8
2. METODE MENAFSIRKAN
Metode yang dipakai untuk menafsirkan adalah hermeneutik. Sesungguhnya metode ini dipakai dalam menafsirkan kalimat yang keluar dari manusia, dan perilaku manusia. Akan tetapi,
kalau dikaitkan dengan sejarah budaya yang melekat pada kehadiran hewan dalam upacara tiga bulanan itu, juga merupakan sikap dari manusia. Karena itulah kemudian, dapat ditarik sebuah
latar belakang dan alasan, mengapa masyarakat Hindu Bali memilih hewan tersebut dalam keadaan hidup untuk dihadirkan dalam upacara. Ayam, bebek dan babi merupakan hewan
peliharaan umum di Bali sehingga tingkah laku kehidupannya dapat ditafsirkan. Sebab, dapat dikatakan bahwa pada akhirnya tampilan hewan dan ritual itu dapat dikatakan sebagai kalimat
dalam teks. Bahasa yang digunakan dalam teks tefsirannya tidak dapat dikontrol oleh penulisnya, dan tafsirannya nyaris tak terbatas Gibbons, 2002 : xv
3. TUJUAN DAN MANFAAT DALAM KONTEKS PERUBAHAN SOSIAL
Tujuan menafsirkan kehadiran hewan perliharaan dalam upacara ini adalah demi mengetahui makna yang terkandung dalam kehadiran hewan tersebut. Sebab, sebuah kehadiran
dalam ritual pasti mempunyai makna yang akan berguna bagi pesan-pesan kepada masyarakat. Manfaat mengetahui makna ini adalah akan mampu menjadi bimbingan dan nasihat bagi
masyarakat banyak, sehingga dapat dipakai sebagai pesan abadi dalam kehidupan sosial. Wirawan, yang mengutip Blumer menyebutkan bahwa makna dimodifikasi dan ditangani
melalui proses penafsiran yang digunakan setiap individu dalam keterlibatannya dengan tanda- tanda yang dihadapi Wirawan, 2012 :113. Hal ini juga memberikan manfaat pengetahuan bagi
masyarakat agar ritual tersebut tidak dipahami sebagai ritual semata sebagai sebuah pekerjaan rutin, dalam hal ini upacara tiga bulanan.
Bali sekarang ada dalam konteks perubahan sosial yang cukup deras sehingga upacara- upacara seperti itu dipandang seolah membuang-buang waktu dan biaya saja. Sebagian
masyarakat mempunyai pandangaan seperti ini sehingga tanpa pemahaman yang komplit tentang makna simbolis itu, akan dapat melahirkan konflik sosial. Misalnya ada pihak yang merasa
tersinggung karena merasa melecehkan agama ketika menyebutnya sebagai membuang-buang waktu dan biaya. Pemahaman akan makna terhadap kehadiran hewan itu, akan dapat memperluas
pengetahuan dan karena itu memungkinkan kehadiran terhadap hewan ini menjadi pilihan.
9
Masyarakat yang sudah mengenal maknanya itu dapat saja tidak menghadirkan hewan tersebut, dan menggenatinya dengan nasihat-nasihat secara oral saat melaksanakan upacara. Perubahan
sosial di Bali ditandai dengan munculnya pemikiran-pemikiran kritis seperti ini. Pemikiran modern akan mampu menerima pengalaman baru dan keterbukaan terhadap inovasi Sztompka,
2007 : 89 Dengan demikian pencarian makna ini mempunyai manfaat besar, bukan saja memberikan informasi pengetahuan kepada masyarakat tetapi juga memungkinkan untuk
meringkas kompleksitas upacara dan menyederhanakan ritual serta menekan biaya.
4. TAFSIRAN ATAS RITUAL “SOLSOLAN” DALAM UPACARA TUGABULANAN