IMPEDANCE ACOUSTIC INVERISION TO CHARACHTERIZE RESERVOIR IN MIRZA-YURNELI FIELD CENTRAL SUMATERA BASIN INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR PADA LAPANGAN MIRZA-YURNELI SUMATERA TENGAH

(1)

INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR PADA LAPANGAN MIRZA-YURNELI

SUMATERA TENGAH

(Skripsi)

Oleh

Mohammad Yuzariyadi

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

ABSTRACT

IMPEDANCE ACOUSTIC INVERISION TO CHARACHTERIZE RESERVOIR IN MIRZA-YURNELI FIELD CENTRAL SUMATERA

BASIN

by

Mohammad Yuzariyadi

Binio Formation which is located in Mirza-Yurneli Field, Central Sumatera Basin is a good sandstone reservoir for location of hydrocarbon accumulation. This research has been done by 2D seismic inversion to understand characteristic of Binio Formation at Mirza-Yurneli Field, Central Sumatera Basin.

The direction of reservoir distribution is NW-SE. It’s controlled by complex structures of geology such as anticline with fold direction NE-SW and fault with strike NW-SE.

Inversion result show that impedance acoustic values at Horizon Yuza 1 and Horizon Yuza 2 are 6000 ft/s*g/cc-11000 ft/s*g/cc. Effective porosity value of conversion result at Horizon Yuza 1 is 0.20-0.30 fraction and at Horizon Yuza 2 is 0.20-0.40 fraction.

Prospect hydrocarbon zones are located in the peak of anticline Mirza-Yurneli. The next development well would be advisable in Mirza Field especially at around closure of anticline.

Keywords: Seismic Inversion, Acoustic Impedance, Porosity, and Binio Formation


(3)

ABSTRAK

INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR PADA LAPANGAN MIRZA-YURNELI SUMATERA

TENGAH

Oleh

Mohammad Yuzariyadi

Formasi Binio yang terletak pada lapangan Mirza-Yurneli, Cekungan Sumatera Tengah merupakan reservoir batupasir yang cukup baik sebagai tempat terakumulasinya hidrokarbon. Dalam penelitian ini, telah dilakukan inversi seismik 2D untuk mengetahui karakteristik dari Formasi Binio pada Lapangan Mirza-Yurneli, Cekungan Sumatera Tengah.

Arah penyebaran reservoir di Lapangan Mirza-Yurneli secara umum adalah Barat Laut-Tenggara yang dikontrol oleh struktur geologi yang cukup kompleks, yaitu berupa struktur antiklin dengan arah pelipatan Barat Daya-Timur Laut dan struktur patahan yang memiliki jurus Barat Laut-Tenggara.

Dari proses inversi yang dilakukan pada data seismik 2D di Lapangan Mirza-Yurneli diperoleh harga impedansi akustik untuk reservoir Horizon Yuza 1 dan Horizon Yuza 2 adalah antara 6000 ft/s*g/cc-11000 ft/s*g/cc. Setelah dikonversikan menjadi porositas, didapatkan harga porositas efektif untuk reservoir Horizon Yuza 1 sebesar 0.20-0.30 fraksi dan harga porositas efektif untuk reservoir Horizon Yuza 2 adalah sebesar 0.20-0.40 fraksi.

Zona prospek hidrokarbon berada pada puncak antiklin Mirza-Yurneli. Untuk sumur pengembangan berikutnya sebaiknya dilakukan di Lapangan Mirza. Terutama di sekitaran closure antiklin.


(4)

INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR PADA LAPANGAN MIRZA-YURNELI

SUMATERA TENGAH

Oleh

Mohammad Yuzariyadi

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik

pada

Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa Jurusan Fakultas : : : : :

INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR PADA LAPANGAN MIRZA-YURNELI SUMATERA TENGAH Mohammad Yuzariyadi 0715051020 Teknik Geofisika Teknik MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Bagus Sapto Mulyatno, M.T Prof. Drs. Suharno, M.Sc, Ph.D NIP. 19700120 200003 1 001 NIP. 19620717 198703 1 002

2. Ketua Jurusan Teknik Geofisika

Bagus Sapto Mulyatno, M.T NIP. 19700120 200003 1 001


(6)

MENGESAHKAN

1.Tim Penguji

Ketua : Bagus Sapto Mulyatno, M.T ………

Sekretaris : Prof. Drs. Suharno, M.Sc, Ph.D .………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ahmad Zaenudin, M.T ……….

2.Dekan Fakultas Teknik

Lusmeiliana Afriani D.E.A NIP. 19650510 199303 2 008


(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah dilakukan orang lain, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini sebagaimana disebutkan dalam daftar pustaka, selain itu saya menyatakan pula bahwa skripsi ini dibuat oleh saya sendiri.

Apabila pernyataan saya ini tidak benar maka saya bersedia dikenai sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, 25 April 2012

Mohammad Yuzariyadi NPM. 0715051020


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara pada tanggal 11 Mei 1990 yang merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 2 Ketapang pada Tahun 2001, SMPN 01 Sungkai Selatan pada Tahun 2004 dan SMAN 2 Kotabumi pada Tahun 2007. Selanjutnya, pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui jalur SPMB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan kampus antara lain sebagai Kepala Biro Kesekretariatan Rois FMIPA (2008/2009), Anggota Departemen Kajian & Syiar Islam Fossi FT (2009/2010), Anggota Departemen Rumah Tangga dan Perpustakaan UKM Birohmah (2009/2010), Anggota Bidang Kajian Islam UKM Birohmah (2010/2011), Ketua Divisi Course dan Intelektual HMGI Lampung (2008/2009), Ketua Tim Formatur Pembentukan Hima TG Bhuwana (2009), dan Sekertaris Umum Hima TG Bhuwana (2009/2010).

Selama Kuliah, Penulis pernah menjadi asisten Geologi Dasar, Geologi Struktur, dan Komputasi Geofisika pada Tahun 2009-2010. Penulis juga Pernah Mengikuti Ajang Indonesian Under Graduate Geophysics Competition (IUGC) di Bandung


(9)

pada tahun 2011, Lalu menjadi Student Volunteer pada 35th Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition di Jakarta pada tahun 2011. Penulis juga pernah meraih gelar juara 1 Mahasiswa Terbaik Fakultas Teknik pada tahun 2011. Selama kuliah, penulis tercatat sebagai mahasiswa penerima beasiswa PPA. Selain itu, penulis pernah juga nyambi sebagai guru privat Bahasa Inggris. Penulis melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Lemigas Jakarta pada tahun 2010. Selanjutnya penulis melakukan penelitian tugas akhir di EMP Kalila Bentu Ltd pada tahun 2011.


(10)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(Qs 94. A lam Nasyrah: 5)


(11)

Untuk Orangtua terbaik sedunia, Mirza Haris Bin Mohammad Umar

&

Yurneli Binti Mohammad Ilyas, Beserta segenap harapan & cinta mereka


(12)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur bagi Allah Subhanawata’ala yang telah memberikan nikmat, karunia dan pelindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Inversi Impedansi Akustik Untuk Karakterisasi Reservoir pada Lapangan Mirza-Yurneli Sumatera Tengah”. Skripsi ini merupakan salah satu bagian dari kurikulum dan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung. Skripsi ini merupakan hasil kegiatan Tugas Akhir di Energi Mega Persada Kalila Bentu Ltd, Jakarta. Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kelemahan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya penulis bisa jauh lebih baik lagi. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar lampung, 25 April 2012

Penulis,


(13)

SANWACANA

Segala puji hanya bagi Allah Tuhan semesta alam yang karena kehendakNya lah penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini. Banyak pihak yang telah berperan serta membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ayah dan Bunda yang selalu memotivasi, memberi semangat serta dukungan finansial kepada penulis. Juga adik-adik dan kakakku yang selalu membuatku semangat.

2. Pak Bagus Sapto Mulyatno, Selaku Ketua Jurusan, Pembimbing Akademik, dan Pembimbing Skripsi. Terimakasih atas saran serta masukan yang diberikan.

3. Bapak Prof. Suharno dan Bapak Dr. Zaenudin selaku pembimbing II dan Penguji yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan bagi perbaikan skripsi.

4. Bapak Benny A Sjafwan, M.T selaku pembimbing utama di PT. EMP Kalila Bentu yang telah memberi saran dan petunjuk kepada penulis selama penelitian tugas Akhir.

5. Kang Wawan Behaki selaku pembimbing Teknis, Kak Adnan, Mas Aldit, Mas Radig, Bang Ronald, Pak Syahrial & Pak Setiabudi Terima kasih atas diskusi dan masukannya selama Penelitian Tugas Akhir.


(14)

6. Mbak Angeline Christi E Muntu, staf HRD yang sudah mengurusi keperluan Penulis selama Penelitian Tugas Akhir di EMP Kalila Bentu. 7. Teman-teman seperjuangan Teknik Geofisika Angkatan 2007. Aan

Kurniawan, Alpan P Barus, Ujang Suardi, Fitriyani, Febrina Kartika, Seruni A Prasiwi, Ni Made Y Megasari, Titin S Sakti, Yuni Iswati, Mukti Handayani, serta teman-teman lain yang tak bisa disebutkan satu per satu. 8. Teman seperjuangan TA di EMP, Khususnya Himawan Prakoso (Trisakti),

Andi (UPN). Terimakasih juga buat Mas Rendy yang selalu memberikan semangat, motivasi dan masukan selama di EMP.

9. Teman Kosan Tukino (Matematika) dan Angga Prayoga (FKIP Biologi). Terimakasih atas persaudaraan kita selama ini dan motivasinya kepada penulis sejak sebelum TA hingga penyelesaian skripsi ini.


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

SANWACANA ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xix

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Batasan Masalah... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Penelitian ... 5

2.2 Geologi Regional Cekungan Sumatera Tengah ... 6

2.3 Struktur Geologi Cekungan Sumatera Tengah ... 8


(16)

2.5 Penelitian Karakterisasi Reservoir ... 9

III. TEORI DASAR 3.1 Metode Inversi Seismik ... 11

3.1.1 Metode Inversi Rekursif ... 12

3.1.2 Metode Inversi Model Based ... 13

3.1.3 Impedansi Akustik ... 18

3.1.4 Koefisien Refleksi ... 18

3.1.5 Wavelet ... 20

3.1.6 Seismogram Sintetik ... 21

3.2 Porositas Batuan ... 22

IV. METODE PENELITIAN 4.1Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

4.2 Perangkat Lunak... 25

4.3 Data Penelitian ... 26

4.3.1 Data Seismik ... 26

4.3.2 Data Sumur ... 27

4.3.3 Data Marker Geologi ... 27

4.4 Seismogram Sintetik ... 28

4.5 Well Seismic Tie ... 29

4.6 Picking Horizon ... 31

4.7 Konversi Time to Depth ... 32

4.8 Analisis Sensitivitas ... 32

4.9 Model Inisial ... 33

4.10 Analisis Hasil Inversi ... 34

4.11 Diagram Alir Penelitian ... 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Peta Struktur Waktu dan Kedalaman ... 36

5.2 Analisis Sensitivitas Penelitian ... 40


(17)

5.4 PetaImpedansi Akustik Penelitian ... 49 5.5 Peta Estimasi DistribusiPorositas Reservoir Penelitian ... 51 5.6 Analisis Sumur Usulan Penelitian ... 53

VI. KESIMPULAN

6.1Kesimpulan ... 57 6.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Daerah Penelitian ... 5

Gambar 2.2. Penampang melintang Bentu PSC Cekungan Sumatera Tengah ... 7

Gambar 2.3 Stratigrafi Cekungan Sumatera Tengah ... 9

Gambar 3.1 Berbagai macam metode inversi seismik ... 11

Gambar 3.2. Diagram alir penyelesaian inversi model based ... 17

Gambar 3.3 Ilustrasi hubungan geologi dan seismik ... 19

Gambar 3.4 Konvolusi deret koefisien refleksi dengan wavelet untuk membuat seismogram sintetik ... 22

Gambar 4.1 Basemap lintasan seismik Lapangan Mirza-Yurneli ... 26

Gambar 4.2 Wavelet Statistik hasil ekstraksi dari data seismik ... 29

Gambar 4.3 Contoh Korelasi data sumur dengan data seismi dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.922 ... 30

Gambar 4.4 Picking horizon pada lintasan seismik 476-80 ... 32

Gambar 4.5 Diagram alir pengolahan data ... 35

Gambar 5.1 Peta time structure pada Horizon Yuza 1... 37

Gambar 5.2 Peta depth structure pada Horizon Yuza 1... 37

Gambar 5.3 Peta time structure pada Horizon Yuza 2... 38

Gambar 5.4 Peta depth structure pada Horizon Yuza 2... 38

Gambar 5.5 Penampang seismik arah NE-SW ... 39

Gambar 5.6 Penampang seismik arah NW-SE ... 39

Gambar 5.7 Cross plot antara impedansi akustik, porositas, dan gamma ray pada Sumur Yurneli 2 ... 41

Gambar 5.8 Perbandingan kualitatif hasil inversi ... 43


(19)

Gambar 5.10 Hasil Multi Well Analysis pada masing-masing hasil inversi 45 Gambar 5.11 Perbandingan antara A. Seismic Section, B. Model Inisial dan

C. Impedansi yang melalui Sumur Mirza 1 ... 47 Gambar 5.12 Perbandingan Hasil Inversi dengan log Gamma Ray dan

P-impedance ... 48 Gambar 5.13 Cross plot Impedansi Hasil Inversi Model Based

vs Impedansi Sumur ... 49 Gambar 5.14 Peta impedansi akustik overlay peta kedalaman

pada Horizon Yuza 1 ... 50 Gambar 5.15 Peta impedansi akustik overlay peta kedalaman pada

Horizon Yuza 2... 50 Gambar 5.16 Peta distribusi porositas overlay peta kedalaman

pada Horizon Yuza 1 ... 52 Gambar 5.17 Peta distribusi porositas overlay peta kedalaman

pada Horizon Yuza 2 ... 52 Gambar 5.18 Zona prospek untuk sumur pengembangan berikutnya... 55


(20)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Skala penentuan baik tidaknya nilai porositas absolut batuan

suatu reservoir ... 23 Tabel 4.1 Data sumur & tabel log ... 27 Tabel 5.1 Korelasi dan perbandingan antara impedansi log, model inisial


(21)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Naiknya tingkat konsumsi masyarakat akan penggunaan energi membuat kebutuhan akan minyak bumi sebagai salah satu sumber energi pun meningkat tajam. Minyak bumi adalah salah satu energi yang tidak dapat terbarukan dalam waktu yang cepat sehingga cadangannya dalam bumi ini juga terbatas. Karena itu banyak dikembangkan metode-metode untuk melakukan eksplorasi minyak bumi. Namun saat ini kebutuhan energi tidak sebanding dengan ketersediaan energinya. Sehingga banyak sumur-sumur minyak tua yang diaktifkan kembali serta lapangan-lapangan yang dianggap dry-hole kembali dieksplorasi. Salah satunya adalah Lapangan Mirza-Yurneli milik EMP Kalila (Bentu) Ltd yang berada pada Cekungan Sumatera Tengah dan sudah memproduksi gas.

Pada lapangan ini memiliki sesuatu yang unik dimana dalam satu formasi, yaitu Formasi Binio terdapat batuan induk, batuan reservoir, dan migrasi. Pada Formasi Binio ini terdapat gas biogenik yang dihasilkan dari pembusukan material organik oleh mikroorganisme anaerob. Gas biogenik yang pada umumnya terletak pada kedalaman yang relatif dangkal membuat gas biogenik bernilai ekonomis karena targetnya relatif dangkal.


(22)

Untuk studi geofisika dalam penelitian Tugas Akhir ini akan dilakukan inversi pada data seismik yang menghasilkan gambaran permukaan area survei secara detail dan memperoleh gambaran kondisi bawah permukaan pada Lapangan Mirza-Yurneli. Karena efisiensi dan kualitasnya, maka seismik inversi diperlukan untuk meningkatkan resolusi dan memperbaiki estimasi dari properti batuan yang berupa porositas. Ada banyak teknik yang berbeda dalam menggunakan seismik inversi.

Metode inversi seismik adalah suatu metode untuk mengubah data seismik menjadi data sumur semu, seperti data log kecepatan, log densitas, atau log impedansi akustik, yang memiliki dimensi dan karakter yang sama dengan data sumur konvensional. Proses yang dilakukan dalam metode ini adalah dekonvolusi terhadap jejak seismik

Salah satu metode yang digunakan dalam melakukan interpretasi data seismik adalah metode inversi impedansi akustik. Metode inversi impedansi akustik merupakan suatu proses konversi dari data seismik menjadi data impedansi akustik yang merupakan sifat dasar dari suatu batuan. Apabila data seismik konvensional melihat batuan di bawah permukaan sebagai interfacing antar lapisan batuan, maka data impedansi akustik melihat batuan di bawah permukaan sebagai susunan lapisan batuan itu sendiri. Impedansi akustik mencerminkan sifat fisis dari batuan. Secara matematis, impedansi akustik adalah hasil perkalian antara harga kecepatan dengan harga densitas suatu batuan. Dengan demikian, impedansi akustik adalah merupakan sifat fisis batuan yang mudah dapat


(23)

langsung dikonversikan menjadi karakter suatu batuan (reservoir) seperti porositas.

Karakterisasi reservoir dengan inversi impedansi akustik telah berhasil diaplikasikan di banyak lapangan minyak.Seperti yang dilakukan oleh Darmawan (2010) di Formasi Baturaja, Area Pagardewa. Penelitian lainnya juga telah berhasil dilakukan oleh Koesoemadinata dkk (2008). Dalam penelitian tersebut dilakukan inversi impedansi akustik untuk memprediksi litologi dan porositas di utara Teluk Meksiko.Hasil impedansi yang didapat cukup baik untuk melakukan karakterisasi reservoir.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menentukan nilai impedansi akustik hasil inversi pada reservoir. 2. Memperkirakan nilai porositas batuan pada reservoir.

3. Mengidentifikasi kualitas dan pola penyebaran reservoir melalui analisis nilai impedansi akustik dan porositas.

4. Menentukan zona-zona prospek hidrokarbon dan pengembangan sumur selanjutnya.


(24)

1.3 Batasan Masalah

Penelitian Tugas Akhir ini dibatasi untuk mendapatkan penampang impedansi akustik terbaik yang didapat dari hasil inversi seismik dengan menggunakan metode inversi berbasis model (model based inversion) & band limited. Analisis terhadap pola penyebaran reservoir secara lateral dengan menggunakan nilai impedansi akustik yang dikorelasikan dengan penyebaran porositas sehingga akan diperoleh peta porositas sehingga dapat digunakan untuk menentukan zona prospek hidrokarbon pada Lapangan Mirza-Yurneli.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memperjelas bentuk perangkap hidrokarbon pada Formasi Binioserta penyebaran porositasnya (isoporosity).


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Penelitian

Daerah penelitian berada pada Lapangan Mirza-Yurneli yang terletak pada daerah Cekungan Sumatera Tengah seperti pada Gambar 2.1.


(26)

2.2 Geologi Regional Cekungan Sumatera Tengah

Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan yang terbentuk di belakang busur magmatik (back arc basin) dan terbentuk selama masa tersier awal (Eosen– Oligosen) akibat subduksi Lempeng Hindia-Australia yang bergerak miring (oblique subduction) di bawah Lempeng Eurasia dengan arah N60E.

Posisi tumbukan yang menyudut menimbulkan stres yang kuat sehingga banyak dijumpai struktur patahan pada Cekungan Sumatera Tengah yang memiliki karakteristik wrench tectonic (transform fault) yang berorientasi utara-selatan serta busur kepulauan yang berarah barat laut, yaitu : Cekungan Busur Nias, Busur Vulkanik Barisan, dan Sesar Semangko (Great Sumatera Fault). Geometri dari cekungan ini berbentuk asimetri dengan bagian terdalam di sebelah barat daya dan semakin melandai ke arah timur laut (Mertosono dan Nayoan, 1974). Lempeng samudra yang menunjam turun ke bawah mengalami partial melting di lapisan litosfer dan menjadi dasar dari Bukit Barisan. Ekstrusi magma diapirism membentuk busur vulkanik yang memanjang di Pulau Sumatera. Sedimen laut dalam akan terbawa ke bawah lempeng membentuk accretionary wedge sepanjang outer-arc ridge dalam fore-arc setting. Dalam back-arc setting, fluvio -lacustrine sedimen mempunyai karakteristik kaya source rock, yang digantikan oleh marine deposit yang mengisi reservoar untuk Giant Oil Field yang ditemukan pada back-arc Cekungan Sumatera Tengah. Gambar 2.2 menunjukkan penampang melintang Bentu PSC Cekungan Sumater Tengah.


(27)

Gambar 2.2. Penampang melintang Bentu PSC Cekungan Sumatera Tengah (Whibley, 1992).


(28)

25

2.3 Struktur Geologi Cekungan Sumatera Tengah

Secara regional, terdapat dua arah utama yang mempengaruhi pola stuktur di Cekungan Sumatera Tengah, yaitu utara-selatan dan barat daya- timur laut.

Struktur yang terdapat pada Lapangan Mirza-Yurneli dipengaruhi oleh lima sesar utama yang berasosiasi dengan antiklin dengan arah barat daya-timur laut.

2.4 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Tengah

Secara umum stratigrafi regional Cekungan Sumatera Tengah menurut Yarmanto (1996) tersusun atas beberapa formasi yaitu basement Pre-Tertiary, sedimen Tertiary yang terdiri dari Formasi Kelesa, Lakat, Tualang, Telisa, Binio, Korinci, dan Nilo, dan sedimen Quartenary berupa endapan aluvium. Pada penelitian kali ini difokuskan pada Formasi Binio. Formasi Binio menumpang secara selaras di atas Formasi Telisa. Formasi ini berumur miosen tengah-miosen akhir dengan litologi berupa claystone dan sandstone dengan sedikit coal serta limestone. Sedimen-sedimen tersebut diendapkan pada lingkungan fluvial, coastal, dan shallow marine dengan ketebalan antara 0.5-5 m. Sedimen-sedimen tersebut berasal dari timur laut atau Sunda Shield.


(29)

26

Gambar 2.3 Stratigrafi Cekungan Sumatera Tengah (Yarmanto, 1996). 2.5 Penelitian Karakterisasi Reservoir

Latimer dan Davison (2000) menjelaskan keuntungan-keuntungan interpretasi menggunakan data impedansi akustik dibandingkan dengan interpretasi menggunakan data seismik yang konvensional. Data impedansi akustik menggambarkan perlapisan sedangkan data seismik mempresentasikan


(30)

27

permukaan antara dua lapisan, sehingga interpretasi dapat dikerjakan pada unit-unit litologi daripada batas-batas litologinya. Sifat-sifat fisika yang berkaitan dengan lapisan batuan dapat langsung diperoleh daripada sifat-sifat fisika yang berkaitan dengan permukaan antara dua lapisan. Penampang impedansi akustik akan memperjelas tampilan perlapisan dan meningkatkan resolusi vertikal.

Robinson (2001) melakukan penelitian untuk mengetahui karakterisasi reservoar dengan menggunakan metode inversi stochastic. Dengan metode ini diperoleh data impedansi akustik yang lebih akurat dengan resolusi vertikal yang sama dengan data log sumur dan resolusi lateral seperti data seismik, sehingga prediksi karakter reservoar yang dilakukan bersama-sama dengan log sumur mendapatkan hasil yang akurat dengan resolusi yang cukup tinggi.

Kusuma dkk (2004) telah melakukan inversi seismik berbasiskan model untuk menentukan karakteristik impedansi reservoir dan menentukan ketebalan vertikal pada pada Lapangan Durna, Kalimantan Timur.

Penelitian lainnya juga telah berhasil dilakukan oleh Koesoemadinata dkk (2008). Dalam penelitian tersebut dilakukan inversi impedansi akustik untuk memprediksi litologi dan porositas di utara Teluk Meksiko.Hasil impedansi yang didapat cukup baik untuk melakukan karakterisasi reservoir.

Sedangkan Darmawan (2010) melakukan karakterisasi reservoir dengan inversi impedansi akustik pada Formasi Baturaja, Area Pagardewa, Sumatera Selatan. Dalam penelitian tersebut, telah dilakukan inversi impedansi akustik dengan lima metode. Untuk kemudian diambil metode yang paling cocok untuk pemetaan impedansi dan prediksi porositas.


(31)

28

III. TEORI DASAR

3.1 Metode Inversi Seismik

Metode inversi seismik adalah suatu teknik untuk membuat model bawah permukaan dengan menggunakan data seismik sebagai input dan data sumur sebagai kontrol (Sukmono, 2000). Proses yang dilakukan dalam metode ini adalah dekonvolusi terhadap data jejak seismik.

Gambar 3.1 Berbagai macam metode inversi seismik (Sukmono, 2000). Metode Inversi Seismik Inversi Pre stack Inversi Post stack Inversi AVO Inversi Tomografi Inversi Amplitudo Inversi Medan Gelombang Band limited Model Based Sparse Spike


(32)

29

Metode inversi seismik terbagi atas inversi pre stack dan inversi post stack (Gambar 3.1). Inversi pre stack terdiri atas inversi amplitude (AVO = Amplitude Versus Offset) dan inversi waktu jalar (travel time) atau tomografi. AVO merupakan metode inversi yang mencoba menentukan parameter elastisitas dari amplitudo refleksi hasil pengukuran sebagai fungsi offset (sudut datang), sedangkan inversi tomografi merupakan inversi yang mencoba menentukan struktur bumi dari sejumlah waktu jalar gelombang seismik hasil pengukuran. Inversi post stack terdiri atas inversi amplitudo dan inversi medan gelombang. Inversi amplitudo sendiri berdasarkan algoritmanya dibedakan menjadi inversi band limited, model based, dan sparse spike. Untuk selanjutnya pembahasan akan dibatasi hanya pada metode inversi post stack, inversi amplitudo, dengan teknik band limited & model based.

3.1.1 Metode Inversi Rekursif

Metode rekursif sering disebut juga band limited inversion. Metode ini mengabaikan efek dari wavelet dan memperlakukan tras seismik koefisien yang telah difilter oleh zero phase wavelet.

Metode ini merupakan metode paling awal untuk menginversi data seismik. Data seismik sederhana diasumsikan untuk data sesuai dengan model pada persamaan berikut:


(33)

30

(3.2)

Data seismik secara sederhana diasumsikan untuk dapat sesuai dengan model pada Persamaan (3.1), dan diinversi dengan menggunakan hubungan terbalik pada Persamaan (3.2). Metode rekursif ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain : perhitungan yang sangat sederhana tanpa harus menggunakan software, menggunakan seluruh trace seismik dalam perhitungannya, cepat dan stabil jika diterapkan pada data seismik yang bersih dari noise, dan metode ini merupakan metode paling sederhana yang tidak memperlebar frekuensi data yang ada. Namun ada kekurangan dari penerapan metode inversi antara lain, noise yang ada pada data seismik akan dianggap sebagai reflektifitas yang akan ikut diproses dalam inversi, tidak ada kontrol geologi, dan hilangnya frekuensi rendah.

3.1.2 Metode Inversi Model Based

Di antara ketiga jenis metode inversi amplitudo, metode inversi model based dengan menggunakan teknik inversi Generalized Linear Inversion (GLI) memiliki hasil dengan ralat yang terkecil.

Menurut Russell (1991), proses inversi linear umum (GLI) merupakan proses untuk menghasilkan model impedansi akustik yang paling cocok dengan data hasil pengukuran berdasarkan harga rata-rata kesalahan terkecil (least square). Secara matematis, model dan data pengukuran dapat dirumuskan sebagai vektor:

M = (m1, m2, m3, ………, mk)T (3.3)


(34)

31

dengan M adalah vektor model dengan parameter k dan D adalah vektor data pengukuran dengan parameter n.

Hubungan antara model dan data pengukuran dinyatakan dengan persamaan: di = F (m1, m2, m3, ………, mk), i = 1, 2, 3,…..,n (3.5)

dengan F adalah suatu fungsi hubungan antara model dan data pengukuran. Proses ini akan membentuk model dengan metode trial and error dengan cara menganalisa perbandingan antara keluaran model dengan data hasil pengukuran yang pasti memiliki tingkat kesalahan tertentu. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang dengan jumlah iterasi tertentu sehingga diperoleh hasil dengan tingkat kesalahan yang terkecil. Secara matematis F dapat dituliskan sebagai berikut:

(3.6)

dengan, M0 adalah model dugaan awal, M adalah model bumi sebenarnya, ΔM

adalah perubahan parameter modelF (M) adalah data pengukuran, F(M0) adalah

harga perhitungan dari model dugaan, dan

adalah perubahan harga perhitungan terhadap model.

Kesalahan antara keluaran model dengan data pengukuran dinyatakan sebagai:

ΔF = F (M) – F (M0) (3.7)

dan dalam bentuk matriks dapat ditulis sebagai berikut:


(35)

32

dengan A adalah matriks derivatif dengan jumlah baris n dan kolom k. Penyelesaian dari rumusan tersebut adalah:

ΔM = A-1ΔF (3.9)

dengan A-1 adalah invers dari matriks A.

Matriks A biasanya tidak berupa matriks segi empat, karena biasanya jumlah data pengukuran lebih banyak daripada parameter model (over determined). Hal ini menyebabkan matriks A tidak memiliki invers sebenarnya yang dikenal sebagai kasus overdeterminasi (Sukmono, 2000).

Untuk mengatasi hal ini biasanya dipakai metode least square yang dikenal sebagai metode Marquart-Levenburg. Solusi yang didapatkan adalah:

ΔM = (AT A)-1ATΔF (3.10)

dengan AT adalah matriks tranpose dari matriks A.

Metode ini membutuhkan suatu model dugaan impedansi akustik awal yang biasanya diperoleh dari data log sumur, yaitu dengan mengalikan antara data log kecepatan dengan data log densitas untuk mendapatkan data log impedansi akustik sumur.

IA = ρ . v (3.11)

dengan IA adalah harga impedansi akustik, ρ dan v adalah densitas (gr . cc-1) dan kecepatan (ft . s-1).

Model awal kemudian dibangun dengan cara interpolasi dan ekstrapolasi data log impedansi akustik antar sumur yang dikontrol oleh horizon sekuen stratigrafi yang


(36)

33

ada. Dari data impedansi akustik ini kemudian diturunkan harga koefisien refleksinya dengan persamaan:

(3.12)

dengan, KR adalah koefisien refleksi, IAi adalah harga impedansi akustik pada

lapisan ke I, IAi+1 adalah harga impedansi akustik pada lapisan ke i+1.

Harga koefisien refleksi ini kemudian dikonvolusikan dengan wavelet yang ada

s(t) = w(t) * r(t) (3.13)

dengan, s(t) adalah seismogram sintetik, w(t) adalah wavelet, dan r(t) adalah deret koefisien refleksi.

Sehingga diperoleh seismogram sintetik yang memiliki dimensi dan karakter yang sama dengan data jejak seismik berdasarkan harga impedansi model.

Seismogram sintetik ini kemudian dibandingkan dengan jejak seismik sebenarnya dan secara iteratif model awal diubah-ubah parameternya sehingga diperoleh kecocokan yang bagus antar kedua data ini dengan tingkat kesalahan yang terkecil (Gambar 3.2).


(37)

34

Gambar 3.2 Diagram alir penyelesaian inversi model based (Russell, 1996). Keunggulan metode inversi model based adalah hasil yang didapatkan memiliki informasi yang lebih akurat karena memasukkan komponen frekuensi rendah (dari data log), kurang sensitif terhadap noise karena menghindari inversi langsung dari data seismik, dan nilai impedansi akustik yang didapat rata-rata adalah berbentuk blocky yang memiliki harga impedansi akustik yang kontras sehingga mempermudah dalam penentuan batas atas dan batas bawah suatu lapisan reservoir. Adapun kekurangan dari metode model based ini antara lain solusi lengkap yang diperoleh secara iteratif dan mungkin tidak pernah dicapai. Dan dimungkinkan bisa didapat lebih dari satu model yang cocok dengan data seismik. (no uniqueness).


(38)

35

3.1.3 Impedansi Akustik

Hasil akhir dari suatu proses inversi data seismik adalah berupa data impedansi akustik yang memiliki informasi lebih lengkap dibandingkan data seismik.

Perubahan amplitudo pada data seismik hanyalah mencerminkan suatu bidang batas antar lapisan batuan sehingga bisa dikatakan bahwa data seismik adalah atribut dari suatu bidang batas lapisan batuan. Sedangkan impedansi akustik mencerminkan sifat fisis dari batuan. Secara matematis impedansi akustik batuan adalah hasil perkalian antara harga kecepatan dengan harga densitas suatu batuan. Dengan demikian, impedansi akustik adalah merupakan sifat fisis batuan yang dengan mudah dapat langsung dikonversikan menjadi karakter suatu batuan (reservoir) seperti ketebalan, porositas, maupun fluida pengisi batuan. Pada penelitian ini, obyek studi akan dibatasi pada estimasi porositas reservoir dengan menggunakan data impedansi akustik hasil inversi data seismik yang dipadukan dengan data log porositas efektif.

3.1.4 Koefisien Refleksi

Koefisien refleksi atau disebut juga sebagai reflektivitas merupakan konsep fisika fundamental dalam metode seismik. Pada dasarnya setiap koefisien refleksi dapat dianggap sebagai sebuah respon dari wavelet seismik terhadap sebuah perubahan impedansi akustik (Sukmono, 2000).

Pada saat gelombang seismik membentuk sudut datang tegak lurus terhadap bidang pantul (normal incidence), maka koefisien refleksi dapat dinyatakan sebagai berikut:


(39)

36

(3.15)

dimana KRi adalah koefisien Refleksi medium i, i, i+1 adalah densitas medium i

dan i+1, Vpi,Vpi+1 adalah kecepatan gelombang P pada medium i dan i+1, VP

adalah IA yaitu Impedansi akustik medium.

Gambar 3.3 Ilustrasi hubungan geologi dan seismik, dimana, (a) model geologi tiga lapisan, (b) merupakan impedansi akustik dari model geologi, (c) merupakan reflektivitas yang diperoleh dari impedansi akustik, (d) jejak seismik yang diperoleh dari konvolusi antara reflektivitas dan wavelet (Russel, 1991).

Gambar 3.3 dan Persamaan 3.1 menyatakan semakin kompak/keras batuan, maka kecepatan rambat gelombang pada batuan tersebut makin tinggi, sehingga semakin tinggi juga nilai impedansi akustik dan sebaliknya.

Koefisien refleksi pada Persamaan 3.1 mempunyai nilai antara -1 sampai 1. Jika impedansi akustik pada AI2 lebih besar dari impedansi akustik pada AI1, atau gelombang merambat dari batuan dengan nilai densitas/kecepatan rendah ke batuan dengan harga densitas/kecepatan yang lebih tinggi, maka nilai koefisien refleksi positif.


(40)

37

3.1.5 Wavelet

Wavelet adalah sinyal transien yang mempunyai interval waktu dan amplitudo yang terbatas. Ledakan sumber gelombang menggambarkan suatu wavelet, karena setelah ledakan terjadi (saat t >0), energi yang dibebaskan cukup besar dan dalam selang waktu tertentu energi tersebut akan habis.

Ada empat jenis wavelet yang umum diketahui, yaitu zero phase, minimum phase, maximum phase, dan mixed phase. Dalam eksplorasi seismik, jenis wavelet yang umum dipakai adalah zero phase dan minimum phase (Russell, 1991).

Perbedaan keempat wavelet tersebut terletak pada konsentrasi energi yang dipakai oleh masing-masing wavelet. Wavelet berfase nol (zero phase wavelet) mempunyai konsentrasi energi maksimum di tengah dan waktu tunda nol, sehingga wavelet ini mempunyai resolusi dan standout yang maksimum. Wavelet berfase nol (disebut juga wavelet simetris) merupakan jenis wavelet yang lebih baik dari semua jenis wavelet yang mempunyai spektrum amplitudo yang sama. Wavelet berfase minimum (minimum phase wavelet) memiliki energi yang terpusat pada bagian depan. Dibandingkan jenis wavelet yang lain dengan spektrum amplitudo yang sama, wavelet berfase minimum mempunyai perubahan atau pergeseran fase terkecil pada tiap-tiap frekuensi. Dalam terminasi waktu, wavelet berfase minimum memiliki waktu tunda terkecil dari energinya. Wavelet berfase maksimum (maximum phase wavelet) memiliki energi yang terpusat secara maksimal dibagian akhir dari wavelet tersebut, jadi merupakan kebalikan dari wavelet berfase minimum. Wavelet berfase campuran (mixed phase wavelet)


(41)

38

merupakan wavelet yang energinya tidak terkonsentrasi di bagian depan maupun di bagian belakang.

3.1.6 Seismogram Sintetik

Seismogram sintetik adalah hasil konvolusi antara deret koefisien refleksi dengan suatu wavelet (Gambar 3.4). Koefisien refleksi diperoleh dari data impedansi akustik dengan menggunakan Persamaan 3.12, dan wavelet diperoleh dengan melakukan pengekstrakan pada data seismik dengan atau tanpa menggunakan data sumur atau dengan wavelet buatan.

Menurut Sukmono (1999), salah satu kelemahan dari seismogram sintetik adalah mereka pada umumnya dibuat dengan menggunakan frekuensi yang sama untuk seluruh penampang, padahal frekuensi yang dipakai tersebut umummya diambil dari zona target (misal daerah reservoir). Hal ini sering mengakibatkan miss tie pada di luar daerah zona target tersebut.


(42)

39

Gambar 3.4 Konvolusi deret koefisien refleksi dengan wavelet untuk membuat seismogram sintetik (Natawijaya, 2004).

Seismogram sintetik merupakan sarana untuk mengidentifikasi horizon seismik yang sesuai dengan geologi bawah permukaan yang diketahui dalam suatu sumur hidrokarbon (Munadi dan Pasaribu, 1987). Identifikasi permukaan atau dasar formasi pada penampang seismik memungkinkan ditelusurinya kekontinyuan formasi tersebut pada arah lateral dengan memanfaatkan data seismik.

3.2 Porositas Batuan

Porositas batuan adalah salah satu sifat akustik dari reservoir yang didefinisikan sebagai ukuran kemampuan batuan untuk menyimpan fluida, dinyatakan dalam persen (%) atau fraksi. Ada 2 jenis porositas yang dikenal dalam teknik reservoir, yaitu porositas absolut dan porositas efektif. Porositas absolut adalah perbandingan antara volume pori-pori total batuan terhadap volume total batuan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai persamaan berikut:


(43)

40

φ = {(volume pori total)/(volume batuan total)} x 100% (3.15) dengan φ adalah porositas dalam %.

Sedangkan porositas efektif adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling berhubungan dengan volume batuan total, yang secara matematis dituliskan sebagai:

φ = (volume pori yang berhubungan)/(volume batuan total) (3.16) dengan φ adalah porositas (fraksi).

Perbedaan satuan dari kedua jenis porositas diatas hanyalah untuk mempermudah dalam pengidentifikasian jenis porositas. Dalam penelitian ini, jenis porositas yang digunakan adalah nilai porositas efektif karena dianggap sebagai bagian volume yang produktif. Penentuan baik tidaknya nilai porositas absolut dari suatu reservoir menurut Koesoemadinata (1978) adalah seperti yang terlihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skala penentuan baik tidaknya nilai porositas absolut batuan suatu reservoir.

Harga Porositas Skala

0 – 5 % 5 – 10 % 10 – 15 % 15 – 20 % 20 – 25 % > 25 %

diabaikan (negligible) buruk (poor)

cukup (fair) baik (good)

sangat baik (very good) istimewa (excellent)


(44)

41

Nilai atau harga porositas batuan biasanya diperoleh dari hasil perhitungan data log sumur, yaitu dari data log densitas, log neutron, dan log kecepatan. Pada penelitian ini, nilai porositas efektif yang digunakan adalah berasal dari log PIGE (effective porosity less irreducible water) yang merupakan log porositas efektif yang telah menghilangkan efek fluida yang menempel pada permukaan batuan sebagai membran (bound water).

Secara umum porositas batuan akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman batuan, karena semakin dalam batuan akan semakin kompak akibat efek tekanan di atasnya. Harga porositas juga akan mempengaruhi kecepatan gelombang seismik. Semakin besar porositas batuan maka kecepatan gelombang seismik yang melewatinya akan semakin kecil, dan demikian pula sebaliknya.


(45)

42

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari Oktober 2011 sampai Maret 2012 di EMP Kalila Bentu Ltd Jakarta, kemudian dilanjutkan di jurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung.

4.2Perangkat Lunak

1. Kingdom 8.4 untuk melakukan picking horizon dan membuat time structure map dan depth structure.

2. Hampson-Russel CE8/R4 yang terdiri dari:

a) Geoview untuk menyimpan data base sumur.

b) Strata untuk melakukan membuat model inisial, dan inversi seismik 2D post stack.

c) eLog untuk melakukan crossplot, editing, smoothing, korelasi sumur, well seismic tie, dan ekstraksi wavelet.

3. Surfer untuk pembuatan peta sebaran impedansi akustik dan porositas.


(46)

43

Data-data yang akan dipergunakan untuk inversi dikumpulkan dan dikelompokan serta dilakukan analisis. Data-data tersebut antara lain, yaitu:

4.3.1 Data seismik

Data seismik merupakan data post-stack 2D meliputi 6 inline dan 19 crossline dengan sampling rate 2 ms. Lintasan seismik ini berada di Blok EMP Kalila Bentu daerah Cekungan Sumatra Tengah. Basemap untuk lintasan seismik Lapangan Mirza-Yurneli ditunjukan oleh Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Basemap lintasan seismik Lapangan Mirza-Yurneli.

4.3.2 Data sumur


(47)

44

Data sumur yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 5 sumur vertikal yang letaknya hampir berdekatan. Data-data ini kemudian digunakan untuk melakukan well seismic tie. Data sumur yang diperlukan untuk well seismic tie adalah log sonic dan log densitas. Data log yang ada meliputi seperti Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Data sumur & Tabel Log. No Well

Log

Status Checkshot Neutron Sonik Densitas

1 Yurneli 1 v v Gas

2 Yurneli 2 v v v v Gas

3 Yurneli 3 v v v Gas

4 Yurneli 4 v v Gas

5 Mirza 1 v v v v Gas

4.3.3 Data marker geologi

Marker geologi memberikan informasi mengenai kedalaman lapisan batuan atau formasi batuan yang ada di daerah penelitian. Data ini digunakan untuk menentukan batas lapisan atau top structure dari suatu lapisan, terutama dalam penelitian ini adalah Formasi Binio. Marker geologi yang digunakan adalah Yuza 1 dan Yuza 2.


(48)

45

Setelah data log dan data seismik diinput maka langkah selanjutnya adalah pembuatan seismogram sintetik sebagai hasil konvolusi dari reflectivity log dengan wavelet. Dimana reflectivity log didapatkan dari hasil log sonic yang sudah dikoreksi dengan chekshot dan log densitas. Sedangkan (ekstraksi) wavelet akan digunakan untuk proses well seismic tie.

Dalam melakukan well seismic tie diperlukan sebuah wavelet yang kemudian wavelet tersebut akan berperan penting dalam pembuatan model inisial. Pembuatan wavelet dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Ekstrak well

Ekstraksi wavelet ini dibuat dari hasil data well yang didukung oleh data log yang dimiliki oleh lapangan ini. Yang kemudian dilakukan auto shifting agar mendapat nilai korelasi yang baik. Namun karena bukan merupakan data seismik maka korelasinya belum maksimal. Oleh karena itu dilakukan proses ekstraksi wavelet dengan menggunakan data seismik.

2. Ekstrak statistical

Wavelet ini yang dibuat dengan cara mengekstraksi wavelet data seismik secara statistik. Untuk mendapatkan nilai korelasi yang bagus maka dilakukan proses auto shifting serta stretch. Dimana saat melakukan stretch diharapkan jangan berlebihan karena sebenarnya proses strecthing akan mengubah data log.


(49)

46

Gambar 4.2 Wavelet Statistik hasil ekstraksi dari data seismik.

Langkah tersebut diaplikasikan pada tiap-tiap sumur, sehingga pada tiap sumur tersebut mempunyai wavelet yang berbeda-beda. Sedangkan untuk proses inversi, hanya akan digunakan satu wavelet yang konstan. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan pemilihan satu wavelet yang mewakili semua sumur.

4.5 Well Seismic Tie

Well seismic tie adalah proses pengikatan data sumur (well) terhadap data seismik. Hal dilakukan karena data seismik umumnya berada dalam domain waktu (time) sedangkan data well berada dalam domain kedalaman (depth). Seismogram sintetik yang sudah dibuat sebelumnya pada Lapangan Mirza-Yurneli kemudian diikatkan dengan data seismik. Pengikatan ini akan menghasilkan koefisien korelasi atau kesesuaian antara data seismik yang ada dengan seismogram sintetik dengan nilai antara 0 sampai 1. Koefisien korelasi yang didapatkan pada sumur Yurneli 2 dan Mirza 1 adalah 0,922 dan 0.92.


(50)

47

Gambar 4.3 Contoh Korelasi data sumur dengan data seismik dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.922.


(51)

4.6 Picking Horizon

Picking horizon adalah suatu proses penelusuran horizon yang digunakan sebagai kontrol secara lateral dari data seismik yang kemudian akan digunakan untuk membuat inisial model pada metode inversi.

Sebelum melakukan picking horizon terlebih dahulu dilakukan identifikasi sesar atau pembuatan batas-batas sesar pada data seismik 2D yang ada agar dapat mengetahui daerah yang kemungkinan menjadi jebakan hidrokarbon dan batas kemenerusan horizon pada data tersebut.

Picking horizon ini dilakukan dengan mengikatkan satu lintasan seismik yang memiliki data sumur agar dapat diketahui korelasi antara data seismik dengan data log. Picking horizon hanya dilakukan pada dua horizon, yaitu Yuza 1 dan Yuza 2 dengan pemilihan horizon-horizon yang dianggap merupakan kemenerusan dari horizon target yang sudah ditentukan.

Horizon ini memiliki litologi batupasir yang merupakan bagian dari Formasi Binio dimana formasi ini merupakan zona target penelitian. Yang memiliki potensi resevoir gas. Zona yang menjadi tempat akumulasi hidrokarbon dalam lapangan ini ditandai dengan adanya fenomena bright spot.


(52)

Gambar 4.4 Picking horizon pada lintasan seismik 476-80.

4.7 Konversi Time to Depth

Dari hasil picking horizon akan didapatkan time structure map yang merupakan kontrol dari hasil picking yang dilakukan.Kemudian time structure map ini akan dikonversi menjadi depth structure map.

4.8 Analisis Sensitivitas

Sebelum memasuki tahap inversi terlebih dahulu dilakukan pengecekan zona litologi berdasarkan nilai impedansinya dengan crossplot antara impedansi dengan log yang ada pada sumur tersebut (gamma ray, porosity, dan P-Impedance. Kemudian dilakukan zonasi atau pemisahan antara zona impedansi rendah dan


(53)

zona impedansi tinggi lalu dilakukan cross section. Jika nilai impedansi mampu memisahkan zona secara tegas maka kemungkinan hasil inversi akan mampu digunakan untuk karakterisasi resevoir.

Hal ini dilakukan untuk pengecekan korelasi antara data impedansi dengan data log yang berasal dari sumur. Dari hasil cross section yang ada akan dapat dilihat hubungan antara zonasi tersebut dan kemudian dikorelasi dengan data log sumur yang ada. Jika zonasi yang dilakukan salah, maka akan terlihat pada cross sectionnya setelah dikorelasikan dengan data log sumur. Yaitu terjadi perbedaan daerah target antara cross section dengan data log sumurnya.

4.9 Model Inisial

Model inisial dibuat dari data seismik dan data log. Data log yang digunakan adalah data log impedansi akustik. Log impedansi akustik ini didapatkan dari log sonic (kecepatan) dan log densitas. Dalam pembuatan model inisial ini dilakukan pada 2 sumur vertikal dan 6 lintasan seismik sekaligus karena akan dilakukan multi inversi.

Lintasan yang akan dilakukan untuk membuat model inisial dititikberatkan pada lintasan yang dekat atau melintasi sumur yang ada. Hal ini dilakukan agar ada kontrol secara vertikal terhadap model inisial. Model inisial dan data seismik menentukan bagus tidaknya hasil inversi. Model inisial ini akan digunakan sebagai kontrol dalam melakukan inversi.


(54)

Sebelum membuat model inisial terlebih dahulu dilakukan picking pada top horizon yang menjadi zona target untuk membatasi pembuatan model inisial dan juga hasil inversinya. Model inisial ini dibuat dengan input sebagai berikut:

 Semua sumur yang telah mengalami well seismik tie.

 Horizon target.

 Memasukkan high cut frequency yang diinginkan, dalam project ini dilakukan cut frequency di 10/15 Hz.

4.10 Analisis Hasil Inversi

Setelah didapatkan model inisial maka dilakukan analisis terlebih dahulu sebelum melakukan inversi. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan band limited dan model based inversion yang kemudian akan didapatkan nilai korelasi dan error antara model inisial dengan hasil inversi. Untuk mendapatkan nilai korelasi yang tinggi maka dalam mengekstraksi wavelet dipilih satu wavelet yang paling cocok untuk semua sumur.

Namun selain ekstraksi wavelet ada ada beberapa parameter yang perlu diubah untuk mendapatkan nilai korelasi yang tinggi. Antara lain adalah : sample rate, horizon, data log impedansi akustik sumur yang digunakan, ukuran blok rata-rata, nilai pembatas (soft constraints), dan jumlah iterasi yang digunakan. Besarnya nilai korelasi ini akan mempengaruhi hasil dari inversi, karena makin tinggi nilai korelasi maka hasil inversi akan semakin bagus. Pembatasan window difokuskan pada Formasi Binio.


(55)

4.11 Diagram Alir Pengolahan Data

Diagram alir pengolahan data adalah sebagai berikut:


(56)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Peta Struktur Waktu dan Kedalaman

Hasil Depth structure menunjukkan bahwa daerah jebakan hidrokarbon Lapangan Mirza-Yurneli berada pada daerah yang lebih tinggi yang berupa closure. Hal ini dapat disimpulkan bahwa di daerah penelitian ini terdapat struktur antiklin yang berasosiasi dengan sesar naik. Antiklin tersebut memiliki arah pelipatan SW-NE dan Sesar memiliki arah NW-SE. Selain itu, dapat juga dilihat bahwa terdapat dua closure antiklin utama. Masing-masing closure antiklin terdapat pada Lapangan Mirza dan Lapangan Yurneli.

Struktur antiklin ini dapat terjadi karena adanya gaya kompresi saat berlangsungnya pembentukan Cekungan Sumatera Tengah ini. Dimana hidrokarbon pada daerah penelitian terjebak dalam struktur ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa jebakan hidrokarbon di daerah ini merupakan tipe struktural. Rata-rata kedalaman Horizon Yuza 1 adalah 1100-1200 ft dengan rata-rata waktu adalah 0.34-0.36 s (Gambar 5.1 dan 5.2). Sementara untuk Horizon Yuza 2, kedalaman rata-rata berkisar 1200-1300 ft dengan rata-rata waktu adalah 0.40 s (Gambar 5.3 dan 5.4).


(57)

Dilihat dari nilai ketinggian rata-ratanya, maka Horizon Yuza 1 dan Horizon Yuza 2 merupakan daerah yang cukup dangkal sebagai reservoir hidrokarbon dengan kedalaman berkisar 1100-1300 ft. Adapun penampang seismik dapat dilihat pada Gambar 5.5 dan 5.6.

Gambar 5.1 Peta time structure pada Horizon Yuza 1.

Gambar 5.2 Peta depth structure pada Horizon Yuza 1.


(58)

Gambar 5.3 Peta time structure pada Horizon Yuza 2.

Gambar 5.4 Peta depth structure pada Horizon Yuza 2.


(59)

Gambar 5.5 Penampang seismik arah NE-SW.

Gambar 5.6 Penampang seismik arah NW-SE.

SW NE


(60)

5.2 Analisis Sensitivitas

Dari hasil cross plot antara log impedansi akustik, porositas efektif, dan gamma ray, dapat dilihat bahwa nilai impedansi akustik yang rendah berasosiasi dengan nilai porositas tinggi (Gambar 5.7). Hasil analisis cross plot tersebut dibagi menjadi tiga zona, yaitu Batupasir (hijau), Shaly-sandstone (kuning), dan Shale (pink). Zona Batupasir (hijau) ditandai dengan nilai impedansi rendah, gamma ray rendah, dan porositas tinggi. Serta Zona Shale (pink) memiliki nilai impedansi tinggi, gamma ray tinggi, dan porositas yang rendah. Zona Shaly-sandstone (kuning) yang berada di antara Zona Batupasir dan Shale memiliki ciri dari Zona Batupasir juga Shale. Hasil analisis ini dapat mempermudah dalam mengetahui karakter dan model reservoir daerah penelitian. Dari hasil cross plot ini, didapat batasan impedansi akustik untuk batupasir yaitu antara 6000 ft/s*gr/cc - 11000 ft/s*g/cc.


(61)

Gambar 5.7 Cross plot antara impedansi akustik, porositas, dan gamma ray pada Sumur Yurneli 2.


(62)

5.3 Hasil Inversi

Inversi impedansi akustik dilakukan dengan dua metode setelah didapatkan model inisial yang terbaik. Hasil pada tahap ini adalah penampang impedansi akustik. Gambar 5.8 menunjukkan perbandingan hasil dari kedua metode inversi impedansi akustik pada line seismik yang melintasi Sumur Mirza 1. Gambar tersebut menampilkan impedansi akustik sumur yang didapat dari perhitungan data log dan impedansi akustik dari penampang seismik yang didapat dari hasil inversi. Warna ungu menunjukkan nilai impedansi tinggi (17000 ft/s*g/cc), dan warna hijau menunjukkan impedansi akustik yang rendah (8000 ft/s*g/cc). Pada reservoir batupasir yang menjadi target, impedansi akustik berada pada rentang nilai 6000 ft/s*g/cc sampai 11000 ft/s*g/cc sesuai hasil cross plot yang dilakukan Impedansi akustik yang dihasilkan dari metode inversi Model Based dan Band Limited akan dijelaskan satu demi satu agar mendapatkan metode terbaik. Metode yang memiliki kecocokan paling tinggi dalam penelitian ini akan digunakan untuk memprediksi distribusi porositas. Pada reservoir batupasir yang menjadi zona target, nilai impedansi yang berasal dari data log berada pada rentang 6000 ft/s*g/cc (hijau) dan 1100 ft/s*g/cc (kuning).

Pada inversi band limited, penampang seismik hasil inversi menunjukkan nilai impedansi yang memiliki kecocokan dengan impedansi sumur pada lapisan batupasir. Pada sisi kanan dan kiri sumur, nilai impedansi batupasir berkisar antara 8000 ft/s*g/cc - 9000 ft/s*g/cc (hijau). Namun, hasil inversi kurang begitu konsisten pada lapisan di bawahnya. Pada hasil inversi, lapisan yang bukan batupasir memiliki nilai impedansi antara 13000 ft/s*g/cc - 15000 ft/s*g/cc. Hal


(63)

ini memperlihatkan dengan jelas bahwa nilai impedansi hasil inversi band limited kurang begitu cocok dengan impedansi sumur. Jadi bisa disimpulkan bahwa secara kualitatif, inversi band limited memberikan hasil inversi yang kurang begitu baik.

Pada inversi model based, nilai impedansi yang dihasilkan pada penampang seismik hasil inversi berkisar antara 8000 ft/s*g/cc - 11000 ft/s*g/cc (hijau & kuning). Selain itu, hasil inversi juga bisa mendeteksi lapisan tipis impedansi pada data sumur. Hasil inversi juga konsisten terhadap perubahan impedansi pada lapisan di bawahnya. Perbandingan secara kuantitatif terhadap seluruh hasil inversi dapat dilihat pada Gambar 5.9.


(64)

Gambar 5.9 Perbandingan secara kuantitatif hasil inversi (a) Model based, (b) Band limited.

Gambar 5.9 menunjukkan hasil analisis hasil inversi dengan metode model based dan band limited. Kurva yang ada pada gambar menunjukkan nilai impedansi hasil inversi (merah), impedansi pada model inisial (hitam) dan impedansi pada data log (biru). Semakin berimpit kurva tersebut, maka nilai impedansi hasil inversi memiliki nilai yang sama dengan impedansi pada sumur maupun dengan model inisial.

a


(65)

Gambar 5.10 Hasil Multi Well Analysis pada masing-masing hasil inversi. Hasil perbandingan secara kuantitatif menunjukkan bahwa seluruh hasil inversi memiliki korelasi total yang sangat baik (Gambar 5.10). Hasil inversi masing-masing memiliki korelasi yang mendekati satu. Selain itu, selisih antara impedansi log, model inisial dan impedansi hasil inversi pada semua metode memiliki nilai di bawah 1000, yang merupakan nilai selisih yang sangat baik. Semakin kecil selisihnya maka hasil inversi akan semakin bagus. Hasil korelasi secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 5.1.


(66)

Tabel 5.1 Korelasi dan perbandingan antara impedansi log, model inisial dan hasil inversi.

No Inversi Korelasi

Total

Selisih impedansi Log, Model Inisial & inversi

1 Model Based 0.966474 779.823

2 Band Limited 0.961583 910.359

Analisis secara kuantitatif tersebut menunjukkan bahwa nilai korelasi hasil inversi model based memiliki korelasi sebesar 0.966474 dan nilai selisih paling kecil yaitu 779.823. Sedangkan hasil inversi band limited, korelasi total yang didapat adalah 0.961583 dengan nilai selisih (error) sebesar 910.359.

Dari perbandingan kedua hasil inversi baik secara kualitatif maupun kuatitatif, dapat disimpulkan bahwa inversi model based memberikan hasil yang terbaik pada zona target di Lapangan Mirza-Yurneli. Hasil inversi model based akan digunakan untuk memprediksi distribusi porositas. Gambar 5.11 menunjukkan perbandingan penampang seismik, model inisial, & hasil inversi.


(67)

Gambar 5.11 Perbandingan antara Seismic Section (A), Model Inisial (B) dan Impedansi (C) yang melalui Sumur Mirza 1.


(68)

Gambar 5.12 Perbandingan Hasil Inversi dengan log Gamma Ray dan P-impedance pada Sumur Mirza 1 (a) dan Sumur

Yurneli 2 (b).

Gambar 5.12 menunjukkan bahwa hasil inversi memiliki kecocokan dengan log sumur. Seperti yang telah dilakukan pada analisis sensitivitas sebelumnya, Batupasir ditunjukkan dengan nilai impedansi rendah, dan gamma ray yang rendah.

Yuza 1

Yuza 2

Yuza 1

Yuza 2

Mirza 1

Yurneli 2

a


(69)

Gambar 5.13 Cross plot Impedansi Hasil Inversi Model Based vs Impedansi Sumur.

Gambar 5.13 memperlihatkan hasil cross plot yang menunjukkan bahwa impedansi hasil inversi model based memiliki gradien yang linear terhadap impedansi sumur.

5.4 PetaImpedansi Akustik

Untuk menentukan sebaran nilai impedansi akustik pada Horizon Yuza 1 dan Horizon Yuza 2 maka dibuat peta impedansi akustik. Hal ini bertujuan untuk mempermudah analisis karakterisasi reservoir maupun penentuan sumur pengembangan berikutnya.

Peta impedansi akustik Horizon Yuza 1 maupun Horizon Yuza 2 menunjukkan bahwa seluruh sumur berada pada daerah yang memiliki nilai impedansi akustik rendah yang ditunjukkan dengan warna hijau sampai biru (Gambar 5.14 dan 5.15).


(70)

Gambar 5.14 Peta impedansi akustik overlay peta kedalaman pada Horizon Yuza 1.

Gambar 5.15 Peta impedansi akustik overlay peta kedalaman pada Horizon Yuza 2.

N


(71)

5.5 Peta Estimasi DistribusiPorositas Reservoir

Schultz, dkk (1994) mengusulkan sebuah cara untuk memperkirakan nilai dan penyebaran porositas reservoir dengan cara memadukan antara data log porositas dan data impedansi akustik dari data seismik secara statistik. Hasil yang diperoleh dengan cara ini lebih baik jika dibandingkan dengan cara lainnya.

Harga impedansi akustik batuan merupakan sifat fisik dari lapisan batuan, sehingga dapat dengan mudah dikonversi secara langsung menjadi sifat fisik batuan, seperti porositas batuan. Untuk melihat adanya hubungan antara impedansi akustik dengan porositas efektif, dibuat suatu cross plot antar kedua data tersebut pada Sumur Yurneli 2 (Gambar 5.7). Dari cross plot ini dapat dilihat bahwa harga impedansi akustik yang rendah berasosiasi dengan harga porositas efektif yang besar, yang menunjukkan suatu lapisan clean sand.

Dari hasil cross plot (Gambar 5.7)didapatkan persamaan: y = -0.0000213558(x) + 0.518335

dimana koefisien y adalah porositas efektif dan koefisien x adalah impedansi akustik. Nilai porositas pada peta yang didapat merupakan hasil dari konversi nilai impedansi akustik. Oleh karena itu, maka nilai porositas yang didapatkan tidak secara tepat mengidentifikasikan nilai porositas reservoir yang sebenarnya. Namun kita dapat memperkirakan pola distribusi porositas yang ada di lapangan.


(72)

Gambar 5.16 Peta distribusi porositas overlay peta kedalaman pada Horizon Yuza 1.

Gambar 5.17 Peta distribusi porositas overlay peta kedalaman pada Horizon Yuza 2.

N


(73)

Dari peta distribusi porositas Horizon Yuza 1 maupun Horizon Yuza 2 (Gambar 5.16 dan 5.17), diketahui bahwa seluruh sumur berada pada daerah yang memiliki nilai porositas yang tinggi. Pada Horizon Yuza 1 porositas tinggi ditandai oleh warna oranye. Sedangkan pada Horizon Yuza 2 porositas tinggi ditandai oleh warna hijau-oranye. Hal ini disebabkan Horizon Yuza 2 memiliki nilai porositas rata-rata yang lebih tinggi.

Nilai porositas yang tinggi menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah reservoir dengan litologi batupasir. Porositas batupasir bernilai tinggi karena nilai densitasnya rendah. Sebab batupasir cenderung memiliki pori-pori batuan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan shale. Semakin porous batuan tersebut maka nilai densitasnya akan semakin rendah dan nilai porositasnya akan semakin tinggi.

Daerah yang memiliki nilai porositas tinggi maka ideal sebagai reservoir, sebab hidrokarbon akan masuk ke dalam reservoir melalui pori-pori batuan dan akan terjebak di reservoir tersebut jika reservoir tersebut dikelilingi atau dibatasi oleh batuan yang bersifat impermeable seperti shale.

5.6 Analisis Sumur Usulan

Reservoir sandstone pada Lapangan Mirza-Yurneli berkembang sangat baik. Hal ini terbukti dengan persebaran impedansi akustik yang cukup kecil, persebaran porositas yang cukup besar dan memiliki reservoir yang cukup tebal. Sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukannya pengeboran sumur baru.


(74)

Peta porositas mengilustrasikan distribusi porositas yang mengacu pada hasil cross plot impedansi dengan porositas. Secara umum, hasil ini dapat digunakan untuk memprediksi pola distribusi porositas pada reservoir batupasir di daerah ini. Berdasarkan peta distribusi porositas, pola penyebaran porositas dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pada Horizon Yuza 1, distribusi nilai porositas efektif cukup baik pada area di dekat Sumur Mirza 1 dan Sumur Yurneli 2. Nilai porositas efektif di area tersebut berkisar 0.20-0.30 fraksi. Zona porous tersebut berada pada puncak antiklin. Horizon Yuza 2 memiliki distribusi nilai porositas efektif lebih tinggi daripada Horizon Yuza 1. Nilai porositas efektif bernilai 0.20-0.30 fraksi didapati di sekitar Sumur Yurneli 2. Sedangkan nilai porositas 0.30-0.40 fraksi didapati berada di sekitar Sumur Mirza 2. Zona porous pada horizon ini juga berada pada daerah tinggian atau antiklin.

Berdasarkan peta distribusi porositas tersebut, sumur baru sebaiknya berada pada zona dengan nilai porositas di atas 0.20 fraksi dan berada pada zona tinggian atau puncak antiklin. Dalam hal ini, pengembangan lanjutan sebaiknya difokuskan di Lapangan Mirza (Gambar 5.18).

Walaupun fluida pengisi reservoir tidak dapat dideteksi dengan nilai impedansi akustik. Namun terdapatnya fenomena bright spot pada penampang seismik memungkinkan bahwa fluida pengisi reservoirnya berupa gas. Hal ini pun juga dibuktikan dengan semua sumur tersebut sudah terbukti memproduksi gas. Sedangkan litologi pada Horizon Yuza 1 dan Horizon Yuza 2 berupa batupasir, dimana batupasir tersebut berperan sebagai reservoir.


(75)

Gambar 5.18 Zona prospek untuk sumur pengembangan berikutnya


(76)

Formasi Binio, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan formasi yang unik karena terdapat batuan induk, batuan reservoar, dan migrasi. Selai itu, pada Formasi Binio ini terdapat gas biogenik yang dihasilkan dari pembusukan material organik oleh mikroorganisme anaerob. Gas biogenik yang pada umumnya terletak pada kedalaman yang relatif dangkal membuat gas biogenik bernilai ekonomis karena targetnya relatif dangkal. Dilihat dari kedalamannya, formasi ini memiliki kedalaman sekitar 1.200 ft.


(77)

VI. KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari proses ini diperoleh harga impedansi akustik untuk reservoir Horizon Yuza 1 dan Horizon Yuza 2 adalah berkisar antara 6000 ft/s*g/cc-11000 ft/s*g/cc.

2. Harga porositas efektif untuk reservoir Horizon Yuza 1 sebesar 0.20-0.30 fraksi. Sedangkan harga porositas efektif untuk reservoir Horizon Yuza 2 adalah sebesar 0.20-0.40 fraksi.

3. Arah penyebaran reservoir di Lapangan Mirza-Yurneli secara umum adalah Barat Laut-tenggara yang dikontrol oleh struktur geologi yang cukup kompleks, yaitu berupa struktur antiklin dengan arah pelipatan Barat daya-Timur Laut dan struktur patahan yang memiliki jurus Barat Laut-Tenggara.

4. Arah distribusi porositas efektif di Lapangan Mirza-Yurneli adalah Barat Laut-Tenggara yang sesuai dengan arah penyebaran reservoir di Lapangan Mirza-Yurneli. Zona prospek hidrokarbon berada pada puncak antiklin


(78)

Mirza-Yurneli. Untuk sumur pengembangan berikutnya sebaiknya dilakukan di Lapangan Mirza, terutama di sekitaran closure antiklin.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan beberapa hal, diantaranya: 1. Berdasarkan peta sebaran porositas, pengeboran untuk sumur

pengembangan berikutnya sebaiknya dilakukan pada lokasi yang memiliki nilai porositas di atas 0.20 fraksi terutama di Lapangan Mirza.

2. Sebaiknya dilakukan studi terpadu karakterisasi reservoir dengan menyertakan pemetaan fasies dan analisis petrofisika.


(79)

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, A., 2010. Acoustic Impedance Inversion Of Carbonate Rock Batu Raja Formation In Pagardewa Area South Sumatra. Department Of Exploration Geophysics,Curtin University Of Technology.

Heidrick, T.L., dan Aulia, K., 1993. A Structural and Tectonic Model of The Coastal

Plains Block, Central Sumatra Basin Indonesia. Proceeding IPA. 22nd Annual

Convention. p. 285 – 317.

Koesoemadinata, A., Banik, N., Agarwal, V., Singh, S., dan Durrnani, J., 2008. A Global Acoustic Impedance Inversion For Porosity and Lithology Prediction in Northern Gulf of Mexico. SEG Las Vegas 2008 Annual Meeting.

Koesoemadinata, R. P., 1978. Geologi Minyak dan Gas Bumi, ITB, Bandung Kusuma, A.S., Sismanto., Syaifudin, F., dan Arby, N., 2004. Estimasi Penyebaran Vertikal (TVT) Reservoar D1 dan D2 Dengan Metode Inversi Seismik di Lapangan Durna-7, Balikpapan, Kalimantan Timur. Jurnal Fisika Indonesia, No 23, Vol VIII. Hal 27-42.

Latimer, R., dan Davison, R., 2000. An Interpreter’s Guide to Understanding and

Working with Seismic-Derived Acoustic Impedance Data. The Leading Edge p. 242-256.

Mertosono, S., dan Nayoan, G. A. S., 1974. The Tertiary Basinal of Central Sumatra.

Proceedings IPA, 3rd Annual Connvention, p. 63 – 76.

Munadi, S., dan Pasaribu, D.P., 1987. Seismogram Sintetik dari Rekaman Geofisika Sumur, Lembaran Publikasi LEMIGAS No. 4/1987, Halaman 298-311. Natawijaya, M. A., 2004. Inversi Seismik Untuk Memperkirakan Porositas Efektif Reservoar Pada Lapangan Ar76. UGM, Yogyakarta.

Robinson., 2001. Stochastic Seismic Inversion Applied to Reservoir Characterization.

CSEG recorder. Englewood, Colorado, USA.

Russell, B. H., 1991. Introduction to Seismic Inversion Methods, S.N. Domenico,


(80)

Russell B. H., 1996. Strata Workshop, Hampson-Russell Software Services Ltd. Schultz, P., Shuki, R., Hattori, M., dan Corbettm C., 1994. Seismic-Guided Estimation of Log Properties, The Leading Edge, Volume 13, No.5.

Sukmono, S., 1999. Interpretasi Seismik Refleksi, Departemen Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Sukmono, S., 2000. Seismik Inversi Untuk Karakterisasi Reservoir. Departemen

Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Telford, W. M., Geldart, L. P., Sheriff, R. E., dan Keys, D. A., 1976. Applied

Geophysics. Cambridge University Press, Cambridge.

Whibley, M., 1992. Regional Geological Central Sumatera Basin Synthesis. Bentu

PSC Document.

Yarmanto., 1996. Stratigraphy of the Central Sumatra Basins, Petroleum Geology of

Indonesian Basins. Pertamina BPPKA Indonesia.


(81)

(82)

Lampiran 1. Perbandingan hasil inversi Model based (a) dan Band limited (b)

Yurneli2

Yurneli2

b

a


(83)

Lampiran 2. Perbandingan hasil inversi Model based (a) dan Band limited (b)

Mirza1 Mirza1

b

a


(84)

Lampiran 3. Perbandingan hasil inversi Model based (a) dan Band limited (b)

Mirza1 Mirza1

b

a


(85)

Lampiran 4. Perbandingan hasil inversi Model based (a) dan Band limited (b)

b


(86)

Lampiran 5. Perbandingan hasil inversi Model based (a) dan Band limited (b)

b


(1)

(2)

Lampiran 1. Perbandingan hasil inversi Model based (a) dan Band limited (b)

Yurneli2

Yurneli2

b

a


(3)

Lampiran 2. Perbandingan hasil inversi Model based (a) dan Band limited (b)

Mirza1 Mirza1

b

a


(4)

Lampiran 3. Perbandingan hasil inversi Model based (a) dan Band limited (b)

Mirza1 Mirza1

b

a


(5)

Lampiran 4. Perbandingan hasil inversi Model based (a) dan Band limited (b)

b

a


(6)

Lampiran 5. Perbandingan hasil inversi Model based (a) dan Band limited (b)

b

a


Dokumen yang terkait

KARAKTERISASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK DAN MULTIATRIBUT PADA LAPANGAN “PRB’

4 14 95

KARAKTERISASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK DAN MULTIATRIBUT PADA LAPANGAN “PRB’

1 10 77

KARAKTERISASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGANMETODE INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK DAN MULTIATRIBUT PADA LAPANGAN “PRB’

3 18 77

KARAKTERISASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK DAN MULTIATRIBUT PADA LAPANGAN “PRB’

1 7 77

Karakterisasi Reservoar Batupasir Menggunakan Seismik Inversi Acoustic Impedance Pada Lapangan “RDW” Cekungan Sumatera Selatan

7 41 70

KARAKTERISASI RESERVOAR MENGGUNAKAN METODE INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE PADA LAPANGAN "IK" FORMASI TALANGAKAR CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

8 30 103

CHARACTERIZATION OF OIL AND GAS RESERVOIR USING ACOUSTIC IMPEDANCE INVERSION AND ANALYSIS MULTIATTRIBUTE SEISMIC ON FIELD "ZA", BATURAJA FORMATION, SOUTH SUMATRA BASIN

0 2 76

Aplikasi Inversi Seismik untuk Karakterisasi Reservoir lapangan “Y”, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur

0 2 5

KARAKTERISASI RESERVOAR MENGGUNAKAN METODE INVERSI AI (ACOUSTIC IMPEDANCE) DAN METODE SEISMIK MULTIATRIBUT PADA LAPANGAN “RM”, FORMASI TALANG AKAR CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

1 1 15

RESERVOAR BATUPASIR PADA LAPANGAN “KANAKA” FORMASI BEKASAP CEKUNGAN SUMATERA TENGAH APPLICATION OF SEISMIC ATTRIBUTES AND ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) INVERSION TO PREDICT OF SANDSTONE RESERVOAR ON KANAKA FIELD, BEKASAP FORMATION CENTRAL SUMATERA BASIN

0 10 123