PENGARUH PENTINGNYA PEMAHAMAN BUDAYA DAERAH TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA SMA YAYASAN PEMBINA UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENTINGNYA PEMAHAMAN BUDAYA DAERAH TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA SMA YAYASAN

PEMBINA UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

Mesi Anggia Putri

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimanakah pengaruh pentingnya pemahaman budaya daerah terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi korelasional dengan sampel berjumlah 115 responden.Teknik pokok pengumpulan data dengan menggunakan tes dan angket.

Berdasarkan data dan pembahasan hasil penelitian, menunjukkan adanya pengaruh pentingnya pemahaman budaya daerah terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Ini dibuktikan dengan perhitungan menggunakan rumusChi Kuadrat, maka diperoleh X2 = 50,2 dengan C = 0,54 dan koefisien kontigen Cmaks =0,81 dengan derajat kebebasan = 4, termasuk dalam kategori sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pentingnya pemahaman budaya daerah terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.


(2)

PENGARUH PENTINGNYA PEMAHAMAN BUDAYA

DAERAHTERHADAP SIKAP NASIONALISME

SISWA SMA YAYASAN PEMBINA UNILA

BANDAR LAMPUNG TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

Oleh

MESI ANGGIA PUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(3)

PENGARUH PENTINGNYA PEMAHAMAN BUDAYA

DAERAHTERHADAP SIKAP NASIONALISME

SISWA SMA YAYASAN PEMBINA UNILA

BANDAR LAMPUNG TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh

MESI ANGGIA PUTRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah... 9

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Kegunaan Penelitian... 9

a. Kegunaan Teoritis ... 9

b. Kegunaan Praktis... 10

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 12

1. Pengertian Konsep Nasionalisme ... 12

2. Pengertian Kebudayaan... 19

3. Kebudayaan Nasional dan Kebudayaan Daerah ... 20

4. Pengertian Pemahaman ... 27


(5)

6. Kaitan Antara Pemahaman Budaya Daerah dengan Sikap

Nasionalisme ... 34

7. Pendidikan Nilai ... 36

B. Kerangka Pikir ... 38

C. Hipotesis... 38

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 39

B. Populasi dan Sampel ... 39

1. Populasi ... 39

2. Sampel... 40

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 40

1. Variabel Penelitian ... 40

2. Definisi Operasional... 41

D. Pengukuran Variabel ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Teknik Pokok ... 43

2. Teknik Penunjang ... 44

F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 44

1. Uji Validitas ... 44

2. Uji Reliabilitas ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 47

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-langkah Penelitian ... 50

1. Persiapan Pengajuan Judul... 51

2. Penelitian Pendahuluan ... 51

3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 51

4. Pelaksanaan Penelitian ... 52

a. Persiapan Administrasi ... 52

b. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 52

c. Penelitian di Lapangan ... 52

5. Pelaksanaan Uji Coba Angket... 53

a. Analisis Validitas Angket ... 53

b. Analisis Reliabilitas Angket ... 53

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57

C. Deskripsi Data ... 65

1. Pengumpulan Data ... 65

2. Penyajian Data Pentingnya Pemahaman Budaya Daerah ... 66

3. Penyajian Data Sikap Nasionalisme ... 68

D. Pengujian Hipotesis... 71


(6)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Judul Skripsi/Kaji Tindakan 2. Pengesahan Komisi Pembimbing

3. Surat Keterangan telah melaksanakan Seminar Proposal 4. Kartu Perbaikan Seminar Proposal Pembahas 1

5. Kartu Perbaikan Seminar Proposal Pembahas 2 6. Surat Izin Penelitian Pendahuluan

7. Surat Izin Penelitian

8. Surat Keterangan Dekan FKIP

9. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 10. Kartu Konsultasi

11. Tes

12. Kunci Jawaban Tes 13. Angket Penelitian

14. Distribusi Hasil Tes Tentang Pemahaman Sila Keadilan Sosial Siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

15. Distribusi Skor Hasil Angket tentang Sikap Sosial Siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

16. Distribusi Hasil Angket tentang Sikap Sosial Siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.


(8)

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi hasil uji coba angket pada 10 responden di luar populasi item

ganjil………61

2. Distribusi hasil uji coba angket pada 10 responden di luar populasi item genap………...61

3. Tabel kerja hasil antara item ganjil (X) dengan item genap (Y)……….62

4. Data pemahaman budaya daerah...75

5. Data sikap nasionalisme siswa ………77

6. Daftar tingkat perbandingan jumlah responden mengenai pengaruh pentingnya pemahaman budaya siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. ………79

7. Daftar kontingensi perolehan data pengaruh pentingnya pemahaman budaya daerah terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Yayasan Pembina unila Bandar Lampung tahun Pelajaran 2011/2012...81


(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Drs. Holilulloh, M.Si ...

Sekretaris :Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd ...

Penguji

Bukan Pembimbing :Dr.Adelina Hasyim, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(11)

Motto

Kesempatan datang bagai awan berlalu.

Pergunakanlah ketika ia nampak di

hadapanmu.

(Ali bin Abi Thalib)

Hiduplah dengan apa adanya sesuai

kemmmampuan kita, agar hati selalu bersyukur

dan ikhlas. Jangan hidup terlalu ambisi, karena

akan selalu dekat dengan kebencian dan

kemarahan.

(Mesi Anggia Putri)

Jika memiliki kemampuan kuat untuk sukses,

maka sukses 50% sudah di tangan,

apabila ditambah berjuang lebih keras secara

nyata, sukses 100% pasti milik Kita.


(12)

PERSEMBAHAN

Kedua orangtuaku tercinta Alm. Ayahanda Arwani dan Ibunda Rosyuna yang selama ini telah memberikan

cinta, kasih sayang, dukungan

dan yang dengan selalu setia menanti keberhasilanku.

Ketiga kakakku Atu Hendri Gunawan, Den Beni Kurniawan dan Bang Hardiyanto yang dengan cinta

dan kasih sayangnya selalu mendukung dan mendoakan keberhasilanku.

Dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan perhatian kepadaku.


(13)

Judul Skripsi : PENGARUH PENTINGNYA PEMAHAMAN BUDAYA DAERAH TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA SMA YAYASAN PEMBINA UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Mesi Anggia Putri Nomor Pokok Mahasiswa : 0743032027

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Holilulloh, M.Si Hermi yanzi, S.Pd., M.Pd NIP 19610711 198703 1 003 NIP 19820727 200604 1 002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Pendidikan IPS Pendidikan PKn

Drs. H. Iskandar Syah, M.H. Drs. Holilulloh, M.Si. NIP 19571011 198703 1 001 NIP 19610711 198703 1003


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Mesi Anggia Putri, dilahirkan di Gn. Labuhan, Way Kanan pada 31 Maret 1988 yang merupakan putri keempat dari 4 bersaudara dari pasangan Alm.Bapak arwani dan Ibu

Rosyuna.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:

1. Sekolah Dasar Negeri 1 Gn. Labuhan yang diselesaikan pada tahun 1999. 2. SMP Negeri 1 Gn. Labuhan yang diselesaikan pada tahun 2002.

3. SMA Negeri 12 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005.

Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SPMB.


(15)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh pentingnya Pemahaman Budaya daerah terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B. S Jaya, M selaku pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si. selaku pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(16)

4. Bapak Drs. H. Iskandar Syah, M.H. selaku pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. H. Iskandar Syah, M.H. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus selaku Pembimbing I, terima kasih atas masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.

7. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II, terima kasih atas pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

8. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. selaku pembahas I, terimakasih atas masukan, saran, dan kritikannya pada penulis.

9. Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd selaku pembahas II, terimakasih atas masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

11. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

12. Bapak Drs. Berchah pitoewas, M.H. selaku Kepala SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

13. Bapak dan Ibu guru serta staf tata usaha SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung.


(17)

14. Bapak Zilalin SY, S.E., selaku Waka kurikulum di SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung yang telah memberikan bantuannya kepada penulis selama penulis mengadakan penelitian.

15. Siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian.

16. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Alm. Bapak Arwani dan Ibu Rosyuna terimakasih atas keiklasan, cinta dan kasih sayang, do’a, motivasi, moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan. Dan untuk ketiga kakakku tersayang, Atu Hen, Den Beni dan Bang Anto serta Kakak Iparku Anggunan, Pujaan, dan ayuk Lia atas do’a, dukungan, bantuan, perhatian dan cinta kasih yang diberikan.

17. Keponakanku yang lucu Adit, Bagas, Raihan, Bela, Ferdi, Bima, Rizki dan semua keluarga besar, yang dengan cinta dan kasih sayangnya selalu mendukung dan mendoakan keberhasilanku.

18. Untuk orang yang sangat istimewa di hati ku Yuri Farza, SH. Terimakasih atas motivasi, dukungan, dan doanya untuk keberhasilanku.

19. Sahabat-sahabat terbaikku Yuri Serlia, Putri Aya, Frisca Putri, Intan, Riri, Dewi Bunda, Vanes, Santi, Dina, Melya, Leni, Dewi Y, Revi, Mbak Merli, Mbak Paulin, Mbak Erda, Mbak Fatma, Yogi, Riyaldi, Ade, Ivan, Heri (Elok), Topik, Sony, Febra, Andry, Tyo, Slamet Margono, Happy, Masyuni, Hastian, Sandika, Apriuz. Yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam kebersamaan kita.


(18)

20. Teman-teman PPKn angkatan 2007 reguler dan non reguler semuanya tanpa terkecuali untuk kekompakan dalam suka maupun duka selama ini, semoga dengan selesainya kuliah kita bukan akhir dari kebersamaan kita. Terus semangat menuju kesuksesan!

21. Teman-teman seperjuangan PPL SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung tahun 2011 (Eka, Rahmat, Fina, Okta, Rita, Tia, Okta Subing, Serli, Asni dan Eva yang telah memberikan dukungan atas terselesaikannya skripsi ini).

22. Kakak tingkat serta Adik tingkat PPKn 2005-2011 baik reguler maupun mandiri, Genap maupun Ganjil terima kasih atas motivasi dan segala bantuan serta canda tawanya sehingga membuat hari-hari menjadi indah. 23. Teman-teman dan Sepupuku tercinta Ayuk Pipit, Ira, Acik Mia, Kak

Hakim,Ses Sinta, Tengku Jaya, Panca, Marli, Meli, Devita, fin, Alvin. 24. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah


(19)

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis,


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka tunggal ika. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan dapat mendorong divergensi (perbedaan) yang dengan susah payah dan pengorbanan yang sangat besar telah dapat diatasi, sehingga sekarang bangsa Indonesia dapat tetap utuh sebagai suatu bangsa yang majemuk. Memang untuk bangsa yang sangat heterogen untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan diperlukan keinginan, kemauan, dan tekad yang besar, serta kekuatan dan pengorbanan dari seluruh unsur-unsurnya tidak boleh diremehkan (take for granted) bahwa potensi disintegrasi bangsa masih ada, sebab ada gejala di sementara pihak yang secara sadar terus menerus mempertentangkan berbagai perbedaan, hal ini tentunya sangat berbahaya bagi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya yang mampu meredam, mengarahkan dan membimbing proses kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak hanya diupayakan oleh pemerintah tetapi juga oleh kita semua, sehingga ancaman perubahan kehidupan yang negatif dapat diatasi.

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, adat-istiadat dan kebudayaan dari masing-masing daerah yang berbeda-beda, namun bisa hidup rukun dan saling


(21)

2

berdampingan, saling membantu satu sama lain. Dan perbedaan-perbedaan inilah yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia yang harus dipertahankan agar tidak luntur karena kemajuan zaman yang sangat pesat pada saat ini. Kebudayaan daerah yang beraneka ragam adalah salah satu kekayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan oleh semua warga negara terutama generasi muda. Seperti kita ketahui kemajuan teknologi yang sangat pesat mulai membawa kebudayaan asing masuk ke dalam negara kita yang akan mempengaruhi seluruh warga negara terutama generasi muda. Oleh karena itu didalam diri generasi muda harus ditanamkan rasa kebangsaan dan sikap nasionalisme sejak dini,dengan banyak di berikan pemahaman dan pengetahuan terutama tentang kebudayaan daerah khususnya dilingkungan pendidikan seperti sekolah.

Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa, yaitu rasa persatuan dan kesatuan yang lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, aspirasi perjuangan masa lampau, dan kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini serta kesamaan dalam merumuskan cita-cita bersama untuk waktu yang akan datang. Dinamisasi dari rasa kebangsaan ini dalam upayanya untuk mencapai cita-cita bangsa, tumbuh menjadi wawasan kebangsaan. Rasionalisasi dari rasa dan wawasan kebangsaan akan melahirkan suatu paham kebangsaan atau nasionalisme. Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu dimana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.


(22)

3

Globalisasi telah menempatkan manusia pada dunia tanpa batas. Globalisasi yang disertai dengan revolusi dibidang ICT (Information and Communication Technology) membawa pengaruh pada lunturnya nilai nasionalisme dikalangan generasi muda. Berbagai kemudahan memperoleh informasi akibat akselerasi di bidang ICT telah membuat generasi muda Indonesia telah teracuni dengan berbagai dampak negatif globalisasi. Hal ini dapat dilihat dari kondisi dilapangan yang menunjukkan bahwa munculnya budaya kekerasan, konsumerisme menjadi gaya hidup generasi muda, lunturnya semangat gotong-royong, kurangnya penghargaan terhadap budaya sendiri, dan meninggalkan hasil produksi dalam negeri. Langkah awal yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat terutama generasi muda dengan memperkenalkan berbagai kebudayaan daerah sehingga akan timbul rasa cinta dan bangga terhadap budayanya sendiri yang menumbuhkan rasa Rasionalisasi dari rasa dan wawasan kebangsaan akan melahirkan suatu paham kebangsaan atau nasionalisme.

Kebudayaan nasional yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa perlu terus dipelihara dibina dan dikembangkan dengan memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila. memperkokoh akar kebudayaan, meningkatkan wawasan kebangsaan dan kualitas kehidupan, memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional, memperkokoh jiwa persatuan dan kesatuan bangsa menjadi penggerak masyarakat untuk maju dan mandiri serta penggerak bagi perwujudan cita cita bangsa.

Peran Sekolah dalam hal ini sangat besar, karena sekolah lah yang sangat berperan dalam pembentukan karakteristik pribadi generasi muda yang baik, terdidik, mencintai budaya bangsanya sendiri, dan berbudi pekerti yang baik.


(23)

4

Rumusan tujuan sistem pendidikan nasional Indonesia harus sesuai dengan dasar negara Indonesia yaitu, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Adapun tujuan sistem pendidikan nasional Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Manusia terdidik menurut tujuan sistem pendidikan nasional di Indonesia adalah individu yang memiliki jiwa patriotik dan cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berorientasi pada masa depan. Namun pendidikan pada saat ini hanya membidik pada ranah kogntif saja, hanya memfokuskan pada ilmu pengetahuan. Sehingga dalam proses pembelajaran peserta didik kurang diberikan pemahaman tentang kebudayaan daerah yang lambat laun akan mempengaruhi lunturnya rasa cinta tanah air (nasionalisme) peserta didik.

Salah satu cara untuk menumbuh kembangkan rasa cinta tanah air (nasionalisme) adalah dengan menumbuhkan rasa bangga terhadap tanah airnya melalui proses pendidikan di sekolah. Rasa bangga terhadap tanah air dapat ditumbuhkan dengan memberikan pengetahuan dan dengan membagi dan berbagi nilai-nilai budaya yang kita miliki bersama. Oleh karena itu, pendidikan berbasis nilai-nilai budaya


(24)

5

dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif untuk menumbuhkembangkan rasa bangga yang akan melandasi munculnya rasa cinta tanah air.

Ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam proses pendidikan yang berbasis nilai-nilai budaya lokal dan nasional adalah mengenai adat istiadat lokal yang ada didaerah tersebut dan adat istiadat yang diakui dan dijadikan identitas bangsa. Mengingat Indonesia adalah negara yang multi-budaya maka muatan pendidikan budaya lokal yang terimplementasi dalam bentuk kurikulum budaya lokal akan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya dalam model pendidikan ini. Sedangkan kurikulum yang bermuatan budaya nasional akan sama antara satu daerah yang satu dengan daerah yang lain.

Selain membagi dan berbagi pengetahuan mengenai adat istiadat lokal dan nasional, nilai-nilai budaya bersama juga harus disampaikan dalam proses pendidikan yang berbasis nilai-nilai budaya lokal dan nasional. Namun penyebab kurangnya pemahaman peserta didik terhadap pentingnya keberadaan budaya daerah yang mempengaruhi lunturnya rasa kebangsaan (nasionalisme) bukan hanya karena pendidikan yang saat ini hanya membidik bidang ranah kognitif saja dan pemberian pemahaman pelestarian budaya daerah yang hanya sebagian kecil saja yang disampaikan di kelas. Akan tetapi, faktor lainnya adalah kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah-sekolah pada saat ini lebih banyak memfokuskan kegiatannya pada seni modern dan olahraga. Bukan pada ekstrakurikuler yang mengembangkan pelestarian budaya daerah yang semakin kurang diminati para generasi muda seperti pelajar dan mahasiswa pada saat ini. Guru kesenian yang tidak professional juga sangat berpengaruh.


(25)

6

Pengetahuan dan pemahaman mengenai pelestarian dan pewarisan budaya daerah dan pemahaman mengenai nilai-nilai bersama sebagai hasil dari proses pendidikan berbasis nilai-nilai budaya lokal dan nasional akan membentuk manusia Indonesia yang bangga terhadap tanah airnya. Rasa kebanggaan ini akan menimbulkan rasa cinta pada tanah airnya yang kemudian akan tergambar dalam perilaku melindungi, menjaga kedaulatan, kehormatan dan segala apa yang dimiliki oleh negaranya. Karena adat budaya daerah merupakan budaya nasional yang di jadikan sebagai identitas Bangsa Indonesia.Maka jika peserta didik kurang di berikan pemahaman dan pengetahuan tentang adat budaya daerah, di khawatirkan rasa cinta tanah air atau nasionalisme mereka akan semakin pudar dan Negara Indonesia akan kehilangan identitas bangsanya.

Penelitian ini terfokus pada pengaruh pentingnya pemahaman budaya daerah, terutama budaya daerah Lampung terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilaksanakan di SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung. Penelitian ini menemukan banyak siswa yang saat ini kurang memahami dan mengetahui kebudayaan daerahnya sendiri yaitu kebudayaan lampung dan kurang memiliki semangat kebangsaan (nasionalisme), sehingga penghargaan terhadap nilai-nilai kebudayaan daerah, pelestarian dan pewarisan kebudayaan nasional dan nilai-nilai kehidupan bangsa menjadi rendah karena kurang mendapat tempat dalam kehidupan. Contoh, para siswa kebanyakan tidak pandai berbahasa Lampung meskipun berdomisili di daerah Lampung dan berketurunan asli Lampung. Para siswa lebih minat pada seni musik dan tari modern dibandingkan tari daerah seperti tari sembah dan musik daerah Lampung.


(26)

7

Lampung adalah suatu wilayah yang kaya akan budaya yang harus diwariskan dan dilestarikan keberadaannya oleh seluruh warga lampung terutama generasi muda. Berdasarkan keragaman budaya yang ada di wilayah Lampung, jelas bahwa Lampung adalah daerah yang memiliki potensi dan aset budaya yang cukup besar. Oleh karena itu, keberagaman ini harus diwariskan dan lestarikan keberadaannya oleh semua warga Lampung terutama generasi muda di daerah Lampung.

Penidikan yang saat ini cenderung pada ranah kognitif saja, dan kurang menyampaikan materi pemahaman tentang pelestarian dan pewarisan kebudayaan nasional di kelas dan kegiatan ekstrakurikuler yang lebih banyak mengarahkan pada seni modern di sekolah menyebabkan para generasi muda menjadi pribadi yang liberalis, individualistis dan tidak nasionalis. Perilaku liberalis contohnya pemuda lebih berperilaku bebas tanpa ada rasa takut dalam melakukan semua hal, rasa segan dan perilaku sopan terhadap orang tua sudah berkurang. Perilaku individualistis contohnya, pemuda dalam bergaul sehari-hari lebih cenderung berkelompok, tidak ada rasa perduli terhadap teman yang tidak terlalu dekat. Perilaku tidak nasionalis contohnya, tidak ada rasa peduli didalam diri pemuda terhadap berbagai peristiwa dan konflik yang terjadi pada bangsa ini.


(27)

8

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan saat ini hanya membidik pada ranah kognitif saja.

2. Peserta didik kurang diberikan pemahaman dan pengetahuan tentang pentingnya keberadaan budaya daerah.

3. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah lebih memfokuskan pada seni budaya modern dan olahraga, dibandingkan ekstrakurikuler yang mengembangkan pelestarian budaya daerah.

4. Kurangnya pembinaan terhadap sikap kecintaan terhadap nilai-nilai kebangsaan (nasionalisme).

5. Pemahaman dan pelestarian budaya daerah hanya sebagian kecil saja disampaikan dikelas. Sehingga siswa lebih berminat pada budaya modern saja.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Pemahaman Pentingnya Budaya Daerah

2. Sikap Nasionalisme siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung tahun Pelajaran 2011/2012.


(28)

9

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh pentingnya pemahaman budaya daerah terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan Pengaruh pentingnya pemahaman Budaya Daerah terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar lampung tahun pelajaran 2011/2012

2. Kegunaan dan manfaat penelitian 1) Kegunaan teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk memberikan alternatif baru atau konsep baru di dunia pendidikan. Khususnya Pendidikan Kewarganegaraan, yakni dalam lingkup wilayah kajian pendidikan nilai moral Pancasila, dengan lebih banyak memberikan pemahaman tentang pelestarian keberadaan budaya daerah sebagai identitas bangsa kepada peserta didik, yang bertujuan menumbuhkan rasa cinta tanah air (nasionalisme) pada diri peserta didik.


(29)

10

2) Kegunaan Praktis

1. Sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yaitu :

a. SMA kelas X semester 1 tentang memahami hakikat bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

b. SMA kelas XI semester 1 tentang Budaya Politik.

2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan yang positif bagi sekolah agar dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik dan lebih menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sehingga dapat membentuk sikap nasionalisme pada diri siswa. Dan terwujudnya pendidikan berkarakter sebagai tujuan pendidikan di Indonesia.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah Pengaruh Pentingnya Pemahaman Budaya Daerah Terhadap Sikap Nasionalisme siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Ruang Lingkup Subjek

Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.


(30)

11

3. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung jalan. Jendral. R.Suprapto No.88 Tanjungkarang Bandar Lampung.

4. Ruang Lingkup Waktu

Waktu penelitian ini dilakukan sejak dikeluarkan surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tanggal 20 juli 2011 sampai dengan selesai.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Konsep Nasionalisme

a. Pengertian Nasionalisme

Nasionalisme berasal dari kata nation (bangsa). Nasionalisme adalah suatu paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan/warga negara yang secara potensial bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsanya. Nasionalisme juga adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk kelompok manusia. Nasionalisme merupakan perpaduan dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi, kekhawatiran akan terjadinya ancaman terhadap keutuhan bangsa akan dapat dihindarkan.

Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.


(32)

13

Nasionalisme merupakan sebuah penemuan sosial yang paling menakjubkan dalam perjalanan sejarah manusia, paling tidak dalam seratus tahun terakhir. Tak ada satu pun ruang sosial di muka bumi yang lepas dari pengaruh ideologi ini.Tanpa nasionalisme, lajur sejarah manusia akan berbeda sama sekali. Berakhirnya perang dingin dan semakin merebaknya gagasan dan budaya globalisme (internasionalisme) pada dekade 1990-an hingga sekarang, khususnya dengan adanya teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang dengan sangat akseleratif dan pesat. Nasionalisme memiliki kapasitas memobilisasi massa melalui janji-janji kemajuan yang merupakan teleologi modernitas. Nasionalisme dibentuk oleh kematerian industrialisme yang membawa perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat. Nasionalismelah yang melahirkan bangsa. Nasionalisme berada di titik persinggungan antara politik, teknologi, dan transformasi sosial.

Menurut John Hutchinson (2000:34) Nasionalisme lebih merupakan sebuah fenomena budaya daripada fenomena politik karena dia berakar pada etnisitas dan budaya pramodern. Kalaupun nasionalisme bertransformasi menjadi sebuah gerakan politik, hal tersebut bersifat superfisial karena gerakan-gerakan politik nasionalis pada akhirnya dilandasi oleh motivasi budaya, khususnya ketika terjadi krisis identitas kebudayaan. Pada sudut pandang ini, gerakan politik nasionalisme adalah sarana mendapatkan kembali harga diri etnik sebagai modal dasar dalam membangun sebuah negara berdasarkan kesamaan budaya.

Semangat kebangsaan akan mengalir rasa kesetiakawanan sosial, semangat rela berkorban, dan dapat menumbuhkan jiwa patriotisme. Rasa kesetiakawanan sosial akan mempertebal semangat kebangsaan suatu bangsa. Semangat rela berkorban adalah


(33)

14

kesediaan untuk berkorban demi kepentingan yang besar atau demi negara dan bangsa telah mengantarkan bangsa Indonesia untuk merdeka. Bagi bangsa yang ingin maju dalam mencapai tujuannya, selain memiliki semangat rela berkorban, juga harus didukung dengan jiwa patriotik yang tinggi. Jiwa patriotik akan melekat pada diri seseorang, jika orang tersebut mengetahui untuk apa mereka berkorban.

Makna Nasionalisme :

1) Suatu proses pembentukan,atau pertumbuhan bangsa-bangsa.

2) Suatu sentimen atau kesadaran memiliki bangsa-bangsa bersangkutan. 3) Suatu bahasa dan simbolisme bangsa.

4) Suatu gerakan sosial dan politik demi bangsa bersangkutan.

5) Suatu doktrin dan/atau ideologi bangsa, baik yang umum maupun yang khusus.

Menurut Hertz dalam Listiyarti (2007:32) dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and Politicsmengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu :

a) Hasrat untuk mencapai kesatuan b) Hasrat untuk mencapai kemerdekaan c) Hasrat untuk mencapai keaslian

d) Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Listyarti (2007:26) ” nasionalisme berasal dari kata”nasional” dan ”isme” yaitu paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air; memiliki rasa kebanggaan sebagai bangsa, atau memelihara kehormatan bangsa,” selanjutnya menurut Hitler dalam Chotib dan Djazuli (2007:24) ”nasionalisme adalah sikap dan semangat berkorban untuk


(34)

15

melawan bangsa lain, chauvinisme adalah masa kebangsaan yang bersemangat dan bertindak agresif terhadap bangsa lain,” kemudian menurut L. Stoddard dalam Yudohusodo (1995:69) ”nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu dimana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa”, sedangkan menurut Kohn dalam Kusumohamijojo (1993:12) ”nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan”.

Nasionalisme memiliki beberapa bentuk-bentuk menurut Retno Listyarti (2007:28) antara lain :

1. Nasionalisme kewarganegaraan (nasionalisme sipil) adalah nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari partisipasi aktif rakyatnya. Keanggotaan suatu bangsa bersifat sukarela. Bentuk nasionalisme ini mula-mula di bangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan tulisannya.

2. Nasionalisme etnis atau etnonasionalisme, adalah dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Keanggotaan suatu bangsa bersifat turun-temurun.

3. Nasionalisme romantik (disebut pula nasionalisme organik, nasionalisme identitas), adalah bentuk nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik sebagai suatu yang alamiah (organik) dan merupakan ekspresi dari bangsa atau ras. Nasionalisme romantik menitikberatkan pada budaya etnis yang sesuai dengan idealisme romantik.

4. Nasionalisme budaya, adalah nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran . politik dari budaya bersama dan tidak bersifat turun-temurun seperti warna kulit (ras) atau bahasa.

5. Nasionalisme kenegaraan, adalah merupakan variasi nasionalisme kewarganegaraan yang sering dikombinasikan dengan nasionalisme etnis. Dalam nasionalisme kenegaraan, bangsa adalah suatu komunitas yang memberikan kontribusi terhadap pemeliharaan dan kekuatan negara.

6. Nasionalisme agama, adalah nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama.


(35)

16

Selain itu, pada dasarnya nasionalisme yang muncul negara-negara yang memiliki tujuan nasionalisme sebagai berikut :

a. Menjamin kemauan dan kekuatan mempertahankan masyarakat nasional melawan musuh dari luar sehingga melahirkan semangat rela berkorban.

b. Menghilangkan ekstremisme (tuntutan yang berlebihan) dari warga negara (individu dan kelompok).

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa nasionalisme adalah suatu paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan/warga negara yang secara bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsanya.

b. Prinsip-prinsip Yang Terkandung Dalam Nasionalisme

Pada saat melakukan kerja sama kita harus selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan dan keselamatan bangsanya. Oleh sebab itu, menurut Ghani (1995:156) nasionalisme dalam arti luas mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Prinsip kebersamaan

Nilai kebersamaan menuntut setiap warga negara untuk menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.

2. Prinsip persatuan dan kesatuan

Setiap warga negara harus mampu mengesampingkan kepentingan pribadi atau golongan yang dapat menimbulkan perpecahan dan anarkhis (merusak). Untuk menegakkan prinsip persatuan dan kesatuan setiap warga negara harus mampu mengedepankan sikap : kesetiakawanan sosial, peduli terhadap sesama, solidaritas, dan berkeadilan sosial.

3. Prinsip demokrasi/demokratis

Prinsip demokrasi/demokratis memandang bahwa setiap warga negara mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, karena hakikat kebangsaan adalah adanya tekad untuk hidup bersama yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara yang tumbuh dan berkembang dari bawah untuk bersedia hidup sebagai bangsa yang bebas, merdeka, berkedaulatan, adil, dan makmur.


(36)

17

c. Membangun Karakter(Character Building)

Keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai tujuannya, tidak hanya ditentukan oleh dimilikinya sumber daya alam yang melimpah ruah, akan tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa ”Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter bangsa (manusia) itu sendiri”. Dari segi bahasa membangun karakter (character building)yang terdiri dari dua kata yaitu membangun(to build) berarti bersifat memperbaiki, membina, dan mendirikan. Sedangkan karakter (character) berarti tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Menurut Suhady (2003:54) ” menyatakan bahwa membangun karakter adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan tingkah laku yang baik berlandaskan nilai-nilai Pancasila”, selain itu, membangun karakter bangsa pada hakekatnya adalah agar suatu bangsa atau masyarakat itu memiliki karakter sebagai berikut :

1. Adanya saling menghormati dan saling menghargai diantara sesama 2. Adanya rasa kebersamaan dan tolong-menolong.

3. Adanya rasa persatuan dan kesatuan sebagai suatu bangsa.

4. Adanya rasa peduli dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara 5. Adanya moral,akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai agama

6. Adanya perilaku dan sifat-sifat kejiwaan yang saling menghormati dan saling menguntungkan.

7. Adanya kelakuan dan tingkah laku yang senantiasa menggambarkan nilai- nilai agama,nilai-nilai hukum dan nilai-nilai budaya.


(37)

18

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa membangun karakter (character building) adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan tingkah laku yang baik berlandaskan nilai-nilai pancasila.

d. Wawasan Kebangsaan (Wawasan Nusantara)

Wawasan nusantara merupakan wawasan nasionalnya bangsa Indonesia. Perumusan wawasan nasional bangsa Indonesia yang selanjutnya disebut dengan wawasan nusantara itu merupakan salah satu konsepsi politik dalam ketatanegaraan Republik Indonesia.Wawasan nusantara sebagai pandangan geopolitik indonesia, dalam pembangunan nasional. Secara etimologis wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya.

Menurut Prof. Wan Usman dalam Winarno (2006:122) ” wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.”

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa wawasan nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.


(38)

19

2. Pengertian Kebudayaan

Menurut koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak daribuddhi(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Adapun menurut istilah Kebudayaan merupakan suatu yang agung dan mahal, tentu saja karena ia tercipta dari hasil rasa, karya, dan cipta manusia yang kesemuanya merupakan sifat yang hanya ada pada manusia.Tak ada mahluk lain yang memiliki anugrah itu sehingga ia merupakan sesuatu yang agung dan mahal. Jadi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,tindakan,hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Sedangkan menurut James.M.Henslin (2007:36) kebudayaan (culture) adalah bahasa, kepercayaan, nilai, norma, perilaku, dan bahkan objek material yang diwariskan dari suatu generasi ke generasi. Kebudayaan dibagi menjadi dua :

1) Kebudayaan material (material culture)

Hal-hal seperti perhiasan, kesenian, bangunan, senjata, mesin, dan bahkan alat makan, tata rambut.

2) kebudayaan non-material (nonmaterial culture)

yaitu cara berpikir (kepercayaan, nilai, dan asumsinya yang lain mengenai dunia) dan cara bertindak (pola perilakunya yang umum, termasuk bahasa, gerak isyarat, dan bentuk interaksi lain) suatu kelompok, yang kontras.

Namun kebudayaan mempunyai makna yang luar biasa pentingnya:kebudayaan menyentuh hampir semua segi tentang siapa dan apa kita .Kita datang ke dunia ini tanpa suatu bahasa, tanpa nilai dan moralitas, tanpa ide mengenai agama, perang, uang, cinta, pemanfaatan ruang, dan seterusnya.


(39)

20

Dan selanjutnya menurut Syaiful arif (2010:37) kebudayaan adalah ; kebudayaan dilihat dari aspek formal kebudayaan terletak dalam karya budi yang mentrasformasikan data, fakta, situasi, dan kejadian alam, menjadi sebuah nilai bagi manusia. Inilah aras filosofi dari kebudayaan, yang mana kebudayaan di maknai sebagai penciptaan, penertiban, dan pengolahan nial-nilai insani.

Menurut Edward B. Taylor Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat .

Berdasarkan berbagai kutipan di atas maka kebudayaan merupan segala bentuk apresiasi nyata masyarakat dan keseluruhan system yang kompleks dan terwujud dengan terciptanya kesenian yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan lain yang dapat menjadi sebuah nilai bagi manusia dan diperoleh masyarakat melalui belajar dengan menggunakan akal.

3. Kebudayaan Nasional dan Kebudayaan Daerah

a. Pengertian Kebudayaan Nasional

Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di Negara tersebut. Itu dimaksudkan budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi dengan dareah lain di suatu Negara akan terus tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan dari Negara tersebut. Misalkan daerah satu dengan yang lain memang berbeda, tetapi jika dapat menyatukan perbedaan tersebut maka akan terjadi budaya nasional yang kuat yang bisa berlaku di semua daerah di Negara tersebut walaupun tidak semuanya dan juga tidak mengesampingkan budaya daerah tersebut.


(40)

21

Contohnya Pancasila sebagai dasar negara, Bahasa Indonesia dan Lagu Kebangsaan yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 12 Oktober 1928 yang diikuti oleh seluruh pemuda berbagai daerah di Indonesia yang membulatkan tekad untuk menyatukan Indonesia dengan menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya tiap daerahnya tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam semboyan“bhineka tunggal ika”.

Menurut Suseno (1992) Kebudayaan Nasional Indonesia secara hakiki terdiri dari semua budaya yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa budaya-budaya itu tak ada Kebudayaan Nasional. Itu tidak berarti Kebudayaan Nasional sekadar penjumlahan semua budaya lokal di seantero Nusantara. Kebudayan Nasional merupakan realitas, karena kesatuan nasional merupakan realitas. Kebudayaan Nasional akan mantap apabila di satu pihak budaya-budaya Nusantara asli tetap mantap, dan di lain pihak kehidupan nasional dapat dihayati sebagai bermakna oleh seluruh warga masyarakat Indonesia.

Kebudayaan Nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni: Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa.

Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan.


(41)

22

Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa manapun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama. (Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”).

Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.

Berdasarkan berbagai kutipan diatas maka kebudayaan nasional adalah gabungan dari seluruh kebudayaan dari berbagai daerah, yang di jadikan sebagai identitas bangsa yang harus di pertahankan dan dilestarikan keberadaannya.


(42)

23

b. Kebudayaan nasional Indonesia

Bila dicermati pandangan masyarakat Indonesia tentang kebudayaan Indonesia, ada dua kelompok pandangan.

1. Kelompok pertama yang mengatakan kebudayaan Nasional Indonesia belum jelas, yang ada baru unsur pendukungnya yaitu kebudayaan etnik dan kebudayaan asing. Kebudayaan Indonesia itu sendiri sedang dalam proses pencarian.

2. Kelompok kedua yang mengatakan mengatakan Kebudayaan Nasional Indonesia sudah ada. pendukung kelompok ketiga ini antara lain adalah Sastrosupono. Sastrosupono mencontohkan, Pancasila, bahasa Indonesia, undang-undang dasar 1945, moderenisasi dan pembangunan (1982:68-72).

Adanya pandangan yang mengatakan Kebudayaan Nasional Indonesia belum ada atau sedang dalam proses mencari, adalah akibat dari :

1) tidak jelasnya konsep kebudayaan yang dianut dan pahami

2) akibat pemahaman mereka tentang kebudayaan hanya misalnya sebatas seni, apakah itu seni sastra, tari, drama, musik, patung, lukis dan sebagainya. Mereka tidak memahami bahwa iptek, juga adalah produk manusia, dan ini termasuk ke dalam kebudayaan.


(43)

24

c. Kebudayaan Daerah di Indonesia

Kebudayaan Daerah adalah kebudayaan dalam wilayah atau daerah tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya pada ruang lingkup daerah tersebut. Budaya daerah ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk – penduduk yang lain. Budaya daerah mulai terlihat berkembang di Indonesia pada zaman kerajaan-kerajaan terdahulu. Hal itu dapat dilihat dari cara hidup dan interaksi sosial yang dilakukan masing-masing masyarakat kerajaan di Indonesia yang berbeda satu sama lain.

Kebudayaan daerah diartikan sebagai kebudayaan yang khas yang terdapat pada wilayah tersebut. Kebudayaan daerah di Indonesia sangatlah beragam. Menurut Koentjaraningrat ( 2000: 198-200) kebudayaan daerah sama dengan konsep bangsa. Suatu kebudayaan tidak terlepas dari pola kegiatan masyarakat. Keragaman budaya daerah bergantung pada factor geografis. Semakin besar wilayahnya, maka makin komplek perbedaan kebudayaan satu dengan yang lain. Jika kita melihat dari ujung pulau Sumatra sampai ke pulau irian tercatat sekitar 300 suku bangsa dengan bahasa,adat-istiadat dan agama yang berbeda.

Konsep suku bangsa / kebudayaan Daerah. Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai kota, sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, bisa menampilkan suatu corak yang khas yang terutama terlihat orang luar yang bukan anggota masyarakat yang bersangkutan. Sebaliknya, terhadap kebudayaan tetangganya ia dapat melihat corak


(44)

25

khasnya terutama unsur-unsur yang berbeda menyolok dengan kebudayaannya sendiri. Pola khas tersebut berupa wujud sistem sosial dan sistem kebendaan. Pola khas dari suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur yang kecil berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk yang khusus yang tidak terdapat pada kebudayaan lain.

Kriteria yang menentukan batas-batas dari masyarakat suku bangsa yang menjadi pokok dan lokasi nyata suatu uraian tentang kebudayaan daerah atau suku bangsa (etnografi) adalah sebagai berikut :

1. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih.

2. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh identitas penduduk sendiri. 3. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologis.

4. Kesatuan masyarakat dengan penduduk mempunyai pengalaman sejarah yang sama.

5. Kesatuan penduduk yang interaksi di antara mereka sangat dalam. 6. kesatuan masyarakat dengan system sosial yang seragam.


(45)

26

d. Kebudayaan daerah di Lampung

Propinsi Lampung terletak di pulau Sumatra Indonesia. Lampung memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang menjadi bagian dari kekayaan budaya di Indonesia. Ada berbagai ciri khas kebudayaan daerah Lampung:

1. Rumah adat Lampung

Lampung memiliki rumah adat yang sangat khas berbentuk panggung, atapnya terbuat dari anyaman ilalang, lebih banyak unsur kayu dikarenakan untuk kaenghindari serangan hewan buas dan lebih kokoh bila terjadi gempa. Rumah ini disebut SESAT.

2. Musik

Lampung memiliki beraneka ragam musik, dari yang tradisional hingga modern. Adapun jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah Klasik Lampung. Jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri

3. Tari

Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Tari yang terkenal salah satu tari yang terkenal adalah tari sembah dan tari malinting. Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang, mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung.


(46)

27

4. Pakaian adat

Pakaian adat khas lampung adalah tapis, baju teluk belanga, kikat (tutup kepala).

5. Bahasa Lampung

Bahasa Lampung terdiri dari dua dialeg, yang pertama dialeg O yang di gunakan masyarakat Lampung Menggala dan Abung. Yang kedua adalah dialeg api yang digunakan masyarakat pesisir pantai dan Waykanan.

Selain keberagaman budaya di atas, masyarakat lampung juga memiliki pandangan hidup yang dikenal dengan “pi’il pesenggiri”. Menurut Hilman hadikesuma (2001:36), “Pi’il” artinya pendirian, perasaan, sikap. “Pi’il pesenggiri” ialah rasa harga diri, rasa malu dengan orang lain. Karena pi’il seseorang sering mengasingkan diri dari kerabat untuk berusaha, mencari pengetahuan dan pengalaman, sehingga pada suatu saat ia muncul kembali dengan membawa nama baik (keberhasilan). Elemen-elemen adapt budaya yang berkaitan erat dengan pi’il pesenggiri dalam praktek kehidupan masyarakat adalah juluk -adek, Nemuinyimah, nengah-nyappur, dan sakay sambayan. Elemen-elemen budaya adat inilah yang dikaji dalam rangka menjelaskan dan menarik benang merah dari pi’il pesenggiri.

4. Pengertian Pemahaman

Pemahaman menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses perbuatan secara memahami atau memahamkan (Depdikbud, 1997:714).

Aspek pemahaman ini merupakan tingkat belajar kedua pada domain kognitif (C2) dengan ciri-cirinya :


(47)

28

”Mampu menerjemahkan, menafsirkan, mendeskripsikan secara verbal, pemahaman ekstrapolasi dan mampu membuat estimasi ”. (Bloom,1979 dalam M. Chobib Thoha, 1990:28).

Dengan demikian maka pemahaman merupakan kemampuan untuk menterjemahkan, menafsirkan, mendeskripsikan secara verbal, pemahaman ekstrapolasi dan mampu membuat estimasi dalam hal ini mengenai pemahaman pentingnya pelestarian keberadaan budaya daerah.

Menurut Jalaluddin Rakhmat (1997:33) ”Pemahaman adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia”. Pengertian ini menunjukkan bahwa aspek pemahaman erat kaitannya dengan sikap intelektual dan ini berkaitan dengan apa yang diketahui oleh manusia.

Selanjutnya, Frank J. Bruno (1978) dan Anwar Arifin (1984:45-46), menjelaskan bahwa ”Pemahaman adalah sebuah proses persepsi yang terjadi secara tiba-tiba tentang keterikatan yang terjadi dalam keterikatan yang terjadi dalam keseluruhan”. Jadi Pemahaman merupakan suatu proses persepsi atas keterhubungan antara beberapa faktor yang saling mengikat secara menyeluruh dan persepsi diartikan sebagai penafsiran stimulus yang telah ada dalam otak. Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pemahaman adalah mengerti atau dapat menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, sebab apa, bagaimana, dan untuk apa.

Terkait dengan pemahaman dalam penelitian ini, David O Sears, Jonathan L. Freeman dan L. Anne Peplau (1999:79), mengemukakan suatu teori yang disebut dengan teori


(48)

29

pemahaman sosial (kognisi sosial), teori ini diarahkan pada penelaahan berbagai proses kognitif yang difokuskan pada stimuli sosial, terutama pada perorangan dan kelompok. Yang menjadi inti pendekatan pemahaman sosial adalah pandangan bahwa persepsi manusia merupakan proses kognitif yang memandang orang sebagai pengamat yang terorganisasikan secara aktif, jadi bukan sekedar kotak yang pasif, mereka memiliki motivasi untuk mengembangkan kesan yang terpadu dan berarti, bukan sekedar rasa suka atau benci.

Berdasarkan pendapat di atas, kesimpulannya pemahaman adalah pengertian atau mengerti benar tentang sesuatu.

5. Tinjauan Tentang Sikap a. Pengertian Sikap

Sikap sebagai ”kesiapan dari psike untuk bertindak atau bereaksi dengan cara tertentu.Sikap sering muncul dalam bentuk pasangan,satu disadari sedang yang lainnya tidak di sadari.

Menurut Sri Utami Rahayuningsih (2008:15), sikap adalah :

1. Berorientasi respon : sikap adalah suatu bentuk dari perasaan,yaitu perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung pada suatu objek.

2. Berorientasi pada kesiapan respon : sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu,apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

3. Berorientasi kepada skema triadic : sikap merupakan konstelasi kpmponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami,merasakan,dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya (Berdasarkan pendapat di atas sikap secara umum adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan,yang diatur melalui pengalaman yang


(49)

30

memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang ada di sekitarnya.

Menurut Notoatmodjo ( 2003:18) “Sikap adalah merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial,” sedangkan menurut Widayatun (1999:218) sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.”

Allport dalam Notoadmodjo, (2003:143) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude), dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Terdapat beberapa teori sikap menurut Mar’at ( 1981:77) yaitu : 1. Teori keseimbangan

Upaya individu untuk tetap konsisten dalam bersikap dalam hidup. Suatu sistem seimbang terjadi apabila seseorang sependapat dengan orang lain yang disukainya. Ketidakseimbangan terjadi bila seseorang tidak sependapat dengan orang yang disukainya atau sependapat dengan orang yang tidak disukainya. 2. Teori konsistensi kognitif-afektif


(50)

31

Fokusnya pada bagaimana seseorang berusaha membuat kognisi mereka konsisten dengan afeksinya. Penilaian seseorang terhadap suatu kejadian akan mempengaruhi keyakinannya.

3. Teori ketidaksesuaian

Individu menyelaraskan elemen-elemen kognisi,pemikiran atau struktur (konsonansi:selaras)

4. Teori atribusi

Individu mengetahui akan sikapnya dengan mengambil kesimpulan dari perilakunya sendiri dan persepsinya tentang situasi. Implikasinya adalah perubahan perilaku seseorang menimbulkan kesimpulan pada orang tersebut bahwa sikapnya berubah.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.

b. Fungsi Sikap

Sikap yang dimiliki seseorang dapat memberi arah perilaku dalam kehidupan. Sehubungan dengan hal tersebut, Mar’at (1981:48) beranggapan, bahwa fungsi dari sikap adalah :

1. Sikap memiliki fungsi instrumental dapat menyesuaikan atau berfungsi pula dalam memberikan pelayanan.

2. Sikap dapat berfungsi sebagai penahan diri ataupun fungsi dalam mengadaptasikan dunia luar.

3. Sikap berfungsi pula sebagai penerima terhadap suatu objek dan ilmu serta member arti. Sikap dapat pula menunjukkan nilai ekspresif dari seseorang dalam menjawab suatu situasi.

Mar’at beranggapan, bahwa sikap memiliki satu fungsi untuk menghadapi dunia luar individu agar senantiasa menyesuaikan dengan lingkungan menurut terjadinya perubahannya, sehingga terlihat terus-menerus terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku.


(51)

32

Fungsi (tugas) sikap dapat dibagi ke dalam empat golongan, yaitu : 1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. 2. Sikap berfungsi sebagai pengatur tingkah laku.

3. Sikap berfungsi sebagai alat pengukur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani.

4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang.

Adapun untuk dapat memahami sikap sosial biasanya tidak mudah, maka dari perlu adanya metode-metode. Metode-metode itu antara lain :

a. Metode langsung adalah metode dimana orang itu secara langsung diminta pendapatnya mengenai objek tertentu.

b. Metode tidak langsung ialah metode dimana orang diminta supaya menyatakan dirinya mengenai objek sikap yang diselidiki, tetapi secara tidak langsung.

c. Tes tersusun adalah tes yang menggunakan skala sikap yang dikonstruksikan terlebih dahulu menurut prinsip-prinsip tertentu.

d. Tes yang tidak tersusun ialah misalnya wawancara, daftar pertanyaan, dan penelitian bibliografi.

c. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sikap.

Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia, dan berkenaan dengan obyek tertentu. Interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah atau membentuk sikap yang baru. Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap yang di


(52)

33

kemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Azwar dalam Fredisi (2006:19) bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap adalah :

1. Pengalaman pribadi 2. Kebudayaan

3. Orang lain yang dianggap penting (significant others) 4. Media massa

5. Institusi (lembaga) pendidikan dan lembaga agama 6. Emosional

Selain itu ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perubahan sikap, antara lain: 1. Status kesehatan,terutama status darah

2. Status pikiran

3. Status nilai diri dan sikap orang yang dihadapi 4. Persoalan yang dibincangkan

5. Nada memperbincangkan

6. Kepentingan diri dalam hal yang diperbincangkan

Kedua pendapat di atas dipertegas lagi dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ahmadi (2000:171) adapun faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap yaitu :

a. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih sesorang untuk menerima atau mengolah pengaruh-pengaruh yang dating dari luar.

b. Faktor ekstern yaitu faktor yang terdapat dari luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok.

d Pengukuran Sikap

Sikap setiap orang berbeda atau bervariasi, baik kualitas maupun jenisnya sehingga perilaku individu menjadi bervariasi. Pentingnya aspek sikap dalam kehidupan individu mendorong para psikolog untuk mengembangkan teknik dan instrumen untuk mengukur sikap manusia. Cara pengukuran sikap pada dasarnya dapat dibedakan secara langsung.


(53)

34

Menurut Walgito (1980:57), membedakan tiga cara pengukuran sikap, yaitu pengukuran secara langsung, tak berstruktur, langsung berstruktur,dan pengukuran secara tidak langsung.

Pengukuran secara langsung berstruktur adalah pengukuran sikap yang dilaksanakan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara tertulis yang disampaikan kepada subyek penelitian atau seseorang.

Pengukuran sikap secara tidak langsung adalah pengukuran dengan menggunakan alat-alat tertentu, yang biasanya berbentuk tes standar. Pengukuran ini cukup sulit,sehingga tidak semua orang dapat membuat analisa terhadap suatu tes. Biasanya hanya para psikolog sajalah yang berhak penuh untuk menginterprestasikan hasil tes tersebut.

Berbagai cara pengukuran sikap yang telah dikemukakan di atas, cara-cara pengukuran sikap dalam penelitian ini adalah cara langsung berstruktur yang dikenal dengan nama “summated ratings method” (Walgito,1980:79).

6. Kaitan antara pemahaman budaya daerah dengan sikap nasionalisme.

Pemahaman secara umum ialah untuk menerjemahkan,menafsirkan,dan mendeskripsikan secara verbal. Sedangkan kebudayaan secara umum adalah wujud, gagasan, ide, dan kreatifitas, keseluruhan system yang kompleks yang dapat menjadi sebuah nilai bagi manusia yang di peroleh melalui nproses belajar dengan menggunakan akal pikirannya.jadi kebudayaan daerah adalah budaya yang menjadi ciri khas di suatu wilayah.


(54)

35

Apabila dikaitkan dengan sikap nasionalisme siswa maka melalui pemahaman tentang pentingnya pelestarian keberadaan kebudayaan daerah khususnya daerahnya masing-masing .Dengan siswa memahami kebudayaan daerah, maka siswa akan mengetahui tentang keragaman budayanya yang patut di pertahankan dan dilestarikan keberadaannya. Dan dengan sendirinya rasa bangga dan cinta terhadap tanah air (nasionalisme) akan tumbuh dalam diri masing-masing siswa untuk melestarikan dan memepertahankan keberadaan budaya daerah yang merupakan identitas bangsa yang patut dibanggakan.

Pada era globalisasi seperti pada saat ini sangat mempengaruhi keberadaan kubadayaan daerah di Indonesia yang sangat beragam sebagai identitas bangsa Indonesia, dikarenakan mulai banyak masuk kebudayaan asing di Indonesia. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia. Menurut Edison A. jamli dalam Kewarganegaraan( 2005:32).

Arus Globalisasi begitu cepat mempengaruhi diri para generasi muda yang nyaris lupa dengan identitas bangsa sendiri. Karena gaya hidup mereka yang cenderung mengikuti budaya barat seperin gu-lagu barat,tarian barat. Hal-hal seperti ini yang semakin lama semakin mempengaruhi sikap nasionalisme generasi muda khususnya para pelajar. Oleh karena itu pemberian pemahaman tentang kebudayaan daerah harus lebih banyak disampaikan kepada siswa dengan tujuan jika siswa memahami pentingnya pelestarian kebudayaan daerah yang beraneka ragam di negaranya sendiri, rasa tertarik dan bangga terhadap kebudayaan daerah akan timbul dalam diri siswa. Sehingga minat terhadap budaya barat yang banyak diminati generasi muda perlahan-lahan berkuran.


(55)

36

Keberadayaan kebudayaan daerah yang sangat beragam di Indonesia merupakan suatu kekayaan yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, karena tidak semua Negara dibelahan dunia memiliki kebudayaan daerah yang beragam. Untuk itu keberadaan dan pelestariannya sangat penting untuk dipertahankan dengan sikap nasionalisme masyarakat khususnya generasi muda.

7. Pendidikan Nilai

Pendidikan nilai adalah pengembangan pribadi tentang pola keyakinan yang terdapat daalam system keyaakinan suatu masyarakat tentang hal baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus dihindari. Dalam nilai ini terdapat pembakuan tentang hal baik daan buruk serta pengaturan perilaku.

Pendidikan nilai berusaha membantu untuk mengenali, memilih, dan menetapkan nilai-nilai tertentu, sehingga dapat dijadikan landasan mengambil keputusan untuk berperilaku dalam masyarakat.

Pendidikan nilai, moral dan etika merupakan hidden kurikulum yang secara integral terkait dengan hampir semua mata pelajaran sekolah. Keberhasilan menanamkan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai tersebut tergantung dari peranan pendidik (guru) yang mendukung sistem penyelenggaraan pendidikan sekolah dan sejauh mana komitmen masyarakat dan pemerintah dalam memberikan teladan kepada anak-anak. Pendidikan nilai di sekolah akan terasa hambar jika penyakit-penyakit sosial masih merajalela di tengah masyarakat kita, di birokrasi pemerintah, di parlemen, pantai politik, Pendidikan nilai tidak sebatas pada teori dan pengajaran, tetapi harus disertai dengan perilaku hidup. Antara kata dan perbuatan harus sinkron, sejalan. Pendidikan nilai pasti gagal total bila


(56)

37

pelanggaran-pelanggaran moral masih terus berlangsung. Penanaman pendidikan nilai harus ditunjukkan melalui sikap-perbuatan yang kongkret. institusi pendidikan, agama, dan keluarga. Tidak ada gunanya kita mengajarkan nilai-nilai moral kepada para peserta didik jika perilaku sosial kita bertentangan dengan nilai-nilai moral.

a. Pendekatan Pendidikan Nilai

Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Pendekatan ini sebenarnya merupakan pendekatan tradisional. Pendekatan ini dinilai mengabaikan hak anak untuk memilih nilainya sendiri secara bebas. Menurut Raths et al yang dikembangkan oleh Elias (1 996:45) kehidupan manusia berbeda karena perbedaan waktu dan tempat. Kita tidak dapat meramalkan nilai yang sesuai untuk generasi yang akan datang. Menurut beliau, setiap generasi mempunyai hak untuk menentukan nilainya sendiri. Oleh karena itu, yang perlu diajarkan kepada generasi muda bukannya nilai, melainkan proses, supaya mereka dapat menemukan nilai-nilai mereka sendiri, sesuai dengan tempat dan zamannya.

Piaget berusaha mendefinisikan tingkat perkembangan moral pada anak-anak melalui pengamatan dan wawancara (Windmiller, 1998:74). Dari hasil pengamatan terhadap anak-anak ketika bermain, dan jawaban mereka atas pertanyaan mengapa mereka patuh kepada peraturan, Piaget sampai pada suatu kesimpulan bahwa perkembangan kemampuan kognitif pada anak-anak mempengaruhi pertimbangan moral merek


(57)

38

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan pada permasalahan yang dikemukakan pada halaman terdahulu maka untuk lebih jelasnya peneliti akan menyajikan kerangka pikir penelitian seperti dibawah ini adalah:

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas,maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada pengaruh pentingnya pemahaman budaya daerah terhadap sikap nasionalisme siswa.

2. Semakin tinggi tingkat pemahaman ssiswa tentang budaya daerah semakin tinggi pula rasa nasionalismenya.

Pengaruh pemahaman budaya daerah (X)

1. Sebagai identitas bangsa

2. Faktor lingkungan (belajar)

Sikap Nasionalisme (Y)

1. Rasa bangga terhadap budaya daerah.

2. Keinginan untuk mempertahankan dan melestarikan keberadaan budaya daerah.

3. Nilai kebersamaan.


(58)

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi korelasional, untuk menjelaskan hubungan antara konsep-konsep atau nilai-nilai dari variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Dalam penelitian ini, menjelaskan hubungan tentang pentingnya pemahaman budaya daerah terhadap sikap nasionalisme siswa.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah suatu komponen terpenting dalam sebuah penelitian untuk menentukan validitas data dalam penelitian. Menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan objek penelitian, sedangkan menurut Usman (2008:42) populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran baik kuantitatif dan kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012, terdiri dari 31 kelas yang keseluruhannya berjumlah 1.158 siswa.


(59)

2. Sampel

Data yang akan dipakai dalam penelitian ini belum tentu merupakan keseluruhan dari suatu populasi. Suharsimi Arikunto (1986 ;107) mengatakan “apabila subjek kurang dari

seratus, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitian tersebut penelitian populasi. Sedangkan jika jumlah relatif besar, maka dapat diambil antara 10% sampai dengan 15% atau 20% sampai 25%.

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 10% dari 1.158 siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar lampung yang diambil secara acak dari masing-masing kelas. Dengan demikian jumlah keseluruhan sampel adalah 115 siswa.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Menurut Sumadi Suryabtara (2002:72) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi pengamatan penelitian.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas ( Variabel X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pentingnya pemahaman budaya daerah.

b. Variabel terikat ( Variabel Y )

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap nasionalisme siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung.


(60)

✂✄

2. Definisi Operasional Variabel

Menurut Ali (1999:152) “Operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan

kepada suatu variabel atau kontrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau untuk memberikan operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel

tertentu.”

a. Pentingnya pemahaman budaya daerah bagi generasi muda khususnya peserta didik karena Indonesia memiliki beraneka ragam budaya daerah dari masing-masing tiap daerah. Hal ini merupakan suatu kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia dan dijadikan sebagai identitas bangsa yang harus dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya. Adapun indikator dalam variabel ini adalah: sebagai identitas bangsa dan faktor lingkungan (belajar).

b. Sikap nasionalisme adalah sikap, semangat kebangsaan pada diri seseorang/warga negara yang didalamnya mengalir rasa kesetiakawanan sosial, semangat rela berkorban, dan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa.

Dengan pengukuran indikator :

1. Rasa cinta dan bangga terhadap budaya daerah.

2. Keinginan untuk mempertahankan dan melestarikan keberadaan budaya daerah sebagai identitas bangsa.

3. Nilai kebersamaan.


(61)

☎✆

D. Pengukuran Variabel

Dalam mengukur variabel tentang hubungan pentingnya pemahaman budaya daerah terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung sebagai berikut :

a. Pentingnya pemahaman budaya daerah diukur menggunakan tes sebanyak 10 soal berdasarkan nilai yang diperoleh dengan rentang 0-100 melalui indikator tentang pentingnya pemahaman budaya daerah. Dengan pengukuran indikator : sebagai identitas bangsa dan faktor lingkungan (belajar).

b. Sikap nasionalisme diukur menggunakan angket berdasarkan kriteria, yaitu : setuju, kurang setuju, dan setuju. Jika setuju diberikan skor 3, kurang setuju diberikan skor 2, dan tidak setuju diberikan skor 1.

Dengan pengukuran indikator :

1. Rasa cinta dan bangga terhadap budaya daerah.

2. Keinginan untuk mempertahankan dan melestarikan keberadaan budaya daerah sebagai identitas bangsa.

3. Nilai kebersamaan.


(62)

✝✞

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :

1. Teknik Pokok

a. Tes

Tes disajikan dalam bentuk pertanyaan yang terdiri dari 10 soal, tes disusun penulis sesuai dengan sub pokok bahasan yang disajikan selama eksperimen yang diberikan kepada siswa untuk melihat pentingnya pemahaman tentang kebudayaan daerah. Tes dianalisis dengan skala sikap.

b. Angket

Teknik angket atau kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara membuat sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan maksud menjaring data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan. Sasaran angket adalah siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung dari kelas X-XII.

Dalam penelitian ini menggunakan angket yang bersifat tertutup, sehingga responden menjawab pertanyaan dari tiga alternatif jawaban yaitu : (a), (b), (c) yang setiap jawaban diberi nilai bervariasi.

a. Untuk jawaban yang sesuai harapan akan diberi nilai/skor tiga


(63)

✟ ✟

c. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan akan diberi nilai/skor satu

Berdasarkan hal di atas maka akan diketahui nilai tertinggi adalah tiga (3) dan nilai terendah adalah satu (1)

2. Teknik Penunjang

a. Observasi

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan terhadap obyek yang akan diteliti.

b. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi, yaitu suatu pengambilan data yang diperoleh dari informasi, keterangan ataupun fakta-fakta yang berhubungan dengan objek penelitian.

F. Uji Validitas dan uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Menurut Arikunto (2006 : 168)bahwa “sebuahinstrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabelyang diteliti secara tepat”.

Dari pendapat di atas validitas merupakan tingkat kekuatan dan kepercayaan instrumen penelitian hasil yang dilakukan dengan indikator faktor. Untuk uji validitas di lihat dari


(64)

✠✡

logical validity dengan carajudgment yaitu dengan mengkonsultasikan kepada beberapa ahli penelitian dan tenaga pengajar di lingkungan FKIP UNILA. Dalam penelitian ini penulis mengkonsultasikan kepada pembimbing skripsi yang di anggap penulis sebagai ahli penelitian dan menyatakan angket ini valid.

2.Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Penelitian yang menggunakan uji coba angket, memerlukan suatu alat pengumpulan data, yaitu uji reliabilitas.

Menurut Arikunto, (2006:178) menyatakan bahwa untuk menumbuhkan kemantapan alat pengumpulan data maka akan digunakan uji coba angket, reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen tersebut sudah baik.

Adapun langkah-langkah yang dapat di tempuh adalah sebagai berikut:

1. Menyebar angket untuk di uji cobakan kepada 10 orang responden.

2. Untuk reliabilitas soal angket di gunakan teknik belah dua / ganjil genap.

3. Selanjutnya mengkorelasikan kelompok ganjil dan genap dengan korelasi product moment yaitu:

 

 

                   

N Y Y N X X N Y X XY Rxy 2 2 2 2


(1)

49

X2 : chi kuadrat

n : jumlah sampel

(Sudjana, 1996 : 280)

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi faktor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum yang bisa terjadi. Harga C maksium ini dapat dihitung dengan rumus :

C maks

M M 1 

Keterangan :

C maks : koefisien kontigensi maksimum.

M : harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kriteria uji hubungan “ makin dekat harga C pada Cmaks, makin besar derajat asosiasi antara faktor”.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis data instrument penelitian berupa tes dan angket, maka peneliti dapat menyimpulkan ada pengaruh pentingnya pemahaman budaya daerah terhadap sikap Nasionalisme siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 .

Pemahaman budaya daerah siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 lebih dominan pada kategori cukup paham melalui indikator kebudayaan daerah sebagai identitas bangsa dan faktor lingkungan belajar (sekolah) . Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan siswa tentang jenis-jenis tarian daerah lampung dan pengetahuan siswa tentang kebudayaan-kebudayaan daerah yang pernah diklaim Negara lain seperti kebudayaan seni batik, tarian dan makanan khas dari Indonesia.

Sikap Nasionalisme siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 dominan pada kategori sikap mendukung. Hal ini dikarenakan siswa sudah mampu mengamalkan aspek positif indikator-indikator sikap nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari yaitu siswa sudah memiliki rasa bangga terhadap budaya daerahnya, adanya keinginan untuk melestarikan dan mempertahankan budaya daerah, bisa memahami nilai kebersamaan serta membina persatuan dan kesatuan.


(3)

80

Berdasarkan perhitungan dalam pengujian hipotesis kedua variabel yaitu pentingnya pemahaman budaya daerah terhadap sikap Nasionalisme siswa SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 memiliki tingkat keeratan yang cukup tinggi, yaitux2= 50,2 adalah positif. Artinya semakin tinggi pemahaman budaya daerah seorang siswa maka semakin menunjukkan sikap mendukung dalam sikap Nasionalismenya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah pemahaman siswa terhadap budaya daerah, maka siswa semakin menunjukkan sikap menolak dalam sikap nasionalismenya.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut:

1. Kepada pihak sekolah agar mensosialisakan pemahaman budaya daerah lebih banyak melalui pembelajaran yang disampaikan di kelas, peningkatan kegiatan ekstrakurikuler lebih didominankan pada kegiatan penanaman nilai-nilai budaya.

2. Kepada guru mata pelajaran Pedidikan Kewarganegaraan agar dapat memberikan pemahaman dan pengertian tentang arti penting dari budaya daerah sebagai identitas bangsa yang harus dipertahankan keberadaannya dengan pelestarian dan pewarisan budaya daerah, sehingga diharapkan setiap generasi dapat mengerti akan pentingnya budaya daerah sebagai identitas bangsa dan memiliki sikap Nasionalisme dengan cara menanamkan pesan-pesan moral dalam proses pembelajaran di sekolah.


(4)

81

3. Kepada para siswa generasi penerus bangsa diharapkan memiliki semangat kebangsaan yang tinggi dan dapat ikut serta dalam pelestarian dan pewarisan budaya daerah agar persatuan dan kesatuan serta keutuhan bangsa dapat terjaga.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghani, Ruslan. 1995.Nasionalisme Indonesia dalam Era Globalisasi.Yayasan Widia Patria. Yogyakarta.

Ahmadi, Abu. 2000.Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.

A. Jamli, Edison. 2005.Kewarganegaraan. Surya Pratama. Bandung. Ali, Muhammad.1984.Penelitian Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. Amsia, Tontowi. 2006.Kewarganegaraan dan Ketahanan Nasional. Katalog dalam

Terbitan Perpustakaan Nasional. Bandar Lampung.

Arif, Syaiful. 2010.Refilosofi Kebudayaan.Ar-Ruz media. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1986.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta. Jakarta.

Chotib. 2007.Sikap Nasionalisme. Bumi Citra. Jakarta.

Depdikbud. 1997.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Glora Aksara Pratama. Jakarta. Elias.1996 .Pendekatan Pendidikan Nilai. Glora Aksara Pratama. Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1989.Metode Penelitian Sosial. Kurnia. Jakarta

Hadikesuma, Hilman. 2001.Prinsip Hidup Masyarakat Lampung. Media Cipta. Jakarta Hutchinson. 2000.Nasionalisme berakar Dari fenomena Budaya. Aksara Cita. Jakarta. M. Henslin, James. 2007.Sosiologi dengan Pendekatan Bumi. Erlangga. Surabaya. Koentjaraningrat. 2000Manusia dan kebudayaan di Indonesia.Djambatan. Jakarta. Kusumohamijojo, Budiono. 1993.Pendidikan Wawasan Kebangsaan.PT Grasindo.

Jakarta


(6)

Malo, Manase .1986.Metode Penelitian Sosial. Kurnia. Jakarta.

Mar’at.1981.Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia.Jakarta. Mangunhardjana. 2006.Pendidikan Kewarganegaraan. Gelora Aksara Pratama. Jakarta. Piaget. 1998.Tingkat Perkembangan Moral Anak.Djambatan. Yogyakarta.

Universtitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah.Bandar Lampung Rakhmat, Jalaludin. 1997.Sikap Intelektual. Aksara Cita. Jakarta.

Sri Utami Rahayuningsih. 22\03\2008.Definisi Sikap.

(http://Utami Rahayuningsihi.wordpress.com/22/03/2008/definisi-sikap)

Suhady, Idup. 2003.Wawasan Kebangsaan Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara. Jakarta.

Suseno. 1992.Kebudayaan nasional di Indonesia. Djambatan. Yogyakarta. Thoha, Chobib. 1990.Pemahaman Karakter Individu. Grasindo. Jakarta. Walgito, 1980 .Metode Pengukuran Sikap.Elektrika. Jakarta.

Yudohusodo, Siswono. 1995.Nasionalisme Indonesia Dalam Era Globalisasi. Yayasan Widya Patrio. Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENTINGNYA PEMAHAMAN BUDAYA DAERAHTERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA SMA YAYASAN PEMBINA UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 16 29

PENGARUH PENTINGNYA PEMAHAMAN BUDAYA DAERAH TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA SMA YAYASAN PEMBINA UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

3 42 73

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURU TERHADAP MINAT SISWA MENURUT PERSEPSI SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 88

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURU TERHADAP MINAT SISWA MENURUT PERSEPSI SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 28 104

PENGARUH BUDAYA MEMBACA, CARA BELAJAR DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 16 101

PENGARUH BUDAYA MEMBACA, CARA BELAJAR DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 101

ANALISIS PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL SISWA BERBEDA BUDAYA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 21 82

PENGARUH PEMAHAMAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA TERADAP SIKAP NASIONALISME PADA MATERI PKn SISWA KELAS X DI SMA PGRI PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 45 93

PENGARUH KONSEP BUDAYA ORGANISASI INTRA SEKOLAH TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS X SMA XAVERIUS PAHOMAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 46

PENGARUH SISTEM KEKERABATAN TERHADAP SIKAP NASIONALISME MASYARAKAT BATAK TOBA DI BANDAR LAMPUNG

2 28 59