Jenis-jenis kain limbah yang diolah serta produk yang

70 Tingkir Lor sudah terbentuk menjadi sebuah komunitas konveksi. Pak Imrori mengatakan sampai-sampai mereka diplesetkan sebagai komunitas mujahitin yakni komunitas penjahit. Jadi baik pengepul limbah kain maupun pembeli yang mendatangi mereka di tahun-tahun 1990-an. Pertumbuhan usaha konveksi yang pesat di tahun 1980-an hingga 1990-an mengakibatkan Beberapa pengusaha berusaha mencari sumber bahan baku lain seperti Tekstil Solo dan Garemen Ungaran. Hal ini dilakukan oleh Pak Shodiq yang memiliki akses ke luar Salatiga. Karena profesinya sebagai seorang sopir antar kota, memungkinkan pak Shodiq mendapatkan peluang limbah dari Solo. Pak Shodiq mendatangi pemilik konveksi dengan modal Rp 5000 di tahun 1979, menyatakan niatnya untuk menjadi pengepul limbah kain dari Solo ke Tingkir Lor. Dengan bahasa yang jujur dan sederhana, pak Shodiq mengakui segala kekurangannya pada pemilik usaha. Pemilik usaha di Solo sepakat untuk menjadikan pak Shodiq sebagai pengepulnya. Pengepul dari garmen Ungaran dating menawarkan kain limbahnya kepada pengusaha di Tingkir Lor. Hal ini direspons baik oleh pengusaha Tingkir Lor, dengan membeli kain limbah garmen Ungaran sebagai bahan baku.

2. Jenis-jenis kain limbah yang diolah serta produk yang

dihasilkan oleh industri kecil konveksi di Tingkir lor Penggunaan kain limbah sebagai bahan baku produksi merupakan strategi efisiensi biaya produksi industri kecil konveksi Tingkir lor sejak awal hingga kini. Sejak pengusaha kecil di Tingkir lor berpeluang memperoleh limbah dengan harga murah pada fase awal usaha, mereka telah menggunakan kain limbah sebagai bahan baku usaha konveksi. Bahan baku yang murah, memungkinkan mereka untuk menekan biaya produksi, sehingga keuntungan bisa diperoleh meskipun dalam margin harga produk yang sangat murah. Seiring perjalanan waktu, ketika usaha mereka semakin berkembang, mereka tetap menggunakan 71 kain limbah sebagai bahan baku, karena pertimbangan efisiensi biaya produksi pula. Untuk melakukan efisiensi biaya produksi, mereka menggunakan kain limbah dalam berbagai bentuk karena berasal dari sumber yang berbeda pula. Jenis-jenis kain limbah yang digunakan sebagai bahan baku industri kecil konveksi yaitu : a Kain limbah yang dibawa oleh pengepul dari pabrik atau garmen yang disebut kain sampah recekan yang merupakan sisa potongan kain kecil-kecil. Sisa-sisa kain recekan ini bermacam- macam, sehingga pengelola industry rumah tangga konveksi harus kreatif untuk menyambungkannya menjadi produk yang bernilai ekonomi. Jika tidak bisa digunakan untuk membuat celana, maka mereka mengolahnya menjadi saku celana atau keset kaki. Harga bahan baku jenis recekan ini sangat murah yaitu Rp 12.000 per kilogram. b Kain limbah yang dibawah oleh pengepul dari Damatex dan pabrik solo, mereka namakan kain BS-an. Jenis ini kainnya besar-besar, bisa dibuat celana, baju atau rok. Hanya saja ketika menjualnya, semua kain terbungkus di dalam karung plastik. Jadi pembeli tidak diperkenankan untuk memilih kain yang masih baik. Semua kain tercampur menjadi satu, baik itu kain yang masih terlihat baru, ataupun yang warnanya sudah memudar, ataupun yang sedikit cacat kainnya. Kata pak Imrori, membeli kain ini, sama dengan membeli kucing dalam karung. Yah kalau beruntung, mereka bisa mendapatkan keuntungan tetapi kalau lagi apes, maka mereka malah mengalami kerugian. Tetapi rusak ataupun baik, semua kain tetap diolah menjadi sesuatu yang bernilai. Jika untuk menjadi celana tidak bisa, maka mereka menggunakannya untuk membuat keset kaki. Harga Kain BS-an ini Rp 47.000 per kilogram. c Kain limbah yang diambil mbak UL dari pengepul asal Solo. M ereka sering menamainya kain Rol. Kain ini masih tergulung membentuk rol. Pembeli diperkenankan memilih kain. Kain ini 72 bisa dipakai untuk membuat seprei atau celana. Karena kainnya masih dalam bentuk utuh, sehingga bisa dikreasikan menjadi produk apa saja. Kualitas kain ini juga lebih baik dari dua jenis kain sebelumnya. M bak Ul mengatakan BS nya hanya sekitar 10 . Harga kain ini RP. 50.000 ke atas per kilogram. Dalam pertimbangan efisiensi pula, pengusaha kecil konveksi Tingkir lor mengolah Kain limbah menjadi produk yang dikuasai sejak awal yaitu : celana kolor, sarung bantal, rukoh. Ketiga produk tersebut, dihasilkan sejak awal oleh IK konveksi di Tingkir Lor memiliki ceritanya sendiri. Pak Abidin menceritakan beliau awalnya belajar menjahit sarung bantal. Proses belajar itu dilakukan setiap hari ketika menjelang malam. Karena itu pak Abidin sangat menguasai proses pengolahan limbah kain menjadi sarung bantal. Sedangkan mbak Ul mengatakan kebanyakan perempuan termasuk beliau, mulai belajar menjahit rukoh untuk dipakai sendiri saat Sholat. Karena itu mereka lebih cekatan menjahit produk tersebut. Selanjutnya celana kolor menjadi produk andalan usaha konveksi di Tingkir lor. M ereka tidak mau berspekulasi membuat produk yang tidak mereka kuasai, karena takut mengalami kesalahan dalam proses pengolahan. Kegagalan ini berimplikasi pada pemborosan bahan baku dengan percuma. Sebaliknya ketika mereka mengolah kain limbah menjadi produk yang sudah dikuasai dengan baik, kemungkinan produk gagal sangat kecil. Dengan produk yang dihasilkan dari kain limbah, pengusaha pengusaha IK konveksi di Tingkir lor mampu mengakumulasi modal dan melakukan investasi. M enurut mas Susilo, Omset yang diperolehnya dari usaha konveksi ini sekitar Rp. 40.000.000 sampai Rp. 50.000.000bulan. Aset yang dimilikinya adalah sebuah mobil carry. Selanjutnya mbak Ul mendapatkan omset tiap bulan Rp 200.000.000 dengan aset yang dimilikinya adalah mobil, motor, sawah, menyekolahkan anak hingga jenjang perguruan tinggi. Pak M at Shodiq juga memiliki banyak aset yakni tanah kering beserta rumah Ada yang 5000M, 4000M . Sawah 2 tempat masing-masing 2 hektar. Pak M at Shodiq juga bisa menyekolahkan 4 orang anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi. Selanjutnya pak Abidin, dulu pernah memiliki mobil, 73 tetapi sudah dijual. Pak Abidin juga memiliki sepeda motor dan mobil untuk mengangkut barang. Penggunaan kain limbah sebagai bahan baku produksi merupakan sebuah tidakan cerdas untuk efisiensi yang dilakukan pengusaha kecil konveksi di Tingkir lor. Tindakan cerdas ini mewujud dalam struktur jaringan terjalin antara Industri tekstil dan Industri kecil konveksi di Tingkir lor.

3. Struktur Jaringan suplai kain limbah dari I ndustri Tekstil ke

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Coping Strategy Industri Kecil Konveksi di Masa Krisis Keuangan Nasional

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Coping Strategy Industri Kecil Konveksi di Masa Krisis Keuangan Nasional T2 092010006 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Coping Strategy Industri Kecil Konveksi di Masa Krisis Keuangan Nasional T2 092010006 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Coping Strategy Industri Kecil Konveksi di Masa Krisis Keuangan Nasional T2 092010006 BAB V

0 1 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Coping Strategy Industri Kecil Konveksi di Masa Krisis Keuangan Nasional T2 092010006 BAB VI

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB IV

0 1 50

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evidence dalam Membuktikan Adanya Kartel di Indonesia T2 BAB IV

0 0 4

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Transmigrasi Lokal Pemerintah Provinsi Papua T2 BAB IV

0 1 4

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana FKIPUKSW T2 BAB IV

0 0 34

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Praktek Kerja Industri Di SMK Negeri 1 Sayung T2 BAB IV

0 0 49