Kinerja Perusahaan Melalui Praktik Corporate Governance Pada Industri Kecil Menengah Studi Kasus di Trangsan Kabupaten Sukoharjo

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era globalisasi membawa dampak pada industri besar tetapi berdampak pula
pada sektor industri kecil dan menengah (IKM). Krisis ekonomi tahun 1997/1998
telah berimbas pada penurunan kinerja dunia usaha. Kondisi makro perekonomian
Indonesia tidak terlepas dari kontribusi dunia usaha terutama sektor industri kecil dan
menengah. Kelemahan mendasar perekonomian di Indonesia

terletak di tingkat

mikro, yang ini disebabkan oleh faktor pengelolaan usaha yang kurang efisien.
Pengelolaan usaha yang kurang efisien berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang
cenderung pada konsentrasi kepemilikan usaha yang monopolistik disamping karena
kelemahan manajerial yang umumnya melekat pada kelompok IKM. Secara nasional
sumbangan nilai tambah IKM tahun 2000 hanya 14.3% yang jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan IKM di Malaysia yang mampu menyumbang sebesar 25.8%
pada 1996 (Dirjen Deperindag, 2003). Disamping potensi yang dimiliki IKM,
kelompok usaha ini ternyata masih banyak menghadapi kendala untuk meningkatkan
daya saing. Penelitian Tambunan (2002), menunjukkan berbagai kendala yang sering

dihadapi kelompok usaha ini diantaranya terdapat 40,34% dari jumlah pengusaha

1

menghadapi kesulitan permodalan, 41,9 % kesulitan bahan baku, 29,9 % kesulitan
pemasaran, dan kesulitan membayar pekerja 18,1%.
Untuk menciptakan daya saing perlu meningkatkan kinerja organisasi karena
bagaimanapun kinerja sangat menentukan daya saing. IKM sebagai organisasi bisnis
membutuhkan pengelolaan yang baik agar memiliki daya saing dan mampu
meningkatkan kinerjanya. Kebutuhan akan pelaksanaan good governance dalam
organisasi sudah merupakan kebutuhan mendesak bagi pucuk pimpinan organisasi
(Chandra,2001). Kinerja IKM sangat dipengaruhi faktor permodalan dan aspek ini
merupakan hambatan utama dalam berusaha (Bisnis Indonesia, 2002). Karakteristik
khusus yang umumnya melekat pada sektor IKM diantaranya pengelolaan perusahaan
yang masih bersifat tradisional, sistem akunting dan keuangan yang sederhana,
fasilitas terbatas, minimnya pengetahuan manajerial, kurangnya akses pasar,
terbatasnya dan sulitnya menyediakan informasi keuangan yang bisa diakses oleh
pihak bank terkait dengan pengucuran pinjaman yang ini disebabkan oleh rendahnya
pengetahuan yang dikuasai. Pihak bank sering menghadapi kendala teknis ketika akan
memberikan pinjaman, sebab masih banyak IKM yang tidak memiliki laporan

keuangan dan tidak memahami bagaimana membuat laporan keuangan yang baik dan
benar. Temuan empiris (Hadiyati, et.al, 2005) pada industri kecil keramik di
Kasongan DIY menunjukkan, sebagian besar perusahaan belum melakukan
administrasi pembukuan secara benar dan bahkan ada yang sama sekali tidak
melakukan pembukuan keuangan. Kelemahan manajerial yang melekat pada
kelompok IKM ini mengindikasikan bahwa IKM belum melaksanakan tata kelola

2

perusahaan secara baik. Dikaitkan dengan penerapan GCG maka karakteristikkarakteristik yang menunjukkan kelemahan IKM inilah yang kiranya perlu segera
dibenahi oleh para pengelola.
Penelitian McKinsey (1999) menunjukkan bahwa persepsi investor mengenai
praktik corporate governance (CG) pada perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah
terendah dengan indeks

1,1 yang jauh lebih rendah dari indeks CG Malaysia,

Thailand, Korea, Taiwan, Jepang dan Amerika Serikat. Temuan ini menandakan
sebagian besar perusahaan di Indonesia belum menjalankan tata kelola perusahaan
yang baik (GCG). Fenomena rendahnya tata kelola perusahaan-perusahaan ini inilah

yang mendorong adanya tuntutan di kalangan perusahaan untuk menerapkan tata
kelola perusahaan sesuai prinsip-prinsip GCG yakni transparency, accountability,
responsibility, independence dan fairness. Hamid (2003) mengemukakan, untuk
memperbaiki kinerja organisasi dapat dilakukan melalui profesionalisme pengelolaan
organisasi dan salah satu cara mengukur profesionalisme pengelolaan adalah melalui
praktik corporate governance yang dilakukan dengan baik.
Penerapan GCG yang selama ini masih terbatas di kalangan perusahaan
besar/modern, hakekatnya juga relevan untuk kalangan IKM. Isue pelaksanaan GCG
di IKM dengan struktur manajemen yang masih sederhana adalah berkaitan dengan
persoalan: (1) bagaimana menciptakan pengelolaan perusahaan yang memenuhi
standar akuntansi; (2) bagaimana system TI bisa melengkapi manajemen dalam
mendukung aktivitas perusahaan; (3) bagaimana meningkatkan pengetahuan
manajerial. Masalah inilah yang pada akhirnya akan membangun image IKM yang

3

terpercaya, dan accountable. Peranannya yang cukup besar dalam penyerapan tenaga
kerja dan ketangguhannya dalam krisis ekonomi, IKM harus dikelola secara modern
dan professional.
Berangkat dari fenomena di atas, praktik corporate governance (CG) di

kalangan IKM menarik untuk dilakukan kajian. Penelitian ini memfokuskan pada
kajian CG pada sektor IKM yang berlokasi di desa Trangsan, Kabupaten Sukoharjo
dengan pertimbangan bahwa desa Trangsan Kabupaten Sukoharjo memiliki produkproduk unggulan yang sebagian besar dihasilkan oleh kelompok IKM serta memiliki
prospek pasar potensial di pasar ekspor.

B. Perumusan Masalah
Perubahan yang cepat secara global yang terjadi di berbagai bidang tidak
terkecuali bidang ekonomi khususnya industri, memaksa IKM untuk segera
mengganti cara-cara lama dengan yang baru dalam pengelolaannya. Corporate
governance (CG) merupakan konsep yang bisa digunakan untuk mengelola usaha
secara baik. Duharapkan dengan penerapan corporate governance dapat berdampak
positif terhadap profitabilitas dan terciptanya peningkatan daya saing perusahaan.
Faktor pendorong munculnya konsep CG adalah (1) perubahan lingkungan
yang begitu cepat yang berdampak pada perubahan peta kompetisi pasar global dan
(2) berkembangnya tuntutan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan (stakeholders). Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan menghadapi
lingkungan yang berubah dan tuntutan stakeholders diperlukan penegakan sistem

4


governance. Menurut Syakhroza (dalam Hanggraheni, 2005) penegakan sistem
governance di perusahaan skala usaha kecil menengah dipengaruhi oleh dua aspek
kekuatan yakni:
1. Kekuatan internal (internal force). Internal force merupakan kondisi internal
untuk

mendukung penegakan system governance IKM, mencakup

governance structure (struktur tata kelola) dan governance mechanism
(mekanisme tata kelola).
1.1. Governance structure yaitu tata kelola, sejauhmana kegiatan-kegiatan
dalam perusahaan diorganisir dan dikoordinir secara bertanggung jawab
dalam rangka merumuskan langkah-langkah dan kebijakan guna
memperkuat dasar pengelolaan perusahaan. Governance structure
mencakup dua unsure yakni: (a) organisasi dan (b) proses bisnis
perusahaan (internal business process)
1.2. Governance mechanism, yakni mekanisme yang mengatur tata kelola
yang menunjukkan suatu aturan main, prosedur (SOP) dan hubungan
antara pihak pengambil keputusan dengan pihak yang akan melakukan
control terhadap keputusan yang diambilnya. Governance mechanism

mencakup unsure-unsur: (a) strategi perusahaan (corporate strategy); (b)
kebijakan perusahaan (corporate policy) dan (c) standard operating
prosedure
Penegakan system governance IKM melalui governance structure dan
governance mechanism perlu mengacu pada penerapan prinsip-prinsip tata kelola

5

(governance principles)

yakni transparansi,

akuntabilitas, responsibilitas,

independensi dan kewajaran.
2. Kekuatan eksternal (external forces).
External forces merupakan kondisi eksternal IKM yang perlu menjadi
perhatian dalam mendukung penegakan system governance, mencakup unsureunsur: (a) legal framework; (b) government regulations dan (c) business
environment.
Lebih jelasnya,


model system governance

menurut

Syakhroza (dalam

Hanggraheni, 2005) ditunjukkan pada gambar 1 berikut:

Penegakan sistem corporate governance
governance structure

governance mechanism
governance principles

Internal Forces

External Forces

Organizational

Structure

Legal framework
Governance structure

Internal business
Process

Government regulations

Corporate
Strategy
Corporate
Policy

Governance mechanism
Business environment

SOP
assessment


Gambar 1: Penegakan corporate governance system

6

Berangkat dari fenomena penegakan system CG di kalangan industri kecil menengah
(IKM), pertanyaan-pertanyaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Sejauhmana tata kelola perusahaan telah dilaksanakan di kalangan IKM
di desa Trangsan, Kabupaten Sukoharjo.
Sejauhmana kondisi kekuatan internal IKM ditinjau dari governance
structure dan governance mechanism mendukung terhadap penegakan
system governance IKM?
2. Sejauhmana kondisi kekuatan eksternal IKM ditinjau dari legal
framework,

government

regulations

dan


business

environment

mendukung terhadap penegakan system governance IKM ?
3. Apakah terdapat perbedaan praktik corporate governance antara
kelompok industri kecil dan industri menengah?
4. Apakah ada hubungan antara peringkat corporate governance dengan
kinerja IKM?

7

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Corporate Governance Self Assessment Checklist. www.fcgi.or.id.2006.
Abor, Joshua, and Nicholas Biekpe. Does Corporate Governance Affect the Capital
Structure Decisions of Ghanaian SMEs. University of Stellenbosch Business
School, South Africa
Coombes, Paul, and Mark Watson. Three Surveys on Corporate Governance.

www.clsa.com.2000
Chandra, Aditiawan. Prinsip-Prinsip dalam Merancang Kebijakan Good Governance
dalam suatu Organisasi. Usahawan, No.09.TH.XXXII, September 2003.
Clarke,AD. 2006. SMEs and Corporate Governance: Politics, Resources and TrickleDown Effects. University of Queensland.
Djatmiko, Harmanto Edy. 2001. Saatnya Menjadi Perusahaan Terpercaya, SWA,
Oktober
Dirgantoro, Crown. 2002. Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis.
Grasindo.Jakarta.
Emirzon, Joni. 2006. Regulatory Driven Dalam Implementasi Prinsip-Prinsip Good
Corporate Governance Pada Perusahaan Di Indonesia. Jurnal Manajemen dan
Bisnis Sriwijaya, Vol.4, No.8 Desember
Hart,O. 1995. Corporate Governance: Some Theory and Implications, The Economic
Journal.
Hadiyati, Uning, dkk. 2005. Pendidikan dan Pelatihan Manajemen dan Administrasi
Keuangan Untuk Pengusaha Kerajinan Gerabah di Kasongan, Bantul, DIY.
Laporan Pengabdian Masyarakat. Fakultas Ekonomi, Universitas Wangsa
Manggala, Yogyakarta
Jewell, L.N. and Marc Siegall. 1998. Psikologi Industri/Organisasi Modern. Penerbit:
Arcan, Jakarta.
Keasey, K.et.al. 1997. Introduction:The Corporate Governance Problem-Competing
Diagnoses and Solutions.
Mayer, C. 1997. Corporate Governance, Competition, and Performance. Journal of
Law and Society
Moeljono, D. 2005. Good corporate culture sebagai inti dari good corporate
governance. Jakarta: Penerbit Elex Komputindo.
OECD. 1999. OECD Principles of Corporate Governance, the Organization for
Economic Co-operation and Development.
www.oecd.org/daf/governance/principles.htm.1999.
Pambudi, Teguh S. 2001. Barisan Perusahaan Terpercaya, SWA
Shleifer, A. dan R.W. Vishny. 1997. A survey of corporate governance. Journal of
Finance 52, hal. 737-783.
Sutawinangun, Nazmudin. Pelaksanaan GCG Pada UKM. www.fcgi.or.id.2004
Syakhroza, A.2003. Teori Corporate Governance. Majalah Usahawan,
No.08.TH.XXXII, Agustus

45

--------- 2002. Mekanisme Pengendalian Internal dalam Melakukan Assessment
terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance. Usahawan,
No.08.TH.XXXI, Agustus
Tan, Wee Liang. The Impact of Corporate Governance on Value Creation in
Entrepreneurial Firms. Singapore Managemnt University.
www.research.smu.edu.sg/faculty/edge.htm.2007
. et.al. 1997. The Impact of Corporate Governance on Corporate
Entrepreneurship.
Utama, Sidharta. 2005. Praktek Corporate Governance dan Penciptaan Nilai
Perusahaan di BEJ, Usahawan, Agustus

46

RINGKASAN

Penelitian dengan judul Meningkatkan Kinerja Perusahaan Melalui Praktik
Corporate Governance Pada Industri Kecil Menengah Studi Kasus di Trangsan
Kabupaten Sukoharjo, bertujuan untuk: (1) menjajagi sejauhmana praktik tata kelola
perusahaan (corporate governance) telah dilaksanakan di kalangan IKM di desa
Trangsan, Kabupaten Sukoharjo; (2) mendeskripsikan kondisi kekuatan internal IKM
(governance structure dan governance mechanism) dalam mendukung penegakan
governance di IKM; (3) mendeskripsikan kondisi kekuatan eksternal (legal
framework, government regulations, business environment) dalam mendukung
penegakan governance IKM; (4) menganalisis perbedaan praktik governance antara
kelompok industri kecil dan industri menengah dan (5) menganalisis pengaruh
corporate governance terhadap kinerja IKM.
Sumber data primer dari 98 responden pemilik/produsen IKM di desa
Trangsan Kabupaten Sukoharjo, dipilih dengan metode purposive random sampling.
Sumber data sekunder dari Disperindagkop Kabupaten Sukoharjo. Metode
pengumpulan data dengan metode observasi dan wawancara kepada responden,
disertai penyebaran kuesioner kepada responden. Instrumen kuesioner dilakukan
pengujian validitas dan reliabilitas dengan maksud untuk memenuhi kriteria
kuesioner yang baik. Metode analisis data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian, menggunakan (1) scoring corporate governance; (2) metode statistik
dskriptif; (3) Uji independent T test dan (4) metode regresi linier sederhana.
Hasil analisis menunjukkan rata-rata skor corporate governance di kalangan
IKM sebesar 0.417. Angka skor corporate governance yang dicapai ini lebih kecil dari 0.50,
sehingga dikatakan bahwa perusahaan dalam kategori / peringkat rendah atau buruk dalam
praktik corporate governance. Hasil analisis Quartil menunjukkan sebanyak 20.41 %

perusahaan sample memiliki rata-rata skor corporate governance dalam kategori /
peringkat rendah yaitu kurang dari 0.397. Rata-rata skor corporate governance
dalam kategori/peringkat sedang (rata-rata) terdapat 14.3% perusahaan sample
dengan rata-rata skor corporate governance sebesar 0.397 sampai 0.417. Selebihnya
terdapat 39.8% perusahaan sample berada dalam kategori / peringkat cukup baik
dengan rata-rata skor corporate governance sebesar 0.419 sampai 0.489. Ditinjau
dari hasil perhitungan Quartil menunjukkan rata-rata scor corporate governance pada
seluruh perusahaan sample memiliki skor rendah dalam kisaran antara 0.419 sampai
0.489. Temuan secara deskriptif ini mengindikasikan bahwa perusahaan sample
berada dalam peringkat buruk karena rata-rata skor corporate governance di bawah
0.50. Apabila mengacu studi CLSA (2001) dalam menentukan peringkat corporate
governance yaitu skor rata-rata 50% sebagai ukuran umum dapat diterima (rule of
tumb) maka dalam studi yang dilakukan ini keseluruhan responden 98 sampel berada
di bawah peringkat buruk/remdah dalam tata kelola perusahaan. Factor kekuatan
internal dari indikator strategi, kebijakan dan prosedur operasi standar, secara
deskriptif ada potensi mendukung penegakan system corporate governance. Hasil

iii

analisis deskriptif terhadap external force dengan indikator government regulations,
legal framework dan business environment menunjukkan ada potensi yang
cenderung mendukung penegakan system tata kelola, diindikasikan oleh pernyataan
positif oleh sebagian besar responden terhadap indikator government regulations,
legal framework dan business environment. Hasil analisis menggunakan Independent
T test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata skor corporate governance
antara responden industri kecil dan industri menengah, diindikasikan oleh nilai t =
0.128 dan probabilitas sebesar 0.898 dengan asumsi varians sama. Hasil analisis
regresi menunjukkan, koefisien ScorCG (skor corporate governance) sebesar –
76.912 dengan nilai t hitung sebesar -1.829 dan probabilitas (Sig.) sebesar 0.071
Hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa koefisien variable skor corporate
governance adalah tidak signifikan secara statistik. Koefisien korelasi antara kinerja
dan scor corporate governance ditunjukkan oleh nilai r = -0.183. Hasil studi empiris
tersebut ditafsirkan bahwa buruknya pratik coroporate governance di IKM belum
tentu sebagai factor yang mempengaruhi kinerja IKM. Tanda negatif pada angka
koefisien variable scor corporate governance (– 76.912) dan koefisien korelasi (0.183) dapat ditafsirkan bahwa praktik coroporate governance yang buruk tidak
berarti akan mengakibatkan terhadap kinerja IKM menjadi rendah/buruk.

iv

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN MELALUI PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE PADA INDUSTI KECIL DAN MENENGAH

0 2 6

PRAKTIK-PRAKTIK PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH PRAKTIK-PRAKTIK PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 4 14

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan(Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaTahun 2011-2015).

0 6 12

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan(Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaTahun 2011-2015).

0 2 17

MEMBANGUN LEARNING ORGANIZATION UNTUK MENCAPAI KEUNGGULAN KOMPETITIF DI LINGKUNGAN PERUSAHAAN KECIL-MENENGAH STUDI EMPIRIS: WIRAUSAHA MEBEL ROTAN DI SENTRA INDUSTRI MEBEL ROTAN DESA TRANGSAN, GATAK, SUKOHARJO.

0 0 12

EVALUASI FLEKSIBILITAS MANUFAKTUR : STUDI KASUS DI PERUSAHAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH.

0 0 9

Pengaruh Lingkungan Eksternal Perusahaan dan Orientasi Strategi Terhadap Kinerja Perusahaan Industri Kecil Menengah (Studi Kasus pada Industri Rokok di Kabupaten Kudus).

0 0 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil (Studi Kasus Industri Kecil Jamu di Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo).

0 0 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA INDUSTRI ROTAN DI KABUPATEN SUKOHARJO (STUDI KASUS DI DESA TRANGSAN, GATAK, SUKOHARJO.

1 1 12

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KECIL KERAJINAN ROTAN (Studi Kasus di Sentra Industri Kecil Kerajinan Rotan di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo).

0 0 14