69
yang menggambarkan usaha konveksi di Tingkir Lor ini akan penulis deskripsikan di bawah ini:
I ndustri Konveksi Tingkir Lor M engolah Kain Limbah M enjadi Barang Layak Pakai yang Bernilai Ekonomi
1. Sumber kain limbah
Pada awal keberadaan usaha konveksi di Tingkir Lor, bahan baku yang digunakan adalah kain limbah industri konveksi Damatex.
Kain limbah ini diperoleh atas inisiatif Damatex untuk menyalurkan limbah dan memberi ide bagi masyarakat Tingkir Lor untuk
menjadikan kain limbah tersebut lebih bernilai ekonomi.
Atas perjuangan beberapa pengusaha di Tingkir Lor, maka hampir 3 dekade dari tahun 1960-an hingga 1990-an, pengusaha di
Tingkir Lor tidak mengalami kekurangan bahan baku. Para pengusaha itu sebutlah Pak M at Shodiq, Bu Norma dan mengambil peran ganda
sebagai pengepul dan pengelola konveksi. Sebagai pengepul mereka menjual limbah kain sebagai bahan baku kepada pengusaha lainnya
yang tidak memiliki akses modal yang memadai. Sedangkan dalam peran sebagai pengelola konveksi, mereka juga menggunakan limbah
kain yang ada sebagai bahan baku. M elalui mereka inilah, pengusaha kecil di Tingkir Lor bisa mendapatkan kain limbah sebagai bahan baku
usaha konveksi mereka.
Dengan limbah yang berhasil diperoleh, usaha kecil konveksi Tingkir Lor bertumbuh bersama menjadi suatu komunitas konveksi di
tahun 1980-an. Pertumbuhan bersama dalam komunitas konveksi ini, semakin memberikan peluang bagi mereka untuk mendapatkan limbah
kain dari para pengepul lain, baik dari Solo maupun garmen Ungaran. M enurut cerita ibu Imrori yang membuka usaha di tahun 1990, mereka
justru didatangi oleh pengepul, yang sudah tahu tentang keberadaan industri kecil konveksi di Tingkir Lor. Ibu Imrori yang adalah
pendatang di Tingkir Lor mengatakan, ketika beliau masuk ke Tingkir Lor karena menikah dengan suami asli Tingkir lor di tahun 1987,
70
Tingkir Lor sudah terbentuk menjadi sebuah komunitas konveksi. Pak Imrori mengatakan sampai-sampai mereka diplesetkan sebagai
komunitas mujahitin yakni komunitas penjahit. Jadi baik pengepul limbah kain maupun pembeli yang mendatangi mereka di tahun-tahun
1990-an.
Pertumbuhan usaha konveksi yang pesat di tahun 1980-an hingga 1990-an mengakibatkan Beberapa pengusaha berusaha mencari
sumber bahan baku lain seperti Tekstil Solo dan Garemen Ungaran. Hal ini dilakukan oleh Pak Shodiq yang memiliki akses ke luar Salatiga.
Karena profesinya sebagai seorang sopir antar kota, memungkinkan pak Shodiq mendapatkan peluang limbah dari Solo. Pak Shodiq
mendatangi pemilik konveksi dengan modal Rp 5000 di tahun 1979, menyatakan niatnya untuk menjadi pengepul limbah kain dari Solo ke
Tingkir Lor. Dengan bahasa yang jujur dan sederhana, pak Shodiq mengakui segala kekurangannya pada pemilik usaha. Pemilik usaha di
Solo sepakat untuk menjadikan pak Shodiq sebagai pengepulnya.
Pengepul dari garmen Ungaran dating menawarkan kain limbahnya kepada pengusaha di Tingkir Lor. Hal ini direspons baik
oleh pengusaha Tingkir Lor, dengan membeli kain limbah garmen Ungaran sebagai bahan baku.
2. Jenis-jenis kain limbah yang diolah serta produk yang