PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP DEMOKRASI DALAM MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN (Studi Kasus di Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu)

ABSTRAK

PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP DEMOKRASI DALAM MUSYAWARAH
RENCANA PEMBANGUNAN
(Studi Kasus di Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu)

Oleh
ADITIA ARIEF

Musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) dibuat sebagai pedoman dan
acuan dalam pelaksanaan Pemerintahan desa. Sekaligus sarana pemerintah dan
masyarakat Desa Banyumas dalam menyalurkan aspirasi pembangunan di desa
Banyumas. Sesuai dengan empat prinsip demokrasi yaitu partisipasi, transparansi,
akuntabilitas, dan ketaatan akan hukum. Yang di mana proses musrenbang masi
menjadi tanda tanya, seperti kurangnya partisipasi masyarakat, tidak adanya
bentuk nyata pembangunan dalam musrenbang, tidak dilaksnakannya Musrenbang
tingkat desa yang diadakan setahun sekali yang tercantum didalam undang undang
desa. Untuk itu diharapkan musrenbang dapat menerapkan empat prinsip tersebut
dalam prosesnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsipprinsip Demokrasi dalam Pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan. Tipe

penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa,

proses

penerapan

Prinsip-Prinsip

Demokrasi dalam Musyawarah Rencna Pembangunan di Desa Banyumas tidak
memenuhi prinsip-prinsip Partisipasi, Transparansi, Akuntabilitas dan Ketaatan
akan Hukum. Kendalanya proses demokrasi dalam Musyawarah Rencana
Pembangunan di desa banyumas adalah kurangnya partisipasi masyarakat dan

dana yang terbatas disebabkan karena tidak adanya bentuk nyata dan tidak efektif
dalam rapat dan tidak jelas apa yang di dapat, itu yang menyebabkan masyarakat
lebih memilih menyibukkan diri.

Kata kunci : Prinsip-Prinsip Demokrasi, Musrenbang.

ABSTRAK

APPLICATION OF PRINCIPLES - PRINCIPLE OF DEMOCRACY IN
CONGRESS DEVELOPMENT PLAN
(Case Study in the village of Banyumas, District Banyumas Regency Pringsewu)
By
ADITIA ARIEF

Deliberation development plan (Musrenbang) created as a guideline and reference
for the village administration. And the means of government and Banyumas
village community in village development aspirations Banyumas. In accordance
with the four principles of democracy, namely participation, transparency,
accountability, and obedience to the law. That is where the process musrenbang
viding a question mark, such as a lack of public participation, no real form of

development in musrenbang, non-performance of Musrenbang village held once a
year contained in the law of the village. For that is expected musrenbang can
apply these four principles in the process.

The purpose of this study was to determine how the application of the principles
of democracy in the Implementation of Development Plan Meeting. This type of
research is used descriptive qualitative approach.

The results showed that, the process of implementation of the Principles of
Democratic Deliberation on Rural Development Rencna Banyumas not meet the

principles of participation, transparency, accountability and observance of the law.
Barriers democratic process in the Development Plan Meeting in Banyumas
village is the lack of public participation and funds are limited due to the absence
of real shape and ineffective in the meeting and it is not clear what is in the can, it
causes people prefer to occupy themselves.

Keywords: Principles of Democracy, Musrenbang..

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI DALAM

MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN
(Studi Kasus di Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten
Pringsewu)

Oleh

ADITIA ARIEF

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 11 Januari
1992, merupakan anak ketiga dari empat barsaudara pasangan
dari Bapak Ir. Syahrio Tantalo Yunus, M.P dan Ibu Dra.
Hendrawati.

Jenjang akademik penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar
(SD) 2 Rawalaut Teladan Bandar Lampung yang diselasaikan pada tahun 2004,
dilanjutkan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Bandar
Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, dan dilanjutkan menempuh pendidikan
di Sekolah Menengah Atas (SMA) 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun
2010.

Tahun 2010, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) melalui
jalur Seleksi Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Tahun 2013,
Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Banyumas,
Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu. Selama penulis melaksanakan studi di
Jurusan Ilmu Pemerintahan, penulis aktif dalam organisasi baik internal kampus dan

eksternal kampus. Penulis pernah aktif sebagai ketua biro 1 Himpunan Mahasiswa

Jurusan (HMJ) Ilmu Pemerintahan periode 2011- 2012, anggota Devisi Pelatihan dan
Diklat Lingkar Studi Sosial dan Politik (LSSP) Cendikia periode 2012-2013, dan
Anggota biasa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Sosial dan Politik
Universitas Lampung. Penulis juga terlibat dalam Organisasi Masyarakat sebagai
Sekertaris Umum Karang Taruna Rajabasa Indah periode 2012-2013, pada tahun
2013 penulis ditunjuk sebagai Ketua Umum Karang Taruna Rajabasa Indah periode
2013-2015.

Penulis pernah mengikuti berbagai pelatihan selama menjadi mahasiswa Jurusan Ilmu
Pemerintahan yaitu Pelatihan Jurnal Ilmiah Mahisiswa, Latihan Kepemimpinan
Mahasiswa Tingkat Jurusan (LKMMTJ) Ilmu Pemerintahan , Latihan Kepemimpinan
Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMMTD) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
dan Latihan Kader I (Basic Training) di Cabang HMI Bandar Lampung, Himpunan
Mahasiswa Islam.

PERSEMBAHAN

Syukur bagi saya amatlah sederhana kupersembahkan untuk orang tua tercinta serta

seseorang yang selalu ada di hati.
Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika
kamu tidak bangkit dari kegagalan itu (Ali bin Abi Thalib).
Ku persembahkan karya kecil ini kepada:
Ayahanda tercinta yang selalu menjadi inspirasi Ir. Syahrio Tantalo Yunus, M.P dan
Ibunda yang aku sayangi dan cintai Dra. Henrawati, sebagai tanda terima kasih dan
baktiku. Yang telah memberiku kasih sayang dan dukungan yang tidak terhingga, hanya
karya ini yang bisa ku persembahkan untuk kalian.
Tidak lupa juga untuk Abangku Maulana Anhar, Yunda Ayuna Tantina, dan Adik ku
Aulia Syawaludin. terima kasih karena selalu mendukungku.

Almamater tercinta Universitas Lampung

MOTO

“Musuh terbesar dalam hidup adalah diri sendiri”.
(Papah)

“Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib
adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu”.

(Ali bin Abi Thalib)

“Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan
kegigihan”.
(Aditia Arief)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Penerapan Prinsip-Prinsip Demokrasi Dalam
Pelaksanaan Musrenbang (Studi Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas,
Kabupaten Pringsewu) ” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak
mungkin terlaksana tanpa adanya bantuan baik moral maupun spiritual dari
berbagai pihak, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta saransaran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:


1. Allah SWT atas segala yang Engkau berikan pada hamba, baik rezeki,
kesehatan, kekuatan, kesabaran dan semangat tiada henti hingga hamba dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Sekaligus selaku Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan
dukungan dan arahan.
4. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.I.P selaku Pembimbing Akademik,
sekaligus selaku penguji dan pembahas yang telah memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Kakanda Darmawan Purba, S.I.P, M.I.P selaku Pembimbing Kedua yang telah
banyak memberikan dukungan ilmu, arahan dan motivasinya yang sangat
bermanfaat sehingga dapat membantu kelancaran dalam penyelesaian skripsi
ini dan dapat lulus dengan hasil yang maksimal.
6. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang
telah kalian berikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu
Pemerintahan.

7. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan yang telah membantu kelancaran
administrasi dan skripsi, yang telah banyak sekali membantu dan
mempermudah proses administrasi dari awal perkuliahan hingga akhir
perkuliahan.
8. Teristimewa kepada kedua orang tuaku, yaitu Ir. Syahrio Tantalo Yunus, M.P
terima kasih telah menjadi ayah terbaik dan motivator terbaik bagi anaknya
setelah Nabi Muhammad SAW, yang selalu mendukung apapun yang terjadi
dan bekerja keras dalam mendidik untuk menjadikan Penulis menjadi manusia
yang kuat, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan nikmat-Nya
untuk Ayah. Selanjutnya Ibunda Dra. Hendrawati, terimakasih telah menjadi
ibu yang baik dan pemberi kasih sayang terbaik setelah Allah SWT yang tak

pernah lelah memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan anaknya
menjadi anak yang hebat.
9. Untuk Abangku Maulana Anhar (si ngurat), Yundaku Ayuna Tantina yang
cerewet, dan Adiku yang paling ganteng Aulia Syawaludin, Semoga kita
berempat dapat membahagiakan kedua orang tua kita serta menjadi anak yang
selalu berbakti kepada orang tua. Sukses dikemudian hari selalu membantu
dalam keadaan apapun. Amiin.
10. Untuk seluruh paman, tante, serta saudara-saudaraku yang selalu mendukung

dan mendo’akan ku semoga do’a dan dukungan yang kalian berikan dapat
meberikan jalan kesuksesan bagi Penulis. Untuk kalian yang belum lulus,
segeralah menyusul.
11. Terima kasih kepada para informan segenab Pemerintah Desa Banyumas
beserta Masyarakat Desa Banyumas, yang telah meluangkan waktu dan
ketersediannya untuk memberikan wawasan serta informasi yang penulis
butuhkan. Terima Kasih khususnya untuk Bapak Wasino sebagai Kepala Desa
Banyumas yang telah mengayomi, mengarahkan dan memberi informasi yang
penulis butuhkan.
12. Terima kasih untuk teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Pemerintahan
2010. Aditya Darmawan, Warey Angga Ferdiansyah, Angga Jevi Surya (yang
sekarang udah sukses, semoga sukses terus puay), puay Alam Patria, Puay Ali
Wirawan (yang sudah banyak membantu), Antariski, puay Anugrah Robian
Tori (anggota peluru, temen ngopi dan curhat), puay Ardi Yuzka (sahabat dari
awal masuk yang diem diem udah kompre deluan, SALUT!!), Dicki Rinaldi,
Dimas Santoso (orang paling unik di kampus), Dita Purnama, puay Eki Julian

Ds (anggota peluru yang sering ngilang), Gandi Afriandi, mamak Harizon,
Herowandi, puay tercinta Iin Tajudin (anggota peluru, sahabat dari pertama
masuk, semangat semoga cepet nyusul puay, sukses selalu), puay Ikwan
Efrizal, puay Indra Jaya Negara (Preman dari negeri sebrang), Kevin Aditya
Pratama, Komang Jaka, Mirzan Triandana, Monicha Angraini, Novrico
Pradinan, Novandra Yudha (sahabat jauh dari padang, temen ngopi
dikampus), Okta Purnama (puay seperjuangan dari SMA), Putra Ramadhan
(jngan galau terus ya puay kita gak jelek jelek amat :D), Pangky Saputra,
Pebri Dwi Firnando, Prananda Genta, puay Raditya Febrian (dikasi cenel wece
gak pernah dapet :D), Rediah Renata, Resti Agustina, puay Ricky Ardian,
Ridho Jupanter (temen sekaligus saudara seperjuangan dari SMA, jngan ganti
ganti cewe terus do), Riendy F, Robby Ruyudha (puay dari SMA) Siska Fitria,
Syintia Dwi Utami, kiyay tercinta sekaligus abang dikampus Tano Gupala
(semangat terus yay), Tiffani Anandini, Violanda Y Az (kalo ngomong agak
gedein dikit iol gak kedengeran :D) Yoan Yunita, Yosita Manara, Yusi Alvita,
dan semua angkatan 2010 lah pokoknya, semangat terus untuk saudara
saudara seperjuangan IP 2010 sukses terus buat kita semua, semoga Allah
SWT memberikan nikmat sehat, rezeki yang berlimpah, rahmat dan
hidayahnya bagi kita semua. Amin ya Robalalamin.
13. Sahabat sahabat kecil yang luar biasa segenap Pemuda Pemudi Rajabas Indah,
Ade (semangat terus de kalo gagal coba lagi, sukses buat kita semua), Aji
(sukses terus broo di negri sebrang), Aldy, Aldyn (sahabat dan partner waktu
ngerjain skripsi hinga wisuda Mantap, semangat terus puay), Ando (kita harus
ke semeru ndo mumpung masi muda), Arif (sahabat gua paling unik, sukses

terus di semarang, cepet nyusul wisudanya) Arief, Ardian, Awal (sahabat kecil
gua yang paling item lucu kaya boneka tapir), Bayu (terus belajar adinda
jngan banyak maen), Daniel (partner, sahabat dan saudara yang paling cepet
lulus di RBI semangat terus nil kita bangun RBI), Dendy (abang gua yang
paling ganteng, semangat kerja di lampung timurnya), Dewie, Dimas, Dovie
(tetap kritis adinda), Icha, Pujo, Ngab Rendi (motivator sekaligus abang yang
selalu menemani di kala bimbang, semangat terus ngab), Rizki, Siddiq
(sahabat kecil sekaligus partner kerja yang sekarang lagi mengejar mimpinya
di jogja, sukses terus puay inget kampung halaman), Tama (adinda gua yang
palig kritis, dan yang paling males), Tiwi, Vidia, Yohan (abang sekaligus
motivator semngat terus yoo), Zulvi (yang lagi mengembangkan talentanya di
dunia perbatuan minta bungur geh ngek). Sukses terus buat kita semua, kalo
kita udah sibuk dengan kerjaan masing masing pergi meninggalkan kampung
tercinta, tetep inget sama RBI dan terus membantu. Aamiin.
14. Teman teman seperjuangan Pemerintahan Lupa Rumah (PELURU), Obi, Iin,
Indra, Putra, Eki, Jp, Okta, bang Awok, Tano, Rendra, Piol, dan Selola Seloge,
Wawan, Deswan, dan Ido Sukses buat kita semua. Amin.
15. Kanda Yunda dan Adinda Komsospol Unila, Bang Dhestoni, Yunda Goestyari
Kurnia, Kanda Hafiz Muhamad, Ngab Awok, Kanda Ghani, Pun Junian,
Kanda Miza, bang Angga, Kanda Mijwad, adinda adrian, adinda beler, adinda
darji dan lain lainya, terimakash saya bangga mempunyai keluarga kecil ini,
Sukses buat kita semua. Aamin

16. Terima kasih juga untuk senior senior PPRBI, Mas Windi, Aing iis, Aa
Endang, kak Ok, bang Sona, Bang Rendi, Bang Wingki, Aa Bayu, Aa Gilang,
Kak Aris, Pak Made, Bang Ari, dan lain lain. Terimakasih selama ini sudah
membimbing memberi arahan dan menjadi abang yang luar biasa. (Kalo ada
loka ya di hubunginlah adek-adeknya :D).

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Bandar Lampung,
Penulis

Aditia Arief

2015

xii

DAFTAR TABEL
Halaman

BAB III. METODE PENELITIAN
Konsep Variabel dan Indikator .......................................................................... 35
BAB IV. GAMBARAN UMUM
Visi dan Misi Desa Bayumas .............................................................................
Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...............................
Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ................................................
Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis ....................................................
Tabel 4 Jumlah Dusun dan Nama Kepala dusun ...............................................

43
45
46
46
50

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Materi Pokok Wawancara Tentang Partisipasi .....................................
Tabel 2 Materi Pokok Wawancara Tentang Transparansi .................................
Tabel 3 Materi Pokok Wawancara Tentang Akuntabilitas ................................
Tabel 4 Materi Pokok Wawancara Tentang Ketaatan Akan Hukum .................

54
60
63
66

xii

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1 Kerangka Pikir ..................................................................................... 32
Gambar 2 Struktur Organisasi .............................................................................. 47

xii

DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK ........................................................................................................
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................
MOTO ...............................................................................................................
PERSEMBAHAN .............................................................................................
SANWACANA .................................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

i
iii
v
vi
vii
xii
xiv
xv

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang Masalah ..............................................................................
Rumusan Masalah .......................................................................................
Tujuan Penelitian .........................................................................................
Manfaat Penelitian .......................................................................................

1
7
7
8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Demokratisasi Musrenbang ........................................................................
1. Pengertian Demokrasi ...........................................................................
2. Demokratisasi Desa ..............................................................................
3. Proses Pembentukan Musrenbang Secara Demokratis .........................
B. Good Governance dan Pemerintahan Desa ................................................
1. Pengertian Good Governance ...............................................................
2. Pengertian Pemerintahan Desa .............................................................
3. Tugas Wewenang dan Kewajiban Kepala Desa ...................................
4. Pengertian Tentang Badan Permusyawaratan Desa ..............................
C. Rencana Pembangunan (Musrenbang) ........................................................
1. Pengertian Musrenbang ........................................................................
2. Pembangunan ........................................................................................
3. Perencanaan ..........................................................................................
D. Kerangka Pikir .............................................................................................

9
9
11
12
13
13
14
17
18
20
20
21
27
29

BAB III METODOLOGI
A. Tipe Penilitian ............................................................................................. 33
B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 34

xiii

C. Informan .....................................................................................................
D. Jenis Data Penelitian ..................................................................................
1. Data Primer
2. Data Sekunder
E. Pengumpulan Data ......................................................................................
F. Teknik Pengolahan Data .............................................................................
G. Teknik Analisis Data ...................................................................................

35
36

37
38
39

BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Desa Banyumas .............................................................
1. Sejarah Desa Banyumas ........................................................................
2. Letak Geografis .....................................................................................
3. Keadaan Penduduk ................................................................................
4. Struktur Organisasi ...............................................................................
5. Tugas dan Kewajiban Kepala Desa Serta Perangkat Desa ...................
6. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ...................................................
7. Potensi Kelembagaan Kampung ...........................................................
B. Catatan Rapat Musyawarah Rencana Pembangunan di Desa Banyumas ...

42
42
43
44
47
48
50
51
51

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Proses Demokratisasi dalam Pembentukan Musyawarah Rencana
Pembangunan (Musrenbang) ......................................................................
1. Partisipasi ..............................................................................................
2. Transparansi ..........................................................................................
3. Akuntabilitas .........................................................................................
4. Ketaatan akan Hukum ...........................................................................
5. Penerapan Perencanaan Musrenbang ....................................................
B. Kendala Dalam Proses Demomokratisasi Dalam Rancangan Musyawarah
Rencana Pembangunan (Musrenbang) di Desa Banyumas Kecamaratan
Banyumas, Kabupaten Pringsewu ...............................................................
1. Partisipasi ..............................................................................................
2. Transparansi ..........................................................................................
3. Akuntailitas ...........................................................................................
4. Ketaatan akan Hukum ...........................................................................
5. Penerapan Perencanaan Musrenbang ....................................................
6. Faktor Pendukung dan Penghambat ......................................................
7. Hasil Nyata Dalam Pembangunan di Desa Banyumas .........................

53
54
59
62
66
69

73
73
74
75
75
76
77
81

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...................................................................................................... 83
B. Saran ............................................................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Peristiwa
besar di tahun 1998 telah menciptakan beberapa perubahan yang signifikan dalam
kehidupan bernegara mulai dari sistem multi partai dan pemilihan umum secara
langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan
memperoleh informasi.

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintahan negara tersebut. Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos
yang berarti rakyat, dan kratos yang berarti pemerintahan, sehingga dapat
diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem manajemen
kekuasaan demokrasi dilandasi oleh nilai-nilai dan etika serta peradaban yang
menghargai peradaban manusia. Pelaku utama demokrasi adalah kita semua,
setiap orang yang selama ini selalu diatas namakan namun tak pernah ikut
menentukan.

2

Mifta Thoha (2010 : 23) demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya
dengan pembagian kekuasan dalam suatu negara umumnya berdasarkan
konsep dan prinsip trias politica dengan kekuasaan negara yang diperoleh
dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat. Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel akan
tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari
setiap lembaga dan mekanisme ini mampu secara operasional bukan hanya
secara teori membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut

Demokrasi tidak bisa dipisahkan dari pembahasan hal-hal yang berkaitan dengan
pemerintahan dan kehidupan politik. Semua proses politik dan proses kehidupan
lembaga-lembaga pemerintahan berjalan seiring dengan jalannya demokrasi.
Demokrasi dapat dilihat seberapa jauh kehidupan pemerintahan suatu negara itu
berjalan. Pemerintahan yang demokratis itu tumpuannya terletak pada seberapa
jauh rakyat berperan pada pemerintahan.

Austin Ranny (1996 : 19) pemerintahan yang demokratis adalah suatu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Selain itu
pemerintahan demokratis, merupakan suatu bentuk pemerintahan yang
ditata dan diorganisasikan berdasarkan :
1. Prinsip-prinsip kedaulatan rakyat
2. Kesamaan politik
3. Konsultasi Rakyat
4. Suara Mayoritas

Setiap prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah
terakomodasi dalam suatu konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia prinsip
kedaulatan rakyat, kesamaan politik, konsultasi rakyat, dan suara mayoritas itu
semua sudah ditata dengan baik agar pemerintahan demokratis dapat berjalan
dengan baik. Pemerintahan yang demokratis tidak bisa lepas dari keempat hal
tersebut karena keempat hal tersebut saling berkaitan.

3

Demokrasi tidak hanya diartikan sebagai suatu proses penyeleggaraan negara.
Seperti pemilu, lembaga perwakilan, yang semua itu telah dikenal saat ini.
Demokrasi memiliki perkondisian tertentu yang lebih dalam dari sekedar elemenelemen prosuderal, seperti jaminan hak-hak sosial politik dan sipil, tersedianya
ruang publik yang bebas, asosiasi yang majemuk, lembaga perwakilan yang sehat
dan penegakan hukum.

Konsep demokrasi secara umum mengendalikan pemerintahan dari, oleh dan
untuk rakyat, ide dasar demokrasi masyarakat keikutsertaan rakyat serta
kesepakatan bersama. Demokrasi di Indonesia pasca Orde Baru hampir secara
selalu dibicarakan secara berkaitan dengan pembentukan sistem politik yang
mencerminkan prinsip keterwakilan, partisipasi, dan kontrol. Oleh karna itu
pemerintahan yang demokratis memisahkan kekuasaan dalam tiga wilayah
institusi yaitu eksekutif, legislatif, yudikatif. Suatu pemerintahan dikatakan
demokratis jika terdapat indikator utama yaiutu keterwakilan, partisipasi dan
kontrol terhadap penyelenggaran pemerintahan oleh ketiga institusi tersebut.

Irene H, Gayatri (2007 : 46) Prinsip partisipasi menjamin aspek
keikutsertaan rakyat dalam dalam proses perencanaan pembangunan daerah,
atau keikutsertaan rakyat dalam proses pemilihan wakil dalam lembaga
politik, sedangkan prinsip kontrol menekankan pada aspek akuntabilitas
pemerintahan, aspek kelembagaan merupakan keutamaan dari
berlangsungnya praktik politik yang demokratis, sehingga, terdapat partai
politik, pemilihan umum dan pers bebas. Sedangkan, istilah lokal mengacu
kepada arena tempat praktek demokrasi itu berlangsung pada entitas politik
yang terkecil yaitu desa.

Desa dan kelurahaan adalah dua satuan pemerintahan terendah dengan status
berbeda. Desa adalah satuan pemerintahan yang diberi hak otonomi adat sehingga
merupakan badan hukum sedangkan kelurahaan adalah satuan pemerintahaan

4

administrasi yang hanya merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah
kabupaten/kota di wilayah kelurahaan setempat (Norman Long, 1992 : 36). .
Sedangkan desa adalah wilayah dengan batas-batas tertentu sebagai kesatuan
masyarkat hukum (adat) yang berhak mengatur dan mengurus urusan masyarakat
setempat berdasarkan asal usulnya (Norman Long, 1992 : 42).

Oleh sebab itu kedudukan desa sangat penting baik sebagai alat untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional ataupun sebagai lembaga yang memperkuat struktur
pemerintahan negara Indonesia. Sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional, desa merupakan agen pemerintah terdepan yang dapat menjangkau
kelompok sasaran riil yang hendak disejahterakan, sedangkan sebagai lembaga
pemerintah, desa merupakan lembaga yang dapat memperkuat pemerintahan
nasional karena sebagai kesatuan masyarakat hukum adat desa telah terbukti
memiliki daya tahan luar biasa sepanjang keberadaannya.

Sebagai kesatuan masyarakat hukum adat, desa telah memiliki struktur
kelembagaan yang mapan yang dihormati dan dilestarikan oleh masyarakat desa
yang bersangkutan. Pelayanan pemerintah desa salah satunya adalah tentang
pelayanan pembangunan dalam bentuk melakukan pembangunan yang berdampak
kepada peningkatan pendapatan warga desa baik langsung maupun tidak
langsung.

Perhatian pemerintah saat ini cukup dalam pembangunan di daerah pedesaan, hal
ini dapat dibuktikan dengan diberikannya hak dan wewenang kepada pemerintah
desa untuk melaksanakan pembangunan, sebab keberhasilan pembangunan desa
merupakan landasan yang kuat pertanda berhasilnya pembangunan nasional.

5

Secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu
sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak suatu bangsa (H.
Rochajat Harun & Dr. Elvinaro Ardianto, 2012 : 2).

Pemerintah, dalam menjalankan proses-proses pemerintahan dalam membangun
masyarakat harus menekankan perlunya partisipasi masyarakat dengan beragam
kepentingan ataupun latar belakang yang berbeda. Hal ini bukan hal yang mudah
bagi pemerintah dalam memaksimalkan pembangunan yang harus melibatkan
masyarakat yang beragam. Suatu pertimbangan yang sama juga dengan
munculnya desentralisasi di tingkat kabupaten/kota pemerintah lebih dekat dengan
masyarakat sehingga lebih tahu kepentingan dan kebutuhan masyarakat setempat
(Juliantara, 2004 : 47).

Perlahan tapi pasti, partisipasi mulai ditumbuh kembangkan di negeri ini, salah
satu diantaranya melalui Musrenbang. Musyawaran Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) merupakan amanat UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional, Musrenbang juga tercantum dalam beberapa
undang-undang dan perda terkait dengan perencanaan pembangunan daerah,
undang-undang tersebut UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah, dan UU
No.17/2003 tentang Keuangan Negara. Dengan Musrenbang ini, rakyat banyak
diharapkan bisa berpartisipasi dalam proses pembangunan. Pendek kata,
pemerintah menginginkan agar proses pembangunan digagas dari bawah.
Sehingga, proses musrenbang ini harus menampung partisipasi dan usulan rakyat
seluas-luasnya. Implementasinya, banyak orang yang menyebut Musrenbang
sebagai “musyawarah mengambang”. Pasalnya, pada prakteknya, proses

6

musrenbang sangat jauh dari partisipasi rakyat. Lebih jauh lagi, dalam banyak
kasus, banyak proposal musrenbang disabotase dan tidak terakomodir. (koran
sindo: 20 maret 2014).

Seperti yang dijelaskan oleh narasumber Wiwin Susanto di sebuah web resminya
terkadang musrenbang, menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Mengapa,
karena terkadang musrenbang hanya terkesan asal-asalan saja. Toh nanti, aspirasi
yang telah berkembang, di masyarakat dan telah ditampung, serta memenuhi
standar urusan pemerintah, ternyata di akhir pembahasan, di tingkat Rapat
Gabungan, antara DPRD dan Pemerintah, banyak hasil Musrenbang, nihil alias
tidak muncul. (koran sindo– Minggu : 1 Sepetember 2014).

Masalah ini, pertama diakibatkan, karena kemampuan keuangan dana daerah yang
terbatas. Kedua, setelah memperhatikan, saran dan pendapat masyarakat lainnya,
serta memperhatikan masukan dan saran pada saat rapat gabungan, ternyata masih
dianggap belum menjadi prioritas terpenting, yang harus didahulukan, untuk
dikerjakan. Ketiga, karena pemahaman tentang Musrenbang, belum dimengerti
secara utuh oleh semua komponen yang terlibat dalam Musrenbang itu. (koran
sindo – Minggu : 1 September 2014).

Seperti yang terjadi dibanyak daerah atau desa di Lampung masih saja banyak
yang tidak berpartisipasi dalam musrenbang, contohnya di Pringsewu kecamatan
Banyumasa desa Banyumas yang seperti dikatakan oleh kepala desa, desa
banyumas bapak Wasino bahwa di desa banyumas musrenbang diadakan setiap
bulan januari di tahun pertama yang mengundang semuah lapisan masyarakat dan
implementasinya kebanyakan masyarakat tidak hadir dalam rapat musrenbang dan

7

hanya kepala desa dan jajarannya yang datang dikarnakan masyarakat lebih
memandang bahwa sudah ada perwakilan dan mereka lebih tidak peduli dan
kebanyakan juga masyarakatnya bekerja sebagai buruh dan petani dan tidak
sempat ikut dalam rapat Musrenbang jawab Kepala Desa Banyumas Pak Wasino
(Hasil Wawancara kepala Desa Banyumas – Senin : 24 Maret 2014) .

Kurang transparannya dana dan tidak tepat sasaran membuat alokasi
pembangunan tidak terlaksana dan hanya menjadikan musrenbang sebuah ajang
yang tidak terakomodir, masalah seperti kurangnya partisipasi, ketaatan akan
hukum, tidak transparan dan akuntabilitasnya penyelenggaraan musrenbang sering
terjadi di berbagai kelurahan desa atau tingkat kecamatan seperti yang masalahmasalah di atas maka penulis tertarik untuk meneliti penerapan prinsip-prinsip
demokrasi dalam perencanaan musrenbang yang ada di Desa Banyumas,
Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, “Bagaimana Penerapan Prinsip-Prinsip Demokrasi dalam
Pelaksanaan Musrenbang di Desa banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten
Pringsewu.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk, mengetahui bagaimana penerapan prinsipprinsip demokrasi dalam pelaksanaan Musrenbang di Desa banyumas, Kecamatan
Banyumas, Kabupaten Pringsewu

8

D. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini dapat lebih mengoptimalkan partisipasi
masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah kabupaten
Pringsewu.
2. Secara praktis dapat memberi masukan kepada kepala desa dan perangkat
desa berguna unutuk refrensi dan penerapan dalam menerapkan prinsipprinsip demokrasi pada pelaksanaan Musrenbang dan bagi pihak lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Demokratisasi Musrenbang
1. Pengertian Demokrasi
Secara etimologi, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata demos
(rakyat) dan kratos (pemerintah). Jadi, demokrasi berarti pemerintahan rakyat.
Secara umum, demokrasi adalah sistem pemerintahan yang melibatkan rakyat
dalam berlangsungnya pemerintahan. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi
yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Perjalanan demokrasi di Indonesia selama ini membawa implikasi, baik positif
maupun negatif. Berbagai inovasi muncul dan berkembang pesat membuktikan
terciptanya demokratisasi. Demokrasi memang telah mengubah relasi
kekuasaan menjadi lebih berimbang. Masyarakat yang semula berada pada sub
ordinatif dibanding pemerintah telah lebih menonjolkan posisinya. Namun
penonjolan posisi ini seringkali tidak disesuaikan dengan kesadaran dan
pemahaman politik yang baik, sehingga rentan dengan timbulnya manipulasi
dan mobilisasi kepentingan sesosok aktor.

Seiring berjalannya demokrasi, (Jeff Haynes 2000:137) membagi demokrasi ke
dalam 3 model berdasarkan penerapannya yaitu:

10

1. Demokrasi formal, yaitu kesempatan untuk memilih pemerintahannya
dengan teratur dimana ada aturan yang mengatur pemilu dalam hal ini
pemerintahlah yang mengatur pemilu dengan memperhatikan proses
hukumnya. Dengan kata lain ada aturan dan ketentuan yang bermakna
untuk menentukan perilaku dari pemilihan umum.
2. Demokrasi permukaan (façade), yaitu demokrasi yang dimana dari luarnya
memang demokrasi, tetapi sama sekali tidak memiliki substansi demokrasi.
Sebagai gambaran, pemilu diadakan supaya dilihat oleh orang dunia namun
hasilnya adalah demokrasi dengan intensitas rendah yang dalam banyak hal
tidak jauh dari sekadar polesan pernis demokrasi yang melapisi struktur
politik.
3. Demokrasi substantif, yaitu demokrasi yang mengintensifkan konsep dengan
memasukkan penekanan pada kebebasan dan diwakilinya kepentingan
melalui forum publik yang dipilih dan partisipasi kelompok. Demokrasi
substantif memberi tempat kepada seluruh lapisan masyarakat mulai dari
rakyat jelata, kaum miskin, perempuan, kaum muda, golongan minoritas
keagamaan

dan

etnik,

untuk

dapat

benar-benar

menempatkan

kepentingannya dalam agenda politik di suatu negara. Dengan kata lain,
demokrasi substantif menjalankan dengan sungguh-sungguh agenda
kerakyatan, bukan sekadar agenda demokrasi atau agenda politik partai
semata.

11

2. Demokratisasi di Desa
Berdasarkan segi sosial politik adanya proses-proses politik dan ekonomi yang
demokratis stabil dapat lebih mudah tercapai kalau prasyarat civil society di
arah lokal juga terpenuhi. Dengan kata lain dengan adanya civil society yang
seimbang dan benar merupakan prasyarat adanya demokratisasi.
Larry Diamond (1994 : 19) menyatakan bahwa civil society adalah kenyataan
dari kehidupan sosial yang terorganisasi yang bersifat sukarela, swadaya,
swasembada, dan terbebas dari tekanan negara, yang terkait dengan hukum
yang berlaku. Dengan demikian pandangan ini dengan hakekatnya
menginginkan adanya suatu masyarakat yang mempunyai kemandirian dan
terbebas dari hagemony negara. Pandangan ini yang tidak menghendaki
campur tangan negara, mempunyai dua kelemahan utama. Yang pertama
adalah adanya kebebasan penuh individual atau kelompok dan adanya
kemungkinan munculnya suatu dominasi masyarakat tertentu, seperti
kelompok borjuis atau kapitalis terhadap masyarakat banyak. Kelemahan yang
kedua adalah tidak adaya kesadaran akan munculnya sisi gelap dari ego
manusia, seperti destryktif, anti demokratis, tidak adil bahkan tindakan yang
secara universal tidak benar.

Civil Society merupakan kehidupan sosial yang terorganisasi, bersifat sosial
namun terikat dengan hukum yang berlaku. Masyarakat civil society ini
kehidupannya mengelompok yang mengakibatkan munculnya dominasi
masyarakat dan dalam hal ini masyarakat civil society anti dalam demokratis.
Masyarakat civil society belum mempunyai kemandirian sehingga semua yang
dilakukan masyarakat civil society masih dikerjakan secara mengelompok.

Dalam kehidupan suatu bangsa tidak lepas dengan adanya demokrasi, politik
dan kekuasaan. Semua itu tidak dapat dipisahkan, perkembangannya politik
yang ada tidak lepas dengan demokrasi dan kekuasaan. Perkembangan politik
desa juga berjalan bersamaan dengan adanya sivil society.

12

Menurut Chandoke (1995 : 36) juga mengemukakan bahwa perkembangan
politik di pedesaan pada mulanya sudah berjalan dengan perkembangan civil
society, karena masyarakat sudah secara sadar mampu dan berani meminta
pertangungjawaban penyelenggaraan pemerintahan. Namun akhir dari usaha
untuk mewujudkan civi society tersebut kemudian berkembang menuju suatu
bentuk-bentuk kegiatan yang bersifat anarkis yang penuh dengan tindakan
kekerasan dan pembunuhan. Sampai saat ini kekhawatiran Diamond dan
Chandoke ini terbukti, bahwa para pejuang civil society di arah desa telah
kehilangan kesadaran akan munculnya sisi gelap dari sifat ego manusia.
3. Proses Pembentukan Musrenbang secara Demokratis
Semangat demokrasi dan otonomi dalam proses pembentukan perundangundangan, termasuk peraturan desa dicirikan 4 (empat) hal sebagai berikut.
Slamet Luwihono (2007 : 24).
1. Partispasi Masyarakat Luas.
Proses perencanaan harus memberi kesempatan yang seluas-luasnya
khususnya kepada pihak-pihak yang akan dipengaruhi oleh keputusan
yang akan dibuat (stoke holders atau pihak yang mempunyai kepentingan).
Untuk memberikan masukan, kritik dan mengambil bagian pengambilan
keputusan. Untuk proses pelibatan masyarakat dalam Musrenbang, Badan
Permusyawaratan Desa dituntut tidak hanya memainkan perannya sebagai
penampung dan penyalur aspirasi, tetapi harus juga juga memperjuangkan
kepentingan rakyat.
2. Transparansi
Adanya keterbukaan sehingga masyarakat dan pers dapat mengetahui dan
memperdebatkan draft rancangan secara rinci. Keikutsertaan masyarakat
untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan
recana pembangunan. Untuk mewujudkan good governance maka
dipandang perlu diatur peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
negara. Pemberian ruang kepada masyarakat untuk berperan serta ini
sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi. Prinsip

13

mengharuskan penyelenggaran negara (pemerintahan) membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur,
dan tidak deskriminatif mengenai penyelenggaraan negara.
3. Akuntabilitas
Menyerahkan keputusan mereka untuk dikaji oleh instansi yang lebih
tinggi dan oleh orang-orang yang berhak memilih, para pengambil
keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi
masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada
lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban
tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang
bersangkutan.
4. Ketaatan akan Hukum
Pembuatan keputusan tidak didasarkan atas institusi dan kecendrungan
sesaat, namun sesuai dengan norma-norma yang telah disepakati yang
didasarkan atas akal sehat dan pengalaman. Untuk mengubah pola prilaku
penyelenggara pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat ke perilaku
baru yang berpihak kepada rakyat dalam suatu komunitas desa demokratis,
maka penyusunan instrumen hukum berupa perdes haruslah dilakukan
secara partisipatif dan demokratis, masyarakat sebagai pihak yang akan
terkena dampak pemberlakukan suatu kenbijakan yang dituangkan dalam
Musrenbang haruslah diberi ruang untuk bisa menentukan nasibnya
sendiri. Dalam merancang suatu rencana pembangunan, hendaknya
diperhatikan kondisi-kondisi spesifik yang ril ada di masyarakat baik
karakter, sumber daya alam, dan sosial budaya.

B. Good Governance dan Pemerintah Desa
1. Pengertian Good Governance
Good governance atau tata kelola pemerintahan yang baik dapat terlaksana
dengan baik manakala sistem politik dan pemerintahan berjalan secara
demokratis dan berkeadilan. Oleh karena itu, agar good governance dapat
berjalan dengan baik disyaratkan harus adanya komitmen yang tinggi dari
pemerintah dan keterlibatan masyarakat untuk menciptakan koordinasi yang
baik, integritas, profesional, serta etos kerja dan moralitas yang tinggi.

14

Dengan

kata

lain

pengertian

good

governance

merupakan

proses

penyelenggaraan pemerintah yang mengedepankan transparansi, accountabilty,
konsesus, teratur, tertib serta mengedepankan rule of law dalam upaya
mencapai tujuan negara yang berdaulat. Oleh karena itu, upaya penerapan
konsep good governance di negara ini merupakan tantangan tersendiri yang
harus segera diwujudkan. Pengertian good governance bila dipahami dengan
saksama dan diterapkan secara benar dan konsisten maka kualitas
penyelengaraan pemerintahan di negara Indonesia dapat disejajarkan dengan
kualitas penyelengaraan pemerintahan di negara lain yang telah lebih dahulu
maju.

2. Pengertian Desa
Dalam konteks Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahaan
Daerah, desa dibedakan dengan kelurahaan. Desa adalah kesatuan masyarkat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarkat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui negara. Sedangkan kelurahaan adalah satuan
administrasi pemerintahaan dibawah kecamatan yang merupakan wilayah
pelayanan administrasi dari kabupaten/kota.

Menurut Soenardjo desa atau dengan nama aslinya yang setingkat yang
merupakan kestauan masyarakat hukum berdasarkan susunan asli adalah suatu
“badan hukum” dan adalah pula “Badan Pemerintahaan” yang merupakan
bagian wilayah kecamatan atau wilayah yang melingkunginya (Nurholis, 2011
: 21).

15

Menurut Beratha, desa adalah suatu kesatuan masyarkat berdasarkan adat dan
hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasnya,
memiliki ikatan lahir dan batin yang sangat kuat, baik karena seketurunan
maupun karena sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial, dan
keamanan memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama, memiliki
kekayaan alam dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan
rumah tangga sendiri (Nurholis, 2011 :26).

Berdasarkan sejarah pertumbuhan desa tersebut setidaknya ada empat tipe desa
di Indonesia sejak awal pertumbuhannya sampai sekarang:
1. Desa adat merupakan bentuk desa asli dan tertua di Indonesia. Konsep
“otonomi asli” merujuk pada pengertian desa adat ini. Desa adat mengatur
dan mengelola dirinya sendiri dengan kekayaan yang dimiliki tanpa
campur tangan negara. Desa adat tidak menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara. Desa adat inilah yang kemudian
diakui keberadaannya dalam ordonansi pemerintah kolonial Belanda
dalam IGO, IGOB, dan Desa-Ordonnanntie.
2. Desa Administrasi (local state government) adalah desa yang merupakan
satuan wilayah administrasi, yaitu satuan pemerintahan terendah untuk
memberikan pelayanan administrasi dari pemerintah pusat. Desa
administrasi dibentuk oleh negara dan merupakan kepanjangan negara
untuk menjalankan tugas-tugas administrasi yang diberikan negara. Desa
administrasi secara substansial tidak mempunyai otonomi dan demokrasi
desa dibawah UU No. 5/1979 adalah lebih merupakan desa administrasi

16

semacam ini meskipun diberi hak otonomi. Desa yang benar-benar sebagai
desa administrasi adalah semua desa yang berubah menjadi kelurahan.
3. Desa otonom sebagai local self government. Desa otonom adalah desa
yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dengan undang-undang.
Desa otonom mempunyai kewenangan yang jelas kerena diatur dalam
undang-undang pembentukannya.

Oleh

karena itu, desa

otonom

mempunyai kewenangan penuh mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri. Desa otonom mendapat transfer kewenangan yang jelas dari
pemerintah pusat, berhak membentuk lembaga pemerintahan sendiri,
mempunyai badan pembuat kebijakan desa, berwenang membuat
peraturan desa dan juga memperoleh desentralisasi keuangan dari negara.
Desa praja dibawah UU No. 19/1965 adalah contoh desa otonom ini.
4. Desa Campuran (adat dan semiotonom), yaitu tipe desa yang mempunyai
kewenangan campuran antara otonomi asli dan semi otonomi formal.
Disebut campuran kerena otonomi aslinya diakui oleh undang-undang dan
juga diberi penyerahan kewenangan dari kabupaten/kota. Disebut
semiotonom kerena model penyerahan urusan pemerintahan dari daerah
otonom kepada satuan pemerintahan di bawahnya ini tidak dikenal dalam
teori desentralisasi. Menurut teori desentralisasi atau atonomi daerah.
Penyerahan urusan pemerintahan hanya dari pemerintah pusat. Desa ini di
bawah UU No. 22/1999 dan UU No. 32/2004 adalah tipe desa campuran
semacam ini

17

3. Tugas Wewenang dan Kewajiban Kepala Desa
Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaran pemerintahan desa
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun dan dapat diperpanjang lagi
untuk satu kali jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menepatkan
peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. Kepala Desa
dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk desa
setempat. Namun, dalam pemilihan kepala desa tidak boleh lepas dari
peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah desa sesuai undang-undang
yang berlaku.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2013 tentang
Desa pasal 26 ayat 1 dan 2, Kepala Desa mempunyai tugas dan wewenang.
1. Tugas Kepala Desa
Menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa (PP nomor 6 pasal 26 ayat 1 tahun 2013).
2. Wewenang Kepala Desa
Kepala Desa dalam menjalankan tugasnya ia mempunyai wewenangwewenang yang harus dilaksanakan antara lain;
(PP nomor 6 pasal 26 ayat 2 tahun 2013) :
a. Memimpin Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa.
c. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan aset Desa.
d. Menetapkan Peraturan Desa.
e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
f. Membina Kehidupan Masyarakat Desa.
g. Membina ketentraman dan ketertiban Masyarakat desa.

18

h. Membina
dan
meningkatkan
perekonomian
Desa
serta
mengintekrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif
untuk sebesar-besarnya kemakmuran Masyarakat Desa.
i. Mengembangkan sumber pendapatan Desa.
j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan Negara
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
k. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa.
l. Memanfaatkan teknologi tepat guna.
m. Mengordinasikan Pembangunan Desa secara Partisipatif.
Wewenang diatas harus dilaksanakan dengan baik supaya kebijakan yang telah
ditetapkan dapat berjalan sesuai keinginan dan Pembangunan Desa bisa berjalan
dengan baik.

4. Pengertian Tentang Badan Permusyawaratan Desa
Badan Perwakilan Desa (BPD) yang ada selama ini berubah namanya menjadi
Badan Permusyawaratan Desa. BPD merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggaran pemerintah
desa berperan sebagai pembahas peraturan desa, menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap kinerja kepala desa.
Hal ini sesuai isi kandungan dalam pasal 29 Peraturan Pemerintah nomor 72
tahun 2005 badan permusyawaratan desa berkedudukan sebagai unsur
penyelenggaran pemerintahan desa, serta dalam pasal 34 peraturan pemerintah
nomor 72 tahun 2005 disebutkan bahwa fungsi dari Badan Permusyawaratan
Desa ialah menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat. Oleh karenanya, BPD sebagai badan
permusyawaratan yang berasal dari masyarakat desa, disamping menjalankan
fungsinya sebagai jembatan penghubung antara kepala desa dengan masyarakat
desa, juga harus menjalankan fungsi utamanya, yakni fungsi legislasi.

19

Perubahan ini didasarkan pada kondisi faktual bahwa budaya politik lokal yang
berbasis pada filosofi “musyawarah untuk mufakat”. Musyawarah berbicara
tentang proses, sedangkan mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang baik
diharapkan diperoleh dari proses yang baik.
Melalui musyawarah untuk mufakat, berbagai konflik antara para elit politik
dapat segera diseles