Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika SNAPTIKA 2015, Palembang 16 Mei 2015 5
3.4 Guru Melankolis
Kebutuhan emosional guru melankolis adalah ketertiban dan kepekaan. Selain menginginkan kesempurnaan dalam kehidupan profesional, mereka juga memerlukan kehidupan pribadi yang tertib.
Mereka akan menghargai orang lain yang peka terhadap kebutuhan mereka. Sebagai pengajar, mereka suka mengorganisasi dengan baik, peka terhadap perasaan peserta didiknya, mempunyai
kreativitas yang mendalam, dan menginginkan unjuk kerja yang bermutu. Karenanya, dalam praktik pembelajaran, secara tegas mereka ingin berada pada garis yang benar.
3.5 Prilaku Terbaik Sang Guru
Prilaku sebagai talenta terbaik bagi pengajaran adalah hasil perpaduan keempat prilaku di atas. Bagaimana cara memadukannya? Sesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas yang sedang
menjadi sasaran pembelajaran.
Prilaku Sanguinis, terbaik digunakan untuk menciptakan keakraban, memecahkan kebekuan
kelas, menjadikan pembelajaran lebi
fun
dan lebih menyenangkan.
Prilaku Koleris,
terbaik digunakan untuk mengendalikan kelas dari “anak-anak bermasalah”, mengendalikan sang
trouble maker
, dan menciptakan kelas lebih produktif.
Prilaku Phlegmatis, terbaik digunakan untuk mendengarkan keluhan-keluhan atau masalah-
masalah dan menjaga kedamaian kelas.
Prilaku Melankolis, terbaik digunakan untuk mendetilkan pengajaran, berfikir sistematis,
dan kemauan kuat untuk memastikanbhw pengajaran sudah mampu dipahamioleh siswa. Masing-masing guru telah memiliki keempat prilaku tersebut, perbedaannya hanya pada
dominasi dan inferiornya. Bagi guru yang didominasi sanguinis, perlu melatih prilaku koleris, phlegmatis dan melankolis. Guru yang didominasi koleris, harus melatih prilaku sanguinis,
phlegmatis dan melankolis. Demikian juga untuk prilaku yang lain, bahkanmungkin juga ada guru yang didominasi dua prilaku sehingga hanya tinggal melatih kedua prilaki yang lain.
4. TIPE GAYA BELAJAR
Sebagai guru yang profesional yang mempunyai kompetensi pedagogik maka guru harus mengetahui latar belakang siswanya termasuk gaya belajar siswa-siswanya. Ada tiga gaya belajar
manusia yaitu modalitas audio, visual dan kinestetik. Dalam kenyataannya setiap manusia memiliki potensi ketiga gaya belajar itu, hanya biasanya ada satu gaya belajar yang mendominasinya. Sebagai
guru akan lebih memudahkan pembelajaran yang dilakukan bila dapat menyesuaikan pengajaran dengan modalitas-modalitas tersebut secara harfiah berbicara dengan bahasa yang sama dengan otak
peserta didik kita.
4.1 Gaya Belajar Visual
Modalitas ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun yang diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental, dan gambar, menonjol dalam modalitas ini. Seseorang yang sangat visual
mungkin bercirikan hal berikut: Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan
Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca dari pada dibacakan Membutuhkan gambaran, dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail, mengingat apa yang
dilihat Nada bicara tinggi dan sering berbicara dengan cepat