Perhimpunan Indonesia: Manifesto Politik
177
Sejarah Indonesia
semua merupakan usaha baru dalam memberikan identitas nasioalis yang muncul di luar tanah air. Mereka juga membuat simbol-simbol baru, merah
putih sebagai lambang mereka dan Pangeran Diponegoro sebagai tokoh perjuangan.
Perhimpoenan Indonesia semakin mendapat simpatik dari para mahasiswa Indonesia di tanah Belanda. Jumlah keanggotaannya pun semakin bertambah
banyak. Tahun 1926 jumlah anggota mencapai 38 orang. Di tanah Belanda itulah para mahasiswa itu menyerukan pada semua pemuda di Indonesia
Hindia untuk bersatu padu dalam setiap gerakan-gerakan mereka. PI bersemboyan “ self reliance, not mendiancy”, yang berarti tidak meminta-
minta dan menuntut-nuntut. Dalam Anggaran Dasarnya juga disebutkan, bahwa kemerdekaan Indonesia hanya diperoleh melalui aksi bersama, yaitu
kekuatan serentak oleh seluruh rakyat Indonesia berdasarkan kekuatan sendiri. Kepentingan penjajah dan yang terjajah berlawanan dan tidak
mungkin diadakan kerjasama nonkoperasi. Bangsa Indonesia harus mampu berdiri di atas kaki sendiri, tidak tergantung pada bangsa lain.
PI menjadi organisasi politik yang semakin disegani karena pengaruh Moh. Hatta. Di bawah pimpinan Hatta, PI berkembang dengan pesat dan
merangsang para mahasiswa yang ada di Belanda untuk terus memikirkan
Sumber: Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia 1918-193, 2003.
Gambar 3.13 Foto mahasiswa yang terhimpun dalam PI.
178
Kelas XI SMAMASMKMAK Semester 1
kemerdekaan tanah airnya. Aktivitas politik PI tidak saja dilakukan di Belanda dan Indonesia, juga dilakukan secara internasional. Mahasiswa secara teratur
melakukan diskusi dan melakukan kritik terhadap pemerintah Belanda. PI juga menuntut kemerdekaan Indonesia dengan segera.
Dengan demikian jelaslah bahwa Perhimpunan Indonesia merupakan manifesto politik pergerakan Indonesia. Karena Perhimpunan itu lahir di negeri
asing yang saat itu menjadi penjajah tanah Hindia. Dari tempat penjajah itulah
Nama Indonesia mulanya dikembangkan oleh Adolf Bastians sarjana Jerman yang diambil dari Logan sarjana Inggris. Namun yang dimaksud
Bastians dengan konsep Indonesia, adalah Indonesia secara etnograi, bukan konsep Indonesia seperti saat ini. selanjutnya dalam rapat-rapat menjelang
kemerdekaan pandangan etnograi dikalahkan oleh pandangan Ernest Renan tentang nasion yang saat itu masih digunakan sebagai konsep bangsa dan
wilayahnya.
Para pelajar dan mahasiswa Hindia di Belanda kemudian menggunakan Indonesia sebagai identitas dirinya, tanah airnya, dan nasionnya, serta posisi
politiknya. Karena itulah Organisasi Indische Vereeniging berganti nama ke Perhimpoenan Indonesia.
Hatta dalam memoarnya menuturkan,” ....Langkah pertama untuk memperkenalkan Tanah Air kita Indonesia di luar negeri dibuat dengan
berhasil. Nama “INDONESIA” tidak perlu dimajukan dengan resolusi. Selama aku di sana dan setelah mendengar pidatoku pada pembukaan Kongres
itu, semuanya menyebut Indonesia. orang-orang Belanda, yang pada pidato permulaan masih menyebut “Hindia Belanda”, kata itu tidak diulang mereka
lagi, dalam perdebatan maupun dalam pembicaraan lainnya. Dalam tulisan- tulisan mereka keluar, kepada kawan dan keterangan umum, mereka menyebut
“INDONESIA”. Apalagi setelah bertukar pikiran dengan aku. Dalam pimpinan agenda Kongres, nama Indonesia telah terekam, tidak dapat ditukar
kembali dengan “Indes Neerlandises”.”
179
Sejarah Indonesia
perkumpulan pemuda terpelajar itu berhasil mengobarkan semangat dan panji-panji kemerdekaan Indonesia. jelaslah bahwa para pemuda Indonesia
tidak takut untuk membela dan berjuang untuk kemerdekaan tanah airnya dengan segala resikonya.