Prinsip Demokrasi di Indonesia. docx
A. Prinsip Demokrasi di Indonesia
Salah satu pilar demokrasi adalah trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara(eksekutif,yudikatif, dan lrgislatif)untuk diwujudkan dalam
tiga jenis lembaga yang saling lepas(independen) dalam peringkat yang sejajar satu
sam lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan
agar ketiga lembaga negara ini dapat saling mengawasi dan saling mengontrol
bedasarkan prinsip cheks and balances.
Ketiga lembaga negara tersebut adalah lembaga pemerintah yang memiliki
kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan untuk mewujudkan
dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga peradilan yang berwenang
menyelenggarakan kekuasaan yudikatif dan lembaga perwakilan rakyat( DPR, untuk
indonesia) yang mewiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Dibawah
sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau wakil yang wajib bekerja
dan bertindak sesuai dengan aspirasi masyarakat yang diwakilinya, (konstituen) yang
memilihnya memalui proses pemilihan kegislatif, selain sesuai dengan hukum dan
peraturan.
Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting,
misalnya pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Di
indonesia, hak pilih hanya diberikan kepada warga negara yang telah melewati umur
tertentu, misalnya 18 tahun, dan yang tidak meemiliki catatan criminal (misalnya
narapidana ataubekas narapidana). Pada dasarnya prinsip demokrasi itu sebagai
berikut:
1. Kedaulatan ditangan rakyat
Kedaulatan ditangan rakyat makutnya kekuasaan tertinggi berada
ditangan rakyat. Ini berarti kehendak rakyat merupakan kehendak
tertinggi. Apabila setiap warga negara mampu memahami arti dan makna
dari prinsip demokrasi.
2. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
Pengakuan bahwa semua manusia memilii harkat dan martabat yang
sama, dengan tidak membeda-bedakan baik atau jenis kelamin, agama,
suku dan sebagainya. Pengakuan akan hak asasi manusia di indonesia telah
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang sebenarnya terlebih
dahulu ada dibanding dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir pada
tanggal 24 Desember 1945. Peraturan tentang hak asasi manusia.
Undang-Undang Dasar 1945 dimuat dalam: Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 alenia pertama dan alenia empat, Batang tubuh
Undang-Undang Dasar 1945, ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia
indonesia telah tertuang dalam ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998.
Setelah itu, dibentuk Undang-Undang NO.39 Tahun 1999 tentang hak
asasi manusia.
3. Pemerintah berdasar hukum( konstitusi)
Pemerintah bedasarkan sistem konstitusioanal dan hukum dasar dan
tidak bersifat absolutisme(kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem
konstitusional
ini
ebih
menegaskan
bahwa
pemerintah
dalam
melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan
konstitusi.
4. Peradilan yang Bebas dan tidak memihak
Setiap warga negara indonesia memiliki ak untuk diperlakukan sama di
depan hukum, pengadilan, dan pemerintah tanpa membedakan jenis
kelamin, ras, suku, agama, kekayaan , pangkat, dan jabatan. Dalam
persidangan di pengadilan, hakim tidak membeda-bedakan perlakuan dan
tidak memihak sikaya, pejabat, dan orang yang berpangkat. Jika mereka
bersalah, hakim harus mengadilinya dan memberikan hukuman sesuai
dengan keslahanya.
5. Pengambilan keputusan atas musyawarah
Bahwa dalam setiap pengambilan keputusan itu harus dilaksanakan
sesuai keputusan bersama(musyawarah) untuk mencapai mufakat.
6. Adanya partai politik dan organisasi sosial politik
Bahwa dengan adanya partai politik dan organisasi sosial politikini
berfugsi untuk menyalurkan aspirasi rakyat.
7. Pemilu yang demokratis
Pemilihan umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
dalam negara kesatuan republik indonesia yang bedasarkan pncasila dan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.
B. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Dalam perkembanganya demokrasi di indonesia, demokrasi dibagi dalam beberapa
periode:
1. Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Revolusioner (1946-1950)
Tahun 1945-1950, diindonesia masih berjuan menghadapi belanda yang
ingin kembali ke indonesia. Pada saat itu Pelaksanaan demokrasi belum
berjalan dengan baik karena masih adanya revolusi fisik. Pada awalnya
kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan. Hali itu terlihat pada
pasal 4 aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan
bahwa sebelum MPR, DPR dan DPA dinbentuk menurut UU ini, segala
kekuasaan dijalankan oleh presiden dengan dibentuk KNIP. Untuk
menghindari bahwa negara indonesia adalah negara yang absolute,
pemerintah mengeluarkan:
b. Maklumat Wakil Presiden No.X Tanggal 16 Oktober 1945, Knip
berubah menjadi badan Legislatif
c. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang
pembemtukan partai politik.
d. Maklumat pemerintah tanggal 14 november 1945 tentang
perubahan sistem pemerintahan presidensial menjadi pemerintahan.
2.
Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Lama
a. Masa Demokrasi Liberal 1950-1959
Pada masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik
sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik. Akan tetapi,
praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
Dominannya partai politik
Landasan social ekonomi yang masih lemah
Tidak mempunyai konstituante besidang untuk mengganti
UUDS 1945.
Atas dasar kegagalan itu, Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5
Juli 1959 yang isinya :
Bubarkan konstituante
Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950
Pembentukan MPRS dan DPAS.
b. Masa Demokrasi Terpimpin
Pengertian demokrasi
terpimpin
menurut
Tap
MPRS
No.VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong di antara semua
kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom.Ciri-cirinya adalah :
Tingginya dominasi presiden
Terbatasnya peran partai politik
Berkembangnya pengaruh PKI.
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antaral ain :
System kepartaian menjadi tidak jelas dan para pemimpin partai
banyak yang dipenjarakan
Peranan parlemen lemah, bahkan akhirnya dibubarkan oleh
presiden dan presiden membentuk DPRGR
Jaminan Hak Asasi manusia lemah
Kebijakan politik luar negeri memihak ke RRC (blok timur)
yang memicu terjadinya peristiwa pemberontakan G 30 S PKI.
3.
Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Baru 1966-1998
Pelaksanaan demokrasi Orde baru ditandai dengan keluarnya surat
perintah 11 Maret 1996. Orde baru bertekad akan melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen .awal orde baru member
harapan baru kepada rakyat pembangunan di segala bidang melalui Pelita
I, II, III, IV, V dan masa orde baru berhasil menyelenggarakan pemilihan
umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Meskipun
4.
demikian pelaksanaan ini dianggap gagal dengan alasan :
a. Tidak adanya rotasi kekuatan eksekutif
b. Rekrut menpolitik yang tertutup
c. Pemilu yang jauh dari semangat demokrasi
d. Pengakuan HAM yang terbatas
e. Tumbuhnya KKN yang merajalela.
Pelaksanaan Demokrasi Orde Reformasi 1998-sekarang
Demokrasi pada masa reformasi pada dasarnya merupakan demokrasi
dengan perbaikan peraturan yang tidak demokratis, dengan meningkatkan
peran lembaga, tinggi dan tertinggi Negara dengan menegaskan fungsi ,
wewenang, , dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan
kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga
eksekutif, legislative, dan yudikatif. Masa reformasi berusaha membangun
kehidupan yang demokratis antara lain dengan :
a. Keluarnya Ketetapan MPR RI No.X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi
b. Ketetapan No.VII/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang
bebas dari KKN
c. TAP MPR RI No.XII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan
presiden dan wakil presiden.
d. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.
Orde reformasi mampu mengantarkan masyarakat Indonesia pada
budaya demokrasi. Ini bisa dilihat dari penyelenggaraan pemilihan umum
(pemilu) yang dinilai cukup berhasil untuk memilih pemimpin baik pusat
maupun daerah dan wakil-wakil rakyat di parlemen sebagai adanya
peranan kekuasaan dari rakyat. Namun, bila kita lihat lebih dalam lagi
tentang pentingnya dari demokrasi Indonesia sendiri wujud demokrasi di
negeri kita belum mampu membawa kesejahteraan dan keadilan bagi
seluruh rakyatnya sebagaimana yang tercantum dalam Pancasila. Hal ini
bisa kita lihat dari banyaknya investor asing yang menguasai ekonomi
dan politik di negeri kita, adanya krisis identitas bangsa, serta
penyimpangan-penyimpangan hukum yang tidak berpihak pada rakyat,
diantaranya:
a. Indonesia telah berhasil memilih pemimpinnya secara langsung mulai
dari presiden hingga gubernur dan bupati, serta wakil-wakil rakyat
baik pusat maupun daerah. Para elit politik yang dipilih rakyat dalam
pemilu dianggap representasi rakyat yang memilihnya. Kenyataannya
pemilu kita terkesan lebih menguntungkan segelintir elit politik dan
golongan daripada menguntungkan rakyat. Suara rakyat sering hanya
menjadi alat untuk mencapai kekuasaan oleh para elit politik pencari
kekuasaan.
b. Pers diharapkan mampu memberikan pencerahan kepada rakyat untuk
menalarakan kebenaran realitas-realitas yang ada. Yang
ada pers
bagaikan menggiring aspirasi rakyat pada realitas yang
dapat
menguntungkan mereka dengan pemberitaan kontroversial yang lebih
menarik daripada berita biasa. Ketika aspirasi rakyat tidak dapat lagi
disalurkan dan disuarakan secara tepat dan bertanggungjawab
demokrasi
itu
kembali
dikatakan
tereduksi
atau
terkurangi
substansinya. Tidak heran jika kemudian rakyat menggunakan jalur
lain untuk menyuarakan pendapatnya seperti dengan aksi demonstrasi
di jalan.
Disisi lain ada juga ahli yang berpendapat tentang pelaksanaan demokrasi di
Indonesia yaitu menurut Azyumardi Azra (2000: 130-141) perkembangan
demokrasi di Indonesia dari segi waktu dapat dibagi dalam empat periode yaitu:
1.
Periode 1945 – 1959 Demokrasi parlementer.
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi
parlementer. System parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah
kemerdekaan diproklamasikan. System ini kemudian diperkuat dalam
UUD 1945 (Kontitusi RIS) dan UUDS 1950. Meskipun system ini dapat
berjalan dengan memuaskan di beberapa Negara Asia lain, system ini
ternyata kuarang cocok diterapakan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan
eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala Negara kontitusional
(constitutional head) dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
2.
Periode 1959-1965 (Orde Lama) Demokrasi Terpimpin
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi terpimpin.
Dalam demokrasi terpimpin ditandai oleh tindakan yang menyimpang dari
atau menyeleweng terhadap ketentuan Undang-Undang Dasar. Dan
didalam demokrasi terpimpin terdapat ciri-ciri yaitu adanya dominasi dari
Presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh
komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Dekrit
Presiden 05 Juli dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan
keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang
kuat.Misalnya
berdasarkan
ketetapan
MPRS
No.III/1963
yang
mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Selain itu,
terjadi penyelewengan di bidang perundang-undangan dimana sebagai
tindakan pemerintah dilaksanakan melalui Penetapan Presiden (Penpres)
yang memakai Dekrit 05 Juli sebagai sumber hukum, dan sebagainya.
3.
Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila
Demokrasi pada masa ini dinamakan demokrasi pancasila. Demokrasi
pancasila dalam rezim Orde Baru hanya sebagai retorika dan gagasan
belum sampai pada tataran praksis atau penerapan. Karena dalam praktik
kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini sangat tidak memberikan ruang
bagi kehidupan berdemokrasi. Menurut M.Rusli Karim, rezim orde baru
ditandai oleh, dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai
politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan
publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi
lembaga nonpemerintah.
4.
Periode 1998-sekarang(Reformasi)
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada
tanggal 21 Mei 1998. Jabatan Presiden kemudian diisi oleh wakil
Presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie. Turunnya Presiden Soeharto
disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat terhadap
pemerintahan orde baru. Bergulingnya reformasi yang mengiringi
keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi
Indonesia. Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis karena
dalam fase ini akan ditentukan kemana arah demokrsi aan dibangun.
Salah satu pilar demokrasi adalah trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara(eksekutif,yudikatif, dan lrgislatif)untuk diwujudkan dalam
tiga jenis lembaga yang saling lepas(independen) dalam peringkat yang sejajar satu
sam lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan
agar ketiga lembaga negara ini dapat saling mengawasi dan saling mengontrol
bedasarkan prinsip cheks and balances.
Ketiga lembaga negara tersebut adalah lembaga pemerintah yang memiliki
kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan untuk mewujudkan
dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga peradilan yang berwenang
menyelenggarakan kekuasaan yudikatif dan lembaga perwakilan rakyat( DPR, untuk
indonesia) yang mewiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Dibawah
sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau wakil yang wajib bekerja
dan bertindak sesuai dengan aspirasi masyarakat yang diwakilinya, (konstituen) yang
memilihnya memalui proses pemilihan kegislatif, selain sesuai dengan hukum dan
peraturan.
Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting,
misalnya pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Di
indonesia, hak pilih hanya diberikan kepada warga negara yang telah melewati umur
tertentu, misalnya 18 tahun, dan yang tidak meemiliki catatan criminal (misalnya
narapidana ataubekas narapidana). Pada dasarnya prinsip demokrasi itu sebagai
berikut:
1. Kedaulatan ditangan rakyat
Kedaulatan ditangan rakyat makutnya kekuasaan tertinggi berada
ditangan rakyat. Ini berarti kehendak rakyat merupakan kehendak
tertinggi. Apabila setiap warga negara mampu memahami arti dan makna
dari prinsip demokrasi.
2. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
Pengakuan bahwa semua manusia memilii harkat dan martabat yang
sama, dengan tidak membeda-bedakan baik atau jenis kelamin, agama,
suku dan sebagainya. Pengakuan akan hak asasi manusia di indonesia telah
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang sebenarnya terlebih
dahulu ada dibanding dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir pada
tanggal 24 Desember 1945. Peraturan tentang hak asasi manusia.
Undang-Undang Dasar 1945 dimuat dalam: Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 alenia pertama dan alenia empat, Batang tubuh
Undang-Undang Dasar 1945, ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia
indonesia telah tertuang dalam ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998.
Setelah itu, dibentuk Undang-Undang NO.39 Tahun 1999 tentang hak
asasi manusia.
3. Pemerintah berdasar hukum( konstitusi)
Pemerintah bedasarkan sistem konstitusioanal dan hukum dasar dan
tidak bersifat absolutisme(kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem
konstitusional
ini
ebih
menegaskan
bahwa
pemerintah
dalam
melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan
konstitusi.
4. Peradilan yang Bebas dan tidak memihak
Setiap warga negara indonesia memiliki ak untuk diperlakukan sama di
depan hukum, pengadilan, dan pemerintah tanpa membedakan jenis
kelamin, ras, suku, agama, kekayaan , pangkat, dan jabatan. Dalam
persidangan di pengadilan, hakim tidak membeda-bedakan perlakuan dan
tidak memihak sikaya, pejabat, dan orang yang berpangkat. Jika mereka
bersalah, hakim harus mengadilinya dan memberikan hukuman sesuai
dengan keslahanya.
5. Pengambilan keputusan atas musyawarah
Bahwa dalam setiap pengambilan keputusan itu harus dilaksanakan
sesuai keputusan bersama(musyawarah) untuk mencapai mufakat.
6. Adanya partai politik dan organisasi sosial politik
Bahwa dengan adanya partai politik dan organisasi sosial politikini
berfugsi untuk menyalurkan aspirasi rakyat.
7. Pemilu yang demokratis
Pemilihan umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
dalam negara kesatuan republik indonesia yang bedasarkan pncasila dan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.
B. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Dalam perkembanganya demokrasi di indonesia, demokrasi dibagi dalam beberapa
periode:
1. Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Revolusioner (1946-1950)
Tahun 1945-1950, diindonesia masih berjuan menghadapi belanda yang
ingin kembali ke indonesia. Pada saat itu Pelaksanaan demokrasi belum
berjalan dengan baik karena masih adanya revolusi fisik. Pada awalnya
kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan. Hali itu terlihat pada
pasal 4 aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan
bahwa sebelum MPR, DPR dan DPA dinbentuk menurut UU ini, segala
kekuasaan dijalankan oleh presiden dengan dibentuk KNIP. Untuk
menghindari bahwa negara indonesia adalah negara yang absolute,
pemerintah mengeluarkan:
b. Maklumat Wakil Presiden No.X Tanggal 16 Oktober 1945, Knip
berubah menjadi badan Legislatif
c. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang
pembemtukan partai politik.
d. Maklumat pemerintah tanggal 14 november 1945 tentang
perubahan sistem pemerintahan presidensial menjadi pemerintahan.
2.
Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Lama
a. Masa Demokrasi Liberal 1950-1959
Pada masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik
sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik. Akan tetapi,
praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
Dominannya partai politik
Landasan social ekonomi yang masih lemah
Tidak mempunyai konstituante besidang untuk mengganti
UUDS 1945.
Atas dasar kegagalan itu, Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5
Juli 1959 yang isinya :
Bubarkan konstituante
Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950
Pembentukan MPRS dan DPAS.
b. Masa Demokrasi Terpimpin
Pengertian demokrasi
terpimpin
menurut
Tap
MPRS
No.VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong di antara semua
kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom.Ciri-cirinya adalah :
Tingginya dominasi presiden
Terbatasnya peran partai politik
Berkembangnya pengaruh PKI.
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antaral ain :
System kepartaian menjadi tidak jelas dan para pemimpin partai
banyak yang dipenjarakan
Peranan parlemen lemah, bahkan akhirnya dibubarkan oleh
presiden dan presiden membentuk DPRGR
Jaminan Hak Asasi manusia lemah
Kebijakan politik luar negeri memihak ke RRC (blok timur)
yang memicu terjadinya peristiwa pemberontakan G 30 S PKI.
3.
Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Baru 1966-1998
Pelaksanaan demokrasi Orde baru ditandai dengan keluarnya surat
perintah 11 Maret 1996. Orde baru bertekad akan melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen .awal orde baru member
harapan baru kepada rakyat pembangunan di segala bidang melalui Pelita
I, II, III, IV, V dan masa orde baru berhasil menyelenggarakan pemilihan
umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Meskipun
4.
demikian pelaksanaan ini dianggap gagal dengan alasan :
a. Tidak adanya rotasi kekuatan eksekutif
b. Rekrut menpolitik yang tertutup
c. Pemilu yang jauh dari semangat demokrasi
d. Pengakuan HAM yang terbatas
e. Tumbuhnya KKN yang merajalela.
Pelaksanaan Demokrasi Orde Reformasi 1998-sekarang
Demokrasi pada masa reformasi pada dasarnya merupakan demokrasi
dengan perbaikan peraturan yang tidak demokratis, dengan meningkatkan
peran lembaga, tinggi dan tertinggi Negara dengan menegaskan fungsi ,
wewenang, , dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan
kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga
eksekutif, legislative, dan yudikatif. Masa reformasi berusaha membangun
kehidupan yang demokratis antara lain dengan :
a. Keluarnya Ketetapan MPR RI No.X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi
b. Ketetapan No.VII/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang
bebas dari KKN
c. TAP MPR RI No.XII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan
presiden dan wakil presiden.
d. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.
Orde reformasi mampu mengantarkan masyarakat Indonesia pada
budaya demokrasi. Ini bisa dilihat dari penyelenggaraan pemilihan umum
(pemilu) yang dinilai cukup berhasil untuk memilih pemimpin baik pusat
maupun daerah dan wakil-wakil rakyat di parlemen sebagai adanya
peranan kekuasaan dari rakyat. Namun, bila kita lihat lebih dalam lagi
tentang pentingnya dari demokrasi Indonesia sendiri wujud demokrasi di
negeri kita belum mampu membawa kesejahteraan dan keadilan bagi
seluruh rakyatnya sebagaimana yang tercantum dalam Pancasila. Hal ini
bisa kita lihat dari banyaknya investor asing yang menguasai ekonomi
dan politik di negeri kita, adanya krisis identitas bangsa, serta
penyimpangan-penyimpangan hukum yang tidak berpihak pada rakyat,
diantaranya:
a. Indonesia telah berhasil memilih pemimpinnya secara langsung mulai
dari presiden hingga gubernur dan bupati, serta wakil-wakil rakyat
baik pusat maupun daerah. Para elit politik yang dipilih rakyat dalam
pemilu dianggap representasi rakyat yang memilihnya. Kenyataannya
pemilu kita terkesan lebih menguntungkan segelintir elit politik dan
golongan daripada menguntungkan rakyat. Suara rakyat sering hanya
menjadi alat untuk mencapai kekuasaan oleh para elit politik pencari
kekuasaan.
b. Pers diharapkan mampu memberikan pencerahan kepada rakyat untuk
menalarakan kebenaran realitas-realitas yang ada. Yang
ada pers
bagaikan menggiring aspirasi rakyat pada realitas yang
dapat
menguntungkan mereka dengan pemberitaan kontroversial yang lebih
menarik daripada berita biasa. Ketika aspirasi rakyat tidak dapat lagi
disalurkan dan disuarakan secara tepat dan bertanggungjawab
demokrasi
itu
kembali
dikatakan
tereduksi
atau
terkurangi
substansinya. Tidak heran jika kemudian rakyat menggunakan jalur
lain untuk menyuarakan pendapatnya seperti dengan aksi demonstrasi
di jalan.
Disisi lain ada juga ahli yang berpendapat tentang pelaksanaan demokrasi di
Indonesia yaitu menurut Azyumardi Azra (2000: 130-141) perkembangan
demokrasi di Indonesia dari segi waktu dapat dibagi dalam empat periode yaitu:
1.
Periode 1945 – 1959 Demokrasi parlementer.
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi
parlementer. System parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah
kemerdekaan diproklamasikan. System ini kemudian diperkuat dalam
UUD 1945 (Kontitusi RIS) dan UUDS 1950. Meskipun system ini dapat
berjalan dengan memuaskan di beberapa Negara Asia lain, system ini
ternyata kuarang cocok diterapakan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan
eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala Negara kontitusional
(constitutional head) dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
2.
Periode 1959-1965 (Orde Lama) Demokrasi Terpimpin
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi terpimpin.
Dalam demokrasi terpimpin ditandai oleh tindakan yang menyimpang dari
atau menyeleweng terhadap ketentuan Undang-Undang Dasar. Dan
didalam demokrasi terpimpin terdapat ciri-ciri yaitu adanya dominasi dari
Presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh
komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Dekrit
Presiden 05 Juli dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan
keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang
kuat.Misalnya
berdasarkan
ketetapan
MPRS
No.III/1963
yang
mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Selain itu,
terjadi penyelewengan di bidang perundang-undangan dimana sebagai
tindakan pemerintah dilaksanakan melalui Penetapan Presiden (Penpres)
yang memakai Dekrit 05 Juli sebagai sumber hukum, dan sebagainya.
3.
Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila
Demokrasi pada masa ini dinamakan demokrasi pancasila. Demokrasi
pancasila dalam rezim Orde Baru hanya sebagai retorika dan gagasan
belum sampai pada tataran praksis atau penerapan. Karena dalam praktik
kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini sangat tidak memberikan ruang
bagi kehidupan berdemokrasi. Menurut M.Rusli Karim, rezim orde baru
ditandai oleh, dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai
politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan
publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi
lembaga nonpemerintah.
4.
Periode 1998-sekarang(Reformasi)
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada
tanggal 21 Mei 1998. Jabatan Presiden kemudian diisi oleh wakil
Presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie. Turunnya Presiden Soeharto
disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat terhadap
pemerintahan orde baru. Bergulingnya reformasi yang mengiringi
keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi
Indonesia. Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis karena
dalam fase ini akan ditentukan kemana arah demokrsi aan dibangun.