Return on Asset ROA

33 menunjukan presentase yang lebih besar dari standar yang telah ditentukan maka usaha dari koperasi tersebut selama periode tersebut berjalan baik. Tetapi sebaliknya apabila angka rasio yang dihasilkan lebih rendah dari standar yang telah ditentukan maka koperasi tersebut selama periode itu tidak dapat memanfaatkan modalnya dengan baik. Dalam perhitungan rentabilitas modal sendiri besar kecilnya rentabilitas dipengaruhi oleh modal dan SHU.

2. Return on Asset ROA

Hanafi 2007:84 mendifinisikan bahwa Return on Asset adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan tingkat asset tertentu. Rasio yang tinggi belum tentu menunjukan efisiensi manajemen asset. Menurut Riyanto 2001: 36, Return on Asset adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa Return on Asset adalah kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan hanya modal yang bekerja dalam perusahaan operating Asset, sedangkan laba yang diperhitungkan adalah laba yang berasal dari operasi perusahaan. Untuk menghitung rentabilitas ekonomi atau Return on Asset, dapat menggunakan rumus sebagai berikut: 34 Return on Asset = Laba Usaha X 100 Total Aktiva Riyanto, 2001:36 Faktor-faktor yang mempengaruhi Return on Asset: Menurut Riyanto 2001:36, tinggi rendahnya Return on Asset ditentukan oleh: 1. Profit Margin. Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales yang dinyatakan dalam persentase. Profit margin digunakan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha yang dapat dicapai oleh perusahaan dalam hubungan dengan sales. Besar kecilnya profit margin pada setiap penjualan ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha. Besar kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung pada pendapatan dari penjualan dan besarnya biaya usaha. 2. Asset Turn Over Tingkat perputaran aktiva usaha Asset Turn O ver adalah kecepatan berputarnya operating asset dalam suatu periode. ATO dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating asset dalam periode tertentu. Baswir 2000:172, mendifinisikan bahwa Asset Turn Over adalah keseimbangan antara kebutuhan dana dan penggunaannya untuk 35 menjamin dapat dijalankannya berbagai kegiatan koperasi dengan lancar tanpa menimbulkan masalah keuangan yang akan menempatkan koperasi pada posisi yang sehat dari segi rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio solvabilitas yang nantinya berdampak pada rasio rentabilitas. Selain itu Mutis 1992:51 menyatakan bahwa didalam koperasi produktivitas asset secara luas ditunjukan oleh partisipasi anggotanya. ROA yang tinggi akan menunjukan kinerja perusahaan bahwa : a. Perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan lain karena adannya modal usaha atau aktiva usaha mampu menghasilkan laba yang tinggi. b. Dengan ROA yang tinggi akan dapat menaikkan nilai perusahaan . c. Sedangkan dengan ROA yang rendah dapat menunjukan: d. Adannya over investment dalam aktiva yang digunakan untuk operasi dalam hubungannya dengan volume penjualan yang diperoleh dengan aktiva usaha atau modal usaha tersebut. e. Merupakan cermin rendahnya volume penjualan dibandingkan dengan ongkos-ongkos yang diperlukan. f. Adannya in efisiensi pada pembelian. g. Adannya kegiatan ekonomi yang menurun. 3. Current Ratio. Merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar Munawir, 2003:49. Current ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, dengan asumsi bahwa semua aktiva lancar dikonversikan ke dalam kas Muslich, 36 2003:49. Selain sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, rasio ini juga merupakan petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya apabila memberikan kredit berjangka pendek dapat merasa aman atau tidak. Namun demikian selalu ada kemungkinan bahwa suatu perusahaan yang mempunyai angka rasio yang tinggi, ternyata tidak mampu membayar utang lancarnya dikarenakan distribusi yang kurang baik dari aktiva lancar relatif terhadap kewajiban lancar. Ketepatan rasio lancar tergantung beberapa faktor antara lain: a. Syarat kredit yang diterima dari pemasok dibandingkan dengan syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan pada para pembeli. b. Waktu yang diperlukan menagih piutang. c. Perputaran persediaan. d. Ciri-ciri program keuangan perusahaan. e. Musim tahun yang bersangkutan. f. Lamanya siklus modal kerja. g. Apakah perusahaan itu sedang diperbesar atau diperkecil. Suatu rasio lancar yang tinggi menunjukan beberapa hal antara lain: a. Suatu kelebihan kas atau aktiva yang sejenis dengan kas dibandingkan dengan kebutuhan lancarnya perusahaan. b. Suatu bagian aktiva yang lebih banyak yang likuiditasnya rendah. 37 Makin tinggi rasio lancar maka makin baiklah posisi para kreditor oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa hutang perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya. Pada umumnya rasio ini yang rendah lebih banyak mengandung resiko , akan tetapi rasio yang rendah malahan menunjukan pemimpin perusahaan menggunakan aktiva lancar dengan efektif. Apabila current ratio digunakan sebagai alat untuk mengukur likuiditas maka tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan jalan: a. Dengan hutang lancar diusahakan untuk menambah aktiva lancar. b. Dengan aktiva lancar diusahakan untuk mengurangi jumlah hutang lancar. c. Dengan mengurangi aktiva lancar dan hutang lancar Riyanto, 2001:28. Current Ratio = Aktiva Lancar X 100 Hutang Lancar Rangkuti, 2006:71 Yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Current ratio ini menunjukan tingkat keamanan margin of safety kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tingkat current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dibayarnya hutang perusahaan yang telah 38 jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan. 4. Total Hutang terhadap Aset Merupakan rasio yang paling menyeluh proporsi total hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap total aktiva. Rasio ini dari uang orang lain dibandingkan dengan total klaim terhadap aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka makin besar resiko bagi pemberi pinjaman. Hutang terhadap Aktiva = Total Hutang X 100 Total Aktiva

2.2.7.4 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) UNIVERSITAS JEMBER

1 31 90

ANALISIS KINERJA KOPERASI ASPEK PARTISIPASI EKONOMI ANGGOTA PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) KABUPATEN REMBANG

1 26 104

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Koperasi Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Di Kabupaten Sragen.

0 1 13

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Koperasi Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Di Kabupaten Sragen.

0 1 10

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) KPP KARANGANOM KABUPATEN KLATEN.

0 1 7

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA “SUKA” DI KECAMATAN GENENG ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA “SUKA” DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI TAHUN 2007-2009.

0 0 13

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DI KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 13

(ABSTRAK) ANALISIS KINERJA KOPERASI ASPEK PARTISIPASI EKONOMI ANGGOTA PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) KABUPATEN REMBANG.

0 0 2

(ABSTRAK) ANALISIS KINERJA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA PADA ASPEK PRODUKTIVITAS DI KABUPATEN KUDUS.

0 0 2

Analisis Pengukuran Kinerja Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kabupaten Blora).

0 3 138