EVALUASI KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR INDUK BANTUL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016

(1)

SKRIPSI

EVALUASI KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR INDUK BANTUL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

NANTIKA WAHYU FEBRIANTI NIM : 20130520384

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

SKRIPSI

EVALUASI KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR INDUK BANTUL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

NANTIKA WAHYU FEBRIANTI NIM : 20130520384

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Dengan Judul

Evaluasi Kebijakan Revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul Tahun 2016

Oleh:

Nantika Wahyu Febrianti 20130520384

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada:

Hari dan tanggal : Jumat, 09 Desember 2016 Tempat : Ruang Igov Lama 2 Jam : 13.30-14.30 WIB

SUSUNAN TIM PENGUJI KETUA

Drs. Suswanta, M.Si.

Penguji I Penguji II

Rahmawati Husein, Ph.D. Dr. Dyah Mutiarin, M.Si. Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan


(4)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nantika Wahyu Febrianti NIM : 20130520384

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan dengan sebenar benarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir penelitian ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, November 2016 Yang membuat pernyataan


(5)

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan

akan

ada kemudahan”

(QS. Al-Insyirah: 6)

“Hai orang

-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu

sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-oraang

yang sabar”

(QS. Al-Baqarah: 153)

“Segala sesuatu tidak ada yang mudah, begitu pula tidak ada yang

sulit. Hanya saja segala sesuatu membutuhkan waktu yang tidak cepat

serta proses yang tidak mudah. Selalu berbaik sangka kepada Allah

dan percayalah akan keajaiban doa”

(Nantika Wahyu Febrianti)


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabil’alamin. Segala puji bagi Allah atas segala kemurahan dan limpahan Rahmat-Nya sehingga aku dapat menyelesaikan karya tulisku sesuai dengan target yang diharapkan. Rasa syukur juga tanpa henti kupanjatkan atas segala nikmat yang Allah SWT limpahkan kepadaku. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjunganku Nabi Muhammad SAW, sebagai tauladanku dan tauladan seluruh umat Muslim.

Terimakasih yang tiada terkira kepada Bapak Ibukku tercinta, Ibu Titi Yulianti dan Bapak Kasiran Nanet, yang telah bersedia mendidik dan merawatku selama ini. Atas segala jerih payah Bapak Ibuk mengasuhku, menjadi panutanku, doa yang tak pernah henti dipanjatkan untukku. Semoga aku dapat membahagiakan Bapak Ibuk setelah ini. Juga kepada adikku tersayang Nanang Narantika, terimakasih sudah menjadi adik dan patner yang baik saat suka maupun duka. Serta keluarga besar yang selalu memberikan doa dan dukungan.

Seluruh Dosen dan Staf TU Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah mengantarkanku menjadi Sarjana.

Kepada teman-teman Ilmu Pemerintahan angakatan 2013 terutama Iin, Oky, Wawan, Nika, Dessy Fatma, Desyana, Dwika teman-teman kelas H, dan teman-teman semua yang tidak mungkin aku sebut satu persatu, terimakasih telah menemani berproses, semoga kita dapat bertemu di gerbang kesuksesan.

Sahabat tercinta, Tete, Dewi, Erfin, Sele, Mas Arif yang selalu menemani saat suka maupun duka, memberikan dukungan saat ujian kemarin, thank you so much. Mbak Epick, Nur Amanah, Minoz, Nisa, Jutek, dek Tiyok, Afnan yang tetap menerimaku dengan segala kekuranganku, teman-teman Chittost yang selalu dihati. Serta teman-teman KT Ajisaka yang selalu memberikan dukungan.

Teman-teman Bidikmisi senasib seperjuangan, angkatan 2012, 2013, 2014, 2015, 2016 semoga kita nantinya dapat mengabdi untuk Negara yang telah memberikan kesempatan untuk memperoleh ilmu.

Kepada teman-teman “Sandiwara KKN 073” Iin, Oky, Danang, Lia, Fitri, Iqbal, Nurul, Susi, Darul, Yahya, Ipul, Mahmud, Marzuki yang sudah ku anggap sebagai saudara. Susah seneng bareng selama satu bulan, meskipun konco tipis semoga persahabatan dan persaudaraan terus terjaga hingga kita memperoleh kebahagiaan masing-masing kelak.


(7)

Kepada keluarga besar Biro Admisi UMY, Ibu Siti Diah Handayani, Bapak Marwadi, Mbak Anin, Kak Ros, Mbak Mitra, Mbak Saras, Mas Usman, Mas Dwi, Kak Intan, Mbak Ulfa, Mbak Dita, Mbak Achel, Mbak Witri, Mbak Fiena, Mbak, Zulfa, Mbak Linda, Ike, Iim, Rio, dan yang lainnya, terimakasih atas bimbingan dan pengalaman yang telah diberikan selama ini. Serta keluarga Kopkar UMY, Mas Hafidz dan Mbak Era yang telah memberikan kesempatan dan pelajaran untukku.

Kepada orang-orang yang berada dibalik layar, seluruh staf UMY terutama staf Fisipol, dan Petugas Perpustakaan yang selalu direpotkan dan telah memberikan kemudahan-kemudahan sehingga aku mampu sampai ke tahap ini.

Serta semua pihak yang tidak mampu disebutkan satu per satu. Terimakasih.


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan judul “EVALUASI KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR INDUK BANTUL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarganya, sahabatnya, serta pada pengikutnya yang Insyallah akan setia hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, MA. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Bapak Ali Muhammad, S.IP., MA., Ph.D, selaku Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dr. Titin Purwaningsih, S.IP., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(9)

5. Ibu Rahmawati Husein, Ph.D dan Ibu Dr. Dyah Mutiarin, M.Si selaku Dosen Penguji.

6. Seluruh Dosen di Jurusan Ilmu Pemerintahan UMY yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

7. Ibu Nurul Adiati selaku Kepala Seksi Perencanaan dan Pengendalian Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul, Ibu Sarjilah selaku Lurah Pasar Induk Bantul, Bapak Isdianto selaku Petugas Pembersih Pasar Induk Bantul, serta Ibu Sri Supatmi, Ibu Kartini, dan Ibu Murni selaku pedagang di Pasar Induk Bantul.

8. Orang tua yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, November 2016


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

SINOPSIS ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Studi Terdahulu ... 9

F. Kerangka Teori... 13

1. Kebijakan Publik ... 13

2. Revitalisasi ... 19

3. Pasar ... 23

4. Revitalisasi Pasr ... 27

G. Definisi Konsepsional ... 30

H. Definisi Operasional... 34

I. Metode Penelitian... 36

1. Jenis Penelitian ... 36

2. Batasan Penlitian ... 37

3. Unit Analisis ... 37

4. Data dan Sumber Data ... 38

5. Teknik Pengumpulan Data ... 39

6. Teknik Analisis Data ... 40

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ... 42

A. Gambaran Umum Kabupaten Bantul ... 42

1. Kondisi Geografis ... 42


(11)

3. Perdagangan ... 47

4. Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Bantul ... 50

B. Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul ... 52

1. Profil Kantor Pengelolaan Pasar ... 52

2. Visi dan Misi Kantor Pengelolaan Pasar ... 55

3. Struktur Organisasi Kantor Pengelolaan Pasar ... 57

C. Gambaran Kondisi Pasar Induk Bantul ... 58

BAB III EVALUASI KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR INDUK BANTUL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016 ... 61

A. Revitalisasi Pasar Induk Bantul ... 61

1. Intervensi Fisik ... 66

2. Rehabilitasi Ekonomi ... 73

3. Revitalisasi Sosial ... 79

B. Evaluasi Kebijakan Revitalisasi Pasar Induk Bantul ... 84

1. Efektivitas ... 85

2. Efisiensi ... 96

3. Adekuasi (Kecukupan) ... 102

4. Kemerataan (Ekuitas) ... 108

5. Responsivitas ... 115

6. Ketepatan... 119

BAB IV PENUTUP ... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1Daftar Pasar dan Jumlah Pedagang di Kabupaten Bantul ... 4

Tabel 1.2 Penjabaran Studi Terdahulu ... 12

Tabel 1.3 Sumber Data Primer ... 38

Tabel 1.4 Sumber Data Sekunder... 39

Tabel 1.5 Responden yang Diwawancarai ... 40

Tabel 2.1 Jumlah Desa, Dusun, dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul .. 45

Tabel 2.2 Kepadatan Penduduk Geografis Per Kecamatan Tahun 2012 ... 46

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 47

Tabel 2.4 Data Pasar dengan Kondisi Baik Tahun 2014 ... 48

Tabel 2.5 Data Pembangunan Pasar Tradisional di Kabupaten Bantul ... 49

Tabel 2.6 Daftar Pengelola Pasar Induk Bantul ... 60

Tabel 3.1 Gambaran Singkat Indikator Efektivitas ... 96

Tabel 3.2 Gambaran Singkat Indikator Efisiensi ... 102

Tabel 3.3 Gambaran Singkat Indikator Adekuasi ... 108

Tabel 3.4 Data Bangunan Pasar Sebelum dan Setelah Revitalisasi ... 109

Tabel 3.5 Gambaran Singkat Indikator Kemerataan ... 115

Tabel 3.6 Gambaran Singkat Indikator Responsivitas ... 119


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bantul ... 42

Gambar 2.2 Susunan Organisasi Kantor Pengelolaan Pasar ... 57

Gambar 2.3 Pasar Induk Baantul ... 58

Gambar 3.1 Tahapan Revitalisasi Pasar Untuk Pedagang ... 64

Gambar 3.2 Tempat Parkir Sebelum Revitalisasi ... 82

Gambar 3.3 Tempat Parkir Setelah Revitalisasi ... 83

Gambar 3.4 Bangunan Gedung Pasar Sebelum Revitalisasi ... 86

Gambar 3.5 Bangunan Gedung Pasar Setelah Revitalisasi ... 86

Gambar 3.6 Kondisi Lantai Sebelum Revitalisasi ... 88

Gambar 3.7 Kondisi Lantai Setelah Revitalisasi... 89

Gambar 3.8 Kondisi Atap Sebelum Revitalisasi ... 91

Gambar 3.9 Kondisi Atap Setelah Revitalisasi ... 92

Gambar 3.10 Tempat Sampah ... 120

Gambar 3.11 Kondisi Kamar Mandi ... 120

Gambar 3.12 Hydrant ... 122


(14)

SINOPSIS

Kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul untuk terus menjaga eksistensi perekonomian lokal. Dengan demikian diharapkan pasar tradisional dapat bersaing dengan pasar modern. Penelitian mengenai evaluasi kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul Tahun 2016, bertujuan untuk mengevaluasi hasil dari kebijakan revitalisasi pasar yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Sehingga dapat memberikan saran berupa solusi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dari kebijakan revitalisasi yang telah dilaksanakan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Informan dan responden pada penelitian ini yaitu Kepala Seksi Perencanaan dan Pembangunan Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul, Lurah dan Petugas Pembersih di UPT Pasar Induk Bantul, serta tiga pedagang lama Pasar Induk Bantul yang menempati bangunan gedung pasar pasca revitalisasi. Penelitian ini dilakukan di Pasar Induk Bantul. Teknik pengumpulan datanya yaitu wawancara dan dokumentasi.

Adapun tahap-tahap revitalisasi mencakup intervensi fisik, rehabilitasi ekonomi, serta revitalisasi sosial. Revitalisasi Pasar Induk Bantul telah dilaksanakan, kegiatan perekonomian juga telah kembali berjalan. Untuk mengetahui hasil dari kebijakan revitalisasi, penelitian ini menggunakan kriteria evaluasi kebijakan yang terdiri dari 6 aspek/indikator. Aspek tersebut yaitu efektivitas, efisiensi, adekuasi (kecukupan), kemerataan (ekuitas), responsivitas, dan ketepatan. Pembahasan mengenai revitalisasi Pasar Induk Bantul dilakukan dengan menganalisis hasil dari jawaban responden yang telah diwawancarai. Dari penelitian dan analisis yang dilakukan, kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul sudah dilaksanakan dengan baik. Tahapan intervensi fisik yang dilakukan juga mencapai keberhasilan terlihat dari megahnya bangunan gedung pasar. Pelaksanaan kebijakan revitalisasi telah membawa perubahan yang lebih baik dalam pola hidup bersih dan sehat pedagang. Namun masih terdapat beberapa kekurangan pada intervensi fisik, seperti atap masih ada yang bocor, pasar yang sangat panas karena tidak terdapat blower, kebijakan tentang rehabilitasi ekonomi yang kurang dimanfaatkan oleh pedagang, serta dalam revitalisasi sosial masih terdapat hubungan yang kurang baik antara pedagang dan pengelola pasar yang mengakibatkan kurang baiknya respon terhadap masalah yang dikeluhkan oleh masyarakat.

Kesimpulannya adalah Revitalisasi pasar yang dilaksanakan di Pasar Induk Bantul sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan target yang diharapkan. Saran terhadap kelanjutan kebijakan Revitalisasi Pasar Induk Bantul yaitu dilakukan pemasangan blower dan pembenaran pada atap yang masih bocor. Pelaksanaan rehabilitasi ekonomi yang bermanfaat bagi pedagang. Serta perlunya peningkatan hubungan antara pedagang dan pengelola pasar agar terjadi keharmonisan antar keduanya.


(15)

SINOPSIS

Kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul untuk terus menjaga eksistensi perekonomian lokal. Dengan demikian diharapkan pasar tradisional dapat bersaing dengan pasar modern. Penelitian mengenai evaluasi kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul Tahun 2016, bertujuan untuk mengevaluasi hasil dari kebijakan revitalisasi pasar yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Sehingga dapat memberikan saran berupa solusi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dari kebijakan revitalisasi yang telah dilaksanakan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Informan dan responden pada penelitian ini yaitu Kepala Seksi Perencanaan dan Pembangunan Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul, Lurah dan Petugas Pembersih di UPT Pasar Induk Bantul, serta tiga pedagang lama Pasar Induk Bantul yang menempati bangunan gedung pasar pasca revitalisasi. Penelitian ini dilakukan di Pasar Induk Bantul. Teknik pengumpulan datanya yaitu wawancara dan dokumentasi.

Adapun tahap-tahap revitalisasi mencakup intervensi fisik, rehabilitasi ekonomi, serta revitalisasi sosial. Revitalisasi Pasar Induk Bantul telah dilaksanakan, kegiatan perekonomian juga telah kembali berjalan. Untuk mengetahui hasil dari kebijakan revitalisasi, penelitian ini menggunakan kriteria evaluasi kebijakan yang terdiri dari 6 aspek/indikator. Aspek tersebut yaitu efektivitas, efisiensi, adekuasi (kecukupan), kemerataan (ekuitas), responsivitas, dan ketepatan. Pembahasan mengenai revitalisasi Pasar Induk Bantul dilakukan dengan menganalisis hasil dari jawaban responden yang telah diwawancarai. Dari penelitian dan analisis yang dilakukan, kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul sudah dilaksanakan dengan baik. Tahapan intervensi fisik yang dilakukan juga mencapai keberhasilan terlihat dari megahnya bangunan gedung pasar. Pelaksanaan kebijakan revitalisasi telah membawa perubahan yang lebih baik dalam pola hidup bersih dan sehat pedagang. Namun masih terdapat beberapa kekurangan pada intervensi fisik, seperti atap masih ada yang bocor, pasar yang sangat panas karena tidak terdapat blower, kebijakan tentang rehabilitasi ekonomi yang kurang dimanfaatkan oleh pedagang, serta dalam revitalisasi sosial masih terdapat hubungan yang kurang baik antara pedagang dan pengelola pasar yang mengakibatkan kurang baiknya respon terhadap masalah yang dikeluhkan oleh masyarakat.

Kesimpulannya adalah Revitalisasi pasar yang dilaksanakan di Pasar Induk Bantul sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan target yang diharapkan. Saran terhadap kelanjutan kebijakan Revitalisasi Pasar Induk Bantul yaitu dilakukan pemasangan blower dan pembenaran pada atap yang masih bocor. Pelaksanaan rehabilitasi ekonomi yang bermanfaat bagi pedagang. Serta perlunya peningkatan hubungan antara pedagang dan pengelola pasar agar terjadi keharmonisan antar keduanya.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bantul merupakan salah satu daerah yang mempunyai aturan tentang pendirian dan penataan toko modern. Hal ini dibuktikan dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pasar dan Peraturan Bupati Bantul Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penataan Toko Modern di Kabupaten Bantul. Dalam Peraturan-Peraturan tersebut dijelaskan beberapa syarat dan aturan yang harus dipenuhi sejumlah pihak jika ingin mendirikan toko modern di Bantul.

Adanya aturan-aturan tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul untuk terus menjaga eksistensi perekonomian lokal. Seperti melindungi keberadaan pasar tradisional dan pedagang kecil baik yang berjualan di pasar tradisional maupun toko-toko kecil. Ketentuan tersebut sejatinya tidak melarang pendirian toko/pasar modern di Bantul. Melainkan setiap elemen masyarakat di Bantul harus mematuhi peraturan yang ada seperti yang tertera pada Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati yang ada jika ingin mendirikan toko modern.

Sehubungan dengan peraturan-peraturan yang telah dibuat, Pemerintah Kabupaten Bantul terus berupaya untuk menjaga eksistensi perekonomian lokal yaitu dengan merevitalisasi pasar tradisional.


(17)

Revitalisasi pasar dilakukan dengan upaya agar pasar tradisional tetap mampu bersaing dengan pasar modern yang telah menjamur. Karena banyaknya jumlah masyarakat di Bantul yang sebagian besar bergantung pada pasar tradisional, agar tetap dapat mempertahankan pekerjaannya sebagai pedagang.

Adanya dua kebijakan pemerintah tentang pembatasan pasar modern dan revitalisasi pasar tradisional sangat berkaitan, karena pembatasan pasar modern tanpa adanya revitalisasi pasar tradisional adalah sama halnya dengan menyelesaikan masalah, namun tidak sampai ke akarnya. Kebijakan pembatasan pasar modern berfungsi sebagai regulator untuk menekan laju pertumbuhan pasar moden di Bantul, sedangkan kebijakan revitalisasi pasar tradisional bertujuan untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern (Masitoh: 2013).

Meskipun pasar modern telah menjamur di Bantul, namun pasar tradisional tidak akan punah begitu saja. Banyak penduduk desa yang akan setia berbelanja di pasar tradisional. Penduduk di desa memiliki daya beli yang rendah, begitu pula budaya tawar menawar dalam berbelanja tidak bisa ditemui di pasar modern. Akan tetapi eksistensi pasar tradisional itu sendiri harus tetap dijaga. Senjata yang diperlukan untuk menjaga eksistensi pasar tradisional yaitu dengan peraturan pemerintah tentang perlindungan pasar tradisional dan perubahan dari pasar tradisional itu sendiri.


(18)

Dengan demikian, konsep revitalisasi pasar untuk mempetahankan eksistensi pasar tradisional sangat penting. Sudah barang tentu revitalisasi tidak hanya sebatas bangunan dan regulasi pemerintah. Akan tetapi, semua aspek yang menjadi instrument pasar tradisional memerlukan revitalisasi. Baik dari segi manajmen, pengembangan pasar, dana penunjang pengembangan, dan lain sebagainya.

Di Kabupaten Bantul terdapat 31 pasar sebagai wadah perekonomian masyarakat. Jumlah pedagang di Pasar Induk Kabupaten Bantul 1718 pedagang merupakan jumlah pedagang terbanyak dari pasar-pasar tradisional yang terdapat di Bantul. Berikut daftar pasar-pasar tradisional dan jumlah pedagang pasar yang ada di Bantul:


(19)

Tabel 1.1

Daftar Pasar dan Jumlah Pedagang di Kabupaten Bantul No Nama Pasar Jumlah Pedagang

1 Bantul (Pasar Induk) 1718

2 Niten 926

3 Klitikan Niten 167

4 Janten 79

5 Piyungan 1089

6 Imogiri 1587

7 Angkruksari 513

8 Barongan 316

9 Mangiran 315

10 Jodog 595

11 Pijenan/ Gesikan 258

12 Hewan Pandak 82

13 Gataka 337

14 Pundong 636

15 Jejeran 711

16 Pleret 411

17 Hewan Imogiri 120

18 Sorobayan 290

19 Gumulan 263

20 Semampir 180

21 Sungapan 104

22 Turi 774

23 Celep 154

24 Panasan 231

25 Dlingo 195

26 Bendosari 67

27 Ngipik 41

28 Sangkeh 17

29 Grogol 26

30 Koripan 53

31 Jragan 47

Jumlah 12311

Sumber: Kantor Pengelolaan Pasar 2016

Pasar Induk Bantul merupakan pasar induk yang terdapat di Kabupaten Bantul. Hal ini menjadikan Pasar Induk Bantul sebagai salah satu tempat pusat aktivitas perekonomian masyarakat. Selama aktivitas


(20)

perekonomian berlangsung, terjadi interaksi antara pedagang, pembeli, pengelola pasar, serta pemerintah daerah. Kegiatan jual beli di Pasar Induk Bantul tidak hanya dilakukan oleh warga Bantul saja. Banyak warga di sekitar Bantul yang berdagang di Pasar Induk Bantul, seperti warga dari Gunung Kidul, Kulon Progo, Kota Jogja, bahkan ada yang berasal dari Klaten Jawa Tengah.

Kesamaan fungsi antara pasar tradisional dan pasar modern mengakibatkan adanya persaingan antar keduanya. Akan tetapi, pasar tradisional harus menjaga eksistensinya agar dapat terus bersaing dengan pasar modern. Menurut Mudjarat Kuncoro (2008) dalam tulisannya

“Strategi Pengembangan Pasar Modern dan Tradisonal”, terdapat isu utama yang berkaitan dengan perkembangan pasar tradisional, diantaranya yaitu :

1. Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal maka perlu ada program untuk melakukan pengaturan.

2. Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern yang memberatkan pemasok barang.

3. Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) ke wilayah pemukiman.

4. Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling berdekatan.

Dari permasalahan isu utama tersebut, kelengkapan fasilitas serta kebersihan pasar sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung


(21)

dan untuk menjaga eksistensi pasar tradisional. Pelaksanaan program revitalisasi pasar oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul sangat penting adanya untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern yang ada di Bantul. Agar terdapat peningkatan kualitas baik fisik maupun non fisik yang menjadikan pasar tradisional lebih baik, menghilangkan kesan kumuh, semrawut, panas dan bau.

Sebelum revitalisasi berlangsung, kondisi fisik Pasar Induk Bantul sudah sangat memprihatinkan. Mulai dari bangunan gedung yang sudah retak, atap yang bocor, serta lingkungan yang kumuh. Apalagi saat musim penghujan, lantai menjadi becek dan licin. Hal ini sangat mengganggu kenyamanan baik pedagang maupun pembeli.

Mengulas kembali saat pelaksanaan revitalisasi Pasar Induk Bantul tersebut, pedagang hanya berjualan di tempat kecil yang terdapat didepan dan sayap kanan kiri pasar yang disediakan oleh pengelola pasar. Hal tersebut mengakibatkan pembeli kurang nyaman dengan tempat yang cenderung kumuh dan sempit, sehingga mereka sulit menemukan pedagang langganan mereka yang menyebabkan pembeli menjadi berkurang serta pasar cenderung sepi. Adanya revitalisasi pasar tidak serta merta berpengaruh positif bagi kondisi sosial dan kondisi ekonomi pedagang. Karena faktor lamanya revitalisasi dan perlunya adaptasi dengan lingkungan baru.

Dalam skripsi Joko (2013), hasil penelitiannya berisi implementasi, evaluasi kinerja, dan evaluasi dampak kebijakan penataan toko modern di


(22)

Kabupaten Bantul yang dituangkan dalam Peraturan Bupati Nomor 12 tahun 2010 tentang penataan toko modern. Dari dampak yang diuraikan dalam penelitian tersebut juga berimbas kepada keberadaan pasar tradisional. Didalamnya juga diuraikan upaya pemerintah dalam menjaga eksistansi pasar tradisional yaitu dengan merevitalisasi pasar. Hal ini yang mendorong minat peneliti untuk melakukan penelitian tentang evaluasi kebijakan dari program revitalisasi pasar tradisional yang dilakukan oleh pemerintah daerah demi menjaga eksistensi pasar tradisional.

Penelitian ini mengangkat judul mengenai evaluasi kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul tahun 2016, agar dapat diketahui hasil dari program revitalisasi pasar yang dijalankan pemerintah daerah tersebut. Apakah memberikan perubahan yang positif atau negatif bagi kesejahteraan pedagang di Pasar Induk Bantul. Dari hasil penelitian ini juga dapat memberikan saran berupa solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, pengelola pasar, maupun pedagang untuk memperbaiki keadaan agar eksistensi Pasar Induk Bantul tetap terjaga dan tidak kalah dengan pasar modern seperti tujuan yang diharapkan oleh pemerintah sebelum revitalisasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalahnya yaitu bagaimana evaluasi kebijakan program revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul Tahun 2016?


(23)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana evaluasi kebijakan program revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan manfaat untuk berbagai pihak :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan Ilmu Pemerintahan khususnya dalam masalah kebijakan publik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai sarana mengaplikasikan berbagai ilmu pengetahuan yang telah dipelajari sekaligus untuk menambah pengetahuan tentang kebijakan publik serta untuk menyelesaikan tugas akhir.

b. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Bantul mengenai evaluasi kebijakan program revitalisasi pasar tradisonal yang telah dilakukan di Pasar Induk Bantul.


(24)

c. Bagi pihak-pihak lain, semoga penelitian ini dapat menjadi sebuah rujukan jika ingin mengangkat penelitian yang sama.

E. Studi Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan pedoman dalam penulisan skripsi. Terdapat penelitian terdahulu yang membahas tentang revitalisasi pasar tradisional. Pertama, penulis menggunakan skripsi sebagai acuan. Jurnal dari Febriana Ida S dan Sugi Rahayu, M.Pd, M.Si yang berjudul “Pengaruh Persepsi Masyarakat Mengenai Peraturan Penataan Toko Modern dan Perilaku Belanja Masyarakat Terhadap Keberadaan Pasar Tradisional di Kabupaten

Bantul”. Jurnal ini berisi tentang peraturan penataan toko modern terhadap keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Bantul. Tulisan ini juga menjelaskan tentang perilaku belanja masyarakat Kabupaten Bantul setelah adanya toko modern terhadap keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Bantul serta persepsi masyarakat mengenai peraturan tentang penataan toko modern. Kelebihan dari penelitian ini yaitu isinya yang terperinci, pembahasannya yang jelas dan mudah untuk dipahami. Dari segi landasan teori menurut saya masih terlalu sedikit, sehingga kurang dapat menggambarkan secara detail teori-teori tersebut.

Acuan kedua yaitu Jurnal dari Eis Al Masitoh (2013), yang

berjudul “Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional: Studi Revitalisasi Pasar Piyungan Bantul”. Penelitian ini berisi tentang revitalisasi pasar


(25)

Piyungan Bantul. Perlunya revitalisasi pasar Piyungan Bantul karena dampak dari bencana gempa bumi yang menimpa Jogja. Jurnal ini juga berisi tentang dampak negatif yang terjadi akibat revitalisasi serta dampak positif dari revitalisasi pasar Piyungan Bantul. Data-data yang tercantum sangat lengkap dan detail.

Ketiga, penelitian ini mengacu pada Skripsi dari Ahmad Izzudin dengan judul “Kebijakan Pemerintah tentang Pasar Tradisional di Bantul”. Dari skripsi ini dapat diketahui kebijakan Pemerintah Kabupaten Bantul secara umum tentang pasar tradisional. Skripsi ini juga berisi tentang dua kebijakan Pemerintah Kabupaten Bantul tentang pasar tradisional yaitu kebijakan pembatasan minimarket di Kabupaten Bantul dan kebijakan revitalisasi pasar tradisional di Kabupaten Bantul. Regulasi-regulasi yang relevan juga dicantumkan dalam penelitian ini. Teori yang dicantumkan dalam skripsi ini kurang lengkap karena pembahasannya yang singkat.

Keempat yaitu skripsi dari Bangkit Joko Pamungkas yang berjudul

“Analisis Kebijakan Penataan Toko Modern di Kabupaten Bantul. Isi dari

penelitian ini yaitu tentang implementasi, evaluasi kinerja, dan evaluasi dampak kebijakan penataan toko modern di Kabupaten Bantul yang dituangka dalam Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2010 tetang Penataan Toko Modern. Teori yang tercantum dalam penelitian ini juga banyak sehingga mampu menggambarkan keadaan dari topik yang sedang dibahas pada penelitian ini.


(26)

Kelima, yaitu dari Jurnal Ekonomi Pembangunan, Universitas Udayana Volume 2 Nomor 5 Tahun 2013. Tulisan dari A. A Mirah Pradnya Paramita dan A. A Ketut Ayuningsasi yang berjudul “Efektivitas dan Dampak Program Revitalisasi Pasar Tradisional di Pasar Agung Peninjual. Jurnal ini terlalu singkat hanya berkisar 11 halaman. Menguraikan semua materi secara singkat beserta pembahasannya yang singkat. Namun 11 lembar ini dapat menggambarkan keseluruhan isi dari penelitian tersebut yang nantinya dapat menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan ini. Dari kelima acuan yang telah dijabarkan di atas, akan dijelaskan secara terperinci dalam sebuah tabel di bawah ini.


(27)

Tabel 1.2

Penjabaran Studi Terdahulu No Peneliti Judul Hasil Penelitian 1 Febriana Ida S

dan Sugi Rahayu, M.Pd, M.Si

Pengaruh Persepsi Masyarakat Mengenai Peraturan Penataan Toko Modern dan Perilaku Belanja Masyarakat Terhadap Keberadaan Pasar Tradisional di Kabupaten Bantul

Mengenai perilaku belanja dan persepsi masyarakat tentang peraturan penataan toko modern Kabupaten Bantul setelah adanya toko modern terhadap keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Bantul.

2 Eis El Masitoh Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional: Studi Revitalisasi Pasar Piyungan Bantul

Penelitian ini berisi tentang revitalisasi pasar Piyungan Bantul serta perlunya revitalisasi pasar Piyungan Bantul karena dampak dari bencana gempa bumi yang menimpa Jogja.

3 Ahmad Izzudin

Kebijakan Pemerintah tentang Pasar Tradisional di Bantul

Skripsi ini berisi tentang dua kebijakan Pemerintah Kabupaten Bantul tentang pasar tradisional yaitu kebijakan pembatasan minimarket di Kabupaten Bantul dan kebijakan revitalisasi pasar tradisional di Kabupaten Bantul.

4 Bangkit Joko Pamungkas

Analisis Kebijakan Penataan Toko Modern di Kabupaten Bantul

Penelitian ini tentang implementasi, evaluasi kinerja, dan evaluasi dampak kebijakan penataan toko Modern di Kabupaten Bantul yang ditungkan dalam Perbup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penataan Toko Modern.

5 A.A Mirah Pradnya dan A.A Ketut Ayuningsasi

Efektivitas dan dampak program revitalisasi pasar tradisional di pasar Agung Paninjual

Menguraikan efektivitas dan dampak program revtalisasi pasar tradisional di pasar Agung Paninjual


(28)

F. Kerangka Teori 1. Kebijakan Publik

a. Definisi Kebijakan Publik

Sebelum mengetahui apa itu kebijakan publik, pertama akan dijelaskan terlebih dahulu definisi dari kebijakan. Terdapat beberapa definisi kebijakan menurut para ahli, dikutip dari Suharno (2013):

1) Ealau dan Kenneth Prewitt

Kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik oleh yang membuatnya maupun oleh mereka yang mentaatinya.

2) Carl Friedrich

Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Berdasarkan definisi kebijakan di atas menurut Suharno (2013), kebijakan publik adalah keputusan pemerintah guna memecahkan masalah publik. Keputusan tersebut bisa berimplikasi pada tindakan maupun bukan tindakan. Kata publik dapat berarti masyarakat dan perusahaan, bisa juga berarti Negara, sistem


(29)

politik, serta administrasi. Sementara pemerintah adalah orang atau sekelompok orang yang diberi mandat oleh seluruh anggota suatu sistem politik untuk melakukan pengaturan terhadap keseluruhan sistem, bisa RT, RW, desa, kabupaten, provinsi, Negara hingga supra Negara (ASEAN, EU) dan dunia (WTO, PBB).

b. Kerangka Kerja Kebijakan Publik

Kerangka kerja kebijakan publik akan ditentukan oleh beberapa variabel yang dikutip dari Suharno (2013) yaitu sebagai berikut: 1) Tujuan yang akan dicapai, hal ini mencakup kompleksitas

tujuan yang akan dicapai, apabila tujuan kebijakan semakin kompleks, maka semakin sulit mencapai kinerja kebijakan. Sebaliknya, apabila tujuan kebijakan semakin sederhana, maka untuk mencapainya juga semakin mudah.

2) Preferensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan. Suatu kebijakan yang mengandung berbagai variasi nilai akan jauh lebih sulit untuk dicapai dibanding dengan suatu kebijakan yang hanya mengejar satu nilai.

3) Sumber daya yang mendukung kebijakan. Kinerja suatu kebijakan akan ditentukan oleh sumber daya finansial, material, infrastruktur lainnya.

4) Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan. Kualitas dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh kualitas


(30)

para aktor yang terlibat dalam proses penetapan kebijakan. Kualitas tersebut ditentukan oleh tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya, pengalaman kerja dan intregitas moralnya.

5) Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Kinerja dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, politik tempat kebijakan tersebut diimplementasikan.

6) Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi yang digunakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan akan mempengaruhi kinerja suatu kebijakan. Strategi yang digunakan bersifat top/down approach atau bottom approach, otoriter atau demokratis.

c. Evaluasi Kinerja Kebijakan

Kegiatan evaluasi merupakan tahap penting bagi keseluruhan proses analisis kebijakan publik. Kegiatan ini, selain dapat memberikan satuan-satuan nilai tertentu terhadap kebijakan

yang sudah diimplementasikan, juga dapat menjadi “pintu” baru untuk memasuki kegiatan pembuatan dan analisis kebijakan berikutnya (Suharno: 2013).

Evaluasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu “evaluation”. Evaluation kemudian disarikan kedalam istilah Bahasa Indonesia


(31)

arti yang berhubungan, masing-masing menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakaan. Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan (Dunn: 2000). Pada realitanya, apabila kebijakan tersebut mempunyai nilai dan memberikan kontribusi pada sasaran serta tujuan, maka akan membuat kebijakan ini menjadi semakin bermakna.

Menurut Patton dan Savicky dalam Nugroho (2003), evaluasi kebijakan merupakan evaluasi sitematis yang berkenaan dengan fisibilitas teknis dan ekonomi serta viabilitas politis alternatif kebijakan, strategi implementasi kebijakan dan adopsi kebijakan. Proses analisisnya dilakukan sebelum kebijakan atau setelah kebijakan (berbentuk deskriptif).

Dari beberapa pemaparan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi kebijakan adalah kegiatan untuk menilai atau menganalisis tingkat kinerja suatu kebijakan baik dilakukan sebelum maupun setelah kebijakan dilaksanakan.

Dalam bukunya Suharno (2013) memaparkan beberapa alasan untuk menjawab mengapa perlu ada kegiatan evaluasi kebijakan. Alasan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi, internal dan eksternal. Yang bersifat internal, antara lain:


(32)

1) Untuk mengetahui keberhasilan suatu kebijakan. Dengan adanya evaluasi kebijakan dapat ditemukan informasi apakah suatu kebijakan sukses ataukah sebaliknya.

2) Untuk mengetahui efektivitas kebijakan. Kegiatan evaluasi kebiajakn dapat mengemukakan penilaian apakah suatu kebijakan mencapai tujuannya atau tidak.

3) Untuk menjamin terhindarnya pengulangan kesalahan. Informasi yang memadai tentang nilai sebuah hasil kebijakan dengan sendirinya akan memberikan rambu agar tidak terulang kesalahan yang sama dalam implementasi yang serupa atau kebijakan yang lain pada masa-masa yang akan datang.

Sedangkan alasan yang bersifat eksternal paling tidak untuk dua kepentingan:

1) Untuk memenuhi prinsip akuntabilitas publik. Kegiatan penilaian terhadap kinerja kebijakan yang telah diambil merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban pengambil kebijakan kepada publik, baik yang terkait secara langsung maupun tidak dengan implementasi tindakan kebijakan.

2) Untuk mensosialisasikan manfaat sebuah kebijakan. Dengan adanya kegiatan evaluasi kebijakan, masyarakat luas, khususnya kelompok sasaran dan penerima, dapat mengetahui manfaat kebijakan secara lebih terukur.


(33)

Kriteria untuk menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan sangat terkait dengan kriteria rekomendasi kebijakan. Kriteria evaluasi kebijakan terdiri dari 6 aspek, diungkpakan oleh Suharno (2013) dalam bukunya yaitu sebagai berikut:

1) Efektivitas

Pada kegiatan evaluasi, penekanan kriteria ini terletak pada ketercapaian hasil. Apakah hasil yang diinginkan dari adanya suatu kebijakan sudah tercapai.

2) Efisiensi

Fokus dari kriteria ini adalah persoalan sumber daya, yakni seberapa banyak sumber daya yang dikeluarkan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan.

3) Adekuasi (Kecukupan)

Kriteria ini lebih mempersoalkan kememadaian hasil kebijakan dalam mengatasi masalah kebijakan, atau seberapa jauh pencapaian hasil dapat memecahkan masalah kebijakan.

4) Kemerataan atau Ekuitas

Kriteria ini menganalisis apakah biaya dan manfaat telah didistribusikan secara merata kepada kelompok masyarakat, khususnya kelompok-kelompok sasaran dan penerima manfaat. 5) Responsivitas

Kriteria ini lebih menyoal aspek kepuasan masyarakat khususnya kelompok sasaran, atas hasil kebijakan. Apakah


(34)

hasil kebijakan yang dicapai telah memuaskan kebutuhan dan pilihan mereka atau tidak.

6) Ketepatan

Kriteria ketepatan ini menganalisis tentang kebergunaan hasil kebijakan, yakni apakah hasil yang telah dicapai benar-benar berguna bagi masyarakat khususnya kelompok sasaran.

2. Revitalisasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro (Sukriswanto: 2012). Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa revitalisasi bukan hanya berorientasi pada keindahan fisik saja, tetapi juga dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada.

Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (Suci: 2015). Revitalisasi dalam pelaksanaannya perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan dalam hal ini bukan hanya sekedar ikut serta


(35)

mendukung aspek formalitas, melainkan perlu partisipasi masyarakat dalam arti luas.

Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan pula potensi yang ada di lingkungan seperti sejarah, makna, serta keunikan dan citra lokasi (Suci: 2015). Salah satu cara merevitalisasi atau membangun pasar tradisional yang baru adalah menciptakan pasar tradisional dengan berbagai fungsi, seperti tempat bersantai dan rekreasi bersama dengan keluarga. Pendekatan yang lebih penting yaitu bagaimana mensinergikan pasar tradisional dan tempat perbelanjaan modern, sebagai kesatuan yang fungsional.

Dikutip dari tulisan Sukriswanto (2012) terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh pemerintah dalam pelaksanaan program revitalisasi untuk kesejahteraan masyarakat. Kendala-kendala dalam revitalisasi adalah sebagai berikut:

a. Menyangkut problem tata ruang. Selama ini para pedagang berebut menempati lahan dasar (lower ground) untuk meraup keuntungan dari pembeli. Karena itu, kalau ada pembangunan, mereka khawatir lahan yang ditempati bakal digeser. Hal ini yang menyebabkan setiap terdapat rencana pembangunan mereka selalu menolak. Problem tata ruang ini memang cukup rumit. Mengingat hampir semua pasar tradisional tidak memiliki room programing (site plan) memadai. Terbukti belum adanya penyediaan sarana yang memudahkan pembeli menjelajah pasar, seperti tangga


(36)

berjalan, lift, dan lahan parkir. Tata ruang pasar dibiarkan begitu saja sehingga yang menempati lahan di luar lower ground selalu mendapatkan keuntungan kecil karena lebih jarang dikunjungi pembeli.

b. Kecenderungan sosiologis pedagang pasar tradisional adalah menempatkan kecurigaan berlebihan (over curiosity) terhadap segala bentuk pembangunan. Mereka sering menyalah artikan, yakni pembangunan identik dengan penggusuran. Prasangka yang berkembang, setiap ada pembangunan berarti sewa atau pembelian stan menjadi barang mahal. Itu dipandang merugikan pedagang yang telah menempati stan pasar sebelumnya.

Menurut tulisan dari Darmawan dkk (2013) sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Intervensi Fisik

Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan khususnya dalam menarik kegiatan dari pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik reavitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas serta kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang tearbuka kawasan (urban realm). Isu


(37)

lingkungan (environmental asustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.

b. Rehabilitasi Ekonomi

Perbaikan fisik kawasan yanag bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasanaa kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001). Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadianya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).

c. Revitalisasi Sosial/Institusional

Revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat tempat yang indah (beautiful place). Kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms). Kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun


(38)

selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.

3. Pasar

Peran pasar sangat penting terhadap perekonomian masyarakat menengah kebawah. Selama aktivitas perekonomian berlangsung, terjadi interaksi antara pedagang, pembeli, pengelola pasar serta pemerintah daerah. Kegiatan tersebut dilakukan setiap hari guna memenuh kebutuhan hidup. Perkembangan zaman yang semakin pesat dan didukung teknologi yang canggih maka akan semakin sulit mencari pekerjaan yang layak. Perlu skill dan pendidikan yang baik untuk bersaing mencari pekerjaan. Hal ini dapat menjadikan pasar sebagai lahan usaha masyarakat menengah kebawah untuk memperoleh pendapatan.

Secara umum pasar dibedakan menjadi dua yaitu pasar modern dan pasar tradisional. Dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan, pasar dapat didefinisikan sebagai tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi di mana proses jual beli terbentuk.

a. Karakteristik Pasar

Masing-masing pasar memiliki karakteristik yang berbeda baik dari fisik maupun jenisnya. Menurut Hentiani (2011) dikutip dari


(39)

Sari (2016), jenis-jenis pasar dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

1) Jenis pasar menurut jenis barang

Jenis-jenis pasar menurut barangnya, yaitu pasar yang hanya menjual satu jenis barang tertentu, misalnya:

a) Pasar hewan

b) Pasar ikan dan daging c) Pasar loak

d) Pasar seni

2) Jenis pasar menurut bentuk kegiatannya

Menurut bentuk kegiatannya, pasar dibagai menjadi dua yaitu: a) Pasar nyata, yaitu pasar dimana barang-barang yang akan

diperjual belikan dapat dibeli oleh pembeli. Contohnya yaitu pasar tradisional dan swalayan.

b) Pasar abstrak, yaitu pasar dimana para pedagangnya tidak menawarkan barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya engan menggunakan surat dagangannya saja contoh pasar online, pasar saham, pasar modal, dan pasar valuta asing.

3) Jenis pasar menurut transaksinya

Jenis pasar ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a) Pasar Modern


(40)

Menurut Sukesi dkk (2009), pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik pada konsumen. Sedangkan dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/ 1998, pasar modern merupakan pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta atau koperasi dalam bentuk mall, supermarket, minimarket, department store, dan shoping center dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi dengan label harga yang pasti.

Pasar modern sendiri memiliki bentuk dan fasilitas yang lebih menarik serta teknologi canggih yang mengikuti perkembangan zaman. System pasar lebih terstruktur dan tertib. Hingga penjagaan pasar, keamanan pembeli, kenyamanan dan kebersihan sangat dijaga untuk membuat pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan/ pembeli.

Pasar modern biasanya identik dengan produk-produk yang terpercaya dan berkualitas. Di pasar modern sudah dibentuk manajemen yang baik dan terstruktur


(41)

untuk mengelolanya. Sedangkan konsumen yang meminati pasar ini rata-rata yang berpendapatan menengah keatas. Contoh pasar modern seperti swalayan (supermarket) atau toko lengkap yang serba ada (department store).

b) Pasar Tradisional

Dalam Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007, pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli brang dagangan melalui tawar menawar. Sedangkan menurut Sardilah dkk (2011), pasar tradisional adalah sebuah tempat yang terbuka dimana terjadi proses transaksi jual beli yang dimungkinkan proses tawar menawar.

Di pasar tradisional kebanyakan pedagang menjual kebutuhan sehari-hari. Contoh dagangan yang dijual di pasar tradisional seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, dan masih banyak lagi. Namun pasar


(42)

tradisional memiliki kekurangan yang sering dikeluhkan oleh masyarakat, seperti keadaannya yang cenderung kotor dan kumuh sehingga banyak orang yang segan berbelanja di pasar tradisional.

Menurut Mudjarat Kuncoro (2008) dalam

tulisannya “Strategi Pengembangan Pasar Modern dan Tradisonal”, terdapat isu utama yang berkaitan dengan

perkembangan pasar tradisional, diantaranya yaitu :

(1)Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal maka perlu ada program untuk melakukan pengaturan. (2)Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh

ritel modern yang memberatkan pemasok barang. (3)Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola

jaringan) ke wilayah pemukiman.

(4)Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling berdekatan.

4. Revitalisasi Pasar

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional dapat berupa peremajaan dan renovasi keadaan fisik maupun non fisiknya. Salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya menyelamatkan pasar tradisional yaitu dengan revitalisasi. Revitalisasi pasar tradisional merupakan program pemerintah melalui Kementrian Perdagangan dan Kementrian Negara Urusan Koperasi dan Usaha


(43)

Kecil dengan sasaran memberdayakan para pelaku usaha mikro yang selama ini tumbuh di pasar yang belum memiliki fasilitas transaksi tempat berusaha yang layak, sehat, bersih, dan nyaman, serta dimiliki dan dikelola oleh pedagang sendiri dalam wadah koperasi. Program revitalisasi pasar tradisional digagas dengan maksud menjawab semua permasalahan yang melekat pada pasar tradisional. Penyebabnya, pasar tradisional dikelola tanpa inovasi yang berarti mengakibatkan pasar menjadi tidak nyaman dan kompetitif (Kasali, 2007).

Konsep revitalisasi pasar tradisional lebih luas dari sekedar perubahan fisik bangunannya saja, tetapi juga harus ada konsep bagaimana mendinamiskan pasar. Hampir setiap upaya revitalisasi pasartradisional salah satunya menyediakan lapak-lapak atau kios-kios baru bagi para pedagang pasar, berujung pada ketidakpuasan pedagang karena informasi mengenai rencana dan pelaksanaan revitalisasi pasar tidak menyentuh semua pedagang hanya pada perwakilannya saja (Paskarina, dkk: 2007).

Kebijakan revitalisasi pasar tradisional merupakan salah satu kebijakan pemeritah yang sangat tepat untuk membuat pasar tradisional tetap hidup, berkembang dan disukai oleh masyarakat. Dengan adanya revitalisasi pasar tradisional pemerintah bisa mengembalikan peran penting pasar tradisional untuk memasarkan produk-produk usaha kecil dan menengah (UKM) tidak kalah saing dengan pasar modern yang kian pesat berkembang. Pemerintah


(44)

mrmpunyai program revitalisasi pasar tradisional dimana dengan program tersebut pemerintah mencoba untuk menata pasar-pasar menjadi pasar modern. Revitalisasi tersebut meliputi membenahi manajemen pasar dan meningkatkan pengetahuan dasar bagi para pedagang (Rohmatun, dkk: 2015).

Revitalisasi pasar tradisional yang dilakukan oleh pemerintah dengan maksud untuk kesejahteraan masyarakat menghadapi beberapa kendala, yaitu sebagai berikut:

a. Menyangkut problem tata ruang. Selama ini para pedagang selalu berebut menempati lahan dasar (lower ground) untuk meraup keuntungan dari pembeli. Karena itu, jika ada pembangunan mereka khawatir lahan yang ditempati digeser. Hal ini yang menyebabkan setiap ada rencana pembangunan mereka selalu menolak. Problem tata ruang ini memang cukup rumit. Mengingat hampir semua pasar tradisional tidak program ruang memadai. Tata ruang pasar dibiarkan begitu saja sehingga yang menempati lahan di luar lantai dasar selalu mendapatkan keuntungan kecil karena lebih jarang dikunjungi pembeli.

b. Kecenderungan sosiologis pedagang pasar tradisional adalah menempatkan kecurigaan berlebih terhadap segala bentuk pembangunan. Mereka sering menyalahartikan, yakni pembangunan identik dengan penggusuran. Prasangka yang


(45)

berkembang, setiap ada pembangunan berarti sewa atau pembelian stan menjadi barang mahal.

c. Persepsi masyarakat terhadap masyarakat adalah kumuh, becek, kotor, dan minmnya fasilitas seperti terbatasnya tempat parkir, tempat sampah yang baud an kotor, lorong yang sempit dan sebaagainya. Kondisi ini yang menyebabkan masyarakat cenderung memilih berbelanja di pasar modern walaupun harga di pasar modern lebih mahal.

G. Definisi Konsepsional 1. Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan adalah kegiatan untuk menilai atau menganalisis tingkat kinerja suatu kebijakan baik dilakukan sebelum maupun setelah kebijakan dilaksanakan.

Kriteria untuk menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan sangat terkait dengan kriteria rekomendasi kebijakan. Kriteria evaluasi kebijakan terdiri dari 6 aspek, diungkapakan oleh Suharno (2013) dalam bukunya yaitu sebagai berikut:

a. Efektivitas

Pada kegiatan evaluasi, penekanan kriteria ini terletak pada ketercapaian hasil. Apakah hasil yang diinginkan dari adanya suatu kebijakan sudah tercapai.


(46)

Fokus dari kriteria ini adalah persoalan sumber daya, yakni seberapa banyak sumber daya yang dikeluarkan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan.

c. Adekuasi (Kecukupan)

Kriteria ini lebih mempersoalkan kememadaian hasil kebijakan dalam mengatasi masalah kebijakan, atau seberapa jauh pencapaian hasil dapat memecahkan masalah kebijakan.

d. Kemerataan atau Ekuitas

Kriteria ini menganalisis apakah biaya dan manfaat telah didistribusikan secara merata kepada kelompok masyarakat, khususnya kelompok-kelompok sasaran dan penerima manfaat. e. Responsivitas

Kriteria ini lebih menyoal aspek kepuasan masyarakat khususnya kelompok sasaran, atas hasil kebijakan. Apakah hasil kebijakan yang dicapai telah memuaskan kebutuhan dan pilihan mereka atau tidak.

f. Ketepatan

Kriteria ketepatan ini menganalisis tentang keberrgunaan hasil kebijakan, yakni apakah hasil yang telah dicapai benar-benar berguna bagi masyarakat khususnya kelompok sasaran.


(47)

2. Revitalisai

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi mengalami kemunduran/degradasi.

Menurut tulisan dari Darmawan dkk (2013) sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Intervensi Fisik

Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan khususnya dalam menarik kegiatan dari pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik reavitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas serta kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang tearbuka kawasan (urban realm). Isu lingkungan (environmental asustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.

b. Rehabilitasi Ekonomi

Perbaikan fisik kawasan yanag bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local


(48)

economic development), sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasanaa kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001). Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadianya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).

c. Revitalisasi Sosial/Institusional

Revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat tempat yang indah (beautiful place). Kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms). Kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.

3. Pasar

Pasar dapat didefinisikan sebagai tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dimana proses jual beli terbentuk.


(49)

4. Revitalisasi Pasar

Revitalisasi pasar tradisional merupakan program pemerintah melalui Kementrian Perdagangan dan Kementrian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dengan sasaran memberdayakan para pelaku usaha mikro yang selama ini tumbuh di pasar yang belum memiliki fasilitas transaksi tempat berusaha yang layak, sehat, bersih, dan nyaman, serta dimiliki dan dikelola oleh pedagang sendiri dalam wadah koperasi.

H. Definisi Operasional

Variabel penelitian yang menjadi acuan peneliti yaitu evaluasi kebijakan revitalisasi pasar.

1. Revitalisasi diukur menggunakan teori dari Darmawan dkk. Indikator-indikator tersebut adalah:

a. Intervensi fisik

1) Pembangunan gedung. 2) Penambahan fasilitas. 3) Penataan ruangan.

4) Perencanaan pembangunan jangka panjang. b. Rehabilitasi Ekonomi

1) Program dana bergulir.

2) Pelatihan bagi pedagang pasar. c. Revitalisasi Sosial


(50)

1) Pendidikan tentang kebiasaan hidup bersih dan perawatan pasar.

2) Peningkatan keamanan.

2. Kriteria untuk menghasilkan informasi mengenai evaluasi kebijakan dikutip dari buku Suharno (2013) yaitu sebagai berikut:

a. Efektivitas

1) Bangunan gedung pasar semakin megah. 2) Lantai sudah bukan tanah lagi.

3) Atap permanen. b. Efesiensi

1) Waktu pelaksanaan sesuai target yang ditetapkan.

2) Bangunan gedung layak digunakan untuk beberapa tahun kedepan.

c. Adekuasi (kecukupan)

1) Peningkatan volume barang dagang. 2) Pendapatan meningkat.

d. Kemerataan (ekuitas)

1) Fasilitas semakin lengkap.

2) Kemerataan pengelompokan pedagang. e. Responsivitas


(51)

2) Tercipta hubungan yang baik antar pedagang dan pengelola pasar.

f. Ketepatan

1) Pasar lebih bersih dan teratur.

2) Pedagang merasa aman dan nyaman.

I. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain. Pendekatan yang dilakukan dalam penulisan ini yaitu pendekatan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data tringgulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono: 2010).

Tujuan peneliti menggunakan jenis penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menjelaskan hasil dari evaluasi program revitalisasi pasar di Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul Tahun 2016.


(52)

2. Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul. Alasan pengambilan lokasi di Pasar Induk Bantul karena Bantul merupakan salah satu daerah yang memberikan aturan ketat terhadap pendirian pasar modern dan terus berupaya untuk meningkatkan perekonomian lokal dengan merevitalisasi pasar. Salah satu pasar yang telah direvitalisasi yaitu Pasar Induk Bantul, dan masih belum lama diresmikan kembali.

Pasar Induk Bantul juga merupakan pasar induk yang terdapat di Kabupaten Bantul yang merupakan pusat perekonomian masyarakat. Sebagian besar warga Bantul berjualan pasar tradisional. Dari program revitalisasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah akan di evaluasi. Sehingga diketahui hasil serta manfaat dari program revitalisasi pasar tersebut.

3. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah narasumner yang terkait dengan penelitian ini, antara lain:

a. Kepala Seksi Perencanaan dan Pengendalian Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul.

b. Pegawai UPT Pasar Induk Bantul.

c. Pedagang lama Pasar Induk Bantul yang menempati bangunan gedung pasar pasca revitalisasi.


(53)

4. Data dan Sumber Data a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari informan penelitian yang akan dituju. Melalui data primer diharapkan penelitian ini mampu memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adapun data primer dalam penelitian ini akan dirinci dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1.3 Sumber Data Primer

No Data Sumber Data

1 Seputar revitalisasi pasar yang dilaksanakan di Pasar Induk Bantul serta fasilitas-fasilitas terbaru pasca revitalisasi

UPT Pasar Induk Bantul

2 Latar belakang, tujuan dan harapan diadakannya program revitalisasi pasar

Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul

3 Pertanyaan mengenai indikator dari evaluasi kebijakan revitalisasi pasar

Pedagang pasar lama yang menempati bangunan gedung pasca revitalisasi

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh untuk melengkapi data primer yang telah ada. Data sekunder dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel di bawah ini:


(54)

Tabel 1.4

Sumber Data Sekunder No Dokumen

1 Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pasar

2 Peraturan Bupati Bantul Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penataan Toko Modern di Kabupaten Bantul

3 Buku, jurnal, skripsi dan thesis tentang revitalisasi pasar tradisional dan evaluasi kebijakan publik

4 Media massa mengenai berita tentang revitalisasi Pasar Induk Bantul

5. Teknik Pengumpulan Data

Tenik pengupulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wawancara (Interview)

Dilakukan kepada instansi terkait untuk mengumpulkan data-data sebagai bahan untuk melakukan penelitian. Penentuan narasumber dilakukan dengan Snow Ball Sampling dimana responden/narasumber diminta merekomendasikan beberapa narasumber yang berkompeten dan mengerti terhadap rumusan masalah yang akan dijawab. Untuk memperoleh data yang lebih akurat mengenai evaluasi kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul Tahun 2016, peneliti melakukan wawancara dengan cara bertatap muka (face to face) dengan responden secara langsung untuk mengadakan tanya jawab mengenai masalah-masalah yang diteliti.


(55)

Disini penulis melakukan Wawancara dengan naasumber yang ada di Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul, UPT Pasar Induk Bantul pedagang pasar lama yang menempati bangunan baru pasca revitalisasi.

Tabel 1.5

Responden yang Diwawancarai

No Nama Jabatan

1 Ibu Nurul Adiati Kepala Seksi Perencanaan dan Pengendalian 2 Ibu Sarjilah Lurah Pasar Induk Bantul

3 Bapak Isdianto Petugas Pembersih Pasar Induk Bantul 4 Ibu Sri Supatmi Pedagang Gerabah/ Alat Rumah Tangga 5 Ibu Kartini Pedagang Pakaian

6 Ibu Murni Pedagang Sepatu dan Tas

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca dan mencatat berbagai referensi seperti dari buku, jurnal, majalah, artikel, skripsi, tesis, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan. Analisis sebelum dilapangan dilakukan terhadap data-data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian yang masih sementara dan masih bisa berkembang selama penelitian berlangsung. Selanjutnya yaitu analisis selama dilapangan


(56)

menggunakan model Miles and Huberman dalam Sugiyono (2010) diantaranya yaitu:

a. Pengumpulan data

Merupakan informasi dari responden baik data primer maupun data sekunder.

b. Reduksi data

Merupakan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.

c. Penyajian data

Dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

d. Penarikan kesimpulan

Merupakan suatu usaha untuk menarik konsklusi dari hal-hal yang ditemui dalam reduksi maupun penyajian data.


(57)

BAB II

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Bantul 1. Kondisi Geografis

a. Letak Geografis

Gambar 2.1

Peta Administrasi Kabupaten Bantul

Sumber: Designmap Peta Tematik Indonesia, Skala 1 : 115.000 Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44' 04" - 08° 00' 27" Lintang Selatan dan 110° 12' 34" - 110° 31' 08" Bujur Timur. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, sebelah Utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman,


(58)

sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Dilihat dari bentang alamnya, Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran rendah yang terletak pada bagian Tengah, perbukitan yang terletak pada bagian Timur dan Barat, serta kawasan pantai di sebelah Selatan.

b. Batas Wilayah

Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang berbatasan langsung dengan: Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul

Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo

Sebelah Selatan : Samudera Hindia

c. Luas Wilayah

Kabupaten Bantul memiliki luas wilayah 506,85 Km2 (15,905 dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) dengan topografi sebagai dataran rendah 40% dan lebih dari separaunya 60% dengan perbukitan yang kurang subur secara garis besar terdiri dari:


(1)

narasumber sama, mereka membutuhkan pemasangan blower. Meskipun mereka sudah membawa kipas angin dari rumah, tapi itu hanya untuk mengurangi rasa panas saja. Penelitian ini dilakukan siang hari, sehingga penulis benar-benar ikut merasakan hawa panas yang luar biasa. Memang sangat membutuhkan bantuan blower agar tidak hanya pedagang, tetapi juga pembeli tidak merasakan panas yang luar biasa. Setidaknya berkurang sedikit. Pada deretan pedagang sepatu dan tas masih merasakan kebocoran. Sehingga perlu perbaikan atap atau diberi alat bantu yang dapat mengurangi kebocoran. b. Efisiensi

1) Waktu Pelaksanaan Sesuai Target yang Diharapkan

Sebelum proses revitalisasi berlangsung terdapat sosialisasi oleh Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul mengenai rencana pembangunan Pasar Induk Bantul. Berdasarkan informasi dari Ibu Nurul, sosialisasi tersebut juga menghadirkan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul dan Konsultan dari perwakilan CV. Dhian Kartika serta pedagang Pasar Induk Bantul yang tempat berjualannya akan dibangun. Dalam sosialisasi tersebut juga dijelaskan dua tahapan pembangunan beserta waktu pelaksanaan pembangunan.

2) Bangunan Gedung Layak Digunakan untuk Beberapa Tahun Kedepan Ibu Nurul Adiyati selaku Kepala Seksi Perencanaan dan Pngendalian Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul menjelaskan bahwa program Revitalisasi Pasar Induk Bantul ini dirancang untuk 20 tahun yang akan datang mulai dari bangunan gedungya sampai fasilitas-fasilitas yang disediakan. Mulai dari pembangunan gedung yang besar dan megah, kios dan los dibangun dengan jumlah banyak dan dibangun fasilitas-fasilitas pendukung untuk 20 tahun kedepan. Sehingga tidak terjadi bongkar pasang dan pembangunan susulan selama 20 tahun kedepan dengan pembangunan yang sudah dirancang untuk jangka panjang ini.

c. Adekuasi (Kecukupan)

1) Peningkatan Volume Barang Dagang

Upaya Pemerintah Kabupaten Bantul menurut pemaparan Ibu Nurul juga telah disampaikan. Bahwa untuk meningkatkan modal pedagang dan membantu pedagang yang kekurangan modal, Pemerintah menyediakan program dana bergulir. Dengan cicilan yang ringan, bunga yang sedikit serta waktu angsuran yang lama diharapkan pedagang mampu memanfaatkan program ini dan dapat digunakan untuk peningkatan volume barang dagangan. Berbagai pelatihan juga dilaksanakan baik oleh APPSI komisariat Pasar Induk Bantul maupun Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul agar pedagang mampu mempunyai skill yang lebih baik dalam berdagang sehingga meningkatkan daya tarik pembeli.


(2)

2) Pendapatan Menigkat

Harapan dari program kebijakan revitalisasi pasar ini yang utama yaitu meningkatkan daya saing pasar tradisional agar tidak kalah dengan pasar modern sehingga pendapatan pedagang dapat meningkat. Adanya program dana bergulir yang dapat meningkatkan modal pedagang, serta pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan skill pedagang sehingga menarik minat pembeli diharapkan mampu meningkatkan pendapatan pedagang. Pemerintah berharap program tersebut dapat meningkatkan pendapatan pedagang yang nantinya dapat mensejahterakan pedagang sehingga eksistensi pasar tradisional tetap terjaga.

d. Kemerataan atau Ekuitas 1) Fasilitas Semakin Lengkap

Data Bangunan Pasar Sebelum dan Setelah Revitalisasi

No Bangunan Pasar Sebelum

Revitalisasi

Setelah Revitalisasi

1 Kios 211 275

2 Los 51 922

3 Kantor 1 1

4 TPS 1 1

5 MCK 7 14

6 Mushola 1 1

Sumber: Kantor Pengelolaan Pasar, 2016

Berdasarkan tabel di atas, terdapat peningkatan jumlah los dan kios yang cukup banyak. Hal ini dikarenakan untuk mengantisipasi adanya peningkatan jumlah pedagang beberapa tahun kedepan. Jumlah MCK yang meningkat dua kali lipat menggambarkan terpenuhnya ketersediaan air bersih serta untuk memenuhi kebutuhan pedagang akan MCK.

2) Kemerataan Pengelompokan Pedagang

Menurut pemaparan Ibu Sarjilah, penataan pedagang dimulai dari kios yang sebagian besar digunakan oleh pedagang pakaian, sepatu, tas, serta pedagang emas, perak dan pedagang sepeda di bagian depan. Bagian Selatan kios ditempati oleh pedagang sembako dan buah. Kemudia blog pedagang los bagian depan ditempati oleh pedagang sepatu dan tas. Bagian Utara sampai tengah untuk pedagang pakaian. Los bagian Selatan sampai tengah ditempati oleh pedagang perabotan rumah tangga. Jadi pasca revitalisasi pengelompokan pedagang sudah tertata sehingga memudahkan pedagang dalam berinteraksi dan memudahkan pembeli dalam memilih barang yang akan dibeli.

e. Responsivitas

1) Respon Baik yang Diberikan oleh Pengelola Pasar

Menurut penjelasan Bapak Isdiyanto selaku Petugas Pembersih Pasar Induk Bantul, sejauh ini hubungan antara pengelola pasar dan pedagang berjalan baik. Seperti setiap hari saat pelaksanaan pemungutan retribusi pasar juga berjalan lancer dan baik. Namun Bapak Isdiyanto juga menyatakan


(3)

bahwa sejauh ini tidak terdapat keluhan yang disampaikan kepada pihak pengelola pasar.

Pemaparan dari Bapak Isdiyanto berbeda dengan ketiga narasumber yang diwawancari, semua menyebutkan jika belum ada tindakan dari keluhan yang pedagang ajukan kepada pihak pengelola pasar. Seperti belum adanya blower yang mengakibatkan pasar menjadi sangat panas. Tindak lanjut dari atap yang masih bocor juga belum ada. Hal ini menggambarkan belum terdapat respon baik dari pemberi kebijakan kepada penerima kebijakan mengenai masalah manfaat kebijakan yang dialami oleh para penerima kebijakan.

2) Tercipta Hubungan yang Baik antara Pedagang dan Pengelola Pasar Dari pemaparan jawaban ketiga narasumber, terlihat ketidak harmonisan hubungan antara pedagang dan pengelola pasar. Masih belum bagus pelayanan yang diberikan. Namun, berbanding terbalik dengan hubungan antar sesama pedagang. Solidaritas sesama pedagang Pasar Induk Bantul sangat tinggi. Mereka juga mengadakan arisan antar pedagang serta melakukan kegiatan sosial lain yang mengakibatkan keakraban serta tingginya solidaritas antar pedagang.

f. Ketepatan

1) Pasar Lebih Bersih dan Teratur

Pasar Induk Bantul pasca revitalisasi dinilai lebih bersih oleh para pedagang. Terlihat dari pemaparan para narasumber saat memaparkan tentang keadaan fisik bangunan, beserta lantai yang sudah dikeramik. Bangunan baru terlihat lebih megah dan bersih dengan semua lantai yang sudah dikeramik dan warna cat yang cerah.

Tempat sampah semakin banyak, disetiap sisi ruangan pasar sudah terdapat fasilitas tempat sampah tambahan. Sehingga tidak terdapat alasan sampah berserakan di Pasar Induk Bantul. Terdapat pemilahan antara sampah organik, anorganik, dan sampah yang sudah tidak dapat digunakan. Banyaknya tempat sampah yang terdapat disetiap sisi ruangan pasar menjadikan pasar lebih bersih dan teratur.

Peningkatan jumlah MCK yang terdapat di Pasar Induk Bantul sehingga pedagang tidak kesulitan lagi mencari Kamar Mandi yang sudah tersedia 14 di Pasar Induk Bantul. Sebelum revitalisasi berlangsung hanya tersdia 7. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan fasilitas pasca revitalisasi serta menunjukkan ketercukupan atas ketersediaan air bersih.

Bahkan telah dijelaskan oleh pihak pengelola pasar bahwa kebersihan pasar menjadi tanggung jawab bersama. Sehingga terdapat kesadaran para pedagang dalam menjaga kebersihan pasar. Pedagang pasar sendiri telah membayar retribusi kebersihan untuk membayar petugas kebersihan.

2) Pedagang Merasa Aman dan Nyaman

Ibu Nurul juga menjelaskan jika terdapat pergeseran mundur dan pengurangan lahan untuk bangunan. Kurang lebih 10 meter lahan dimundurkan untuk dijadikan sebagai lahan parkir. Karena Pasar Induk Bantul berhadapan langsung dengan jalan utama, sehingga jika lahan parkir kurang luas banyak yang memarkirkan kendaraannya diseberang jalan utama yang menyebabkan macet jika pasar sedang ramai. Hal ini berdampak terhadap


(4)

bangunan kios dan los pasar yang menjadi kurang luas. Tetapi memiliki lahan parkir yang luas untuk pengunjung. Lahan parkir yang luas juga dapat dimanfaatkan untuk pedagang sore. Apalagi saat bulan puasa yang terdapat banyak pedagang musiman di Pasar Induk Bantul. Lahan parkir yang luas dan berada di area gedung pasar dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan tersendiri bagi pengunjung.

Hydrant merupakan alat pemadam kebakaran yang dapat dipergunakan sewaktu-waktu jika terjadi musibah kebakaran. Hydrant ini merupakan salah satu fasilitas tambahan yang terdapat di Pasar Induk Bantul Pasca Revitalisasi. Terdapat kurang lebih 4 hydrant di depan gedung sebelah kanan dan kiri serta sebelah Utara dan Selatan gedung pasar.

Pintu gerbang ini juga merupakan fasilitas tambahan yang terdapat di Pasar Induk Bantul pasca revitalisasi. Sebelum revitalisasi dilaksanakan tidak terdapat pintu gerbang di Pasar Induk Bantul. Tujuan diadakannya pintu gerbang ini adalah untuk menjaga keamanan pasar. Adanya pintu gerbang ini pun diharapkan mampu meringankan tugas dari penjaga keamanan dalam menjaga keamanan pasar.

G. Penutup

1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis hasil penelitian pada bagian pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan mengenai evaluasi kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul Tahun 2016 dilihat dari tahapan revitalisasi yang diukur dengan indikator evaluasi kebijakan yaitu sebagai berikut: a. Intervensi Fisik

Kegiatan revitalisasi pasar tradisional sudah dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap revitalisasi menurut teori dari Darmawan dkk. Berdasarkan tahapan pertama ini, intervensi fisik yang dilaksanakan di Pasar Induk Bantul ditinjau dari aspek kriteria evaluasi sudah berjalan secara efektiv, efisien, dan merata. Hal ini dilihat dari bangunan gedung pasar yang semakin megah, lantai pasar yang sudah dikeramik, atap yang permanen. Waktu pelaksanaan juga sesuai target yang ditetapkan (efisien), meskipun demikian bangunan gedung telah layak digunakan untuk beberapa tahun yang akan datang. Tahapan intervensi fisik ini juga telah menghasilkan adanya pengelompokan pedagang sesuai dengan barang dagangannya, serta fasilitas pada Pasar Induk Bantul pasca revitalisasi semakin lengkap. Namun demikian, masih terdapat kekurangan pada pelaksanaan intervensi fisik ini, seperti pasar yang terasa sangat panas, serta masih terdapat atap yang bocor.

b. Rehabilitasi Ekonomi

Tahapan Rehabilitasi Ekonomi ini juga telah dilaksanakan. Namun rehabilitasi ekonomi ini belum tercukupi. Tidak terdapat peningkatan volume barang dagang yang dilakukan oleh pedagang sehingga pedagang juga tidak mengalami peningkatan pendapatan. Kegiatan rehabilitasi ekonomi tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pedagang seperti adanya program dana bergulir. Seharusnya pedagang mampu memanfaatkan program dana bergulir dengan baik untuk meningkatkan volume barang dagangan dan meningkatkan pendapatannya.


(5)

Adanya pelatihan tentang pengelolaan modal untuk pedagang juga kurang dimanfaatkan dan dirasakan pengaruhnya oleh pedagang.

c. Revitalisasi Sosial

Tahapan revitalisasi sosial ini sudah dirasakan tepat sasaran. Pasar sudah lebih bersih dan teratur. Pendidikan tentang kebiasaan hidup bersih serta perawatan pasar diterapkan dengan baik oleh para pedagang. Sehingga kesadaran memelihara kebersihan dan merawat pasar sudah tertanam dalam diri pedagang dan telah mampu melaksanakannya. Namun aspek responsivitas belum sepenuhnya terlaksana, hubungan antar pedagang pasar sangat harmonis, sedangkan hubungan dengan pengelola kurang baik sehingga keluhan yang disampaikan oleh pedagang belum dirspon dengan baik oleh pengelola. Pedagang menjadi lebih nyaman karena pasar semakin bersih. Sedangkan keamanan pasar masih kurang optimal karena masih terdapat kasus pencurian yang terjadi meskipun sudah terdapat banyak petugas keamanan.

2. Saran

Berdasarkan analisis dari hasil wawancara dengan responden di atas, terdapat saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan hasil kebijakan program revitalisasi yang telah dilaukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul yaitu sebagai berikut:

a. Pada bangunan gedung pasar perlu adanya perbaikan dalam pemasangan atap gedung sehingga tidak terdapat kebocoran lagi pada blog-blog tertentu. Kemudian permintaan seluruh responden yang harus segera dikasanakan yaitu diadakan pemasangan blower agar kondisi pasar tidak panas lagi, yang dapat meningkatkan kenyamanan pedagang maupun pembeli. Selanjutnya perlu perbaikan penataan blog agar lebih terlihat jarak pedagang antar jenis barang dagangan. Serta perlu adanya perluasan los pedagang tertentu agar tidak merasakan kesempitan lagi. b. Hubungan antara Pengelola Pasar Induk Bantul dan pedagang perlu adanya

perbaikan agar terjadi hubungan yang baik antar keduanya. Jika terdapat hubungan yang baik antara pedagang dan pengelola maka akan memperbaiki komunikasi yang terjadi antar keduanya sehingga segala masalah-masalah yang terjadi dapat diperbaiki secepatnya.

c. Perlu inovasi dalam rehabilitasi ekonomi, agar dapat meningkatkan kedatangan pengunjung pasar sehingga pendapatan pedagang pasar dapat meningkat. Serta peningkatan pengunjung diharapkan agar pedagang yang memiliki kios dan los dapat aktif berjualan kembali.

Daftar Pustaka

Darmawan, dkk, 2013, Revitalisasi Kawasan Pasar Ikan Sunda Kelapa sebagai Kawasan Wisata Bahari di Jakarta, Jakarta: Binus University.

Joko, Bangkit, 2013, Analisis Kebijakan Penataan Toko Modern di Kabupaten Bantul, Surakarta: UNS.

Kasali, Rhenald, 2007, Membidik Pasar Pasar Indoesia Targeting dan Positioning, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nugroho, Riant, 2003, Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi, Jakarta: PT Gramedia.

Peraturan Bupati Bantul Nomor 29 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pemanfaatan Fasilitas Pasar Tradisional di Kabupaten Bantul


(6)

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pasar

Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Rohmatun, dkk, 2015, Dampak Revitalisasi Pasar Tradisional Asembagus Terhadap Pendapatan Pedagang dan Kepuasan Konsumen di Pasar Asembagus Kabupaten Situbondo, Jember: UNEJ.

Sardilah, dkk, 2011, Eksistensi Pasar Tradisional Relasi dan Jaringan Pasar Tradisional di Kota Semarang Jawa Tengah, Semarang: Kementrian Budaya dan Pariwisata.

Suharno, 2013, Dasar-Dasar Kebijakan Publik: Kajian Proses dan Analisis Kebijakan, Yogyakarta: Penerbit Ombak.