Bahan Pesanitasi Uraian Materi Lembar Informasi

34 keju, kasein, ikan, daging poultry Mineral: bayam, air keras, dairy products Acid detergent

e. Bahan Pesanitasi

1 Uap Uap untuk tujuan sanitasi dapat diterapkan dengan menggunakan uap mengalir pada suhu 170°F 76.7°C selama 15 menit atau 200°F 93.3°C selama 5 menit. Sanitasi dengan uap tidak efektif dan mahal. Penggunaan uap ini untuk permukaan yang terkontaminasi berat dapat Setelah anda membaca materi di atas dan mengamati apa yang ada disekeliling anda, lakukan kegiatan berikut : 1. Buatlah ringkasan dari materi di atas 2. Buatlah pertanyaan yang berkaitan dengan Sanitasi Sarana dan Prasarana Industri Pengolahan Hasil Pertanian dan Perikanan Contoh pertanyaan seperti berikut : 1. Apakah sama cara melakukan sanitasi antara sarana prasarana industri pengolahan hasil pertanian dan industri hasil pengolahan 2. Lanjutkan dengan pertanyaan anda sendiri 3. ... 1. Apa saja yang digunakan sebagai sumber Pesanitasi? Di unduh dari : Bukupaket.com 35 menyebabkan terbentuknya gumpalan yang keras pada residu bahan organik dan menghambat penetrasi panas yang mematikan mikroba. Sumber : www.foodsafetymagazine.com 252Fmagazine- archive1252 Faprilmay- 2005252Fbasic-elements-of- effective-food-plant-cleaning- and-sanitizing252F3 B2503B245 Gambar 9. Proses Sanitasi dengan Uap 2 Air Panas Perendaman alat-alat kecil pisau, bagian-bagian kecil, perangkat makan, dan wadah-wadah kecil dalam air yang dipanaskan hingga 80°C atau lebih tinggi merupakan cara lain untuk sterilisasi panas. Efek yang mematikan oleh panas ini diduga disebabkan karena denaturasi beberapa molekul protein di dalam sel. Akan tetapi penuangan air panas ke dalam wadah bukan merupakan metode sterilisasi yang dapat diandalkan, karena dengan cara ini suhu tinggi tiak dapat dipertahankan untuk menjamin sterilisasi yang cukup. Air panas dapat merupakan cara yang efektif, non selektif untuk permukaan yang akan bersentuhan dengan makanan. Akan tetapi spora-spora mikroba dapat tetap hidup selama lebih dari 1 jam pada suhu air mendidih. Cara sterilisasi sering digunakan untuk plate heat exchanger dan peralatan makan yang digunakan dalam fasilitas pelayanan makanan food service. Udara panas juga dapat digunakan untuk sanitasi dengan suhu 82.2°C selama 20 menit. Di unduh dari : Bukupaket.com 36 Suhu air yang digunakan akan menentukan waktu kontak yang dibutuhkan untuk menjamin sterilisasi. Salah satu contoh hubungan suhu – waktu adalah kombinasi yang diterapkan oleh berbagai pabrik yang menggunakan waktu 15 menit pada suhu 85°C atau 20 menit pada suhu 80°C. Bila waktu dikurangi lebih lanjut, dibutuhkan suhu yang lebih tinggi. Volume air dan kecepatan alirannya akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan oleh setiap komponen untuk mencapai suhu yang diinginkan. Bila kesadahan air melebihi 60 mgl, akan timbul karat pada permukaan yang disanitasi, apabila air tidak dilunakkan. Air panas menguntungkan karena mudah tersedia dan tidak beracun. Sanitasi dapat dilengkapi dengan pompa air atau peralatannya direndam dalam air. Sumber : www.sustainablebrands. com252Fnews_and_views25 2Fgreen_chemistry252Fdow- unveils-ozone-based-solution- safe-sanitation-food-and- beverage-pr3B6353B300 Sumber : www.sustainablebrands.com25 2Fsites252Fdefault252Ffiles 252Fimagecache252F635x30 0252Farticle_images Gambar 10. Proses sanitasi dengan air 3 Sanitasi Radiasi Radiasi pada panjang gelombang 2500A dalam bentuk sinar ultra violet atau katode energi tinggi atau sinar gama akan menghancurkan mikroorganisme. Sinar ultra violet telah digunakan dalam bentuk lampu uap merkuri bertekanan rendah untuk menghancurkan Di unduh dari : Bukupaket.com 37 mikroorganisme di rumah sakit, di rumah dan untuk aplikasi lain yang serupa. Akan tetapi cara ini mempunyai kelemahan dalam pemanfaatannya untuk pabrik makanan dan fasilitas pelayanan makanan, adalah hal total efektivitas. Kisaran mematikan mikroorganisme yang efektif dari sinar ultra violet ini pendek, sehingga membatasi penggunaanya dalam pengolahan pangan. Waktu kontak yang digunakan harus lebih dari 2 menit dan hanya mampu menghancurkan mikroba yang terkena sinar langsung. Aplikasi utama dari cara sterilisasi ini adalah di bidang pengkemasan. Gambar 11. Alat Radiasi Sumber : http:rgffoodsanitation.com photohydroionization-as- an-anti-microbial-2 Gambar 12. Karkas yang di radiasi Sumber : http:rgffoodsanitation.com wp- contentuploads201303C ARCAS1.jpg Gambar 13. Celery yang diradiasi Sumber : mhttp:rgffoodsanitation.co mwp- contentuploads201303C ELERY1.jpg Di unduh dari : Bukupaket.com 38 4 Sanitasi Kimia Berbagai sanitaiser kimia tersedia untuk digunakan dalam pengolahan dan pelayanan makanan. Sanitaiser kimia bervariasi dalam komposisi kimia dan aktivitas, tergantung pada kondisi. Pada umumnya, makin pekat suatu sanitaiser, kerjanya makin efektif dan makin cepat. Untuk memilih sanitaiser yang paling sesuai untuk suatu aplikasi yang spesifik, maka perlu dimengerti sifat-sifat dari suatu sanitaiser kimia. Oleh karena sanitaiser kimia tidak mampu berpenetrasi, maka mikroorganisme yang terdapat dalam retakan-retakan, celah-celah, lubang-lubang, dan dalam cemaran mineral tidak dapat dihancurkan seluruhannya. Agar sanitaiser yang dicampurkan dengan bahan pembersih bekerja secara efektif, maka suhu larutan pembersih harus 55°C atau lebih rendah dan cemaran yang ditimbulkan yang ada hanya ringan. Efektivitas suatu sanitaiser kimia dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik dan kimia seperti yang dijelaskan berikut ini : Sumber : www.foodsafetymagazine.com.Fmaga zine-archive1252Ffebruary march- 2005252Ffood-safety-insider- sanitation-solutions252 Fwhen-it- comes-to-sanitation-training-makes- the-difference3B350 Sumber : www.foodsafetymagazine.com2F magazine-archive1252Ffebruary march-2005252Ffood-safety- insider-sanitation-solutions252F when-it-comes-to-sanitation- training-makes-the- ifference252F3B3503B350 Gambar 14. Proses Sanitasi dengan bahan kimia Di unduh dari : Bukupaket.com 39 a Waktu kontak Telah diketahui dari penelitian terdahulu bahwa kematian populasi mikroorganime mengikuti suatu pola logaritmik, menunjukkan bahwa bila 90 persen dari populasi dibunuh dalam satu satuan waktu berikutnya, meninggalkan hanya 1 persen dari jumlah awal. Populasi mikroba dan populasi sel mempunyai kepekaan yang bervariasi terhadap sanitaiser, yang disebabkan oleh umur sel, pembentukan spora, faktor-faktor fisiologis lain yang menentukan waktu yang dibutuhkan untuk sanitaiser agar efektif. Waktu kontak minimum 2 menit untuk peralatan dan perlengkapan, kemudian ada waktu selang 1 menit setelah kontak tersebut, sebelum alat digunakan. b Suhu Laju pertumbuhan mikroflora dan laju kematian disebabkan oleh bahan kimia akan meningkat dengan naiknya suhu. Akan tetapi suhu yang lebih tinggi, umumnya akan menurunkan tegangan permukaan, meningkatkan pH, menurunkan viskositas, dan menimbulkan perubahan-perubahan lain yang dapat memperkuat daya bakterisidalnya. Pada umumnya kecepatan sanitasi akan sangat melebihi laju pertumbuhan bakteri, sehingga efek terakhir dari peningkatan suhu adalah untuk meningkatkan kecepatan destruksi bakteri. Suhu optimum praktis untuk sanitasi adalah 70 - 100°F 21.1 - 37.8°C. Kenaikan suhu 18°C umumnya akan mengubah efektivitas dua kali lipat. Yodium bersifat mudah menguap dan hilang dengan cepat pada suhu di atas 120°F 48.9°C atau khlorin menjadi sangat Di unduh dari : Bukupaket.com 40 korosif pada suhu lebih dari 120°F. Beberapa sanitaiser tidak efektif pada suhu 40°F 4.4°C atau di bawahnya. c Konsentrasi Peningkatan konsentrasi sanitaiser akan meningkatkan kecepatan destruksi bakteri. Rekomendasi perusahaan umumnya adalah 50 persen margin of safety. Larutan sanitaiser harus diperiksa secara rutin dan diganti bila menjadi terlalu lemah dan biasanya disediakan test kits oleh perusahaan. Untuk beberapa sanitaiser warna dan bau dari larutan dapat merupakan indikasi kekuatan. d pH Merupakan faktor kunci dalam efisiensi sanitaiser. Perubahan pH yang kecil saja sudah dapat mengubah aktivitas antimikroba dari sanitaiser. Senyawa-senyawa khlorin dan yodium umumnya menurunkan efektivitasnya dengan kenaikan pH. Khlorin akan kehilangan efektivitas dengan cepat pada pH lebih dari 10, sedangkan Yodium pada pH lebih dari 5.0. Pada umumnya makin tinggi pH, sanitaiser makin kurang efektif, kecuali quat quaternary ammonium compounds paling efektif pada pH agak basa pH 7 - 9. e Kebersihan alat Alat harus benar-benar bersih agar diperoleh kontak yang baik antara sanitaiser dengan permukaan alat. Di samping itu senyawa hipoklorit, senyawa khlorin lain, senyawa yodium, dan sanitaiser lain dapat bereaksi dengan bahan organik dari cemaran yang belum dihilangkan dari peralatan dan menurunkan efektivitasnya. Di unduh dari : Bukupaket.com 41 f Kesadahan air Bila air terlalu sadah lebih dari 200 ppm kalsium, jangan menggunakan senyawa quat kecuali bila digunakan juga senyawa sequestering atau chelating. Pencampuran senyawa quat mampu mengimbangi kesadahan hingga 500 ppm. Bila tidak ada senyawa sequestering, air sadah akan membentuk lapisan pada permukaan alat. Sanitaiser dengan efektivitas optimum pada pH rendah 2 - 3 seperti iodophores, juga kurang efektif pada air sadah karena pH air akan naik. Efektivitas bakterisidal dari hipoklorit tidak dipengaruhi oleh air sadah, tetapi dalam air yang sangat sadah 500 ppm dapat terbentuk endapan. g Incompatible agents Kontaminasi khlorin atau yodium dengan deterjen alkali akan menurunkan efektivitas dengan cepat, karena pH akan naik. Kontaminasi senyawa quart dengan senyawa-senyawa asam misal deterjen anionik dan beberapa fosfat, menyebabkan quart tidak efektif. Sifat-Sifat Sanitaiser Sanitaiser yang ideal harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 1 Sifat-sifat destruksi mikroba Sanitaiser yang efektif harus :  Mempunyai aktifitas yang seragam, spektrum luas terhadap sel-sel vegetatif dari bakteri, kapang dan kamir.  Menghasilkan kematian yang cepat 2 Ketahanan terhadap lingkungan Suatu sanitaiser yang ideal harus efektif dengan adanya : Di unduh dari : Bukupaket.com 42  Bahan organik beban cemaran  Residu deterjen dan sabun  Kesadahan air dan pH 3 Sifat-sifat membersihkan yang baik 4 Tidak beracun dan tidak menyebabkan iritasi 5 Larut dalam air dengan berbagai perbandingan 6 Bau dapat diterima atau tidak berbau 7 Stabil dalam larutan pekat dan encer 8 Mudah digunakan 9 Banyak tersedia 10 Murah 11 Mudah diukur dalam larutan yang telah digunakan h Sanitaiser Kimia Meskipun panas dan sinar UV sangat efektif untuk proses sanitasi, hingga kini industri makanan masih sangat bergantung pada desinfektan kimiawi. Desinfektan tersebut akan membasmi sebagian besar mikroba, meskipun tidak 100. Yang penting adalah karyawan wajib mempertimbangkan bahwa spora mikroba bisa bertahan terhadap desinfektan. Jadi permukaan yang sudah diberi desinfektan adalah tidak seteril. Sesudah sanitasi, jumlah mikroba berkurang banyak, tapi tidak steril, karena steril berarti tidak ada mikroba. Dalam peraturan GMP mempersyaratkan penggunaan zat kimia yang cukup dalam dosis yang dianggap aman. Sangat penting untuk mengikuti petunjuk penggunaannya dari pabrik pembuatnya. Efektivitas dari desinfektan tergantung pada jenis dan konsentrasinya, lama kontak, suhu dan pH. Sangat tidak berguna untuk melakukan desinfeksi suatu permukaan alat yang kotor, karena desinfektan menjadi tidak efektif. Desinfektan yang lazim Di unduh dari : Bukupaket.com 43 digunakan adalah klorin, jod dan amonium quarterner. Desinfektan tersebut biasanya dilarutkan dalam air. Sanitaiser kimia umumnya dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia yang mematikan mikroorganime yaitu 1 senyawa-senyawa pelepas khlorin, 2 quaternary ammonium compounds, 3 iodophor dan 4 senyawa amfoterik. 1 Senyawa Khlorin Disinfektan ini bekerja cepat terhadap sejumlah mikroorganisme dan harganya relatif murah. Sangat cocok sebagai disinfektan umum di tempat usaha makanan. Harus digunakan pada konsentrasi 100-250 mg klorinliter. Senayawa ini paling cocok digunakan pada unit pengolahan dan pengangkutan makanan. Bisa diperoleh dalam bentuk larutan hipoklorit yang mengandung 100.00 - 120.000 mg klorinliter atau dicampur dengan detergen dalam bentuk kristal yang telah diklorinasi. Golongan disinfektan ini bersifat korosif terhadap bahan logam dan juga bersifat sebagai pemutih. Oleh karena itu, pembilasan perlu segera dilakukan setelah cukup waktu kontak. Disinfektan klorin kecuali klorin dioksida dayanya akan hilang apabila ada kotoran organik. Hipokhlorit adalah sanitaiser yang paling banyak digunakan dalam industri makanan, tetapi ada sejumlah senyawa khlorin lain yang juga digunakan dalam jumlah terbatas. Senyawa- senyawa tersebut di antaranya adalah Cl 2 dan trisodium fosfat, terkhlorinasi, seperti juga khloramin organik, turunan asam isosianurik dan diklorodimetilhidantoin. Di unduh dari : Bukupaket.com 44 Senyawa-senyawa khlorin yang berfungsi sebagai sanitaiser dapat dikelompokkan menjadi 1 khlorin cair, 2 hipokhlorit, 3 khloramin anorganik, dan 4 khloramin organik dan khlorin dioksida. Sifat-sifat khlorin sedemikian rupa, di mana bila khlorin cair Cl 2 dan hipoklorit dicampur dengan air, mereka akan terhidrolisa membentuk ion hidrogen H+ dan ion hipoklorit OCl- sesuai dengan reaksi di bawah ini. Bila natrium bergabung dengan hipoklorit untuk membentuk natrium hipoklorit, reaksi berikut ini akan berlangsung. Bila pH naik, ion hipoklorit, yang tidak efektif sebagai bakterisida, akan terdapat dalam jumlah lebih banyak. Senyawa- senyawa khlorin lebih efektif sebagai senyawa anti mikroba pada pH yang lebih rendah di mana adanya asam hipoklorit lebih dominan. Oleh karena itu molekul dalam bentuk utuh nampaknya merupakan senyawa akif. Senyawa-senyawa penghasil khlorin yang terdapat dalam bentuk bubuk sering kali diduga lebih stabil daripada bentuk cairnya. Akan tetapi, bubuk akan menyerap air lebih cepat, sehingga menjadikannya tidak stabil, dan oleh karena itu dibutuhkan desifektan untuk menjaga stabilitasnya. Cl 2 + H 2 O HOCl + H + + Cl - NaOCl + H 2 O NaOH + HOCl HOCl H + + OCl - Di unduh dari : Bukupaket.com 45 2 Hipoklorit Sanitaiser Hipoklorit adalah senyawa khlorin yang paling aktif, dan juga paling banyak digunakan. Kalsium hipoklorit dan natrium hipoklorit adalah senyawa-senyawa hipoklorit yang utama. Sanitaiser ini efektif dalam menginaktifkan sel-sel mikroba dalam suspensi air dan membutuhkan waktu kontak kira-kira 1.5-100 detik. Reduksi populasi sel sebanyak 90 persen untuk sebagian besar mikroorganisme dapat dicapai dalam waktu kurang dari 10 detik dengan kadar khlorin bebas FAC = free available chlorine yang relatif rendah. Spora-spora bakteri lebih tahan dari pada sel-sel vegetatif tehadap hipoklorit. Waktu yang dubutuhkan untuk mereduksi populasi sel sebanyak 90 persen, menurut Odlaug 1981, dapat berkisar dari kira-kira 7 detik hingga lebih dari 20 menit. Konsentrasi FAC yang dibutuhkan untuk inaktifasi spora-spora bakteri kira-kira 10- 1000 kali 1000 ppm dibandingkan dengan 0.6-13 ppm leih tinggi daripada yang dibutuhkan untuk sel-sel vegetatif. Spora- spora Clostridium kurang tahan terhadap aplikasi sanitaiser di mana konsentrasi asam hipoklorit rendah dan waktu kontak singkat, maka efek terhadap spora bakteri juga terbatas. Kalsium hipoklorit dan natrium hipoklorit, dan trisodium phosphat terkhlorinasi CTP = chlorinated tridodium phosphate dapat digunakan sebagai setelah permbersihan. Hipoklorit juga dapat ditambahkan pada larutan senyawa pembersih untuk memberikan suatu kombinasi pembersih-sanitaiser. Senyawa- senyawa pelepas khlorin organik, seperti natrium dikloroisosianurat dan diklorodimetil hidantoin, dapat diformulasi dengan senyawa senyawa pembersih deterjen. Di unduh dari : Bukupaket.com 46 Larutan-larutan khlorin aktif merupakan suatu sanitaiser yang sangat aktif terutama sebagai khlorin bebas dan dalam larutan sedikit asam. Senyawa-senyawa ini nampaknya bekerja dengan mendenaturasi protein dan menginaktifkan enzim. Sanitaiser khlorin efektif terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dan terhadap beberapa virus dan spora-spora tertentu. Akan tetapi khlorin dari hipoklorit dan senyawa pelepas khlorin lainnya bereaksi dan diinaktifkan oleh bahan organik yang tersisa. Akan tetapi, bila digunakan volume larutan khlorin yang direkomendasikan dan konsentrasi yang cukup, efek sanitasi tetap dapat dicapai. Hanya larutan segar sebaiknya digunakan karena penyimpanan larutan bekas dapat menyebabkan turunnya kekuatan dan aktivitas sanitaiser. Konsentrasi khlorin aktif dapat diukur untuk menjamin aplikasi dan konsentrasi yang diinginkan. Asam hipoklorit HOCl sendiri tidak stabil tetapi banyak garam- garamnya lebih stabil. Dalam larutan, garam-garam ini berdisosiasi untuk membentuk OCl - yang bertanggung jawab untuk sifat-sifat bakterisidal dari hipoklorit. Garam yang paling banyak digunakan adalah NaOCl yang tersedia dalam bentuk komersial sebagai cairan pekat mengandung 10-14 khlorin. Bila cairanlarutan pekat ini diencerkan dengan air suling 1:1atau 1:9 maka kdar khlorin available chlorine akan turun lebih lambat selama penyimpanan Hoffman et al 1981. Yang juga banyak digunakan adalah CaOCl 2 yang terdapat dalam bubuk dan mengandung 30 available chlorine. Dalam bentuk yang lebih encer larutan-larutan NaOCl banyak digunakan dalam industri pangan sebagai desinfektan umum dalam sistem CIP; larutan harus dipersiapkan segara dan ditangani hati-hati karena Di unduh dari : Bukupaket.com 47 sifatnya yang dapat mengiritasi kulit. Dalam formulasi komersial kadang-kadang ditambahkan surfaktan dan stabilizer, untuk membantu kemampuan membasahkan dan penetrasi; dan untuk memperbaiki aktivitas selama penyimpanan. Larutan-larutan hipoklorit harus selalu disimpan dalam wadah gelap atau dalam wadah yang opak; stabilitas juga akan meningkat bila digunakan suhu dingin. Larutan akan lebih stabil di atas pH 9.5 sedangkan aktivitas germisidal maksimal di antara pH 4 dan pH 5; pada pH 5 efek korosi juga maksimal. Oleh karena masalah korosi, larutan pH 10-11 digunakan dan suhu operasi dipertahankan relatif rendah karena pada suhu lebih tinggi akan terjadi korosi dan hilangnya stabilitas desinfektan. Konsentrasi penggunaan bervariasi antara 50 dan 200 ppm available chlorine dan waktu kontak antara 3 dan 30 menit; perlu diingat bahwa dalam setiap keadaan spesifik, konsentrasi minimum dan waktu yang dibutuhkan untuk mematikan mikroorganisme harus digunakan dengan tujuan untuk menghindarkan kemungkinan korosi permukaan- permukaan yang peka. 3 Gas khlorin Gas khlorin umum digunakan untuk desinfeksi suplai uap air tetapi juga dapat digunakan dalam industri pangan. Gas khlorin ini harus diberikan dalam suplai air dengan kecepatan yang konstan melalui suatu alat yaitu khlorinator. Pemberian khlorin perlu dilakukan di atas break point titik balik air; yaitu pada tingkat di mana kebutuhan khlorin dari air chlorin demand, suatu faktor pengubah, yang terutama tergantung pada jumlah padatan tersuspensi dan bahan organik; telah terpenuhi. Di unduh dari : Bukupaket.com 48 Khloramin dibentuk bila senyawa-senyawa penghasil amonia terdapat dalam air dan pada dosis khlorin yang lebih tinggi akan teroksidasi. Setelah ini, barulah break point dicapai sehingg selanjutnya setiap penambahan khlorin akan menghasilkan suatu residu dari khlorin bebas. Residu khlorin di antara konsentrasi 1 dan 5 ppm cocok untuk sistem khlorinasi pabrik yang kontinyu seperti sprays dan belts ban berjalan dan elevator; konsentrasi yang lebih tinggi 10-20 ppm mungkin dibutuhkan untuk akhir desinfeksi atau untuk air pendingin kaleng. 4 Trisodium phosphat Terklorinasi CTSP CTSP atau 4Na 3 PO 4 .11H 2 ONaOCl memberikan larutan hipoklorit buffer bila dilarutkan dalam air. Senyawa yang relatif mahal ini seing dicampur dalam formula bubuk. Kadar khlorin bebas rendah 4 dan agak inaktif bila ada bahan organik. Senyawa-senyawa penghasil bromin misalnya natriumbromida dapat ditambahkan untuk menambah aktifitas bakterisidal. 5 Kloramin Kloramin anorganik adalah senyawa yang dibentuk dari reaksi Worin dengan amonia nitrogen, sedangkan kloramin organik dibentuk melalui reaksi asam hipoklorit dengan amin, amida, imina atau imida. Ketidakefektifan relatif dari kloramin T dibandingkan natrium hipoklorit terlihat pada tabel 10. Spora-spora bakteri dan sel-sel vegetatif lebih tahan terhadap kloramin daripada hipoklorit. Kloramin T melepaskan khlorin Di unduh dari : Bukupaket.com 49 lebih lambat, sehingga efek mematikannya lambat bila dibandingkan hipoklorit. Senyawa- senyawa kloramin lain mempunyai efektivitas yang sama atau lebih efektif dibandingkan hipoklorit dalam menginaktifkan mikroorganisme. Natrium dikloroisosiamerat lebih aktif daripada natrium hipoklorit terhadap E. coli. 6 Klorin dioksida ClO 2 Klorin dioksida diketahui mempunyai daya mengoksidasi 2.5 kali klorin. Senyawa ini tidak seefektif klorin pada pH 6.5, tetapi pada pH 8.5 ClO2 adalah yang paling efektif. Sifat ini menunjukkan bahwa ClO 2 kurang dipengaruhi oleh kondisi alkali dan bahan organik, oleh karena itu cocok untuk penanganan air buangan. Tabel 2. Natrium Hipoklorit dan Kloramin T sebagai senyawa bakterisidal. Organisme Bentuk kimia pH ppm Waktu menit Reduksi C.perfringens Kloramin 9a 200 240 37 NaOCl 9 0.5 120 50 C.bifermentans Kloramin 9a 200 120 22 NaOCl 9 0.5 120 99.8 B.metiens Kloramin 6b 1000 900 99 NaOCl 6 25 2.5 99 E.coli Kloramin 6.4b 2.4 10 90 NaOCl 7.5 .6 99.99 S.faecalis Kloramin 6.4b 2.4 10 90 NaOCl 7.5 .6 .5 99.99 a Suhu uji, 10 o C b Suhu uji, 20-25 o C Bila senyawa-senyawa khlorin digunakan dalam larutan atau pada permukaan di mana khlorin dapat bereaksi dengan sel, maka sanitaiser ini bersifat bakterisidal dan sporisidal. Sel-sel Di unduh dari : Bukupaket.com 50 vegetatif lebih mudah dihancurkan daripada spora-spora Clostridium, yang lebih mudah dimatikan daripada spora-spora Bacillus. Efek mematikan dari kebanyakan senyawa khlorin akan meningkat dengan naiknya available klorin bebas, turunnya pH, dan naiknya suhu. Akan tetapi, kelarutan khlorin dalam air turun dan korositas meningkat dengan naiknya suhu, dan larutan- larutan dengan konsentrasi ion tinggi dan atau pH rendah dapat mengkaratkan logam. o Keuntungan dari senyawa-senyawa khlorin dibandingkan dengan desinfektan lain adalah sebagai berikut : o senyawa-senyawa yang kerjanya cepat yang akan lolos uji Chambers pada konsentrasi 50 ppm dalam waktu 30 detik, o senyawa-senyawa khlorin non selektif yang mematikan semua jenis sel-sel vegetatif, o biaya penggunaan paling rendah dibandingkan dengan sanitaiser lain bila digunakan senyawa-senyawa khlorin yang murah, dan o pembilasan peralatan setelah penggunaan umumnya tidak diperlukan dan, bila tidak dibutuhkan, tidak direkomendasikan. Berikut ini adalah kerugian penggunaan senyawa-senyawa ini : o sanitaiser yang tidak stabil yaitu agak cepat hilang oleh panas atau oleh kontaminasi dengan bahan organik; o senyawa yang sangat korosif terhadap stainless steel dan logam lain; dan o waktu kontak yang terbatas dengan peralatan penanganan makanan sangat penting, terutama pada setiap jenis peralatan makanan atau penangan makanan khlorin tidak Di unduh dari : Bukupaket.com 51 boleh kontak dengan setiap logam untuk lebih dari 20 hingga 30 menit yang disebabkan karena kemungkinan korosi. 7 Turunan Asam isosianurik Asam dikloroisosianurik dan trikloroisosianurik mempunyai tingkat khlorin bebas yang sangat tinggi tetapi karena kelarutan yang rendah dari asam dalam air, maka garam-garam Na-nya lebih umum digunakan untuk desinfeksi, ini tersedia dalam bentuk bubuk dan mempunyai kadar khlorin bebas yang agak rendah misalnya Na dikloroisosianurat, 60. Senyawa-senyawa ini seperti halnya khloramin, relatif mahal, stabil bila disimpan di bawah kondisi kering, non iritatif dan melepaskan khlorin secara lambat, tidak seperti khlorin, senyawa-senyawa ini mempertahankan aktivitasnya melalui kisaran pH yang lebar 6-10. Senyawa ini juga digunakan dalam pembuatan alkali deterjen sterilizer. 8 Diklorodimetilhidantoin Bila murni, senyawa ini agak tidak larut dalam air sehingga bubuk teknis dengan kemurniannya kira-kira 25 digunakan yang memberikan kira-kira 16 available chlorine. Diklorodimetilhidantoin mempunyai sifat-sifat yang serupa dengan senyawa-senyawa pelepas khlorin organik tetapi senyawa ini mempunyai aktivitas terbesar dalam kondisi asam. 9 Senyawa Amonium Kuaterner Semua senyawa ini mempunyai sifat sebagai deterjen yang baik, tidak berwarna, relatif tidak korosif terhadap logam, tidak Di unduh dari : Bukupaket.com 52 beracun tetapi berasa pahit. Daya kerjanya terhadap bakteri gram negatif tidak sebaik klorin, senyawa klorin dan se-nyawa iodosphor. Larutan ini cenderung melekat pada permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pembilasan yang seksama setelah disinfeksi dengan zat ini harus digunakan pada konsentrasi 200- 1200 mgl. Konsentrasi yang lebih tinggi diperlukan apabila air yang digunakan berkesadahan tinggi. Senyawa ini tidak dapat digabungkan dengan sabun atau deterjen anionik. Senyawa ini yang dikenal sebagai quaternaries , quats atau QACs , adalah garam-garam ammonium dengan beberapa atau semua atom-atom H dalam ion NH4 + disubstitusi dengan gugus alkil atau gugus aril, anionnya biasanya klorida atau bromida. Di mana : R1, R2, R3, R4 mewakili satu atau lebih alkil atau aril yang mensubstitusi H dan X - menunjukkan suatu halida baik Cl - maupun Br - . Kation yang merupakan bagian utama adalah bagian aktif dari molekul, sedangkan bagian anion hanya penting karena dapat mempengaruhi kelarutan QAC. QAC desinfektan yang banyak digunakan adalah : a Cetil trimetil ammonium bromida b Lavrildimetilbencil ammonium bromida Untuk aktivitas maksimum rantai alkil harus mengandung atom C antara 8-18. Senyawa-senyawa ammonium kuartener merupakan bakterida yang sangat aktif terhadap bakteri gram positif, tetapi kurang efektif terhadap bakteri gram negatif kecuali bila ditambahkan sequestran; spora bakteri relatif tahan walaupun pembentukannya dapat dicegah. Setelah desinfeksi permukaan-permukaan yang diberi perlakuan dengan QACs mempertahankan lapisan bakteriostalik yang disebabkan karena Di unduh dari : Bukupaket.com 53 adsorbsi desinfektan pada permukaan tersebut; lapisan tipis ini mencegah pertumbuhan bakteri yang masih tertinggal. Bila dibutuhkan pembilasan dapat ditingkatkan dengan menambahkan sejumlah kecil urfaktan monionik pada desinfektan. Senyawa-senyawa ini mempertahankan aktivfitasnya pada kisaran pH yang cukup lebar, walaupun senyawa-senyawa ini paling aktif dalam kondisi sedikit alkali dan aktivitas akan turun cepat di bawah pH 5. Dibandingkan dengan hipoklorit, QACs lebih mahal tetapi senyawa ini mempunyai banyak sifat-sifat yang diinginkan. Dengan demikian QACs tidak dipengaruhi oleh adanya kotoran- kotoran organik, monokorosif, walaupun beberapa jenis karet dapat dipengaruhi dan tidak mengiritasi kulit, kecuali pada suhu tinggi, sehingga dapat ditangani dengan aman. Senyawa QACs lebih sering digunakan untuk lantai, dinding, fernish dan perlengkapan lain. Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga sangat berguna untuk permukaan-permukaan yang porous. Kebanyakan QACs adalah deterjen kationik, yang merupakan deterjen yang buruk tetapi daya germisidanya sangat baik. Dalam senyawa ini, gugus radikal organiknya adalah kation sedangkan klorin biasanya adalah anion. Mekanisme daya germisidalnya belum dimengerti sepenuhnya tetapi dihubungkan dengan penghambatan enzim dan kebocoran bahan-bahan pengisi sel. Senyawa-senyawa ammonium kuartener tidak boleh digabung dengan ammonium kuartener pembersih untuk pembersihan dan sekaligus desinfeksi, karena quat dapat diinaktifkan dengan Di unduh dari : Bukupaket.com 54 senyawa-senyawa deterjen seperti bahan pembasah anionik dan lain-lain. Akan tetapi, peningkatan alkalinitas melalui formulasi dengan deterjen yang cocok dapat memperkuat aktivitas bakterisidal dari quat. Walaupun quat tidak ideal untuk permukaan-permukaan yang kontak dengan makanan, tetapi quat mempunyai kemampuan dalam mereduksi populasi mikroba pada permukaan-permukaan lain. Keuntungan utama dari senyawa-senyawa ammonium kuartener adalah : o stabilitas terhadap reaksi dengan bahan organik, o ketahanan terhadap korosi logam, o stabil terhadap panas, o noniritas kulit, dan o efektif pada pH tinggi. Kerugian senyawa-senyawa ammonium kuartener adalah : o efektivitas terbatas termasuk tidak efektif terhadap kebanyakan mikroorganisme gram negatif kecuali Salmonella dan Escherichia coli, o tidak dapat bekerja sama dengan deterjen sintetik tipe anionik, dan o pembentukan film pada peralatan penanganan dan pengolahan pangan. Senyawa-senyawa kuartener stabil, bahkan dalam larutan encer dan bila dipekatkan dapat disimpan dengan aman untuk waktu lama tanpa kehilangan aktivitasnya. Karena QACs merupakan surfaktan kationik, maka mereka mempunyai kemampuan sebagai deterjen, tetapi tidak dapat digunakan bersama-sama dengan surfaktan anionik atau bahkan dengan surfaktan non Di unduh dari : Bukupaket.com 55 ionik tertentu. Garam-garam air sudah cenderung untuk mereduksi aktivitas QACs, pengaruhnya tergantung pada panjang rantai alkil dalam QACs, bila digunakan sequestering agens yang tepat, aktivitasnya dapat dipulihkan kembali. Pemilihan sequestran harus dilakukan dengan hati-hati karena beberapa tidak dapat bersama-sama dengan beberpa QACs dan menyebabkan pengendapan. Alkali-alkali kuat menginduksi efek yang serupa dan tidak dapat digunakan bersamaan dengan banyak senyawa QACs. Secara umum deterjen yang mengandung bahan-bahan tersebut harus dibilas dengan hati-hati sebelum pemberian QACs. Biguanida merupakan desinfektan kationik lain yang digunakan terbatas, mempunyai keuntungan lebih aktif terhadap bakteri gram negatif, tidak memproduksi busa dan tidak dipengaruhi air sadah. 10 Yodofor Zat ini selalu dicampur dengan deterjen dalam suasana asam, oleh karena itu, cocok digunakan bila diperlukan pembersihan yang bersifat asam. Daya kerjanya cepat dan mempunyai aktivitas yang luas terhadap mikroorganisme. Biasanya diperlukan larutan yang kadarnya 25-50 mg iodiuml pada pH 4 untuk disinfeksi permukaan yang bersih. Aktivitasnya akan hilang apabila ada zat organik. Iodosphor memberikan tanda yang dapat dilihat apabila keefektifan berkurang karena warna yang hilang bila jumlah iodium turun hingga ke tingkat yang tidak efektif. Pada konsentrasi normal senyawa ini tidak bersifat racun tetapi dapat Di unduh dari : Bukupaket.com 56 menambah jumlah iodium yang dikonsumsi. Mempunyai sedikit bau dan rasa, tetapi bila dicampur dengan zat yang ada dalam makanan akan mewarnai makanan. Dapat bersifat korosif terhadap logam, tergantung dari formulasinya dan sifat permukaan yang disinfeksi. Oleh karena itu, harus dibilas dengan air setelah penggunaan. Mekanisme kerja antibakteri dari yodium belum dipelajari secara terinci. Pada umumnya, yodium dan asam dipoyodium merupakan senyawa aktif dalam menghancurkan mikroba. Senyawa yodium utama yang digunakan untuk sanitasi adalah larutan-larutan yodofor alkohol-yodium dan larutan yodium cair. Kedua larutan tersebut umumnya digunakan sebagai desinfektan kulit. Yodofor mempunyai manfaat yang besar untuk pembersihan dan desinfeksi peralatan dan permukaan- permukaan dan sebagai antiseptik kulit. Yodofor juga digunakan dalam penanganan air. Bila unsur yodium dibuat kompleks dengan senyawa non ionik aktif permukaan seperti kondensat nonilphenol-etilen desida atau suatu carrier seperti polivinilpirolidon, kompleks larut air yang dikenal sebagai yodofor, akan terbentuk. Yodofor, bentuk senyawa yodium yang paling populer saat ini, mempunyai aktivitas bakterisidal yang lebih besar di bawah kondisi asam. Dengan demikian, senyawa- senyawa ini sering dimodifikasi dengan asam fosfat. Yodofor yng dibuat kompleks dengan surfaktan dan asam membeikan sifat-sifat deterjen sehingga kompleks ini mempunyai sifat deterjen-sanitaiser. Senyawa- senyawa ini mempunyai sifat deterjen-sanitaiser. Senyawa- senyawa ini bakterisidal dan bila dibandingkan dengan suspensi Di unduh dari : Bukupaket.com 57 air dan alkoholik dari yodium, mempunyai kelarutan yang tinggi, dalam air, tidak berbau da tidak iritatif terhadap kulit. Untuk mempersiapkan kompleks surfaktan-yodium, yodium ditambahkan pada pada surfaktan nonionik dan dipanaskan hingga 55-65 o C untuk memperkuat larutan yodium dan untuk menstabilkan produk akhir. Reaksi eksoteranik antara yodium dan surfaktan menghasilkan kenaikan suhu tergantung pada jenis surfaktan dan nisbah surfaktan dengan yodium. Bila kadar yodium tidak melebihi batas melarutkan dari surfaktan, produk akhir akan dapat larut dalam air sempurna. Perilaku kompleks surfaktan-yodium berdasrkan pada kesetimbangan R + I2 R1 + HIPOKLORIT, dimana R mewakili surfaktan. Penghilangan iodida yang terbentuk oleh oksida yodium akan bertanggung jawab terhadap sisposisi lebih lanjut dari klorin, yang mungkin disebabkan karena peningkatan yodinasi dari surfaktan. Jumlah yodium bebas akan menentukan aktivitas yodofor. Surfaktan yang ada tidak menentukan aktivitas yodofor tetapi dapat mempengaruhi sifat-sifat baktersidal dari yodium. Aktivitas yodofor terhadap beberapa spora bakteri dapat dilihat pada tabel. Tabel 3. Inaktifasi spora-spora bakteri oleh yodofor Organisme pH Konsentrasi ppm Waktu untuk mereduksi 90 menit B. cereus 6.5 50 10 6.5 25 30 A. Subtilis 2.3 25 30 - 25 5 B. Botulinum tipe A 2.8 100 6 Di unduh dari : Bukupaket.com 58 Spora-spora lebih tahan terhadap yodium daripada sel-sel vegetatif dan waktu kontak mematikan kira-kira 10-1000 kali lebih lama daripada untuk sel yodium. Sama efektifnya dalam menginaktifkan sel-sel vegetatif, tetapi yodium tidak seefektif khlorin dalam menginaktifasi spora. Sanitaiser tipe yodium lebih stabil dengan adanya bahan organik daripada senyawa- senyawa khlorin. Oleh karena kompleks yodium stabil pada pH yang sangat rendah, senyawa ini dapat digunakan pada konsentrasi yang sangat rendah 6.25 ppm dan digunakan pada 12.5-25 ppm. Sanitaiser yodium lebif efektif daripada sanitaiser lain terhadap virus. Hanya dibutuhkan 6.25 ppm untuk lolos dari uji Chamber dalam waktu 30 menit. Senyawa- senyawa yodium non selektif dapat mematikan sel-sel vegetatif dan spora-spora seta virus. Sanitaiser yodofor digunakan pada konsentrasi yang direkomendasikan, biasanya 50-70 mgl yodium bebas dan menghasilkan pH 3 atau kurang dalam air dengan kesadahan alkali sedang. Pengenceran berlebihan dari yodofor dengan air yang sangat alkali dapat sangat mempengaruhi efiseiensinya karena keasamannya dinetralkan. Dalam bentuk paket, formula yodofor mempunyai masa simpan yang panjang. Akan tetapi, yodium dapat hilang dari larutan dengan penguapan. Susut ini cepat terjadi terutama bila suhu larutan melebihi C karena yodium cenderung untuk menyublim. Yodium dapat diserap oleh benda-benda plastik dan karet dari heat exchanger dengan menyebabkan timbulnya warna. Pewarnaan oleh yodium dapat menguntungkan karena kebanyakan cemaran organik dan mineral akan berwarna kuning, dengan demikian menunjukkan lokasi di mana Di unduh dari : Bukupaket.com 59 pembersihan tidak cukup. Warna merah dari larutan yodium memberikan bukti visual adanya sanitasi, tetapi intensitas warna bukan merupakan penunjuk konsentrasi yodium yang handal. Karena larutan yodofor bersifat asam, larutan ini akan mencegah akumulasi mineral, bila digunakan secara teratur. Deposit mineral tidak dihilangkan dengan aplikasi sanitaiser yodium. Bahan organik terutama susu menginaktifkan yodium dalam larutan yodofor dengan memucatkan warna merahnya. Hilangnya yodium dari larutan ringan kecuali bila terdapat cemaran organik dalam jumlah banyak. Oleh karena hilangnya yodium meningkat selama penyimpanan, larutan ini harus diperiksa dan diatur sesuai dengan kekuatan yang dibutuhkan. Senyawa-senyawa yodium harganya lebih mahal daripada khlorin. Kerugian senyawa-senyawa yodium adalah senyawa ini mudah menguap pada suhu 50 o C dan sangat peka terhadap perubahan-perubahan pH. Sanitaiser yodium efektif untuk sanitasi tangan karena senyawa ini tidak mengiritasi kulit. Senyawa-senyawa ini terutama direkomendasi untuk pekerjaan- pekerjaan pencelupan tangan dalam pabrik makanan dan sering digunakan pada peralatan penanganan makanan. Yodofor terdiri dari campuran yodium dengan surfaktan yang larut biasanya non ionik, walaupun surfaktan anionik dan kationik dapat digunakan yang bertindak sebagai pembawa yodium; yodium ini yang memberikan aktivitas bakterisidal. Oleh karena itu yodofor dapat disebut sebagai sanitaiser- sterilizer walaupun daya deterjennya tergantung pada jumlah surfaktan dalam campuran. Bila yodofor digunakan sebagai desinfektan maka surfaktan yang ditambahkan harus lebih banyak untuk meningkatkan daya deterjennya. Walupun yodofor Di unduh dari : Bukupaket.com 60 kurang dipengaruhi oleh perubahan pH daripada QACs, pada praktiknya suatu komponen asam, biasanya asam phosphat, ditambahkan pada yodofor untuk menurunkan pH larutan. Hal ini disebabkan karena yodofor paling aktif dalam kisaran pH 3-5 dan buffer asam fosfat dalam kisaran ini. Yodofor memberikan efek mematikan dengan cepat terhadap suatu spektran luas bakteri dan menyerupai hipoklorit dalam hal ini, tetapi senyawa-senyawa ini juga mempertahankan aktivitas yang cukup dengan adanya buangan organik dengan pH tidak lebih dari 4 dan kuantitas limbah tidak berlebihan, tetapi yodofor, lebih kurang aktif terhadap spora-spora daripada hipoklorit. Yodofor mahal dan oleh karena itu tidak banyak digunakan; tetapi senyawa-senyawa ini tidak korosif, tidak mengiritasi, tidak toksik dan sedikit berbau tetapi harus dibilas dengan baik setelah penggunaan. Beberapa bahan-bahan plastik dapat mengabsorbsi yodium dan menjadi berubah warnanya bila terkena senyawa-senyawa ini; karet juga cenderung mengabsorbsi yodium sehingga waktu kontak yang lama yodofor harus dihindarkan untuk mencegah kemungkinan pengkaratan pada makanan. Salah satu keuntungan dari yodofor adalah senyawa-senyawa ini tidak dipengaruhi oleh garam-garam air sadah. Stabil dalam bentuk pekat walaupun dengan penyimpanan yang lama pada suhu kamar yang tinggi masih mungkin terjadi kehilangan aktivitas. Yodofor terutama digunakan dalam industri susu, di mana untuk menambah daya bakterisidalnya, asam fosfat berguna dalam mengatur batu susu milk stone; yodofor juga digunakan dalam industri bir. Dalam sistem CIP mungkin terbentuk busa sehingga Di unduh dari : Bukupaket.com 61 perlu ditambahkan surfaktan dengan pembentukan busa yang mudahrendah untuk keperluan ini ke dalam formulasinya. Suhu operasi hingga C dapat digunakan dengan konsentrasi yodium bervariasi antara 10 dan 100 ppm. 11 Surfaktan yang Bersifat Amfoter Disinfektan ini mengandung bahan aktif yang bersifat sebagai deterjen dan bakterisida. Bersifat racun lemah, relatif non- korosif, tidak berasa dan berbau, merupakan disinfektan yang efektif bila digunakan sesuai dengan pedoman dari pabriknya. Akan menjadi tidak aktif bila ada zat organik. Beberapa surfaktan amfoterik terutama adalah deterjen dengan daya bakterisidal lemah. Beberapa turunan inidazolin, yang merupakan bakterisidal yang relatif lebih kuat dan deterjen lebih lemah; contohnya etil Bakterisidal-olesipropinik ionidizol. Senyawa-senyawa ini aktif sebagai bakterisidal bila berada dalam keadaan kationik. Pada umumnya senyawa-senyawa ini lebih mahal daripada desinfektan lain dan tidak merupakan bakterisidal yang kuat, walaupun dapat dicampur dengan QACs untuk meningkatkan efisiensinya. Desinfektan amfoterik tidak begitu dipengaruhi oleh bahan organik atau oleh kesadahan air, tidak korosif, tidak beracun dan tidak berbau dan stabil, bahkan dalam bentuk encer, untuk waktu yang lama. Akan tetapi cenderung membentuk busa dan karena mahal serta aktivitasnya terbatas, desinfektan terbatas, desinfektan amfoterik tidak banyak digunakan dalam industri pangan. Di unduh dari : Bukupaket.com 62 12 Senyawa-Senyawa Fenolik Banyak senyawa-senyawa fenolik mempunyai daya bakterisidal yang kuat dan banyak digunakan sebagai desinfektan umum. Fenolik tidak digunakan dalam pekerjaan desinfektan pada pabrik makanan karena baunya yang keras dan karena kemungkinan memindahkan off-flavours = cita rasa yang menyimpang pada makanan. 13 Deterjen sterilizer Deterjen sterilizer secara populer dikenal sebagai deterjen- sanitizer, pada dasarnya merupakan kombinasi bahan-bahan yang dapat bergabung dan saling membantu, mengandung deterjen dan desinfektan, sehingga pembersihan dan desinfektan dapat dilakukan sekaligus dalam satu kali operasi. Tabel berikut menunjukkan berbagai kombinasi bahan untuk menghasilkan deterjen sterilizer. Dalam praktek, formulasi deterjen sterilizer sering mengandung komponen lain seperti sequesteran dan buffer, dan sejumlah surfaktan sering dicampurkan dalam satu formulasi. Suatu deterjen sterilizer harus efektif terhadap berbagai ragam cemaran dan spektrum mikroba yang luas; harus mungkin menggunakan senyawa dalam berbagai situasi bila penggunaannya ditetapkan berdasarkan nilai ekonomisnya. Pada umumnya deterjen sterilizer agak lebih mahal dan kurang efektif daripada masing-masing bahan secara terpisah tetapi bahan ini dapat digunakan bila pencemaran ringan dan di mana pembersihan pada suhu rendah diinginkan. Di samping itu ada keuntungan lain yaitu dapat menghemat waktu dan lebih mudah bila aplikasi tunggal ini memang cukup memenuhi apa yang Di unduh dari : Bukupaket.com 63 diharapkan; hal ini tercermin oleh penggunaan senyawa- senyawa ini yang makin meningkat, yang secara tetap diperbaiki. Satu keuntungan lain adalah bakteri yang berbahaya harus dimatikan bila senyawa ini diterapkan; sedangkan dalm pembersihan konvensional bakteri yang hidup dapat dilepaskan ke dalam limbah deterjen. Tabel 4. Kombinasi deterjen sterilizer yang umum digunakan. Deterjen Desinfektan Alkali anorganik + dipoklorit organik + senyawa-senyawa pelepas klorin + QACs Asam anorganik + surfaktan non ionik + yodofor Surfaktan anionik + senyawa-senyawa organik pelepas klorin Surfaktan non ionik + QACs + yodofor i. Aplikasi Sanitaiser Sanitaiser dapat diaplikasikan dengan cara sirkulasi, perendaman, penggunaan sikat, fogging pembentukan kabut, dan penyemprotan. Sirkulasi sanitaiser dapat dilakukan dengan memompakan larutan sanitasi. Perhatian khusus harus diberikan pada katup-katup. Bila terjadi penurunan kekuatan sanitaiser hingga sebanyak 50 persen atau lebih, sistem belum bersih benar karena adanya kehilangan akibat interaksi sanitaiser dengan bahan organik. Alat-alat kecil dan alat-alat makan dan minum disanitasi dengan perendaman selama paling sedikit 2 menit, kemudian ditiriskan. Wadah-wadah yang besar dan terbuka, sanitasinya paling baik dilakukan dengan dibantu sikat. Wadah-wadah tertutup seperti tanki susu, efektif dengan fogging. Untuk tujuan ini, kekuatan larutan Di unduh dari : Bukupaket.com 64 sanitaiser umumnya harus dua kali penggunaan biasa dan waktu kontak tidak kurang dari 5 menit. Demikian pula apabila sanitaiser diaplikasikan dengan penyemprotan pada permukaan-permukaan yang luas dan terbuka, kekuatan larutan harus dua kali penggunaan biasa. Tabel 5. Rekomendasi perusahaan untuk konsentrasi dan waktu penggunaan sanitaiser Jenis bahan kimia Konsentrasi rendam dan sirkulasi ppm Spray ppm Kontak Waktu menit o F o C Khlorin : Dikhloroisocyanurat 100 1200 1-2 7540.6 Khloramin T pH 7.0 250 400- 500 2 7540.6 Khloramin T pH 8.5 250 400- 500 20 7540.6 Hidantoin pH asam 200 400 2 7540.6 Yodium 12,5 25 2 7540.6 Bromin-khlorin 25 75 2 7540.6 Anionik asam 200 400 2 7540.6 Tabel 6. Rekomendasi umum untuk sanitaiser Tujuan spesifik Sanitaiser yang direkomendasi-kan dengan urutan yang lebih disukai Spora bakteri Khlorin Bacteriophage Khlorin, antionik-asam Coliform Hipokhlorit, iodophor Salmonella Hipokhlorit, iodophor Psikotrops Gram - Khlorin Sel Vegatatif Gram + Quat, iodophor, khlorin Virus Khlorin, iodophor, anion-asam Kondisi air Air sadah Anionik-asam, hipokhlorit, iodophor Air dengan besi Iodophor Penanganan air Hipokhlorit Ruangperalatan Peralatan alumunium Iodophor, quat Udara berkabut fogging Khlorin, iodophor, quat Di unduh dari : Bukupaket.com 65 Tujuan spesifik Sanitaiser yang direkomendasi-kan dengan urutan yang lebih disukai Sanitasi, tangan Iodophor Peralatan pada saat akan digunakan Iodophor, khlorin Peralatan yang akan disimpan Quat Dinding Quat, khlorin Permukaan porous dan putih Khlorin, quat Kerja fisik yang diinginkan Lapisan bakteriostatik Quat Pencegahan pembentukan film Iodophor, quat Kontrol bau Quat Penetrasi Iodophor, quat Film residu Quat Kontrol visual Iodophor Hubungan ekonomi Harga rendah Khlorin Korosif Khlorin Non-korosif Quat Stabilitas Iodophor, quat, anionik-asam Stabilitas larutan bekas Anionik-asam, quat Stabilitas suhu Anionik-asam, quat Apa Keuntungan dan dan kerugian dari disinfektan ? Keefektifan prosedur pembersihan dan disinfeksi diperiksa dengan melakukan monitor secara mikrobiologi terhadap produk makanan dan permukaan yang kontak dengan makanan. Monitor secara mikrobiologi terhadap produk pada setiap tahap produksi juga akan memberikan informasi tentang keefektifan prosedur pembersihan dan disinfeksi. Bila dilakukan sampling untuk monitoring mikrobiologi perlengkapan dan permukaan yang kontak dengan makanan, diperlukan zat penetral untuk menghilangkan sisa disinfektan. Chlorine akan membentuk asam hipoklorat HOCl pada larutan. HOCl ini akan membasmi mikroba. Pembentukan HOCl tergantung pada pH, pada pH antara 4-5, pembentukan HOCl akan terjadi secara optimal. Jadi Di unduh dari : Bukupaket.com 66 bila pH bervariasi, maka efektivitas chlorine sebagai desinfektan tidak mencapai optimum. Bila pH kurang dari 5, larutan chlorine menjadi korosif. Perlakuan yang biasa dilakukan di pabrik adalah mempertahankan agar pH larutan pada 6-7.5, di mana larutan tidak korosif tetapi masih mempunyai kadar HOCl yang cukup tinggi untuk membasmi kuman. Natrium dan Calcium Hipoklorit akan meningkatkan pH larutan. Jadi makin tinggi kadar hipoklorit dalam larutan, makin tinggi pHnya. Dengan naiknya pH, efektivitas desinfektan ini akan jauh berkurang, karena kadar HOCl akan berkurang. Bila air pelarut sangat sadah pH tinggi ada kemungkinan harus ditambahkan asam terlebih dahulu, agar efektif. Gas Cl2 menurunkan pH larutan, oleh karena itu waktu penambahan chlorine harus dikontrol. Soda abu dapat dipakai untuk menetralkan pH, karena soda abu akan meningkatkan pH air. Suhu tinggi akan mengakibatkan evaporasi gas Cl2 dari larutan dan menurunkan efektivitas larutan. Gas Cl2 juga dapat menganggu pernafasaan. Pada suhu tinggi, hipoklorit dan chloramine lebih stabil daripada gas chlorine dan lebih efektif dalam membasmi kuman, tetapi larutan ini sangat korosif dan menjadi lebih korosif bila suhu meningkat. Jadi direkomendasikan untuk dipakai pada temperatur 20- 25°C. Tabel 7. Keuntungan dan dan kerugian beberapa disinfektan Disinfektan Keuntungan Kerugian Gas klorin dan hipoklorit  Murah  Mudah dipakai  Residunya mudah diukur  Spektrum luas untuk kuman sporanya  Korosif bila konsentrasi-nya tinggi  Iritasi kulit  Efektif bila pH ˂ 7  Berbau  Sisa makanankotoran menghambat daya Di unduh dari : Bukupaket.com 67 Disinfektan Keuntungan Kerugian kerjanya Iodophor  Kekuatan desinfektan dapat dilihat dari warnanya, 12 ppm berwarna seperti teh, 25 ppm berwarna seperti air kopi  Tidak korosif  Tidak efektif terhadap spora  Mahal  Memberi warna bila pekat  Bereaksi dengan zat tepung memberi warni biru Quart Amonium quartener  Efektif pada pH netral  Tidak korosif  Tidak berbau  Tidak berpengaruh oleh sisadebu makanan  Tidak menimbulkan iritasi  Meninggalkan suatu lapisan film yang menghambat pertumbuhan mikroba  Mahal  Tidak kompatibel pada animik deterjen  Aktivitas rendah pada air sadah  Kurang efektif untuk sporan kuman  Perlu di- rinse off  Memberikan rasa tambahan off flavour’s Sumber : Buku GMP, 2002 Membuat Larutan Saniter : Dalam melakukan sanitasi, larutan saniter sebaiknya dibuat terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengencerkan disinfektan disarankan untuk menggunakan air sadah standar yaitu : 17 ml larutan CaCl2, 6H2O 10 bv dan 5.0 ml larutan MgSO4, 7H2O 10 bv, kemudian ditambahkan 3.3 liter air suling. Di unduh dari : Bukupaket.com 68 Uji Pengaruh Sanitasi Terhadap Kontaminasi Wadah : Salah satu sumber kontaminan utama dalam pengolahan pangan berasal dari penggunaan wadah dan alat-alat pengolahan yang kotor dan mengandung mikroba dalam jumlah yang cukup banyak. Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat-alat pengolahan pangan meliputi pencucian untuk menghilangkan kotoran dan sisa-sisa makanan, diikuti dengan perlakuan saniter menggunakan germisidal atau bakterisidal. Deterjen yang digunakan untuk mencuci wadah dan alat-alat pengolahan tidak boleh bersifat korosif dan mudah dicucidibilas dari permukaan. Uji Pengaruh Sanitasi Terhadap Tingkat Kebersihan Tangan Pekerja : Tangan pekerja merupakan bagian tubuh yang paling sering kontak dengan bahan pangan selama pengolahan. Perilaku yang kurang baik dari seorang pekerja, misalnya tidak mencuci tangan sebelum bekerja, mengorek kuping, tidak mencuci rambut, memegang hidung yang kena flu, bersin, mengeluarkan dahak selama bekerja, toilet yang kurang bersih dan kebiasaan lainnya. Hal itu sangat potensial dapat memindahkan mikroorganisme patogen yang ada pada tubuhnya ke dalam makanan yang sedang diolah. Dengan demikian akan mudah berakibat terkontaminasinya makanan tersebut. Sangat dianjurkan agar pekerja selalu membersihkan tangannya sebelum bekerja, mencuci dengan air bersih dan sabun serta disediakan lap tangan atau tisue. Uji Pengaruh Sanitasi Terhadap Kontaminasi Pada Sayuranbuah Sayuran maupun buah-buahan yang akan dijadikan bahan baku dapat merupakan sumber kontaminasi apabila tidak dibersihkan terlebih Di unduh dari : Bukupaket.com 69 dahulu. Mikroorganisme yang menempel pada bahan tersebut dapat berasal dari tanah tempat tumbuhnya. Penanganan yang kurang baik, pisau pemotong yang kurang steril, air pencuci yang kurang bersih, juga berasal dari tangan pekerja. Tahap pertama yang perlu dilakukan terhadap bahan baku sebelum pengolahan adalah membersihkan dari kotoran, kemudian dilakukan pencucian dengan air mengalir atau air kran. Amati Tingkat Kebersihan Tangan Pekerja di unit produksi sekolah dan atau industri yang ada didekat anda Yang diamati Ya Tidak  Tidak mencuci tangan sebelum bekerja,  Mengorek kuping,  Tidak mencuci rambut,  Memegang hidung yang kena flu,  Bersin,  Mengeluarkan dahak selama bekerja,  Toilet yang kurang bersih dan kebiasaan lainnya Di unduh dari : Bukupaket.com 70

f. Proses Sanitasi