PENGARUH PENAMBAHAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’

ABSTRACT
THE EFFECT OF INDOLE ACETIC ACID (IAA) ADDITION INTO
CHITOSAN COATING ON THE FRUIT QUALITY AND SHELF-LIFE OF
GUAVA ‘CRYSTAL’
By
ICHA MARETHA

Guava (Psidium guajava L) is a climacteric fruit with a relatively short shelf-life
period that ranges from 2-7 days under ambient conditions. This limit is the time
available for marketing and transport distance from the place of production.
After harvesting, guava still in the process of metabolism by using food supply
and caused a quick ripening and losing nutrition. Guava has a short shelf-life due
to its high respiration. It will also be vulnerable to damage easily which can be
seen from the changing of its texture and development of brown on surface
of the fruit skin and caused a decrease in the fruit quality of guava to be market.
Damage the guava fruit ‘Crystal’ can be solved in several ways, one of them is by
soaking the fruit in a solution or by coating the fruit whith chitosan, so the
rate of respiration and transpiration can be slowed.
The material used for soaking the fruit was a plant growth regulators of indole
acetic acid (IAA). By soaking guava ‘Crystal’ in a solution of IAA, the hormon is
expected to infiltrate into the fruit slowly and evenly. A longer soaking can be

accomplished by adding IAA to the coating material of chitosan. By applying
IAA to the chitosan coating solution, the IAA will slowly infiltrate into the fruit
during storage, so it can maintain quality and prolong the shelf-life of guava
‘Crystal’.
The research was aimmed at (1) studying the effects of the addition of IAA into
chitosan coating on the fruit quality and shelf-life of guava ‘Crystal’, and (2)
obtaining the best concentration of IAA added into the chitosan coating to
maintain the quality fruit and prolong the shelf-life of guava ‘Crystal’ fruit.
The research was conducted in the Laboratory of Horticulture, Faculty of
Agriculture, University of Lampung during January─February 2012 and Polymer
Testing Laboratory, Bandung, West Java. The research used a completely
randomized design, with treatments was arranged in a factorial 3 x 3. The first
factors were fruits without any treatment but water (k0), without chitosan but in

Icha Maretha ii
acetic acid 0,5% (k1), and 2,5% chitosan (k2). The second factors were the
concentrations of IAA in three levels: 0 (a0), 5 (a1), and 10 μM (a2). For the
control, three guava were directly observed at the first day of application. The
observed variables were shelf-life, fruit weight, fruit firmness, soluble solid
(º Brix), and free acid content.

The results showed that (1) the addition of IAAs at concentration of 2,5% chitosan
coating were not significantly able to prolong the shelf life and to maintain the
fruit quality of guava ‘Crystal’ compared to the other treatments, (2) IAA
application did not prolong the shelf-life, and IAA application did not decrease the
quality of the fruit, and (3) 0,5% acetic acid as a solvent in 2,5% chitosan did not
cause a bad affect, but soaking in 0,5% acetic acid as a main solution adversely
was affected the fruit quality and shelf-life of guava ‘Crystal’.
Key words: guava, Crystal, browning, IAA, chitosan

ABSTRAK
PENGARUH PENAMBAHAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) PADA
PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN
BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’
Oleh
ICHA MARETHA

Jambu biji ‘Crystal’ tergolong ke dalam buah yang memiliki masa simpan pendek
2—7 hari. Batas ini merupakan waktu yang tersedia untuk pemasaran dan
pengangkutan interlokal dari tempat produksi. Buah jambu biji setelah kegiatan
pemanenan masih tetap melakukan proses metabolisme dengan menggunakan

cadangan makanan yang terdapat di dalam buah, dan proses tersebut dapat
mempercepat proses pematangan dan kehilangan nilai gizi buah. Buah jambu biji
memiliki masa simpan yang pendek yang disebabkan oleh respirasi buah yang
tinggi. Buah jambu biji dengan masa simpan yang pendek juga mudah
mengalami kerusakan yang dapat dilihat dari perubahan tekstur dan muncul
bercak coklat pada kulit dan ini akan menyebabkan penurunan mutu buah untuk
dipasarkan. Kerusakan buah dapat diatasi dengan beberapa cara, salah satunya
dengan perendaman buah dalam larutan IAA atau dengan pelapisan buah dengan
kitosan, sehingga laju respirasi dan transpirasi dapat dihambat.
Bahan yang dapat digunakan untuk perendaman buah adalah zat pengatur tumbuh
(ZPT) yang salah satunya dari golongan auksin yaitu indole acetic acid (IAA).
Perendaman buah jambu biji ‘Crystal’ dalam larutan IAA yang lebih lama, IAA
diharapkan dapat masuk ke dalam buah secara merata. Lama perendaman dapat
diatasi dengan cara menambahkan IAA ke dalam bahan pelapis yaitu kitosan.
Diharapkan dengan mengaplikasikan IAA ke dalam larutan pelapis kitosan, IAA
secara perlahan akan masuk ke dalam buah selama penyimpanan, sehingga dapat
mempertahankan mutu dan memperlama masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mempelajari efek penambahan IAA pada
pelapis kitosan terhadap mutu dan masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’, dan
(2) mendapatkan konsentrasi IAA terbaik yang ditambahkan pada pelapis kitosan

dalam mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah jambu biji
‘Crystal’.

Icha Maretha ii
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung dan Laboratorium Uji polimer, Pusat penelitian Fisika-LIPI
Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari hingga
Februari 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL),
dengan perlakuan yang disusun secara faktorial 3 x 3. Faktor pertama adalah
pelapisan dengan tiga taraf, yaitu kontrol [aquades (k0)], perlakuan asam asetat
0.5% (k1), dan kitosan 2,5% (k2). Faktor kedua adalah IAA dalam tiga taraf
konsentrasi, yaitu 0 µM (a0), 5 µM (a1), dan 10 µM (a2). Sebagai pembanding,
tiga buah jambu biji langsung diamati pada awal penelitian. Peubah yang diamati
adalah masa simpan, bobot buah, kekerasan buah, kandungan padatan terlarut
(ºBrix), dan asam bebas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penambahan konsentrasi IAA pada
pelapis kitosan 2,5% belum mampu mempertahankan mutu dan memperpanjang
masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ secara nyata jika dibandingkan dengan
perlakuan lain, (2) aplikasi IAA tidak dapat memperpanjang masa simpan, dan
tidak menurunkan mutu buah jambu biji ‘Crystal’, dan (3) asam asetat 0,5%

sebagai pelarut kitosan tidak ada efek buruknya, tetapi perendaman dengan asam
asetat 0,5% berpengaruh kurang baik terhadap mutu dan masa simpan buah jambu
biji ‘Crystal’.
Kata kunci: jambu biji, Crystal, penyoklatan, IAA, kitosan

PENGARUH PENAMBAHAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) PADA
PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN
BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) ‘CRYSTAL’

Oleh
Icha Maretha

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

Judul Skripsi

: PENGARUH PENAMBAHAN
INDOLE ACETIC ACID (IAA) PADA
PELAPIS KITOSAN TERHADAP
MUTU DAN MASA SIMPAN BUAH
JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)
‘CRYSTAL’

Nama Mahasiswa

: Icha Maretha

Nomor Pokok Mahasiswa

: 0714012044


Jurusan

: Agroteknologi

Fakultas

: Pertanian

MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Soesiladi Esti Widodo, M.Sc.
NIP 19600501 198403 1 002

Ir. Zulferiyenni, M.T.A.
NIP 19620207 199010 2 001

2. Ketua Jurusan Agroteknologi


Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P.
NIP 19641118 198902 1 002

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua

: Prof. Dr. Ir. Soesiladi Esti Widodo, M.Sc.

Sekretaris

: Ir. Zulferiyenni, M.T.A.

Penguji
Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Pertanian


Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.
NIP 19610826 198702 1 001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 3 Desember 2012

PENGARUH PENAMBAHAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) PADA
PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN
BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) ‘CRYSTAL’
(Skripsi)

Oleh
ICHA MARETHA

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

DAFTAR ISI


Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................ .....

xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xiv

I. PENDAHULUAN .................................................................................

1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ............................................................

3

1.2 Tujuan Penelitian .............................................................................

3


1.3 Kerangka Pemikiran .........................................................................

3

1.4 Hipotesis...........................................................................................

5

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................

6

2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji ..........................

6

2.2 Kitosan .............................................................................................

8

2.3 Indole Acetic Acid (IAA) .................................................................

9

III. METODE ...........................................................................................

11

3.1 Tempat dan Waktu ...........................................................................

11

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ................................................................

11

3.3 Metode Penelitian.............................................................................

12

3.3.1 Pelaksanaan Penelitian ...........................................................

14

3.3.2 Peubah Pengamatan ...............................................................

16

3.3.2.1
3.3.2.2
3.3.2.3
3.3.2.4
3.3.2.5
3.3.2.6

Masa simpan...............................................................
Bobot buah ................................................................ .
Kekerasan buah ...................................................... ....
Pengukuran kandungan padatan terlarut (°Brix) ........ .
Kandungan asam bebas..............................................
Image kondisi kulit luar dan pelapis buah dengan kitosan

17
17
17
17
18
18

xiii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................

19

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

29

5.1 Kesimpulan .................................................................................

29

5.2 Saran ............................................................................................

29

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

30

LAMPIRAN ...............................................................................................

34

Tabel 8 – 12. .............................................................................................

34

Gambar 9 -13. ...........................................................................................

44

39
Data editor analisis SAS jambu biji ‘Crystal’ pada peubah masa simpan dengan
uji BNJ pada α 5%
Data hasil;
input pelapis$ kons$ simpan treat$;
cards;
K0
A0
9,00
K0A0
K0
A0
8,00
K0A0
K0
A0 10,00
K0A0
K0
A1
6,00
K0A1
K0
A1
9,00
K0A1
K0
A1
9,00
K0A1
K0
A2
7,00
K0A2
K0
A2
7,00
K0A2
K0
A2
8,00
K0A2
K1
A0
4,00
K1A0
K1
A0
4,00
K1A0
K1
A0
4,00
K1A0
K1
A1
5,00
K1A1
K1
A1
4,00
K1A1
K1
A1
4,00
K1A1
K1
A2
4,00
K1A2
K1
A2
4,00
K1A2
K1
A2
5,00
K1A2
K2
A0 12,00
K2A0
K2
A0
9,00
K2A0
K2
A0 11,00
K2A0
K2
A1 11,00
K2A1
K2
A1
8,00
K2A1
K2
A1 10,00
K2A1
K2
A2 15,00
K2A2
K2
A2 10,00
K2A2
K2
A2
10,00
K2A2
;
proc glm order=data;
class pelapis kons;
model simpan=pelapis kons pelapis*kons;
means pelapis/tukey alpha=0,05;
means kons/tukey alpha=0,05;
means pelapis*kons/tukey alpha=0,05;
run;
proc glm order=data;
class treat;
model simpan=treat;
means treat/tukey alpha=0,05;
/*-treat-order--------------K0A0-K0A1-K0A2-K1A0-K1A1-K1A2-K2A0-K2A1-K2A2*/
contrast 'Asam asetat vs kitosan'
treat
0 0 0 1 0 0 -1 0 0;
contrast 'IAA perendaman vs celup cepat' treat
0 1 1 0 1 1 0 -2 -2;
contrast 'Tanpa IAA vs dengan IAA'
treat
2 -1 -1 2 -1 -1
2 -1 -1;
contrast 'IAA saja vs IAA dalam asam'
treat
0 1 1 0 -1 -1 0 0 0;
run;

40
Hasil analisis SAS jambu biji ‘Crystal’ dengan uji BNJ pada α 5%
The SAS System
03:25 Wednesday, January 1, 1997
General Linear Models Procedure
Class Level Information
Class

Levels

1

Values

PELAPIS

3

K0 K1 K2

KONS

3

A0 A1 A2

Number of observations in data set = 27

The SAS System
03:25 Wednesday, January 1, 1997
General Linear Models Procedure

2

Dependent Variable: SIMPAN
Source

DF Sum of Squares

Model

8

200.00000000

Error

18

36.00000000

Corrected Total

26

236.00000000

R-Square

C.V.

0.847458

18.44626

Source

DF

PELAPIS
KONS
PELAPIS*KONS

2
2
4

Source

DF

PELAPIS
KONS
PELAPIS*KONS

2
2
4

F Value
12.50

Pr > F
0.0001

SIMPAN Mean
7.66666667

Type I SS
189.55555556
1.55555556
8.88888889
Type III SS
189.55555556
1.55555556
8.88888889

F Value
47.39
0.39
1.11
F Value
47.39
0.39
1.11

Pr > F
0.0001
0.6834
0.3818
Pr > F
0.0001
0.6834
0.3818

41
The SAS System
03:25 Wednesday, January 1, 1997

3

General Linear Models Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for variable: SIMPAN
NOTE: This test controls the type I experimentwise error rate, but generally has
a higher type II error rate than REGWQ.
Alpha= 0.05 df= 18 MSE= 2
Critical Value of Studentized Range= 3.609
Minimum Significant Difference= 1.7014
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping

Mean

N

PELAPIS

A

10.6667

9

K2

B

8.1111

9

K0

C

4.2222

9

K1

The SAS System
03:25 Wednesday, January 1, 1997

4

General Linear Models Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for variable: SIMPAN
NOTE: This test controls the type I experimentwise error rate, but generally has a
higher type II error rate than REGWQ.
Alpha= 0.05 df= 18 MSE= 2
Critical Value of Studentized Range= 3.609
Minimum Significant Difference= 1.7014
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping

Mean

N

KONS

A
A
A
A
A

7.8889

9

A0

7.7778

9

A2

7.3333

9

A1

The SAS System
03:25 Wednesday, January 1, 1997

5

42
General Linear Models Procedure
Level of Level of
PELAPIS KONS
K0
K0
K0
K1
K1
K1
K2
K2
K2

Class
TREAT

------------SIMPAN-------------N
Mean
SD

A0
A1
A2
A0
A1
A2
A0
A1
A2

3
9.0000000
3
8.0000000
3
7.3333333
3
4.0000000
3
4.3333333
3
4.3333333
3 10.6666667
3
9.6666667
3 11.6666667

1.00000000
1.73205081
0.57735027
0.00000000
0.57735027
0.57735027
1.52752523
1.52752523
2.88675135

The SAS System
03:25 Wednesday, January 1, 1997
General Linear Models Procedure
Class Level Information
Levels Values
9

6

K0A0 K0A1 K0A2 K1A0 K1A1 K1A2 K2A0 K2A1 K2A2

Number of observations in data set = 27
The SAS System
03:25 Wednesday, January 1, 1997

7

General Linear Models Procedure
Dependent Variable: SIMPAN
Source

DF

Sum of Squares

F Value

Pr > F

Model

8

200.00000000

12.50

0.0001

Error

18

36.00000000

Corrected Total

26

236.00000000

R-Square

C.V.

0.847458

18.44626

SIMPAN Mean
7.66666667

Source

DF

Type I SS

F Value

Pr > F

TREAT

8

200.00000000

12.50

0.0001

43
Source

DF

Type III SS

F Value

TREAT

8

200.00000000

12.50

Pr > F
0.0001

The SAS System
03:25 Wednesday, January 1, 1997

8

General Linear Models Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for variable: SIMPAN
NOTE: This test controls the type I experimentwise error rate, but generally has a
higher type II error rate than REGWQ.
Alpha= 0.05 df= 18 MSE= 2
Critical Value of Studentized Range= 4.955
Minimum Significant Difference= 4.0459
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping
A
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A C
B
C
B
C
C
C
C
C
C
C

11.667

Mean
N TREAT
3 K2A2

10.667

3 K2A0

9.667

3 K2A1

9.000

3 K0A0

8.000

3 K0A1

7.333

3 K0A2

4.333

3 K1A2

4.333

3 K1A1

4.000

3 K1A0

The SAS System
03:25 Wednesday, January 1, 1997
General Linear Models Procedure

Contrast

9

Dependent Variable: SIMPAN
DF
Contrast SS
F Value

Asam asetat vs kitos
IAA perendaman vs ce
Tanpa IAA vs dengan
IAA saja vs IAA dala

1
1
1
1

66.66666667
87.11111111
0.66666667
33.33333333

33.33
43.56
0.33
16.67

Pr > F
0.0001
0.0001
0.5709
0.0007

44

11

III. METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Januari—Februari 2012. Analisis scanning electron microscope (SEM)
dilaksanakan di Laboratorium Uji Polimer, Pusat penelitian Fisika-LIPI Bandung,
Jawa Barat.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jambu biji
‘Crystal’ (Gambar 1). Buah jambu biji berasal dari PT Nusantara Tropical Fruits
(PT NTF), Way Jepara, Lampung Timur.

Gambar 1. Buah jambu biji ‘Crystal’.

12
Buah dibawa langsung ke Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Buah jambu biji disortir berdasarkan ukuran dan tingkat
kemasakan dan segera diberi perlakuan. Bahan lain yang diperlukan adalah
kitosan, asam asetat 0.5%, aquades, NaOH 0.1 N, fenolftealin, dan IAA.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu ukur, pipet tetes, hand
refraktometer, penetrometer, lemari es, blender, sentrifius, labu erlemeyer,
timbangan, gelas ukur, dan pipet gondok.

3.3 Metode Penelitian

Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (3 x 3). Faktor pertama adalah
pelapisan dengan tiga taraf, yaitu kontrol [aquades (k0)], perlakuan asam asetat
0.5 % (k1), dan kitosan 2,5% (k2). Faktor kedua adalah pemberian zat pengatur
tumbuh IAA yang terdiri atas tiga taraf, yaitu 0 µM (a0), 5 µM (a1), dan 10 µM
(a2). Perlakuan diterapkan pada unit percobaan dalam rancangan teracak
sempurna (RTS) dengan tiga kali ulangan. Masing-masing ulangan terdiri atas
1 buah jambu biji. Sebagai pembanding, 3 buah jambu biji langsung diamati pada
awal penelitian.
Pada salah satu ulangan perlakuan k1a1, buah jambu biji ‘Crystal’ tampak busuk.
Hal ini diketahui saat pengamatan pada hari ke-3 penyimpanan buah (Gambar 2).
Buah tersebut busuk kemungkinan besar disebabkan oleh luka memar pada buah.
Luka memar dimungkinkan terjadi saat mensortir sampel, kurang hati-hati saat
aplikasi perlakuan perendaman, dan saat pengamatan dilakukan. Data
pengamatan pada ulangan ini dianggap sebagai data hilang berdasarkan Gomez

13
dan Gomez (2010) bahwa kerusakan sampel percobaan yang diakibatkan oleh
selain perlakuan, dapat dianggap sebagai data hilang.

luka memar

Gambar 2. Jambu biji ‘Crystal’ yang mengalami luka memar.
Pendugaan data yang hilang dilakukan dengan rumus sebagai berikut (Gomes dan
Gomez, 2010).

Keterangan :
X = dugaan data yang hilang
t = banyaknya perlakuan
r = banyaknya ulangan
Bo = jumlah nilai pengamatan dari ulangan di mana terdapat data yang hilang.
To = jumlah nilai pengamatan dari perlakuan di mana terdapat data yang hilang.
Go = jumlah umum dari semua pengamatan.

Seluruh data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA. Analisis data dilanjutkan
dengan Orthogonal Contrast (Tabel 1) dan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf
5% (SAS System for Windows V6.12)

14
Tabel 1. Perbandingan orthogonal contrast
Kombinasi Perlakuan*

Contrast
k0a0 k0a1
1. Asam asetat 0,5% vs
kitosan 2,5%
2. IAA dengan perendaman vs
celup cepat
3. Tanpa IAA vs dengan IAA

k0a2

k1a0 k1a1

k1a2

k2a0

k2a1 k2a2

0

0

0

1

0

0

-1

0

0

0

1

1

0

1

1

0

-2

-2

2

-1

-1

2

-1

-1

2

-1

-1

4. IAA dalam air vs IAA
0
1
1
0
-1
-1
0
0
0
dalam asam
Keterangan : * k0a0= kontrol; k0a1= IAA 5 μM; k0a2= IAA 10 μM; k1a0= asam asetat 0,5%; k1a1=
asam asetat 0,5% + IAA 5 μM; k1a2= asam asetat 0,5% + IAA10 μM; k2a0=
kitosan 2,5%; k2a1= kitosan 2,5% + IAA 5 μM; dan k2a2= kitosan 2,5% + IAA
10 μM.

3.3.1 Pelaksanaan Penelitian
Buah jambu biji ‘Crystal’ yang diperoleh dari PT Nusantara Tropical Fruits (PT
NTF) dibawa ke Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung. Buah jambu biji ‘Crystal’ disortir berdasarkan keseragaman tingkat
kemasakan dan segera diperlakukan sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan.

Bobot molekul IAA (C10H9NO2 ) adalah 175,18. Larutan stok 1 mM IAA
sebanyak 500 ml dibuat dengan cara menimbang bubuk IAA sebanyak 87,59 mg,
lalu ditetesi dengan KOH 1 N sebanyak 10 tetes, diaduk hingga larut, lalu
dilarutkan ke dalam aquades hingga 500 ml. Larutan untuk perlakuan k0a1
(larutan IAA 5 µM) dibuat dengan cara: larutan stok IAA 1 mM diambil sebanyak
10 ml lalu ditambah aquades hingga 2 liter dan diaduk hingga rata. Untuk
perlakuan k0a2 (larutan IAA 10 µM): larutan stok IAA 1 mM diambil sebanyak 20
ml, dan dicampur dengan aquades hingga 2 liter, lalu diaduk hingga rata.
Larutan untuk perlakuan k1a0 (larutan asam asetat 0,5%) dibuat dengan cara:
sebanyak 10 ml asam asetat dilarutkan ke dalam aquades hingga 2 liter. Untuk

15
perlakuan k1a1 (larutan asam asetat 0,5% + IAA 5 µM): sebanyak 10 ml asam
asetat ditambah 10 ml larutan stok IAA 1 mM, lalu ditambahkan aquades hingga
2 liter dan diaduk hingga rata. Untuk perlakuan k1a2 (larutan asam asetat 0,5% +
IAA 10 µM): sebanyak 10 ml asam asetat dicampur dengan 20 ml larutan stok
IAA 1 mM, lalu ditambahkan aquades hingga 2 liter dan diaduk hingga rata.

Larutan pelapis untuk perlakuan k2a0 (larutan kitosan 2,5%) dibuat dengan cara,
yaitu sebanyak 25 g kitosan ditambah dengan 5 ml asam asetat lalu ditambah
aquades hingga 1 liter dan diaduk hingga rata. Untuk perlakuan k2a1 (larutan
kitosan 2,5% + IAA 5 µM): sebanyak 25 g kitosan ditambah 5 ml asam asetat,
kemudian dicampur dengan 5 ml larutan stok IAA 1 mM, lalu ditambahkan
aquades hingga 1 liter dan diaduk hingga rata. Untuk perlakuan k2a2 (larutan
kitosan 2,5% + IAA 5 µM): sebanyak 25 g kitosan ditambah 5 ml asam asetat,
kemudian dicampur dengan 10 ml larutan stok IAA 1 mM, lalu ditambahkan
aquades hingga 1 liter dan diaduk hingga rata.

Buah jambu biji diperlakukan sesuai dengan perlakuan. Perlakuan pada buah
diaplikasikan dengan teknik celup-cepat dan perendaman selama 60 menit.
Teknik celup-cepat diterapkan pada kontrol (air) dan perlakuan kitosan 2,5%,
sedangkan teknik perendaman diberikan pada perlakuan asam asetat dan IAA.
Setelah buah diberi perlakuan, kemudian ditiriskan (sampai kering-angin) di atas
kertas koran, lalu buah diletakkan di atas piring styrofoam. Buah jambu biji
‘Crystal’ yang sudah diberi perlakuan, kemudian disimpan di dalam laboratorium
pada suhu ruang (± 28 °C).

16
Pengamatan dilakukan setiap hari dengan cara mengamati perubahan warna.
Pengamatan dihentikan apabila buah menunjukkan gejala kemerosotan mutu
(telah muncul bintik hitam kurang lebih 50% di permukaan kulit buah atau
keriput), lalu dilakukan penimbangan bobot buah dan pengukuran kekerasan buah
dengan menggunakan alat penetrometer. Selanjutnya, daging buah diekstrak
untuk mendapatkan sampel kandungan padatan terlarut (°Brix) dan asam bebas.

3.3.2 Peubah Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada awal dan akhir pengamatan terhadap peubah masa
simpan, bobot buah, kekerasan buah, kandungan padatan terlarut (ºBrix), dan
asam bebas. Untuk menggambarkan kondisi permukaan kulit buah, analisis
scanning electron microscope (SEM) dilakukan pada sampel buah kontrol dan
yang diperlakukan dengan kitosan. Pengamatan dihentikan apabila buah
menunjukkan gejala kemerosotan mutu (telah muncul bintik hitam kurang lebih
50% atau warna kusam pada kulit, Gambar 3).

Gambar 3. Buah jambu biji ‘Crystal’ yang mengalami bercak coklat.

17
3.3.2.1 Masa Simpan
Buah jambu biji ‘Crystal’ yang telah diberi perlakuan diamati perubahan fisiknya
setiap hari. Masa simpan buah dihitung dari hari pertama buah mulai disimpan
(setelah buah diberi perlakuan) hingga menunjukkan gejala kemerosotan mutu
(timbul bercak coklat atau warna kusam pada kulit).

3.3.2.2 Bobot Buah

Susut bobot dihitung dari selisih bobot awal buah sebelum diberi perlakuan
dengan bobot akhir buah setelah perlakuan dihentikan. Selisih bobot tersebut
kemudian dibagi dengan bobot awal dan dikalikan 100%.

3.3.2.2 Kekerasan Buah

Kekerasan buah (dalam kg/cm²) diukur dengan alat penetrometer (type FHM-5
ujung berbentuk silinder dengan diameter 5 mm; Takemura Electric Work, Ltd.,
Jepang). Masing-masing unit dan ulangannya diuji pada bagian yang sama
(bagian tengah buah jambu biji). Untuk pengukuran, kulit di bagian yang diukur
kekerasanya dikupas dengan pisau.

3.3.2.4 Kandungan padatan terlarut (ºBrix)
°Brix diukur dengan hand refractometer ‘Atago’ pada suhu ruang. Untuk
menghindari pengaruh pengenceran, °Brix (dalam %) diukur langsung pada sari
buah tanpa pengenceran.

18
3.3.2.5 Kandungan asam bebas

Sekitar 50 g daging buah di-blender dengan ± 100 ml aquades, kemudian
disentrifius pada 2500 rpm selama 5—10 menit hingga cairan terpisah dari
endapannya. Cairannya dimasukkan ke labu ukur 250 ml, lalu ditambahkan
aquades sampai tera. Sampel sari buah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
botol sampel ± 100 ml dan dibekukan di freezer sambil menunggu analisis
berikutnya. Analisis asam bebas dilakukan dengan titrasi 0,1 N NaOH dan
fenolftalein sebagai indikator dan hasilnya dinyatakan dalam g asam sitrat/100 g
daging buah.

3.3.2.6 Image kondisi kulit luar dan pelapisan buah dengan kitosan

Sampel buah kontrol dan yang telah dilapisi kitosan 2.5% dikirim ke
Laboratorium Uji Polimer, Pusat penelitian Fisika-LIPI Bandung, Jawa Barat
untuk analisis dengan scanning electron microscope (SEM). Analisis SEM
diperlukan untuk menggambarkan kondisi kulit luar buah dan pelapisan buah
dengan kitosan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penambahan konsentrasi IAA pada pelapis kitosan 2,5% belum mampu
mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah jambu biji
‘Crystal’ secara nyata jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
2.

Aplikasi IAA tidak dapat memperpanjang masa simpan, dan tidak
menurunkan mutu buah.

3.

Asam asetat 0,5% sebagai pelarut kitosan tidak ada efek buruknya, tetapi
perendaman dengan asam asetat 0,5% berpengaruh kurang baik terhadap
mutu dan masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.
5.2 Saran

Penulis menyarankan agar pada penelitian selanjutnya menggunakan buah jambu
biji fase hijau.

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah
Jambu biji (Psidium guajava L.) ‘Crystal’ merupakan salah satu buah jambu biji
yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dengan daging buah tebal dan berbiji
sedikit. Jambu biji ‘Crystal’, sebagaimana buah jambu biji pada umumnya,
tergolong buah klimakterik dengan masa simpan pendek antara 2—7 hari. Masa
simpan yang pendek ini karena buah jambu biji mudah mengalami kerusakan
yang dapat dilihat dari perubahan tekstur dan munculnya bercak coklat pada kulit
buah. Perubahan ini menyebabkan penurunan mutu buah untuk dipasarkan.

Pemasakan buah jambu biji dapat dihambat dengan merendam buah dalam larutan
tertentu atau melapisi buah. Pemberian IAA pada konsentrasi 1 dan 10 µM dapat
menunda pemasakan buah alpukat (Tingwa dan Young, 1975). Menurut Vendrell
(1970), pemberian IAA pada konsentrasi 10-5─10-2 M dapat menunda
pemasakan buah pisang. Widodo et al. (2010a) melaporkan bahwa aplikasi
kitosan 2,5% mampu meningkatkan masa simpan jambu biji ‘Mutiara’ dan
‘Crystal’ 7—8 hari lebih lama dibandingkan dengan kontrol.
Pada umumnya aplikasi ZPT dilakukan dengan cara perendaman dan vacuum
infiltration. Perendaman dapat dilakukan selama 15 menit atau lebih (Trianotti et
al., 2007), 30 menit (Vendrell, 1970), atau selama ± 60 menit pada buah pisang

2
‘Cavendish’ (Komarudin, 2012), sedangkan untuk vacuum infiltration dapat
dilakukan selama 3 menit pada pisang ‘Cavendish’ (Rohmana, 2000). Aplikasi
dengan perendaman menghasilkan perbedaan konsentrasi ZPT antara kulit dengan
daging buah, dengan penetrasi yang kecil ke dalam daging buah, sedangkan cara
vacuum infiltration dapat menghasilkan penyebaran ZPT secara merata pada buah
(Vendrell, 1970). Sayangnya cara vacuum infiltration dirasakan kurang praktis
bagi kebanyakan petani atau pedagang.

Penelitian kitosan sebagai pelapis buah selama ini menunjukkan bahwa
konsentrasi kitosan 2,5% dapat digunakan sebagai pelapisan buah untuk
memperpanjang masa simpan (Widodo et al., 2010a dan 2010b), sekaligus aman
bagi kesehatan dan lingkungan. Aplikasi IAA ke dalam pelapis buah diharapkan
dapat mengatasi perbedaan lama perendaman (Trianotti et al., 2007; Rohmana,
2000; Komarudin, 2012), sehingga IAA dapat masuk ke dalam buah dengan
merata selama proses penyimpanan. Oleh karena itu, aplikasi IAA dengan kitosan
diharapkan mampu menunda pemasakan dan mempertahankan mutu buah
sehingga masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ dapat bertahan lebih lama.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam
pertanyaan sebagai berikut.
1. Apakah penambahan IAA pada pelapis kitosan berpengaruh terhadap masa
simpan dan mutu buah jambu biji ‘Crystal’?
2. Apakah terdapat konsentrasi IAA terbaik yang ditambahkan ke dalam pelapis
kitosan dalam memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah
jambu biji ‘Crystal’?

3
1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. mempelajari efek penambahan IAA pada aplikasi pelapis kitosan terhadap
mutu dan masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’,
2. mendapatkan konsentrasi IAA terbaik yang ditambahkan pada pelapis kitosan
dalam mempertahankan mutu buah dan memperpanjang masa simpan jambu
biji ‘Crystal’.

1.3 Kerangka Pemikiran
Buah jambu biji ‘Crystal’, sebagaimana pada jambu biji lainnya, memiliki masa
simpan pendek karena proses biokimia terus berlangsung sejak panen hingga
pascapanen. Kerusakan yang dijumpai pada jambu biji adalah timbulnya bercak
coklat (brown spot) pada buah yang merupakan akibat dari laju respirasi dan
transpirasi yang tinggi. Untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang masa
simpan buah jambu biji ‘Crystal’ diperlukan penanganan pascapanen yang tepat.
Kegiatan pascapanen dalam upaya mempertahankan mutu dan kesegaran buah
dapat dilakukan dengan merendam buah dalam larutan ZPT atau dengan pelapisan
buah menggunakan kitosan. ZPT yang sering digunakan adalah auksin,
giberellin, sitokinin (Tingwa dan Young,1975), dan poliamina (Purwoko et al.,
2002). Pada konsentrasi rendah (1 dan 10 μM), IAA dapat menghambat
pemasakan buah alpukat dan produksi etilen (Tingwa dan Young, 1975). IAA
dapat menghambat pemasakan buah pisang dengan cara menurunkan aktivitas

4
enzim β-amilase sehingga selama pemasakan buah pisang degradasi pati dapat
dihambat (Purgatto et al., 2001).

Penggunaan larutan IAA dengan cara perendaman dapat diatasi dengan cara
menambahkan IAA pada bahan pelapis. Salah satu bahan yang ditambahkan
sebagai pelapis adalah kitosan. Aplikasi kitosan 2,5% mampu meningkatkan
masa simpan jambu biji ‘Mutiara’ dan ‘Crystal’ 7—8 hari lebih lama
dibandingkan dengan kontrol Widodo et al. (2010a). Pelapisan kitosan 2,5%
efektif secara nyata mampu memperpanjang masa simpan buah pisang
‘Cavendish’ 2,12 dan 1,45 hari lebih lama dibandingkan dengan perlakuan asam
asetat 0,5% dan air (Komarudin, 2012).

Menurut Tingwa dan Young (1975), pemberian IAA dengan konsentrasi 1 µM
dapat memperpanjang masa simpan buah alpukat hingga 9 hari, pemberian auksin
(IAA) pada konsentrasi 10-5─10-2 M dapat menunda pemasakan buah pisang
(Vendrell, 1970). Pada penelitian ini digunakan IAA dengan konsentrasi 5 dan 10
µM yang ditambahkan pada pelapis kitosan 2,5%. Karena kulit buah jambu biji
‘Crystal’ tipis, maka penambahan IAA konsentrasi 5 μM pada pelapis kitosan
2,5% diduga mampu mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan
buah jambu biji ‘Crystal’.
Aplikasi IAA di dalam pelapis buah diharapkan dapat meningkatkan penyerapan
ZPT oleh buah, sehingga berpengaruh terhadap mutu dan masa simpan jambu biji
‘Crystal’. Banyak sedikitnya IAA yang ditambahkan ke pelapis kitosan akan
mempengaruhi proses pemasakan.

5
1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut.
1. Penambahan konsentrasi IAA pada pelapis kitosan dapat mempertahankan
mutu dan memperpanjang masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ lebih baik
jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
2. Penambahan IAA konsentrasi 5 μM pada pelapis kitosan merupakan
konsentrasi IAA terbaik dalam mempertahankan mutu dan memperpanjang
masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami janganlah
Egnkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan
kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah
kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.
(Q.S Al-Baqarah: 286)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu berharap.
(Q.S Al Insyiroh 94: 6-8)

Rasa syukur selalu ditujukan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

Kupersembahkan karyaku ini untuk ayahanda Nang Akib Effendie, ibunda
Rohani, kakanda Febranie Rio Thamma Hakim, Rezky Afryanto, A.Md., ayunda
Yunita Elfira,S.H., dan adinda Lea Novina dan Fredie Robbien, serta Almamater
tercinta.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 3 Maret
1988. Penulis adalah anak ke tiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Nang
Akib Effendie dan Ibu Rohani.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Langkapura, Tanjung
Karang Barat pada tahun 2001. Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan ke
sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTPN 9 Bandar Lampung dan lulus pada
tahun 2004. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di
SMAN 7 pada tahun 2007. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi
(PS) Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2007
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB); sejak tahun 2008 PS
Hortikultura bergabung dengan PS Agronomi, Jurusan Ilmu Tanah, dan Jurusan
Proteksi Tanaman menjadi Jurusan Agroteknologi.

Pada tahun 2007─2008, Penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas
Forum Studi Islam (UKMF FOSI) Fakultas Pertanian sebagai anggota bidang
Humas. Pada tahun 2008─2009, Penulis terdaftar sebagai anggota Persatuan
Mahasiswa Agroteknologi (PERMA-AET) Fakultas Pertanian. Penulis
melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Great Giant Pineapple, Kabupaten

vii
Lampung Tengah pada bulan Juli─Agustus 2010. Selama menjadi mahasiswa,
Penulis pernah menjadi asisten dosen pada praktikum mata kuliah Pembiakan
Vegetatif (AGT 318) dan Teknologi Panen dan Pascapanen (AGT 322) tahun
ajaran 2011/2012.

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi yang berjudul Pengaruh Penambahan Indole Acetic Acid (IAA) Pada
Pelapis Kitosan Terhadap Mutu dan Masa Simpan Buah Jambu Biji
‘Crystal’. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah
Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.

Ucapan terimakasih yang tulus Penulis sampaikan kepada pihak yang telah
membimbing dan membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini, yaitu
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Soesiladi Esti Widodo, M.Sc., selaku Pembimbing Utama
yang telah mendidik, memberikan banyak arahan dan saran, motivasi,
bimbingan serta fasilitas yang diberikan selama penelitian hingga penulisan
skripsi ini selesai;
2. Ibu Ir. Zulferiyenni, M.T.A., selaku anggota Komisi Pembimbing atas saran,
nasihat, motivasi, dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi ini;
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc., selaku Penguji atas saran dan
bimbingan yang telah diberikan;
4. Bapak Ir. Muhammad Syamsoel Hadi., M.Sc., selaku Pembimbing Akademik;

xi
5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;
6. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung;
7. Ayahanda (Nang Akib Effendie), ibunda (Rohani), kakanda (Febranie Rio
Thamma Hakim, Rezky Afryanto, A.Md., dan Yunita Elfira, S.H.), dan adinda
(Lea Novina, dan Fredie Robbien) atas doa, bantuan, kasih sayang, motivasi,
serta dukungan dalam semua hal kepada Penulis;
8. Sahabat seperjuangan selama penelitian dan penulisan skripsi: Dian Wahyu
Kusuma, Ayu Septika, S.P., Enggalih Melratri, S.P., dan Akhmad Komarudin,
S.P. atas kebersamaan, kerjasama, bantuan, saran, motivasi, dan dukungan
yang telah diberikan;
9. Teman-teman Hortikultura 2007 atas bantuan, dukungan, persahabatan, dan
kebersamaan selama ini;
10.

Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu atas bantuan
selama Penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

Semoga keberkahan dan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala selalu dilimpahkan
atas keikhlasan bantuan yang telah diberikan kepada Penulis. Semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 14 Januari 2013
Penulis
Icha Maretha

xii

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji

Buah jambu biji merupakan buah klimakterik, sehingga setelah dipanen masih
melangsungkan proses fisiologis dengan menghasilkan etilen dan karbon dioksida
dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses pemasakan buah.
Selama proses pemasakan buah jambu biji akan mengalami perubahan fisik dan
kimia. Perubahan fisik meliputi perubahan kadar air, tekstur, dan warna,
sedangkan perubahan kimia yang terjadi antara lain perubahan kandungan asam
dan gula.

Perubahan fisik akan terus terjadi selama proses pemasakan. Penurunan kadar air
disebabkan oleh adanya transpirasi dan respirasi. Respirasi mengubah senyawa
komplek (karbohidrat dan lemak) menjadi senyawa yang lebih sederhana (CO2
dan air) dan energi. Tekstur buah berubah akibat adanya perubahan tekanan
turgor sel. Pigmen klorofil pada kulit jambu biji secara berangsur-angsur
terdegradasi memunculkan pigmen kuning.

Tingkat kekerasan buah menurun akibat proses pemasakan. Pemasakan buah
mengubah komposisi dinding sel dan menurunnya tekanan turgor sel. Pektin yang
tidak dapat larut (protopektin) menurun jumlahnya karena diubah menjadi pektin
yang dapat larut. Jambu biji yang diiradiasi sinar gamma dosis 0,5 kilogray

7
memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi, sedangkan dengan dosis 0,1
kilogray memiliki tingkat kekerasan yang paling rendah (Wahyuni et al., 2009).

Selama pemasakan, kandungan asam askorbat buah jambu biji menurun.
Kandungan asam askorbat jambu biji lebih tinggi pada buah matang-hijau dan
matang optimum, daripada buah yang telah masak. Kandungan asam askorbat
pada jambu biji yang disimpan pada suhu 3—4 dan 7 °C tidak berbeda, demikian
pula kandungan asam askorbat jambu biji yang disimpan pada suhu 7, 11, dan
20°C tidak berbeda nyata (Ochoa dan Leon, 1990).

Widodo et al. (1996) menyatakan bahwa umumnya kandungan asam dalam buah
mengalami penurunan selama pemasakan. Penurunan tersebut bergantung pada
jenis asam organik, tipe jaringan, varietas, dan kondisi penyimpanan. Kandungan
asam jambu biji ‘Susu Putih ‘ pada 3 tingkat kematangan, yaitu matang, matang
optimal dan lewat matang meliputi 0.27%, 0.30%, dan 3.00%.
Asam bebas buah jambu biji ‘Taiwan’ pada penyimpanan 5, 20, dan 26 ± 2 oC
secara nyata tidak berbeda. Asam bebas pada suhu penyimpanan 5 oC selama 27
hari penyimpanan, yaitu antara 62,8-76,3. Asam bebas pada suhu penyimpanan
20, dan 26 ± 2 oC secara berturut-turut, yaitu 62,8-68,8 dan 62,8-76,8 selama
penyimpanan 10 hari (Agustin dan Osman, 1988).

Agustin dan Osman (1988) melaporkan bahwa fruktosa dan kandungan gula total
pada jambu biji ‘Taiwan’ meningkat secara signifikan selama penyimpanan pada
suhu 5 dan 20 °C. Rasio fruktosa dan glukosa meningkat pada 5, 20, dan 26 °C.

8
2.2 Kitosan
Kitosan merupakan bahan pelapis yang aman digunakan pada bahan makanan.
Kitosan dihasilkan dari proses deasetilasi senyawa kitin yang terdapat dalam
cangkang kulit golongan Crustaceae seperti udang, lobster, dan kepiting (Munoz
et al., 2008). Kitosan mudah terbiodegradasi dan tidak beracun (Pasaribu, 2004).

Pelapisan kitosan pada beberapa jenis buah dapat memperpanjang masa simpan.
Berdasarkan hasil penelitian Widodo et al. (2010a) pelapisan kitosan 2,5% pada
jambu biji ‘Mutiara’ dan ‘Crystal’ mampu memperpanjang masa simpan 7— 8
hari. Pelapisan kitosan pada buah pisang dengan konsentrasi 2,5% dapat
meminimalkan kerusakan buah dan kehilangan air serta memperpanjang masa
simpan buah (Herista, 2010). Pelapisan kitosan pada konsentrasi 1,5% pada buah
mangga memiliki masa simpan hingga 20 hari. Hal ini karena pelapisan kitosan
dapat menutup seluruh permukaan buah mangga dengan sempurna sehingga
mampu menghalangi O2 yang akan masuk ke dalam buah dan laju respirasi dapat
dihambat (Jayaputra dan Nurrachman, 2005).

Berdasarkan penelitian Harianingsih (2010), pelapisan kitosan 2,5% pada buah
stowberi mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Penelitian Nurrachman
(2004) pada buah apel (Malus sylvestris L.) menunjukkan bahwa pelapisan
dengan kitosan 1,5% cenderung dapat menghambat pelunakan buah.

9
Perlakuan kitosan dapat menunda pemasakan dan memperpanjang masa simpan
buah peach, pear jepang, dan buah kiwi, dengan cara menurunkan laju respirasi
dan menghambat perkembangan jamur (Du et al., 1997). Kitosan dapat
menghambat pertumbuhan jamur pascapanen dengan menghambat
perkecambahan spora (Yanti et al., 2009).

2.3 Indole Acetic Acid (IAA)

Indole Acetic Acid (IAA) merupakan ZPT dari golongan auksin yang memiliki
kemampuan sebagai inhibitor pemasakan buah. IAA dapat menghambat
pemasakan buah pisang dengan cara menurunkan aktivitas enzim β-amilase
sehingga degradasi pati dapat dihambat oleh IAA selama pemasakan buah pisang
(Purgatto et al., 2001).

Aplikasi IAA pada konsentrasi tinggi (100 µM dan 1000 µM) akan mempercepat
proses respirasi, mendorong produksi etilen dalam pemasakan buah, sedangkan
pemberian IAA pada konsentrasi rendah (1 µM dan 10 µM) dapat memperpanjang
masa simpan dan menunda pemasakan buah buah alpukat 2—3 hari lebih lama
pada suhu 20 °C (Tingwa dan Young, 1975). Pemberian IAA pada konsentrasi
10-5─10-2 M dengan cara perendaman selama 30 menit dapat menunda pemasakan
buah pisang (Vendrell, 1970), dan pemberian auksin juga dapat menunda
pemasakan pada buah anggur (Bottcher et al., 2011).

Berdasarkan penelitian (Aghofack-Nguemezi et al., 2008), aplikasi auksin (NAA
atau 2,4-D) dengan perendaman pada rentang konsentrasi 10-6─10-3 M dapat
menunda pemasakan buah pisang (Musa accuminata Colla). Pemberian larutan

10
2,4-D atau NAA pada konsentrasi ≤ 10-5 M adalah konsentrasi yang efektif untuk
memperlama masa simpan buah pisang (Musa accuminata Colla).

Menurut Frenkel dan Dyck, (1973) auksin dapat menghambat produksi etilen dan
menghambat pemasakan pada buah pir. Aplikasi auksin 1,0 mM memiliki
kemampuan menghambat pelunakan lebih lambat dibandingkan dengan aplikasi
0,01 mM dan 0,1 mM.