PENGARUH LAMA FERMENTASI Trametes sp. TERHADAP BAHAN KERING, KADAR ABU, DAN KADAR SERAT KASAR DAUN NENAS VARIETAS Smooth cayene

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF FERMENTATION DURATION OF Trametes sp. ON DRY MATTER CONTENT, ASH CONTENT, CRUDE FIBER CONTENT

OF PINEAPPLE LEAVES OF Smooth cayene VARIETY By

NUR EKA STYAWATI

The main problem in developing of ruminant production in Indonesia is the difficulty in fulfilling the availability of feed continually, either the quality or the quantity. The abundant pineapple leaves cause the pineapple leaves are potensial to be feed stuff. However, the crude fiber content is high. Therefore, the pineapple leaves will be fermented by day treatment to reduce the high crude fiber content. This study aimed to determine the effect of the best fermentation duration and to determine the effect of Trametes sp. on dry metter, ash content, and crude fiber content of pineapple leaves of Smooth cayene variety.

This study was held in the Laboratory of Animal Feed, Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The treatments were arranged by using Completely Randomized Design (CRD) with four treatments and four replications. The treatment consisted of storage during 0 day, 2 days, 4 days, 6 days. The data of result observation was analyzed by using variance analysis with significant level of 5% and or 1%. The polynomial orthogonal used after the variance analysis showed the significant result.

The result of this study showed that the treatment of storage duration of 0 day, 2 days, 4 days, 6 days were significantly different (P<1%) on dry matter content, ash content, and crude fiber content. The duration of Trametes sp. fermentation was significantly different to the content of dry matter, crude fiber, ash. Longer duration of fermentation, more decrease the content of dry matter, crude fiber, and ash. This is according to the regresion equality of dry matter Y=12,11-0,61x (R2=0,84, r=0,92), crude fiber content Y=26,08-1,81x (R2=0,69, r=0,83), and ash content Y=7,39-0,47x (R2=0,73, r=0,85).

Keys word : Trametes sp., the pineapple leaves, dry matter, ash content, crude fiber content


(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring meningkatnya pengetahuan dan pendapatan. Protein hewani berperan penting sebagai landasan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan protein hewani penduduk Indonesia sebagian sudah dapat dipenuhi di dalam negeri, namun kebutuhan untuk daging merah dan susu sebagian besar masih diimpor. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan produksi yang berasal dari ruminansia.

Ruminansia sangat tergantung pada pakan hijauan. Produktivitas hijauan sangat berfluktuasi, berlimpah pada musim hujan, terjadi kekurangan saat kemarau dan pada daerah padat ternak. Permasalahan utama dalam pengembangan produksi ruminansia di Indonesia adalah sulitnya memenuhi ketersediaan pakan secara berkesinambungan baik mutu maupun jumlahnya. Usaha mencari bahan pakan murah dan penemuan teknologi tepat guna dalam pemanfaatannya masih terus dilakukan, guna membantu pemecahan penyediaan pakan. Strategi pemberian pakan yang efisien adalah memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah dan bernilai gizi bagi ternak.


(3)

Daun dari tanaman nenas berpotensi menjadi pakan alternatif. Salah satu varietas yang dapat dijadikan sebagai pakan ternak adalah varietas Smooth cayene. Varietas ini memiliki ciri-ciri daun panjang dan lebar, tidak berduri dengan warna hijau tua kemerahan, batang dan tangkai buah berdiameter besar, buah besar dengan mata buah yang besar pula, warna kulit buah hijau tua sampai kuning kemerahan dan rasa daging buah manis. Melimpahnya jumlah daun nenas dengan bentuk fisik tersebut menyebabkan daun nenas varietas Smooth cayene berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia.

Namun, ada keterbatasan dalam penyerapan nutrisi dari daun nenas ini jika dimanfaatkan sebagai pakan ternak dalam keadaan segar, yaitu tinggi kandungan serat kasarnya. Pemberian serat kasar yang terlalu tinggi tidak dapat terserap secara optimal oleh saluran pencernaan ternak ruminansia, maka dibutuhkan suatu metode pengolahan pakan yang dapat merenggangkan ikatan selulosa dan

hemiselulosa yang sangat kompleks dalam daun nenas tersebut. Salah satu metode pengolahan pakan yang dapat diterapkan adalah perlakuan fermentasi.

Pada zaman sekarang telah ditemukan sejenis jamur yang mampu mendegradasi senyawa lignin, yaitu kelompok White-rot fungi yangmampu menggunakan selulosa sebagai sumber karbon untuk substrat pertumbuhannya dan mampu mendegradasi lignin. Jamur pendegradasi lignin yang paling aktif adalah White-rot fungi seperti Trametes versicolor yangmampu merombak hemisellulosa, sellulosa, dan lignin (Jonsson et al., 1989).

Untuk menghasilkan produk bioproses yang ideal perlu diketahui lama waktu fermentasi. Produk fermentasi yang diharapkan mempunyai kandungan serat


(4)

kasar yang lebih rendah. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan fermentasi dengan penambahan jamur Trametes sp. dengan lama waktu fermentasi terbaik terhadap bahan kering, kadar abu, dan kadar serat kasar dengan harapan

mempunyai nilai kadar serat kasar yang menurun.

B.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. mengetahui pengaruh Trametes sp. terhadap kadar bahan kering, kadar abu, dan kadar serat kasar daun nenas varietas Smooth cayenne;

2. mengetahui pengaruh lama fermentasi terbaik pada daun nenas varietas Smooth cayenne dengan penambahan Trametes sp.

C.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, yaitu diharapkan daun nenas dengan perlakuan fermentasi menggunakan Trametes sp. dapat menjadi pakan alternatif untuk ternak ruminansia dan dapat memberikan informasi bagi peternak dalam memanfaatkan daun nenas. Hal ini akan mengatasi permasalahan kurangnya hijauan atau rumput untuk pakan ruminansia dan produktivitas ternak ruminansia akan meningkat.

D.Kerangka Pemikiran

Ruminansia sangat tergantung pada pakan hijauan. Produktivitas hijauan sangat berfluktuasi, berlimpah pada musim hujan, terjadi kekurangan saat kemarau dan pada daerah padat ternak. Permasalahan utama dalam pengembangan produksi


(5)

ruminansia di Indonesia adalah sulitnya memenuhi ketersediaan pakan secara berkesinambungan baik mutu maupun jumlahnya. Usaha mencari bahan pakan murah dan penemuan teknologi tepat guna dalam pemanfaatannya masih terus dilakukan, guna membantu pemecahan penyediaan pakan. Strategi pemberian pakan yang efisien adalah memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah dan bernilai gizi bagi ternak.

Daun dari tanaman nenas berpotensi menjadi pakan alternatif. Salah satu varietas yang dapat dijadikan sebagai pakan ternak adalah varietas Smooth cayene. Varietas ini memiliki ciri-ciri daun panjang dan lebar, tidak berduri dengan warna hijau tua kemerahan, batang dan tangkai buah berdiameter besar, buah besar dengan mata buah yang besar pula, warna kulit buah hijau tua sampai kuning kemerahan dan rasa daging buah manis. Melimpahnya jumlah daun nenas dengan bentuk fisik tersebut menyebabkan daun nenas varietas Smooth cayene berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia.

Namun, ada keterbatasan dalam penyerapan nutrisi dari daun nenas ini jika dimanfaatkan sebagai pakan ternak dalam keadaan segar, yaitu tinggi kandungan serat kasarnya. Pemberian serat kasar yang terlalu tinggi tidak dapat terserap secara optimal oleh saluran pencernaan ternak ruminansia, maka dibutuhkan suatu metode pengolahan pakan yang dapat merenggangkan ikatan selulosa dan

hemiselulosa yang sangat kompleks dalam daun nenas tersebut. Salah satu metode pengolahan pakan yang dapat diterapkan adalah perlakuan fermentasi.

Fermentasi yang dilakukan dengan menggunakan jamur Trametes sp., merupakan salah satu pengolahan yang memungkinkan terjadinya peningkatan pemanfaatan


(6)

pakan berserat kasar tinggi, karena aktivitas dari jamur Trametes sp.

memungkinkan terjadinya perombakan terhadap komponen bahan yang sulit dicerna. Namun, Trametes sp. termasuk kedalam jenis jamur White rot fungi yang melakukan pelapukan pada kayu sehingga mudah sekali dihancurkan dengan menggunakan tangan, hal ini disebabkan oleh hilangnya lignin dan selulosa. Untuk menghasilkan produk bioproses yang ideal perlu diketahui lama waktu fermentasi. Produk fermentasi yang diharapkan mempunyai kandungan serat kasar yang lebih rendah. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan fermentasi dengan penambahan jamur Trametes sp. dengan lama waktu fermentasi terbaik terhadap bahan kering, kadar abu, dan kadar serat kasar dengan harapan

mempunyai nilai kadar serat kasar yang menurun.

E.Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini, yaitu :

1. terdapat pengaruh Trametes sp. terhadap kadar bahan kering, kadar abu, dan kadar serat kasar daun nenas varietas Smooth cayenne;

2. terdapat pengaruh salah satu lama fermentasi terbaik Trametes sp. terhadap kadar bahan kering, kadar abu, dan kadar serat kasar daun nenas varietas


(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Deskripsi Tanaman Nenas

Nenas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

Anenas comosus. Nenas merupakan tanaman buah berupa semak dengan daging buah berwarna kuning. Kandungan air yang dimiliki buah nenas adalah 90%. Nenas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nenas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan dan meluas

dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.

Tanaman nenas berbentuk semak dan hidupnya bersifat tahunan (perennial). Tanaman nenas terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan tunas-tunas. Akar nenas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan akar samping dengan sistem

perakaran yang terbatas. Akar-akar melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut (monocotyledonae). Kedalaman perakaran pada media tumbuh yang baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah biasa jarang mencapai kedalaman 30 cm.


(8)

Batang tanaman nenas berukuran cukup panjang 20-25 cm atau lebih, tebal dengan diameter 2,0 -3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku) pendek. Batang sebagai tempat melekat akar, daun bunga, tunas dan buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah merupakan perpanjangan batang.

Daun nenas tumbuh memanjang sekitar 130-150 cm, lebar antara 3-5 cm atau lebih, permukaan daun sebelah atas halus mengkilap berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau coklat kemerah-merahan. Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna keputih-putihan atau keperak-perakan. Jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 70-80 helai yang tata letaknya seperti spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas arah kanan dan kiri. Morfologi nenas dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: PT. Great Giant Pineapple Gambar 1. Morfologi nenas


(9)

Bunga bersifat hermaprodit, masing-masing berkedudukan di ketiak daun

pelindung. Jumlah bunga membuka setiap hari, berjumlah sekitar 5-10 kuntum. Pertumbuhan bunga dimulai dari bagian dasar menuju bagian atas memakan waktu 10-20 hari. Waktu dari menanam sampai terbentuk bunga sekitar 6-16 bulan.

Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nenas, yaitu : Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen

(daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan

Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas cultivar nenas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan

Cayene dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nenas yang dikategorikan unggul adalah nenas Bogor, Subang dan Palembang.

Klasifikasi tanaman nenas adalah:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup) Ordo : Farinosae (Bromeliales)

Famili : Bromiliaceae Genus : Anenas


(10)

Tanaman nenas mengandung Bromeilin. Bromelin merupakan salah satu jenis enzim protease sulfhidril yang mampu menghidrolisis ikatan peptida pada protein atau polipeptida menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino. Bromelin

ini berbentuk serbuk amori dengan warna putih bening sampai kekuning-kuningan, berbau khas, larut sebagian dalam: Aseton, Eter, dan CHCL3, stabil pada pH: 3,0 – 5,5. Suhu optimum enzim Bromelin adalah 50°C- 80°C.

Enzim ini terdapat pada tangkai, kulit, daun, buah, maupun batang tanaman nenas dalam jumlah yang berbeda. Persentase kandungan bromeilin pada daun nenas dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Persentase kandungan bromeilin pada tanaman nenas No. Bagian tanaman nenas Persentase

1. Buah utuh masak 0,060 – 0,080

2. Daging buah masak 0,080 – 0,125

3. Kulit buah 0,050 – 0,075

4. Tangkai 0,040 – 0,060

5. Batang 0,100 – 0,600

6. Buah utuh matang 0,040 – 0,060 Sumber : Murniati (2006) dalam Anja wulan sari

Manfaat dari enzim bromeilin dari tanaman nenas adalah sebagai pelunakan daging antemortem pada hakikatnya adalah memberi perlakuan khusus pada ternak sebelum ternak di potong. Caranya, sebelum dipotong ternak diberi suntikan larutan enzim pelunak daging yang dimasukkan ke dalam vena jugularis

(saluran darah).

Cara penyuntikan antemortem

a) 10 gram bubuk pelunak daging (bromelin) dicampur dengan 10 gram cairan pengencer gliserin


(11)

b) Campuran tadi dikocok rata hingga berbentuk pasta

c) Campuran berbentuk pasta kemudian dilarutkan dalam air suling (aquades)sebanyak 200 cc, kemudian dikocok sampai terlihat jernih

d) Bisa langsung digunakan dengan dosis 2 cc untuk setiap kilogram berat ternak yang akan dipotong

Untuk itu penyuntikan bisa dilakukan pada pembuluh di bawah sayap. Setelah penyuntikan dilakukan, itik bisa segera dipotong karena enzim proteolitik sudah cukup merata terbagi di seluruh jaringan daging. Namun, apabila itik tidak jadi dipotong, enzim tersebut tidak mempunyai pengaruh buruk bagi itik karena akhirnya enzim itu akan dikeluarkan lewat kotoran.

Enzim bromelin mampu menguraikan serat-serat daging, sehingga daging menjadi lebih empuk. Untuk keperluan sendiri, cuci dulu nanas sebelum dikupas. Kalau perlu, disikat. Haluskan kulit nanas dengan blender, isikan ke dalam kotak es (ice cube), bekukan dalam feezer. Ambil 2-3 kubus kulit nanas beku campur dengan 500 gram daging, diamkan selama 30-60 menit pada suhu kamar atau 2-3 jam dalam lemari es (refrigerator). Cuci daging ketika masih utuh. Potong-potong sesuai keperluan, lalu empukkan dengan kulit nanas. Setelah kulit nanas disisihkan dari daging, daging siap dibumbui. Kalau hendak mencuci daging setelah dicampur kulit nanas, potong-potong daging lebih besar dari keperluan. Misalnya daging untuk sate, potong panjang bentuk jari. Setelah diempukkan dengan kulit nanas, cuci daging, lalu potong sesuai keperluan. Cara ini akan menghindari hilangnya terlalu banyak juice daging, sehingga daging bisa tetap juicy (tidak kering) dan tetap terasa manis khas daging (Sari, 2012).


(12)

B.Daun Nenas

Daun nenas (pineapple leaves) berbentuk panjang, runcing, berserat, dan berduri. Setiap hektar tanaman nenas dihasilkan lebih dari 80 ton daun setiap tahun. Daun nenas merupakan salah satu jenis pakan yang cukup baik bagi ruminansia,

pemberiannya dapat dilakukan dalam bentuk segar, kering atau silase. Daun nenas yang dikeringkan pemberiannya lebih baik dalam bentuk pellet. Bagian tanaman nenas yang dapat dan tidak dapat digunakan sebagai pakan ternak dapat di lihat pada Gambar 2.

Sumber: PT. Great Giant Pineapple

Gambar 2. Bagian tanaman nenas yang dapat dan tidak dapat digunakan sebagai pakan ternak

Daun nenas adalah limbah yang paling banyak dihasilkan dari tanaman nenas. Daun nenas cukup potensial untuk dijadikan pakan ternak alternatif, khususnya di musim kemarau yang sulit untuk mendapatkan rumput segar. Sifatnya bulky atau cepat mengenyangkan karena tinggi kandungan serat kasar namun rendah protein kasar. Pemanfaatannya masih terbatas sebagai pupuk dan membutuhkan waktu


(13)

yang relative panjang. Oleh karena itu, diupayakan cara pemanfaatan limbah daun nenas tersebut sebagai salah satu pakan ternak alternative untuk mengatasi menumpuknya limbah serta menjadi cadangan pakan dimusim kemarau.

C.Teknologi Pengolahan Bahan Pakan Ternak

Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu

menyajikan unsur hara atau nutrisi yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi (birahi, konsepsi, kebuntingan) serta laktasi (produksi susu). Alasan lain mengapa pakan menjadi salah satu faktor terpenting selain bibit dan manajemen di dalam pemeliharaan ternak, khususnya ternak sapi. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Kelemahan sistem produksi peternakan umumnya terletak pada ketidakpastian tatalaksana pakan dan kesehatan.

Keterbatasan pakan menyebabkan daya tamping ternak pada suatu daerah menurun atau dapat menyebabkan gangguan produksi dan reproduksi yang normal.

Hal ini antara lain dapat diatasi bila potensi pertanian/industri maupun limbahnya ikut dipertimbangkan dalam usaha peternakan. Ini tidak menjadi suatu yang berlebihan mengingat Indonesia merupakan negara agraris. Asalkan kita tahu secara tepat nilai guna dan daya gunanya serta tahu teknologi yang tepat pula untuk mengelolanya agar lebih bermanfaat.


(14)

Salah satu teknik pengolahan pakan adalah dengan cara fermentasi. Menurut Winarno dkk (1980), fermentasi adalah segala macam proses metabolic dengan bantuan enzim dari mikroba (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisasi, dan reaksi kimia lainnya sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu dan menyebabkan

terjadinya perubahan sifat bahan tersebut.

Mikroba yang banyak digunakan sebagai inokulum fermentasi adalah kapang, bakteri, khamir, dan ganggang. Pemilihan inokulum yang akan digunakan lebih berdasarkan pada komposisi media, teknik proses, aspek gizi, dan aspek ekonomi (Tannenbeum, dkk., 1975). Bahkan dewasa ini mikroba sebagai probiotik dengan berbagai merk dagang dapat diperoleh dengan mudah. Fermentasi dilakukan dengan cara menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulolitik, dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (contohnya : starbio, starbioplus, EM-4, dan lain-lain).

Fermentasi yang dilakukan dengan menggunakan jamur, merupakan salah satu pengolahan yang memungkinkan terjadinya peningkatan pemanfaatan pakan berserat kasar tinggi, karena aktivitas dari jamur memungkinkan terjadinya perombakan terhadap komponen bahan yang sulit dicerna. Judoamidjojo, et. al.,

(1992) mengatakan bahwa pada dasarnya teknologi fermentasi adalah upaya manusia untuk mencapai kondisi optimal agar proses fermentasi dapat

memperoleh hasil yang maksimal serta sesuai dengan target yang direncanakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Kemampuan mikroba untuk tumbuh dan membentuk produk fermentasi dipengaruhi oleh zat makanan seperti sumber


(15)

karbon, nitrogen, oksigen, vitamin, dan mineral. Faktor lain yang juga

berpengaruh adalah pH media, temperatur, kadar air, dan aerasi (Tarigan, 1988).

Untuk menghasilkan produk bioproses yang ideal perlu diketahui lama waktu fermentasi. Produk fermentasi yang diharapkan mempunyai kandungan lignin yang lebih rendah tetapi kandungan selulosa yang tetap tinggi. Kehilangan nutrien dan rasio selulosa lignin merupakan indikator utama keberhasilan proses fermentasi.

D.Trametes sp

Jamur Trametes versicolor termasuk dalam family Polyporaceae (Poly : banyak;

Pore : Pori). Poro-pori dapat berukuran sangat kecil ataupun besar yang berfungsi sebagai tempat untuk keluarnya spora yang akan terbang. Letak pori ini berada di sisi belakang badan buah (Basidiokarpa). Wood dan Stevens (1996)

mengemukakan bahwa pori jamur ini memiliki ukuran 4-6 x 1,5-2,5 µm, berbentuk silindrikal berliku yang ramping, permukaan halus,

hyaline/hymeniumnya berwarna putih hingga kuning pucat dalam lapisannya. Nama lain dari jamur ini adalah Turkey tail. Nama ini diberikan karena jamur ini memiliki badan buah yang menyerupai miniature dari ekor kalkun yang sedang menggeliat. Jenis jamur ini merupakan salah satu jamur yang paling banyak dijumpai didunia. Selain pori, bagian yang dapat diidentifikasi adalah teksturnya (konsistensinya) yang berbentuk seperti kulit. Hal inilah yang membedakan dengan genus Ganoderma yang berbentuk daging. Tekstur jamur ini dikatakan demikian karena apabila kita mengoyak badan jamur sama halnya dengan


(16)

menandakan umur jamur. Satu lingkaran menandakan bahwa jamur tersebut telah melewati satu musim. Jadi, zonasi tersebut akan bertambah setiap musimnya. Jenis jamur Trametes versicolor disajikan pada Gambar 3.

Sumber: Wood dan Stevens (1996) Gambar 3. Trametes versicolor

Klasifikasi jamur jenis ini adalah sebagai berikut : Kingdom : Fungi

Division : Basidiomycota

Class : Hymenomycetes

Ordo : Aphyllophorales

Family : Polyporaceae

Genus : Trametes

Species : Trametes versicolor

Adapun ciri-ciri jamur jenis ini adalah warna coklat keputih-putihan hingga putih kekuningan dengan tepi bergerigi, permukaan badan buah jamur berbulu, jamur tidak memiliki tangkai, langsung melekat pada kayu, teksturnya menyerupai kulit,


(17)

pada badan jamur terlihat zonasi pertumbuhan jamur, dan bentuk basidiokarpa/badan buah seperti ekor kalkun yang sedang menggeliat.

Warna dari jamur ini yang ditemukan adalah coklat keputih-putihan dengan tepi yang bergerigi dan warna yang lebih muda (putih kekuningan). Namun warna ini tidak dapat dijadikan acuan utama dalam mengidentifikasi jamur. Perbedaan warna disebabkan karena intensitas cahaya matahari. Permukaan buah badan jamur ini berbulu, hal ini dapat dirasakan langsung dengan perabaan. Jamur ini tidak memiliki tangkai, namun langsung melekat pada kayu.

Berdasarkan bentuk penyerangannya, Trametes versicolor termasuk kedalam jenis jamur White-rot fungi. Jamur ini merombak lignin dan sebagian selulosa. Kayu yang diserang akan berwarna putih. Pelapukan kayu oleh jamur terbagi dalam dua (2) tahap yaitu tahap awal dan tahap lanjut. Pada tahap awal akan terjadi

perubahan warna dan pengerasan pada permukaan kayu. Setelah tingkat permulaan dilalui, kayu terlihat semakin berubah baik warna maupun sifat

fisiknya hingga pada akhirnya struktur dan penampilan kayu berubah secara total. Tahap ini disebut sebagai pelapukan tingkat lanjut (advanced decay) dimana kekuatan kayu berkurang sedemikian rupa sehingga mudah sekali dihancurkan dengan menggunakan tangan. Serangan tersebut berpengaruh pada berat kayu, dimana kayu yang terserang beratnya akan ringan, hal ini disebabkan oleh hilangnya lignin dan selulosa (Iswanto, 2009).


(18)

E.Analisis Proksimat

Proximate berasal dari Bahasa Latin yaitu Proximus yang berarti terdekat. Arti kata tersebut sesuai dengan besarnya nilai kandungan zat makanan yang diperoleh dalam analisis tersebut bukan nilai sebenarnya, tetapi merupakan nilai-nilai yang mendekati nilai sebenarnya. oleh karena itu hasilnya disebut dengan kadar. Pengelompokan zat makanan suatu pakan atau ransum menurut analisis proksimat digambarkan pada Gambar 4. berikut ini.

Pakan

Air Bahan Kering

Abu Bahan Organik

Protein Bahan Organik Tanpa Nitrogen

Lemak Karbohidrat

Serat Kasar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Gambar 4. Bagan zat-zat makanan pakan menurut Metode Weende

Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Selain itu, manfaat dari analisis proksimat adalah dasar untuk formulasi ransum dan bagian dari prosedur untuk uji kecernaan. Zat gizi sangat diperlukan oleh hewan untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi, dan hidup


(19)

pokok. Makanan ternak berisi zat gizi untuk kebutuhan energi dan fungsi-fungsi di atas, tetapi setiap ternak kandungan zat gizi yang dibutuhkannya berbeda-beda.

Analisis yang dilakukan analisis proksimat hanya mencakup analisis terhadap air, abu/ mineral, protein, lemak, dan serat kasar. Selama ini, pakan konsentrat dan hijauan banyak dianalisis dengan menggunakan analisis proksimat. Besarnya nilai kandungan zat makanan yang diperoleh pada analisis proksimat, bukan nilai yang sebenarnya, tetapi mendekati. Analisis proksimat selama ini digunakan untuk menganalisis baik pakan berupa konsentrat maupun hijauan(Tillman,1998).

1. Bahan Kering

Bahan kering merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Dalam analisa ini menggunakan alat yang berupa oven 1050C, timbangan analitik, cawan porselin, deksikator dan penjepit. Masing-masing dari alat ini mempunyai fungsi sesuai dengan kebutuhan dalam analisa bahan kering seperti misalnya cawan porselin digunakan untuk tempat sampel yang akan dianalisa setelah penimbangan. Oven digunakan untuk memanaskan sampel yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air. Pada prinsipnya dalam analisa bahan kering ini adalah dengan pemanasan

menggunakan oven 1050C selama 4 jam dengan sampel 1-2 gram diharapkan kadar air dalam bahan pakan akan menguap sehingga yang tersisa hanyalah bahan kering dan cawan. Untuk mendapatkan hasil dari bahan kering makan bahan kering dan oven dikurangi dengan berat cawan pertama kali ditimbang sebelum diberi sampel.


(20)

Secara rinci prosedur dari analisa bahan kering sebagai berikut : 1. timbang cawan porselin;

2. tambahkan sampel dan ditimbang;

3. masukkan kedalam oven 1050C selama 4 jam; 4. masukkan desikator selama 1 jam, lalu ditimbang.

Analisa bahan kerining ini mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia peternakan khususnya karena tidak semua ternak mampu mengkonsumsi pakan dalam bentuk segar sehingga perlu diketahui kandungan BK dalam bahan pakan tersebut.

2. Kadar Abu

Abu merupakan sisa pembakaran dalam tanur pada suhu 6000C. Pada suhu yang sangat tinggi ini, semua bahan organik (karbohidrat, lemak, dan protein) akan terbakar habis dan sisanya berupa abu yang merupakan bahan anorganik yang banyak mengandung mineral. Mineral dapat ditentukan dari kadar abu dengan menggunakan prosedur analisis mineral yang dibutuhkan, seperti Ca dan P. Mineral lainnya seperti Fosfat anorganik dapat ditentukan menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS.

Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macan bahan dan cara pengabuanya. Kadar abu ada hubunganya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik. Garam organik misalnya garam-garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat, sedngkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat. Selain kedua garam tersebut,


(21)

kadang-kadang mineral berbentuk sebagai senyawaan komplek yang bersifat organik. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalam bentuk aslinya sangatlah sulit, oleh karena itu biasanya dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral tersebut, yang dikenal dengan pengabuan

(Sudarmadji, 2003).

Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan sebagai berikut : a. Untuk menentukan baik tidaknya suatu proses penggolahan;

b. Untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan

c. Untuk memperkirakan kandungan buah yang digunakan untuk membuat jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau membedakan fruit uinegar (asli) atau sintesis;

d. Sebagai parameter nilai bahan pada makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran lain ( Irawati, 2008 ).

Penentuan kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-600°C dan melakukan penimbangan zat yang tinggal setelah proses pembakaran tersebut. Lama pengabuan tiap bahan berbeda–beda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dilakukan pada alat pengabuan yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Pengabuan diangap selesai apa bila diperoleh sisa pembakaran yang umumnya bewarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu 30 menit. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam keadan dingin,untuk itu krus yang berisi abu diambil dari dalam tanur harus lebih dahulu dimasukan ke dalam oven bersuhu 105°C agar suhunya turun


(22)

menyesuaikan degan suhu didalam oven,barulah dimasukkan kedalam desikator sampai dingin,barulah abunya dapat ditimbang hingga hasil timbangannya konstan (Anonim, 2010).

Rumus untuk menghitung kadar abu adalah sebagai berikut.

� � � � % = ×100 %

Keterangan : A = banyaknya abu (gram)

B = banyaknya sampel awal (gram)

3. Kadar Serat Kasar

Karbohidrat bermacam-macam jenisnya dan bervariasi pula manfaatnya bagi tubuh. Mencermati hal tersebut, maka karbohidarat dibagi menjadi 2 fraksi, yaitu fraksi serat kasar (SK) atau crude fiber (CF) yang sukar dicerna dan fraksi Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) atau Nitrogen Free Extract (NFE) yang bersifat mudah dicerna. Serat kasar diduga kaya akan lignin dan selulosa, sehingga sulit dicerna. Prinsip di dalam analisis kadar serat kasar, yaitu semua zat yang hilang pada waktu pemijaran dalam tanur pada suhu 6000 C selama 2 jam, sesudah mengalami pencucian dengan asam kuat encer dan basa kuat encer.

Pengukuran Kadar Serat Kasar berdasarkan Tillman, et all (1989) dilakukan dengan rumus :

� � ��� = − −( − )


(23)

Keterangan : Kadar SK : Kadar Serat Kasar (%) A : Bobot Kertas (gram)

B : Bobot kertas berisi sample analisa (gram) C : Bobot kertas saring whatman ashless (gram) D : Bobot kertas saring whatman ashless berisi residue

(gram)

E : Bobot cawan porselein (gram)


(24)

III. METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai dari April sampai dengan Mei 2013 di Laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B.Bahan dan Alat Penelitian 1. Pembuatan Inokulum Murni

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, untuk larutan mineral adalah 0,6 MgSO4, 0,5 gram KCL, 5 gram NH4NO3, 0,01 gram FeSO4, 0,01 gram CuSO4, untuk larutan inokulum adalah 1 gram glukosa, 5 gram peptone, 1 gram yeast

ekstrak, alkohol, dan Trametes sp. yang diperoleh dari Laboratorium Pathologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB). Alat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kompor listrik, panci, spatula, tabung reaksi, aluminium foil, ose, bunsen, beaker glass, kain lap, lemari kaca dan gelas erlenmeyer tempat tumbuhnya media Trametes sp.

2. Analisis Proksimat Daun Nenas Terfermentasi

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun nenas yang berasal dari PT. Great Giant Pineapple yang merupakan varietas Smooth cayene atau yang dikenal dengan nama nenas Bogor. Daun nenas yang telah


(25)

dipotong-potong ± 2-3 cm sebanyak 16 kg ditimbang menggunakan timbangan analitik merk Oxone OX-315 dengan ketelitian 0,1 gram.

Bahan penelitian lainnya adalah sample analisa, H2SO4 0,25 N, NaOH 0,313 N, aceton, air suling hangat, dan kertas saring whatman ashless. Alat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kantung plastik kapasitas 2 kg berwarna bening dengan ketebalan 0,4 mm dan berat 4 gram sebanyak 16 kantong, tali raffia dengan berat 0,375 gram yang diperoleh dari Poultry Shop Jujur Sentosa, Bandar Jaya, pisau, timbangan analitik merk Oxone OX-315,

penggiling/penepung (Disk mill), dandang, nampan, baskom, kain lap, ayakan (Shifter), sendok plastik, thermometer, dan alat-alat analisis proksimat, seperti timbangan analitik merk AND GT-200 dengan ketelitian 0,001 gram, oven merk Heraerus, tanur produksi PT. Multi Ahrindo, alat crude fiber apparatus, desikator, cawan porselein, pensil, tang penjepit, kain lap, botol semprot, gelas

erlenmeyer, dan corong kaca.

C.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah : R0 : Fermentasi 0 hari

R1 : Fermentasi 2 hari R2 : Fermentasi 4 hari R3 : Fermentasi 6 hari


(26)

Skema tata letak percobaan secara acak terdapat pada Gambar 5.

R2U4 R3U2 R3U4 R0U3

R2U2 R0U2 R0U1 R1U2

R1U1 R3U3 R2U3 R3U1

R0U4 R1U3 R2U1 R1U4

Gambar 5. Skema tata letak percobaan

D.Analisis Data

Data yang dihasilkan dianalisis ragam dengan taraf nyata 5% dan atau 1%. Apabila dari analisis ragam menunjukkan hasil yang nyata, maka analisis dilanjutkan dengan uji polynomial orthogonal (Steel dan Torrie, 1993).

E.Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan Inokulum Murni

Cara pembuatan inokulum murni dengan cara mencampur 0,6 g MgSO4, 0,5 g KCl, 5 g NH4NO3, 0,001 g CuSO4, 0,01 g FeSO4 dan air hingga 1000 ml, selanjutnya membuat larutan inokulum dengan cara mencampurkan 1 gram glukosa, 5 gram peptone, 1 gram yeast ekstrak. Larutan inokulum dicampur dengan larutan mineral kemudian dididihkan. Setelah mendidih, didinginkan dan dimasukkan kedalam botol. Yeast Trametes sp. yang akan dibiakkan diambil beberapa ose (dilakukan dekat dengan api bunsen) kemudian dicelupkan ke dalam botol yang berisi larutan inokulum. Biakan murni

Trametes sp. dapat dilihat pada Gambar 6. Selanjutnya dilakukan inkubasi selama 4 hari seperti pada gambar sehingga diperoleh larutan inokulum murni.


(27)

Sumber: Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Gambar 6. Biakan murni Trametes sp.

2. Persiapan Daun Nenas

Daun nenas dipotong-potong sepanjang ± 2-3 cm. Kemudian disterilisasi selama 1 jam. Selanjutnya didiamkan sampai dingin.

Sumber: PT. Great Giant Pineapple Gambar 7. Daun nenas yang digunakan sebagai sample

Sumber: PT. Great Giant Pineapple


(28)

3. Pelaksanaan Percobaan

Pelaksanaan percobaan dilakukan dengan cara : a. menimbang kantung plastik dan tali raffia;

b. menimbang sebanyak ± 1 kg daun nenas yang telah dikukus; c. menuangkan daun nenas yang telah dikukus kedalam baskom; d. menambahkan inokulum murni sebanyak 50 ml;

e. memasukkan sample kedalam kantung plastik;

f. menutup dan mengikat kantung plastik, lalu dilubangi, kemudian ditimbang;

g. menyimpan sample diruangan sesuai dengan tata letak.

4. Panen Fermentasi Daun Nenas

Cara panen fermentasi daun nenas adalah

a. menimbang setiap sample dalam kantung plastik yang telah diinkubasi sesuai dengan perlakuan;

b. membuka tali raffia, lalu mengukur suhu. Kemudian menuangkan

sample kedalam nampan dan di oven dengan suhu 600C selama ± 5 hari; c. setelah kering, sample ditimbang dan dicatat bobotnya;

d. kemudian sample digiling dengan penggilingan (Disk mill), lalu disaring hingga lolos saring 40 mash;

e. memasukkan tepung sample kedalam kantung plastik dan digoyang-goyangkan agar homogen;

f. kemudian dituangkan ke dalam nampan, lalu dibagi menjadi 4 bagian. Setelah itu diambil seperempat bagian dan dimasukkan ke dalam kantung plastik dan digoyang-goyangkan kembali agar homogen;


(29)

g. memasukkan sample ke dalam kantung plastik, kemudian ditutup rapat; h. setelah itu memberi label pada badan kantung plastik, pada label tertera

mengenai: tanggal/bulan/tahun, perlakuan, dan ulangan;

i. selanjutnya sample dianalisis kadar air, kadar abu dan kadar serat kasar.

5. Analisis Proksimat 5.1 Kadar Air

Cara kerja analisis kadar air (Fathul, 1999) yaitu:

a. memanaskan cawan porselin yang telah dibersihkan ke dalam oven dengan suhu 1050C selama ± 1 jam;

b. mendinginkan cawan porselin di dalam desikator selama 15 menit; c. menimbang cawan porselin dan mencatat bobotnya (A);

d. memasukkan sample analisis ke dalam cawan porselin sekitar 1 gram dan kemudian mencatat bobotnya (B);

e. memasukkan cawan porselin berisi sample di dalam oven dengan suhu

1050C selama ≥ 6 jam;

f. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit;

g. menimbang cawan porselin berisi sample analisis tersebut (C) h. menghitung kadar air dengan rumus sebagai beerikut:

KA = − − ( − )

( − ) × %

Keterangan:

KA : kadar air (%)

A : bobot cawan porselin (gr)

B : bobot cawan porselin berisi sample sebelum di oven (gr) C : bobot cawan porselin berisi sample setelah di oven (gr)


(30)

i. menghitung kadar bahan kering dengan rumus sebagai berikut: BK = 100% - KA

Keterangan: BK : kadar bahan kering (%) KA : kadar air (%)

5.2 Kadar Abu

Cara kerja analisis kadar abu (Fathul, 1999) yaitu:

a. memanaskan cawan porselin beserta tutupnya yang bersih ke dalam oven 1050c selama ± 1 jam;

b. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit; c. menimbang cawan porselin dan mencatat bobotnya (A);

d. memasukkan sample ke dalam cawan porselin dan mencatat bobotnya (B);

e. mengabukan cawan porselin berisi sample di tanur dengan suhu 6000C selama 2 jam;

f. mendiamkan selama 1 jam;

g. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit, lalu mencatat bobotnya (C);

h. menghitung kadar abu dengan rumus:

KAb =

×

%

Keterangan:

KAb : kadar abu (%)

A : bobot cawan porselein (gr)

B : bobot cawan porselen berisi sample sebelum diabukan (gr) C : bobot cawan porselen berisi sample sesudah diabukan (gr)


(31)

5.3 Kadar Serat Kasar

Cara kerja analisis kadar serat kasar (Fathul, 1999) yaitu:

a. menimbang kertas saring biasa (6 x 6 cm) dan mencatat bobotnya (A); b. memasukkan sample sebanyak ± 1 gram dan mencatat bobotnya (B); c. menuang sample dengan gelas erlenmeyer;

d. memanaskan kertas saring whatman ashless no. 541 berdiameter 12 cm dan mencatat bobotnya (C)

e. menambahkan 200 ml H2SO4 0,25 N, lalu menghubungkan gelas

erlenmeyer dengan alat kondensor dan menyalakan alat pemanas selama 30 menit;

f. menyaring larutan dengan kertas saring whatman ashless, lalu membilas dengan air suling hangat;

g. menambahkan 200 ml NaOH 0,313 N, lalu menghubungkan kembali gelas erlenmeyer dengan alat kondensor;

h. memanaskan selama 30 menit, lalu menyaring kembali dan melipat kertas saring sebaik mungkin serta mencatat bobotnya (C);

i. memanaskan kertas saring berisi sampel dalam oven 1050C selama 6 jam, lalu mendinginkan dalam desikator dan mencatat bobotnya (D);

j. meletakkan dalam cawan porselein yang telah diketahui bobotnya (E); k. mengabukan dalam tanur 6000Cselama 2 jam, lalu mendiamkan sekitar 1

jam dan memasukkan dalam desikator kemudian mencatat bobotnya (F); l. menghitung kadar serat kasar dengan menggunakan rumus sebagai


(32)

Inkubasi selesai

Analisis proksimat : Kadar Air, Kadar abu dan

kadar serat kasar

KS = − −( − )

×

%

Keterangan:

KS : kadar serat kasar (%) A : bobot kertas (g)

B : bobot kertas berisi sampel (g)

C : bobot kertas saring whatman ashless (g)

D : bobot kertas saring whatman ashless berisi residu (g) E : bobot cawan porselin (g)

F : bobot cawan porselin berisi abu (g)

F. Peubah yang Diamati

Peubah yang akan diamati dalam penelitian ini terdiri dari bahan kering, kadar abu, dan kadar serat kasar. Tata alur pada penelitian ini disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Tata alur percobaan Tambahkan Daun nenas

segar

Angkat, Tiriskan Diamkan hingga dingin

Pengukusan

Trametes sp.

Inkubasi pada suhu ruang selama 0, 2, 4, 6 hari Pemotongan daun nenas

(±2-3 cm) Penggilingan Diaduk hingga homogen Masukkan kedalam kantong plastik Hasil fermentasi dikeringkan pada oven


(33)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah

1. perlakuan dengan lama penyimpanan 0 hari, 2 hari, 4 hari, dan 6 hari berpengaruh sangat nyata (P<1%) terhadap kandungan bahan kering, kadar abu, dan kadar serat kasar;

2. lama fermentasi Trametes sp. berpengaruh pada kadar bahan kering, kadar serat kasar, dan kadar abu. Semakin lama fermentasi kadar bahan kering, kadar serat kasar, dan kadar abu semakin menurun. Hal ini sesuai dengan persamaan regresi bahan kering Y=12,11-0,61x (R2=0,84. r=0,92), kadar serat kasar Y=26,08-1,81x (R2=0,69, r=0,83), dan kadar abu Y=7,39-0,47x

(R2=0,73, r=0,85).

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah

1. Agar ada yang melakukan penelitian fermentasi daun nenas dengan menggunakan Trametes sp. untuk mengetahui kandungan lignin dari daun nenas terfermentasi tersebut.

2. Berdasarkan hasil analisis proksimat daun nenas varietas Smooth cayenne, daun nenas varietas Smooth cayenne dapat digunakan sebagai pengganti rumput sebagai pakan hijauan.


(34)

DAFTAR PUTAKA

Blanchette R.A. 1995. Degradation of lignocellulose complex in wood. Can. J. Bot. 73 (Suppl. 1):S999-S1010.

Fathul, F. 1999. Penentuan kualitas dan kuantitas zat makanan dalam bahan makanan ternak. Penuntun Praktikum Pengetahuan Bahan Makanan ternak. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama Jakarta Hatakka A. 2001. Biodegradation of lignin. In: Steinbüchel A. [ed] Biopolymers.

Vol 1: Lignin, Humic Substances and Coal. Germany: Wiley VCH. pp. 129-180.

Irawati. 2008. Modul Pengujian Mutu 1.Diploma IV PDPPTK VEDCA. Cianjur Iswanto, A.H. 2009. Identifikasi Jamur Perusak Kayu. USU e-Repository ©.

Universitas Sumatera Utara

Jonsson, L., O. Karlsson, K. Lundquist, and P. O. Nyman. 1989. Trametes versicolor ligninase: isozyme sequence homology and substrate specificity. Elsevier Science Publishers Biomedical Division. Vol. 247 (1):143-146 Judoamidjojo, M., A.A. darwis, dan E.G. Sa’id. 1992. Teknologi Fermentasi.

Rajawali Pers. Jakarta

Limura ,Y. Hartikainen, K . Tatsumi. 1996 . Dechlorination of tetrachloroguaiacol by laccase of white rot basidiomycete Coriolus versicolorAppl. Microbiol. Biotechnol. 45 : 434-439

Paul, E.A. 1992. Organic Matter Decompositionn. Encyclopedia of Microbiology, Vol.3. Academic Press. Inc.

Purwanto, D. 2012. Penambahan Urea, Phanerochaete Chrysosporium, dan

Trametes Sp. terhadap Kandungan Serat Kasar dan Neutral Detergent Fiber Pelepah Daun Sawit Sebagai Pakan Hijauan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.


(35)

Rayner A.D.M., L. Boddy. 1988. Fungal decomposition of wood. Great Britain: John Wiley & Sons

Sari, A.W. 2012. Enzim Bromeilin Pada Tanaman Nenas. http:// enzim-bromelin-pada-buah-nanas.html (diakses : 20 Agustus 2013)

Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan B. Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sudarmadji. 2003. Analisa bahan hasil pertanian.Penerbit Liberty. Yogyakarta Tannenbaum, S.R. and D.L.C. Wang. 1975. Single-cell Protein IT. London: The

Massachussets Institute of Technology Press

Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Wibowo, A. H. 2010. Pendugaan Kandungan Nutrien Dedak Padi Berdasarkan Karekteristik Sifat Fisik. Thesis. Sekolah Pascasarjana, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Winarno, F.G. dan S. Fardiaz. 1980. Biofermentasi dan Biosintesa Protein. Angkasa. Bandung

Wood, M dan F. Stevens. 1996. Trametes versicolor. http://www.rrich.com (diakses : 12 Desember 2012)


(1)

29 i. menghitung kadar bahan kering dengan rumus sebagai berikut:

BK = 100% - KA Keterangan: BK : kadar bahan kering (%)

KA : kadar air (%)

5.2 Kadar Abu

Cara kerja analisis kadar abu (Fathul, 1999) yaitu:

a. memanaskan cawan porselin beserta tutupnya yang bersih ke dalam oven 1050c selama ± 1 jam;

b. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit; c. menimbang cawan porselin dan mencatat bobotnya (A);

d. memasukkan sample ke dalam cawan porselin dan mencatat bobotnya (B);

e. mengabukan cawan porselin berisi sample di tanur dengan suhu 6000C selama 2 jam;

f. mendiamkan selama 1 jam;

g. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit, lalu mencatat bobotnya (C);

h. menghitung kadar abu dengan rumus:

KAb =

×

%

Keterangan:

KAb : kadar abu (%)

A : bobot cawan porselein (gr)

B : bobot cawan porselen berisi sample sebelum diabukan (gr) C : bobot cawan porselen berisi sample sesudah diabukan (gr)


(2)

30 5.3 Kadar Serat Kasar

Cara kerja analisis kadar serat kasar (Fathul, 1999) yaitu:

a. menimbang kertas saring biasa (6 x 6 cm) dan mencatat bobotnya (A); b. memasukkan sample sebanyak ± 1 gram dan mencatat bobotnya (B); c. menuang sample dengan gelas erlenmeyer;

d. memanaskan kertas saring whatman ashless no. 541 berdiameter 12 cm dan mencatat bobotnya (C)

e. menambahkan 200 ml H2SO4 0,25 N, lalu menghubungkan gelas

erlenmeyer dengan alat kondensor dan menyalakan alat pemanas selama 30 menit;

f. menyaring larutan dengan kertas saring whatman ashless, lalu membilas dengan air suling hangat;

g. menambahkan 200 ml NaOH 0,313 N, lalu menghubungkan kembali gelas erlenmeyer dengan alat kondensor;

h. memanaskan selama 30 menit, lalu menyaring kembali dan melipat kertas saring sebaik mungkin serta mencatat bobotnya (C);

i. memanaskan kertas saring berisi sampel dalam oven 1050C selama 6 jam, lalu mendinginkan dalam desikator dan mencatat bobotnya (D);

j. meletakkan dalam cawan porselein yang telah diketahui bobotnya (E); k. mengabukan dalam tanur 6000Cselama 2 jam, lalu mendiamkan sekitar 1

jam dan memasukkan dalam desikator kemudian mencatat bobotnya (F); l. menghitung kadar serat kasar dengan menggunakan rumus sebagai


(3)

31

Inkubasi selesai

Analisis proksimat : Kadar Air, Kadar abu dan

kadar serat kasar

KS = − −( − )

×

%

Keterangan:

KS : kadar serat kasar (%) A : bobot kertas (g)

B : bobot kertas berisi sampel (g)

C : bobot kertas saring whatman ashless (g)

D : bobot kertas saring whatman ashless berisi residu (g) E : bobot cawan porselin (g)

F : bobot cawan porselin berisi abu (g)

F. Peubah yang Diamati

Peubah yang akan diamati dalam penelitian ini terdiri dari bahan kering, kadar abu, dan kadar serat kasar. Tata alur pada penelitian ini disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Tata alur percobaan Tambahkan Daun nenas

segar

Angkat, Tiriskan Diamkan hingga dingin

Pengukusan

Trametes sp.

Inkubasi pada suhu ruang selama 0, 2, 4, 6 hari Pemotongan daun nenas

(±2-3 cm) Penggilingan Diaduk hingga homogen Masukkan kedalam kantong plastik Hasil fermentasi dikeringkan pada oven


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah

1. perlakuan dengan lama penyimpanan 0 hari, 2 hari, 4 hari, dan 6 hari berpengaruh sangat nyata (P<1%) terhadap kandungan bahan kering, kadar abu, dan kadar serat kasar;

2. lama fermentasi Trametes sp. berpengaruh pada kadar bahan kering, kadar serat kasar, dan kadar abu. Semakin lama fermentasi kadar bahan kering, kadar serat kasar, dan kadar abu semakin menurun. Hal ini sesuai dengan persamaan regresi bahan kering Y=12,11-0,61x (R2=0,84. r=0,92), kadar serat kasar Y=26,08-1,81x (R2=0,69, r=0,83), dan kadar abu Y=7,39-0,47x

(R2=0,73, r=0,85).

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah

1. Agar ada yang melakukan penelitian fermentasi daun nenas dengan menggunakan Trametes sp. untuk mengetahui kandungan lignin dari daun nenas terfermentasi tersebut.

2. Berdasarkan hasil analisis proksimat daun nenas varietas Smooth cayenne, daun nenas varietas Smooth cayenne dapat digunakan sebagai pengganti rumput sebagai pakan hijauan.


(5)

DAFTAR PUTAKA

Blanchette R.A. 1995. Degradation of lignocellulose complex in wood. Can. J. Bot. 73 (Suppl. 1):S999-S1010.

Fathul, F. 1999. Penentuan kualitas dan kuantitas zat makanan dalam bahan makanan ternak. Penuntun Praktikum Pengetahuan Bahan Makanan ternak. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama Jakarta Hatakka A. 2001. Biodegradation of lignin. In: Steinbüchel A. [ed] Biopolymers.

Vol 1: Lignin, Humic Substances and Coal. Germany: Wiley VCH. pp. 129-180.

Irawati. 2008. Modul Pengujian Mutu 1.Diploma IV PDPPTK VEDCA. Cianjur Iswanto, A.H. 2009. Identifikasi Jamur Perusak Kayu. USU e-Repository ©.

Universitas Sumatera Utara

Jonsson, L., O. Karlsson, K. Lundquist, and P. O. Nyman. 1989. Trametes versicolor ligninase: isozyme sequence homology and substrate specificity. Elsevier Science Publishers Biomedical Division. Vol. 247 (1):143-146 Judoamidjojo, M., A.A. darwis, dan E.G. Sa’id. 1992. Teknologi Fermentasi.

Rajawali Pers. Jakarta

Limura ,Y. Hartikainen, K . Tatsumi. 1996 . Dechlorination of tetrachloroguaiacol by laccase of white rot basidiomycete Coriolus versicolorAppl. Microbiol. Biotechnol. 45 : 434-439

Paul, E.A. 1992. Organic Matter Decompositionn. Encyclopedia of Microbiology, Vol.3. Academic Press. Inc.

Purwanto, D. 2012. Penambahan Urea, Phanerochaete Chrysosporium, dan Trametes Sp. terhadap Kandungan Serat Kasar dan Neutral Detergent Fiber Pelepah Daun Sawit Sebagai Pakan Hijauan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.


(6)

42 Rayner A.D.M., L. Boddy. 1988. Fungal decomposition of wood. Great Britain:

John Wiley & Sons

Sari, A.W. 2012. Enzim Bromeilin Pada Tanaman Nenas. http:// enzim-bromelin-pada-buah-nanas.html (diakses : 20 Agustus 2013)

Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan B. Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sudarmadji. 2003. Analisa bahan hasil pertanian.Penerbit Liberty. Yogyakarta Tannenbaum, S.R. and D.L.C. Wang. 1975. Single-cell Protein IT. London: The

Massachussets Institute of Technology Press

Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Wibowo, A. H. 2010. Pendugaan Kandungan Nutrien Dedak Padi Berdasarkan Karekteristik Sifat Fisik. Thesis. Sekolah Pascasarjana, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Winarno, F.G. dan S. Fardiaz. 1980. Biofermentasi dan Biosintesa Protein. Angkasa. Bandung

Wood, M dan F. Stevens. 1996. Trametes versicolor. http://www.rrich.com (diakses : 12 Desember 2012)


Dokumen yang terkait

DELIGNIFIKASI PELEPAH DAUN SAWIT AKIBAT PENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp TERHADAP KADAR ABU, KADAR PROTEIN, KADAR LEMAK DAN BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN (BETN).

3 30 48

PENGARUH DOSIS UREA DALAM AMONIASI DAUN NENAS VARIETAS Smooth cayene TERHADAP KADAR BAHAN KERING, ABU, DAN SERAT KASAR

2 9 63

Pengaruh Lama Fermentasi dengan Media Trametes sp. terhadap Uji Organoleptik, Kadar Air, Lemak dan Protein pada Limbah Daun Nenas di Lampung Tengah

0 8 51

PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR SERAT KASAR DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TEMPE BEBERAPA VARIETAS KEDELAI

0 3 53

PENGARUH FERMENTASI KULIT BIJI COKLAT DENGAN Aspergillus Niger TERHADAP KADAR PROTEIN, SERAT KASAR DAN BAHAN ORGANIK.

0 0 9

Pengaruh Lama Fermentasi Tongkol Jagung dengan Campuran Aspergilus niger dan Rhizopus sp terhadap Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik Protein Kasar dan Serat Kasar.

0 0 7

PENGARUH JENIS MIKROORGANISME, DOSIS INOKULUM DAN LAMA FERMENTASI AMPAS SAGU TERHADAP BAHAN KERING, PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR.

0 1 7

PENGARUH LAMA FERMENTASI TONGKOL JAGUNG DENGAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) TERHADAP DEGRADASI BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR SECARA IN - VITRO.

0 1 6

PENGARUH ASAM HUMAT DAN LAMA FERMENTASI BUNGKIL INTI SAWIT DENGAN KAPANG Trichoderma harzianum TERHADAP KANDUNGAN BAHAN KERING, PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR.

0 0 8

PENGARUH SUHU DAN LAMA FERMENTASI ONGGOK DENGAN Bacillus sp TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN KADAR PROTEIN TERLARUT SUBSTRAT.

0 0 7