Resensi Buku 023

RESENSI BUKU
“ STUDI ISLAM PENDEKATAN dan METODE “

OLEH :
Khanifatus Saniyah ( 113-14-149 )

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
SALATIGA
JUNI 2015

Judul Buku

: Studi Islam Pendekatan dan Metode

Penulis

: Zakiyuddin Baidhawy

Penerbit

: Insan Madani


Tahun Terbit Pertama : 1 Juli 2011
Jumlah Halaman

: 317 Halaman

Biografi Penulis

:

Zakiyuddin Baidhawy lahir di Indramayu, Jawa Barat. Kini tinggal di Solo.
Menyelesaikan studi S-1 pada Fakultas Agama Islam (Perbandingan Agama) Universitas
Muhammadiyah Surakarta (1994). Pernah nyantri di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran (19901994). Studi S-2 pada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1999), dan S-3 pada
Universitas yang sama (2007). Staf Edukatif pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga, Peneliti pada Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosal UMS, Associate pada Maarif
Institute for Culture and Humanity. Aktivitas dan pengalaman internasional beberapa di
antaranya adalah partisipan Academic Short Course at Leiden University, 1-15 December 2009;
Copenhagen Conference, 2122 Oktober 2008; International Seminar on Reliigious Education
308 Zakiyuddin Baidhawy
and Values, Ankara-Turki 25 Juli-1 Agustus 2008; Australian Indonesian Young Muslim Leader

Exchange 21 Mei-14 Juni 2007; The 19th World Congress of the International Assoiation for the
History of Religions, Tokyo, 23-30 Maret 2005; partisipan pada The Ohio University Dialogue
Project and Exchange Program, Chicago, Illinois; Athens, Ohio; Washington D.C; Lancaster,
Pennsylvania; Manhattan, New York, diselenggarakan oleh Center for International Studies,

Ohio University, Athens, bekerjasama dengan US State Department, 22 September-13 Oktober
2004; partisipan dan presenter pada the Global Meeting of Expert on Teaching For Tolerance,
Respect, and Recognition, diselenggarakan oleh The Oslo Coalition on Freedom of Religion or
Bielief bekerjasama dengan UNESCO, Oslo, 2-5 September 2004; dan partisipan dan presenter
pada International Interfaith Peace Forum and Asian Muslim Action Network (AMAN)
Assembly, Bangkok, 9-14 Desember 2003. Aktif menulis di berbagai media dan jurnal ilmiah.
Karyakarya yang sudah diterbitkan antara lain: Etika dalam Islam (1996); Wacana Teologi
Feminis (1997); Menapak Jalan Revolusi (2000); Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Agama
(2001); Dialog Global dan Masa Depan Agama (2001); dan Agama dan Pluralitas Budaya Lokal
(2002); dan Ambivalensi Agama, Konflik dan Nirkekerasan (2002), Reinvensi Islam
Multikultural (2005), Menyulam Ragam Merajut Harmoni: Kisah-kisah tentang Toleransi untuk
Siswa dan Pendidik (2005), Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural (2005), dan Kredo
Kebebasan Beragama (2006); Islam Melawan Kapitalisme (2007); Etika Bisnis Syariah I (2007);
Etika Bisnis Syariah II (2008); Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Berwawasan HAM: Buku
Panduan untuk Guru (2008); Al-Islam Berwawasan HAM:

309
Buku Ajar Penidikan Islam untuk SMA, MA, SMK (2008); Kemuhammadiyahan Berwawasan
HAM (2008); Rekonstruksi Keadilan (2008); Teologi Neo Al-Ma`un (2009); Benih-benih Islam
Radikal di Masjid (dkk, 2010).
Pendahuluan

:

Islam merupakan agama yang palng unggul. Didalam islam , tidak ada yang namanya
kekerasan , atau saling menjatuhkan , islam adalah agama yang damai. Sehingga , banyak orang

orang atau umat dari agama lain yang ir dengan kedamaian agama islam. Karena keirriannya ,
banyak orang atau umaat dari agama lain yang mengusik dan bertujuan untuk menjatuhkan
islam. Bahkan , antaar umat islam terkadang juga tmbul sebuah pertengkaran yang berujung pada
peperangan.
Termasuk timlnya perang dingin yaitu perang yang di lakukan dengan cara halus melalui
diri umat islam sendiiri yang berpusat pada dunia timur. Tujuannya , tidak lain adalah untuk
menyerang umat slam secara perlahan lahan melalui pemikiran yang di seleweng kan
kebenarannya demi mencapai tujuan mereka.Orang orang barat mempelajari kajian islam di
timur untuk memengarhi serta menjatuhkan islam disanna.

Studi Islam merupakan kajian yang tidak kalah penting untuk di bahas bagi para
pengkaji islam. Pada abad 19 hingga awal abad 20 dapat kita lihat bahwa disiplin studi islam
bangkit di motivasi oleh keinginan para penguasa pada jaman kolonial untuk mempelajari
sumber sumber agama dari negeri negeri jajahan mereka.
Sinopsis

:

Buku ini secara garis besar mengkaji mengenai perkembangan studi islam di negara –
negara muslim maupun negara barat. Meskipun ada minat yang di kendalikan oleh kepentingan
diri dari mereka , pembahasan studi islam tetap berkitan dengan data data yang konkret dan
berinraksi dengan metode metode yang lebih kompleks. Dalam hal ini , pendekatan studi islam
dapat di definisikan dalam arti sempit bahwa studi islam adalah kajian pendidikan yang
mempelajari tentang tradisi teks-teks intelaktual serta ilmu ilmu kegamaan klasik atau suatu
disiplin intelektual dan keagamaan tradisional. Sedangkan dalam arti yang lebih luas , studi islam
tidak hanya mengkaji mengenai teks yang definetive , wilayah- wilayah antropologi dan ilmu

sosial , tetapi juga metode pendekatan sosiologis serta studi tentang dunia modern. Masalah
utama yang menjadi objek kajian studi islam berawal dari kajian islam di Barat. Studi islam
mereka lebih kepada kontestasi agama. Setelah muncul ide-ide para pemikir modern tentang

islam , ketakutan ketakutan bukan datang dari Barat , melainkan dari sains yang dapat menjadi
satu-satunya pendekatan jalan menuju kebenaran. Stephen R.Sterling menyampaikan kritik
terhadap pendekatan “ sains “, beliau menguji pendekatan sains terhadap subjek dari studi
tentang alam. Mengutip dari Werner Heisenberg , ia mengatakan : “ Melalui intervensinya , sains
mengubah dan membentuk kembali objek.”
Kritik atas pendekatan intelektual Barat terhadap pengetahuan dan pembelajaran
ditegakkan di atas hukum yang berdasarkan pada teori fusi , yaitu pertentangan antara dua hal
yang bersebrangan dan bertabrakan dengan filsafat islam tentang sebuah kehidupan , atau di
sebut dengan teori wasathiyah. Pandangan dunia islaam berbeda dengan pendekatan barat
terhadap pengetahuan ilmiah. Metodologi skeptis telah memberikan otorias yang
memperkenankan untuk menolak metodologi alternatif , atau bahkan metodologi ilmu ilmu alam
yang hanya tergantung pada apa yang dilihat dan apa yang dirasakan. Dengan kata lain dapat
diartikan dengan lebih tunduk pada penafsiran. Dalam persoalan metodologi kajian tetang
keislaman , juga muncul sebuah pendekatan yang di sebut dengan pendekatan apologetik.1 Disini
dikatakan , bahwa islam mengadopsi pencarian pengetahuan dan tidak membatasi pada sumber
pengtahuan hanya pada pemahaman dunia materi manusia. Namun , bukan berarti dapat
menyifati islam dengan keterbelakangan sosial atau hasil dari suatu akumulasi persoalan dan
akumulasi , seperti kolonialisme Barat , perbudakan , dan praktik – praktik sosial yang tidak ada
hubungannya dengan jiwa islam ( al-Umari , 1987:110 ).
1 Zakiyuddin Baidhawy , Studi Islam : Pendekatan dan metode ( Yogyakarta: Insan Madani ,

2011 ) , Halm 10

Metodologi kajian islam tidak semata mata agama , melainkan juga sebagai hakikat
kehidupan yang memandang semua aspek kehiduan dalam keseluruhannya sebagai sebuah unit
yang lengkap. Pada hakikatnya , metodologi penelitian menyangkut realitas yang di derifasi
eksistensinya dari Tuhan. Hubungan spiritual antar Tuhan dan manusia memiliki aspek sosial ,
atau dalam dunia sufi disebut dengan tariqah ( jalan kolektif dan jalan individual menuju
Tuhan ). Sayang nya , ada ketidak seimbangan dimana ortodoksi islam telah menuuduh
heterodoksi sebagai bid’ah. Sebagai contoh , ada berbagai isu yang dihadapi para sarjana Barat
dan islam ketika mengutip Al-Qur’an. Sarjana nonn-muslim berasumsi bahwa Al Qur’an bukan
firman Tuhan , sehinggan mereka memulai kutipan dengan “ Muhammad berkata “.2 Ini adalah
masalah yag nyata bagi para umat muslim. Jika kita menerima pandangan tersebut , secara tidak
langsung akan menyakiti para umat muslim yang datang ke Barat untuk memperluas pegetahuan
mereka. Akhir abad ke-20 Belanda tampak berusaha untuk membedakan dua tipe berbeda
tentang perbincangan mengenai agama , yakni pendekatan emik yang menyajikan pola pola
pemikiran dan asosiasi simbolik yang di ungkap dari perspektif kaum beriman , dan pendekatan
ilmiah emik yang melibatkan analisis historis mengenai hubungan antara ide dan masyarakat
( Feener ,2007 : 647-282 ).

Pada intinya , studi islam sebagai kajian ilmiah adalah upaya mencari pemahaman mengenai

hakikat agama. Sedangkann hakikat agama terletak pada pengalaman agama. Joachim Wach
menjelaskan bahwa kiteria penglaman batin antara lain : Respon terhadap apa yang dialami ,
pibadi yang utuh ( melibatkan jiwa , emosi , dan kehendak ) , pengalaman batin , serta suatu
2 Zakiyuddin Baidhawy , Studi Islam : Pendekatan dan metode ( Yogyakarta: Insan Madani ,
2011 ) , Halm 17

tindakan. Menurut Smart (1989 ) , dimensi-dimensi agama yang dimiliki oleh setiap agama
meliputi : paktik dan ritual , pengalaman dan emosional , narratif dan mitos , doktrin dan
filosofis , etika dan hokum , sosial dan institusional , serta dimensi material. Pada hakikatnya ,
agama adalah jalan menuju Tuhan. Namun , cara yang di tempuh setiap pemeluk agama sebagai
jalan menuju Tuhan berbeda beda antara satu dengan yang lain.
Telah dijelaskan oleh Dale Canon ( 2002 ) bahwa ada enam cara beragama di dunia ,
termasuk islam. Selain dengan pelaksanaan kewajiban , ada yang melalui pemujaan dan ketaatan
( Wy of devotion ) , melalui disiplin rohani dan asketik , dengan kegiatan rasional atau
argumentative , berpatisipasi dalam pelaksanaann ritual yang telah di tetapkan , serta ada juga
dengan membuka hubungan ke sumber – sumber suprantural dari imajinasi dan kekuatan.
Sejarah Perkembangan studi islam
Studi islam muncul pada abad ke-9 di Irak. Studi islam bukan hanya berjalan di dalam
peradaban islam itu sendiri , tetapi juga menjadi fokus diskusi di Negara negara Barat. 3Menurut
Richard C. Martin , fase fase perkembangan studi islam antara lain :

1. Banyak bermunculan polemik teologis antara Muslim , Kristen , dan Yahudi ( Tahun 8001100 ).
Mitos dan legenda yahudi-Kristen menyebutkan kemunculan kaum monotheistic Arab
non-Yahudi dan Kristen pada abad ke-7.

3 Zakiyuddin Baidhawy , Studi Islam : Pendekatan dan metode ( Yogyakarta: Insan Madani ,
2011 ) , Halm 40

2. Fase Perang Salib dan Kesarjanaan Cluny ( Tahun 1100-1500 ). Para pasuka perang salib
dan rahib-rahib yng menerjemahkan Al qur’an dan teks teks islam berperan sebagai pihak
pihak yang menyerang peradaban islam
3. Fase Reformasi ( Tahun 1500-1650 ). Pada fase ini , kaum reformis memandang sarasen
Turki , bersama – sama Gereja Roma sebagai anti kristus.
4. Fase Penemuan dan Pencerahan ( Tahun 1650-1900 ). Akibat dari perkembangan pada
fase ini adalah perubahan cara pandang tentang keehdupn dan misi nabi Muhammad.

Studi Islam dan Orientalisme
Disiplin dalam studi islam , disebut juga disebut dengan orientalisme. Minat humanism
klasik terhdap khazanah manusia pada masa lampau melalui catatan tekks sangat memengaruhi
orientalisme. Kaum orientalisme Barat dan para sarjana Muslim ortodoks cenderung
memperlihatkan konservatisme dalam pendekata mereka terhadap historiografi. Secara luas ,

orientalisme menerima pandangan tradisional tentang kehidupan Muhammad , artikulasi Al
qur’an pada periode Makkah dann Madinah , serta pembentukan awal komunitas islam. Disiplin
yang melayani desain kepentingan imperial atas kebanyakan dunia islam menjadi kritik penting
dalam orientalisme. Ambisi ekonomi dan politik bangsa Eropa menjadi beban bagi orientalisme.
Orientalis tradisional tentang islam mendefinidikn islam sebagai korpus kepercayaan dan norma
norma abstrak yang menentukan berbagai ruang yang menengarai suatu kebudayaan.
Studi Islam dan Oksidentalisme
Oksidentalisme adalah adalah suatu perang yang melawan gagasan tertentu dari Barat
yang tidak menjadi hal baru bagi para kaum ekstremis islamis. Sejarah oksidentalisme
mendahului berbagai bentuk apapun dari imperialisme Amerika. Dunia modern atau modernitas

sangat bberkaita dengan Barat dan Imerialisme Barat. Menurut seorang intelektal , Westernisasi
adalah seperti penyakit yang menginfrksi semangat orang orang Jepang atau dapat disebut
dengan sesuatu yang berbau Eropa. Lebih jelasnya , bahwa oksidentalisme adalah pemberontaka
atas rasionalisme , peradaban Barat yang dingin , mekanis dan mesin , dan sekularisme , bahkan
individualisme. Keberadaan oksidentalisme serta kapitalisme di dorong oleh kolonialisme Eropa.
Kapitalisme dan Bolshvisme merupakan system universalis , artinya mereka tidak mengakui
batasan batasan nasional , rasal , ataupun kultural. Oksidentalisme bukanlah kajian yan
membahas tentang kebencian terhadap kebijakan – kebijakan Barat , namun mengkaji tentang
kebencian terhadap ide ide Barat itu sendiri.

Model Kajian Teks-Teks Keislamaan : Studi Al qur’an
Karena teks teks keagaman merupakan kajian studi islam tradisional , maka meetode dan
pendekatan yang di gunakan dalam dalam komunitas ilmiah di kalangan mereka pun memiliki
metode dan pendekatan tekstual ( bayani ). Dintara metode dan pendekatan yang dapaat
digunakan dalam melahirkan karya studi islam antara lain :
1. Pendekatan I’jaz Klasik. Disini , sumber utama ajaran islam adalah Al Qur’an.
Pendekatan ini adalah salah satu cara yang di pergunakan oleh para sarjana muslim untuk
membuktikan pendekatan Al Qur’an.
2. Pendekatan Sastra Modern. Pada masa modern , pendekatan kesusastran terhadap Al
qur’an juga berkembang .
3. Pendekatan Tajdid. Pendekatan ini di terapkan oleh Amin Al Khuli ( 1995 ) untuk studi
bahasa ( nahw ) dan retorika ( balaghah ), tafsir Al Qur’an , dan sastra.
4. Pendekatan Tahlili. Maksudnya adalah , metode kajian Al Qur’an dengan cara
menganalisis dan memaparkan berbagai aspek yang terkandung dalam ayat ayat Al
Qur’an sesuai dengan urutan bacaan dalam urutan mushaaf ‘Uthmani.

5. Pendekatan Semantik. Pendekatan ini di gunakan untuk mempelajari teks teks keislaman
, terutama Al Qur’an oleh para pengkaji islam.
6. Pendekatan Tematik. Pendekatan ini tidak menafsirkan Al qur’an ayat demi ayat.
Namun , brusaha mengkaji Al Qur’an dengan cara mengambil tema dari berbagai tema

ajaran , sosial , dan kosmologi yang ada dalam Al Qur’an. Secara umum , pendekattan
ini di bagi menjadi dua , antara lain : tematik berdasar surah Al Qur’an dan tematik
berdasar subjek.
Model Kajian Teks-Teks Keislamaan : Studi Hadist
Hadist merupakan sumber ke dua setelah Al Qur’an. 4Di antara metodologi baru
yang berkembang dalam studi hadis adalah dua pendekatan , antara lain :
 Analisis isnad terhadap hadist - hadist ahad
 Pendekatan yang fokus pada analisis teks ( matn hadist ) yang di kembangka melalui
penyeldikan varian teks teks hadist , serta kombinasi pendekatan analisis teks dan
analisis isnad.
Hadist memiliki peran utama dalam islam. Dasar inilah yang mendorong Nabi Muhammad SAW.
Dan para sahabatnya untuk memelihara hadist secara akurat demi keterjagaannya. Bagi para
sarjana Barat , tiddaklah masuk akal bahwa hadist , cerita – cerita dan perkataan Muhammad
SAW. Diakui dan di kumpulkan sebagai hadist. Mereka lebih percaya bahwa Muhammad SAW
bicara dan berbuat secara sadar dan tak seorang pun yang dapat mencatat tindakan dan
perkataannya. Dalam persoalan hadist asli atau palsu , mereka memutuskan untuk memisahkan
antara yang otentik dari yang tidak otentik. Para sarjana Barat melihat mataan dan sekaligus
isnad untuk mentukan keaslian suatu hadist , juga menemukan ke tidak aslian suatu hadis
berdasarkan isnad dan matannya. Kajian sarjan muslim modern berkaitan dengan persoalan
kritiks teks yang pada akhirnya dapat meragukan beberapa catatan tentang hadist. Diantara paara
4 Zakiyuddin Baidhawy , Studi Islam : Pendekatan dan metode ( Yogyakarta: Insan Madani ,
2011 ) , Halm 100

sarjana muslim seperti : Rashid Ridha , Mahmud Abu Rayyah , Ahmad Amin , dan Ismail
Ahmad Adham. Kajian kajian mereka mendapatkan respond dan reaksi dari beberapa sarjana
muslim lainnya.

Metode Kajian Ilmu Kalam
Kalam artinya adalam “ Firman “ atau dapat diartikan juga sebagai diskusi atau argument.
Kemunculan ilmu kalam adalah akibat dari banyaknya kontroversi yang telah memecah belah
komunitas muslim pada masa masa awal. Perselisihan politik yang dari komunitas yang
mendifisikaan dirinya berdasarkan iddentitas keagamaan , membagi pemimpin komunitas
menjadi tiga kelompok , yaitu:


Khawarij , yang berarti pemberontak. Khawarij tidak memiliki kepemimpinan
maupun doktrin sendiri , mereka lebih kepada kecenderungan politikmilitan dengan



sikap yang tidak mudah kompromi.
Syi’ah , yaitu kelompok yang tetap menjadi pengikut Ali. Mereka mempercayai
otoritas ketuhanan yang tidak perlu di perdebatkan yang di wariskan kepada para
imam. Secara teori , kelompok ini tidak melahirkan spekulasi teologis , karena
mereka berupaya untuk mencapai otoritas Nabi dan menanamkannya dalam diri imam



yang hidup , yang memiliki akses langsung pada kebenaran tuhan.
Murji’ah , kelompok yang berpandangan utuk memngikuti jalan tengah. Kelompok
ini menolak untuk mengutuk para pelaku dosa besar sebagai orang tak beriman ,
namun mereka juga tidak akan mengampuni kesalahan mereka.

Munculnya wacana teologi sistematis baru terjadi setelah munculnya muktazilah. Hubungan
kalam dengan muktazilah digambarkan sebagai rasionalis militant , dapat menentukan wacana

dan nasibnya. Pertentangan antara dua aliran ini menyinggung masaalah penciptaan Al qur’an
yang muncul pada pertengahan pertama abad ke-9.
Ilmu kalam adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang ajaran ajaran dasar keimanan islam
( ushuluddin ). Penamaan ilmu kalam berasal dari kebiasaan kebiasaan para pakar yang selalu
memuulai perkataannya dengan ungkapan “ Al Kalamu fikaza “. Doktrin ilmu kalam meliputi
tiga komponen besar , antara lain : artikulasi tentang apa yang di pandang oleh suatu madzhab
pemikiran sebagai kepercayaan fundamental , konstruksi kerangka spekulasi dimana
kepercayaan itu harus di pahami , usaha merasionalkan pandangan pandangan ini ke dalam
spekulasi yang di terima.
Dalam islam terdapat empat madhab yang di ikutii umat islam dakam masalah hokum fiqih ,
yaitu Imam Syafi’I , Hambali , Hanafi , dan Maliki.
Dalam hal ini , Imam Hambali menolak kalam secara penuh , baik itu kalam Asy’ariyah ,
Muktazilaah , maupun syi’ah. Kalam syi’ah muncul dari inti hadist hadist syi’ah. D sisi lain ,
bercampur dengan filsafat syi’ah. Demikianlah cara kaum orientalis dann sarjana studi islam
Barat dan Timur menjelaskan dan menafsirkan asal usul spekulasi dan perdebatan rasional di
dunia islam.
Model Kajian Tasawuf
Tasawuf ddapat diartikan sebagai penggetahuan intuitif tenttang tuhan yang dapat diraih
melalui pengalaman keagamaan masinng masing individu ( personal ) .Sedangkan sufi berasal
dari kata shuff yang artinya kain woll atau shaff yang artinya barisan. Secara istilah , sufi adalah
orang yang berusaha mencapai kesatuan dengan tuhan melalui kontemplasi spiritual. 5Orientalis
5 Zakiyuddin Baidhawy , Studi Islam : Pendekatan dan metode ( Yogyakarta: Insan Madani ,
2011 ) , Halm 146

Perancis Louis Massignon ( 1954 ) menyatakan bahwa sufisme berasal dari Al qur’an secara
terus menerus di baca , di renungkaan , dan di alami kemudian menjadi asal usul dan
berkembangnya sufisme. Taasawuf merupakan asketisme dn kesederhanaan hidup yang menjadi
kunci menuju islam sejati. Kajian tasawuf harus menjadi gerakan toleransi dalam arti luas ,
sehingga membuat kita dapat menutup mata atas kesalahan orang lain , menunjukkan
penghargaan atas perbedaan gagasan , daan memaafkan kessalahan yang dpat di maafkan.
Model Kajian Ushul Fiqh
Hubungan fiqh dan ushul fiqh sangatlah erat. Ushul fiqh merupakaan ilmu mengenai
sumber sumbber dan methodology hokum yang akurat , dalam arti bahwa Al Qur’an dan Sunnah
merupakan sumber sekaligus materi bahasan dimana methodology ushul fiqh di terapkan.
Sedangkan fiiqh adalah suatu hokum syari’at dalam islam. Metodologi ushul fiqh merujuk pada
metode penalaran , seperti : analogy , istishan dan istishab. Tujuan utama ushul fiqh adalah untuk
mengatur ijtihad membimbing fuqaha dalam upaaya mendeduksi hhukum dari sumber
sumbernya. Pada dasarnya , fiqih muncul lebih dahulu dari ushul fiqh , karena ushul fiqh baru
berkembang pada abad ke dua hijriyah.
Para madzhab fiqh mengadopsi dua pendekatan beerbeda dalam mengkaji ushul fiqh ,
yaitu pendekatan teoretis dan deduktif. Pendekatan teortis atau rasional hanya digunakann oleh
penduduk Hijaz. Ciri ciri pendekatan ini aadalah : Bebas dari pendapat-pendapat imam terdahulu
, tidak melihat pendapat fiqih ,terlibat dalam konflik teori dan filsafat tanpa alasan yaitu
maksuman Nabi sebelum kenabian. Sedangkan pendekatan deduktif atau tradisional digunakann
oleh penduduk Irakyang melukiskan kebudayaan Persia.
Model Kajian Hermeneutika

6

Juan Luis Segundo mendefisikan hermeneutical circle sebagai perubahan terus menerus

dalam melakukan interpretasi terhadap kitab suci yang di pandu oleh perubahan perubahan
berkesinambungan dalam realitas masa kini , baik individu maupun masyarakat. ( Segundo ,
1991:9 ). Ia juga mengemukakan dua syarat utuk mennciptakan hermeneutical circle , yaitu :
persoalan yang mendalam dan kaya serta keraguan terhadap situasi yang nyata , interpretasi bru
terhadap kitab suci yang juga mendalam dan kaya.
Hermeneutika pembebasan di munculkan dari perjuanngan Afrika Selatann demi kebebasan dan
dari Al Qur’an. Hermeneutika pembebsa al qurr’an yang terlibat dalam situasui ketidak adilan
adalah melakukan teologi da mengalami iman sebagai solidaritas terhadap masyarakat tertindas
dan marjinal dalam perjuangan untuk pembebasan.
Model Kajian Filsafat
Fondasionalisme tradisional adalah suatu pandangan bahwa pengetahuan dapat di mulai
atau memulai kembali dari ketiadaan ( nothing ) dengan menemukan kepingan kepingan yang
pasti ( certainity ) dan tidak dapat salah ( infallible ). Foundasionalisme terjadi pada penentang
rasionnalisme , yaitu empirisme. Hermeneutika berarti menafsir atau menerjemah. Siklus
hermeneutika adalah proses melalui mana kita kembali pada teks , atau pada dunia dan
melakukan interpretasi baru. Tidak ada kepingan kepingan pengetahuan yang bersifat
foundasional. Teori seperti ini di sebut “ dekonstruksi “. Banyak eksponen dekonstruksi atau
penerusnya posmodernisme tidak memusuhi sains. Semua cpaian sains tunduk pada interpretasi
dekonstruktif. 7Keseluruhan ide sains dan penetahuan menjadi tidak bermakna kecuali ada
6 Zakiyuddin Baidhawy , Studi Islam : Pendekatan dan metode ( Yogyakarta: Insan Madani ,
2011 ) , Halm 171
7 Zakiyuddin Baidhawy , Studi Islam : Pendekatan dan metode ( Yogyakarta: Insan Madani ,
2011 ) , Halm 193

bebberapa cara bagi realitas eksternal untuk memengaruhi dan membatasi interpretasi kita ,
sebagaimana di apresiasi dalam konteks hermeneutika oleh Richard J. Bern Stein (1983) dalam
Beyond objectivism and Relativism : Science , Hermeneutics , and praxis. Kebenaran
hermeneutika adalah bahwa berbagai tafsir sangat di mungkinkan karena setiap teks , data
empiric atau apapun harus di interpretasi. Tafsir tungggal meruoakan refleksi gagap
paaraadigmatik lama yang telah mmbakukan diri mennjadi sebentuk fondasionalisme tradisional.
Dalam rangka keluar dari krisis pemikiran keislaman dan praksis sosial , tafsir multicultural
merupakan alternative yang di butuhkan dalam strategi dan implementasi dakwah islam
rahmaatan lil ‘alamin.
Model Kajian Pendidikan
Krisis multi dimensi yang berawal sejak pertengahan 1997 dan di tandai dengan
kehancuran perekonomian nasional. Sementara itu , economic recovery berjalan lambat karena
reorientasi ekonomi pasca era kongkomerat masih terbuka untuk dipersoalkan. Sedangkan
perbedaan kelompok kelompok keagamaan , etnik , serta sosial kultural semakin meningkat.
Pendidikan multicultural di harapkan seebagai salah satu instrument yang paling efektif untuk
mempertemukan suatu kebutuhan. Pendidikan agama di sekolah sekolah umum maupun
kegamaan lebih bercorak eksklusif. Multikulturalisme biasa di definisikan sebagai gerakan sosial
intelektual yang mmendorong nilai nilai keberagaman ( diversity ) sebagai prinsip innti dan
mengukuhkann pandangan bahwa semua kelompok budaya di perlakukan setara ( equal ) dan
sama sama di hormati. Dalam konteks pendidikan agama , paradigma multicultural .
Model Kajian Pemikiran Islam

Aliran pemikiran islam memmbawa berbagai agenda aksi global yang sangat penting ,
memberikan respond an kritik terhadap wacana Barat modern yang dipaksakan di dunia islam
dalam hal tertentu. Perdebatan mengenai islam liberal di Indonesia terdapat pro daan kontraa dari
tradisionalis , postradisionalis maupun revivalis. Pandangan islam liberal muuncul karena di
dukung oleh tiga factor perubahan sejarah selama tiga dekadeyang lalu. Walaupunn berbagai
umat mmuslim telah memiliki dasar pijakann yang sama dengan kaum liberal Barat , ukan
berarti islam liberal jauh dari celaan. “ Gerakann Otentisitas “ semakin meningkat secara gloal
lebih dari seperempat abad yang lalu.8 Salah satu karakteristik penting dari ontektisitas adalah
gagasan bahwa kitaa dapat mengambil sebuah budaya dan meletakkannya dalam sebuah kotak.
Artinya , budaya dapat di definnisikan sebagai entitas yang memiliki ciri ciri tersendiri , terpisah
dari budaya lain dengan ikatan ikatan yang sannggat ketat.
Model Kajian Politik
Politik merupaakaan salah satu unsur yang sangat pentting ddaalam aspek pemerintahan.
Dalam hal ini , maksudnyaa adalah termasuk daalam pendekaataan demokraasi , sserta
globalisasi. Kumpulan dari berbaagai cerita yang menggambarkaan perkembangan yang lebih
menjanjikan kemunduran islamisme. 9Kekerasan umum islaamis merupakaan pertanda aakhir
8 Zakiyuddin Baidhawy , Studi Islam : Pendekatan dan metode ( Yogyakarta: Insan Madani ,
2011 ) , Halm 242

9 Zakiyuddin Baidhawy , Studi Islam : Pendekatan dan metode ( Yogyakarta: Insan
Madani , 2011 ) , Halm 256

dari gerakan yang frustasi. Buku “ The war For Muslim Minds “ Mengerangka perkembangan
dalam masyarakat yang maayoritaas muslim sebagai “ plitik yang berakhir dengan kematian”
dan menempatkan gelombang masa depan.

Metodologi Ilmiah Modern dan Studi Islam
Pendekatan dan metode yang keilmuan baik modern maupun kontemporer yang di
terapkan dalaam islam tidak bermaksud untuk mengganntikanatau menyingkirkan kajian islam
tradisional , namun lebih melihat dari perspektif lain yang dapat memperkaya pemahamann
islam bagi masyarakat mslim. Tujuan adanya pendekaatan adaalah untuk menelusuri
perkembangan islaam dalam lintasaan sejarah. Dalam hal ini , menggunakan berbagai macam
pendekatan yang sering di gunakan , aantaraa lain : Pendekatan sosiologis , pendekatan
anttropologii , pendekatan etnografi , pendekataan fenomenologi , dan pendekatan arkeologi.

Kelebihan buku

:



Judul yang diambil mengenai metode dan pendekatan studi islam sangat menarik




untuk di pelajari isinya.
Materinya sangat luas , sehingga dapat menambah wawasan tentang kajian keislaman.
Rujukannya jelas , sehingga lebih akurat dan terbukti kebenarannya.

Kelemahan buku :



Tata bahasanya terlalu tinggi , sehingga sulit untuk di pahamii.
Tanda bacanya kurang jelas

DAFTAR PUSTAKA
Baidhawy , Zakiyuddin.2011. Studi Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta:Insan
Madani