Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak lahir manusia telah mendapatkan pendidikan yang dimulai dari pendidikan di lingkungan keluarga. Pendidikan ini sering disebut pendidikan informal yang merupakan dasar bagi pendidikan selanjutnya, yaitu pendidikan di lingkungan sekolah formal dan pendidikan di lingkungan masyarakat atau non formal. Berkaitan dengan masalah pendidikan, Ki Hajar Dewantara 1962 : 14 mengemukakan pendapatnya bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti kekuatan batin, karakter, pikiranintelektual dari tubuh anak kita agar anak kita dapat memajukan kesempurnaan hidup dan selaras bagi penghidupan yang kita didik selaras dengan dunianya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia atau membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral sesuai dengan kemampuan dan martabatnya sebagai manusia. Pendidikan digolongkan menjadi tiga, yaitu: pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung di lingkungan keluarga yang merupakan dasar bagi pendidikan selanjutnya, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang terorganisasi di dalam 2 sistem sekolah, yang diselenggarakan secara terpadu, mempunyai kurikulum dan mempunyai tujuan akhir kurikuler Sumarno, 1997 : 208. Sedangkan pendidikan secara non formal adalah pendidikan yang terorganisasi di luar system sekolah, baik yang diselenggarakan secara terpisah maupun terpadu untuk kegiatan-kegiatan yang amat penting dalam rangka untuk melayani warga belajar. Untuk mencapai tujuan materi pendidikan non formal biasanya bersifat praktis dangan maksud agar dapat segera dimanfaatkan. Pendidikan non formal dapat dilakukan di dalam gedung maupun di luar gedung sekolah, serta tidak mempunyai jenjang pendidikan. Lama pendidikan relatif singkat, ada ujian berijazahsurat keterangan. Dalam pelaksanaan diselenggarakan pemerintah maupun swasta. Metode mengajar tidak selalu ditentukan, pengajar tidak selalu berijazah, sistem administrasi ada walaupun tidak begitu uniform. Di dalam pendidikan non formal biasanya diselenggarakan pendidikan yang sifatnya melatih keterampilan tertentu, dalam hal ini sangatlah dibutuhkan spesialisasi tugas seorang pengajar. Salah satu jenis pendidikan non formal adalah kursus, kursus adalah salah satu pendidikan luar sekolah yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan keterampilan dan sikap mental tertentu dari warga yang belajar Sumarno, 1997 : 208. Bentuk kursus keterampilan beranekaragam salah satu diantaranya adalah kursus musik. Tujuan kursus musik adalah untuk memupuk serta meningkatkan bakat dan keterampilan siswa dalam 3 memainkan instrumen musik. Untuk tujuan tersebut perlu adanya strategi yang tepat dalam proses pembelajaran musik tersebut. Belajar mengajar merupakan bagian dari keseluruhan komponen pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan suatu strategi mengajar meliputi : tujuan serta proses pencapaiannya, siswa, guru, materi pelajaran, metode mengajar, alat bantu mengajar dan evaluasi Mudjiono, 1994 : 34. Dalam hal ini pembelajaran yang diterapkan pada suatu kursus musik tersusun dan diprogram sesuai dengan program pengajaran yang telah ditetapkan. Suatu kursus musik mempunyai program pengajaran yang telah tersusun secara rapi dalam kurikulum dan siap diajarkan pada siswa, sarana dan prasarana alat musiknya juga telah terpenuhi dengan lengkap. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran instrumen musik ada bermacam-macam. Hal inilah yang mempengaruhi baik guru yang mengajar maupun siswa yang diajar. Dari sinilah seorang pengajar dapat menentukan bagaimana pembelajaran yang harus mereka tempuh, dalam konteks ini yang dijadikan obyek adalah pembelajaran tentang instrumen musik khususnya electone. Electone merupakan jenis alat musik ritmis dan melodis, Jenis instrumen ini memiliki tiga buah keyboard, upper, lower dan pedal yang mampu menciptakan harmonisasi yang baik sehingga memperjelas nada-nada yang sedang dimainkan walaupun secara bersamaan dan anak-anak akan mendapat pengertian dasar mengenai jenis suara seperti Piano, Biola, 4 Terompet dan lain-lain. Kursus ESC Electone Study Course ditujukan bagi siswa, yang belum mempunyai pengalaman dalam permainan keyboard dan bagi semua orang yang ingin bermain musik sebagai hobi. Pada kursus ini, para siswa akan diberikan teknik dasar permainan electronic organ Electone, teori dasar musik dan istilah-istilah musik. Dengan menggunakan electone yang memiliki 3 keyboard upper, lower dan pedal para siswa akan mendapatkan pengalaman bermusik yang menyenangkan, dengan menggunakan berbagai macam ritmis otomatis dan berbagai macam warna suara dari instrument-instrument seperti Piano, Terompet, Biola dan lain-lain. Dalam hal ini penulis mengambil judul tentang pembelajaran karena setidaknya dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman untuk bekal kelak sebagai tenaga pendidik dalam banyak hal yang berkaitan tentang pembelajaran dengan tujuan mengembangkan pengetahuan anak didik agar terjadi perubahan sehingga nantinya dapat berguna bagi nusa dan bangsa. Penelitian ini mengambil obyek electone karena dari pengalaman penulis sendiri melihat bahwa minat anak – anak sekarang cenderung lebih menyukai permainan musik yg unik untuk kecerdasan dalam mengembangkan kreativitas pola berpikir anak, hal ini dapat disebabkan karena banyaknya yang muncul pemain solo atau single player. Pembelajaran electone merupakan kegiatan yang menyenangkan jika diterapkan langsung dalam suatu lagu. Selain berfungsi sebagai ritem juga dapat berfungsi sebagai melodi serta multifungsi dalam permainan sebuah lagu. Untuk menguasai permainan electone secara teori maupun praktek, 5 tentu saja diperlukan ketekunan sehingga perlu dipelajari secara seksama dan terus menerus melalui latihan – latihan rutin. Selain ketekunan dan bakat, sangatlah diperlukan seseorang yang dapat menuntun dalam proses pembentukan skill dan kemampuan dalam bermain electone. Untuk itu dipandang perlu dibentuk suatu yayasan atau lembaga yang menangani kursus, khususnya kursus musik. Di kota Semarang ada beberapa lembaga kursus musik, yaitu: Purnomo, Purwacaraka, Obor Mas, Christopherus, Lily’s Music dan masih banyak lagi lainnya. Sebagai contoh sekolah Lily’s music yang berada di Jl. Aryamukti Timur No: 173 Semarang. Sekolah Lily’s music ini termasuk tempat kursus yang sangat diminati dan cukup berkualitas di Semarang. Hal ini dapat diamati dengan makin bertambahnya siswa tiap tahun. Ada beberapa kelas yang di buka dalam pembelajaran instrumen musik oleh sekolah Lily’s music, yaitu : vokal, piano, biola, keyboard, drum, bass gitar, gitar klasik dan gitar elektrik serta kelas baru yaitu electone. Di sekolah Lily’s music peminat pada instrumen electone cukup lumayan yaitu 3 siswa karena dari pelayanan, proses belajar, sarana dan prasarana serta outputnya pun memuaskan dari mulai perkembangan bertambahnya kelas kursus maupun semakin bertambahnya siswa. Keberhasilan Lily’s music dalam membelajarkan para anak didiknya tentunya tidak terjadi begitu saja, tetapi didalamnya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu yang menghambat maupun faktor yang mendukung, baik yang berasal dari Lily’s music itu sendiri maupun dari luar Lily’ music. 6 Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Pembelajaran electone anak Di Sekolah Lily’s Music Semarang beserta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pembelajaran electone di sekolah Lily’s Music Semarang.

B. Permasalahan