JUDUL INDONESIA: ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MENTRANSMISIKAN DOKUMEN ELEKTRONIK MELANGGAR KESUSILAAN BERDASARKAN UU NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (Studi Putusan PN No 233/Pid.Sus/2013/PN.TK)
ABSTRAK
ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MENTRANSMISIKAN
DOKUMEN ELEKTRONIK MELANGGAR KESUSILAAN
BERDASARKAN UU NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
(Studi Putusan PN No 233/Pid.Sus/2013/PN.TK)
Oleh
YOGA DWI PRATAMA
Cyber crime merupakan tindak kejahatan yang dilakukan oleh pengguna teknologi
melalui Internet.Aksi kriminal yang terjadi seperti tindak pidana mentransmisikan
dokumen elektronik berupa foto yang melanggar kesusilaan ke media sosial
facebook lewat internet.tindak kejahatan melalui internet tersebut di atur dalam
UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik. Seperti yang
terjadi di Bandar Lampung pada putusan PN (No 233/Pid.Sus/2013/PN.TK)
bahwa terdakwa I Nengah Pariana Bin Wayan Mandra dengan sengaja dan tanpa
hak mentransmisikan dokumen elektronik yang memiliki muatan melanggar
kesusilaan yakni foto istrinya sendiri ke media sosial facebook. Permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini berupa bagaimana pertanggungjawaban pidana
terhadap pelaku tindak pidana cyber crime atau kejahatan dunia maya menurut
UU No 11 Tahun 2008 terhadap No perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK dan
bagaimanakah pertimbangan hukum oleh hakim dalam penjatuhan putusan pidana
terhadap No perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris dan
yuridis normatif. Adapun sumber dan jenis data adalah data primer yang diperoleh
dari studi lapangan, data ini diperoleh dengan cara melakukan wawancara
terhadap pihak kejaksaan Negeri Kota Bandar Lampung, Pengadilan Negeri
Tanjung Karang dan Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung,
sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka.
Putusan PN No 233/Pid.Sus/2013/PN.TK pelaku yang melakukan perbuatan
mentransmisikan dokumen elektronik yang melanggar Pasal 27 Jo Pasal 45 UU
No 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah memenuhi
unsur-unsur pertanggungjawaban pidana bisa dibuktikan bahwa pelaku secara
sadar dan disengaja telah mentransmisikan dokumen elektronik. Dalam fakta di
Yoga Dwi Pratama
persidangan pelaku mengakui secara senggaja telah mentransmisikan foto istrinya
dikarenakan pelaku digugat cerai istrinya dan kondisi kejiwaan pelaku dianggap
sehat sehingga tidak ada alasan penghapusan pidana. Pertimbangan Hakim dalam
penjatuhan putusan pidana pelaku yakni lebih mengarah kepada aspek yuridis
karena hakim berpatokan pada aspek-aspek pidana dalam UU No 11 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP). Aspek non yuridis dipandang sangat kurang relevan dalam
penjatuhan putusan pidananya. Pertimbangan hakim dalam memutus perkara lebih
memandang akibat yang timbul dari perbuatan tersebut. Sehingga putusan hakim
lebih mengarah pada perbuatan pelaku dengan mengacu pada undang-undang
yakni Pasal 27 UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaki Elektronik
dan ketentuan pertanggungjawaban pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum
pidana (KUHP).
Penulis memberikan saran yaitu ketentuan putusan hakim dalam memutus suatu
perkara sebaiknya mempertimbangkan aspek pertanggungjawaban pidana seperti
adanya perbuatan yang dilanggar secara pidana (actus reus) dan memiliki niat
jahat (mens rea) serta dalam kondisi sehat tidak mengalami gangguan jiwa
sehingga tidak ada alasan pemaaf maka pelaku dapat dijatuhi hukuman secara
pidana. Dan pertimbangan hakim dalam penjatuhkan putusan sebaiknya
mempertimbangkan aspek yuridis dan aspek non yuridis dalam suatu perkara
sehingga putusan hakim dapat bersifat objektif dan memiliki nilai keadilan.
Kata kunci : Pertanggungjawaban Pidana, Mentransmisikan Dokumen
elektronik, Melanggar Kesusilaan
ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MENTRANSMISIKAN DOKUMEN
ELEKTRONIK MELANGGAR KESUSILAAN
BERDASARKAN UU NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
Oleh
YOGA DWI PRATAMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 30Maret 1993,
anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Kadi Kuswoyo
S.H.,M.H. dan Rubiyah S.pd.Penulis menyelesaikan pendidikan
Taman Kanak-kanak (TK) di TK Mentari pada tahun 1998. Sekolah
Dasar (SD) di SD Negeri 2 Beringin raya pada tahun 2004, kemudian melajutkan
studinya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 14Bandar Lampung
yang diselesaikan pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Yp
UnilaBandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis diterima masuk Perguruan Tinggi Negeri dan sekaligus
terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung, melalui jalur
SNMPTN.Pada tahun 2013 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Bakti Negara, Kecamatan Baradatu, Kabupaten Waykanan. Kemudian pada
tahun 2014 penulis menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.
MOTO
Be The Best For The future
(Penulis)
Orang baik bukan orang yang tidak mempunyai salah, tetapi
orang yang punya kesalahan dan memperbaikinya
(Ustad Wijayanto)
Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah
sedekahnya
(HR. Ahmad)
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa puji dan syukur Kehadirat Allah SWT dengan segala kerendahan hati
kupersembahkan kepada :
Kedua orang tuaku tercinta ayah Kadi Kuswoyo S.H.,M.H, dan Ibu Rubiyah S.Pd yang telah
membesarkanku dengan sabar dan penuh kasih sayang serta selalu mendo’akanku agar
senantiasa diberikan kemudahan dan kelancaran dalam setiap langkahku,
Saudara perempuanku adik tersayang Mayka pratiwi, dan KR Usna Pratiwi yang senantiasa
mendo’akanku, mendukung dan memberi semangat, tanpa kalian saya tidak akan pernah meraih
semua ini.
Serta Sumber Mata Air Ilmu, khususnya Bapak/Ibu dosen bagian hukum keperdataan dengan
segenap ketulusannya untuk mencurahkan ilmu yang bermanfaat dan senantiasa memberikan
motivasi, dukungan dan do’a untuk kesuksesanku,
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, nikmat, barokah dan karunianya untuk
kita semua sampai akhir zaman dunia dan akhirat. (aamiin)
Almamater tercintaku
Yang telah mendewasakan dan membuka pikiranku tentang dunia ini
SANWANCANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, karunia dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul :
Analisis Pertanggungjawaban Pidana Mentransmisikan Dokumen Elektronik
Melanggar Kesusilaan Berdasarkan UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat
dorongan, bantuan, arahan serta masukan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Heryandi, S.H.,M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Yuswanto, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Lampung.
3. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Lampung serta dosen pembimbing satu yang dengan penuh
kesabaran meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulisan
skripsi ini.
4. Bapak Deni Achmad, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan
penuh kesabaran meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Nikmah Rosidah, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah
memberikan masukan, arahan, dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Budi Rizki H, S.H., M.H, selaku Pembahas II yang telah memberikan
masukan, arahan, dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Sri Sulastuti S.H., M.H.,selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan
pengarahan kepada penulis selama menjalankan studi di Fakultas Hukum
Universitas Lampung;
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen pengajar, Staf Administrasi maupun karyawankaryawan di bagian Fakultas Hukum Universitas Lampung, terimakasih atas
bantuannya.
9. Ibu Nursiah Sanipar S.H., M.H, selaku Hakim di Pengadilan Negeri Tanjung
Karang Bandar Lampung yang telah menjadi responden dan telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan pendapat.
10. Ibu Elza Oriza, S.H, selaku Jaksa di Kejaksaan Negeri Bandar Lampung yang
telah menjadi responden dan telah bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan pendapat.
11. Bapak Dr.Eddy Rifai, S.H., M.H, selaku Dosen di Fakultas Hukum Unila yang
telah menjadi responden dan telah bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan pendapat.
12. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
ku Ayah Kadi Kuswoyo S.H., M.H, Ibu Rubiyah S.Pd, dan kedua adik ku Mayka
Pratiwi, dan KR Usna Pratiwi, yang senantiasa memberikan motivasi, kasih
sayang, dukungan, perhatian, dan selalu mendoakan serta mengharapkan
keberhasilanku.
13. Untuk teman hidupku (Nia Wahyuningtyas) yang telah memotivasi, membantu,
menemani, serta memberikan semangat yang tak henti-hentinya.
14. Sahabat-sahabat seperjuangan di Fakultas Hukum : M Ibnu Farhan, Ivander
Fernanda, Rifki Ichtiar, Aditya Sukimto, Indra Saputra, Gusti Anggi, Imam,
Apriani Tiarani, Muhammad Haikal, Bulan indriati, Alif, Aji ridho dan rekanrekan angkatan 2010 yang tak dapat disebutkan satu persatu.
15. Saudara-saudara seperjuangan di UKMF FOSSI Fakultas Hukum : Agung,
Afrizal, Andy Siswanto, Andi, Yessi, Widha, Andika, Dini, Yanti, Eli, Riki,
Almira dan semua saudara-saudara penulis di UKMF FOSSI yang tidak
disebutkan satu persatu terima kasih kebersamaan yang telah terjalin selama ini.
16. Sehabat-sehabat di UKMF PSBH Fakultas Hukum : Meutia kumala sari, Sifra
janezka, Jimmi Erda perwira, Reki kurniawan, Aisha, Andre jevi.
17. Sehabat di Klub Buku Lampung : Bang Teguh, Putra, Kiki, Nina, Ena, Vike, dan
semua teman-teman yang membantu memberi masukan dan saranya untuk
penyusunan skripsi ini.
18. Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah menghantarkanku menuju
keberhasilan.
19. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dukungan dalam
penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik atas segala bantuan yang telah
diberikan dan tetap menanamkan semangat untuk berbuat baik dalam diri kita.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga hasil
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bandar Lampung, April 2014
Penulis
Yoga Dwi Pratama
DAFTAR ISI
Halaman
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. ...
1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup...................................................
7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... ..
8
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ..................................................
9
E. Sistematika Penulisan .................................................................... .
16
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tindak Pidana……................................ ........................
18
B. Tinjauan Umum tentang Mentransmisikan Dokumen Elektronik ...
20
C. Pelanggaran Kesusilaan ..................................................................
22
D. Pertanggungjawaban Pidana .............................................................
24
E. Teori Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penjatuhan Putusan.. .......
30
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan..........................................................................
36
B. Jenis dan Sumber Data ....................................................................
37
C. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ........................
38
D. Penentuan Narasumber ...................................................................
39
E. Analisis Data....................................................................................
40
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ....................................................................
B. Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Mentransmisikan
Dokumen Elektronik yang Melanggar Kesusilaan Menurut UU No 11
41
Tahun 2008 Terhadap No Perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK Bandar
Lampung ............................................................................................
C. Pertimbangan
Hukum
Hakim
Dalam
Penjatuhan
42
Putusan
Pidana Terhadap No Perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK....................
56
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................................
64
B. Saran ...................................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Internet menjadi sesuatu yang tidak asing lagi di telinga pengguna komputer
modern. Pengertian internet sendiri sering kali didekatkan dengan kegiatan seperti
membuka email, chatting atau menjelajah halaman web atau situs. Meskipun
sebenarnya pengertian internet tidak dapat dijelaskan hanya dengan kegiatankegiatan seperti di atas.
Kegiatan berinternet meliputi seperti menjelajah atau browsing halaman web atau
situs, membuka dan mengirim email, bertukar file atau dokumen melalui ftp,
chatting, dan sebagainya. Selain itu, internet juga sangat berperan bagi kalangan
profesi tertentu dalam menyediakan lahan bisnis, informasi, dan edukasi. Tetapi
pengertian sebenarnya internet ialah jaringan komunikasi global yang terbuka dan
menghubungkan ribuan jaringan komputer, baik melalui koneksi dial up maupun
melalui media lain yang menawarkan kecepatan akses yang beragam.1
Manfaat dari telekomunikasi sangat terasa bagi kehidupan manusia, bahkan bisa
dikatakan sangat membantu dalam kehidupan. Hal yang paling jelas terlihat
adalah internet. Sebab, dengan adanya internet kita bisa mencari atau mengetahui
berbagai informasi yang ada di dunia, dan dengan internet muncul berbagai sosial
media yang bisa dikatakan sangat berguna bagi kehidupan manusia. Contohnya
1
Andi, Melindungi Anak Anda saar Berinternet, Semarang, Wahana Komputer, 2005, hlm 2
2
seperti facebook, twitter, yahoo, dan masih banyak lagi bisa, karena sangat
membantu kita menemukan atau mencari teman lama kita, bahkan teman-teman
yang ada di luar Indonesia. Kemunculan sosial media itu juga kita bisa menambah
teman – teman baru dari berbagai penjuru dunia sehingga banyak keuntungan
yang bisa didapatkan dengan berkembangnya telekomunikasi ini.
Semua telekomunikasi tersebut selain memiliki dampak yang positif maupun
dampak yang negatif. Dampak positif yang ditimbulkan dapat dirasakan seperti
menambah pengetahuan, informasi – informasi baru, bertemu dengan teman lama,
menemukan teman baru dan banyak dampak positif yang bisa dirasakan dengan
berkembangnya telekomunikasi sendiri. Sedangkan dampak negatif yang bisa
dirasakan adalah sifat ketergantungan yang akan timbul, contoh nyata yang bisa
kita lihat adalah perkembangan anak – anak sekolah dasar yang sudah
menggunakan gadget atau smartphone , mereka sibuk dengan gadget atau
smartphone mereka sendiri sehingga tidak mampu untuk bersosialisasi. Dan tidak
hanya susah untuk bersosialisasi, keinginan belajar mereka pun akan menurun
karena kecanggihan gadget yang mereka punya.2
Dampak tersebut bukan hanya dirasakan masyarakat, negara pun merasakan
dampaknya. Suatu negara dapat mengetahui bagaimana perkembangan ekonomi
negara lain, politik, dan hal lainnya dari negara tetangga. Dampak positif yang
dirasakan misalnya memajukan negara, namun dampak negatif adalah ketika
adanya ketidak akuratan suatu berita yang bisa membuat nama negara menjadi
jatuh.
2
Ibid, Hlm 4
3
Tindakan kriminal yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dilakukan oleh pengguna teknologi yang melakukan kejahatan
melalui internet yakni cyber crime. Aksi kriminal yang terjadi dengan
menggunakan internet misalnya pengerusakan website-website resmi dan
acknowledged
yang
dimiliki
oleh
beberapa
instansi.
Selain
itu
juga
mentransmisikan dokumen elektronik berupa foto atau video ke media jejaring
sosial lewat internet.
Semua kecanggihan teknologi informasi tidak dipergunakan sepenuhnya untuk hal
yang positif. Banyak sekali tindak kriminal yang menggunakan teknologi sebagai
fasilitas utamanya. Misalnya saja tindak pembajakan VCD/DVD, pembuatan uang
palsu, pemalsuan surat-surat penting, pembobolan rekening Bank yang
kesemuanya dilakukan dengan menggunakan teknologi terutama teknologi
informasi.3
Media sosial merupakan suatu media online, yang memiliki peran penghubung
dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, forum dan dunia virtual. Blog dan
jejaring sosial merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh
masyarakat di seluruh dunia. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein
mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet
yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi web, dan yang
memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”.4
3
4
Ibid, hlm 6
Abu Bakar Fahmi, Mencerna Situs Jejaring Sosial, Elex Media Competido, Jakarta, 2011 hlm 10
4
Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page
pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan
berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, path,
instagram, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan
media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial
mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi
dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam
waktu yang cepat dan tak terbatas.5
Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut
tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses Facebook atau Twitter misalnya,
bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah
mobile phone. Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial
mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di
negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial
juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam
menyebarkan berita-berita. Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan
semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Seorang pengguna media sosial
bisa mengakses menggunakan sosial media dengan jaringan internet bahkan yang
aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan
sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna sosial media dengan bebas bisa
5
Ibid, hlm 15
5
mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan
berbagai model content lainnya.6
Kecanggihan media sosial memiliki dampak negatif yakni bisa terjadi tindak
kejahatan seperti penggugahan foto atau video melalui media sosial Facebook dan
dalam hal ini dilarang oleh UU RI No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, biasanya tindakan itu dilakukan oleh orang terdekat kita
yang mungkin mengetahui password log in akun Facebook atau kebetulan
korbannya lupa menutup akun Facebooknya atau log out ketika telah selesai
melakukan chatting atau sekedar update status di media sosial tersebut. Bukan itu
saja, selain itu ada game di Facebook yang bisa melanggar Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik yakni game poker sebuah permainan judi
melalui via online.
Seperti yang terjadi di Daerah Bandar Lampung pada putusan PN (No
233/Pid.Sus/2013/PN.TK) bahwa terdakwa I Nengah Pariana Bin Wayan Mandra
di perumahan Regency Melati Mas Blok F 10 No. 10 Serpong Kabupaten/kodya
Tanggerang atau setidak-tidaknya di suatu tempat yang masih termasuk di dalam
wilayah hukum Pengadilan Negeri Tanggerang namun karena sebagian besar
saksi dan terdakwa sendiri berdomisili di Bandar Lampung maka berdasarkan
ketentuan pasal 84 ayat (2) KUHAP PN Tanjung Karang di Bandar Lampung
berwenang untuk mengadili perkara ini dan bertempat dirumah terdakwa di
Jl.Nusantara Gang Nusantara 4 Kel.Labuhan Ratu kedaton Bandar Lampung atau
setidak-tidaknya disuatu tempat yang masih termasuk dalam wilayah Hukum
6
Ibid, hal 20
6
Pengadilan Negeri Tanjung Karang, telah dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan
melanggar kesusilaan.
Perbuatan dilakukan dengan cara terdakwa menyimpan foto-foto/gambar
terdakwa bersama saksi korban R.Azizah yang sedang berhubungan badan,
sedang tidur berdua dan sedang berciuman di facebook terdakwa yaitu Nengah
Pariana emailnya [email protected] dan paswordnya “AGEN 310”
bahwa gambar-gambar/foto-foto tersebut di ambil menggunakan hp merk HTC
buatan Cina warna hitam dengan cara direkam. Kemudian foto-foto/gambar
terdakwa bersama korban R. Azizah tersebut, terdakwa untuk disimpan dalam
bentuk data informasi elektronik atau dokumen elektronik di akun facebook milik
terdakwa kemudian di bulan Juli 2012 bertempat di rumah terdakwa di Bandar
Lampung, terdakwa online pada akun facebook terdakwa dan terdakwa mengganti
passwordnya dari “AGEN 310” menjadi PARIANA11” kemudian terdakwa telah
mentransmisikan/mendistribusikan dapat diaksesnya dokumen elektronik tersebut
menjadi foto profil dan menyimpannya di galeri foto sehingga bisa di akses oleh
orang lain yaitu orang-orang yang telah berteman dengan terdakwa di akun
facebooknya.
Bahwa putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap dan dikenakan Pasal 27
ayat (1) Jo Pasal 45 Undang-undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, dan menjatuhkan pidana penjara kepada terdakwa I
NENGAH PARIANA Bin WAYAN MANDRA tersebut selama 10 (sepuluh)
7
bulan dan denda sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dengan ketentuan
bahwa jika denda tidak dibayar harus diganti dengan kurungan selama 4 (empat)
bulan.
Hal tersebut yang melatarbelakangi penulis mengkaji lebih dalam skripsi yang
berjudul “Analisis Pertanggungjawaban Pidana Mentransmisikan Dokumen
Elektronik Melanggar Kesusilaan”
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah di urai di atas, maka hal yang permasalahan
dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1). Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana
mentransmisikan dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan menurut
UU No 11 Tahun 2008 terhadap No perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK?
2). Bagaimanakah pertimbangan hukum hakim dalam penjatuhan putusan pidana
terhadap No perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK?
8
2. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan dari permasalahan
yang timbul, maka penulis membatasi pada lingkup Ilmu Pengetahuan Hukum
Pidana Formil. Ruang lingkup substansi mengenai pertanggungjawaban pidana
terkait dengan mentransmisikan dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan
di Bandar Lampung. Sedangkan ruang lingkup wilayah penelitian yaitu Kota
Bandar Lampung. Ruang lingkup tahun penelitian ini yaitu pada tahun 2014
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok bahasan diatas, maka yang menjadi tujuan dan penelitian ini
adalah:
a) Untuk menganalisis pertanggungjawaban pidana bagi Pelaku tindak pidana
mentransmisikan dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan ditinjau dari
Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
b) Untuk menganalisis penjatuhan putusan pidana bagi Pelaku tindak pidana
mentransmisikan dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan.
9
2. Kegunaan Penelitian
a) Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perkembangan Ilmu Hukum khususnya Hukum Pidana tentang Pelaku tindak
pidana mentransmisikan dokumen elektronik yang memiliki muatan melanggar
kesusilaan di Tinjau dari Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik di wilayah Lampung.
b) Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi yang
melengkapui untuk pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan peran
penegakan hukum khususnya pihak Kementerian Menkominfo dalam
pengawasanya
dan
lembaga-lembaga
yang
berfungsi
pemberantasan
penyalahgunaan media sosial, serta untuk memenuhi salah satu tugas dan
persyaratan dalam mengikuti ujian Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1.
Kerangka Teoritis
Kerangka teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil
pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan
identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.7
7
Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, hlm 124.
10
a). Pertanggungjawaban Pidana
Pertanggungjawaban pidana itu sendiri yakni bahwa perbuatan pidana tidak
termasuk pengertian pertanggungjawaban pidana. Dasar adanya perbuatan pidana
adalah asas legalitas sedangkan dasar dapat dipidananya pembuat adalah asas
kesalahan. Ini berarti bahwa pembuat perbuatan pidana hanya akan dipidana jika
ia mempunyai kesalahan dalam melakukan perbuatan pidana tersebut.8
Pertanggungjawaban pidana dalam bahasa asing disebut sebagai criminal
reponsibilty, atau
dimaksudkan
untuk
criminal
liability pertanggungjawaban pidana di sini
menentukan
apakah
seseorang
tersebut
dapat
di
pertanggungjawabkan atasnya pidana atau tidak terhadap tindakan yang di
lakukanya itu. Menurutnya juga bahwa pertanggungjawaban yang dilakukan
tersebut tidak hanya menyangkut masalah hukum semata akan tetapi menyangkut
pula masalah nilai-nilai moral ataupun kesusilaan yang ada dalam suatu
masyarakat.9
Perbuatan pidana memiliki konsekuensi pertanggungjawaban serta penjatuhan
pidana. Maka, setidaknya ada dua alasan yaitu :10
(1) Harus ada perbuatan yang bertentangan dengan hukum, atau dengan kata
lain, harus ada unsur melawan hukum.jadi harus ada unsur Obejektif, dan
(2) Terhadap pelakunya ada unsur kesalahan dalam bentuk kesengajaan dan
atau kealpaan, sehingga perbuatan yang melawan hukum tersebut
dapat di pertanggungjawabkan kepadanya
8
Roslan Saleh. Perbuatan pidana dan pertanggung jawaban pidana: dua pengertian dasar
dalam hukum pidana, cetakan ketiga, aksara baru, Jakarta, 1983, hlm 8
9
Ibid. hlm 18
10
Adami Chazawi Stelsel Pidana Tindak Pidana, Teori-Teori Pemidanaan Dam Batas Berlakunya
Hukum Pidana. Raja Grafindo Persada. 2007. Jakarta. Hlm. 68
11
Seseorang dikatakan mampu bertanggungjawab apabila memenuhi 3 (tiga)
syarat,yaitu:11
1. Dapat menginsyafi makna daripada perbuatnya.
2. Dapat menginsyafi bahwa perbuatanya itu tidak dapat dipandang patut
dalam pergaulan masyarakat.
3. Mampu untuk menentukan niat atau kehendak dalam melakukan
perbuatan.
Ada beberapa alasan seseorang tidak dapat bertanggungjawab atau tidak pidana
yang dilakukanya, yaitu: 12
Dalam diri manusia :
a) Jiwa si pelaku cacat.
b) Tekanan Jiwa yang tidak dapat ditahan.
c) Ganggungan penyakit jiwa
Di luar diri manusia :
a) perintah jabatan.
b) masih dibawah umur.
Pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana dikenal dengan adanya 3 (tiga)
unsur pokok, yaitu:13
1. Unsur perbuatan
2. Unsur yang dilarang oleh aturan hukum
11
Roslan Saleh. Perbuatan pidana dan pertanggung jawaban pidana: dua pengertian dasar
dalam hukum pidana, cetakan ketiga, aksara baru, Jakarta, 1983, hlm 23.
12
Leden Marpaung. Asas teori praktik hukum pidana. Sinar Grafika. 2005. Jakarta. hlm 72.
13
Adami Chazawi Stelsel Pidana Tindak Pidana, Teori-Teori Pemidanaan Dam Batas Berlakunya
Hukum Pidana. Raja Grafindo Persada. 2007. Jakarta. Hlm. 79
12
3. Unsur pidana bagi yang melanggar larangan
Berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana pada kasus bahwa pelaku tindak
pidana mentransmisikan dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan akan
dijerat oleh UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
diatur dalam Pasal 45 UU No 11 Tahun 2008 maka bagi pelaku tindak pidana
akan dijatuhi sanksi pidana kurungan paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp.- 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Namun, pada putusan
No perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK pelaku penggunggahan di vonis oleh
Pengadilan 10 (sepuluh) bulan kurungan dan denda Rp.- 2.000.000,00 (dua juta
rupiah) dari gugatan jaksa yakni 1 satu tahun kurungan dan denda Rp.2.000.000,00.
b). Dasar Pertimbangan Hakim
Menurut
Mac Kenzie, ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat
dipergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan dalam
suatu perkara, yaitu :14
1. Teori Keseimbangan
Adapun yang dimaksud keseimbangan adalah keseimbangan antara syarat-syarat
yang ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang
bersangkut atau berkaitan dengan perkara, yaitu antara lain seperti adanya
keseimbangan yang berkaitan dengan masyarakat, kepentingan terdakwa dan
kepentingan korban.
14
Sebagaimana dikutip oleh Ahmad Rifai. Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Prespektif
Hukum Progresif. Sinar Grafika. Jakarta. 2010. Hlm 106.
13
2. Teori Pendekatan Seni Dan Intiusi
Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari hati.
Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan hakim menyesuaikan dengan keadaan
dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana, hakim akan melihat
keadaan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam perkara pidana. Pendekatan
seni dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan suatu putusan, lebih ditentukan
oleh intuisi dari pada pengetahuan hakim.
3. Teori Pendekatan Keilmuan
Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana harus
dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya dalam kaitannya
dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari
putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam peringatan bahwa
dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata-mata atas dasar intuisi
semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan juga
wawasan keilmuan hakim dalam menghadapi suatu perkara yang harus
diputuskan.
4. Teori Pendekatan Pengalaman
Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam
menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari, dengan pengalaman
yang dimilikinya. Seorang hakim dapat mengetahui bagaimana dampak dari
putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana yang berkaitan dengan
pelaku, korban maupun masyarakat.
14
5. Teori Ratio Decidendi
Teori
ini
didasarkan
pada
landasan
filsafat
yang
mendasar,
yang
mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang
disengketakan. Kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang relevan
dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam penjatuhan
putusan, serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada motivasi yang jelas
untuk menegakan hukum dan memberikan keadilan bagi para pihak yang
berperkara.
2.Kerangka Konseptual
Kerangka
konseptual
merupakan
kerangka
yang
menghubungkan
atau
menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang
berkaitan dengan istilah itu.15
A. Analisis adalah merupakan sebuah kegiatan untuk meneliti suatu objek tertentu
secara sistematis, guna mendapatkan informasi mengenai objek tersebut serta
untuk mengetahui sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya.16
B. Pertanggungjawaban pidana adalah suatu perbuatan hukum yang oleh hukum
diancam dengan hukuman, bertentangan dengan hukum, dilakukan oleh
seorang yang bersalah dan orang itu dianggap bertanggung jawab atas
perbuatanya dikemukakan oleh Simon.17
15
Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Hlm 32.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1991) , hlm.60
17
Muladi dan Dwidja Priyanto, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Prenada Media Group,
Jakarta, 2010. Hlm 61
16
15
C. Tindak pidana adalah perbuatan yang di larang oleh suatu aturan hukum,
larangan mana yang di sertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu
bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.18
D. Pelaku tindak pidana adalah barang siapa yang melaksanakan semua unsurunsur tindak pidana sebagai mana unsur-unsur tersebut dirumuskan di dalam
undang-undang sesuai dengan pasal 55 KUHP (kitab undang-undang hukum
pidana).
E. Mentransmisikan adalah mengirimkan atau meneruskan pesan dari seseorang
(benda) kepada orang lain (benda lain). Contoh : Komputer yang muktahir itu
mampu mentransmisikan data ke seluruh jaringan komputer di seluruh penjuru
pusat kota.19
F. Dokumen yang bermuatan asusila adalah dokumen yang memiliki kaitannya
tentang hal-hal yang dilarang di dalam Undang-undang 11 tahun 2008 tentang
informasi dan transaksi elektronik yakni seperti pada Pasal 27 UU ITE
yang mengatur masalah pelanggaran kesusilaan, perjudian, pencemaran nama
baik, dan tindakan pemerasan dan pengancaman.20
G. Melanggar kesusilaan adalah melakukan suatu perbuatan yang dilarang, yang
menyerang rasa kesusilaan masyarakat. Seperti kecabulan dan eksploitasi
seksual yang dilakukan di muka umum. Unsur dimuka umum inilah yang
menjadi penyebab semua perbuatan tersebut semua perbuatan melanggar
18
Moeljanto, 2002, Asas-asas hukum pidana, Jakarta, Rineka Cipta, Hlm. 54
Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Agung Media Mulia, 2009, Hlm 36
20
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik No 11 Tahun 2008
19
16
kesusilaan, yang artinya melekat sifat tercela atau melawan hukum pada
perbuatan melanggar kesusilaan.21
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memahami skripsi ini secara keseluruhan, maka
sistematika penulisannya sebagai berikut:
I.
PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuuan yang memuat latar belakng masalah,
permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka
teoritis dan konseptual, serta menguraikan tentang sistematika penulisan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang pengertian pertanggungjawaban pidana
pengertian tindak pidana pengertian transmisi dan, pengertian dokumen
yang bermuatan asusila
III METODE PENELITIAN
Bab ini memuat tentang pendekatan masalah, sumber dan jenis data,
prosedur pengumpulan dan pengolahan data, serta tahap akhir berupa
analisis data.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini pembahasan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
permasalahan dalam skripsi ini, akan dijelaskan pertanggungjawaban pidana
21
Muladi, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual (Advokasi Atas Hak Asasi
Perempuan), Refika Aditama, Bandung, 2001, halaman 15.
17
pelaku tindak pidana dengan sengaja dan tanpa hak mentransmisikan
dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan.
V
PENUTUP
Bab ini berisi tetang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
18
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana (yuridis
normatif). Kejahatan atau perbuatan jahat dalam arti (yuridis normatif) adalah
perbuatan seperti yang terwujud (in-abstracto) dalam peraturan pidana.
Sedangkan kejahatn dalam arti kriminologis adalah perbuatan manusia yang
menyalahi norma yang hidup di masyarakat secara konkret.1
Beberapa sarjana memberikan pengertian tentang tindak pidana yaitu sebagai
berikut:
a. Moeljatno dalam memberikan pengertian tindak pidana menggunakan istilah
perbuatan pidana yang mengandung pengertian perbuatan yang oleh suatu
aturan hukum dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu diingat
bahwa larangan ditunjukkan kepada perbuatan, (yaitu suatu keadaan atau
kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuaan orang), sedangkan ancaman pidana
ditujukan kepada orang yang menimbulkannya kejadian itu.2
b. Wirjono Prodjodokiro memberika pengertian tindak pidana yaitu suatu
perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana.3
1
Tri Andrisman, 2007, Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia, Bandar Lampung, Fakultas Hukum UNILA, Hlm.80
2
Moeljanto, 2002, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta, Hlm. 54
3
Tri Andrisman, Op.Cit., Hlm 81
19
c. Simons memberikan pengertian tindak pidana yaitu kelakuan (handeling) yang
diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum dengan kesalahan yang
dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab.4
d. Van Hamel memberikan pengertian tindak pidana yaitu kelakuan orang yang
dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana dan
dilakukan dengan kesalahan.5
Berdasarkan beberapa pendapat serjana di atas dalam memberikan pengertian
tindak pidana para sarjana tersebut terbagi dalam dua 2 (dua) pandangan atau
aliran yang saling bertolak belakang, yaitu :6
a. Pandangan atau aliran monistis, yaitu:
Pandangan atau aliran yang tidak memisahkan antara pengertian perbuatan
pidana dengan pertanggungjawaban pidana.
b. Pandangan atau aliran dualistis, yaitu:
Pandangan atau aliran yang memisahkan antara dilarangnya suatu perbuatan
pidana (criminal act atau actus reus) dan dapat dipertanggungjawabkannya si
pembuat (criminal responsibility atau mens rea)
Pada hakekatnya tiap-tiap tindak pidana harus terdiri atas unsur-unsur lahir oleh
karena perbuatannya, yang mengandung kelakuan dan akibat yang ditimbulkan
karenanya, adalah suatu kejadian dalam alam lahir. Menurut Moeljatno sesuatu
4
Moeljanto, Op.Cit., Hlm 56
Bambang Poernomo, 1985, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta, yudhistira, Hlm. 128
6
Tri Andrisman, 2007,Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia, Bandar Lampung, Fakultas Hukum UNILA. Hlm 82
5
20
yang dapat disubut perbuatan pidana
harus memenuhi beberapa unsur-unsur
sebagai berikut:7
a. Perbuatan (manusia)
b. Memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil)
c. Bersifat melawan hukum (syarat materiil). Syarat formil harus ada,
karena asas legalitas dalam pasal 1 ayat (1) KUHP.
B. Tinjauan Umum Tentang Transmisi Dokumen Elektronik
Mentransmisikan yakni mengirimkan atau meneruskan pesan dari seseorang
(benda) kepada orang lain (benda lain). Contoh : Komputer yang muktahir itu
mampu mentransmisikan data ke seluruh jaringan komputer di seluruh penjuru
pusat kota. Jadi, makna dari dengan sengaja dan tanpa hak mentransmisikan yakni
pengiriman sebuah data atau file dari satu jaringan atau komputer ke komputer
lain dengan unsur yang disengaja tanpa seijin pemilik file tersebut yang
cenderung mungkin file tersebut adalah hal pribadi pemilik atau rahasia pemilik
file tersebut. 8
Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan,
diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau
sejenisnya yang dapat dilihat, ditampilkan, dan atau didengar melalui komputer
atau sistem elektronik, tetapi tidak terbatas pada tulisan, huruf, angja, kode akses,
simbol yang memiliki makna atau arti dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahami.
7
8
Bambang Poernomo, Op cit, Hlm. 129
Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Agung Media Mulia, 2009 hal 36
21
Jenis-jenis dokumen berdasarkan bentuknya :9
a. Dokumen literer adalah dokumen yang ada karena dicetak, ditulis, digambar
atau direkam
b. Dokumen korporil adalah dokumen yang berupa benda bersejarah biasanya
dikumpulkan di sebuah museum.
c. Dokumen private adalah dokumen yang berupa surat atau arsip yang disimpan
dalam sebuah sistem kearsipan.
Dokumen yang melanggar kesusilaan adalah dokumen yang memiliki kaitanya
tentang hal-hal yang dilarang di dalam Undang-undang 11 tahun 2008 tentang
informasi dan transaksi elektronik yakni seperti pada Pasal 27 ayat (1) UndangUndang No 11 tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik yakni :
”Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diakses informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik yang memiliki muatan melanggar kesusilaan”
Ketika seseorang mentransmisikan gambar-gambar/foto-foto yang mengandung
atau memiliki muatan asusila melalui jejaring sosial facebook sudah dapat
dipastikan akan melanggar pasal 27 ayat (1) UU No 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
Pasal 45 UU No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yakni:
1. setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat
(1), ayat (2), ayat (3) atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
9
Danrivanto Budhijanto , Hukum Telekomunikasi, penyiaran & teknologi informasi regulasi &
konvegasi, Reflika Adi Tama, Bandung, 2010 hlm 137
22
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.- 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah). Ketika seseorang melanggar pasal 27 ayat (1-4) maka akan diterkena
hukuman yang terdapat di dalam pasal 45 UU No 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
C. Pelanggaran Kesusilaan
Lahirnya pornografi melalui internet sedikit demi sedikit telah menggerus budaya
yang ada di dalam masyarakat yang memegang teguh budaya timur, dan
memegang teguh norma-norma kesusilaan dalam masyarakat itu sendiri.
Pornografi jelas melanggar norma-norma kesusilaan yang ada di masyarakat.
Karena adegan-adegan yang ada dalam video porno tersebut tidak senonoh atau
tidak layak untuk dipertontonkan.10
Norma kesusilaan adalah peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati
sanubari manusia (Insan kamil). Peraturan-peraturan ini berupa bisikan kalbu atau
suara batin yang diakui dan diinsyafi oleh setiap orang sebagai pedoman dalam
sikap dan perbuatan. Pada umumnya ahli berpendapat bahwa kesusilaan adalah
suatu pengertian adat-istiadat mengenai tingkah laku sopan santun dalam
pergaulan hidup yang baik, terutama dalam hal yang berhubungan dengan
masalah seksual. 11
10
Andi, Melindungi Anak Anda saar Berinternet, Semarang, Wahana Komputer, 2005, hlm 10.
Muladi, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual (Advokasi Atas Hak Asasi
Perempuan), Refika Aditama, Bandung, 2001, hlm 13.
11
23
Pelanggaran kesusilaan ini dirumuskan dalam KUHP Pasal 281, yang rumusannya
bahwa :
“Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana
denda
barang
paling
siapa
banyak
dengan
empat
sengaja
ribu
secara
terbuka
lima
ratus
melanggar
rupiah:
kesusilaan;
barang siapa dengan sengaja dihadapan oran lain yang ada di situ bertentangnya
dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.”12
Pelanggaran
kesusilaan
dalam
KUHP
pasal
281
yaitu:
Unsur kesengajaan (opzet) yakni kesengajaan ditempatkan pada permulaan
rumusan, yang mendahului unsur perbuatan melanggar kesusilaan dan tempatnya
di muka umum. Kesengajaan itu sendiri merupakan sikap batin yang
menghendaki sesuatu dan mengetahui sesuatu. Artinya perbuatan itu memang
dikehendakinya dan disadarinya atau diketahuinya tentang nilai perbuatannya itu
sebagai menyerang rasa kesusilaan umum secara terbuka di muka umum.
Perbuatan melanggar kesusilaan. 13
Melanggar kesusilaan artinya melakukan suatu perbuatan yang dilarang, yang
menyerang rasa kesusilaan masyarakat. Seperti kecabulan dan eksploitasi seksual
yang dilakukan di muka umum. Unsur dimuka umum inilah yang menjadi
penyebab semua perbuatan tersebut semua perbuatan melanggar kesusilaan, yang
artinya melekat sifat tercela atau melawan hukum pada perbuatan melanggar
kesusilaan. 14
12
Abdul Wahid, Modus-modus Kejahatan Modern, Tarsito, Bandung, 1993, hlm 17
Ibid, hlm 17.
14
Ibid, hlm 15.
13
24
Unsur secara terbuka atau di muka umum. Di muka umum artinya di depan orang
banyak. Sifat terbukanya dari perbuatan melanggar kesusilaan bukan sekedar pada
banyaknya orang, tetapi pada keleluasaan atau kebebasan atau secara bebas bagi
orang banyak di tempat umum tersebut, tanpa ada halangan dan ditutup-tutupi
oleh si pembuat untuk melihat dan untuk mengetahui perbuatan melanggar
kesusilaan yang dilakukan.15
D. Pertanggungjawaban Pidana
Pertanggungjawaban pidana yakni seseorang yang akan dipertanggungjawabkan
secara pidana apabila ia melakukan suatu tindakan yang terlarang (diharuskan),
dimana tindakan tersebut adalah melawan hukum. Pertanggungjawaban adalah
suatu yang harus dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang telah dilakukan.
Pertanggungjawaban pada pelakunya. Adanya pertanggungjawaban pidana harus
jelas terlebih dahulu siapa yang dapat dipertanggungjawabkan, ini berarti harus
dipastikan terlebih dahulu yang dinyatakan sebagai pembuat suatu tindak
pidana.16
Pelaku tindak pidana dapat dipidana apabila memenuhi syarat bahwa tindak
pidana yang dilakukanya memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan dalam
undang-undang. Dilihat dari sudut kemampuan bertanggungjawab maka hanya
seseorang yang mampu bertanggungjawab yang dapat dipertanggungjawabkan
perbuatanya. Dalam hal dipidananya seseorang yang melakukan perbuatan seperti
melawan hukum tergantung dari apakah dalam melakukan perbuatan ia
15
Ibid, hlm 18.
Roeslan Saleh. Perbuatan Dan Pertanggungjawaban Pidana. Aksara Baru. Jakarta. 1999 Hlm
80.
16
25
mempunyai kesalahan dan apabila orang yang melakukan perbuatan itu memang
melawan hukum, maka ia dipidana.17
Berdasarkan hal tersebut, pembuat (dader) harus ada unsur kesalahan dan bersalah
yang harus memenuhi unsur yaitu :18
1. Kemampuan bertanggungjawab atau dapat dipertanggungjawabkan dari si
pembuat
2. Adanya kaitan psikis antara pembuat dan perbuatan, yaitu adanya sengaja
atau kesalahan
3.Tidak
adanya
dasar
peniadaan
pidana
yang
menghapus
dapat
dipertanggungjawabkan sesuatu perbuatan kepada pembuat.
Pertanggung jawaban pidana diartikan sebagai diteruskan celaan yang objektif
yang ada pada perbuatan pidana dan secara subjektif yang ada memenuhi syarat
untuk dapat dipidana karena perbuatanya itu. Dasar adanya perbuatan pidana
adalah asas legalitas sedangkan dasar dapat dipidananya pembuat adalah asas
kesalahan. Ini berarti bahwa pembuat perbuatan pidana hanya akan dipidana jika
ia mempunyai kesalahan dalam melakukan perbuatan pidana tersebut.kapan
seseorang
dikatakan
mempunyai
kesalahan
menyangkut
masalah
pertanggungjawaban pidana.19
Oleh karena itu, pertanggung jawaban pidana adalah pertanggung jawaban orang
terhadap tindak pidana yang dilakukanya. Asas legalitas hukum pidana indonesia
yang diatur dalam pasal 1 ayat 1 KUHP menyatakan bahwa seseorang baru dapat
17
Ibid. hlm 78
Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta. 1997. Hlm 130
19
Roeslan Saleh. perbuatan pidana dan pertanggung jawaban pidana: dua pengertian dasar
dalam hukum pidana. cetakan ketiga. aksara baru. Jakarta. 2009. Hlm 89
18
26
dikatakan melakukan perbuatan pidana apabila perbuatanya tersebut telah sesuai
dengan rumusan undang-undang hukum pidana. Meskipun orang tersebut belum
tentu dapat dijatuhi hukum pidana, karena masih harus dibuktikan kesalahanya
apakah dapat dipertanggungjawabkan pertanggungjawabkan tersebut. Agar
seseorang dapat dijatuhi pidana, harus memenuhi unsur-unsur perbuatan pidana
dan pertanggung jawaban pidana. Sifat melawan hukum dihubungkan dengan
keadaan psikis (jiwa) pembuat terhadap tindak pidana yang dilakukanya dapat
berupa kesengajaan (opzet) atau karena kelalaian (culpa).20
Menurut pandangan para ahli hukum pidana ada (3) tiga bentuk kesengajaan
(opzet), yakni :21
1. Kesengajaan sebagai maksud
Kesengajaan ini bersifat tujuan, si pelaku dapat dipertanggungjawabkan dan
apabila kesengajaan seperti ini ada pada suatu tindak pidana, si pelaku pantas
di kenakan hukuman.
2. Kesengajaan dengan keinsyafan pasti
Kesengajaan ini ada apabila si pelaku (doer or dader) dengan perbuatanya
tidak bertujuan untuk mencapai akibat dasar dari delik dan mengetahui pasti
atau yakin benar bahwa selain akibat dimaksud akan terjadi suatu akibat lain.
3. Kesengajaan dengan keinsafan kemungkinan (Dolus Eventualis)
Kesengajaan ini juga disebut kesengajaan dengan kesadaran kemungkinan,
bahwa seseorang melakukan perbuatan dengan tujuan untuk menimbulkan
20
21
Ibid. Hlm 89
Leden Marpaung. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Sinar Grafika. Jakarta. 2005. Hlm 15
27
suatu akibat tertentu. Akan tetapi, si pelaku menyadari bahwa mungkin akan
timbul akibat lain yang juga dilarang dan diancam oleh Undang-Undang.
Kealpaan terdapat apabila seseorang tetap melakukan perbuatan itu meskipun
ia telah mengetahui atau menduga akibatnya. Dapat diduganya akibat itu lebih
dahulu oleh si pelaku adalah suatu syarat mutlak. Suatu akibat yang tidak dapat
diduga lebih dahulu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya sebagai
kealpaan. Tentu dalam hal mempertimbangkan ada atau tidaknya dapat diduga
lebih dahulu itu, harus diperhatikan pribadi si pelaku. Kealpaan tentang keadaankeadaan yang menjadikan perbuatan itu suatu perbuatan yang diancam dengan
hukuman, terdapat kalau si pelaku dapat mengetahui bahwa keadaan-keadaan itu
tidak ada pada umumnya. Kealpaan adalah bentuk kesalahan yang lebih ringan
dari kesengajaan. Kealpaan dibedakan menjadi 2 yakni :22
1. Kelalaian dengan kesadaran (beweuste schuld)
Dalam hal ini, si pelaku telah membayangkan atau menduga akan timbulnya
suatu akibat, tetapi walaupun ia berusaha untuk mencegah tetap timbul
tersebut,
2. Kelalaian tanpa kesadaran (onbeweuste schuld)
Dalam hal ini, si pelaku tidak membanyangkan atau menduga akan timbulnya
suatu akibat yang dilarang dan diancam hukuman oleh Undang-Undang.
Sedangkan ia seharusnya memperhitungkan akan timbulnya suatu akibat.
22
Ibid. hlm 26
28
Suatu perbuatan dapat dikatakan telah melanggar hukum, dan dikenakan sanksi
pidana bila terpenuhi 2 (dua) unsur yakni perbuatan lahiriah yang terlarang/
perbuatan pidana (actus reus), dan ada sikap batin jahat/tercela (mens rea).
Kesalahan (schuld) merupakan unsur pembuat delik, jadi termasuk unsur
pertanggungjawaban pidana yang terkadang makna dapat dicelanya si pembuat
atau perbuatanya. Dalam hal kesalahan tidak terbukti, berarti bahwa perbuatan
pidana (actus reus) sebenarnya telah terbukti, karena
ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MENTRANSMISIKAN
DOKUMEN ELEKTRONIK MELANGGAR KESUSILAAN
BERDASARKAN UU NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
(Studi Putusan PN No 233/Pid.Sus/2013/PN.TK)
Oleh
YOGA DWI PRATAMA
Cyber crime merupakan tindak kejahatan yang dilakukan oleh pengguna teknologi
melalui Internet.Aksi kriminal yang terjadi seperti tindak pidana mentransmisikan
dokumen elektronik berupa foto yang melanggar kesusilaan ke media sosial
facebook lewat internet.tindak kejahatan melalui internet tersebut di atur dalam
UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik. Seperti yang
terjadi di Bandar Lampung pada putusan PN (No 233/Pid.Sus/2013/PN.TK)
bahwa terdakwa I Nengah Pariana Bin Wayan Mandra dengan sengaja dan tanpa
hak mentransmisikan dokumen elektronik yang memiliki muatan melanggar
kesusilaan yakni foto istrinya sendiri ke media sosial facebook. Permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini berupa bagaimana pertanggungjawaban pidana
terhadap pelaku tindak pidana cyber crime atau kejahatan dunia maya menurut
UU No 11 Tahun 2008 terhadap No perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK dan
bagaimanakah pertimbangan hukum oleh hakim dalam penjatuhan putusan pidana
terhadap No perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris dan
yuridis normatif. Adapun sumber dan jenis data adalah data primer yang diperoleh
dari studi lapangan, data ini diperoleh dengan cara melakukan wawancara
terhadap pihak kejaksaan Negeri Kota Bandar Lampung, Pengadilan Negeri
Tanjung Karang dan Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung,
sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka.
Putusan PN No 233/Pid.Sus/2013/PN.TK pelaku yang melakukan perbuatan
mentransmisikan dokumen elektronik yang melanggar Pasal 27 Jo Pasal 45 UU
No 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah memenuhi
unsur-unsur pertanggungjawaban pidana bisa dibuktikan bahwa pelaku secara
sadar dan disengaja telah mentransmisikan dokumen elektronik. Dalam fakta di
Yoga Dwi Pratama
persidangan pelaku mengakui secara senggaja telah mentransmisikan foto istrinya
dikarenakan pelaku digugat cerai istrinya dan kondisi kejiwaan pelaku dianggap
sehat sehingga tidak ada alasan penghapusan pidana. Pertimbangan Hakim dalam
penjatuhan putusan pidana pelaku yakni lebih mengarah kepada aspek yuridis
karena hakim berpatokan pada aspek-aspek pidana dalam UU No 11 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP). Aspek non yuridis dipandang sangat kurang relevan dalam
penjatuhan putusan pidananya. Pertimbangan hakim dalam memutus perkara lebih
memandang akibat yang timbul dari perbuatan tersebut. Sehingga putusan hakim
lebih mengarah pada perbuatan pelaku dengan mengacu pada undang-undang
yakni Pasal 27 UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaki Elektronik
dan ketentuan pertanggungjawaban pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum
pidana (KUHP).
Penulis memberikan saran yaitu ketentuan putusan hakim dalam memutus suatu
perkara sebaiknya mempertimbangkan aspek pertanggungjawaban pidana seperti
adanya perbuatan yang dilanggar secara pidana (actus reus) dan memiliki niat
jahat (mens rea) serta dalam kondisi sehat tidak mengalami gangguan jiwa
sehingga tidak ada alasan pemaaf maka pelaku dapat dijatuhi hukuman secara
pidana. Dan pertimbangan hakim dalam penjatuhkan putusan sebaiknya
mempertimbangkan aspek yuridis dan aspek non yuridis dalam suatu perkara
sehingga putusan hakim dapat bersifat objektif dan memiliki nilai keadilan.
Kata kunci : Pertanggungjawaban Pidana, Mentransmisikan Dokumen
elektronik, Melanggar Kesusilaan
ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MENTRANSMISIKAN DOKUMEN
ELEKTRONIK MELANGGAR KESUSILAAN
BERDASARKAN UU NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
Oleh
YOGA DWI PRATAMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 30Maret 1993,
anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Kadi Kuswoyo
S.H.,M.H. dan Rubiyah S.pd.Penulis menyelesaikan pendidikan
Taman Kanak-kanak (TK) di TK Mentari pada tahun 1998. Sekolah
Dasar (SD) di SD Negeri 2 Beringin raya pada tahun 2004, kemudian melajutkan
studinya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 14Bandar Lampung
yang diselesaikan pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Yp
UnilaBandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis diterima masuk Perguruan Tinggi Negeri dan sekaligus
terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung, melalui jalur
SNMPTN.Pada tahun 2013 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Bakti Negara, Kecamatan Baradatu, Kabupaten Waykanan. Kemudian pada
tahun 2014 penulis menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.
MOTO
Be The Best For The future
(Penulis)
Orang baik bukan orang yang tidak mempunyai salah, tetapi
orang yang punya kesalahan dan memperbaikinya
(Ustad Wijayanto)
Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah
sedekahnya
(HR. Ahmad)
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa puji dan syukur Kehadirat Allah SWT dengan segala kerendahan hati
kupersembahkan kepada :
Kedua orang tuaku tercinta ayah Kadi Kuswoyo S.H.,M.H, dan Ibu Rubiyah S.Pd yang telah
membesarkanku dengan sabar dan penuh kasih sayang serta selalu mendo’akanku agar
senantiasa diberikan kemudahan dan kelancaran dalam setiap langkahku,
Saudara perempuanku adik tersayang Mayka pratiwi, dan KR Usna Pratiwi yang senantiasa
mendo’akanku, mendukung dan memberi semangat, tanpa kalian saya tidak akan pernah meraih
semua ini.
Serta Sumber Mata Air Ilmu, khususnya Bapak/Ibu dosen bagian hukum keperdataan dengan
segenap ketulusannya untuk mencurahkan ilmu yang bermanfaat dan senantiasa memberikan
motivasi, dukungan dan do’a untuk kesuksesanku,
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, nikmat, barokah dan karunianya untuk
kita semua sampai akhir zaman dunia dan akhirat. (aamiin)
Almamater tercintaku
Yang telah mendewasakan dan membuka pikiranku tentang dunia ini
SANWANCANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, karunia dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul :
Analisis Pertanggungjawaban Pidana Mentransmisikan Dokumen Elektronik
Melanggar Kesusilaan Berdasarkan UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat
dorongan, bantuan, arahan serta masukan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Heryandi, S.H.,M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Yuswanto, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Lampung.
3. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Lampung serta dosen pembimbing satu yang dengan penuh
kesabaran meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulisan
skripsi ini.
4. Bapak Deni Achmad, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan
penuh kesabaran meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Nikmah Rosidah, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah
memberikan masukan, arahan, dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Budi Rizki H, S.H., M.H, selaku Pembahas II yang telah memberikan
masukan, arahan, dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Sri Sulastuti S.H., M.H.,selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan
pengarahan kepada penulis selama menjalankan studi di Fakultas Hukum
Universitas Lampung;
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen pengajar, Staf Administrasi maupun karyawankaryawan di bagian Fakultas Hukum Universitas Lampung, terimakasih atas
bantuannya.
9. Ibu Nursiah Sanipar S.H., M.H, selaku Hakim di Pengadilan Negeri Tanjung
Karang Bandar Lampung yang telah menjadi responden dan telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan pendapat.
10. Ibu Elza Oriza, S.H, selaku Jaksa di Kejaksaan Negeri Bandar Lampung yang
telah menjadi responden dan telah bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan pendapat.
11. Bapak Dr.Eddy Rifai, S.H., M.H, selaku Dosen di Fakultas Hukum Unila yang
telah menjadi responden dan telah bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan pendapat.
12. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
ku Ayah Kadi Kuswoyo S.H., M.H, Ibu Rubiyah S.Pd, dan kedua adik ku Mayka
Pratiwi, dan KR Usna Pratiwi, yang senantiasa memberikan motivasi, kasih
sayang, dukungan, perhatian, dan selalu mendoakan serta mengharapkan
keberhasilanku.
13. Untuk teman hidupku (Nia Wahyuningtyas) yang telah memotivasi, membantu,
menemani, serta memberikan semangat yang tak henti-hentinya.
14. Sahabat-sahabat seperjuangan di Fakultas Hukum : M Ibnu Farhan, Ivander
Fernanda, Rifki Ichtiar, Aditya Sukimto, Indra Saputra, Gusti Anggi, Imam,
Apriani Tiarani, Muhammad Haikal, Bulan indriati, Alif, Aji ridho dan rekanrekan angkatan 2010 yang tak dapat disebutkan satu persatu.
15. Saudara-saudara seperjuangan di UKMF FOSSI Fakultas Hukum : Agung,
Afrizal, Andy Siswanto, Andi, Yessi, Widha, Andika, Dini, Yanti, Eli, Riki,
Almira dan semua saudara-saudara penulis di UKMF FOSSI yang tidak
disebutkan satu persatu terima kasih kebersamaan yang telah terjalin selama ini.
16. Sehabat-sehabat di UKMF PSBH Fakultas Hukum : Meutia kumala sari, Sifra
janezka, Jimmi Erda perwira, Reki kurniawan, Aisha, Andre jevi.
17. Sehabat di Klub Buku Lampung : Bang Teguh, Putra, Kiki, Nina, Ena, Vike, dan
semua teman-teman yang membantu memberi masukan dan saranya untuk
penyusunan skripsi ini.
18. Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah menghantarkanku menuju
keberhasilan.
19. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dukungan dalam
penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik atas segala bantuan yang telah
diberikan dan tetap menanamkan semangat untuk berbuat baik dalam diri kita.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga hasil
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bandar Lampung, April 2014
Penulis
Yoga Dwi Pratama
DAFTAR ISI
Halaman
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. ...
1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup...................................................
7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... ..
8
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ..................................................
9
E. Sistematika Penulisan .................................................................... .
16
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tindak Pidana……................................ ........................
18
B. Tinjauan Umum tentang Mentransmisikan Dokumen Elektronik ...
20
C. Pelanggaran Kesusilaan ..................................................................
22
D. Pertanggungjawaban Pidana .............................................................
24
E. Teori Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penjatuhan Putusan.. .......
30
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan..........................................................................
36
B. Jenis dan Sumber Data ....................................................................
37
C. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ........................
38
D. Penentuan Narasumber ...................................................................
39
E. Analisis Data....................................................................................
40
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ....................................................................
B. Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Mentransmisikan
Dokumen Elektronik yang Melanggar Kesusilaan Menurut UU No 11
41
Tahun 2008 Terhadap No Perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK Bandar
Lampung ............................................................................................
C. Pertimbangan
Hukum
Hakim
Dalam
Penjatuhan
42
Putusan
Pidana Terhadap No Perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK....................
56
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................................
64
B. Saran ...................................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Internet menjadi sesuatu yang tidak asing lagi di telinga pengguna komputer
modern. Pengertian internet sendiri sering kali didekatkan dengan kegiatan seperti
membuka email, chatting atau menjelajah halaman web atau situs. Meskipun
sebenarnya pengertian internet tidak dapat dijelaskan hanya dengan kegiatankegiatan seperti di atas.
Kegiatan berinternet meliputi seperti menjelajah atau browsing halaman web atau
situs, membuka dan mengirim email, bertukar file atau dokumen melalui ftp,
chatting, dan sebagainya. Selain itu, internet juga sangat berperan bagi kalangan
profesi tertentu dalam menyediakan lahan bisnis, informasi, dan edukasi. Tetapi
pengertian sebenarnya internet ialah jaringan komunikasi global yang terbuka dan
menghubungkan ribuan jaringan komputer, baik melalui koneksi dial up maupun
melalui media lain yang menawarkan kecepatan akses yang beragam.1
Manfaat dari telekomunikasi sangat terasa bagi kehidupan manusia, bahkan bisa
dikatakan sangat membantu dalam kehidupan. Hal yang paling jelas terlihat
adalah internet. Sebab, dengan adanya internet kita bisa mencari atau mengetahui
berbagai informasi yang ada di dunia, dan dengan internet muncul berbagai sosial
media yang bisa dikatakan sangat berguna bagi kehidupan manusia. Contohnya
1
Andi, Melindungi Anak Anda saar Berinternet, Semarang, Wahana Komputer, 2005, hlm 2
2
seperti facebook, twitter, yahoo, dan masih banyak lagi bisa, karena sangat
membantu kita menemukan atau mencari teman lama kita, bahkan teman-teman
yang ada di luar Indonesia. Kemunculan sosial media itu juga kita bisa menambah
teman – teman baru dari berbagai penjuru dunia sehingga banyak keuntungan
yang bisa didapatkan dengan berkembangnya telekomunikasi ini.
Semua telekomunikasi tersebut selain memiliki dampak yang positif maupun
dampak yang negatif. Dampak positif yang ditimbulkan dapat dirasakan seperti
menambah pengetahuan, informasi – informasi baru, bertemu dengan teman lama,
menemukan teman baru dan banyak dampak positif yang bisa dirasakan dengan
berkembangnya telekomunikasi sendiri. Sedangkan dampak negatif yang bisa
dirasakan adalah sifat ketergantungan yang akan timbul, contoh nyata yang bisa
kita lihat adalah perkembangan anak – anak sekolah dasar yang sudah
menggunakan gadget atau smartphone , mereka sibuk dengan gadget atau
smartphone mereka sendiri sehingga tidak mampu untuk bersosialisasi. Dan tidak
hanya susah untuk bersosialisasi, keinginan belajar mereka pun akan menurun
karena kecanggihan gadget yang mereka punya.2
Dampak tersebut bukan hanya dirasakan masyarakat, negara pun merasakan
dampaknya. Suatu negara dapat mengetahui bagaimana perkembangan ekonomi
negara lain, politik, dan hal lainnya dari negara tetangga. Dampak positif yang
dirasakan misalnya memajukan negara, namun dampak negatif adalah ketika
adanya ketidak akuratan suatu berita yang bisa membuat nama negara menjadi
jatuh.
2
Ibid, Hlm 4
3
Tindakan kriminal yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dilakukan oleh pengguna teknologi yang melakukan kejahatan
melalui internet yakni cyber crime. Aksi kriminal yang terjadi dengan
menggunakan internet misalnya pengerusakan website-website resmi dan
acknowledged
yang
dimiliki
oleh
beberapa
instansi.
Selain
itu
juga
mentransmisikan dokumen elektronik berupa foto atau video ke media jejaring
sosial lewat internet.
Semua kecanggihan teknologi informasi tidak dipergunakan sepenuhnya untuk hal
yang positif. Banyak sekali tindak kriminal yang menggunakan teknologi sebagai
fasilitas utamanya. Misalnya saja tindak pembajakan VCD/DVD, pembuatan uang
palsu, pemalsuan surat-surat penting, pembobolan rekening Bank yang
kesemuanya dilakukan dengan menggunakan teknologi terutama teknologi
informasi.3
Media sosial merupakan suatu media online, yang memiliki peran penghubung
dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, forum dan dunia virtual. Blog dan
jejaring sosial merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh
masyarakat di seluruh dunia. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein
mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet
yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi web, dan yang
memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”.4
3
4
Ibid, hlm 6
Abu Bakar Fahmi, Mencerna Situs Jejaring Sosial, Elex Media Competido, Jakarta, 2011 hlm 10
4
Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page
pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan
berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, path,
instagram, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan
media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial
mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi
dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam
waktu yang cepat dan tak terbatas.5
Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut
tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses Facebook atau Twitter misalnya,
bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah
mobile phone. Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial
mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di
negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial
juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam
menyebarkan berita-berita. Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan
semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Seorang pengguna media sosial
bisa mengakses menggunakan sosial media dengan jaringan internet bahkan yang
aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan
sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna sosial media dengan bebas bisa
5
Ibid, hlm 15
5
mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan
berbagai model content lainnya.6
Kecanggihan media sosial memiliki dampak negatif yakni bisa terjadi tindak
kejahatan seperti penggugahan foto atau video melalui media sosial Facebook dan
dalam hal ini dilarang oleh UU RI No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, biasanya tindakan itu dilakukan oleh orang terdekat kita
yang mungkin mengetahui password log in akun Facebook atau kebetulan
korbannya lupa menutup akun Facebooknya atau log out ketika telah selesai
melakukan chatting atau sekedar update status di media sosial tersebut. Bukan itu
saja, selain itu ada game di Facebook yang bisa melanggar Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik yakni game poker sebuah permainan judi
melalui via online.
Seperti yang terjadi di Daerah Bandar Lampung pada putusan PN (No
233/Pid.Sus/2013/PN.TK) bahwa terdakwa I Nengah Pariana Bin Wayan Mandra
di perumahan Regency Melati Mas Blok F 10 No. 10 Serpong Kabupaten/kodya
Tanggerang atau setidak-tidaknya di suatu tempat yang masih termasuk di dalam
wilayah hukum Pengadilan Negeri Tanggerang namun karena sebagian besar
saksi dan terdakwa sendiri berdomisili di Bandar Lampung maka berdasarkan
ketentuan pasal 84 ayat (2) KUHAP PN Tanjung Karang di Bandar Lampung
berwenang untuk mengadili perkara ini dan bertempat dirumah terdakwa di
Jl.Nusantara Gang Nusantara 4 Kel.Labuhan Ratu kedaton Bandar Lampung atau
setidak-tidaknya disuatu tempat yang masih termasuk dalam wilayah Hukum
6
Ibid, hal 20
6
Pengadilan Negeri Tanjung Karang, telah dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan
melanggar kesusilaan.
Perbuatan dilakukan dengan cara terdakwa menyimpan foto-foto/gambar
terdakwa bersama saksi korban R.Azizah yang sedang berhubungan badan,
sedang tidur berdua dan sedang berciuman di facebook terdakwa yaitu Nengah
Pariana emailnya [email protected] dan paswordnya “AGEN 310”
bahwa gambar-gambar/foto-foto tersebut di ambil menggunakan hp merk HTC
buatan Cina warna hitam dengan cara direkam. Kemudian foto-foto/gambar
terdakwa bersama korban R. Azizah tersebut, terdakwa untuk disimpan dalam
bentuk data informasi elektronik atau dokumen elektronik di akun facebook milik
terdakwa kemudian di bulan Juli 2012 bertempat di rumah terdakwa di Bandar
Lampung, terdakwa online pada akun facebook terdakwa dan terdakwa mengganti
passwordnya dari “AGEN 310” menjadi PARIANA11” kemudian terdakwa telah
mentransmisikan/mendistribusikan dapat diaksesnya dokumen elektronik tersebut
menjadi foto profil dan menyimpannya di galeri foto sehingga bisa di akses oleh
orang lain yaitu orang-orang yang telah berteman dengan terdakwa di akun
facebooknya.
Bahwa putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap dan dikenakan Pasal 27
ayat (1) Jo Pasal 45 Undang-undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, dan menjatuhkan pidana penjara kepada terdakwa I
NENGAH PARIANA Bin WAYAN MANDRA tersebut selama 10 (sepuluh)
7
bulan dan denda sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dengan ketentuan
bahwa jika denda tidak dibayar harus diganti dengan kurungan selama 4 (empat)
bulan.
Hal tersebut yang melatarbelakangi penulis mengkaji lebih dalam skripsi yang
berjudul “Analisis Pertanggungjawaban Pidana Mentransmisikan Dokumen
Elektronik Melanggar Kesusilaan”
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah di urai di atas, maka hal yang permasalahan
dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1). Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana
mentransmisikan dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan menurut
UU No 11 Tahun 2008 terhadap No perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK?
2). Bagaimanakah pertimbangan hukum hakim dalam penjatuhan putusan pidana
terhadap No perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK?
8
2. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan dari permasalahan
yang timbul, maka penulis membatasi pada lingkup Ilmu Pengetahuan Hukum
Pidana Formil. Ruang lingkup substansi mengenai pertanggungjawaban pidana
terkait dengan mentransmisikan dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan
di Bandar Lampung. Sedangkan ruang lingkup wilayah penelitian yaitu Kota
Bandar Lampung. Ruang lingkup tahun penelitian ini yaitu pada tahun 2014
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok bahasan diatas, maka yang menjadi tujuan dan penelitian ini
adalah:
a) Untuk menganalisis pertanggungjawaban pidana bagi Pelaku tindak pidana
mentransmisikan dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan ditinjau dari
Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
b) Untuk menganalisis penjatuhan putusan pidana bagi Pelaku tindak pidana
mentransmisikan dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan.
9
2. Kegunaan Penelitian
a) Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perkembangan Ilmu Hukum khususnya Hukum Pidana tentang Pelaku tindak
pidana mentransmisikan dokumen elektronik yang memiliki muatan melanggar
kesusilaan di Tinjau dari Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik di wilayah Lampung.
b) Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi yang
melengkapui untuk pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan peran
penegakan hukum khususnya pihak Kementerian Menkominfo dalam
pengawasanya
dan
lembaga-lembaga
yang
berfungsi
pemberantasan
penyalahgunaan media sosial, serta untuk memenuhi salah satu tugas dan
persyaratan dalam mengikuti ujian Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1.
Kerangka Teoritis
Kerangka teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil
pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan
identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.7
7
Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, hlm 124.
10
a). Pertanggungjawaban Pidana
Pertanggungjawaban pidana itu sendiri yakni bahwa perbuatan pidana tidak
termasuk pengertian pertanggungjawaban pidana. Dasar adanya perbuatan pidana
adalah asas legalitas sedangkan dasar dapat dipidananya pembuat adalah asas
kesalahan. Ini berarti bahwa pembuat perbuatan pidana hanya akan dipidana jika
ia mempunyai kesalahan dalam melakukan perbuatan pidana tersebut.8
Pertanggungjawaban pidana dalam bahasa asing disebut sebagai criminal
reponsibilty, atau
dimaksudkan
untuk
criminal
liability pertanggungjawaban pidana di sini
menentukan
apakah
seseorang
tersebut
dapat
di
pertanggungjawabkan atasnya pidana atau tidak terhadap tindakan yang di
lakukanya itu. Menurutnya juga bahwa pertanggungjawaban yang dilakukan
tersebut tidak hanya menyangkut masalah hukum semata akan tetapi menyangkut
pula masalah nilai-nilai moral ataupun kesusilaan yang ada dalam suatu
masyarakat.9
Perbuatan pidana memiliki konsekuensi pertanggungjawaban serta penjatuhan
pidana. Maka, setidaknya ada dua alasan yaitu :10
(1) Harus ada perbuatan yang bertentangan dengan hukum, atau dengan kata
lain, harus ada unsur melawan hukum.jadi harus ada unsur Obejektif, dan
(2) Terhadap pelakunya ada unsur kesalahan dalam bentuk kesengajaan dan
atau kealpaan, sehingga perbuatan yang melawan hukum tersebut
dapat di pertanggungjawabkan kepadanya
8
Roslan Saleh. Perbuatan pidana dan pertanggung jawaban pidana: dua pengertian dasar
dalam hukum pidana, cetakan ketiga, aksara baru, Jakarta, 1983, hlm 8
9
Ibid. hlm 18
10
Adami Chazawi Stelsel Pidana Tindak Pidana, Teori-Teori Pemidanaan Dam Batas Berlakunya
Hukum Pidana. Raja Grafindo Persada. 2007. Jakarta. Hlm. 68
11
Seseorang dikatakan mampu bertanggungjawab apabila memenuhi 3 (tiga)
syarat,yaitu:11
1. Dapat menginsyafi makna daripada perbuatnya.
2. Dapat menginsyafi bahwa perbuatanya itu tidak dapat dipandang patut
dalam pergaulan masyarakat.
3. Mampu untuk menentukan niat atau kehendak dalam melakukan
perbuatan.
Ada beberapa alasan seseorang tidak dapat bertanggungjawab atau tidak pidana
yang dilakukanya, yaitu: 12
Dalam diri manusia :
a) Jiwa si pelaku cacat.
b) Tekanan Jiwa yang tidak dapat ditahan.
c) Ganggungan penyakit jiwa
Di luar diri manusia :
a) perintah jabatan.
b) masih dibawah umur.
Pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana dikenal dengan adanya 3 (tiga)
unsur pokok, yaitu:13
1. Unsur perbuatan
2. Unsur yang dilarang oleh aturan hukum
11
Roslan Saleh. Perbuatan pidana dan pertanggung jawaban pidana: dua pengertian dasar
dalam hukum pidana, cetakan ketiga, aksara baru, Jakarta, 1983, hlm 23.
12
Leden Marpaung. Asas teori praktik hukum pidana. Sinar Grafika. 2005. Jakarta. hlm 72.
13
Adami Chazawi Stelsel Pidana Tindak Pidana, Teori-Teori Pemidanaan Dam Batas Berlakunya
Hukum Pidana. Raja Grafindo Persada. 2007. Jakarta. Hlm. 79
12
3. Unsur pidana bagi yang melanggar larangan
Berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana pada kasus bahwa pelaku tindak
pidana mentransmisikan dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan akan
dijerat oleh UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
diatur dalam Pasal 45 UU No 11 Tahun 2008 maka bagi pelaku tindak pidana
akan dijatuhi sanksi pidana kurungan paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp.- 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Namun, pada putusan
No perkara 233/Pid.Sus/2013/PN.TK pelaku penggunggahan di vonis oleh
Pengadilan 10 (sepuluh) bulan kurungan dan denda Rp.- 2.000.000,00 (dua juta
rupiah) dari gugatan jaksa yakni 1 satu tahun kurungan dan denda Rp.2.000.000,00.
b). Dasar Pertimbangan Hakim
Menurut
Mac Kenzie, ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat
dipergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan dalam
suatu perkara, yaitu :14
1. Teori Keseimbangan
Adapun yang dimaksud keseimbangan adalah keseimbangan antara syarat-syarat
yang ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang
bersangkut atau berkaitan dengan perkara, yaitu antara lain seperti adanya
keseimbangan yang berkaitan dengan masyarakat, kepentingan terdakwa dan
kepentingan korban.
14
Sebagaimana dikutip oleh Ahmad Rifai. Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Prespektif
Hukum Progresif. Sinar Grafika. Jakarta. 2010. Hlm 106.
13
2. Teori Pendekatan Seni Dan Intiusi
Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari hati.
Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan hakim menyesuaikan dengan keadaan
dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana, hakim akan melihat
keadaan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam perkara pidana. Pendekatan
seni dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan suatu putusan, lebih ditentukan
oleh intuisi dari pada pengetahuan hakim.
3. Teori Pendekatan Keilmuan
Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana harus
dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya dalam kaitannya
dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari
putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam peringatan bahwa
dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata-mata atas dasar intuisi
semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan juga
wawasan keilmuan hakim dalam menghadapi suatu perkara yang harus
diputuskan.
4. Teori Pendekatan Pengalaman
Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam
menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari, dengan pengalaman
yang dimilikinya. Seorang hakim dapat mengetahui bagaimana dampak dari
putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana yang berkaitan dengan
pelaku, korban maupun masyarakat.
14
5. Teori Ratio Decidendi
Teori
ini
didasarkan
pada
landasan
filsafat
yang
mendasar,
yang
mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang
disengketakan. Kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang relevan
dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam penjatuhan
putusan, serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada motivasi yang jelas
untuk menegakan hukum dan memberikan keadilan bagi para pihak yang
berperkara.
2.Kerangka Konseptual
Kerangka
konseptual
merupakan
kerangka
yang
menghubungkan
atau
menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang
berkaitan dengan istilah itu.15
A. Analisis adalah merupakan sebuah kegiatan untuk meneliti suatu objek tertentu
secara sistematis, guna mendapatkan informasi mengenai objek tersebut serta
untuk mengetahui sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya.16
B. Pertanggungjawaban pidana adalah suatu perbuatan hukum yang oleh hukum
diancam dengan hukuman, bertentangan dengan hukum, dilakukan oleh
seorang yang bersalah dan orang itu dianggap bertanggung jawab atas
perbuatanya dikemukakan oleh Simon.17
15
Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Hlm 32.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1991) , hlm.60
17
Muladi dan Dwidja Priyanto, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Prenada Media Group,
Jakarta, 2010. Hlm 61
16
15
C. Tindak pidana adalah perbuatan yang di larang oleh suatu aturan hukum,
larangan mana yang di sertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu
bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.18
D. Pelaku tindak pidana adalah barang siapa yang melaksanakan semua unsurunsur tindak pidana sebagai mana unsur-unsur tersebut dirumuskan di dalam
undang-undang sesuai dengan pasal 55 KUHP (kitab undang-undang hukum
pidana).
E. Mentransmisikan adalah mengirimkan atau meneruskan pesan dari seseorang
(benda) kepada orang lain (benda lain). Contoh : Komputer yang muktahir itu
mampu mentransmisikan data ke seluruh jaringan komputer di seluruh penjuru
pusat kota.19
F. Dokumen yang bermuatan asusila adalah dokumen yang memiliki kaitannya
tentang hal-hal yang dilarang di dalam Undang-undang 11 tahun 2008 tentang
informasi dan transaksi elektronik yakni seperti pada Pasal 27 UU ITE
yang mengatur masalah pelanggaran kesusilaan, perjudian, pencemaran nama
baik, dan tindakan pemerasan dan pengancaman.20
G. Melanggar kesusilaan adalah melakukan suatu perbuatan yang dilarang, yang
menyerang rasa kesusilaan masyarakat. Seperti kecabulan dan eksploitasi
seksual yang dilakukan di muka umum. Unsur dimuka umum inilah yang
menjadi penyebab semua perbuatan tersebut semua perbuatan melanggar
18
Moeljanto, 2002, Asas-asas hukum pidana, Jakarta, Rineka Cipta, Hlm. 54
Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Agung Media Mulia, 2009, Hlm 36
20
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik No 11 Tahun 2008
19
16
kesusilaan, yang artinya melekat sifat tercela atau melawan hukum pada
perbuatan melanggar kesusilaan.21
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memahami skripsi ini secara keseluruhan, maka
sistematika penulisannya sebagai berikut:
I.
PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuuan yang memuat latar belakng masalah,
permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka
teoritis dan konseptual, serta menguraikan tentang sistematika penulisan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang pengertian pertanggungjawaban pidana
pengertian tindak pidana pengertian transmisi dan, pengertian dokumen
yang bermuatan asusila
III METODE PENELITIAN
Bab ini memuat tentang pendekatan masalah, sumber dan jenis data,
prosedur pengumpulan dan pengolahan data, serta tahap akhir berupa
analisis data.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini pembahasan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
permasalahan dalam skripsi ini, akan dijelaskan pertanggungjawaban pidana
21
Muladi, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual (Advokasi Atas Hak Asasi
Perempuan), Refika Aditama, Bandung, 2001, halaman 15.
17
pelaku tindak pidana dengan sengaja dan tanpa hak mentransmisikan
dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan.
V
PENUTUP
Bab ini berisi tetang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
18
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana (yuridis
normatif). Kejahatan atau perbuatan jahat dalam arti (yuridis normatif) adalah
perbuatan seperti yang terwujud (in-abstracto) dalam peraturan pidana.
Sedangkan kejahatn dalam arti kriminologis adalah perbuatan manusia yang
menyalahi norma yang hidup di masyarakat secara konkret.1
Beberapa sarjana memberikan pengertian tentang tindak pidana yaitu sebagai
berikut:
a. Moeljatno dalam memberikan pengertian tindak pidana menggunakan istilah
perbuatan pidana yang mengandung pengertian perbuatan yang oleh suatu
aturan hukum dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu diingat
bahwa larangan ditunjukkan kepada perbuatan, (yaitu suatu keadaan atau
kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuaan orang), sedangkan ancaman pidana
ditujukan kepada orang yang menimbulkannya kejadian itu.2
b. Wirjono Prodjodokiro memberika pengertian tindak pidana yaitu suatu
perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana.3
1
Tri Andrisman, 2007, Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia, Bandar Lampung, Fakultas Hukum UNILA, Hlm.80
2
Moeljanto, 2002, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta, Hlm. 54
3
Tri Andrisman, Op.Cit., Hlm 81
19
c. Simons memberikan pengertian tindak pidana yaitu kelakuan (handeling) yang
diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum dengan kesalahan yang
dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab.4
d. Van Hamel memberikan pengertian tindak pidana yaitu kelakuan orang yang
dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana dan
dilakukan dengan kesalahan.5
Berdasarkan beberapa pendapat serjana di atas dalam memberikan pengertian
tindak pidana para sarjana tersebut terbagi dalam dua 2 (dua) pandangan atau
aliran yang saling bertolak belakang, yaitu :6
a. Pandangan atau aliran monistis, yaitu:
Pandangan atau aliran yang tidak memisahkan antara pengertian perbuatan
pidana dengan pertanggungjawaban pidana.
b. Pandangan atau aliran dualistis, yaitu:
Pandangan atau aliran yang memisahkan antara dilarangnya suatu perbuatan
pidana (criminal act atau actus reus) dan dapat dipertanggungjawabkannya si
pembuat (criminal responsibility atau mens rea)
Pada hakekatnya tiap-tiap tindak pidana harus terdiri atas unsur-unsur lahir oleh
karena perbuatannya, yang mengandung kelakuan dan akibat yang ditimbulkan
karenanya, adalah suatu kejadian dalam alam lahir. Menurut Moeljatno sesuatu
4
Moeljanto, Op.Cit., Hlm 56
Bambang Poernomo, 1985, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta, yudhistira, Hlm. 128
6
Tri Andrisman, 2007,Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia, Bandar Lampung, Fakultas Hukum UNILA. Hlm 82
5
20
yang dapat disubut perbuatan pidana
harus memenuhi beberapa unsur-unsur
sebagai berikut:7
a. Perbuatan (manusia)
b. Memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil)
c. Bersifat melawan hukum (syarat materiil). Syarat formil harus ada,
karena asas legalitas dalam pasal 1 ayat (1) KUHP.
B. Tinjauan Umum Tentang Transmisi Dokumen Elektronik
Mentransmisikan yakni mengirimkan atau meneruskan pesan dari seseorang
(benda) kepada orang lain (benda lain). Contoh : Komputer yang muktahir itu
mampu mentransmisikan data ke seluruh jaringan komputer di seluruh penjuru
pusat kota. Jadi, makna dari dengan sengaja dan tanpa hak mentransmisikan yakni
pengiriman sebuah data atau file dari satu jaringan atau komputer ke komputer
lain dengan unsur yang disengaja tanpa seijin pemilik file tersebut yang
cenderung mungkin file tersebut adalah hal pribadi pemilik atau rahasia pemilik
file tersebut. 8
Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan,
diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau
sejenisnya yang dapat dilihat, ditampilkan, dan atau didengar melalui komputer
atau sistem elektronik, tetapi tidak terbatas pada tulisan, huruf, angja, kode akses,
simbol yang memiliki makna atau arti dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahami.
7
8
Bambang Poernomo, Op cit, Hlm. 129
Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Agung Media Mulia, 2009 hal 36
21
Jenis-jenis dokumen berdasarkan bentuknya :9
a. Dokumen literer adalah dokumen yang ada karena dicetak, ditulis, digambar
atau direkam
b. Dokumen korporil adalah dokumen yang berupa benda bersejarah biasanya
dikumpulkan di sebuah museum.
c. Dokumen private adalah dokumen yang berupa surat atau arsip yang disimpan
dalam sebuah sistem kearsipan.
Dokumen yang melanggar kesusilaan adalah dokumen yang memiliki kaitanya
tentang hal-hal yang dilarang di dalam Undang-undang 11 tahun 2008 tentang
informasi dan transaksi elektronik yakni seperti pada Pasal 27 ayat (1) UndangUndang No 11 tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik yakni :
”Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diakses informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik yang memiliki muatan melanggar kesusilaan”
Ketika seseorang mentransmisikan gambar-gambar/foto-foto yang mengandung
atau memiliki muatan asusila melalui jejaring sosial facebook sudah dapat
dipastikan akan melanggar pasal 27 ayat (1) UU No 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
Pasal 45 UU No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yakni:
1. setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat
(1), ayat (2), ayat (3) atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
9
Danrivanto Budhijanto , Hukum Telekomunikasi, penyiaran & teknologi informasi regulasi &
konvegasi, Reflika Adi Tama, Bandung, 2010 hlm 137
22
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.- 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah). Ketika seseorang melanggar pasal 27 ayat (1-4) maka akan diterkena
hukuman yang terdapat di dalam pasal 45 UU No 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
C. Pelanggaran Kesusilaan
Lahirnya pornografi melalui internet sedikit demi sedikit telah menggerus budaya
yang ada di dalam masyarakat yang memegang teguh budaya timur, dan
memegang teguh norma-norma kesusilaan dalam masyarakat itu sendiri.
Pornografi jelas melanggar norma-norma kesusilaan yang ada di masyarakat.
Karena adegan-adegan yang ada dalam video porno tersebut tidak senonoh atau
tidak layak untuk dipertontonkan.10
Norma kesusilaan adalah peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati
sanubari manusia (Insan kamil). Peraturan-peraturan ini berupa bisikan kalbu atau
suara batin yang diakui dan diinsyafi oleh setiap orang sebagai pedoman dalam
sikap dan perbuatan. Pada umumnya ahli berpendapat bahwa kesusilaan adalah
suatu pengertian adat-istiadat mengenai tingkah laku sopan santun dalam
pergaulan hidup yang baik, terutama dalam hal yang berhubungan dengan
masalah seksual. 11
10
Andi, Melindungi Anak Anda saar Berinternet, Semarang, Wahana Komputer, 2005, hlm 10.
Muladi, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual (Advokasi Atas Hak Asasi
Perempuan), Refika Aditama, Bandung, 2001, hlm 13.
11
23
Pelanggaran kesusilaan ini dirumuskan dalam KUHP Pasal 281, yang rumusannya
bahwa :
“Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana
denda
barang
paling
siapa
banyak
dengan
empat
sengaja
ribu
secara
terbuka
lima
ratus
melanggar
rupiah:
kesusilaan;
barang siapa dengan sengaja dihadapan oran lain yang ada di situ bertentangnya
dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.”12
Pelanggaran
kesusilaan
dalam
KUHP
pasal
281
yaitu:
Unsur kesengajaan (opzet) yakni kesengajaan ditempatkan pada permulaan
rumusan, yang mendahului unsur perbuatan melanggar kesusilaan dan tempatnya
di muka umum. Kesengajaan itu sendiri merupakan sikap batin yang
menghendaki sesuatu dan mengetahui sesuatu. Artinya perbuatan itu memang
dikehendakinya dan disadarinya atau diketahuinya tentang nilai perbuatannya itu
sebagai menyerang rasa kesusilaan umum secara terbuka di muka umum.
Perbuatan melanggar kesusilaan. 13
Melanggar kesusilaan artinya melakukan suatu perbuatan yang dilarang, yang
menyerang rasa kesusilaan masyarakat. Seperti kecabulan dan eksploitasi seksual
yang dilakukan di muka umum. Unsur dimuka umum inilah yang menjadi
penyebab semua perbuatan tersebut semua perbuatan melanggar kesusilaan, yang
artinya melekat sifat tercela atau melawan hukum pada perbuatan melanggar
kesusilaan. 14
12
Abdul Wahid, Modus-modus Kejahatan Modern, Tarsito, Bandung, 1993, hlm 17
Ibid, hlm 17.
14
Ibid, hlm 15.
13
24
Unsur secara terbuka atau di muka umum. Di muka umum artinya di depan orang
banyak. Sifat terbukanya dari perbuatan melanggar kesusilaan bukan sekedar pada
banyaknya orang, tetapi pada keleluasaan atau kebebasan atau secara bebas bagi
orang banyak di tempat umum tersebut, tanpa ada halangan dan ditutup-tutupi
oleh si pembuat untuk melihat dan untuk mengetahui perbuatan melanggar
kesusilaan yang dilakukan.15
D. Pertanggungjawaban Pidana
Pertanggungjawaban pidana yakni seseorang yang akan dipertanggungjawabkan
secara pidana apabila ia melakukan suatu tindakan yang terlarang (diharuskan),
dimana tindakan tersebut adalah melawan hukum. Pertanggungjawaban adalah
suatu yang harus dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang telah dilakukan.
Pertanggungjawaban pada pelakunya. Adanya pertanggungjawaban pidana harus
jelas terlebih dahulu siapa yang dapat dipertanggungjawabkan, ini berarti harus
dipastikan terlebih dahulu yang dinyatakan sebagai pembuat suatu tindak
pidana.16
Pelaku tindak pidana dapat dipidana apabila memenuhi syarat bahwa tindak
pidana yang dilakukanya memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan dalam
undang-undang. Dilihat dari sudut kemampuan bertanggungjawab maka hanya
seseorang yang mampu bertanggungjawab yang dapat dipertanggungjawabkan
perbuatanya. Dalam hal dipidananya seseorang yang melakukan perbuatan seperti
melawan hukum tergantung dari apakah dalam melakukan perbuatan ia
15
Ibid, hlm 18.
Roeslan Saleh. Perbuatan Dan Pertanggungjawaban Pidana. Aksara Baru. Jakarta. 1999 Hlm
80.
16
25
mempunyai kesalahan dan apabila orang yang melakukan perbuatan itu memang
melawan hukum, maka ia dipidana.17
Berdasarkan hal tersebut, pembuat (dader) harus ada unsur kesalahan dan bersalah
yang harus memenuhi unsur yaitu :18
1. Kemampuan bertanggungjawab atau dapat dipertanggungjawabkan dari si
pembuat
2. Adanya kaitan psikis antara pembuat dan perbuatan, yaitu adanya sengaja
atau kesalahan
3.Tidak
adanya
dasar
peniadaan
pidana
yang
menghapus
dapat
dipertanggungjawabkan sesuatu perbuatan kepada pembuat.
Pertanggung jawaban pidana diartikan sebagai diteruskan celaan yang objektif
yang ada pada perbuatan pidana dan secara subjektif yang ada memenuhi syarat
untuk dapat dipidana karena perbuatanya itu. Dasar adanya perbuatan pidana
adalah asas legalitas sedangkan dasar dapat dipidananya pembuat adalah asas
kesalahan. Ini berarti bahwa pembuat perbuatan pidana hanya akan dipidana jika
ia mempunyai kesalahan dalam melakukan perbuatan pidana tersebut.kapan
seseorang
dikatakan
mempunyai
kesalahan
menyangkut
masalah
pertanggungjawaban pidana.19
Oleh karena itu, pertanggung jawaban pidana adalah pertanggung jawaban orang
terhadap tindak pidana yang dilakukanya. Asas legalitas hukum pidana indonesia
yang diatur dalam pasal 1 ayat 1 KUHP menyatakan bahwa seseorang baru dapat
17
Ibid. hlm 78
Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta. 1997. Hlm 130
19
Roeslan Saleh. perbuatan pidana dan pertanggung jawaban pidana: dua pengertian dasar
dalam hukum pidana. cetakan ketiga. aksara baru. Jakarta. 2009. Hlm 89
18
26
dikatakan melakukan perbuatan pidana apabila perbuatanya tersebut telah sesuai
dengan rumusan undang-undang hukum pidana. Meskipun orang tersebut belum
tentu dapat dijatuhi hukum pidana, karena masih harus dibuktikan kesalahanya
apakah dapat dipertanggungjawabkan pertanggungjawabkan tersebut. Agar
seseorang dapat dijatuhi pidana, harus memenuhi unsur-unsur perbuatan pidana
dan pertanggung jawaban pidana. Sifat melawan hukum dihubungkan dengan
keadaan psikis (jiwa) pembuat terhadap tindak pidana yang dilakukanya dapat
berupa kesengajaan (opzet) atau karena kelalaian (culpa).20
Menurut pandangan para ahli hukum pidana ada (3) tiga bentuk kesengajaan
(opzet), yakni :21
1. Kesengajaan sebagai maksud
Kesengajaan ini bersifat tujuan, si pelaku dapat dipertanggungjawabkan dan
apabila kesengajaan seperti ini ada pada suatu tindak pidana, si pelaku pantas
di kenakan hukuman.
2. Kesengajaan dengan keinsyafan pasti
Kesengajaan ini ada apabila si pelaku (doer or dader) dengan perbuatanya
tidak bertujuan untuk mencapai akibat dasar dari delik dan mengetahui pasti
atau yakin benar bahwa selain akibat dimaksud akan terjadi suatu akibat lain.
3. Kesengajaan dengan keinsafan kemungkinan (Dolus Eventualis)
Kesengajaan ini juga disebut kesengajaan dengan kesadaran kemungkinan,
bahwa seseorang melakukan perbuatan dengan tujuan untuk menimbulkan
20
21
Ibid. Hlm 89
Leden Marpaung. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Sinar Grafika. Jakarta. 2005. Hlm 15
27
suatu akibat tertentu. Akan tetapi, si pelaku menyadari bahwa mungkin akan
timbul akibat lain yang juga dilarang dan diancam oleh Undang-Undang.
Kealpaan terdapat apabila seseorang tetap melakukan perbuatan itu meskipun
ia telah mengetahui atau menduga akibatnya. Dapat diduganya akibat itu lebih
dahulu oleh si pelaku adalah suatu syarat mutlak. Suatu akibat yang tidak dapat
diduga lebih dahulu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya sebagai
kealpaan. Tentu dalam hal mempertimbangkan ada atau tidaknya dapat diduga
lebih dahulu itu, harus diperhatikan pribadi si pelaku. Kealpaan tentang keadaankeadaan yang menjadikan perbuatan itu suatu perbuatan yang diancam dengan
hukuman, terdapat kalau si pelaku dapat mengetahui bahwa keadaan-keadaan itu
tidak ada pada umumnya. Kealpaan adalah bentuk kesalahan yang lebih ringan
dari kesengajaan. Kealpaan dibedakan menjadi 2 yakni :22
1. Kelalaian dengan kesadaran (beweuste schuld)
Dalam hal ini, si pelaku telah membayangkan atau menduga akan timbulnya
suatu akibat, tetapi walaupun ia berusaha untuk mencegah tetap timbul
tersebut,
2. Kelalaian tanpa kesadaran (onbeweuste schuld)
Dalam hal ini, si pelaku tidak membanyangkan atau menduga akan timbulnya
suatu akibat yang dilarang dan diancam hukuman oleh Undang-Undang.
Sedangkan ia seharusnya memperhitungkan akan timbulnya suatu akibat.
22
Ibid. hlm 26
28
Suatu perbuatan dapat dikatakan telah melanggar hukum, dan dikenakan sanksi
pidana bila terpenuhi 2 (dua) unsur yakni perbuatan lahiriah yang terlarang/
perbuatan pidana (actus reus), dan ada sikap batin jahat/tercela (mens rea).
Kesalahan (schuld) merupakan unsur pembuat delik, jadi termasuk unsur
pertanggungjawaban pidana yang terkadang makna dapat dicelanya si pembuat
atau perbuatanya. Dalam hal kesalahan tidak terbukti, berarti bahwa perbuatan
pidana (actus reus) sebenarnya telah terbukti, karena