T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evidence dalam Membuktikan Adanya Kartel di Indonesia T2 BAB IV

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa berdasarkan hasil pembahasan tentang konsep pembuktian dalam
hukum persaingan usaha dan apakah circumstantial evidence atau pembuktian tidak
langsung dapat digunakan dalam membuktikan kasus kartel adalah sebagai berikut :
1. Bahwa konsep pembuktian kasus kartel pada hukum persaingan usaha
dilakukan dengan cara melihat :
a. Hubungan anatara para terlapor merupakan pelaku usaha yang bersaing
atau tidak.
b. Perjanjian dilakukan baik secara lisan maupun tulisan dan isi dari
perjanjian tersebut adalah untuk mempengaruhi harga dengan cara
mengatur produksi dan atau pemasaran.
c. Akibat dari perjanjian tersebut dapat merugikan konsumen ataupun pelaku
usaha pesaing yang tidak masuk dalam anggota kartel.
Bahwa kartel merupakan salah satu perjanjian yang dilarang oleh UU
Antimonopoli. Bahwa dalam membuktikan adanya kartel harus dilihat
pemenuhan aspek subyek, aspek perjanjian (baik bentuk maupun isi) dan aspek
mengakibatkan monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Perjanjian
yang diatur dalam UU Antimonopoli mempunyai maksud untuk membatasi

perilaku usaha yaitu berupa larangan untuk membuat perjanjian yang
bermaksud untuk menghilangkan persaingan usaha yang sehat. Sedangkan

102

dalam KUHPerdata bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum kepada
para pihak untuk mendapatkan hak atau melakukan suatu kewajiban. Sehingga
secara otomatis perjanjian yang diatur dalam UU Antimonopoli merupakan
perjanjian yang tidak sah atau ilegal, sedangkan dalam KUHPerdata ditujukan
untuk mensahkan suatu perjanjian. Perjanjian dalam hukum persaingan usaha
mempunyai makna “contract”, “combination” atau “conspiracy” yang
mengharuskan adanya tindakan bersama-sama dari dua orang atau lebih untuk
membentuknya, sedangkan tindakan bersama (concerted action) hanya bisa
dibenarkan apabila mereka mempunyai unity of purpose atau understanding
atau telah terjadi meeting of minds diantara mereka.
2. Dengan semakin sulitnya menemukan bukti tertulis tentang kartel, maka
circumstantial evidence dapat digunakan untuk membuktikan kartel tersebut

pembuktian dengan menggunakan circumstantial evidence dilakukan dengan
mengkombinasikan bukti komunikasi dengan bukti analisis ekonomi. Bukti

komunikasi dapat berupa tulisan ataupun lisan antar pesaing dimana dalam
komunikasi tersebut terdapat pembicaraan mengenai harga, strategi masing –
masing pelaku usaha (secara langsung maupun tidak langsung) ataupun
menunjukan dokumen internal perusahaan. Bukti komunikasi dapat diperoleh
dari kesaksian, keterangan terlapor, notulen rapat ataupun dalam bentuk
rekaman percakapan elektronik. Bukti analisis ekonomi merupakan bukti
tambahan. Bukti ekonomi bukti yang terdiri dari dua tahapan berupa analisis
struktural, kemudian tahapan yang kedua terkait dengan analisis perilaku.
Analisis struktural diarahkan pada pembuktian apakah kesepakatan kartel
103

dimungkin terjadi di pasar bersangkutan (relevant market), dan analisis
perilaku atau perubahan yang ditujukan untuk membuktikan apakah perilaku di
pasar bersangkutan konsisten dengan perilaku kartel dan bukan perilaku
bersaing. Analisis ekonomi pada circumstantial evidence mempunyai manfaat
untuk membuktikan akibat dari kartel apakah merugikan konsumen atau tidak.
Hal ini tentu saja sangat berguna dalam menyelesaikan kasus persaingan usaha
yang menggunakan pendekatan rule of reason, yang tidak dapat ditemukan
apabila menggunakan ketentuan alat bukti yang termuat dalam pasal 42 UU
ANtimonopoli. Oleh karena itu pembuktian dengan menggunakan konsep

circumstantial evidence dapat digunakan untuk membuktikan adanya kartel.

B. Saran
Berikut ini saran dari penulis tentang penggunaa circumstantial evidence dalam
membuktikan kartel di Indonesia.
1. Sekiranya para penegak hukum khususnya hakim diberbagai tingkat dalam
pertimbangannya untuk menjatuhkan putusan agar dapat menyesuaikan dengan
tuntutan perkembangan jaman. Sebagai contoh makna perjanjian pada kasus
kartel. Apabila para pemegang palu keadilan tidak dapat menyesuaikan dengan
perkembangan jaman dan masih memegang konsep lama tentang perjajian,
maka para pelaku usaha yang melakukan kartel dengan model kesepakatan
kehendak yang tidak biasa tidak dapat dikenai hukuman.
Selain itu peran dan kualitas dari seorang hakim dalam memeriksa serta
mengadili kasus kartel sangat penting. Hakim (dalam hal ini Majelis Komisi)
104

dituntut untuk tidak saja memiliki kemampuan di bidang hukum saja melainkan
memiliki kemampuan lintas bidang keilmuan khususnya bidang pada ekonomi
supaya dalam memberikan putusan bukan hanya didasarkan keyakinan dan
minimal alat bukti saja, melainkan juga keyakinan berdasarkan alasan yang

rasional. Hal ini dapat bermafaat untuk mengadili dan memutus perkara
persaingan usaha yang memiliki sifat khas dan karakteristik yang jauh berbeda
dengan perkara di bidang hukum privat dan hukum publik pada umumnya
2. Dengan terpenuhinya saran yang disebutkan diatas maka secara otomatis
pembuktian circumstantial evidence seyogyanya dapat diterima dalam hukum
persaingan usaha di Indonesia terkait pengungkapan perjanjian katel era
modern sekarang ini.

105