Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung)

(1)

v

Bulanan Traditional Ceremony in Bandung City) By:

ARIP NUGRAHA NIM: 41810104

A Mini-thesis under supervision of Inggar Prayoga, M.I.Kom

The research is intended to describe in depth about Communication Activity in Nujuh Bulanan (seventh month) traditional ceremony in Bandung City. The research discussed communicational activities as seen from communicative situations, events, and actions.

The research approach was qualitative by a study of communication ethnography and used a symbolic interactional theory. The research subject was some who had participated in a nujuh bulanan traditional ceremony. The informants consisted of 5 persons selected by a purposive sampling technique. The data collection techniques used were in-depth interview, observation non participant, documentation, library study, and data online browsing. The data validity test techniques used were enhancement of diligence, triangulation, discussion with peers, and member check.

The research findings revealed that communicative situation where the occurrence of events or the communication process during the ceremonies nujuh bulanan family in the home page of pregnant women. A communicative event of nujuh bulanan traditional ceremony is a special ritual performed when the pregnancy of a mother is seven month, while the communicative actions in a nujuh bulanan traditional ceremony are namely in the form of an application to the creator and nonverbal behaviors that are specific meaning during recitation, spray, changing the fabric, passing eggs and eels, cut coconut, selling salad and processes saweran.

The research conclusion was that communication activities in Nujuh Bulanan traditional ceremony is a traditional Sundanese ceremony performed when a the pregnancy of mother is seven month, a ceremony that has been performed since the days long time, the performance of which involves a request to the creator.

The research suggested that those Sundanese people particularly in Bandung City for them to preserve the legacy from their ancestors and it should be preserved in communication activities in Nujuh Bulanan traditional ceremonies.

Keywords: Communicative situation, Communicative Events, Communicative Actions, and Communicational Activities


(2)

iv

Nujuh Bulanan Di Kota Bandung) Oleh :

ARIP NUGRAHA NIM : 41810104

Skripsi ini di bawah bimbingan, Inggar Prayoga, M.I.Kom

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Nujuh bulanan di Kota Bandung. Penelitian ini membahas tentang aktivitas komunikasi dilihat dari situasi komunikatif, peristiwa komunikatif dan tindakan komunikatif.

Pendeketan penelitian ini adalah kualitatif dengan studi etnografi komunikasi dan menggunakan teori interaksi simbolik. Subjek penelitian adalah beberapa orang yang ikut serta pada upacara adat nujuh bulanan, keseluruhan informan terdiri dari 5 orang yang di peroleh melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi non partisipan, dokumentasi, studi pustaka, dan penelusuran data online. Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan membercheck.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Situasi Komunikatif yaitu tempat terjadinya peristiwa atau proses komunikasi saat berlangsungnya upacara adat Nujuh Bulanan di halaman rumah keluarga ibu hamil. Peristiwa Komunikatif Upacara Adat Nujuh Bulanan merupakan bentuk ritual khusus yang dilaksanakan saat ibu hamil memasuki kehamilan usia tujuh bulan, sedangkan Tindakan Komunikatif dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan yaitu berbentuk permohonan kepada sang pencipta dan perilaku nonverbal yang terdapat makna tertentu pada saat pengajian, siraman, ganti kain, meloloskan telur serta belut, belah kelapa, jualan rujak dan proses saweran.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan merupakan tradisi adat sunda yang dilaksanakan saat ibu hamil memasuki usia kehamilan tujuh bulan yang sudah dilaksanakan dari zaman dahulu, yang didalam pelaksanaannya memiliki permohonan kepada sang pencipta.

Saran dari penelitian ini diharapkan agar masyarakat Sunda khususnya di Kota Bandung tetap memegang teguh warisan dari leluhur dan agar tetap melestarikan Upacara Adat Nujuh Bulanan.

Kata Kunci : Situasi Komunikatif, Peristiwa Komunikatif , Tindakan Komunikatif dan Aktivitas Komunikasi


(3)

Bulanan Traditional Ceremony in Bandung City) By:

ARIP NUGRAHA NIM: 41810104

A Mini-thesis under supervision of Inggar Prayoga, M.I.Kom

The research is intended to describe in depth about Communication Activity in Nujuh Bulanan (seventh month) traditional ceremony in Bandung City. The research discussed communicational activities as seen from communicative situations, events, and actions.

The research approach was qualitative by a study of communication ethnography and used a symbolic interactional theory. The research subject was some who had participated in a nujuh bulanan traditional ceremony. The informants consisted of 5 persons selected by a purposive sampling technique. The data collection techniques used were in-depth interview, observation non participant, documentation, library study, and data online browsing. The data validity test techniques used were enhancement of diligence, triangulation, discussion with peers, and member check.

The research findings revealed that communicative situation where the occurrence of events or the communication process during the ceremonies nujuh bulanan family in the home page of pregnant women. A communicative event of nujuh bulanan traditional ceremony is a special ritual performed when the pregnancy of a mother is seven month, while the communicative actions in a nujuh bulanan traditional ceremony are namely in the form of an application to the creator and nonverbal behaviors that are specific meaning during recitation, spray, changing the fabric, passing eggs and eels, cut coconut, selling salad and processes saweran.

The research conclusion was that communication activities in Nujuh Bulanan traditional ceremony is a traditional Sundanese ceremony performed when a the pregnancy of mother is seven month, a ceremony that has been performed since the days long time, the performance of which involves a request to the creator.

The research suggested that those Sundanese people particularly in Bandung City for them to preserve the legacy from their ancestors and it should be preserved in communication activities in Nujuh Bulanan traditional ceremonies.

Keywords: Communicative situation, Communicative Events, Communicative Actions, and Communicational Activities


(4)

ibu mengandung 7 bulan. Upacara nujuh bulanan merupakan upacara kehamilan yang dilakukan sebagai upaya memberitahukan kepada masyarakat, tetangga-tetangga dan kerabat keluarga, bahwa seorang wanita sudah betul-betul hamil dan akan melahirkan keturunan. Selain itu, juga mengandung harapan agar ibu yang mengandung dan bayi yang dikandungnya mendapat keselamatan. Hal ini dimaksudkan sebagai penggambaran bagaimana pada saat mengandung pertama, dan usia kandungannya sudah tujuh bulan. Karena itulah upacara ini disebut "nujuh bulanan"..

Budaya Sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau jawa. Kebudayaan Suku Sunda meliputi alat musik, tarian, upacara adat, dan lain-lain. Nilai-nilai budaya dipertahankan sebagai ekspresi kedekatan hubungan manusia dengan Tuhan. Nilai-nilai budaya yang terkandung pada upacara-upacara adat. Upacara adat di Suku Sunda dilaksanakan sebagai rasa syukur atas limpahan rahmat yang telah diberikan Tuhan. Salah satu budaya sunda yang masih di laksanakan sampai sekarang yaitu Upacara Adat Nujuh Bulanan.

Kota Bandung merupakan kota yang penduduk mayoritas nya adalah Suku Sunda. Upacara Adat Nujuh Bulanan di Kota Bandung masih di lestarikan karena masyarakat masih mempercayai tradisi dari budaya sunda yang sudah ada dari zaman dahulu. Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan penting untuk diketahui dan dipahami setiap tahapan acaranya karena mengandung nilai-nilai budaya dan religi. Sudah semestinya memahami budaya yang ada di daerah sendiri. Budaya daerah merupakan identitas suatu bangsa yang harus dilestarikan. Melestarikan budaya sunda merupakan kecintaan pada budaya Suku Sunda dan agar budaya yang ada tidak hilang seiring berjalannya waktu.

Upacara ini selalu menggunakan sajian, dan salah satu sajian yang terpenting adalah bunga yang berjumlah tujuh macam. Bunga ini bermakna bila bayi yang lahir kelak laki-laki akan dapat membawa nama yang harum bagi orang tuanya sebagai harumnya bunga, dan kalau bayi tersebut wanita, supaya cantik seperti cantiknya bunga. Menurut kepercayaan mereka, sajian terutama bunga harus lengkap, apabila sajian tidak lengkap kemungkinan besar bayi akan lahir dengan sulit atau setelah dewasa nanti, si anak tidak menurut kepada orang tua.

Setiap proses tahapan dalam upacara nujuh bulanan adat Sunda melibatkan perilaku yang disengaja dikarenakan pada setiap tahapan prosesnya sengaja mengirimkan sejumlah besar baik pesan verbal maupun pesan non verbal dimana pesan tersebut memiliki makna bagi orang lain. Pesan-pesan tertentu dapat dikirim dengan cara yang berbeda oleh budaya yang berbeda pula. Seperti halnya dalam proses nujuh bulanan adat Sunda yang memiliki makna terkandung disetiap proses tahapannya.

Seperti halnya Edward Safir dan Benjamin Lee Whorf dalam Engkus Kuswarno yang menyatakan :

“Bahasa menjadi unsur pertama sebuah kebudayaan, karena bahasa akan menentukan bagaimana masyarakat penggunanya mengkategorikan pengalamannya. Bahasa akan menentukan konsep dan makna yang dipahami oleh


(5)

Dengan demikian, nujuh bulanan merupakan salah satu bentuk simbolisasi dari wujud kebudayan masyarakat Sunda yang diwariskan secara turun-temurun sehingga menjadi adat istiadat yang dalam beberapa hal dapat dianggap sakral. Kebudayaan sangat berarti banyak bagi masyarakat dan individu-individu di dalamnya, karena kebudayaan mengajarkan manusia untuk hidup selaras dengan alam, sekaligus memberikan tuntunan untuk berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena bahasa merupakan wahana untuk meneruskan adat istiadat dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya. Kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang realita yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya pada generasi penerusnya.

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam macam etnis serta budaya. Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki keanekaragaman budaya, khususnya di kota Bandung yang sebagian besar etnis Sunda dalam hal kesenian tradisional yang merupakan warisan nenek moyang. Keberadaan warisan budaya khas Jawa Barat ini sangat berarti bagi masyarakatnya, sebab dengan warisan budaya ini masyarakat dapat menunjukan karakteristik yang dapat membedakannya dengan masyarakat dari daerah lain. Diantaranya adalah etnis Sunda yang masih menggunakan upacara adat tradisional.

Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat sunda ramah tamah (someah). Murah senyum lemah lembut dan sangat menghormati orang tua. Itulah cerminbudaya dan kultur masyarakat sunda. Di dalam bahasa Sunda diajarkan bagaimaana menggunakan bahasa halus untuk orang tua

“Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi”.1

Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetik. Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Satu diantara unsur budaya bangsa yang mengandung nilai-nilai luhur adalah upacara adat nujuh bulan. Setiap Etnik tertentu memiliki prosesi upacara kehamilan yang berbeda yang dilihat dari segi pakaian, peralatan, aksesoris dan tata cara pelaksanaan nujuh bulan dari setiap daerah. Salah satunya yaitu upacara nujuh bulan di kota Bandung.

Pada dasarnya upacara nujuh bulan termasuk ke dalam daur hidup manusia yang bersifat ritual adat seperti upacara masa kehamilan, masa kelahiran, masa anak-anak,

1

Sihabudin, Ahmad.2011.Komunikasi Antarbudasya Satu Perspektif Multidimensi.Jakarta; PT Bumi Aksara


(6)

kehamilannya. Adat istiadat yang masih dipertahankan dalam masyarakat adalah tata cara dan aturan dalam masa kehamilan yang mempunyai makna akan kehidupan sebagai representasi dari acara tersebut. Pada dasarnya simbol-simbol tersebut terbagi atas dua yaitu simbol verbal dan non verbal.

Seperti pada upacara “Nujuh Bulan” ini merupakan salah satu budaya masyarakat Sunda yang masih dipegang erat dalam kebudayaan Sunda yang masih kental dalam kehidupan sehari-hari, karena masih banyak masyarakat yang menyelenggarakan kegiatan ini khususnya masyarakat di pedesaan. Selain itu, banyak hal-hal menarik lainnya seperti makna dibalik serangkaian acara ini, baik dari hari, proses, alat-alat yang digunakan atau pun hal lainnya yang berkenaan tujuh bulanan ini. Hal tersebut sangat menarik dan unik untuk diteliti dari sudut pandang ilmu komunikasi terutama makna komunikasi verbal dan nonverbal yang ada pada upacara nujuh bulan yang didalamnya memiliki pesan verbal dan non verbal yang tidak semua orang sunda mengetahui makna dan pesan yang disampaikan kepada masyarakat Sunda.

Dari latar belakang diatas peneliti bermaksud untuk meneliti aktivitas komunikasi dalam upacara adat nujuh bulanan yang menarik menurut peneliti bahwa nujuh bulanan ini adalah hal unik hingga saat ini masih dilakukan. Maka dari itu peneilti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul sebagai berikut “Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung).

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian terkait latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan pokok masalah yang akan diteliti sebagai berikut, yang terbagi ke dalam rumusan masalah makro (umum) serta rumusan masalah mikro (khusus).

1.1.1 Pertanyaan Makro

Bagaimana Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan di Kota Bandung).

1.1.2 Pertanyaan Mikro

Untuk lebih mudah menjelaskan hasil penelitian, maka peneliti merumuskan pertanyan mikro dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Situasi Komunikatif dalam upacara adat Nujuh Bulanan di Kota Bandung?

2. Bagaimana Peristiwa Komunikatif dalam upacara adat Nujuh Bulanan di Kota Bandung ?


(7)

Penelitian ini memiliki maksud dan tujuan yang bisa menjadi kan pengetahuan dari penelitian sebagai arah kedepannya, adapun maksud dan tujuannya sebagai berikut;

1.2.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan di Kota Bandung

1.2.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Situasi Komunikatif dalam upacara adat Nujuh Bulanan di Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui Peristiwa Komunikatif dalam upacara adat Nujuh Bulanan di Kota Bandung

3. Untuk mengetahui Tindakan Komunikatif dalam upacara adat Nujuh Bulanan di Kota Bandung.

1.3 Kegunaan Penelitian 1.3.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya sehingga mampu menunjang perkembangan dalam bidang Ilmu Komunikasi pada umumnya, khususnya yang berkaitan tentang pengkajian Aktivitas Komunikasi.

1.3.2 Kegunaan Praktis 1.3.2.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dalam bidang Ilmu Komunikasi khususnya, yaitu tentang Aktivitas Komunikasi dalam penelitian etnografi komunikasi.

1.3.2.2 Bagi Akademik

Penelitian ini bisa berguna bagi mahasiswa UNIKOM (Universitas Komputer Indonesia) secara umum, dan khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi sebagai literatur atau sumber tambahan dalam memperoleh informasi bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama.

1.3.2.3 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sebagai gambaran dan pemahaman bahwa upacara adat nujuh bulanan merupakan hal yang unik dan bagian dari adat Sunda yang perlu dijaga serta dilestarikan keberadaannya karena nujuh bulanan merupakan salah satu ciri khas budaya Sunda.


(8)

menyampaikan apa yang ada dalam bentuk pikirannya/atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak terasing dan terisolir dari lingkungan di sekitarnya. Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau memberitahukan apa yang diketahuinya kepada orang lain.

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis atau lisan. Komunikasi verbal menempati porsi besarkarena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal.Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.

2.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal menempati porsi penting.Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara.2

2.4 Tinjauan Tentang Etnografi Komunikasi

Etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai makhluk sosial, ketiga keterampilan itu terdiri dari keterampilan bahasa, keterampilan komunikasi, dan keterampilan budaya. Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika tidak dikomunikasikan. Pada etnografi komunikasi terdapat pemaknaan terhadap simbol-simbol yang disampaikan secara verbal maupun nonverbal,

2

http://wantysastro.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-komunikasi-verbal-dan-nonverbal-beserta-contoh-dan-slogan-produk


(9)

3.1 METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam sebuah penelitian untuk mencapai tujuan dan menentukan semua jawaban yang ada pada masalah yang diajukan (Natsir, 1998:51).

3.1.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan studi etnografi komunikasi, teori yang diangkat yaitu interaksi simbolik, dimana untuk menganalisis aktivitas komunikasi dalam upacara nujuh bulanan

.

Sesuai dengan dasar pemikiran etnografi komunikasi, yang menyatakan bahwa saluran komunikasi yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan struktur berbicara, dan kebudayaan suatu kelompok masyarakat. Dengan demikian, etnografi komunikasi membutuhkan alat atau metode penelitian yang bersifat kualitatif untuk dapat memahami objek kajiannya itu. Penelitian (berparadigma) konstruktivis karena peneliti ingin mendapatkan pengembangan pemahaman yang membantu proses interpretasi suatu peristiwa. Kontruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang ditangkap manusia adalah konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri (Matthews, 1994 dalam Suparno, 1997).

4. Pembahasan dan Hasil Penelitian

4.1 Gambaran Objek Penelitian Nujuh Bulanan

Upacara Nujuh Bulanan adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat. Saat si ibu yang sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini biasa diadakan pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat Lukman dan surat Maryam.

Di samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah


(10)

rujak kanistren tadi yang sudah dipersiapkan. Kemudian sang ibu menjual rujak itu kepada anak-anak dan para tamu yang hadir dalam upacara itu, dan mereka membelinya dengan menggunakan talawengkar, yaitu genteng yang sudah dibentuk bundar seperti koin. Sementara si ibu hamil menjual rujak, suaminya membuang sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran, belut, bunga. Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang empat atau simpang tiga. Setelah rujak kanistren habis terjual selesailah serangkaian upacara adat nujuh bulanan

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada upacara Nujuh bulanan adalah menggunakan bahasa Sunda yang halus dan baik sebagai bahasa untuk menasehati sang ibu hamil yang memasuki usia kehamilan ketujuh. Semua aktivitas yang dilakukan ketika Nujuh bulanan memiliki makna yang khusus, yang terkadang orang tidak mudah untuk mengartikannya dalam waktu yang tidak sebentar dan kebanyakan orang yang merasa tidak mengerti dengan makna yang terkandung dalam aktivitas pada saat Nujuh bulanan yang disampaikan dalam bentuk simbol-simbol dengan peralatan yang biasa digunakan untuk siraman pada nujuh bulanan ataupun peralatan yang lainnya tersebut. Hal ini tradisi budaya dalam aktivitas komunikasi di interpretasikan melaui upacara adat nujuh bulanan, yang dimana Nujuh bulanan ini adalah suatu tahapan dalam upacara adat masa kehamilan yang dilakukan ketika sang ibu hamil tersebut memasuki usia kehamilan tujuh bulan. Dari seluruh rangkaian upacara Nujuh bulanan pada proses upacara adat masa kehamilan memiliki esensi interaksi simbolik dimana suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Menurut teori ini, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Bahwa didalam sebuah aktivitas komunikasi itu mencakup suatu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif serta tindakan komunikatif yang ketiganya saling berkaitan.

Simbol-simbol saat proses acara nujuh bulanan terdapat pada saat acara pengajian membacakan Surat Yusuf dan Surat Maryam yang dilakukan oleh keluarga calon ibu dan tamu undangan, dan saat ganti kain yaitu setelah siraman keluarga yang menggantikan 7 kain dan menanyakannya kepada penonton cocok atau tidaknya kain yang dipakaikan kepada ibu hamil.

Didalam kajian etnografi komunikasi menurut Hymes (Kuswarno 2008:22) “Kajian peranan bahasa, budaya, komunikasi dalam perilaku suatu masyaraka”. Dimana peranan bahasa, budaya, komunikasi dalam tradisi nujuh bulanan memiliki peranan yaitu bahasa


(11)

berlangsung, dan juga adanya tata rias sebagai penata rias , kedua orang tua pria dan wanita, serta tamu undangan yang hadir pada acara tersebut, upacara adat nujuh bulanan ini tidak menjadi sebuah keharusan untuk digunakan dalam setiap prosesi upacara masa kehamilan, karena dalam budaya sunda upacara nujuh bulanan ini merupakan kegiatan yang boleh saja tidak dilakukan dan memang bukan suatu keharusan dalam melaksanakannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peristiwa komunikatif ini juga mengandung unsur-unsur komunikasi seperti komunikator, pesan, media, komunikan, efek.Selain itu pada upacara adat nujuh bulanan ini juga memiliki fungsi dalam ilmu komunikasi seperti komunikasi ekspresif dan komunikasi instrumental.

Tindakan komunikatif merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.Berdasarkan hasil dari komponen-komponen yang terdapat dalam peristiwa komunikatif, karena tindakan komunikatif sangat erat berhubungan dengan komponen-komponen yang terdapat pada peristiwa komunikatif.

5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan dianalisa pada bab IV, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Situasi Komunikatif, Upacara Adat nujuh bulanan dilakukan di halaman rumah ibu hamil yang bertempat di Cibeunying Kaler, sesuai dengan waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan upacara nujuh bulanan di kota Bandung. Serta yang hadir di dalam proses nujuh nulanan adalah keluarga ibu hamil, paraji, tata rias, dan tamu undangan yang hadir untuk menyaksikan upacara nujuh bulanan tersebut dan meramaikannya. Upacara nujuh bulanan ini tidak diwajibkan karena dalam budaya sunda, upacara nujuh bulanan ini merupakan kegiatan yang boleh saja tidak dilakukan dan memang bukan suatu keharusan dalam melaksanakannya. Kondisi berlangsungnya upacara nujuh bulanan cukup meriah karena dihadiri oleh banyak orang untuk menyaksikan hari kebahagiaan sang ibu melaksanaan nujuh bulanan.

2. Peristiwa Komunikatif Upacara Adat Nujuh bulanan merupakan tradisi adat sunda yang dilaksanakan saat kehamilan adat Sunda. Upacara ini adalah salah satu upacara dimana ibu yang sedang hamil memasuki kehamilan usia tujuh bulan, yang dilaksanakan oleh masyarakat kota Bandung. Upacara ini dilaksanakan dengan waktu dan tatacara tertentu yang telah ada sejak zaman dahulu, agar filosofi dan nilai yang terkandung dalam upacara tersebut tidak hilang. Dalam Upacara Adat Nujuh bulanan terdapat kepercayaan agar bayi yang ada di dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat juga menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan dan bertujuan untuk melestarikan kebudayaan


(12)

bentuk perintah, pernyataan, permohonan atau perintah dan perilaku nonverbal. Sehingga dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh bulanan merupakan tradisi adat sunda yang dilaksanakan ketika sang ibu hamil memasuki usia kehamilan tujuh bulan. Upacara Adat Nujuh Bulanan dilaksanakan untuk mendapatkan keselamatan, kelancaran, kesehatan serta kemudahan dalam menuju proses kelahiran. Upacara Adat Nujuh bulanan sudah dilaksanakan dari zaman nenek moyang dulu. Hingga kini upacara ini terus dilaksanakan untuk terus melestarikan kebudayaan Sunda yang sudah ada.

5.2 SARAN

Dalam sebuah penelitian, seorang peneliti harus mampu memberikan suatu masukan yang berguna berupa saran-saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun saran-saran yang peneliti berikan setelah meneliti permasalahan ini adalah :

5.2.1 Saran Bagi Masyarakat Kota Bandung

Saran untuk seluruh masyarakat Kota Bandung agar tetap melestarikan kebudayaan Sunda. Salah satunya dengan terus melaksanakan rangkaian Upacara Adat Nujuh Bulanan dalam upacara kehamilan adat Sunda. Karena dengan cara begitu maka kelestarian budaya Sunda akan tetap terjaga dan kebudayaan ini dapat diwariskan dari generasi ke generasi.

5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih selektif, unik, dan menarik untuk tema tema penelitian yang berhubungan terhadap Ilmu Komunikasi dan Konsentrasi ilmu masing-masing sehingga dalam hasil penelitian selanjutnya akan lebih baik dan mendapatkan ilmu pengetahuan yang baru.

DAFTAR PUSTAKA

A Devito, Joseph. 2011. Komunikasi Antar manusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.

Adiwilaga, Anwas. 1975.Sejarah Jawa Barat: Sekitar Permasalahannya. Bandung: Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional Provinsi Jawa Barat.

Bungin Burhan.2007. Analisis Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Rajawali Pers Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada


(13)

Ensiklopedia Sunda; Alam Manusia, dan Budaya Termasuk Budaya Cirebon danBetawi. 2000. Jakarta: Pustaka Jaya

Fisher, B. Aubrey.1986.Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remadja Karya. Husein, Umar, 2002, Metode Riset Bisnis, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kriyantono, Rachmat.2007.Teknik Praktis Riset Komunikasi.Prenade Media Group, Jakarta

Kuswarno, Engkus.2008. Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran

Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja RosdaKarya, Bandung.

Mustapa, Hasan.2010.Adat Istiadat Sunda. Bandung: PT alumni

Mustapa, H. Hasan. 2010. Adat Istiadat Sunda. Edisi ketiga, cetakan ke-1.Terjemahan M. Maryati Sastrawijaya. Bandung: Alumni.

Natzir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.

Ningrat, Koentja. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1982 Rakhmat, Jalaluddin.2011.Psikologi Komunikasi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sihabudin, Ahmad.2011.Komunikasi Antarbudasya Satu Perspektif Multidimensi.Jakarta;

PT Bumi Aksara

Soeganda, Akip.1995.Upacara Adat Di pasundan. Bandung : Sumur Bandung Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.Bandung Suyatna, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai alternative Pendekatan.

Jakarta: Prenada Media

Stewart L. Tubbs. 1996. Communication :Konteks-konteks Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya.


(14)

Bandung

- marcelyna.2013.Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Adat Batak Toba). UNIKOM Bandung.

- Muhammad Sofyan.2014. Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Hindu-Bali (Studi Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali Di Kabupaten Bangli, Desa Tegal Suci). Universitas Telkom Bandung.

Internet Searching

- http://lanlanrisdiana.blogspot.com/2013/02/makalah-suku-dan-budaya-sunda.html

- http://sejarahwew.blogspot.com/2012/11/sejarah-suku-sunda-indonesia.html - http://alakazam123.blogspot.com/2013/10/makalah-hukum-adat-sunda.html


(15)

14

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan mengenai penelitian ini, serta studi literature, dokumen atau arsip yang mendukung, yang telah dilakukan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah referensi yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan antara lain sebagai berikut :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama/Tahun Uraian

Septian Restu Unggara Marcelyna Muhammad Sofyan

2012 2013 2014

1. Universitas UNIKOM Bandung UNIKOM Bandung Universitas Telkom Bandung

2. Judul Penelitian Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat

Aktivitas Komunikasi Upacara


(16)

Hindu-Batak Toba( Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Di Kota Bandung).

Bali(Studi Etnografi Komunikasi Dalam Upacara

Pernikahan Hindu-Bali Di Kabupaten Bangli, Desa Tegal Suci)

3. Tujuan Penelitian

Untuk menjabarkannya, maka fokus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya.

Untuk

menjabarkannya, maka fokus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam upacara Pernikahan adat batak toba

Untuk

menjabarkannya, maka focus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindak komunikatif dalam upacara pernikahan Hindu-Bali.

4. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(17)

tradisi etnografi

komunikasi dengan teori subtantif yang diangkat yaitu interaksi simbolik dan pemusatan simbolis.

metode kualitatif studi etnografi komunikasi dengan teori yang diangkat yaitu interaksi simbolik.

metode kualitatif tradisi etnografi komunikasi dengan teori subtantif yang diangkat yaitu simbolik. 5. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih ini bersifat sakral, tempat

pelaksanaannya yaitu Sungai Ciwulan, Bumi Ageung serta Hutan yang dikeramatkan. Peristiwa Komunikatif dalam upacara Hajat Sasih yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari besar Islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk

menghormati leluhurnya, sedangkan Tindakan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara pernikahan adat batak toba bersifat sakral, dimana dalam proses tersebut terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Peristiwa Komunikatif dalam upacara pernikahan adat batak toba yaitu dalam acaranya tersebut mempunyai makna tersendiri bagi mereka yaitu pertukaran makna melalui

simbol-Hasil penelitian yang diperoleh yaitu situasi komunikatif pada pernikahan tersebut sangat sakral dan kental akan budaya Bali. Peristiwa komunikatif memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai proses terjadinya pernikahan dari awal, ritual upacara pernikahan sampai akhir ritual upacara. Sedangkan tindak komunikatif mendeskripsikan secara mendetail bagaimana tindakan-tindakan atau


(18)

Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

simbol antara kedua belah pihak mempelai, sedangkan Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara pernikahan adat batak toba yaitu berbentuk perintah, pernyataan,

permohonan dan perilaku nonverbal.

interaksi yang terjadi memberikan arti simbolik sebagai pesan komunikasi non verbal.

6. Kesimpulan Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi ritual dalam upacara Hajat Sasih bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk menghormati leluhur Kampung Naga yang pelaksanaannya dilakukan satu tahun enam kali, namun dalam setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas khas yang sama pula.

Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi dalam upacara pernikahan adat batak toba ini berawal dari kebiasaan nenek moyang mereka, dimana dalam setiap aktivitas komunikasi pernikahan adat batak toba terdapat makna tersendiri bagi mereka dan simbol-simbol yang

Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi upacara pernikahan hindu-bali berlangsung saat pernikahan dari pasangan yang

berbeda agama, tetapi sudah dianggap sah karena salah satu pasangan non-Hindu telah di sahkan secara agama untuk

memeluk agama Hindu dengan ikhlas


(19)

mereka artikan dengan makna dan nilai tersendiri.

dan tanpa adanya unsur paksaan dari pihak luar.

7. Perbedaan hasil penelitian

Jika Pada Penelitian Septian Restu Unggara dalam pelaksanaan upacara adat nya di lakukan 1 tahun enam kali, sedangkan

penelitian yang sekarang hanya pada saat

seseorang yang sedang hamil yang akan melaksanakan upacara adat nujuh bulanan

Jika Pada Penelitian Mercelyna yeitu pada saat proses pernikahan,

sedangkan penelitian yang sekarang yaitu saat proses

kehamilan.

Jika Pada Penelitian Mohamad Sofyan dilakukan saat ada pernikahan Hindu-Bali, sedangkan penelitian sekarang yaitu saat ada seseorang yang melaksanakan upacara adat nujuh bulanan.

Sumber: Peneliti 2015

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.2.1 Definisi Ilmu Komunikasi

Istilah komunikasi (communication) dalam bukunya Deddy Mulyana yaitu Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar berasal dari kata:

common, yang berarti “sama”, dengan maksud sama makna, sehingga

secara sederhana, dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan proses menyamakan persepsi, pikiran, dan rasa antara komunikator dengan komunikan.


(20)

Komunikasi merupakan salah satu fungsi dari kehidupan manusia.Fungsi komunikasi dalam kehidupan menyangkut banyak aspek. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam bentuk pikirannya/atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak terasing dan terisolir dari lingkungan di sekitarnya. Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau memberitahukan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Adapun pendapat para ahli tentang pengertian Komunikasi sebagai berikut.

a. Bernard Barelson & Garry A. Steiner

Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dan sebagainya

b. Theodore M. Newcomb

Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.

c. Everett M. Rogers

Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.


(21)

d. Gerald R. Miller

Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima

e. Raymond Ross

Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.

f. Harold Lasswell

menjelaskan bahwa “(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh bagaimana.

Pendapat para ahli tersebut memberikan gambaran bahwa komponen-komponen pendukung komunikasi termasuk efek yang ditimbulkan, antara lain adalah:

1. Komunikator (komunikator,source,sender) 2. Pesan (message)

3. Media (channel)


(22)

5. Efek (effect)

Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.

2.1.2.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi, terdiri atas dua tahap. meliputi proses komunikasi primer dan proses komunikasi sekunder. (Effendy dalam Mondry, 2008: 3).

1. Proses komunikasi secara primer, merupakan proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi meliputi bahasa, kial (gesture), gambar, warna, dan sebagainya. Syaratnya secara langsung dapat “menterjemahkan” pikiran atau perasan komunikator kepada komunikan.

Bahasa merupakan sarana yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena hanya dengan bahasa (lisan atau tulisan) kita mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, baik yang berbentuk ide, informasi atau opini bisa


(23)

dalam bentuk konkret ataupun abstrak. Hal itu bukan hanya suatu hal atau peristiwa yang sedang terjadi sekarang, tetapi juga pada masa lalu atau waktu yang akan datang.

Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran

seseorang sehingga terekspresi secara fisik, tetapi menggapaikan tangan atau memainkan jemari, mengedipkan mata atau menggerakan anggota tubuh lainya hanya dapat mengkomunikasikan hal–hal tertentu saja (sangat terbatas).Demikian pula dengan isyarat yang menggunakan alat, seperti bedug, kentongan, sirine, dan lain–lain, juga warna yang memiliki makna tertentu. Kedua lambang (isyarat dan warna) tersebut sangat terbatas kemampuanya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

2. Proses komunikasi sekunder, merupakan proses penyampain pesan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua dalam berkomunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau dalam jumlah yang banyak. Sarana yang sering dikemukakan untuk komunikasi sekunder sebagai media kedua tersebut, antara lain


(24)

surat, telepon, faksimili, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet, dan lain–lain.

Setelah pembahasan di atas mengenai proses komunikasi, kini kita mengenal unsur-unsur dalam proses komunikasi. Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut:

a. Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

b. Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.

c. Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

d. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

e. Decoding: Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

f. Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. g. Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah

diterpa pesan.

h. Feedback: Umpan Balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.


(25)

i. Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu komunikasi suatu pengantar mengutip Kerangka berpikir William I. Gorden mengenai fungsi-fungsi komunikasi yang dibagi menjadi empat bagian. Fungsi-fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi dominan. 1. Fungsi Komunikasi Sosial

Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep diri Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis.Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri.Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.


(26)

2. Fungsi Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan-pesan non verbal.

3. Fungsi Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif.Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut orang mengucapakan kata2 dan menampilkan perilaku yang bersifat simbolik.

4. Fungsi Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur (persuasif) Suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.

2.1.2.4 Tujuan Komunikasi

R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya, Techniques for effective Communication, menayatakan bahwa tujuan sentral dalam kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:


(27)

a. To secure understanding,

b. To establish acceptance,

c. To motivate action.

Pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapat mnegerti dan menerima, maka penerimanya itu harus dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (To motivate action)

Gordon I. Zimmerman merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yangmelibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. (Mulyana, 2007:4).

Rudolf F Vederber mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi. Pertama fungsi sosial yakni untuk tujuan kesenangan untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun


(28)

dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan,yakni mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu ( Mulyana. 2007:5).

2.1.2.5 Jenis Komunikasi

Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Jenis komunikasi terdiri dari:

1. Komunikasi verbal

Komunikasi verbal ialah simbol atau pesan yang menggunakan satu kata atau lebih dengan menggunakan usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan dalam menggunakan bahasa yang dapat di mengerti karena bahasa merupakan sebagai suatu sistem kode verbal

Menurut Larry L. Barker, bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. 1) Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha

mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

2) Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.


(29)

3) Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

2. Komunikasi non verbal

Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam presentasi, dimana penyampaiannya bukan dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa isyarat atau

body language.Selain itu juga, penggunaan bahasa non verbal dapat melalui kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan penggunaan simbol-simbol. Menurut Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc., Ed. menyatakan bahwa:

“Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata”.

Sedangkan menurut Atep Adya Barata mengemukakan bahwa:

“Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui pakaian dan setiap kategori benda lainnya (the object language), komunikasi dengan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign language), dan komunikasi dengan tindakan atau gerakan tubuh (action language).”


(30)

a. Bentuk Komunikasi Non Verbal

Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu:

a. Komunikasi visual b. Komunikasi sentuhan c. Komunikasi gerakan tubuh d. Komunikasi lingkungan e. Komunikasi penciuman f. Komunikasi penampilan g. Komunikasi citrasa

2.1.2.6Bentuk Komunikasi

Adapun bentuk – bentuk komunikasi seperti yang dikutip dalam buku “Metode Riset Komunikasi Organisasi” adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi Personal (Personal Communication). Terdiri dari komunikasi intrapersona (intrapersonal communication) dan komunikasi antarpersona (interpersonal Communication).

2. Komunikasi Kelompok (Group Communication). Pertama dalam bentuk komunikasi kelompok kecil (small group communication) seperti : ceramah (lecture), diskusi panel (panel discussion),


(31)

simposium (symposium), forum, seminar, dan curahsaran (brainstorming). Kedua, komunikasi kelompok besar (large group communication/public speaking).

3. Komunikasi Massa (Mass Communication),misalnya : pers, radio, televisi, dan film.

4. Komunikasi Medio (Medio Communication),misalnya : surat, telepon, pamflet, poster, dan spanduk.

Bentuk komunikasi diklasifikasikan berbeda di kalangan para ahli sesuai dengan pengalaman dan sudut pandang pakar tesebut. Joseph A. DeVito dalam bukunya Communicology (1982) mengklasifikasi ada empat tipe komunikasi, sedangkan R. Wayne Pace dan teman-temannya dalam bukunya Techniques of Effective Communication (1979) membagi komunikasi atas tiga tipe. (Cangara, 2005)

Berdasarkan sudut pandang beberapa pakar komunikasi, dapat diklasifikasikan ada tujuh tipe atau bentuk komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi Intrapersonal (Komunikasi Dengan Diri Sendiri)

Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Terjadinya


(32)

proses komunikasi disini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. (Cangara, 2005:30)

2. Komunikasi Interpersonal (Komunikasi Antarpribadi) Komunikasi antapribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. (Mulyana, 2003:73)

3. Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi kelompok kecil diartikan sebagai proses pertukaran pesan verbal dan nonverbal anatara tiga orang atau lebih anggota kelompok yang bertujuan untuk saling mempengaruhi. (Tubbs dkk, 2008:17)

4. Komunikasi Publik

Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering disebut juga pidato, ceramah atau kuliah umum. (Mulyana, 2003:74)


(33)

5. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasional terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. (Mulyana, 2003:75) komunikasi organisasional juga didefinisikan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling bergantung (Goldbaher dalam Tubbs dkk, 2008:18)

6. Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya atau antarbudaya yaitu komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda secara ras, etnik atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). (Tubbs dkk, 2008:19)

7. Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau eletronik (televisi, radio), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, ananonim dan heterogen. (Mulyana, 2003:75).


(34)

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Ritual

Upacara atau ritual yang sering dilakukan oleh suatu masyarakat termasuk ke dalam sistem kepercayaan yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Setiap prosesi dari upacara tersebut memiliki makna tersendiri yang kadang tidak dapat diterima dengan akal sehat dari orang-orang yang berasal dari luar komunitas tersebut. Kata ritual selalu identik dengan kebiasaan atau rutinitas.

Memahami Ritual sebagai suatu Habitual Action (Aksi Turun-temurun), mencermati pandangan-pandangan tersebut, dipahami bahwa ritual berkaitan dengan pertunjukan secara sukarela yang dilakukan masyarakat secara turun-temurun (berdasarkan kebiasaan) menyangkut perilaku yang terpola. Pertunjukan tersebut bertujuan mensimbolisasi suatu pengaruh kepada kehidupan kemasyarakatan. (Couldry dalam Thedorus, 2011:51).

Menyadari bahwa ritual sebagai salah satu cara dalam berkomunikasi, maka kemudian muncul istilah komunikasi ritual. Istilah komunikasi ritual pertama kalinya dicetuskan oleh James W. Carey, yaitu ”In a ritual definition, communication is linked to terms such as “sharing,” “participation,” “association,” “fellowship,” and “the possession of a common faith.” Hal ini berarti, dalam perspektif komunikasi ritual berkaitan dengan berbagi, partisipasi, perkumpulan atau asosiasi, persahabatan, dan kepemilikan akan keyakinan iman


(35)

yang sama, selanjutnya ditambahkan Carey, dalam pandangan komunikasi ritual tidak secara langsung diarahkan untuk menyebarluaskan pesan dalam suatu ruang, namun lebih kepada pemeliharaan suatu komunitas dalam suatu waktu.

Komunikasi yang dibangun juga bukanlah sebagai tindakan untuk memberikan informasi melainkan untuk merepresentasi atau menghadirkan kembali kepercayaan-kepercayaan bersama. (James W. Carey dalam Theodorus, 2011:56).

Oleh karena itu kajian mengenai komunikasi ritual sangat erat kaitannya dengan komunikasi antar budaya yang menganggap bahwa tidak ada hal yang benar dan hal yang salah sepanjang itu berkaitan dengan kepercayaan.

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Budaya

Bila orang awam berfikir tentang budaya, biasanya mereka berfikir tentang cara-cara orang berpakaian, kepercayaan-kepercayaan yang mereka miliki dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka praktekkan.Tanpa menggunakan definisi yang komprehensif, kita dapat mengakui bahwa hal di atas merupakan aspek budaya, tapi definisi tersebut belum menyeluruh, baik dilihat dari sudut teori maupun dari sudut praktek.


(36)

Kata “budaya” berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti “budi” atau “kaal”. Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai “ hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal”. Istilah culture, yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata “colere” yang artinya adalah “mengolah atau mengerjakan”, yaitu dimaksudkan kepada keahlian mengolah dan mengerjakan tanah atau bertani. Kata colere yang kemudian berubah menjadi culture

diartikan sebagai “segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.1

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalampikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

2.1.5 Tinjauan Tentang Upacara Adat

Berbicara mengenai upacara adat tentunya tidak terlepas dari sebuah bentuk kebudayaan atau juga adat istiadat yang sering dilakukan oleh suatu kumpulan masyarakat di suatu daerah tertentu yang memiliki suatu adat istiadat yang harus dapat di pertahankan secara turun-temurun, karena dapat dikatakan bahwa kebudayaan atau

1


(37)

istiadat yang dimilki oleh suatu masyarakat di daerah tertentu merupakan sebuah warisan dari para leluhur yang harus dipertankan sampai seterusnya. Pengertian upacara adat itu sendiri adalah suatu bentuk kegiatan yang berhubungan dengan kebudayaan atau adat-istiadat yang sering dilakukan oleh suatu anggota masyarakat yang ada di daerah tertentu, dapat dikatakan juga merupakan sebuah tradisi yang selalu dilakukan secara turun-temurun atau juga merupakan warisan kebudayan dari para leluhur yang harus dapat dipertahankan, dan juga merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu yang ada disuatu daerah, yang memiliki aturan, dan nilai yangsangat sakral yang harus dijunjung dan apabila melanggarnya dengan sendirinya akan mendapat sanksi.

2.1.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal

2.1.6.1 Definisi Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis atau lisan. Komunikasi verbal menempati porsi besarkarena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal


(38)

ketimbang non verbal.Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.2Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Jalaluddin Rakhmat mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.

2


(39)

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan (Devito, 2011:51)

2.1.7 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal menempati porsi penting.Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya


(40)

adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara.3

2.1.7.1 Definisi Komunikasi Non Verbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

2.1.7.2 Jenis-jenis Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal yang kita anggap cukup penting ternyata dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis pesan yang digunakannya.Dari jenis komunikasi non verbal yang pernah diberikan oleh para ahli sangat beragam. Adapun jenis-jenis komunikasi non verbal yaitu sebagai berikut :

1. Bahasa :

a. Isyarat tangan b. Gerakan tangan

3

http://wantysastro.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-komunikasi-verbal-dan-nonverbal-beserta-contoh-dan-slogan-produk


(41)

c. Postur tubuh dan posisi kaki d. Ekspresi wajah dan tatapan mata 2. Sentuhan

3. Parabahasa 4. Penampilan fisik :

a. Busana

b. Karakteristik fisik 5. Bau-bauan

6. Orientasi ruang dan jarak pribadi a. Ruang pribadi dan ruang publik b. Posisi duduk dan pengaturan ruangan 7. Konsep waktu

8. Diam 9. Arna 10.Artefak

2.1.7.3 Klasifikasi Pesan Non Verbal

Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:

1. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.


(42)

1) Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:

a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk

b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan

c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi

d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.


(43)

2) Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

3) Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah:

a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif

b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah

c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif. 2. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan

ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

3. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif


(44)

menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

4. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.

5. Pesan sentuhan dan bau-bauan.

1) Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.

2) Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.


(45)

2.1.7.4 Fungsi Pesan Non Verbal

Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:

1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.

2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.

3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”

4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata. 5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau

menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.


(46)

Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam

Nonverbal Communication Systems, menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan. Yaitu:

a. Factor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatamuka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banya ’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.

b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.

c. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.

d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan


(47)

pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.

e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.

f. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat)


(48)

2.2 KERANGKA PEMIKIRAN

Pada bagian kerangka pemikiran , peneliti memilih teori interaksi simbolik karena saat proses awal menuju akhir yang mendukung dalam upacara adat untuk penelitian ini yaitu teori interaksi simbolik.

2.2.1 Tinjauan Mengenai Interaksi Simbolik

Interaksi simbolik pertama kali dikemukakan oleh George Herbert Mead, yang kemudian dimodifikasi oleh Blumer untuk tujuan tertentu. Interaksi simbolik dalam pembahasannya menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu, interaksi yang terjadi antar individu tersebut berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan.

Pada dasarnya teori interaksi simbolik termasuk dalam wilayah psikologi sosial yang mengkaji bagaimana dinamika psikis individu dalam berintegrasi dengan individu lainnya. Oleh karena itu, kajian awal tentang teori ini harus dimulai dengan teori tentang diri (self) dari George Herbert Mead. Diri (self) dalam konsep diri dalam pandangan Mead adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain, atau dalam pemaknaan lain, diri sendiri (the self) juga merupakan “obyek sosial” yang kita bagi dengan orang lain, atau dalam suatu interaksi (Mulyana, 2006:73). Dengan demikian, konsep diri setiap individu sangat ditentukan oleh bagaimana orang lain menilai dirinya saat berinteraksi.


(49)

Cooley (Mulyana, 2006:74) mengatakan bahwa konsep diri individu secara signifikan ditentukan oleh apa yang ia pikirkan tentang pikiran orang lain mengenai dirinya. Sebagai konsekuensi dari kehidupan sosial maka konsep diri seseorang selalu berubah dari satu kelompok ke kelompok yang lain, di mana pengaruh kelompok sangat kental bagi interpretasi diri seseorang. Dalam berinteraksi dengan diri sendiri, manusia menjadi obyek bagi dirinya.Dalam membentuk tindakan, manusia melakukan dialog internal dalam menyusun konsep dan strategi untuk berhubungan dengan dunia di luar dirinya.Dengan demikian, manusia bukanlah makhluk yang beraksi atas pengaruh lingkungan luar, tetapi bertindak sesuai hasil interpretasi dalam dirinya.

Sebagai hasil dari interaksi internal di atas maka akan menghasilkan tindakan. Sebelum bertindak manusia harus menentukan tujuan, menggambarkan arah tingkah laku, memperkirakan situasinya, mencatat dan menginterpretasikan tindakan orang lain, mengecek dirinya sendiri dan lain sebagainya. Berkaitan dengan hal ini, Mead menyimpulkan bahwa manusia dipandang sebagai organisme aktif yang memiliki hak-hak terhadap obyek yang ia modifikasikan. Tindakan dipandang sebagai tingkah laku yang dibentuk oleh pelaku, sebagai ganti respon yang didapat dari dalam dirinya. Interaksi dalam pandangan Mead dapat dibedakan antara interaksi non-simbolik dan interaksi non-simbolik. Interaksi non-non-simbolik berlangsung pada saat manusia merespon secara langsung tindakan dan isyarat dari orang lain, seperti gerakan badan, ekspresi, dan nada suara. Sedangkan interaksi simbolik dilakukan manusia dengan menginterpretasikan masing-masing tindakan dan isyarat (simbol)


(50)

orang lain berdasarkan hasil interpretasi yang dilakukan oleh dirinya. Interaksi simbolik merupakan proses formatif yang menjadi hak setiap individu, yang menjangkau bentuk-bentuk umum hubungan manusia secara luas.

Teori interaksi simbolik dibangun berdasarkan premis-premis sebagai berikut: 1. Individu merespon suatu situasi simbolik

2. Makna adalah produk interaksi sosial, karenanya makna tidak melekat pada obyek, melainkan diorganisasikan melalui penggunaan bahasa, karena manusia mampu memaknai sesuatu, teknik pemaknaan itu sendiri oleh manusia bersifat arbitrer (sembarang), dimana segala sesuatu bisa menjadi simbol, sehingga tidak ada hubungan logis antara nama atau simbol dengan obyek yang dirujuknya

3. Makna yang diinterpretasikan oleh individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan terjadinya perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Hal ini dimungkinkan karena manusia dapat berkomunikasi dengan dirinya. (Mulyana, 2006: 71-72).

George Ritzer (dalam Mulyana, 2006:73) memformulasikan tujuh prinsip yang menjadi inti dari teori interaksionisme simbolik, yaitu :

1. Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berpikir


(51)

3. Dalam interaksi sosial orang belajar makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yakni berpikir.

4. Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan (action) dan interaksi yang khas manusia.

5. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interaksi mereka atas situasi.

6. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena, antara lain, kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih salah satunya.

7. Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalin menjalin ini membentuk kelompok dan masyarakat.

Inti pada penelitian ini adalah mengungkap bagaimana cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi dengan sesamanya.

Pemusatan simbolis yang terbangun dalam proses tersebut kemudian menyediakan semacam makna, emosi, dan motif untuk bertindak bagi orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat didalamnya. Dalam kaitan ini Bormann mengatakan bahwa manusia adalah symbol-users yang berarti manusia menggunakan


(52)

simbol dalam komunikasi secara umum dalam storytelling (dongeng). Lewat simbol-simbol inilah manusia saling mempertemukan pikiran mereka. Hal ini juga serupa dengan etnografi komunikasi yang melibatkan keduanya, dan didalamnya juga dijelaskan adanya suatu aktivitas komunikasi dimana terdapat aktivitas yang khas dan kompleks, serta didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula, sehingga proses komunikasi disini menghasilkan peristiwa-peristiwa yang khas dan berulang.

2.2.2 Tinjauan Mengenai Etnografi Komunikasi

Etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai makhluk sosial, ketiga keterampilan itu terdiri dari keterampilan bahasa, keterampilan komunikasi, dan keterampilan budaya. Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika tidak dikomunikasikan. Pada etnografi komunikasi terdapat pemaknaan terhadap simbol-simbol yang disampaikan secara verbal maupun nonverbal, sehingga menimbulkan sebuah interaksi yang didalamnya terdapat simbol-simbol yang memiliki makna tertentu.

Dalam etnografi komunikasi terdapat unsur bahasa yang tidak bisa tepisahakan dalam kajian kebudayaan tersebut.Bahasa menjadi inti dari komunikasi sekaligus sebagai pembuka realitas bagi manusia. Kemudian dengan komunikasi,


(53)

manusia membentuk masyarakat dan kebudayaannya sehingga bahasa secara tidak langsung turut membentuk kebudayaan pada manusia.

Pada etnografi komunikasi terdapat pemaknaan terhadap simbol-simbol yang disampaikan secara verbal maupun nonverbal, sehingga menimbulkan sebuah interaksi yang didalamnya terdapat simbol-simbol yang memiliki makna tertentu.

Pada penelitian ini terlihat ketika proses dalam upacara nujuh bulanan, dimana terdapat aktivitas komunikasi baik komunikasi verbal dan non verbal, yang khas dan kompleks serta terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi. Peristiwa komunikasi tersebut melibatkan tindakan komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu, sehingga proses komunikasi disini menghasilkan peristiwa-peristiwa yang khas dan berulang.

2.2.3 Tinjauan Mengenai Aktivitas Komunikasi

Sebagai makhluk sosial kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan social manusia atau masyarakat. Dalam pengertiannya Aktivitas Komunikasi adalah aktivitas rutin serta otomatis dilakukan, sehingga kita tidak pernah mempelajarinya secara khusus, seperti bagaimana menulis ataupun membaca secara cepat dan efektif ataupun berbicara secara efektif.

Dalam Etnografi komunikasi, menemukan aktivitas komunikasi sama artinya dengan mengidentifikasikan peristiwa komunikasi dan atau proses komunikasi.


(54)

Sehingga proses atau peristiwa komunikasi yang dibahas dalam etnografi komunikasi, etnografi komunikasi adalah khas yang dapat dibedakan dengan proses komunikasi yang dibahas pada konteks komunikasi yang lain. Karena etnografi komunikasi memandang komunikasi sebagai proses yang sirkuler dan dipenuhi oleh sosiokultural lingkungan tempat komunikasi melibatkan aspek-aspek social dan kultular dari partisipan komunikasinya.

Untuk mendeskripsikan dan menganalisi aktivitas komunikasi dalam etnografi komunikasi, diperlukan pemahaman mengenai unit-unit diskrit aktivitas komunikasi yang dikemukakan oleh Hymes (Kuswarno, 2008:41).

Unit-unit diskrit aktivitas komunikasi tersebut adalah :

1. Situasi Komunikatif, merupakan konteks terjadinya komunikasi, situasi bias tetap sama walaupun lokasinya berubah, atau bias berubah dalam lokasi yang sama apabila aktivitas-aktivitas yang berbeda berlangsung ditempat tersebut pada saat yang berbeda. Situasi yang sama bias mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten pada aktivitas yang sama dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat perbedaan dalam jenis interaksi yang terjadi disana (Ibrahim, 1994:36).

Situasi komunikatif merupakan perluasan dari situasi tutur, namun situasi tutur tidaklah murni komunikatif, situasi ini bias terdiri dari peristiwa komunikatif maupun peristiwa yang bukan komunikatif. Situasi


(55)

bahasa tidak dengan sendirinya terpengaruh oleh kaidah-kaidah berbicara, tetapi bisa diacu dengan menggunakan kaidah-kaidah berbicara itu sebagai konteks.

2. Peritiwa Komunikatif atau keseluruhan perangkat komponen yang utuh yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama, dan melibatkan partisipan yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang sama, mempertahankan tone yang sama, dan kaidah-kaidah yang sama untuk interaksi, dalam setting yang sama. Sebuah peristiwa komunikatif dinyatakan berakhir, ketika terjadi perubahan partisipan, adanya periode hening, atau perubahan posisi tubuh. Analisi peristiwa komunikatif dimulai dengan deskripsi komponen-komponen penting, yaitu :

a. Setting, merupakan lokasi (tempat), waktu, musim dan aspek fisik situasi tersebut. Scane adalah abstrak dari situasi psikologis, definisi kebudayaan mengenai situasi tersebut.

b. Participants, partisipan adalah pembicara, pendengar, atau yang lainnya, termasuk kategori social yang berhubungan dengannya.

c. Ends, merupakan tujuan mengenai peristiwa secara umum dalam bentuk tujuan interaksi partisipan


(56)

secara individual. Secara konvensional dikenal juga sebagai fungsi, dan diharapkan sebagai hasil akhir dari peristiwa yang terjadi.

d. Act Sequence, disebut juga urutan tindak komunikatif atau tindak tutur, termasuk di dalamnya adalah isi pesan, apa yang dikomunikasikan.

e. Keys, mengacu pada cara atau spirit pelaksanaan tindak tutur, dan hal tersebut merupakan focus referensi.

f. Norm of Interaction, merupakan norma-norma interaksi, termasuk di dalamnya pengetahuan umum, pengandaian kebudayaan yang relevan, atau pemahaman yang sama, yang memungkinkan adanya inferensi tertentu yang harus dibuat, apa yang harus dipahami secara harfiah, apa yang perlu diabaikan dan lain-lain.

g. Genre, secara jelas didefinisikan sebagai tipe peristiwa. Genre, mengacu pada kategori-kategori seperti puisi, mitologi, peribahasa, ceramah , dan pesan-pesan komersial


(1)

vi

Peneliti menyadari pula sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu baik dalam penyusunan skripsi, sehingga proposal skripsi ini benar-benar rampung terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs. M.A selaku Dekan FISIP

Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan bantuan selama berjalannya penelitian ini.

2. Yth. Ibu Melly Maulin P., S. Sos., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi Unikom dan juga selaku dosen wali penulis yang telah banyak memberikan motivasi dan dorongan selama berjalannya perkuliahan.

3. Yth. Bapak Sangra Juliano P., M.I.KOM, selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Komunikasi Unikom sekaligus sebagai dosen yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

4. Yth. Panitia Sidang Skripsi, yang memberikan kesempatan peneliti untuk menjalankan tahap demi tahap penyusunan skripsi ini.

5. Yth. Bapak Inggar Prayoga, M.I.Kom, Selaku Dosen pembimbing peneliti

dalam menyusun skripsi, terima kasih atas segala arahan dan dukunganya selama ini.

6. Yth. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Ibu Rismawaty

S.Sos.,M.Si., Tine A. Wulandari, M.I.Kom., Bapak Olih Solihin, S.Sos.,M.I.Kom., Adiyana Slamet, S.IP.,M.Si, yang telah mengajar


(2)

vi

peneliti selama ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih yang tiada tara untuk ilmunya yang tak terhingga serta dukungan yang telah diberikan kepada peneliti selama ini.

7. Yth. Ibu Desayu Eka Surya,S.Sos., M.Si, selaku Ketua Humas Unikom dan juga selaku staff dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom Bandung. Terimakasih telah banyak memberi motivasi dan dorongan selama berjalannya perkuliahan.

8. Yth. Asri Ikawati, A.Md. Kom, sebagai sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu selama penelitian dan masa perkuliahan.

9. Yth. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf di lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Ilmu yang diberikan memberikan arti yang berharga bagi penulis untuk ikut serta mengembangkan ilmu komunikasi.

10. Yang selalu peneliti sayangi, istriku tercinta Aneu Agustina dan anakku

Alena Aprilia Putri yang selalu memberikan dorongan semangat agar peneliti dapat meraih gelar sarjana komunikasi.

11. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan di IK 3 dan IK

Jurnalistik, yang telah membantu peneliti bertukar pikiran.

Hanya ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas, yang peneliti dapat sampaikan untuk membalas jasa yang telah diberikan. Akhir kata, tiada gading yang


(3)

vi

tak retak, kekurangan dan kekhilafan adalah sifat dasar manusia dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Peneliti menyadari, tentunya penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritikan dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi peneliti pada khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, Agustus 2015 Peneliti

Arip Nugraha NIM. 41810104


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

1 30 90

Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba di Kota Bandung)

5 44 112

Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung)

2 70 112

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)

3 27 88

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

6 39 90

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung)

2 6 1

Perancangan Media Informasi Buku Upacara Adat Nujuh Bulanan Suku Sunda

0 2 1

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adata Moponika (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika Di KOta Gorontalo)

0 37 82

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarita (studi etnografi komunitas mengenai aktivitas komunikasi dalam upacara adat babarit Di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan)

7 65 99

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung)

7 36 104