BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG IKEBANA
2.1 Sejarah Ikebana
Berbicara tentang Ikebana sama dengan membicarakan sejarah Ikenobo, karena Ikebana lahir bersamaan dengan lahirnya Ikenobo lebih dari 500 tahun yg lampau.
Ikebana berawal dari Kuil Rokkakudo yang dibangun oleh seorang Pangeran yang bernama Pangeran Shotoku didekat kolam tempat ia mandi. Kemudian dia
mempercayakan seorang pendeta untuk menjadi pimpinan kuil tersebut, sebagai pimpinan kuil Rokkakudo, rangkaian bunga dipakai sebagai persembahan untuk
Buddha setiap pagi dan malam. Untuk mengenang Pangeran Shotoku, maka ia mulai merangkai bunga
dipondok dekat kolam itu. Dia bernama Ono-no-Imoko yang menjadi pelopor Ikenobo. Ono-no-Imoko lahir dari seorang bangsawan yang menjadi pendeta
Buddha, pada permulaan abad ke-7. Ono-no-Imoko mempelajari seni merangkai bunga dari Cina sebagai pelengkap altar Buddha, selain dupa dan lilin. Ketiga elemen
itu disebut mitsugusoki. Wadah yang digunakan terbuat dari logam dan berbentuk tinggi dengan bunga asli yang mempunyai lebar bervariasi. Itulah sebabnya karya
seni ikebana menggambarkan kehidupan spiritual dan sikap mental dari si perangkainya. Ono-no-Imoko berhasil menurunkan Ikenobo dari generasi ke
generasi. Setelah berabad abad, pengikut Ikenobo makin dikenal sebagai ahli dalam seni merangkai Ikebana. Saat ini banyak sekali aliran Ikebana yang muncul yang
Universitas Sumatera Utara
semuanya berasal dari Ikenobo itu sendiri. Oleh sebab itu Ikebana Ikenobo sering disebut sebagai “the origin of Ikebana”.
Ada beberapa hal yang berbeda antara rangkaian Ikebana dengan rangkaian- rangkaian lain yang ada didunia ini antara lain :
1. Merangkai gaya Ikebana tidak sekedar menancapkan materi floral kedalam wadah, tetapi harus disertai kesadaran agar rangkaian itu dapat merefleksikan
keindahan alami materi floral itu,baik bunganya, daunnya juga ranting yang dipakai.
2. Rangkaian Ikebana tidak sekedar berfungsi sebagai dekorasi saja, tapi antar si perangkai dan mereka yang melihat rangkaian itu tercipta komunikasi atau lebih
tepat dikatakan rangkaian Ikebana seakan berbicara dengan orang yang menatapnya.
3. Rangkaian Ikebana sangat menekankan pada ‘space’ Dalam rangkaian Ikebana, perubahan waktu juga sering direfleksikan dalam
rangkaian misalnya penggunaan materi floral yang kuncup menggambarkan waktu yang akan datang, bunga yang sedang mekar sebagai gambaran masa kini dan daun-
daun yang agak menguning sebagai kejadian yang sudah lampau. Sejak sekitar pertengahan abad ke-15, Ikebana berubah statusnya dari yang
sebelumnya sebagai symbol keagamaan menjadi bentuk seni yang bebas. Dan sejak Di pertengahan zaman Edo hingga akhir zaman Edo, Ikebana yang dulunya hanya
bisa dinikmati kalangan bangsawan atau kaum samurai secara berangsur-angsur mulai disenangi rakyat kecil.
Universitas Sumatera Utara
Pada zaman itu, Ikebana gaya Shōka seika menjadi populer di kalangan
rakyat. Yang kemudian lambat laun sejalan dengan perjalanan waktu, tumbuh sekolah-sekolah Ikebana, terjadi perubahan style dan menjadi lebih sederhana untuk
semua lapisan masyarakat Jepang. Aliran Mishōryū, aliran Koryū, aliran Enshūryū dan aliran Senkeiryū
melahirkan banyak guru besar dan ahli Ikebana yang memiliki teknik tingkat tinggi yang kemudian memisahkan diri membentuk banyak aliran yang lain.
Ikebana mulai diperkenalkan ke Eropa pada akhir zaman Edo hingga masa awal era Meiji. Ketika itu minat orang Eropa terhadap kebudayaan Jepang mencapai
puncaknya. Ikebana dianggap mempengaruhi seni merangkai bunga Eropa yang mencontoh Ikebana dalam line arrangement.
Sejak zaman Edo lahir banyak sekali aliran yang merupakan pecahan dari aliran
Ikenobō. Pada bulan Maret 2005 tercatat 392 aliran Ikebana yang masuk ke dalam daftar Asosiasi Seni Ikebana Jepang. Namun yang paling terkenal saat ini
adalah
a.
Ikenobo
c. b.
Senkeiryū Sōgetsu
d. Ohararyū
e. Ryūseiha
f. Mishōryū
g. M ishōryū Sasaoka
Universitas Sumatera Utara
h. Saga Goryū
i. Yamamura Goryū
j. Yōshin Goryū
k. Kadōenshū
l. Nih onkoryū
2.2 Makna Ikebana Bagi Masyarakat Jepang