1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bantul merupakan salah satu daerah yang mempunyai aturan tentang pendirian dan penataan toko modern. Hal ini dibuktikan dengan
adanya Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16
Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pasar dan Peraturan Bupati Bantul Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penataan Toko Modern di Kabupaten
Bantul. Dalam Peraturan-Peraturan tersebut dijelaskan beberapa syarat dan aturan yang harus dipenuhi sejumlah pihak jika ingin mendirikan toko
modern di Bantul. Adanya aturan-aturan tersebut merupakan salah satu upaya yang
dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul untuk terus menjaga eksistensi perekonomian lokal. Seperti melindungi keberadaan pasar tradisional dan
pedagang kecil baik yang berjualan di pasar tradisional maupun toko-toko kecil. Ketentuan tersebut sejatinya tidak melarang pendirian tokopasar
modern di Bantul. Melainkan setiap elemen masyarakat di Bantul harus mematuhi peraturan yang ada seperti yang tertera pada Peraturan Daerah
dan Peraturan Bupati yang ada jika ingin mendirikan toko modern. Sehubungan dengan peraturan-peraturan yang telah dibuat,
Pemerintah Kabupaten Bantul terus berupaya untuk menjaga eksistensi perekonomian lokal yaitu dengan merevitalisasi pasar tradisional.
2
Revitalisasi pasar dilakukan dengan upaya agar pasar tradisional tetap mampu bersaing dengan pasar modern yang telah menjamur. Karena
banyaknya jumlah masyarakat di Bantul yang sebagian besar bergantung pada pasar tradisional, agar tetap dapat mempertahankan pekerjaannya
sebagai pedagang. Adanya dua kebijakan pemerintah
tentang pembatasan pasar modern dan revitalisasi pasar tradisional sangat berkaitan, karena
pembatasan pasar modern tanpa adanya revitalisasi pasar tradisional
adalah sama halnya dengan menyelesaikan masalah, namun tidak sampai ke akarnya. Kebijakan pembatasan pasar modern berfungsi sebagai
regulator untuk menekan laju pertumbuhan pasar moden di Bantul, sedangkan kebijakan revitalisasi pasar tradisional bertujuan untuk
meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern Masitoh: 2013.
Meskipun pasar modern telah menjamur di Bantul, namun pasar tradisional tidak akan punah begitu saja. Banyak penduduk desa yang akan
setia berbelanja di pasar tradisional. Penduduk di desa memiliki daya beli yang rendah, begitu pula budaya tawar menawar dalam berbelanja tidak
bisa ditemui di pasar modern. Akan tetapi eksistensi pasar tradisional itu sendiri harus tetap dijaga. Senjata yang diperlukan untuk menjaga
eksistensi pasar tradisional yaitu dengan peraturan pemerintah tentang perlindungan pasar tradisional dan perubahan dari pasar tradisional itu
sendiri.
3
Dengan demikian, konsep revitalisasi pasar untuk mempetahankan eksistensi pasar tradisional sangat penting. Sudah barang tentu revitalisasi
tidak hanya sebatas bangunan dan regulasi pemerintah. Akan tetapi, semua aspek yang menjadi instrument pasar tradisional memerlukan revitalisasi.
Baik dari segi manajmen, pengembangan pasar, dana penunjang pengembangan, dan lain sebagainya.
Di Kabupaten Bantul terdapat 31 pasar sebagai wadah perekonomian masyarakat. Jumlah pedagang di Pasar Induk Kabupaten
Bantul 1718 pedagang merupakan jumlah pedagang terbanyak dari pasar- pasar tradisional yang terdapat di Bantul. Berikut daftar pasar tradisional
dan jumlah pedagang pasar yang ada di Bantul:
4
Tabel 1.1 Daftar Pasar dan Jumlah Pedagang di Kabupaten Bantul
No Nama Pasar
Jumlah Pedagang 1
Bantul Pasar Induk 1718
2 Niten
926 3
Klitikan Niten 167
4 Janten
79 5
Piyungan 1089
6 Imogiri
1587 7
Angkruksari 513
8 Barongan
316 9
Mangiran 315
10 Jodog
595 11
Pijenan Gesikan 258
12 Hewan Pandak
82 13
Gataka 337
14 Pundong
636 15
Jejeran 711
16 Pleret
411 17
Hewan Imogiri 120
18 Sorobayan
290 19
Gumulan 263
20 Semampir
180 21
Sungapan 104
22 Turi
774 23
Celep 154
24 Panasan
231 25
Dlingo 195
26 Bendosari
67 27
Ngipik 41
28 Sangkeh
17 29
Grogol 26
30 Koripan
53 31
Jragan 47
Jumlah 12311
Sumber: Kantor Pengelolaan Pasar 2016
Pasar Induk Bantul merupakan pasar induk yang terdapat di Kabupaten Bantul. Hal ini menjadikan Pasar Induk Bantul sebagai salah
satu tempat pusat aktivitas perekonomian masyarakat. Selama aktivitas
5
perekonomian berlangsung, terjadi interaksi antara pedagang, pembeli, pengelola pasar, serta pemerintah daerah. Kegiatan jual beli di Pasar Induk
Bantul tidak hanya dilakukan oleh warga Bantul saja. Banyak warga di sekitar Bantul yang berdagang di Pasar Induk Bantul, seperti warga dari
Gunung Kidul, Kulon Progo, Kota Jogja, bahkan ada yang berasal dari Klaten Jawa Tengah.
Kesamaan fungsi antara pasar tradisional dan pasar modern mengakibatkan adanya persaingan antar keduanya. Akan tetapi, pasar
tradisional harus menjaga eksistensinya agar dapat terus bersaing dengan pasar modern. Menurut Mudjarat Kuncoro 2008 dalam tulisannya
“Strategi Pengembangan Pasar Modern dan Tradisonal”, terdapat isu utama yang berkaitan dengan perkembangan pasar tradisional, diantaranya
yaitu : 1.
Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal maka perlu ada program untuk melakukan pengaturan.
2. Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern yang
memberatkan pemasok barang. 3.
Tumbuh pesatnya minimarket yang dimiliki pengelola jaringan ke wilayah pemukiman.
4. Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling
berdekatan. Dari permasalahan isu utama tersebut, kelengkapan fasilitas serta
kebersihan pasar sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung
6
dan untuk menjaga eksistensi pasar tradisional. Pelaksanaan program revitalisasi pasar oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul sangat
penting adanya untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern yang ada di Bantul. Agar terdapat peningkatan kualitas baik
fisik maupun non fisik yang menjadikan pasar tradisional lebih baik, menghilangkan kesan kumuh, semrawut, panas dan bau.
Sebelum revitalisasi berlangsung, kondisi fisik Pasar Induk Bantul sudah sangat memprihatinkan. Mulai dari bangunan gedung yang sudah
retak, atap yang bocor, serta lingkungan yang kumuh. Apalagi saat musim penghujan, lantai menjadi becek dan licin. Hal ini sangat mengganggu
kenyamanan baik pedagang maupun pembeli. Mengulas kembali saat pelaksanaan revitalisasi Pasar Induk Bantul
tersebut, pedagang hanya berjualan di tempat kecil yang terdapat didepan dan sayap kanan kiri pasar yang disediakan oleh pengelola pasar. Hal
tersebut mengakibatkan pembeli kurang nyaman dengan tempat yang cenderung kumuh dan sempit, sehingga mereka sulit menemukan
pedagang langganan mereka yang menyebabkan pembeli menjadi berkurang serta pasar cenderung sepi. Adanya revitalisasi pasar tidak serta
merta berpengaruh positif bagi kondisi sosial dan kondisi ekonomi pedagang. Karena faktor lamanya revitalisasi dan perlunya adaptasi
dengan lingkungan baru. Dalam skripsi Joko 2013, hasil penelitiannya berisi implementasi,
evaluasi kinerja, dan evaluasi dampak kebijakan penataan toko modern di
7
Kabupaten Bantul yang dituangkan dalam Peraturan Bupati Nomor 12 tahun 2010 tentang penataan toko modern. Dari dampak yang diuraikan
dalam penelitian tersebut juga berimbas kepada keberadaan pasar tradisional. Didalamnya juga diuraikan upaya pemerintah dalam menjaga
eksistansi pasar tradisional yaitu dengan merevitalisasi pasar. Hal ini yang mendorong minat peneliti untuk melakukan penelitian tentang evaluasi
kebijakan dari program revitalisasi pasar tradisional yang dilakukan oleh pemerintah daerah demi menjaga eksistensi pasar tradisional.
Penelitian ini mengangkat judul mengenai evaluasi kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul tahun 2016, agar dapat
diketahui hasil dari program revitalisasi pasar yang dijalankan pemerintah daerah tersebut. Apakah memberikan perubahan yang positif atau negatif
bagi kesejahteraan pedagang di Pasar Induk Bantul. Dari hasil penelitian ini juga dapat memberikan saran berupa solusi yang dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah, pengelola pasar, maupun pedagang untuk memperbaiki keadaan agar eksistensi Pasar Induk Bantul tetap terjaga dan tidak kalah
dengan pasar modern seperti tujuan yang diharapkan oleh pemerintah sebelum revitalisasi.
B. Rumusan Masalah