 Tanggapan Responden Terhadap Tanpa Berfikir Saat

Membeli ………... 4.3.3.4 Tanggapan Responden Terhadap Langsung Memasuki

Toko ... 4.3.3.5 Tanggapan Responden Terhadap Terobsesi Belanja …...

87 87 88 93 93 93 94 97 97 98 103 103 105 106 108 110


(9)

xix

4.3.3.6 Tanggapan Responden Terhadap Cenderung Membeli Produk Fashion Walaupun Tidak Membutuhkan ……… 4.4 Analisis Verifikatif ...

4.4.1 Pengaruh Fashion Involvement dan In-Store Shopping Environment Terhadap Pembelian Impulsif pada Manonjaya Batik Center Bandung ……….. 4.4.2 Persamaan Regresi Linier Berganda ……… 4.4.3 Analisis Korelasi Berganda ………. 4.4.3.1 Analisis Korelasi Parsial Antara Fashion Involvement

dengan Pembelian Impulsif ………

4.4.3.2 Analisis Korelasi Parsial Antara In-Store Shopping Environment dengan Pembelian Impulsif ………

4.4.4 Analisis Koefisien Determinasi ………... 4.4.5 Pengujian Hipotesis ………. 4.4.5.1 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ………….. 4.4.5.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ………... 4.4.5.2.1 Pengujian X1 (Fashion Involvement) ………... 4.4.5.2.2 Pengujian X2 (In-Store Shopping

Environment) ………...

Halaman

112 115

115 116 119

120

121 123 125 125 127 127


(10)

xx

5.2 Saran ... 133 DAFTAR PUSTAKA


(11)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH FASHION INVOLVEMENT DAN IN-STORE

SHOPPING ENVIRONMENT TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF DI

MANONJAYA BATIK CENTER BANDUNG”. Yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini khususnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir Eddy Suryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Ernie Tisnawati Sule, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

3. Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia dan selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dari kesibukan beliau dengan


(12)

vii

5. Ibu Lina Ismawati, SE., M.Si. selaku Ketua Panitia Sidang Akhir Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Unikom

6. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.

7. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua ku tercinta Bapak Agus Supriatna dan Mamah Ela Sulastri yang telah memberikan dorongan moril maupun materil, motivasi, pengertian, kasih sayang dan

pengorbanannya serta do’a restunya menghantarkan penulis dalam

menyelesaikan pendidikan dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada kakak dan adik saya (Mega dan Fuji) untuk dukungan, bantuan, motivasi, perhatian serta do’a dan cintanya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 8. Ibu Irene Tarakanita & Drs. Muhardi., S.H, M.H, selaku pemilik Manonjaya

Batik Center yang telah banyak memberikan bantuan dan informasi kepada penulis.

9. Sahabat, serta teman-teman kelas Mn-2 yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada penulis.

10. Seseorang yang sangat saya sayangi dan cintai, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik motivasi serta kasih sayangnya pada saya.

11. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan yang tidak dapat penulis sebutkan. Semoga kebaikannya dapat dibalas oleh Allah SWT.


(13)

viii

Akhirnya penulis panjatkan doa semoga Allah SWT memberikan Taufik dan Hidayah-Nya kepada kita semua serta semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang memerlukan. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandung, Juli 2013


(14)

Mariko Morimoto, 2003, Effects of Media Formats on Emotions and Impulse. Journal of Marketing Vol, 16, October, pp. 172-178

Asim Ali, Chairman, IM Business Service, Abbottabed, Pakistan, 2009, al., 2009). Exposure to in-store marketing stimuli produces unplanned buying actions, as identified by Bell et al. (2011).

Beatty and Ferrel dalam Strack, 2006 di kutip oleh Fatchur Rohman dalam Peran Nilai Hedonik Konsumsi dan Reaksi Impulsif sebagai Media Pengaruh Faktor Situsional terhadap Keputusan Pembelian Impulsif di Butik Kota Malang.Jurnal Manajemen, Vol. 7 No. 2. Mei 2009:251-261

Cobb J.C. & Hoyer W.D., 1986, Planned versus impulse purchase behaviour.

Journal of Retailing, 62(4), pp. 384-409.

Cristina Widhya Utami, 2000, di kutip oleh Hatane Semuel, 2005. dalam Respon Lingkungan Belanja Sebagai Stimulus Pembelian Tidak Tidak Terencana pada Toko Serba Ada. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 7 No. 2, September 2005:151-170

Browne, B.A. & Kaldenberg, D.O., 1997, Concep-tualizing self-monitoring: links to meterialism and product involvement, Journal of Con-sumer Marketing, 14(1), pp. 31-44.

Edwin Japarianto dan Sugiono Sugiharto, 2011, Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion Involvement Terhadap Impulsif Buying Behavior Masyarakat High Income Surabaya. Journal Manajemen Pemasaran, Vol. 6, No. 1 April, pp. 31-41

Fairhurst, A.E., Good, L.K. & Gentry, J.W., 1989, Fashion involvement: an instrument validation procedure. Clothing and Textiles Research journal, 7(3), pp. 10-14.


(15)

Effective Fashionism Involvement Factors Effects on Impulse Buying of Customers and Condition of Interrelation between These Factors. Journal of Basic and Applied Scientific Research Sci. Rex, 2(9)9413-9419

Hausman, A., 2000, A multi- method investigation of consumer motivations in impulse buying behavior, Journal of Consumer Marketing, 17(15), pp. 403-419.

Hatane, S., 2005, Respons lingkungan berbelanja sebagai stimulus pembelian,

Journal Mana-jemen dan Kewirausahaan, 7(2), pp. 152-170.

Kotler Philip, Swee Hoon Ang, Siew Meng Leong, Chin Ting, 2004

Manajemen Pemasaran Sudut Pandang Asia. Edition Ketiga. Indonesia: Indeks

Mariri Tendai and Chipunza Crispen, 2009, In-Store Shopping Environment and Impulsif Buying, Journal of Marketing Management vo;. 1(4), July. Pp. 102-108

O’Cass, A., 2004, Fashion clothing consumption: antecedents and consequences of fashion clothing involvement, European Journal of Marketing, 38(7), pp. 869-82.

Park, Joo, Kim & Forney, 2005, A structural model of fashion oriented impulse buying behavior, Journal of Fashion Marketing and Mana-gement, 10(4), 433-446.

Richard, L.C. & Jerry, C.O., September 1988, The role of involvement in attention and compre-hension processes, Journal of Consumer Rese-arch, 15(9), pp. 210-224.

Stern, H., April 1962, The significance of impulse buying today, Journal of Marketing, Vol. 26(4), pp. 59-62.

Zaichkowsky, J.L., Desember 1985, Measuring the Involvement Construct in Marketing. Journal of Consumer Research, 12(12), pp. 341-352.

Zaichkowsky, 1985, di kutip oleh Edwin Japarianto dan Sugiono Sugiharto, 2011, dalam Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion Involvement Terhadap

Impulsif Buying Behavior Masyarakat High Income Surabaya. (pp. 341-352)


(16)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perubahan dalam dunia usaha yang semakin cepat mengharuskan perusahaan untuk merespon perubahan yang terjadi, masalah yang dihadapi perusahaan-perusahaan saat ini adalah bagaimana perusahaan tersebut menarik pelanggan dan mempertahankannya agar perusahaan tersebut dapat bertahan dan berkembang, tujuan tersebut akan tercapai jika perusahaan melakukan proses pemasaran.

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang di lakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup produknya, tetapi dalam pemasaran modern seperti paradigma pemasaran telah bergeser, tidak hanya transaksi untuk mencapai keberhasilan pemasaran tetapi perusahaan juga harus mengetahui kebutuhan konsumen pada saat ini, Kebutuhan dan keinginan konsumen yang tidak terbatas akan membuat perusahaan akan terus berfikir dan bertindak, bagaimana kebutuhan tersebut tercapai.

Di kota besar seperti Bandung fasilitas belanja sangatlah banyak dan mudah untuk dijangkau oleh masyarakat, dari skala kecil hingga skala besar, ini yang menyebabkan kota Bandung sebagai kota wisata yang sangat di gemari oleh wisatawan local maupun wisatawan asing. Demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan keinginan yang tidak terbatas ini mereka para konsumen akan terus mencari


(17)

2

kebutuhan itu sendiri, Kota Bandung benyak menyajikan hal-hal yang baru bahkan menjadi mode pada suatu masa. Seperti halnya makanan, pakaian dan aksesoris menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Dengan mengikuti kemajuan mode di zaman serba modern informasi sangat akan menunjang gaya hidup yang mereka cari, mereka perlu melihat penampilan karena ini menjadi gaya hidup masa kini.

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (Khususnya Jawa) sejak lama. Saat ini batik dapat ditemukan diberbagai Negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Langka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer diberbagai Negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.

Manonjaya Batik Center merupakan salah satu toko Butik yang menawarkan berbagai jenis barang yang terbuat dari batik seperti kain meteran, macam-macam kemeja pria, pakaian santai untuk priadan wanita, pakaian wanita dan anak-anak, kelengkapan rumah tangga (taplak meja, hiasan dinding, bad cover, dinner set, dll) batik tulis, batik printing dan batik cap yang semua batik khas buatan Indonesia. Perusahaan ini tidak hanya menjual batik dari Yogya melaikan dari Pekalongan, Solo, Garut, Sumedang dan sebagainya. Manonjaya Batik Center merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ritel yang berlokasi di jln. Tamblong 64 dan mempunyai cabang perusahaan di jln. Sumatra No. 17 Bandung, dimana toko tersebut sebagai mata rantai dari alur distribusi barang dari produsen sampai konsumen akhir.


(18)

Dalam penelitian ini, peneliti tidak membahas kedua toko tersebut namun hanya satu toko yang akan di teliti yaitu toko yang berada di jln. Sumatra No. 17. Cabang perusahaan ini telah berdiri lama dan sekarang telah menjadi toko Butik yang cukup di kenal. Hal ini menunjukan bahwa citra toko dari Cabang Manonjaya ini baik di mata para konsumennya. Dengan adanya hal ini peneliti tertarik untuk membahas lebih banyak lagi tentang perusahaan Manonjaya Batik Center yang bercabang di jln. Sumatra No. 17 Bandung. Dibawah ini merupakan data konsumen yang melakukan pembelian di Toko Manonjaya Batik Center Bandung.

Tabel 1.1

Data Konsumen Yang melakukan Pembelian Di Toko Manonjaya Batik Center Bandung

Pada Bulan Januari 2013 Minggu ke

Jl. Tamblong No. 64 Jumlah

Minggu ke

Jl. Sumatra No. 17 Jumlah

1 81 1 78

2 77 2 75

3 84 3 82

4 85 4 65

TOTAL 327 TOTAL 300

Sumber : Manonjaya Batik Center

Berdasarkan survey terhadap 30 konsumen yang datang ke Manonjaya Batik Center, mengatakan bahwa mereka pergi ke Butik karena sudah merencanakan terlebih dahulu apa yang akan mereka beli sebelumnya. Namun, beraneka ragamnya produk yang ditawarkan di Butik seringkali mereka melakukan pembelian tak terencana seperti yang dijelaskan menurut (Hodge, 2004) Suggestion Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi pada saat


(19)

4

konsumen melihat produk, melihat tata cara pemakaian atau kegunaannya, dan memutuskan untuk melakukan pembelian.40% mengatakan sering melakukan pembelian tak terencana, salah satunya karena ada diskon, dan penataan produk yang menarik seperti yang dijelaskan menurut (Mariri Tendai 2009:103) mengatakan bahwa Lingkungan dalam toko mengacu pada rangsangan fisik dan sosial yang kompleks di dunia eksternal konsumen. Termasuk didalamnya benda-benda, tempat, dan orang lain yang mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen serta perilakunya. dan 60% hanya membeli produk yang sudah direncanakan. Hal ini menyatakan bahwa adanya indikasi bahwa konsumen merencanakan pembelian terlebih dahulu sebelum pergi ke Butik Manonjaya. Sedangkan menurut Georginia Whyatt (2007:3) Store telah menjadi pusat aktivitas dan ketika konsumen sudah terbiasa dengan lingkungan belanja, sering kali konsumen akan melakukan impulse buying atau pembelian yang tidak direncanakan.

Berdasarkan survey terhadap 30 konsumen yang datang ke Toko Manonjaya Batik Center Bandung, 65% konsumen yang melakukan pembelian di Butik Manonjaya Batik Center harga tidak mempengaruhi dalam melakukan pembelian dikarenakan kualitas dari pakaian yang baik. Sedangkan 35% mengatakan harga sangat mempengaruhi dalam melakukan suatu pembelian.

Aktivitas belanja konsumen selalu didasarkan pada keinginan yang ada dalam diri konsumen atau motivasi. Motivasi mempunyai peranan penting dalam perilaku belanja karena tanpa motivasi maka tidak akan terjadi transaksi jual beli antara konsumen dan pengusaha. Motivasi konsumen untuk berbelanja dapat dibagi menjadi dua yaitu utilitarian shopping motivation dan hedonic shopping


(20)

motivation. Konsumen lebih suka melakukan pembelian secara spontan dan secara tergesa-gesa, sifat motivasi belanja hedonis salah satu penyebab pembelian tidak direncanakan itu (Xueming Luo 2005:287).

Berdasarkan survey terhadap 30 konsumen yang datang ke Toko Manonjaya Batik Center Bandung, 70% konsumen yang datang ke Toko Manonjaya Batik Center Bandung tidak dapat melihat model terbaru, karena model yang tersedia sudah cukup lama, konsumen tidak merasa bahwa berada di Toko Manonjaya Batik Center Bandung dapat mengatasi stress karena terlalu minimnya fasilitas yang disediakan oleh pihak Butik itu sendiri dan kurangnya pelayanan yang di berikan oleh pihk toko kepada konsumen di karenakan oleh sedikitnya pelayan yang berada di toko Manonjaya Batik Center Bandung, sedangkan menurut (Mariri Tendai 2009:103) Lingkungan dalam toko mampu menstimulus seseorang agar terpengaruh dengan adanya kondisi lingkungan tertentu. Aspek lingkungan ini terkadang dikaitkan dengan strategi pemasaran yang dijalankan oleh suatu perusahaan. 30% konsumen yang datang ke Toko Manonjaya Batik Center Bandung mereka dapat menikmati lingkungan disana, seperti misalnya mereka dapat mencari informasi terhadap model baru, dapat mengatasi stress dengan fasilitas yang disediakan oleh pihak Butik. Seperti yang di jelaskan menurut

O’Cass (2004) dalam Park (2006) menemukan bahwa fashion involvement pada pakaian berhubungan sangat erat dengan karakteristik pribadi (yaitu wanita dan kaum muda) dan pengetahuan fashion, Hal ini menunjukkan bahwa Toko Manonjaya Batik Center Bandung belum optimal dalam memahami perilaku konsumen, khususnya agar konsumen merasa nyaman berada di Butik dan merasa


(21)

6

bahwa belanja merupakan hal yang menyenangkan sehingga konsumen akan melakukan pembelian.

Namun dengan memanfaatkan situasi in-store shopping environment yang mengakibatkan meningkatnya situasi pembelian yang tidak terencana. Dengan adanya fashion involvement dan in-store shopping environment pada perusahaan, konsumen akan merasa nyaman terhadap tata letak, dekorasi, lingkungan sekitar dan informasi yang berkaitan dengan produk yang dijual oleh toko, terkadang konsumen melakukan pembelian mendadak yang tidak sesuai dengan apa yang akan direncakannya sebelum masuk ke toko manonjaya Batik Center. Inilah yang dapat disebut pembelian impulsif yaitu pembelian yang dilakukan tanpa perencanaan sebelumnya dan ditambah dengan adanya informasi produk tersbut konsumen akan terpengaruh oleh produk tersebut atau lebih mudah dalam melakukan perbandingan dengan produk lain.

Dengan adanya persaingan yang ketat tersebut Manonjaya Batik Center menyadari pentingnya fashion involvement dan in-store shopping environment

pada Manonjaya Batik Center, dengan tujuan untuk meraih keuntungan dan keunggulan dalam perusahaan itu sendiri dengan mempertahankan keberadaan konsumennya. Dengan produk yang ditawarkan Manonjaya Batik Center ini memiliki nilai dan gengsi yang kompetitif dikalangan tertentu.

Atas dasar peranan fashion involvement dan in-store shopping environment

maka penulis memandang bahwa pengaruh fashion involvement dan in-store shopping environment mempunyai peranan penting dalam dunia usaha, sehingga


(22)

dengan demikian penulis menganggap perlu untuk mengangkat masalah ini ke dalam bentuk penelitian dengan judul “PENGARUH FASHION

INVOLVEMENT DAN IN-STORE SHOPPING ENVIRONMENT

TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF PADA MANONJAYA BATIK CENTER BANDUNG”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dengan uraian latar belakang di atas, bahwa semakin berkembangnya usaha ritel salah satunya berbentuk Butik, banyak strategi yang dilakukan untuk menarik konsumen melakukan pembelian impulsif, seperti di Manonjaya Batik Center Bandung, mereka selalu berusaha untuk memanjakan para konsumen dengan memberikan kenyamanan pada saat berbelanja, namun ada sebagian kecil konsumen yang datang kesana mengatakan bahwa masih minimnya fasilitas yang diberikan oleh Toko Manonjaya Batik Center Bandung dan kurang nyaman terhadap suasana lingkungan toko.

Konsumen yang datang ke butik mayoritas mereka tidak dapat melihat trend fashion yang terbaru, disebabkan karena model yang tersedia sudah terlalu lama yang menyebabkan tidak mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli, serta konsumen merasa bahwa berada di Manonjaya Batik Center Bandung tidak dapat mengatasi stress dan kurangnya tindakan atau pemanfaatan dalam


(23)

8

melakukan kegiatan Fashion Involvement dan In-Store Shopping Environment

pada Toko Manonjaya Batik Center Bandung

Mayoritas konsumen yang datang ke toko Manonjaya Batik Center Bandung sudah merencanakan pembelian terlebih dahulu apa yang akan mereka beli. Namun, mereka seringkali melakukan pembelian yang tak terencana akibat banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak butik serta adanya potongan harga dan/atau diskon yang diberikan Toko Manonjaya Batik Center Kepada konsumen.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Fashion Involvement pada konsumen Toko Manonjaya Batik Center Bandung.

2. Bagaimana tanggapan konsumen terhadap In-Store Shopping Environment yang dilakukan Toko Manonjaya Batik Center Bandung. 3. Bagaimana pengaruh Fashion Involvementdan In-Store Shopping

Environment terhadap pembelian Impulsif baik secara simultan dan secara parsial di Toko Manonjaya Batik Center Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data bahan yang diperlukan sebagimana yang di gambarkan dalam perumusan masalah mengenai


(24)

Pengaruh Fashion Involvement dan In-Store Shopping Environment Terhadap Pembelian Impulsif Pada Toko Manonjaya Batik Center Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Fashion Involvement pada konsumen Toko Manonjaya Batik Center Bandung.

2. Untuk mengetahui tanggapan konsumen terhadap In-Store Shopping Environment yang dilakukan Toko Manonjaya Batik Center Bandung. 3. Untuk mengetahui Pengaruh Fashion Involvementdan In-Store

Shopping Environment terhadap Pembelian Impulsif baik secara simultan dan secara parsial di Toko Manonjaya Batik Center Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian diatas. Hasil dari penelitian ini berguna untuk :

1. Kegunaan Akademis

Menambah wawasan dan pengatahuan menulis mengenai pengaruh

Fashion Involvement dan In-Store Shopping Environment terhadap Pembelian Impulsif pada Toko Manonjaya Batik Center melalui penerapan ilmu dan teori yang telah diperoleh dari perkuliahan dan membandikannya dengan kenyataan yang terjadi serta melatih kemampuan analisis dan berfikir secara sistematis dan konseptual.


(25)

10

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan denga upaya membangun hubungan baik dengan konsumen dan referensi bagi pengembangan penelitian dikemudian hari.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam rangka melakukan penelitian penulis telah memperoleh data yang diperlukan sebagai dasar untuk melakukan penelitian, dan penulis mengadakan penelitian di Toko Manonjaya Batik Center di Jln. Sumatera No. 17 Bandung.

Adapun waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis dilaksanakan pada bulan Januari 2013 sampai Bulan Juli 2013.

Tabel 1.2

Jadwal Penelitian dari Bulan Januari s/d Juli 2013

Keterangan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengambilan Data

Analisis Data

Penentuan Laporan

Sidang Usulan Penelitian Bimbingan Laporan Penelitian


(26)

Pengolahan Data

Penyusunan Kelengkapan Laporan Penelitian


(27)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Fashion Involvement

Menurut O’Cass, involvement adalah minat atau bagian motivasional yang ditimbulkan oleh stimulus atau situasi tertentu, dan ditujukan melalui ciri penampilan (O’Cass, 2004 dalam Park 2005). Sedangkan menurut Zaichkowsky,

involvement didefinisikan sebagai hubungan seseorang terhadap sebuah objek berdasarkan kebutuhan, nilai, dan ketertarikan (Zaichkowsky, 1985, p. 341-352).

Fashion Involvement dapat dipandang sebagai motivasi untuk memproses informasi suatu produk (Mitchell., 1979, p. 191-196). Selama fashion involvement

meningkatkan produk, konsumen akan memperhatikan iklan yang berhubungan dengan produk tersebut, memberikan lebih banyak upaya untuk memahami iklan tersebut dan memfokuskan perhatian pada informasi produk yang terkait di dalamnya, di sisi lain, seseorang mungkin tidak akan mau repot untuk memperhatikan informasi yang diberikan (Celsi dan Olson, 1988, p. 210-224). Begitu pula dengan fashion, banyak orang terlibat dengan fashion, menghabiskan waktu dan uang untuk gaya terbaru, sedangkan yang lain (sering kali pria memenuhi syarat di kategori ini) menemukan bahwa berbelanja pakaian adalah sebuah tugas. Sedangkan menurut (autyand elliot, 1998) Keterlibatan fashion


(28)

mereka yang sangat termotivasi untuk menyesuaikan kelompok tertentu perlu menyadari isyarat fashion dari kelompok yang di inginkan, Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa individu dengan keterlibatan fashion tinggi cenderung menikmati perilaku berbaur,

O’Cass (2004) dalam Park (2006) menemukan bahwa fashion involvement

pada pakaian berhubungan sangat erat dengan karakteristik pribadi ( yaitu wanita dan kaum muda) dan pengetahuan fashion, yang mana pada gilirannya mempengaruhi kepercayaan konsumen di dalam membuat keputusan pembelian.

Sebagai contoh dalam melakukan kegiatan involvement bagi konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian suatu produk, merek apapun sebenarnya tidak menjadi permasalahan, yang penting tingkat kepuasan minimalnya terpenuhi. Sementara untuk produk lain yang memerlukan keterlibatan tinggi dalam memutuskan pembeliannya dapat saja terjadi pada kejadian serupa dimana konsumen menyaksikan adanya potongan harga sebuah jam tangan merek terkenal yang dipasang pada sebuah outlet di sebuah plasa. Lay out dimana jam tangan tersebut terpasang seketika itu mempengaruhi keinginannya untuk membeli meskipun tidak ada rencana sebelumnya, namun sebelum memutuskan pembeliannya, konsumen berpikir dahulu dengan membentuk kepercayaan terhadap merek, mengevaluasi merek dan memutuskan untuk melakukan pembelian. Apabila hasil pemikiran konsumen tersebut menghasilkan kepercayaan merek yang rendah dan penilaian merek yang tidak sesuai dengan keinginannya, maka pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya tidak akan terjadi.


(29)

14

Atas dasar contoh tersebut nampak bahwa sebelum pembelian yang tidak direncanakan terjadi, konsumen mempertimbangkan terlebih dahulu kebutuhan, nilai dan ketertarikannya atau keterlibatan konsumen. Keterlibatan tinggi (high involvement) ataupun tingkat keterlibatan rendah (low involvement) nampaknya turut berperan dalam menentukan pengambilan keputusan pembelian yang tidak direncanakan yang dilakukan konsumen.

Fashion Involvement merupakan ketertarikan perhatian pelanggan pada kategori fashion yang diukur melalui pernyataan:

1. Saya mempunyai satu atau lebih pakaian dengan model yang terbaru (trend)

2. Fashion adalah satu hal penting yang men-dukung aktifitas saya

3. Saya lebih suka apabila model pakaian yang saya gunakan berbeda dengan yang lain

4. Pakaian yang saya miliki menunjukkan karakteristik saya

5. Saya dapat mengetahui banyak tentang seseorang dari pakaian yang digunakan

6. Ketika saya memakai pakaian favorit saya, orang lain melihat akan melihat ke arah saya

7. Saya cenderung untuk mencoba produk fashion terlebih dahulu sebelum membelinya

8. Saya cenderung lebih mengetahui adanya fashion terbaru dibandingkan dengan orang lain


(30)

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa fashion involvement adalah keterlibatan seseorang dengan suatu produk pakaian karena kebutuhan, kepentingan, ketertarikan dan nilai terhadap produk tersebut. Dalam membuat keputusan pembelian pada fashion involvement ditentukan oleh beberapa faktor yaitu karakteristik konsumen, pengetahuan tentang fashion, dan perilaku pembelian.

2.1.1.1Indikator Fashion Involvement

Menurut Edwin Japarianto dan sugiono sugiharto (2011:32-41) dalam membuat keputusan pembelian pada fashion involvement ditentukan oleh beberapa indikator di antaranya yaitu :

Karakteristik Konsumen

Karakteristik konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Karakteristik konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah ( low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.


(31)

16

Pengetahuan Tentang Fashion

Pengetahuan tentang Fashion merupakan seorang konsumen yang memahami dan mengetahui adanya Fashion terbaru. Berikut ini disajikan untuk pengetahuan tentang Fashion:

 Mengetahui tentang fashion saat ini

 Mencoba produk fashion terlebih dahulu sebelum membelinya

Fashion merupakan hal yang penting dalam semua aktifitas

Perilaku Pembelian

Perilaku Konsumen yang menunjukkan minat dalam membeli suatu produk tertentu umumnya akan mengikuti proses pengambilan keputusan tertentu yang mengikuti langkah-langkah seperti: masalah pengakuan (kebutuhan yang tidak puas), pencarian informasi, evaluasi dari hasil yang diharapkan, pembelian, perilaku pasca pembelian. Proses ini merupakan pedoman untuk mempelajari Perilaku Konsumen dalam membuat keputusan.

Menurut Kotler (2002:183), perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh :

1. Faktor budaya

a. Budaya, merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.


(32)

b. Sub-budaya, masing-masing budaya memiliki sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri sosialisasi khusus bagi anggotanya.

c. Kelas sosial, adalah pembagian masyarakat yang relative homogen dan permanen, yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang sama.

2. Faktor Sosial

a. Kelompok acuan, yaitu kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.

b. Keluarga

c. Peran dan Status, dimana peran adalah kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang dan masing-masing peran tersebut menghasilkan status.

3. Faktor Pribadi, yang terdiri dari usia dan tahap siklus hidup; pekerjaan dan lingkungan ekonomi, gaya hidup dan kepribadian dan konsep diri. 4. Faktor Psikologis, yang terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran,

keyakinan dan sikap.

2.1.2 In-Store Shopping Environment

Lingkungan dalam toko mengacu pada rangsangan fisik dan sosial yang kompleks di dunia eksternal konsumen. Termasuk didalamnya benda-benda,


(33)

18

tempat, dan orang lain yang mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen serta perilakunya.

In-store shopping environment merupakan penentu pembelian yang tidak di rencanakan. Hal ini didasari oleh mikro variabel yang spesifik untuk situasi tertentu belanja dan terbatas pada ruang geografis tertentu. Bagian penting dari lingkungan adalah rangsangan fisik dan sosial yang diciptakan oleh pemasar untuk mempengaruhi konsuman. Faktor seperti di dalam toko musik latar, tampilan toko, aroma, promosi di dalam toko,harga, kebersihan toko, kepadatan toko atau kemacetan dan menyimpan semua personil membentuk di dalam toko belanja lingkungan. Semua hal tersebut sangat diperlukan dalam memahami perilaku konsumen (Mariri Tendai 2009:103)

Lingkungan dalam toko mampu menstimulus seseorang agar terpengaruh dengan adanya kondisi lingkungan tertentu. Aspek lingkungan ini terkadang dikaitkan dengan strategi pemasaran yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Seorang pemasar harus memahami kondisi lingkungan yang ada guna menjalankan strateginya. Untuk itulah, suatu kondisi lingkungan penting untuk memahami perilaku seorang konsumen (Mariri Tendai 2009:103).

Menurut Sutisna (2002:105) suasana dalam toko (store atmosphere) yaitu kesan keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik toko, dekorasi, dan lingkungan sekitarnya. Suasana dapat menciptakan perasaaan yang santai atau pun sibuk, kesan mewah atau efisiensi, sikap ramah atau pun dingin, terorganisir atau kacau, atau suasana hati menyenangkan atau serius.


(34)

Lingkungan dalam toko mengacu pada semua karakteristik fisik dan sosial konsumen, termasuk objek fisik (produk dan toko), hubungan ruang (lokasi toko dan produk dalam toko), dan perilaku sosial dari orang lain (siapa saja yang di sekitar dan apasaja yang mereka lakukan). Menurut Paul Peter dan Jerry Olson (2002) yang dikutip dalam Hatane Samuel (2005:152-170), lingkungan terdiri dari dua macam, yaitu: Lingkungan makro, termasuk skala besar, faktor-faktor lingkungan luar seperti iklim, kondisi ekonomi, sistem politik, dan kondisi alam (tepi laut, gunung, padang rumput luas). Faktor-faktor lingkungan makro ini mempunyai pengaruh umum atas perilaku, seperti ketika keadaan ekonomi mempengaruhi jumlah belanja rumah tangga, mobil dan barang. Lingkungan mikro berhubungan dengan aspek nyata fisik dan sosial lingkungan seseorang, seperti lantai kotor di toko, karyawan toko yang cerewet, cuaca panas hari ini, atau anggota keluarga atau rumah tangga. Faktor skala kecil dapat berpengaruh langsung pada perilaku spesifik konsumen, pendapat, dan perasaan. Seperti orang lebih memilih tidak untuk berlama-lama dalam keadaan kotor, di dalam toko yang ramai; konsumen harus menunggu sampai sore untuk belanja selama cuaca panas, dan merasa marah dalam antrian yang panjang dan lama ketika anda ingin pulang.

Lingkungan berbelanja di dalam toko terbagi menjadi 2 efek yang terpisah dari dalam Point-of-purchase (POP). Yang pertama adalah efek promosi, yang meliputi rangsangan seperti diskon promosi (kupon, multiple-item diskon dan hadiah) dan hargayang lebih murah.Yang kedua disebut keterlibatan atmosfer yang merupakan gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang diciptakan oleh elemen (eksterior, interior, layout, display) disampaikan oleh POP poster.


(35)

20

Kategorisasi ini kuasai di adopsi untuk tujuan penelitian saat ini Zhou and Wong (2004) dalam (Mariri Tendaiand Chipunza Crispen. 2009, p. 102-108)

Faktor dengan atmosfer menghibur, efek pengalaman dan hedonis

latar belakang musik

Musik mampu membangkitkan afektif kompleks dan perilaku pada tanggapan konsumen, menurut Utara dan Hargreaves (1998), seperti dikutip oleh Mattila dan Wirtz (2001). Musik dapat berdampak pada dua perilaku, bagaimana konsumen lama meng habiskan waktu ditoko dan juga pada berapa banyak merekamembeli suatu produk.

Display di dalam toko

Aspek yang paling pentingdari lingkungan toko adalah display, display sendiri merupakan penampilkan di dalam toko bagi pengecer untuk memahami pelanggan mereka dan kebiasaan mereka menurut Terrazas (2006). Dengan adanya pemanfaatan strategi displaya maka konsumen secara tidak langsung akan melakukan suatu pembelian yang tidak direncanakan,

Sales

Konsumen cenderung untuk menikmati pengalaman berbelanja dengan adanya pelayanan yang memuaskan dan ramah. Wiraniaga dapat benar-benar membuat pengalaman belanja menyenangkan yang mengakibatkan Konsumen menikmati shopping dari pada dengan adanya kehadiran penjual sombong, (Jones, 1999).


(36)

Kemacetan Toko/ crow ding/ toko kepadatan

Crow ding umumnya dianggap sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan dalam situasi belanja (Bateson dan Hui, 1987) sebagai dikutip oleh Michonetal (2005). Konsumen menyesuaikan diri lebih tinggi kepada ritel dengan mengurangi waktu belanja, menyimpang dari rencana belanja mereka, pembelian merasa tidak puas/kurang, menunda pembelian, lebih mengandalkan belanja daftar, (Michon etal, 20.05). Semua perilaku ini mungkin bertentangan dengan konsumen yang melakukan pembelian

impulsif.

2.1.2.1Indikator In-Store Shopping Environment

Peter dan Olson (2002) yang dikutip dalam Hatane Samuel (2005:152-170), membagi lingkungan menjadi 2 (dua) aspek dan dimensi yaitu: Aspek lingkungan sosial, termasuk semua interaksi sosial di antara dan di sekitar orang lainsecara langsung ataupun secara tidak langsung, dan aspek lingkungan fisik termasuk semua yang bukan manusia, yang dapat dibagi menjadi elemen yang mempunyai ruang atau tidak mempunyai ruang. Elemen yang mempunyai ruang meliputi objek fisik dari semua jenis (termasuk produk dan merek) seperti negara, kota, toko, dan desain interior. Elemen tidak mempunyai ruang meliputi faktor tidak nyata seperti temperatur, kelembaban, penerangan, tingkat kebisingan, dan waktu.


(37)

22

2.1.3 Pembelian Impulsif

Masing-masing individu memiliki perilaku yang berbeda-beda. Begitu pula terhadap perilaku pembeliannya. Tiap-tiap individu dapat memilih berbagai macam keputusan pembeliannya. Sebelum melakukan pembelian suatu produk biasanya konsumen selalu merencanakan terlebih dahulu tentang barang apa yang akan dibelinya, jumlah, harga, tempat pembelian, dan lain sebagainya. Namun demikian ada kalanya proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen timbul begitu saja saat ia melihat suatu barang atau jasa. Karena ketertarikannya, selanjutnya ia melakukan pembelian pada barang atau jasa yang bersangkutan. Model atau tipe pembelian tersebut dinamakan tipe pembelian yang tanpa direncanakan atau impulsive buying (Miller, 2002; Stern, 1962; yang dikutip dalam Hodge, 2004)..

2.1.3.1Pengertian Impulsif

Impulsif adalah dorongan yang didasarkan keinginan atau untuk pemuasan atau keinginan secara sadar maupun tidak sadar. Bertindak impulsif biasanya suatu tindakan yang didasarkan dengan adanya dorongan untuk mengekspresikan keinginan.

Bertindak impulsif juga berarti bertindak tanpa berpikir/memikirkan tindakan itu terlebih dahulu. Dan itulah yang biasanya dilakukan oleh pecandu, bertindak tanpa berpikir. Act on impulse, bertindak sesuai dorongan yang dirasakan pada saat itu, seringkali tanpa menggunakan rasio atau akal sehat,


(38)

sehingga baru belakangan setelah perbuatannya itu dilakukan ia akan merasa menyesal.

Belanja secara impulsif adalah suatu kebiasaan diaman seseorang secara tiba-tiba membelanjakan sesuatu barang yang tidak dibutuhkan tanpa terencana, biasanya dalam bentuk besar dan hal tersebut dapat terjadi berulang-ulang.

Kecenderungan pembelian impulsif adalah tingkat kecenderungan partisipan berperilaku untuk membeli secara spontan, dan tiba-tiba atau ingin membeli karena mengingat apa yang pernah dipikirkan, atau secara sugesti ingin membeli, atau akan direncanakan untuk membeli, setelah melihat iklan dalam bentuk format media yang dipilih.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelum-nya, pembelian yang tidak terencana (impulse buying) dapat diklasifasikan dalam empat tipe: planned impulse buying, reminded impulse buying, suggestion impulse buying, dan pure impulse buying (Miller, 2002; Stern, 1962; yang dikutip dalam Hodge, 2004).

a. Pure Impulse Buying merupakan pembelian secara impulse yang dilakukan karena adanya luapan emosi dari konsumen sehinga melakukan pembelian terhadap produk di luar kebiasaan pembeliannya.

b. Reminder Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi karen konsumen tiba-tiba teringat untuk melakukan pembelian produk tersebut. Dengan demikian konsumen telah pernah melaku-kan pembelian sebelumnya atau telah pernah melihat produk tersebut dalam iklan.


(39)

24

c. Suggestion Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi pada saat konsumen melihat produk, melihat tata cara pemakaian atau kegunaannya, dan memutuskan untuk melakukan pembelian.

d. Planned Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi ketika konsumen membeli produk berdasarkan harga spesial dan produk-produk ter-tentu. Dengan demikian planned impulse buying merupakan pembelian yang dilakukan tanpa direncanakan dan tidak tengah memerlukannya dengan segera.

2.1.3.2Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelian Impulsif

1. Faktor personal terdiri dari perilaku pembelajaran, motivasi, kepribadian, kepercayaan, usia, sumber daya konsumen dan gaya hidup.

2. Faktor lingkungan terdiri dari situai, kelompok dan budaya (engel et al, 1995, hal. 140-141). Situasi tempat tinggal individu tersebut mampu mempengaruhi bagaimana dia berperilaku sebagai konsumen dan bagaimana lingkungan kelompoknya mampu memberi variasi nilai-nilai kelompok yang ditukarkan ke dalam individu trsebut.

Impulse Buying adalah pembelian yang tidak direncanakan, dimana karakteristiknya adalah pengambilan keputusannya dilakukan dalam waktu yang relatif cepat; dan adanya keinginan untuk memiliki secara cepat. Impulsif Buying

biasanya tercermin dalam beberapa perilaku sebagai berikut :

a. Bila ada tawaran khusus, saya cenderung berbelanja banyak

b. Saya cenderung membeli pakaian model terbaru walaupun mungkin tidak sesuai dengan saya


(40)

c. Saat berbelanja produk fashion, saya cenderung berbelanja tanpa berpikir panjang dulu sebelumnya

d. Setelah memasuki shopping center, saya segera memasuki sebuah toko

fashion untuk membeli sesuatu

e. Saya cenderung terobsesi untuk membelanjakan uang yang saya bawa sebagian atau seluruhnya untuk produk fashion

f. Saya cenderung membeli produk fashion meskipun saya tidak begitu membutuhkannya

2.1.3.3Indikator Pembelian Impulsif

Menurut penelitian Engel (2000;156) yang dikutip dalam Edwin Japarianto Dan Sugiharto (2011:32-41), pembelian berdasar impulse diukur berdasarkan karakteristik :

a. Spontanitas. Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung di tempat penjualan.

b. Kekuatan, kompulsi, dan intensitas. Mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika.

c. Kegairahan dan stimulasi. Desakan mendadak untuk membeli sering disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai “menggairahkan”, “menggetar-kan,” atau “ liar.”

d. Ketidak pedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.


(41)

26

Menurut Edwin Japarianto Dan Sugiharto (2011:32-41), dalam penelitian ini menggunakan indikator sebagai berikut :

 Tawaran khusus

 Model terbaru

 Tanpa berfikir saat membeli

 Langsung memasuki toko

 Terobsesi belanja

 Membeli produk fashion walaupun tidak membutuhkan 2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

Untuk mendukung penelitian ini, maka penulis akan paparkan hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan judul penelitian yang penulis bahas. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Sebelumnya

No

Nama Peneliti

Judul Hasil Persamaan Perbedaan

1 Zaichkowsky Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat High Income Surabaya

menurut Zaichkowsky, involvement didefinisikan sebagai hubungan seseorang terhadap sebuah objek berdasarkan kebutuhan, nilai, dan ketertarikan

Penelitian dilakukan terhadap fashion involvement Pengaruh fashion involvemen terhadap Pembelian impulsif

2 O’Cass The effect of fashion involvement on

The motivational state of arousal of interest evoked by

Sama-sama meneliti

Pengaruh


(42)

shopping behaviors: An exploratory study in Thailan

a particular stimulus or stuation, and displayed through properties of drive

fashion involvement involvemen terhadap Pembelian impulsif

3 Zhou and Wong

In-store shopping environment and impulsive buying

mikrovariabelyang spesifik untuk situasi tertentu belanja dan terbatas pada ruang geografis tertentu. Faktor seperti di dalam toko musik latar, tampilan toko, aroma, promosi di dalam toko, harga, kebersihan toko, kepadatan toko atau kemacetan dan menyimpan semua personil membentuk di dalam toko belanja lingkungan.

Penelitian dilakukan terhadap in-store shopping environment Pengaruh in-store shopping environment terhadap Pembelian impulsif

4 Christina Widhya Utami Respon Lingkungan Belanja Sebagai Stimulus Pembelian Tidak Terencana (impulsif)

kombinasi dari karateristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperature, music, aroma yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak. Penelitian dilakukan terhadap lingkungan toko Penelitian dilakukan terhadap batik manonjaya center

5 Zaichkowsky Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat High Income Surabaya

pembelian yang tidak direncanakan, dimana karakteristiknya adalah pengambilan keputusannya dilakukan dalam waktu yang relatif cepat; dan adanya keinginan untuk memiliki secara cepat. Sama-sama meneliti pembelian impulsif Penelitian dilakukan terhadap batik manonjaya center


(43)

28

6 Beatty dan Ferrel

Peran Nilai Konsumsi dan Reaksi Impulsif sebagai Mediasi Pengaruh Faktor Situasional terhadap Keputusan Pembelian Impulsif di Butik Kota Malang

Pembelian yang tiba-tiba dan segera tanpa ada minat pembelian sebelumnya Perilaku terhadap pembelian impulsif variabel x1 dan x2 terhadap keputusan pembelian impulsif

2.2 Kerangka Pemikiran

Banyak upaya yang perlu ditempuh oleh perusahaan dalam mengantisipasi perubahan yang terjadi dilingkungan masyarakat terutama yang berkaitan dengan dunia usaha. Upaya ini bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Suatu perusahaan didirikan untuk mempunyai tujuan untuk mendapat profit, karena hal tersebut merupakan titik tolak bagi segala pemikiran dalam perusahaan dan tujuan untuk memberikan arahan bagi kegiatan dan cara mengatur efektifitas kegiatan perusahaan. Sering di katakan bahwa tujuan pada umumnya adalah untuk memuaskan kebutuhan konsumen dengan nilai-nilai tertentu.

Dalam lingkungan komunikasi (involvement), iklan sering menjadi elemen pusat dalam program komunikasi pemasaran, iklan bukanlah satu-satunya bahan yang paling penting dalam membentuk citra perusahaan dan mendorong penjualan. Masih banyak bentuk strategi yang bisa di gunakan untuk menarik perhatian konsumen di antaranya adalah in-store shopping environment, in-store shopping environment merupakan bentuk strategi service marketing yang dapat digunakan untuk memberi nilai lebih kepada konsumen melalui pengalaman


(44)

dalam berbelanja (shopping experience). Menurut Umar (2005:134), in-store shopping environment adalah suasana lingkungan perbelanjaan yang hendaknya terasa nyaman dan menyenangkan bagi para pengunjung sehingga merangsang para konsumen untuk menghabiskan waktu dan berbelanja seperti di supermarket dan sejenisnya. Shopping environment mampu mempengaruhi perilaku konsumen yang mengakibatkan melakukan pembelian impulsif.

Ketika terjadi pembelian impulsif akan memberikan pengalaman emosional lebih dari pada rasional, sehingga tidak dilihat sebagai suatu sugesti, dengan dasar ini maka pembelian impulsif lebih dipandang sebagai keputusan rasional dibanding irasional dan hubungan sembilan karakteristik produk yang mungkin dapat mempengaruhi pembelian impulsif, yaitu harga rendah, kebutuhan tambahan produk atau merk, distribusi massa, self service, iklan massa, display

produk yang menonjol, umur produk yang pendek, ukuran kecil, dan mudah disimpan, in-store shopping environment yang direncanakan dengan baik dan sesuai dengan target market yang ditetapkan akan dapat menciptakan emosi-emosi yang kondusif untuk berbelanja.

2.2.1 Keterkaitan antar variabel yang terdiri dari Fashion Involvement, In-Store Environment dan Pembelian Impulsif

2.2.1.1Hubungan antar Fashion Involvement terhadap Pembelian Impulsif

Pakaian merupakan kulit luar yang menegaskan identitas kita kepada lingkungan sosial, pakaian menjadi media efektif untuk menunjukan status, kedudukan, kekuasaan, lifestyle dari masa ke masa dan shopping menjadi salah satu life style yang paling digemari, untuk memenuhi life style ini masyarakat rela


(45)

30

mengorbankan sesuatu demi mencapainya dan hal tersebut cenderung mengakibatkan impulse buying. Ketika terjadi pembelian impulsif akan memberikan pengalaman emosional lebih dari pada rasional, sehingga tidak dilihat sebagai suatu sugesti, dengan dasar ini maka pembelian impulsif lebih dipandang sebagai keputusan rasional dibanding irasional dan hubungan sembilan karakteristik produk yang mungkin dapat mempengaruhi pembelian impulsif,

yaitu harga rendah, kebutuhan tambahan produk atau merk, distribusi massa, self service, iklan massa, display produk yang menonjol, umur produk yang pendek, ukuran kecil, dan mudah disimpan.

Pakaian sangat terkait dengan keterlibatan ke karakteristik pribadi (yakni perempuan dan muda) dan pengetahuan tentang fashion, yang pada giliran-nya dipengaruhi oleh keyakinan konsumen dalam membuat keputusan pembelian. Selain itu, hubungan yang positif antara tingkat keterlibatan dan mode pembelian pakaian adalah konsumen dengan high fashion involvement lebih menyukai kepada pembelian pakaian. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa konsumen dengan high fashion involvement lebih menyukai menggunakan fashion oriented impulse buying ( Edwin Japarianto dan Sugiono Sugiharto 2011: 32-41 )

Dalam pemasaran fashion, fashion involvement mengacu pada ketertarikan perhatian dengan kategori produk fashion (seperti pakaian). Fashion involvement

digunakan terutama untuk meramalkan variabel tingkah laku yang berhubungan dengan produk pakaian seperti keterlibatan produk, perilaku pembelian, dan


(46)

karakteristik konsumen (Browne and Kaldenberg, 1997; Fairhurst,1989; Flynnand Goldsmith, 1993 dalam Park 2006).

2.2.1.2Hubungan antar In-Store Shopping Environment terhadap Pembelian Impulsif

Para peneliti berpendapat bahwa in-store shopping environment

mempengaruhi sejauh mana konsumen menghabiskan uang diluar tingkat yang direncanakan di sebuah toko. Suasana toko mempengaruhi keadaan emosional pembelanja, yang kemudia mendorong untuk meningkatkan atau mengurangi belanja. Keadaan emosional terdiri dari dua perasaan yang dominan (kesenangan atau bergairah). Kombinasi unsur-unsur ini mempengaruhi konsumen untuk menghabiskan lebih sedikit atau lebih banyak waktu di toko yang memungkinkan konsumen akan melakukan pembelian impulsif (John C. Mowen 2002:139)

Melalui elemen-elemen yang ada di in-store shopping environment seperti musik, aroma, suhu, citra, furnitur, gaya layanan, dan orang dapat mempengaruhi kondisi psikologis konsumen, retailer dapat menciptkan stimuli-stimuli yang akan memicu konsumen dalam melakukan pembelian impulsif.


(47)

32

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran Teoritis Fashion Involvement

Karakteristik konsumen

-Trend

-Fashion adalah hal penting -Berbeda dari yang lain -Pakaian adalah karakteristik

Pengetahuan tentang fashion -Mengetahui orang lain dari pakaian

-Ketertarikan akan pakaian favorit

Perilaku pembelian

-Mencoba sebelum membeli -Membandingkan fashion terbaru

Pembelian Impulsif

 Tawaran khusus

 Model terbaru

 Tanpa berfikir sebelum membeli

 Langsung memasuki toko

 Terobsesi belanja

 Membeli produk fashion walaupun tidak membutuhkan

In-Store Shopping Environment

Aspek lingkungan sosial

-Secara langsung -Secara tidak langsung

Aspek lingkungan fisik

-Mempunyai ruang -Tidak mempunyai ruang


(48)

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2009:64) hipotesis penelitian adalah: “Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris.

Hipotesis Utama : -Terdapat pengaruh Fashion Involvement dan In-Store Shopping Environment Terhadap Pembelian Impulsif

Sub Hipotesis : -Terdapat pengaruh Fashion Involvement Terhadap Pembelian impulsif

-Terdapat pengaruh In-Store Shopping Environment


(49)

34

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Jonathan Sarwono (2003:9) objek penelitian adalah “Suatu penelitian untuk dapat menjawab masalah yang sedang diteliti maka harus sesuai dengan studi yang sama dengan kondisi yang sama pula (objek penelitian)”.

Sedangkan Pengertian objek penelitian yang dikemukakan oleh Nur Indriantoro (2007:56), menyatakan bahwa objek penelitian adalah sebagai berikut:

“Objek penelitian adalah karakteristik tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda untuk unit atau individu yang berbeda atau merupakan konsep yang diberi lebih dari satu nilai”.

Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa objek penelitian merupakan hal yang mendasari suatu penelitian berdasarkan studi dan kondisi yang sama dari tujuan penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut yang berjudul “Pengaruh Fashion Involvement dan In-Store Shopping Environment Terhadap Pembelian Impulsif Pada Manonjaya

Batik Center Bandung”

Di dalam penelitian ini, penulis mengemukakan dua variabel yang akan diteliti. Adapun variabel yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah :


(50)

1. Variabel independent (variabel bebas), yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependent (variabel tidak bebas). Variabel independent (variabel X1) dalam penelitian ini adalah Fashion Involvement dan (variabel X2) In-Store Shopping Environment.

2. Variabel dependent (variabel tidak bebas), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent. Variabel dependent (variabel Y) dalam penelitian ini adalah Pembelian Impulsif.

Fashion Involvement dan In-Store Shopping Environment merupakan faktor penyebab, sedangkan pembelian impulsif faktor akibat. Objek penelitian ini dilakukan pada konsumen yang melakukan pembelian di Manonjaya Batik Center Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik data primer ataupun data sekunder yang bisa digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atas data yang diproleh.

Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2008:4), menyatakan bahwa metode penelitian adalah sebagai berikut :

“Metode Penelitian pada dasanya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan,


(51)

36

dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan verifikatif.

Metode Deskriptif menurut Sugiyono (2009:206) mendefinisikan:

"Penelitian yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi."

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri (2008:45) menyatakan bahwa:

Metode Verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan benar atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Metode ini dimaksudkan untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik yaitu pengujian pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependent yang diteliti.

3.2.1 Desain Penelitian

Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam rancangan perencanaan dimulai dengan mengadakan observasi dan evaluasi


(52)

terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut.

Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel, prosedur dan teknik sampling, instrumen, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.

Maka dari itu dalam melakukan penelitian, perlu dibuat desain penelitian yang bertujuan agar data dan informasi yang diperoleh lengkap dan akurat. Selain itu dalam melakukan suatu penelitian sangat diperlukan perencanaan dan perancangan penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis sesuai dengan yang diharapkan penulis.

Menurut Husein Umar (2005:30), menyatakan bahwa:

Desain penelitian adalah semua proses yang dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Dalam hal ini desain Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang fashion involment dan in-store shopping environment pada pembelian

impulsif yang terjadi di Manonjaya Batik Center. Oleh karena itu digunakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang fashion involvement dan in-store shopping environment pada pembelian impulsif yang terjadi di Manonjaya Batik Center. Adapun tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut :


(53)

38

1. Mengumpulkan data dan informasi mengenai objek dan pembahasan penelitian, baik dari objek penelitian, maupun kajian pustaka.

2. Mengolah data dan informasi bahan penelitian. 3. Menyusun menjadi usulan penelitian.

4. Mengajukan bahan usulan penelitian.

5. Setelah disetujui oleh pembimbing mengenai usulan penelitian, kemudian melakukan penelitian.

6. Melakukan asistensi selama proses penelitian berlangsung.

7. Menyelesaikan seluruh penelitian, dan dinyatakan bisa melanjutkan ke tahap sidang oleh pembimbing.

Oleh karena itu penelitian yang baik harus didahului oleh perencanaan penelitian agar penelitian berjalan dengan lancar. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh M. Iqbal (2004:24) :

Desain penelitian adalah kerangka kerja dalam suatu studi tertentu, guna mengumpulkan, mengukur dan melakukan analisis data sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian”.

Seperti yang sudah di jelaskan di atas desain peneliatian yang digunakan dalam peneliatian ini adalah metode penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta pengaruh antar fenomena yang diselidiki.


(54)

Dalam penelitian ini, penulis menerapkan desain penelitian yang lebih luas, yang mencangkup proses-proses berikut ini:

1. Mencari dan menetapkan fenomena yang terjadi.

2. Menetapkan judul dari fenomena yang didapat, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti kemudian menentukan identifikasi masalah dalam

penelitian.

3. Menetapkan masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. 4. Menganalisis dan mengambil sampel untuk melakukan penelitian

mengenai Pengaruh Fashion Involvement dan In-store Shopping Environment Terhadap Pembelian Impulsif di Manonjaya Batik Center Bandung

5. Melakukan pembahasan terhadap masalah melalui data dan informasi yang diperoleh dari Manonjaya Batik Center di Bandung kemudian data tersebut diolah dan dianalisis.

6. Melaporkan hasil dari penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interprestasi data.

7. Menyimpulkan penelitian, sehingga akan diperoleh penyelesaian dan jawaban atas identifikasi masalah dan penelitian.


(55)

40 Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode yang

digunakan Unit Analisis

Time Horizon

T – 1 Descriptive Descriptive dan Survey

konsumen yang melakukan pembelian di Manonjaya Batik Center Bandung

Cross sectional

T – 2 Descriptive Descriptive dan Survey

konsumen yang melakukan pembelian di Manonjaya Batik Center Bandung

Cross sectional

T – 3 Descriptive Descriptive dan Survey

konsumen yang melakukan pembelian di Manonjaya Batik Center Bandung

Cross sectional

T – 4 Descriptive &

Verifikatif

Descriptive dan eksplanatory

Survey

konsumen yang melakukan pembelian di Manonjaya Batik Center Bandung

Cross sectional

3.2.2 Operasialisasi Variabel Penelitian

Operasionalisasi merupakan satu instrumen dari riset karena merupakan salah satu tahapan dalam proses pengumpulan data. Definisi dari operasionalisasi menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel tersebut. Sebuah definisi operasional juga bisa dijadikan sebagai batasan pengertian yang dijadikan pedoaman untuk melakukan suatu kejadian atau pekerjaan penelitian.

Tahap operasionalisasi merupakan langkah lanjutan setelah peneliti mendapatkan suatu definisi yang jelas pada tahap konseptualisasi. Sehingga, tahap operasionalisasi adalah tahap dimana definisi konseptual tersebut dikembangkan lebih spesifik dalam bentuk indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur variabel.


(56)

Menurut Sugiono (2008:59), “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”

Penulis melakukan penelitian Pengaruh Fashion Involvement dan In-Store Shopping Environment Terhadap Pembelian Impulsif yang terjadi di Toko Manonjaya Batik Center Bandung.

Untuk lebih jelasnya rincian masing-masing variabel dapat dijelaskan dalam Tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.2

Operasionalisasi variabel

VARIABEL KONSEP INDIKATOR UKURAN SKALA SUMBER

Fashion Involvement (X1) Fashion Involvement adalah hubungan seseorang terhadap sebuah objek berdasarkan kebutuhan, nilai, dan ketertarikan. (Zaichkowsky, 2000:341-352).

Karakteristik konsumen -Trend -Fashion adalah hal penting -Berbeda dari yang lain -Pakaian adalah karakter -Tingkat kesesuaian -Tingkat kesesuaian -Tingkat kesesuaian -Tingkat kesesuaian


(57)

42

Pengetahuan tentang fashion

-Mengetahui orang lain dari pakaian -Ketertarikan akan pakaian favorit -Tingkat kesesuaian -Tingkat kesesuaian

Ordinal Konsumen

Perilaku pembelian

-Mencoba sebelum membeli

-Membandingkan

fashion terbaru

-Tingkat kesesuaian

-Tingkat kesesuaian

Ordinal Konsumen

In-Store Shooping Environment (X2) in-store shopping environment adalah suasana lingkungan perbelanjaan yang hendaknya terasa nyaman dan menyenangkan bagi para pengunjung sehingga merangsang para konsumen untuk menghabiskan waktu dan

Aspek lingkungan sosial -Secara langsung -Secara tidak langsung -Tingkat kesesuaian -Tingkat kesesuaian

Ordinal Konsumen

Aspek

lingkungan fisik -Mempunyai ruang -Tidak mempunyai ruang -Tingkat kesesuaian -Tingkat kesesuaian


(58)

berbelanja seperti di supermarket dan sejenisnya. In-store shopping environment mampu mempengaruhi perilaku membeli konsumen. (Mariri Tendai 2009:103) Pembelian

Impulsif (Y)

Pembelian impulsif adalah pembelian tanpa terencana yang diwarnai oleh dorongan kuat untuk membeli yang muncul secara tiba-tiba dan seringkali sulit untuk ditahan, yang dipicu secara spontan saat berhadapan dengan produk, serta adanya perasaan menyenangkan dan penuh gairah. Rook (dikutip Engel et al, 2000, h.203)

 Tawaran khusus  Model terbaru  Tanpa berfikir saat membeli

 Langsung memasuki toko

 Terobsesi belanja

 Cenderung membeli produk

fashion walaupun tidak membutuhkan -Tingkat kesesuaian -Tingkat kesesuaian -Tingkat kesesuaian -Tingkat kesesuaian -Tingkat kesesuaian -Tingkat kesesuaian


(59)

44

3.2.3 Sumber dan Teknik Penetuan Data 3.2.3.1Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer dan data sekunder.

Menurut Sugiyono (2009:137) data primer sebagai berikut:

“Sumber Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.”

Data primer diperoleh dengan cara:

1. Kuesioner atau angket yang diberikan kepada responden

2. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan dan penelitian secara langsung terhadap obyek yang diteliti guna melengkapi data yang diperlukan

3. Wawancara, yaitu mengadakan wawancara dengan pimpinan, staf, maupun karyawan-karyawati untuk mendapatkan informasi yang lebih luas dan dalam.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari literatur-literatur dan laporan-laporan yang berhubungan dengan obyek penelitian.

Menurut sugiyono (2009:137) “Data sekunder merupakan data langsung yang tidak memberikan langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”.


(1)

1. Analisis Korelasi Parsial Antara Fashion Involvement dengan Pembelian Impulsif

Tabel 3

Korelasi Antar Variabel Penelitian Fashion Involvement terhadap Pembelian Impulsif

Fashion Involvement

Pembelian Impulsif Fashion

Involvement

Pearson Correlation 1 .748**

Sig. (2-tailed) .000

N 75 75

Pembelian Impulsif

Pearson Correlation .748** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 75 75

Sumber : Hasil Output SPSS 20

Berdasarkan output di atas, diperoleh informasi bahwa nilai korelasi antara fashion involvement (X1) dengan pembelian impulsif (Y) adalah sebesar 0,748. Nilai korelasi bertanda positif, yang menandakan bahwa hubungan yang terjadi antara keduanya adalah searah. Dimana fashion involvement yang dilakukan, maka akan diikuti pula oleh semakin tingginya pembelian impulsif. Nilai sebesar 0,748 berada pada kategori hubungan yang kuat karena berada diantara rentang interval antara 0,600 – 0,799 (Syahril Alhusin, 2003:157).

2. Analisis Korelasi Parsial Antara In-Store Shopping Environment dengan Pembelian

Impulsif

Tabel 4

Korelasi Antar Variabel Penelitian In-Store Shopping Environment terhadap Pembelian Impulsif

In-Store Shopping Environment

Pembelian Impulsif In-Store Shopping

Environment

Pearson Correlation 1 .515**

Sig. (2-tailed) .000

N 75 75

Pembelian Impulsif

Pearson Correlation .515** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 75 75

Sumber : Hasil Output SPSS 20

Berdasarkan output di atas, diperoleh informasi bahwa nilai korelasi antara in-store shopping environment (X2) dengan pembelian impulsif (Y) adalah sebesar 0,515. Nilai korelasi bertanda positif, yang menandakan bahwa hubungan yang terjadi antara keduanya adalah searah. Dimana semakin baik in-store shopping environment yang dilakukan, maka akan diikuti pula oleh semakin tingginya pembelian impulsif. Nilai sebesar 0,515 berada pada kategori hubungan yang sedang karena berada diantara rentang interval antara 0,400-0,599 (Syahril Alhusin, 2003:157).


(2)

Analisis Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis koefisien determinasi (KD) merupakan kuadrat dari nilai korelasi (R) disebut juga sebagai R-Square. Dengan menggunakan Software SPSS 20 for windows, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5

Determinasi Fashion Involvement dan In-Store Shopping Environment

Model Summary Mode

l

R R

Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .827a .684 .676 1.91750

a. Predictors: (Constant), x2, x1 Sumber : HasilOutput SPSS 20

Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa nilai koeifisien determinasi atau R-Square adalah sebesar 0,684 atau 68%. Hal ini menunjukan bahwa fashion involvement dan in-store shopping environment memberikan pengaruh terhadap pembelian impulsif sebesar 68%, sedangkan sisanya sebesar 100%-68%= 32% merupakan pengaruh variabel lain yang tidak diteliti, seperti lifestyle, display, atmosfer yang dapat memicu terjadinya pembelian impulsive. seperti yang di jelaskan oleh Edwin Japarianto dan Sugiharto (2011:32-41) bahwa variabel lain di luar variabel bebas yang di gunakan dapat mempengaruhi variabel terikat.

Pengujian Hipotesis Uji F

Tabel 6

Penguian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

1

Regression 573.936 2 286.968 78.048 .000b

Residual 264.731 72 3.677

Total 838.667 74

a. Dependent Variable: y b. Predictors: (Constant), x2, x1 Sumber : HasilOutput SPSS 20

Berdasarkan tabel output di atas, dapat diketahui nilai Fhitung sebesar 78,048. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai Ftabel. Dengan α=0,05, db1=2 dan db2=72, diketahui nilai Ftabelsebesar 3,13. Dari nilai-nilai di atas, diketahui nilai Fhitung (78,048) >Ftabel (3,13), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh simultan yang signifikan dari fashion involvement (X1) dan in-store shopping environment (X2) terhadap pembelian impulsif (variabel Y). Untuk melihat lebih rinci pengaruh secara parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat, berikut disajikan uji hipotesis secara parsial menggunakan uji t.


(3)

Uji t

Tabel 6

Koefisien Uji Hipotesis Parsial X1

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 1.612 1.853 .870 .387

x1 .443 .045 .665 9.775 .000

x2 .503 .094 .362 5.327 .000

a. Dependent Variable: y Sumber : HasilOutput SPSS 20

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai thitung untuk fashion involvement sebesar 9,775. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai ttabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n -k-1=75-2-1=72, diperoleh nilai ttabel sebesar ± 1,993. Diketahui bahwa thitung untuk X1 sebesar 9,775 > nilai ttabel (1,993), maka H0 ditolak artinya fahion involvement secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif di Manonjaya Batik Center Bandung.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Fashion involvement terhadap toko Manonjaya Batik Center Bandung tergolong baik, maka dapat di simpulkan bahwa dengan adanya fashion involvement terhadap Manonjaya Batik Center akan terciptanya pembelian baik terencana mauapun secara impulsif.

2.

Tanggapan konsumen terhadap in-store shopping environment Manonjaya Batik Center terbilang baik di karenakan Manonjaya Batik Center Bandung telah dapat menarik perhatian konsumen dalam hal lingkungan fisik dan lingkungan sosial baik secara interior toko maupun pengaruh orang di sekitar kita yang menyebabkan konsumen melakukan pembelian di perushaan Manonjaya Batik Center Bandung di karenakan tertarik dengan lingkungan perushaan yang di berikan.

3.

Secara simultan, fashion involvement dan in-store shopping environment terhadap produk Manonjaya Batik Center memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif.

Secara parsial, fashion involvement memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif dengan total pengaruh sebesar enam puluh persen dan in-store shopping environment secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif dengan total sebesar sebelas persen. Dari kedua variabel tersebut, fashion involvement memberikan pengaruh paling besar terhadap pembelian impulsif di perusahaan Manonjaya Batik Center Bandung dan di ikuti oleh variabel in-store shopping environment dimana pengaruh keduanya signifikan.

Saran

1. Fashion Involvement pada Manonjaya Batik Center secara umum sudah baik, namun indikator Pengetahuan Tentang Fashion di Manonjaya Batik Center masih rendah di banding dengan indikator lain dari fashion involvement. Untuk itu sebagiknya Manonjaya Batik Center lebih memperjelas lagi mengenai produk yang di tawarkan agar konsumen


(4)

Manonjaya Batik Center tahu dengan jelas mengenai produk-produk yang ada di dalamnya agar involvement konsumen terhadap fashion akan lebih baik lagi.

2. Tanggapan pelanggan tentang in-store shoppig environment yang dilakukan oleh Manonjaya Batik Center sudah menarik, namun indikator aspek lingkungan sosial masih rendah di banding dengan indikator lain dari in-store shopping environment. Untuk itu Manonjaya Batik Center harus lebih meningkatkan iklan yang dilakukan agar konsumen terpengaruh untuk memasuki toko dan pelayanan yang dilakukan harus lebih optimal lagi agar konsumen merasa nyaman pada saat melakukan pembelian di Manonjaya Batik Center Bandung.

3. Pembelian impulsif pada Manonjaya Batik Center secara umum dirasa sudah impulsif, namun indikator model terbaru dirasa masih rendah dari pembelian impulsif. Untuk itu sebaiknya Manonjaya Batik Center harus lebih inofatif lagi dalam trand saat ini atau produk yang di tawarkan lebih up to date lagi di banding dengan toko-toko yang lain DAFTAR PUSTAKA

Asim Ali, Chairman, IM Business Service, Abbottabed, Pakistan, 2009, al., 2009).

Exposure to in-store marketing stimuli produces unplanned buying actions, as identified by Bell et al. (2011).

Beatty and Ferrel dalam Strack, 2006 di kutip oleh Fatchur Rohman dalam Peran

Nilai Hedonik Konsumsi dan Reaksi Impulsif sebagai Media Pengaruh Faktor Situsional terhadap Keputusan Pembelian Impulsif di Butik Kota Malang. Jurnal Manajemen, Vol. 7 No. 2. Mei 2009:251-261

Cristina Widhya Utami, 2000, di kutip oleh Hatane Semuel, 2005. dalam Respon

Lingkungan Belanja Sebagai Stimulus Pembelian Tidak Tidak Terencana pada Toko Serba Ada. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 7 No. 2, September 2005:151-170 Browne, B.A. & Kaldenberg, D.O., 1997, Concep-tualizing self-monitoring: links

to meterialism and product involvement, Journal of Con-sumer Marketing, 14(1), pp. 31-44.

Edwin Japarianto dan Sugiono Sugiharto, 2011, Pengaruh Shopping Life Style

dan Fashion Involvement Terhadap Impulsif Buying Behavior Masyarakat High Income Surabaya. Journal Manajemen Pemasaran, Vol. 6, No. 1 April, pp. 31-41

Fairhurst, A.E., Good, L.K. & Gentry, J.W., 1989, Fashion involvement: an

instrument validation procedure. Clothing and Textiles Research journal, 7(3), pp. 10-14. Hausman, A., 2000, A multi- method investigation of consumer motivations in

impulse buying behavior, Journal of Consumer Marketing, 17(15), pp. 403-419. Kotler Philip, Swee Hoon Ang, Siew Meng Leong, Chin Ting, 2004

Manajemen Pemasaran Sudut Pandang Asia. Edition Ketiga. Indonesia: Indeks Mariri Tendai and Chipunza Crispen, 2009, In-Store Shopping Environment and

Impulsif Buying, Journal of Marketing Management vo;. 1(4), July. Pp. 102-108 O’Cass, A., 2004, Fashion clothing consumption: antecedents and consequences

of fashion clothing involvement, European Journal of Marketing, 38(7), pp. 869-82. Richard, L.C. & Jerry, C.O., September 1988, The role of involvement in attention

and compre-hension processes, Journal of Consumer Rese-arch, 15(9), pp. 210-224. Stern, H., April 1962, The significance of impulse buying today, Journal of

Marketing, Vol. 26(4), pp. 59-62.

Zaichkowsky, J.L., Desember 1985, Measuring the Involvement Construct in Marketing. Journal of Consumer Research, 12(12), pp. 341-352.

Zaichkowsky, 1985, di kutip oleh Edwin Japarianto dan Sugiono Sugiharto, 2011,

dalam Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion Involvement Terhadap Impulsif Buying Behavior Masyarakat High Income Surabaya.(pp. 341-352)


(5)

(6)

Nama

Alamat

Telepon

Tanggal Lahir

Tempat Lahir

Agama

Gender

Status

Umur

Tinggi/Berat Badan

Golongan Darah

: Andri Supriadi

: Jl. Sindanglaya No. 50 Bandung

40293

: 022-7800706 / 08998665890

: 28 Februari 1991

: Bandung

: Islam

: Laki-laki

: Belum Menikah

: 22 Tahun

: 165 cm/55 kg

: B

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN FORMAL

Institute

Tempat

Priode

SD

: SDN Pasir Impun 2 Bandung

2002-2003

SMP

: SMPN 8 Bandung

2004-2006

SMA

: SMA Kartika Siliwangi III-I Bandung

2007-2009


Dokumen yang terkait

Pengaruh Shopping Lifestyle, Store Atmosphere, dan Hedonic Shopping Value Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif Pelanggan Aeon Depart Ment Store Bsd City

8 68 186

PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 11 88

PENGARUH SHOPPING LIFE STYLE, FASHION PENGARUH SHOPPING LIFE STYLE, FASHION INVOLVEMENT DAN HEDONIC SHOPPING VALUE TERHADAP IMPULSIVE BUYING BEHAVIOUR.

0 3 13

TESIS PENGARUH FASHION INVOLVEMENT, EMOSI POSITIF DAN HEDONIC CONSUMPTION TENDENCY TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF DI DEPARTMENT STORE.

0 3 15

PENDAHULUAN PENGARUH FASHION INVOLVEMENT, EMOSI POSITIF DAN HEDONIC CONSUMPTION TENDENCY TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF DI DEPARTMENT STORE.

0 5 24

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS PENGARUH FASHION INVOLVEMENT, EMOSI POSITIF DAN HEDONIC CONSUMPTION TENDENCY TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF DI DEPARTMENT STORE.

0 2 15

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL PENGARUH FASHION INVOLVEMENT, EMOSI POSITIF DAN HEDONIC CONSUMPTION TENDENCY TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF DI DEPARTMENT STORE.

0 3 38

PERANAN HEDONIC SHOPPING VALUE DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING DI MATAHARI DEPARTMENT STORE SURABAYA.

3 26 81

Pengaruh in-store shopping environment dan positive emotion terhadap pembelian impulsif produk fashion elzatta di Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo.

1 8 99

Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying Pada Konsumen Fashion Matahari Department Store Bangkalan - UWKS - Library

0 0 14