T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Transmigrasi Lokal Pemerintah Provinsi Papua T2 BAB IV

BAB IV
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Program Transmigrasi yang digunakan oleh Pemerintah

Pusat adalah kebijakan yang dilakukan dalam rangka mengurai
kepadatan penduduk di daerah yang padat penduduknya seperti
Pulau Jawa, dan dengan memindahkan ke daerah yang tidak
padat diharapkan dapat membangun daerah tersebut bersama
masyarakat asli daerah yang dituju sehingga perwujudan cita-cita
pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu bangsa
dapat tercapai dengan program ini.
Adapun tujuan Transmigrasi berdasarkan

Undang –

Undang No. 29 Tahun 2009 Tentang perubahan Undang –
Undang No. 15 Tahun 1997 yakni meningkatkan kesejahteraan

transmigran dan masyarakat di sekitarnya, meningkatkan dan
memeratakan

pembangunan

daerah,

serta

memperkukuh

persatuan dan kesatuan bangsa. Namun Kebijakan Pemerintah
Pusat ini tidak disepakati oleh Pemerintah Daerah Provinsi Papua
dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi)

76

77

Nomor 15 Tahun 2008 tentang Kependudukan. Yang terkait

dengan pengendalian penduduk yang mana kesenjangan sosial
antara penduduk asli dengan pendatang sangat tidak bisa
diterima. Pemerintah Provinsi Papua dengan demikian telah
Melakukan kebijakan asas diskresi.
Tujuan yang mendasar dari keberadaan konsep kekuasaan
diskresi konsisten atau sejalan dengan hukum. Dalam pengertian
yang lebih fungsional dapat dinyatakan bahwa supaya justifiable
maka konsep diskresi harus dilandasi oleh tujuan hukum; atau
tindakan diskresi yang dilakukan oleh pemerintah harus di
bimbing oleh tujuan hukum. Dengan demikian, keadilan dapat
menjadi moralitas dari diskresi dalam wujudkan masyarakat
yang damai sejahtera seperti tergambar di atas. Tujuan yang sah
untuk dilakukan diskresi

oleh pemerintah adalah untuk

kemaslahatan masyarakat (public good). Tindakan diskresi yang
dipertimbangkan

adalah


tuntutan kemaslahatan masyarakat

untuk melakukan tindakan tersebut. Konsep kemaslahatan
masyarakat (public good) yang hakiki, yaitu konsep kemaslahatan
masyarakat sebagaimana yang ada di dalam asas keadilan yang
menjunjung tinggi martabat manusia (right-based theory of

78

justice), supaya tindakan diskresi tersebut dapat diterima secara
moral.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
kebijakan

Pemerintah

Provinsi

Papua


dengan

tindakan

mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Papua (Perdasi) Nomor
15 Tahun 2008 dalam Pasal 44 Ayat 1 dan 2 Tentang Pengaturan
Transmigrasi di Provinsi Papua

adalah demi kesejahteraan

masyarakat Papua atau terutama orang asli Papua. Pemerintah
Papua mencoba mengondisikan kebijakan yang pro pada
masyarakat Papua dalam artian orang asli Papua dengan
memandang Kebijakan terkait Program Transmigrasi dari
Pemerintah Pusat di pandang belum perlu untuk Provinsi Papua.
Mengingat masih banyak lahan kosong yang potensial yang dapat
di garap oleh orang asli Papua, dan apa yang dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi Papua terkait dikeluarkannya Peraturan
Daerah Provinsi (Perdasi) Nomor 15 Tahun 2008 tentang

kependudukan pada pasal 44 ayat 1 dan 2, untuk pengontrolan
kebijakan-kebijakan transmigrasi yang di buat oleh pemerintah
pusat merupakan kebijakan yang berasa diskresi sebagai solusi
untuk memecahkan persoalan yang terjadi di masyarakat Papua

79

pada

program-program

transmigrasi

lokal,

adalah

masih

diwilayah kewenangan Pemerintah Provinsi Papua.


B.

Saran

1.

Pemerintah pusat dalam hal mengeluarkan kebijakan
transmigrasi perlu mempertimbangkan kondisi dan potensi
daerah-daerah tertentu. Sehingga tidak terulang sebagai
mana telah terjadi pada Pemerintah Provinsi Papua.

2.

Daerah-daerah di Indonesia melalui Pemerintah Daerahnya
masing-masing tidak perlu ragu-ragu untuk melakukan
tindakan – tindakan diskresi, meskipun hal itu melanggar
Undang - Undang, bila yakin bahwa kebijakan diskresinya
memang atas dasar atau demi kemaslahatan.