PENGARUH KONSEP BUDAYA ORGANISASI INTRA SEKOLAH TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS X SMA XAVERIUS PAHOMAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KONSEP BUDAYA ORGANISASI INTRA SEKOLAH TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS X SMA

XAVERIUS PAHOMAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

IMELDA RIRIS ANUGRAHENY

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh tingkat pemahaman budaya organisasi intra sekolah terhadap keterampilan sosial siswa SMA Xaverius Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Subjek yang diteliti merupakan siswa kelas X SMA Xaverius Pahoman Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 siswa. Teknik pokok pengumpulan data merupakan Teknik Angket. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat.

Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa pengaruh konsep budaya organisasi intra sekolah terhadap ketrampilan sosial siswa digunakan dengan rumus Chi Kuadrat, hasil analisis data diperoleh sebagai berikut: budaya organisasi yaitu 71,9% dengan kategori kurang paham dan keterampilan sosial yaitu 53,2% dengan kategori sedang.

Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa pengaruh tingkat pemahaman budaya organisasi intra sekolah terhadap keterampilan sosial siswa SMA Xaverius Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 memiliki keeratan kuat.

Kata Kunci: Konsep Budaya Organisasi, Keterampilan Sosial, Organisasi Intra Sekolah


(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial tentunya senantiasa membutuhkan orang lain di dalam hidupnya. Manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawan sehingga dia disebut social animal. Hal terpenting di dalam kehidupan bersosialisasi ialah bagaimana hubungan interaksi yang terjadi didalamnya. Semakin meningkat usia seseorang semakin luas pula pergaulanya di dalam masyarakat. Manusia harus menggunakan akal, pikiran dan perasaanya dalam menyesuaikan diri di dalam pergaulan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya.

Sosialisasi merupakan suatu proses, dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai dimana dia menjadi anggota. Pengetahuan tentang proses-proses sosial memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengertian mengenai segi yang dinamis dari masyarakat. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan, interaksi sosial merupakan dasar proses sosial, yang menunju pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.


(3)

Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.

Adanya interaksi antar individu dan kelompok merupakan proses sosial. Proses sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan perubahan yang menyebabkan goyahnya cara hidup yang ada. Proses sosial juga diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Proses sosial juga dapat diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada.

Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dan seterusnya. Oleh karena itu keterampilan sosial menjadi hal mendasar yang


(4)

harus dimiliki dan diimplementasikan sesuai dengan nilai-nilai yang didapat selama proses sosialisasi di dalam kehidupan masyarakat. Dalam mengasah keterampilan sosial, organisasi menjadi salah satu sarana yang dapat digunakan seseorang untuk mengasah kehidupan sosialnya. Organisasi mengajarkan seseorang bagaimana bekerja bersama orang lain. Organisasi menjadi media untuk bersosialisasi antar individu dan kelompok dalam organisasi itu sendiri maupun dengan organisasi lainnya.

Organisasi secara umum dapat diartikan sebagai struktur atau susunan, yakni dalam penyusunan/ penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama, sepertikeberadaan organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan.

Kegiatan berorganisasi merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa, yang meliputi aktivitas berorganisasi ekstrakurikuler dan intra kurikuler. Teori aktivitas beranggapan bahwa aktivitas sosial merupakan esensi kehidupan manusia (Haditono. 1983: 8).

Sebegitu pentingnya aktivitas sosial sehingga banyak sedikitnya aktivitas sosial tersebut ikut menentukan apakah seseorang dapat bahagia atau tidak. Aktivitas


(5)

siswa yang biasa dilakukan adalah kegiatan berorganisasi baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

Kesuksesan di dalam dunia pendidikan sekarang ini merupakan hal yang sangat mendasar, dimana pendidikan menjadi salah satu faktor terpenting di dalam kemajuan suatu bangsa.Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tugas dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Saat ini tidak hanya dibutuhkan siswa yang mempunyai kecerdasan intelektual saja.Idelanya seorang siswa harus mampu menyeimbangkan kecerdasan intelektual terhadap kehidupan sosialnya. Kemampuan sosial siswa sangat mempengaruhi perkembangan belajar siswa disekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu dibutuhkan langkah-langkah yang tepat untuk melaksanakan proses pendidikan agar mendapat hasil yang baik dan sesuai dengan harapan.

Siswa yang pada dasarnya merupakan subjek atau pelaku di dalam pergerakan pembaharuan atau subjek yang akan menjadi generasi-generasi penerus bangsa dan membangun bangsa dan tanah air ke arah yang lebih baik dituntut untuk memiliki budaya organisasi. Pada hakekatnya budaya organisasi memberikan dasar bagi para anggota organisasi untuk berperilaku sama, baik di dalam maupun di luar organisasi. Budaya organisasi sebagai ciri bagi suatu organisasi yang membedakan dengan organisasi lain.

Organisasi bagi siswa dapat menjadi alat kontrol di dalam melakukan suatu tindakan. Organisasi dapat menjadi gambaran bagi mahasiswa dalam mengambil suatu keputusan atau dalam melakukan sesuatu yang baik atau yang


(6)

buruk.Oleh karena itu, makna organisasi harus lebih dipahami kembali dan diaplikasikan di dalam lingkungan sekolah yang realitanya lebih banyak siswa yang tidak sadar dan tidak mengetahui makna organisasi dan peranan organisasi itu sendiri, sehingga bermunculanlah siswa-siswi yang tidak memiliki perhatian dan kemampuan bersosialisasi, seperti tidak memiliki sopan santun kepada para guru, siswa yang lebih menyukai hidup dengan bebas, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, pergaulan bebas, berdemonstrasi dengan tidak mengikuti peraturan yang berlaku bahkan hal terkecil seperti menyontek disaat ujian dianggap hal biasa padahal menyontek merupakan salah satu hal yang tidak mengindahkan makna dari etika.

Melihat situasi tersebut, jelas bahwa organisasi dapat menjadi media siswa untuk mengembangkan kehidupan sosialnya. Tujuan utama siswa bersekolah adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, akan lebih baik apabila ia mampu mengasah kemampuan sosialnya sebagai bekal untuk menjalani kehidupan di masa yang akan datang.

Namun demikian faktanya masih banyak siswa yang kurang memiliki pemahaman tentang arti pentingnya berorganisasi, hal ini terlihat dari keterlibatan siswa dalam kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler dan OSIS, seperti data yang peneliti peroleh dari hasil penelitian pendahuluan di SMA Xaverius Pahoman Bandar Lampung, sebagai berikut:


(7)

Tabel I. Daftar Indeks Kegiatan siswa Xaverius Pahoman Bandar Lampung Tahun Akademik 2011 / 2012.

No Indeks Kegiatan KELAS jumlah

X1 X2 X3 X4

1 Ketua 5 10 5 5 25

2 Sekertaris 12 4 8 8 32

3 Bendahara 14 6 10 3 33

4 Anggota 5 7 13 10 35

5 Seksi-seksi 5 15 11 4 35

JUMLAH 41 42 47 30 160

Sumber : Data hasil observasi

Tabel di atas memberi petunjuk, bahwa dari 8 kelas X, 4 kelas diantaranya memiliki keragaman keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah, ini memberi makna masih tidak meratanya pemahaman siswa terhadap konsep budaya organisasi, hal demikian tentunya akan berdampak pada kemampuan siswa dalam bersosialisasi, berkomunikasi, bergaul, dan bekerjasama,

Ada berbagai faktor yang menjadi penyebab rendahnya kecerdasan sosial siswa dan menjadi alasan mengapa siswa tidak memiliki perhatian terhadap kehidupan kelompok, diantaranya adalah; faktor eksteren, meliputi faktor pola asuh orangtua terhadap anak, lingkungan anakdan sekolah, keteladanan;faktor intern, meliputi factor kecerdasan (pemahaman), egosentris

Faktor pola asuh oleh orangtua, misalnya diduga berpengaruh pada keterampilan sosial siswa.Siswa menjadi sulit menyesuaikan diri dengan


(8)

lingkungan karena orangtua kurang memberi kesempatan bagi anaknya untuk bergaul dan berkomunikasi dengan teman sebaya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

Faktor lingkungan juga turut memberi pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap anak. Seorang anak dapat menjadi baik apabila berada pada lingkungan yang benar, tetapi sebaliknya anak akan menjadi buruk perilakunya karena berada pada lingkungan yang salah.

Kemudian faktor keteladanan, faktanya kadang kita dihadapkan pada realitas dari orangtua, guru, para pejabat, politikus, bahkan tokoh agama yang memiliki perilaku tidak baik, hal ini tentunya berdampak pada pembentukan sikap anak.Anak menjadi egois dan arogan karena melihat banyak peristiwa-peristiwa yang tidak memberi pelajaran yang baik pada anak.

Faktor lain yang diduga berpengaruh pada pembentukan ketrampilan sosial siswa adalah faktor pemahaman terhadap konsep budaya organisasi.Oleh karena itu, makna organisasi harus lebih dipahami kembali dan diaplikasikan di dalam lingkungan sekolah yang realitanya lebih banyak siswa yang tidak sadar dan tidak mengetahui makna pergaulan, etika dan peranan etika itu sendiri, sehingga bermunculanlah siswa-siswi yang tidak memiliki akhlaq.

Sikap egosentris juga kerap dimiliki oleh para siswa, terlebih jiwa para siswa-siswi yang cenderung masih labil, belum dapat menahan emosional yang ada di dalam dirinya, saat mulai bergaul dengan teman sebayanya cenderung menonjolkan sifat egosentrisnya, cenderung memilih–milih teman, biasanya


(9)

mereka memilih teman yang dianggap memiliki status sosial yang sama. Tentu ini akan menjadikan kesenjangan sosial di dalam kehidupan sosialnya.

Berdasarkan pada konsep ideal dan fakta berkaitan dengan budaya organisasi dan keterampilan social siswa, penulis mencoba menuangkannya pada suatu penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Tingkat Pemahaman Budaya Organisasi Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Kelas X SMA Xaverius Pahoman Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut:

1. Pola asuh orangtua terhadap anak berpengaruh pada kecerdasan sosial anak. 2. Pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah berpengaruh pada

pembentukan keterampilan sosial anak.

3. Faktor lingkungan berpengaruh pada keterampilan sosial anak

4. Pola/model pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah berpengaruh pada pembentukan keterampilan siswa.

5. Keteladanan yang diperlihatkan oleh guru berpengaruh dengan sikap siswa di sekolah.

6. Faktor tingkat pemahaman konsep budaya organisasi berpengaruh pada keterampilan sosial siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penelitian ini terfokus pada masalah tingkat pemahaman konsep budaya organisasi dan


(10)

keterampilan sosial siswa SMA Xaverius Pahoman Bandar Lampung Tahun 2013.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dalam penelitian ini, maka dirumuskan masalahnya sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh tingkat pemahaman budaya organisasi terhadap keterampilan social siswa SMA Xaverius Bandar Lampung tahun 2013”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh tingkat pemahaman budaya organisasi terhadap keterampilan social siswa SMA Xaverius Bandar Lampung tahun 2013

F. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk memperkaya dan mengembangkan konsep-konsep yang berkaitan dengan ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan berkenaan dengan upaya pembentukan keterampilan sosial siswa melalui budaya organisasi.

b. Kegunaan Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para guru dan siswa dalam rangka pembentukan keterampilan sosial siswa melalui budaya organisasi di sekolah.


(11)

G. Ruang Lingkup Penelitian a. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan kewarganegaraan khususnya pendidikan nilai moral Pancasila

b. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah tentang budaya organisasi dan keterampilan social siswa.

c. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Xaverius Pahoman Bandar Lampung Tahun 2013.

d. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian ini adalah SMAXaverius Pahoman Bandar Lampung. e. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesai.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Ketrampilan Sosial a. Pengertian Ketrampilan Sosial

Keterampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengansituasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakanperilaku yang dipelajari. Remaja dengan keterampilan sosial akan mampumengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubunganinterpersonal, tanpa harus melukai orang lain

Menurut Hargie, Saunders, & Dickson dalam Gimpel & Merrell, 1998: 54 “Keterampilan sosial membawa remaja untuk lebih berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi dan sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka tidak mencari pelarian ke hal-hal lain yang justru dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain”.

Sementara itu, Libet dan Lewinsohn (dalam Cartledge dan Milburn, 1995: 73) mengemukakan “Keterampilan sosial sebagai kemampuan yang kompleks untuk menunjukkan perilaku yang baik dinilai secara positif atau negative oleh lingkungan, dan jika perilaku itu tidak baik akan diberikan punishment oleh lingkungan”.


(13)

Kemudian Kelly (dalam Gimpel & Merrel, 1998:79) mendefinisikan “Keterampilan sosial sebagai perilaku-perilaku yang dipelajari, yang digunakan oleh individu pada situasi-situasi interpersonal dalam lingkungan”.

Mu‟tadin „(2006:24) mengemukakan bahwa “Salah satu tugas perkembanganyang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remajamadya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (social skill) untukdapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari”. Keterampilan sosial, baik secara langsung maupun tidak membantu remaja untuk dapat menyesuaikan diridengan standar harapan masyarakat dalam norma-norma yang berlaku disekelilingnya Keterampilan sosial, baik secara langsung maupun tidak membantu remaja untuk dapat menyesuaikan diridengan standar harapan masyarakat dalam norma-norma yang berlaku disekelilingnya

Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalinhubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain,mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerimafeedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yangberlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fasetersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang untuk berani berbicara, mengungkapkan


(14)

setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi sekaligus menemukan penyelesaianyang adaptif, memiliki tanggung jawab yang cukup tinggi dalam segala hal, penuhpertimbangan sebelum melakukan sesuatu, mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan.

b. Arti Penting Ketrampilan Sosial

Johnson dan Johnson (1999) mengemukakan 6 hasil penting dari memilikiketerampilan sosial, yaitu:

1. Perkembangan Kepribadian dan Identitas

Hasil pertama adalah perkembangan kepribadian dan identitaskarena kebanyakan dari identitas masyarakat dibentuk dari hubungannyadengan orang lain. Sebagai hasil dari berinteraksi dengan orang lain,individu mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri.Individu yang rendah dalam keterampilan interpersonalnya dapatmengubah hubungan dengan orang lain dan cenderung untukmengembangkan pandanagn yang tidak akurat dan tidak tepat tentangdirinya.

2. Mengembangkan Kemampuan Kerja, Produktivitas, danKesuksesan Karir Keterampilan sosial juga cenderung mengembangkan kemampuan kerja,produktivitas, dan kesuksesan karir, yang merupakan keterampilan umumyang dibutuhkan dalam dunia kerja nyata. Keterampilan yang palingpenting, karena dapat digunakan untuk bayaran kerja yang lebih tinggi,mengajak orang lain untuk bekerja sama, memimpin orang lain, mengatasisituasi yang kompleks, dan menolong mengatasi permasalahan orang lainyang berhubungan dengan dunia kerja.


(15)

3. Meningkatkan Kualitas Hidup

Meningkatkan kualitas hidup adalah hasil positif lainnya dariketerampilan social karena setiap individu membutuhkan hubungan yangbaik, dekat, dan intim dengan individu lainnya.

4. Meningkatkan Kesehatan Fisik

Hubungan yang baik dan saling mendukung akan mempengaruhikesehatan fisik. Penelitian menunjukkan hubungan yang berkualitas tinggiberhubungan dengan hidup yang panjang dan dapat pulih dengan cepatdari sakit.

5. Meningkatkan Kesehatan Psikologis

Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan psikologis yang kuatdipengaruhi oleh hubungan positif dan dukungan dari orang lain.Ketidakmampuan mengembangkan dan mempertahankan hubungan yangpositif dengan orang lain dapat mengarah pada kecemasan, depresi,frustasi, dan kesepian. Telah dibuktikan bahwa kewmampuan membangunhubungan yang positif dengan orang lain dapat mengurangi distresspsikologis, yang menciptakan kebebasan, identitas diri, dan harga diri.

6. Kemampuan Mengatasi Stress

Hasil lain yang tidak kalah pentingnya dari memiliki keterampilansosial adalah kemampuan mengatasi stress. Hubungan yang salingmendukung telah menunjukkan berkurangnya jumlah penderita stress danmengurangi kecemasan. Hubungan yang baik dapat membantu individudalam mengatasi stress dengan memberikan perhatian, informasi, danfeedback.


(16)

c. Ciri-ciri Ketrampilan Sosial

Gresham & Reschly (dalam Gimpel dan Merrell, 1998)mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa ciri, antara lain:

1. Perilaku Interpersonal

Perilaku interpersonal adalah perilaku yang menyangkutketerampilan yang digunakan selama melakukan interaksi sosial yangdisebut dengan keterampilan menjalin persahabatan.

2. Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri

Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat mengaturdirinya sendiri dalam situasi sosial, seperti: keterampilan menghadapistress, memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dansebagainya.

3. Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis

Berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasibelajar di sekolah, seperti: mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaansekolah dengan baik, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah.

4. Penerimaan Teman Sebaya

Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai keterampilansosial yang rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya, karenamereka tidak dapat bergaul dengan baik. Beberapa bentuk perilaku yangdimaksud adalah: memberi dan menerima informasi, dapat menangkapdengan tepat emosi orang lain, dan sebagainya.


(17)

5. Keterampilan Berkomunikasi

Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menjalin hubungansosial yang baik, berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadaplawan bicara, dan menjadi pendengar yang responsif.

Adapun ciri-ciri individu yang memiliki keterampilan sosial, menurutEisler dkk (L‟Abate & Milan, 1985) adalah orang yang berani berbicara,memberi pertimbangan yang mendalam, memberikan respon yang lebih cepat,memberikan jawaban secara lengkap, mengutarakan bukti-bukti yang dapatmeyakinkan orang lain, tidak mudah menyerah, menuntut hubungan timbal balik,serta lebih terbuka dalam mengekspresikan dirinya. Sementara Philips (dalamL‟Abate & Milan, 1985) menyatakan “Ciri-ciri individu yang memilikiketerampilan sosial meliputi: proaktif, prososial, saling memberi dan menerimasecara seimbang”.

d. Dimensi Ketrampilan Sosial

Caldarella dan Merrell (dalam Gimpel & Merrell, 1998) mengemukakan 5(lima) dimensi paling umum yang terdapat dalam keterampilan sosial, yaitu: 1. Hubungan dengan teman sebaya (Peer relation), ditunjukkanmelalui

perilaku yang positif terhadap teman sebaya seperti memuji ataumenasehati orang lain, menawarkan bantuan kepada orang lain, danbermain bersama orang lain.

2. Manajemen diri (Self-management), merefleksikan remaja yang memiliki emosional yang baik, yang mampu untuk mengontrol emosinya,mengikuti


(18)

peraturan dan batasan-batasan yang ada, dapat menerimakritikan dengan baik.

3. Kemampuan akademis (Academic), ditunjukkan melalui pemenuhan tugas secara mandiri, menyelesaikan tugas individual,menjalankan arahan guru dengan baik.

4. Kepatuhan (Compliance), menunjukkan remaja yang dapat mengikuti peraturan dan harapan, menggunakan waktu dengan baik, danmembagikan sesuatu.

5. Perilaku assertive (Assertion), didominasi oleh kemampuankemampuanyang membuat seorang remaja dapat menampilkan perilakuyang tepat dalam situasi yang diharapkan.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketrampilan Sosial

Hasil studi Davis dan Forsythe (Mu‟tadin, 2006), terdapat 8 aspek yangmempengaruhi keterampilan sosial dalam kehidupan remaja, yaitu : 1. Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalamkeluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis (broken home) di mana anak tidak mendapatkan kepuasan psikisyang cukup maka anak akan sulit mengembangkan ketrampilan sosialnya.

Hal yang paling penting diperhatikan oleh orang tua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin


(19)

komunikasi yang baik dengan orang tua maupun saudara-saudaranya.Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yangkaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dsb.hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak.

2. Lingkungan

Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan.Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah,pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga).Lingkungan juga meliputilingkungan keluarga (keluarga primer dan sekunder), lingkungan sekolahdan lingkungan masyarakat luas.Dengan pengenalan lingkungan maka sejakdini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yangluas, tidak hanya terdiri dari orang tua, saudara, atau kakek dan nenek saja.

3. Kepribadian

Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi darikepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampiltidak selalu menggambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yangsebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilaiseseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memilikipenampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Di sinilah pentingnyaorang tua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai


(20)

harkat danmartabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi ataupenampilan.

4. Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri

Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awalanak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dankekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapatbereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudahmenyesuaikanan diri dengan kelompok, maka tugas orang tua / pendidikadalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerimadirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dsb.Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpanbalik dari orang lain / kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain /kelompok.

Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan social dipengaruhi berbagai faktor, antara lain faktor keluarga, lingkungan, serta kemamapuan dalam penyesuaian diri.

B. Tinjauan Tentang Budaya Organisasi a. Pengertian Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan salah satu kekuatan yang dapat menentukan tingkah laku individual dan kelompok dalam suatu organisasi. Menurut Robbins (1999 : 282) “Semua organisasi mempuyai budaya yang tidak tertulis yang mendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterima dengan baik maupun tidak untuk para karyawan”. Dan proses akan berjalan beberapa bulan,


(21)

kemudian setelah itu kebanyakan karyawan akan memahami budaya organiasi mereka seperti, bagaimana berpakaian untuk kerja dan lain sebagainya.

Budaya organisasi menggambarkan sebuah unsur pokok lingkungan tempat para pekerja melakukan pekerjaannya. Budaya organisasi bersifat intangible (tidak dapat diraba) karena tidak dapat dilihat atau disentuhnya, tetapi ada dan meresap seperti udara dalam ruangan. Budaya melingkungi dan memperngaruhi apa saja yang terjadi dalam organisasi. Budaya merupakan sebuah konsep sistem yang dinamis, sehingga dapat dipengaruhi oleh apa saja yang terjadi dalam sebuah organisasi.

Budaya organisasi penting bagi keberhasilan sebuah organisasi dengan beberapa alasan yaitu budaya organisasi member identitas organisasi terhadap para anggotanya melalui visi tentang apa yang organisasi gambarkan. Budaya organisasi juga sebuah sumber penting dari stabilitas dan berkesinambungannya. Dalam saat yang sama, pengetahuan tentang budaya organisasi membantu anggota baru menafsirkan apa yang terjadi dalam organisasi. Hal lain budaya organisasi membantu merangsang antusiasme anggota akan tugas-tugas mereka.

Gibson (1997: 372) mendefinisikan “Budaya organisasi sebagai sistem yang menembus nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang ada disetiap organisasi”. Kultur organisasi dapat mendorong atau menurunkan efektifitas tergantung dari sifat nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma yang dianut.

Budaya organisasi mengandung nilai-nilai sebagai kreteria umum, standar umum atau prinsip pemandu umum yang dipergunakan anggota menetapkan


(22)

tipe prilaku yang diterapkan dalam situasi atau peristiwa untuk memperoleh hasil yang diharapakan atau yang tidak diharapkan. Dalam hal ini terdapat dua nilai yaitu : nilai terminal dan nilai instrumental.

Nilai terminal merupakan suatu keadaan yang diinginkan atau dicapai seperti; mutu, tanggungjawab, ekonomis dan lain-lain. Sedangkan nilai instrumental adalah cara dari perilaku yang organisasi anjurkan seperti; kerja keras, kreatif, berani mengambil resiko, jujur dan lain-lain. Oleh karena itu, budaya organisasi terdiri dari nilai terminal yaitu mencapai yang diharapkan atau diinginkan dan nilai instrumental yaitu cara perilaku yang organsasi dorong. Dengan kata lain, nilai instrumental menolong oraganisasi mencapai nilai terminalnya.

Budaya organisasi juga mengandung norma-norma yang bersifat informal yaitu tidak tertulis.Norma tersebut merupakan nilai yang telah membentuk cara berpikir dan berperilaku anggota dalam merespon suatu situasi. Nilai-nilai dan norma dalam organisasi secara tidak langsung mempengaruhi perilaku anggota dalam organisasi. Menurut Robbins (1996) memberi pengertian budaya organisasi antara lain sebagai:

1. Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi.

2. Falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan.

3. Cara pekerjaan dilakukan di tempat itu.

Asumsi dan kepercayaan dasar yang terdapat di antara anggota organisasi.. Budaya organisasi pada dasarnya memiliki tiga karakteristik yaitu ; budaya organisasi diteruskan kepada anggota baru melalui proses sosialisasi, budaya organisasi


(23)

mempengaruhi perilaku anggota di tempat kerja, dan budaya organisasi bekerja pada berbagai tingkatan.

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, bahwa budaya organisasi dibentuk oleh empat komponen, yaitu ; Nilai-nilai pendiri, lingkungan kerja, budaya nasional, dan visi serta perliku pemimpinan senior. Pada gilirannya budaya organisasi mempengaruhi tipe dari susunan organisasi, selanjutnya mempengaruhui keragaman kelompok dan proses social yang pada akhirnya mempengaruhi sikap dan perilaku anggota dan berbagai hasil-hasil organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa budaya organisasi adalah suatu variabel yang mempengaruhi individu, kelompok, dan perilaku organisasi.

Menurut Nawawi (2003:84) yang dikutip dari Cushway B dan Lodge D, hubungan budaya dengan budaya organisasi, bahwa “Budaya organisasi adalah suatu kepercayaan dan nilai-nilai yang menjadi falsafah utama yang dipegang teguh oleh anggota organisasi dalam menjalankan atau mengoperasionalkan kegiatan organisasi”. Sedangkan Nawawi (2003:91) yang dikutip dari Schemerhom, Hurn dan Osborn, mengatakan “Budaya organisasi adalah suatu sistem penyebaran keyakinan dan nilai-nilai yang dikembangkan di dalam suatu organisasi sebagai pedoman perilaku anggotanya”.Budaya merupakan pola umum dari suatu perilaku dan keyakinan atau kepercayaan dan nilai-nilai yang dimilikipara anggota organisasi.Dalam hal ini, budaya nampak atau diperlihatkan dari orang yang katakan, lakukan, dan pikirkan di lingkungan organisasi.Ini mencakup pengetahuan, keyakinan atau kepercayaan dan pola perilaku sepanjang periode tertentu.


(24)

Menurut Moorhead dan Ricky (1999:142), memberikan definisi “Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai yang membantu anggota organisasi memahami tindakan yang dapat diterima dan mana yang tidak dapat diterima dalam organisasi”.Nilai-nilai tersebut biasanya dikomunikasikan melalui cerita-cerita atau simbol-simbol lain yang mempunyai arti tertentu bagi organisasi. Pada hakekatnya budaya organisasi memberikan dasar bagi para anggota organsasi untuk berperilaku sama, baik di dalam maupun di luar organisasi.

Budaya organisasi sebagai ciri bagi suatu organisasi yang membedakan dengan organisasi lain. Implikasi yang mendasar dari budaya organisasi bahwa kehadiran dan keberadaan seseorang sebagai anggota organisasi hanya akan diterima oleh berbagai pihak dalam organisasi, apabila yang bersangkutan mau, mampu, dan bersedia melakukan berbagai jenis penyesuaian dalam tindakan dan perilakunya mencerminkan penerimaan terhadap budaya organisasi. Oleh karena itu, premis yang mendasar dalam budaya organisasi adalah kemauan, kemampuan, dan kesediaan seseorang menyesuaikan perilakunya dengan budaya organisasi, mempunyai relevan tinggi dengan kemauan, kemampuan, dan kesediaan meningkatkan kinerjanya.

Berdasarkan asumsi ini bahwa keberhasilan seseorang sebagai anggota organisasi ditentukan oleh kemauan, kemampuan, dan kesediaan penyesuaian perilaku individu dengan budaya organisasi.Setiap orang pada mulanya datang ke suatu organisasi dengan budaya pribadi, harus dengan segera mempelajari budaya organisasi untuk melihat penyesuaian-penyesuaian yang perlu dan harus dilakukan.


(25)

Budaya organisasi merupakan nilai yang ada pada organisasi sebagai bagian dari kepribadiannya, merupakan keyakinan (belief) yang diperoleh dari pengalaman dan dipertahankan selama jangka waktu relatif lama, meskipun dapat dirubah secara perlahan-lahan. Nilai yang ada pada organisasi menentukan anggota organisasi tentang persepsinya, sikapnya, motivasinya, dan perilakunya termasuk perilaku kerjanya.

Nilai ialah keyakinan yang betahan lama mengenai sesuatu yang dianggap berharga, penting, mempunyai arti, diinginkan, dan diprioritaskan. Nilai diwujudkan dalam suatu norma, yaitu nilai yang secara umum diterima oleh suatu organisasi dan dijadikan pedoman bagi anggota-anggotanya. Norma merupakan pedoman atau pegangan bagi anggota-anggota organisasi dalam berperilaku yaitu apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dilakukan. Dalam hal ini norma merupakan nilai instrumental sebagai alat untuk mencapai tujuan. Nilai juga merupakan dorongan atau rangsangan untuk melakukan kegiatan atau mempengaruhi perilaku dalam mencapai tujuan yang diharapkan, hal ini merupakan nilai terminal atau sesuatu yang menjadi tujuan akhir. Hal tersebut di atas, menunjukkan budaya organisasi sangat penting bagi suatu organisasi, khususnya bila dilihat dari segi fungsinya, yaitu ;

1. memberikan suatu identitas organisasi kepada para anggotanya, 2. memfasilitasi atau memudahkan komitmen kolektif,

3. meningkatkan stabilitas sistem sosial, dan

4. membentuk perilaku dengan membantu anggota organisasi memiliki kepekaan terhadap sekitarnya.


(26)

Pentingnya budaya organisasi dapat juga dilihat dari segi perannya yaitu sebagai roh organisasi yang bersemayamnya filosofi, visi, dan misi organisasi yang akan menjadi kekuatan penting untuk berkompetisi. Dalam suatu organisasi, nilai sebagai landasan atau falsafah suatu organisasi yang dijabarkan dalam visi dan misi organisasi.Visi dan misi dioperasikan melalui strategi dan kebijaksanaan, selanjutnya untuk dilaksanakan melalui program-program dan kegiatan-kegiatan.Nilai-nilai yang dibudayakan dalam organisasi tergantung pada banyak faktor, seperti; sejarah organisasi, jenis organisasi, kegagalan dan kesuksesan, perkembangan IPTEK, dan tradisi.

Budaya organisasi yang sesuai dengan lingkungan berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Suatu nilai budaya yang tidak selaras dengan lingkungan, menyebabkan pekerja membuat keputusan-keputusan dan berperilaku tidak konsisten dengan kepentingan terbaik Budaya yang kuat menciptakan suatu kinerja yang tinggi dari pada budaya yang lemah, karena budaya yang kuat memberikan panduan bagi para pekrja berupa nilai-nilai dan asumsi-asumsi yang lebih positif. Kelemahan budaya yang kuat membatasi kebebasan pekerja menganmbil suatu keputusan.Budaya yang mampu menysuaikan dengan kondisi dan situasi dapat menciptakan kinerja yang tinggi bagi pekerja.Kelemahan budaya ini adalah ketidak pastian nilai – nilai.

b. Sumber-sumber Budaya Organisasi

Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu:


(27)

1. Pengaruh umum dari luar yang luas

Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.

2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat

Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan.

3. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi

Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.

c. Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut : 1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan

yang lain.

2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi. 3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih

luas daripada kepentingan diri individual seseorang.

4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.

5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.


(28)

d. Ciri – ciri Budaya Organisasi

Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:

1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.

2. Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian.

3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil

tersebut.

4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.

5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim.

6. Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.

7. Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.

Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289).

e. Aktivitas Organisasi

”Kegiatan berorganisasi merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa, yang meliputi aktivitas berorganisasi ekstrakurikuler dan intra.


(29)

Teori aktivitas beranggapan bahwa aktivitas sosial merupakan esensi kehidupan manusia” (Haditono, dkk. 1983). Sebegitu pentingnya aktivitas sosial sehingga banyak sedikitnya aktivitas sosial tersebut ikut menentukan apakah seseorang dapat bahagia atau tidak”.

Aktivitas siswa yang biasa dilakukan adalah kegiatan berorganisasi baik di dalam maupun di luar sekolah. Yang dimaksud siswa aktif adalah mereka yang ikut terlibat dalam kegiatan berorganisasi baik intra sekolah maupun ekstra sekolah. Sedangkan yang dimaksud dengan siswa yang tidak aktif adalah mereka yang sama sekali tidak mengikuti berbagai kegiatan organisasi baik di dalam maupun di luar sekolah. Siswa ini hanya memfokuskan kegiatannya pada kegiatan proses belajar di sekolah.

f. Macam-macam Aktivitas Siswa

Berbicara tentang aktivitas, siswa memiliki banyak aktivitas selain belajar sebagai tujuan utama menjadi siswa. Siswa sebagai subjek dapat memilih apa yang terbaik untuk dirinya. Realitanya aktivitas mahasiswa ada yang positif dan ada yang negatif, kembali kepada siswa itu sendiri apakah ia menginginkan jalan yang baik atau tidak.Aktivitas positif siswa selain belajar adalah mengikuti atau menyelami dunia organisasi di sekolah, disiplin akan waktu, dan mematuhi segala peraturan yang tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada.

Sedangkan aktivitas negatif siswa adalah bersikap anarkis dalam berdemonstrasi, tidak mematuhi peraturan yang berlaku, berbuat keonaran antar sesama siswa atau siswi, bergaul secara bebas tanpa mengindahkan


(30)

peraturan yang ada dan melakukan tindakan curang yaitu menyontek disaat ujian.

Aktivitas (activity, kesibukan, kegiatan) yang dimaksud di sini adalah segala macam kegiatan berorganisasi di luar kegiatan belajar yang mencakup kegiatan organisasi ekstra maupun intra:

1. Kegiatan Organisasi Ekstra

Yang dimaksud dengan kegiatan organisasi ekstra adalah kegiatan organisasi kemasyarakatan, seperti kegiatan remaja masjid, organisasi kedaerahan, dan seterusnya.

2. Kegiatan Organisasi Intra

Yang dimaksud dengan kegiatan intra adalah kegiatan berorganisasi yang ada dan diselenggarakan oleh pihak sekolah, yang dalam hal ini adalah kegiatan kesiswaan yang ada di lingkungan sekolah.

g. Jenis-jenis Organisasi

Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (http://ahmad-hariyanto.blogspot.com/2011/10/jenis-jenis-organisasi.html) :

1. Berdasarkan jumlah orang yang memegang pucuk pimpinan.

1) bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu orang, semua kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu orang. 2) bentuk komisi, pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang

terdiri dari beberapa orang, semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan sebagai suatu kesatuan.


(31)

2. Berdasarkan sifat hubungan personal

1) organisasi formal adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti : organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum

2) organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena hubungan bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobby.

3. Berdasarkan tujuan

Organisasi ini dapat dibedakan, yaitu :

1) organisasi yang tujuannya mencari keuntungan atau „profit oriented

2) organisasi sosial atau „non profit oriented„.

4. Berdasarkan kehidupan dalam masyarakat, yaitu ; 1) organisasi pendidikan

2) organisasi kesehatan

3) organisasi pertanian, dan lain lain

5. Berdasarkan fungsi dan tujuan yang dilayani, yaitu :

1) Organisasi produksi, misalnya organisasi produk makanan 2) Organisasi berorientasi pada politik, misalnya partai politik 3) Organisasi yang bersifat integratif, misalnya serikat pekerja

4) Organisasi pemelihara, misalnya organisasi peduli lingkungan, dan lain lain.

6. Berdasarkan pihak yang memakai manfaat. Organisasi ini meliputi :


(32)

(1)Mutual benefit organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh anggotanya, seperti koperasi,

(2)Service organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya dinikmati oleh pelanggan, misalnya bank,

(3)Business Organization, organisasi yang bergerak dalam dunia usaha, seperti perusahaan-perusahaan,

(4)Commonwealth organization, adalah organisasi yang

kemanfaatannya terutama dinikmati oleh masyarakat umum, seperti organisasi pelayanan kesehatan, contohnya rumah sakit, Puskesmas.

C. Kerangka Pikir

Budaya oraganisasi merupakan salah satu kekuatan yang dapat menentukan tingkah laku individual dan kelompok dalam suatu organisasi. Menurut J.W.Newstrom, organizational culture is the set of assumptions, beliefs, values, and norms that are shared by anorganization’s members”. Dengan kata lain, budaya organisasi adalah kumpulan asumsi,keyakinan, nilai, dan norma yang merupakan andil para anggota organisasi. Dalam hal ini budaya organisasi secara sadar diciptakan oleh anggota-anggota organisasi dan dapat terjadi karena berevolusi sepanjang waktu. Budaya organisasi menggambarkan sebuah unsur pokok lingkungan tempat individu atau kelompok berinteraksi, bergaul, berkomunikasi, menjalin kebersamaannya. Budaya organisasi bersifat intangible (tidak dapat diraba) karena tidak dapat dilihat atau disentuhnya, tetapi ada dan meresap seperti udara dalam ruangan. Budaya melingkungi dan memperngaruhi apa saja yang terjadi dalam organisasi. Budaya merupakan sebuah konsep sistem yang dinamis, sehingga dapat dipengaruhi oleh apa saja yang terjadi dalam sebuah organisasi, termasuk dalam hal ini dapat


(33)

menciptakan kemampuan seseorang untuk terampil dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.

Berdasarkan analisis rasional keterkaitan antar variable di atas dapat dikerangkakan sebagai berikut:

Variabel (Y)

Ketrampilan Sosial :

- Kemampuan berkomunikasi

- Kemampuan Bergaul

- Kemampuan Bekerjasama

Variabel (X)

Budaya Organisasi :

-Nilai -Norma -Kepercayaan


(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Setiap kegiatan penelitian, dalam upaya untuk menemukan data yang valid, dan serta dalam usaha mengadakan analisa secara logis rasional diperlukan langkah-langkah pengkajian dengan menggunakan metode penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti yang diharapkan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini sangat tepat, karena sasaran dan kajiannya ialah untuk menjelaskan Pengaruh Tingkat Pemahaman Budaya Organisasi Terhadap Keterampilan Sosial Siswa SMA Xaverius Pahoman Bandar Lampung, dan menggambarkan serta menganalisis masalah yang ada sesuai dengan kenyataan didasarkan pada data-data yang diperoleh di lapangan.

B. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi merupakan suatu komponen terpenting dalam penelitian, mengingat populasi akan menentukan validitas data dalam penelitian. Menurut Hadari Nawawi (1991 : 141) " Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, hewan, benda - benda, tumbuhan, fenomena, nilai tes, atau peristiwa - peristiwa sebagai sumber data yang memiliki sumber karakteristik tertentu dalam suatu penelitian ".


(35)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X1, X2, X3 dan X4 yang mengikuti organisasi di SMA Xaverius Pahoman Bandar Lampung tahun pelajaran 2012-2013 berjumlah 160 siswa. Berikut tabel jumlah siswa yang mengikuti organisasi di kelas X di SMA Xaverius Pahoman Bandar Lampung tahun pelajaran 2012-2013.

Tabel 2: Daftar Indeks Kegiatan Siswa SMA Xaverius Pahoman Bandar Lampung tahun pelajaran 2012-2013.

No Indeks Kegiatan KELAS jumlah

X1 X2 X3 X4

1 Ketua 5 10 5 5 25

2 Sekertaris 12 4 8 8 32

3 Bendahara 14 6 10 3 33

4 Anggota 5 7 13 10 35

5 Seksi-seksi 5 15 11 4 35

JUMLAH 41 42 47 30 160

Sumber : Data hasil observasi

b. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian. Menurut Mohammad Ali (1987:62), sampel merupakan sebagian besar yang diambil dari keseluruhan objek penelitian yang dianggap mewakili populasi dan pengambilannya menggunakan teknik tertentu.

Menentukan besarnya sampel, peneliti berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006:144) yaitu sebagai berikut :

Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian


(36)

populasi.Selanjutnya bila subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil 10 %-15 % atau 20 %-25 % atau lebih,tergantung setidak-tidaknya dari:

1. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.

2. Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap subjek kerena menyangkut hal banyak sedikitnya data.

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.

Berdasarkan pendapat di atas, maka jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 10% dari jumlah populasi. Jumlah populasi siswa sebanyak 160 siswa. Sehingga sampelnya adalah 20% x 160 = 32 siswa.

C. Variabel Penelitian

Di dalam suatu variabel penelitian terkandung konsep yang dapat dilihat dan diukur.Variabel adalah suatu penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian (Suharsimi Arikunto 1986 : 91).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi disebut dengan variabel X, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Tingkat pemahaman budaya organisasi.

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi disebut dengan variabel Y yang menjadi variabel Y dalam penelitian ini adalah keterampilan social siswa.

D. Definisi Operasional dan indikatornya

Untuk memahami objek permasalahan dalam penelitian ini secara jelas maka diperlukan pendefinisian variabel secara operasional.


(37)

Tingkat Pemahaman Budaya organisasi adalah kemampuan komprehensif siswa tentang perangkat nilai-nilai, kepercayaan, dan norma-norma yang dianut bersama yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan beperilaku terhadap sesama anggota organisasi dan pihak di luar organisasi, indikatornya adalah keyakinan dengan eksistensi organisasi, nilai kepentingan berorganisasi, norma organisasi.

b. Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengansituasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari, meliputi indicator kemampuan berkomunikasi, kemampuan bergaul, kemampuann bekerjasama

E. Rencana Pengukuran Variabel

Dalam pengukuran variabel dilakukan dengan melihat jenis kegiatan dengan kriteria pengukuran sebagai berikut :

a. Tingkat Pemahaman Budaya Organisasi

Tingkat pemahaman budaya organisasi dengan indikatorkeyakinan dengan eksistensi organisasi, nilai kepentingan berorganisasi, norma organisasi haman budaya organisasi diukur dengan ukuran paham, kurang paham, tidak paham.


(38)

b. Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial siswa diukur dengan indikator – indikator kemampuan berkomunikasi, kemampuan bergaul, dan kemampuan bekerjasama, dengan kriteria tinggi, sedang, rendah. .

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket

Teknik angket atau kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara membuat sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan maksud menjaring data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan. Sasaran angket adalah siswa SMA Xaverius Pahoman Bandar Lampung

Dalam penelitian ini menggunakan angket yang bersifat tertutup, sehingga responden menjawab pertanyaan dari tiga alternatiif jawaban yaitu : (a), (b), (c) yang setiap jawaban diberi nilai bervariasi.

a. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan akan diberi nilai/skor tiga (3).

b. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan akan diberikan nilai/skor (2).

c. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan akan diberi nilai/ skor satu (1).

Berdasarkan hal di atas maka akan diketahui nilai tertinggi adalah tiga (3) dan nilai terendah adalah satu (1).


(39)

2. Teknik Penunjang a. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi– informasi yang dirasakan perlu untuk menunjang data penelitian. Wawancara dilakukan terhadap Kepala Sekolah, Ketua OSIS, dan pihak-pihak yang dianggap berkaitan dengan kepentingan data..

b. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002 : 206) mengemukakan bahwa ”dokumentasi adalah mencari data mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

a. Uji Validitas

Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini maka alat ukur yang digunakan harus valid, maksudnya alat ukur tersebut harus dapat mengukur secara terpat.“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesalihan sesuatu instrumen” (Suharsimi Arikunto, 2010:144).Dalam hal ini alat ukur yang dimaksud adalah angket, yang disajikan berdasarkan konstruksi teoritisnya. Untuk validitas angket, peneliti mengadakan uji coba dengan melihat indikator variabel yang kemudian menjadi item-item pertanyaan.


(40)

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah cukup baik sehingga mampu menggunakan data yang terpercaya, maka sebelum di uji coba, langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1. Melakukan uji coba angket diluar responden

2. Hasil uji coba dikelompokkan dalam item genap ganjil

3. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan product moment yaitu:

r

xy =

∑ ∑ ∑

√{∑ (∑ )}{∑ (∑ )}

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antar gejala x dan y

xy : Product dari gejala x dan y n : Jumlah sampel. (Hadi, 1989: 39)

4. Untuk reliabilitas angket digunakan Rumus Sperman Brown, yaitu:

r

xy

=

( ) ( ) Keterangan :

rxy : Koefisien reliabilitas seluruh item

rgg : koefisien antara item genap dengan ganjil


(41)

5. Adapun hasil perhitungan di masukkan dalam kriteria reliabilitas sebagai berikut:

0,90 – 1,00 = reliabilitas tinggi 0,50 – 0,98 = reliabilitas sedang 0,00 – 0,49 = reliabilitas rendah

H. Teknik analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yaitu dengan cara menangkap secara objektif temuan-temuan dilapangan yang dibantu dengan mempergunakan tabel distribusi frekuensi untuk kemudian diinterprestasikan dengna kalimat-kalimat atau pertanyaan-pertanyaan yang mudah dipahami.

Teknik untuk mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini digunakan rumus Chi kuadrat yaitu:

Rumus :

Keterangan :

= Chi Kuadrat

= Jumlah baris

= Jumlah kolom



B i K d

Eij

Eij

Oij

X

1 : :1

2 2 2

B j I

K I j


(42)

= Frekuensi pengamatan

= Frekuensi yang diharapkan

Kriteria uji hipotesis= adalah H0 ditolak jika hit < tab dengan signifikansi 5 % Sudjana (1992:280). Untuk menguji hipotesis yang kedua digunakan tabel kontrol Chi Kuadrat, dengan kriteria uji : H1 diterima jika hit ≥ tab pada taraf signifikansi 5% N : 25. Untuk mengolah dan menganalisis data, akan digunakan teknik analisis data dengan merumuskan :

I =

Keterangan :

I : Interval

NT : Nilai Tertinggi

NR : Nilai Terendah

K : Kategori.

Sutrisno Hadi (1996:12)

Untuk menguji keeratan maka digunakan rumus kontigensi sebagai berikut :

ij

0

ij

E

2

2

 2

K NR NT

n

X x

C

2 2


(43)

Keterangan :

C : Koefisien Kontigensi

: Chi Kuadrat

n : Jumlah Sampel

Agar C diperoleh dapat dipakai untuk derajat asosiasi antara faktor-faktor diatas maka harga C dibandingkan koefisien maksimum yang biasa terjadi maka harga maksimum ini dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan :

: Koefisien kontigen maksimum

m : Harga maksimum antara baris dan kolom

1 : Bilangan konstan.

Sutrisno Hadi (1996:37)

Makin dekat harga C pada C maksimum maka makin besar derajat asosiasi antara variabel.

2 X

m m Cmaks  1

maks


(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh pemahaman budaya organisasi maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman budaya organisasi dengan indikator nilai, norma, dan kepercayaan pada siswa kelas X di SMA Xaverius Pahoman Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 masuk dalam kategori sangat berpengaruh terhadap ketrampilan sosial siswa kelas X di SMA Xaverius Pahoman pada indikator kemampuan berkomunikasi, bergaul dan bekerjasama.

B. Saran

1. Kepada pembina ekstrakuliker dan Sekolah

Kepada sekolah dan Pembina ekstrakulikuler agar dapat terus melaksanakan kegiatan organisasi, karena dengan diadakannya kegiatan ini dapat melatih siswa dalam ketrampilan sosialnya baik dalam lingkungan sekolah maupun di tengah masyarakat.


(45)

Hendaknya orang tua dapat mendukung kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti siswa termasuk kegiatan organisasi diluar sekolah karena dengan mengikuti serta aktif dalam kegiatan organisasi, maka kemampuan sosial siswa akan terlatih dengan baik sehingga siswa tidak akan merasa canggung lagi ketika berada di tengah masyarakat.

3. Kepada Siswa

Hendaknya siswa dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler dengan mengikuti organisasi sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuannya dan dapat membentuk diri yang lebih mandiri dan bertanggung jawab baik dalam kegiatan belajar maupun dalam kehidupan bermasyarakat .


(46)

(1)

5. Adapun hasil perhitungan di masukkan dalam kriteria reliabilitas sebagai berikut:

0,90 – 1,00 = reliabilitas tinggi 0,50 – 0,98 = reliabilitas sedang 0,00 – 0,49 = reliabilitas rendah

H. Teknik analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yaitu dengan cara menangkap secara objektif temuan-temuan dilapangan yang dibantu dengan mempergunakan tabel distribusi frekuensi untuk kemudian diinterprestasikan dengna kalimat-kalimat atau pertanyaan-pertanyaan yang mudah dipahami.

Teknik untuk mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini digunakan rumus Chi kuadrat yaitu:

Rumus :

Keterangan :

= Chi Kuadrat = Jumlah baris

= Jumlah kolom



B i K d

Eij

Eij

Oij

X

1 : :1

2 2 2

B j I

K I j


(2)

= Frekuensi pengamatan

= Frekuensi yang diharapkan

Kriteria uji hipotesis= adalah H0 ditolak jika hit < tab dengan signifikansi 5 % Sudjana (1992:280). Untuk menguji hipotesis yang kedua digunakan tabel kontrol Chi Kuadrat, dengan kriteria uji : H1 diterima jika hit ≥ tab pada taraf signifikansi 5% N : 25. Untuk mengolah dan menganalisis data, akan digunakan teknik analisis data dengan merumuskan :

I =

Keterangan :

I : Interval

NT : Nilai Tertinggi

NR : Nilai Terendah

K : Kategori.

Sutrisno Hadi (1996:12)

Untuk menguji keeratan maka digunakan rumus kontigensi sebagai berikut :

ij

0

ij

E 2  2

 2

K NR NTn X x

C

2 2


(3)

Keterangan :

C : Koefisien Kontigensi

: Chi Kuadrat

n : Jumlah Sampel

Agar C diperoleh dapat dipakai untuk derajat asosiasi antara faktor-faktor diatas maka harga C dibandingkan koefisien maksimum yang biasa terjadi maka harga maksimum ini dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan :

: Koefisien kontigen maksimum

m : Harga maksimum antara baris dan kolom

1 : Bilangan konstan.

Sutrisno Hadi (1996:37)

Makin dekat harga C pada C maksimum maka makin besar derajat asosiasi antara variabel.

2

X

m m Cmaks  1

maks


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh pemahaman budaya organisasi maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman budaya organisasi dengan indikator nilai, norma, dan kepercayaan pada siswa kelas X di SMA Xaverius Pahoman Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 masuk dalam kategori sangat berpengaruh terhadap ketrampilan sosial siswa kelas X di SMA Xaverius Pahoman pada indikator kemampuan berkomunikasi, bergaul dan bekerjasama.

B. Saran

1. Kepada pembina ekstrakuliker dan Sekolah

Kepada sekolah dan Pembina ekstrakulikuler agar dapat terus melaksanakan kegiatan organisasi, karena dengan diadakannya kegiatan ini dapat melatih siswa dalam ketrampilan sosialnya baik dalam lingkungan sekolah maupun di tengah masyarakat.


(5)

Hendaknya orang tua dapat mendukung kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti siswa termasuk kegiatan organisasi diluar sekolah karena dengan mengikuti serta aktif dalam kegiatan organisasi, maka kemampuan sosial siswa akan terlatih dengan baik sehingga siswa tidak akan merasa canggung lagi ketika berada di tengah masyarakat.

3. Kepada Siswa

Hendaknya siswa dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler dengan mengikuti organisasi sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuannya dan dapat membentuk diri yang lebih mandiri dan bertanggung jawab baik dalam kegiatan belajar maupun dalam kehidupan bermasyarakat .


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR EKONOMI TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2008/2009

0 21 12

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR EKONOMI TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2008/2009

0 5 12

PENGARUH CIRCUIT TRAINING A DAN B TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR GULING LENTING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 30 66

PENGARUH KETERLIBATAN SISWA DALAM ORGANISASI EKSTRAKURIKULER TERHADAP BUDI PEKERTI SISWA SMA NEGERI 15 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

12 145 86

ABSTRAK PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

0 40 74

PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 16 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 7 80

PENGARUH INTELLIGENCE QUOTIENT, KONSEP DIRI, IKLIM SEKOLAH DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 14 122

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA ICT DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 79

PENGARUH KONSEP BUDAYA ORGANISASI INTRA SEKOLAH TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS X SMA XAVERIUS PAHOMAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 46

PENGARUH PARTISIPASI PADA KEGIATAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 11 67