ANALISIS NASKAH SOAL UJIAN SEKOLAH DITINJAU DARI VALIDITAS TAMPILAN, VALIDITAS ISI, DAN VALIDI TAS KONSTRUKSI SOAL PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SMP TAHUN PELAJARAN 2011/2012 s.d 2013/2014

(1)

ANALISIS NASKAH SOAL UJIAN SEKOLAH DITINJAU DARI VALIDITAS TAMPILAN, VALIDITAS ISI, VALIDITAS KONSTRKSI

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 s.d. 2013/20141

Oleh

Ratna Dewi2, Bambang Setiady3, Edi Suyanto4

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan validitas tampilan, validitas isi, dan validitas konstruksi soal-soal ujian sekolah mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tahun pembelajaran 2011/2012, 2012/2013, 2013/2014.

Data penelitian dianalisis oleh empat penilai (rater) dengan cara mengevaluasi butir-butir soal berdasarkan tiga tipe validitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagaian besar butir soal ujian akhir sekolah tahun pelajaran 2011/2012 s.d. 2013/2014 memenuhi kriteria soal yang valid.

Kata kunci: analisis soal ujian, validitas tampilan, isi, dan konstruksi

1

Tesis Pascasarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2

Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung, Jalan Sumantri Brojonegoro No.1, Gedung Meneng, Bandarlampung.

(E-Mail:[email protected], Hp 085379631010) 3

Dosen Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Universitas Lampung, Jalan Sumantri Brojonegoro No.1, Gedung Meneng, Bandarlampung 35145, Telp. (0721) 704624, Faks. (0721) 704624

4

Dosen Pascasarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung, Jalan Sumantri Brojonegoro No.1, Gedung Meneng, Bandarlampung. 35145, Telp. (0721) 704624, Faks. (0721) 704624


(2)

PROBLEM TEXT VIEWED FROM VALIDITIES OF FACE VALIDITY, CONTENT, AND CONSTRUCTION

ACADEMIC YEAR 2011/2012 TO 2013/20141 By

Ratna Dewi2, Bambang Setiady3, Edi Suyanto4

The objective of this research was to describe the face, content, and construction validity of the school examination items of Indonesian Language subject in academic year 2011/2012 to 2013/2014.

The sample of the reseach was the document of the final exams of SMP in Lampung. The data were collected from four teachers who had analysed the exams.

The data collected in this recearch were analysed by four raters by evaluating the items based on the three types of validity. The result shows that most of the items of the final exam in the academic year 2011/2012 to 2013/2014 fulfilled the criteria of the validity.

Keywords : analysis of examination problem, face, content, construction validity

1

✁ ✂✄☎ ✆✝ ✞✟✝✄ ✠✄ ✡ ✠✂ ☛✂✁f Indonesian Language and Literature Study Program in Faculty of Teacher

Training and Education in Lampung University 2

Postgraduate student of Indonesian Language and Literature Study Program in Faculty of Teacher Training and Education in Lampung University, Jalan Sumantri Brojonegoro No.1, Gedung Meneng, Bandar Lampung (e-mail:[email protected], mobile: 085379631010)

3

Lecturer in Faculty of Teacher Training and Education in Lampung University, Jalan Sumantri Brojonegoro No.1, Gedung Meneng, Bandar Lampung 35145, Phone (0721) 704624, Fax. (0721) 704624

4

Lecturer in Faculty of Teacher Training and Education in Lampung University, Jalan Sumantri Brojonegoro No.1, Gedung Meneng, Bandar Lampung 35145, Phone (0721) 704624, Fax. (0721) 704624


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis lahir di Metro, pada tanggal 8 Mei 1970 anak kesembilan dari pasangan Hasan Basri dan Suwarni (Almarhumah). Pendidikan yang penulis tempuh yakni, SD Negeri 1 Metro lulus 1983, SMP Negeri 1 Metro lulus 1986, SPG Negeri 1 Metro lulus 1989, S1 FKIP Universitas Lampung lulus tahun 1995, Bandar Lampung. Pada tahun 2012 tercatat sebagai mahasiswa S-2 Unila pada program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Pengalaman mengajar, tahun 1998—2005 di SMP Negeri 2 Way Seputih, Seputih Banyak Lampung Tengah, tahun 2005 sampai dengan sekarang di SMP Negeri 3 Metro. Selain mengajar penulis juga pernah menjadi guru inti di Provinsi Lampung Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia serta Instruktur Nasional Kurikulum 2013 untuk Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kota Metro tahun 2014. Selain itu juga pada tahun 2013 sampai dengan sekarang penulis menjabat sebagai Ketua MGMP Bahasa Indonesia di Kota Metro.


(8)

Tesis ini penulis persembahkan dan hadiahkan kepada: 1. Suamiku tersayang Heri Setiawan

2. Keempat buah hatiku ( Farhan Ibril Setiawan, Fadilah Akbar Setiawan, Nabila Azighah Dewi, Jihan Rofifah Dewi)

3. Ibunda Suwarni (Almarhumah) yang selama hidupnya selalu menjadi motivator terbesar dalam hidupku untuk menyelesaikan pendidikan dasar sampai pendidikan S1 dan S2 di Universitas Lampung.

4. Ayahanda tercinta Hasan Basri yang banyak memberikan pembelajaran dalam hidupku.

5. Saudara-saudaraku: Tince Hirdayati, Ernawati, Hendra Wijaya, Hasma Juita, Tuti Handayani, A. Yani, Hasliani, Heli Wirasti


(9)













































Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.

( QS an-Nahl [16]:78)

Hidup bukan ditentukan oleh turun naiknya nafas, tetapi ditentukan oleh jasa dan kebajikan ( Socrates)


(10)

Ahamdulillah, penulis panjatkan syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis berjudul

Analisis Naskah Soal Ujian Sekolah ditinjau dari Validitas Tampilan, Validitas Isi, dan Validitas Konstruksi pada Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Tahun Pelajaran 2011/2012 s.d. 2013/2014. Penelitian ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini.

1. Keluargaku tercinta yang tulus membantu dan memotivasi serta mendoakan penyelesaian studi penulis.

2. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M..Hum. selaku Pembimbing Akademik yang tulus memberikan kemudahan dalam penyelesaian segala urusan yang terkait perkuliahan.

3. Bapak Prof. Ag. Bambang Setiyadi, Ph.D. selaku pembimbing I, yang tulus, dan sabar, dan gigih membimbing peneliti dari tahap awal proposal sampai penyelesaian tesis .

4. Bapak Dr. Edi Suyanto, M.Pd. selaku pembimbing II, yang selalu memotivasi dan memberi bimbingan serta pengarahan dalam penyelesaian tesis.

5. Ibu Dr. Siti Samhati, M.Pd. selaku pembahas yang memotivasi penulis untuk dapat menyusun proposal dengan tepat dan lengkap demi kesempurnaan tesis ini.


(11)

pendidikan.

7. Pengurus MKKS Provinsi Lampung dan pengurus MGMP Bahasa Indonesia SMP di Bandarlampung selaku informan yang bersedia memberikan informasi- informasi berupa dokomen tertulis maupun wawancara yang sangat diperlukan dalam penyelesaian tesis ini.

8. Seluruh dosen Pascasarjana, Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia atas segala upaya dan daya dalam memberikan ilmu pengetahuan dalam menambah wawasan penulis.

9. Ibu Gustin Darwis, S.Pd.Ing. selaku kepala sekolah di tempat tugas penulis yang banyak memberi bantuan dan kemudahan dalam penyelesaian tesis ini.

10. Rekan-rekan kerja penelitian yang tergabung dalam panelis di SMP Negeri 3 Metro yang tulus memberikan bantuan teknis serta pemikiran dalam pelaksanaan perencanan penelitian sampai tahap, pelaksanaan penelitian, serta penyelesaian yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun yang berguna dan bermanfaat untuk menyempurnakan tesis ini.

Bandarlampung, 15 September 2014 Penyusun,

Ratna Dewi NPM 1223041018


(12)

v

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ……….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING ... iii

SANWACANA …...………... iv

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 6

1.3 Tujuan Penelitian ………... 7

1.4 Manfaat Penelitian ………... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penilaian Hasil Belajar ………....……… 9

2.2 Tujuan Penilaian Hasil Belajar………... 12

2.3 Ujian Sekolah / Madrasah………... 12

2.4 Tes Pilihan Jamak...………... 13

2.5 Validitas ... 14

2.6 Cara Menguji Validitas Isi ... 27

2.7 Cara Menguji Validitas Konstruk ... 28

2.8 Hasil Belajar Sebagai Objek Penelitian ... 29

2.9 Validitas Butir Soal ... 40

2.10 Panduan Penulisan Butir Soal ... 41


(13)

v

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 46 3.4 Prosedur Penelitian ... 47 3.5 Analisis Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda ... 48 3.6 Melakukan Analisis Validitas Naskah Soal Ujian Sekolah .... 50 3.7 Menarik Kesimpulan Hasil Analisis ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 53

4.2 Pembahasan ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 86 5.2 Saran ... 87

DAFTAR RUJUKAN


(14)

Tabel Halaman

Tabel 2.1 .Lembar Telaah Butir Soal Pilihan Ganda... 26

Tabel 2.2 Instrumen Analisis Validitas Isi Naskah Soal Ujian Soal... 27

Tabel 2.3 Instrumen Analisis Validitas konstruksi Soal Ujian Sekolah ... 28

Tabel 2.4 Kata Kerja Operasinal pada Indikator Pengetahuan ... 33

Tabel 2.5 Daftar Deskripsi Indikator Sikap ... 36

Tabel 2.6 Kata-Kata Operasional aspek Keterampilan... 40

Tabel 3.1 Telaah Butir Soal Pilihan Ganda... 50

Tabel 3.2 Instrumen Analisis Validitas Isi Soal Ujian Sekolah ... 51

Tabel 3.3 Instrumen Analisis Validitas Konstruk Soal Ujian Sekolah... 51

Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Analisis Soal Ujian Sekolah ... 53

Tabel 4.2 .Analisis Kebahasaan ditinjau dari Segi Ejaan ... 54

Tabel 4.3 Analisis Kebahasaan ditinjau dari Segi Pemakaian Kata... 55

Tabel 4.4 Analisis Kebahasaan ditinjau dari Segi Pemakaian kalimat... 56

Tabel 4.5 Analisis validitas ditinjau dari Validitas Isi... 57


(15)

1

.

1 Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan yang dilaksanakan haruslah pendidikan yang mengacu pada pasal 35 ayat (1) baik dari standar isi, proses, kompetensi lulusan, maupun standar penilaian pendidikan.

Standar penilaian pendidikan merupakan acuan dalam melaksanakan penilaian proses dan hasil pembelajaran yang telah ditetapkan Permendiknas No. 20 Tahun 2007. Pemberlakuan standar penilaian di SMP diharapkan dapat meningkatkan mutu lulusan dalam mencapai standar kompetensi lulusan SMP dan pada akhirnya meningkatkan mutu lulusan dalam mencapai standar kompetensi lulusan SMP dan lebih jauh dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Mengenai pentingnya penilaian dalam meningkatkan pendidikan, beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang pentingnya penilaian. Seperti yang dikemukakan Tabrani (1992: 36) bahwa mutu pendidikan ditentukan oleh penilaian, penilaian akan bias bila tidak memenuhi syarat-syarat: ada kriteria atau standar atau tolak yang dijadikan patokan apakah proses pendidikan itu telah benar, efektif, ekonomis atau memuaskan dalam rangka mencapai standar yang telah ditentuka


(16)

Fungsi evaluasi di dalam pendidikan adalah untuk memperoleh data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru dan pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai di mana keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode-metode mengajar yang digunakan. Bagi penyusun kurikulum penilaian memberi masukan-masukan dari pelaksana kurikulum di lapangan yang sangat berguna bagi pengembangan dan perbaikan kurikulum. Dengan demikian betapa pentingnya peranan dan fungsi evaluasi. (Purwanto, 2006: 5)

Sistem penilaian masih dipandang sebagai komponen yang kurang memiliki sumbangsih terhadap peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, penilaian kurang mendapat perhatian yang serius. Bahkan pendidik pun kurang peduli terhadap ketentuan-ketentuan seperti yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Hasil analisis konteks terhadap standar penilaian yang dilakukan oleh tim pengembang kurikulum sekolah di tempat penulis mengajar, menunjukkan bahwa sebagian besar pendidik, terutama jenjang SMP Negeri 3 Metro belum memahami prinsip-prinsip dan persyaratan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Penilaian pencapaian kompetensi oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan pencapaian kompetensi peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan dalam kurun waktu atau jenjang tertentu. Penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada pendidik agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran. Kaidah inilah yang semestinya dipahami oleh pendidik.

Data yang diperoleh pendidik selama pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai. Melalui proses tersebut, diperoleh potret/profil


(17)

kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah kompetensi yang telah dicapai dalam pembelajaran dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam kurikulum masing-masing satuan pendidikan (SMP). Penilaian di satuan pendidikan dilakukan dengan ujian sekolah/madrasah.

Ujian sekolah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. (Permendiknas No.20 Tahun 2007).

Ujian sekolah merupakan salah satu tolak ukur hasil belajar siswa serta sebagai upaya penjajakan atau uci coba yang diharapkan dapat memberikan informasi kemampuan siswa yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan dan mendeskripsikan sejauh mana kemampuan siswa dalam ajang latihan yang diharapkan dapat memberi informasi mengenai prestasi belajar peserta didik. menghadapi UN. Apabila siswa memperoleh hasil belajar yang baik dalam ujian sekolah, maka diharapkan dalam pelaksanaan UN memperoleh hasil yang baik pula.

Instrumen tes untuk ujian sekolah dibuat oleh beberapa orang pendidik yang ditunjuk oleh MKKS Tingkat Propinsi. Sekolah-sekolah pada tingkat ditunjuk kabupaten/kota menggunakan instrumen tes tersebuat dalam pelaksanaan latihan ujian sekolah. Instrumen tes untuk ujian sekolah selama ini dianggap telah merepresentasikan kompetensi kelulusan yang akan diujikan secara nasional lewat Ujian Nasional (UN) Ujian yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Menyusun soal tes yang baik yang sesuai dengan kompetensi yang akan diukur sesuai kurikulum bukanlah tugas yang mudah. Apa lagi soal ujian sekolah harus memenuhi kriteria yang sesuai dengan prinsip penilaian dalam pendidikan.

Salah satu tugas pendidik dalam melakukan penilaian adalah dengan menyusun soal. Penulisan soal merupakan salah satu rangkaian program dalam rangka


(18)

penyusunan suatu alat penilaian atau tes yang digunakan sebagai alat pengukur. Dalam penulisan soal ada beberapa hal yang harus dilakukan guru (penulis soal) dalam mencapai penulisan soal yang baik.

Salah satu dari prinsip penilaian diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, artinya, alat ukur dapat memberi informasi tentang siswa sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, Hal ini penting karena informasi tersebut akan dipergunakan untuk mempertimbangkan dan kemudian memutuskan berbagai kebijakan baik yang berkenaan dengan siswa maupun kegiatan pengajaran secara umum.

Alat ukur harus disusun dengan baik agar dapat memberi informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk keperluan itu, dibutuhkan informasi apakah alat ukur yang disusun itu telah memenuhi syarat alat ukur yang baik atau belum. Baik buruknya suatu alat ukur, salah satunya dapat dilihat dari kesahihan atau validitasnya. Validitas secara umum menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut mengukur sesuatu yang diukur. (Setiyadi, 2006: 22).

Validitas atau kesahihan menunjuk pada pengertian bahwa sebuah alat tes harus dapat mengukur apa yang akan diukur. Untuk mengetahui kesahihan suatu alat penilaian, perlu dilakukan telaah untuk mencocokkan antara kisi-kisi dengan yang dihasilkan dengan kompetensi dasar dan indikator yang ada dalam kurikulum.

Berkenaan dengan penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh satuan pendidikan melalui ujian sekolah dapat dilakukan dengan uji validitas tampilan (face validity), validitas isi (content validity) dan validitas konstruksi atau konsep bidang ilmu yang akan diuji validitas alat ukurnya.

Validitas tampilan ditinjau dari makna tidak terkait dengan kemampuan mengukur dari suatu alat ukur. Ada kemungkinan validitas tipe ini tidak terlalu ilmiah dan hanya berdasarkan kebiasaan yang ada, misalnya format penyusunan pilihan-pilihan dalam soal pilihan-pilihan ganda.


(19)

Validitas isi atau content validity terkait dengan seluruh butir-butir yang ada dalam suatu alat ukur. Untuk memenuhi validitas tipe ini peneliti harus melihat seluruh indikator yang berupa butir-butir soal dan menganalisanya apakah alat ukur itu secara keseluruhan telah mewakili dari materi yang akan diukur (Setiyadi, 2006: 22).

Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas isi apabila isi/materi/bahan alat ukur tersebut betul-betul merupakan bahan yang representatif terhadap bahan pembelajaran yang diberikan. Artinya, isi alat ukur yang diperkirakan sesuai dengan apa yang telah diajarkan berdasarkan kurikulum.

Cara menyelidiki validitas isi alat ukur bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan

menggunakan pendapat suatu ‘panel’ yang terdiri dari ahli-ahli dalam bidang bahasa Indonesia dan ahli-ahli penilaian. Kalau cara tersebut sulit untuk dilakukan, maka dapat dikerjakan dengan cara membandingkan materi alat ukur tersebut dengan bahan-bahan dalam penyusunan alat ukur, dengan analisis rasional. Apabila materi alat ukur cocok dengan alat ukur tersebut berarti alat ukur tersebut memiliki validitas isi (Sudjana, 2000 : 14).

Validitas konstruk merujuk pada kesesuaian antara hasil alat ukur dengan kemampuan yang diukur. Pembuktian adanya validitas konstruk alat ukur bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan usaha untuk menunjuk bahwa skor yang dihasilkan suatu alat ukur benar-benar mencerminkan konstruk yang sama dengan kemampuan yang dijadikan sasaran pengukurannya.

Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas konstruk yang tinggi apabila sesuai dengan ciri-ciri tingkah laku yang diukur. Apabila diuraikan akan tampak keselarasan rincian kemampuan dalam butir alat ukur dengan rincian kemampuan yang akan diukur.


(20)

Validitas konstruk dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan memasangkan butir-butir soal dengan tujuan-tujuan tertentu yang dimaksudkan untuk mengungkap tingkatan aspek kognitif tertentu pula. Seperti halnya dalam validitas isi, untuk menentukan tingkatan validitas konstruk, penyusunan butir soal dapat dilakukan dengan mendasar pada kisi-kisi alat ukur.

Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk kegiatan menganalisis soal yang telah disusun baik ditinjau dari validitas tampilan, validitas isi, dan validitas konstruksi agar tes benar-benar mampu memberikan informasi yang dapat jawabkan kebenarannya, artinya, alat ukur dapat memberi informasi tentang siswa sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, Hal ini penting karena informasi tersebut akan dipergunakan untuk mempertimbangkan dan kemudian memutuskan berbagai kebijakan baik yang berkenaan dengan siswa maupun kegiatan pengajaran secara umum.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. “Bagaimanakah soal ujian sekolah Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

SMP tahun pelajaran 2011/2012-2013/2014 ditinjau dari validitas tampilan (Face Validity)?

2. “Bagaimanakah soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia SMP tahun pelajaran 2011/2012-2013/2014 ditinjau dari validitas isi (Content Validity)?

3. “Bagaimanakah soal ujian sekolah Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

SMP tahun pelajaran 2011/2012-2013/2014 ditinjau dari validitas konstruksi ( Construct Validity)?”


(21)

1.3 Tujuan Penelitian

1) Menganalisis naskah Soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP tahun pelajaran 2011/2012-2013/2014 ditinjau dari validitas tampilan(Face validity).

2) Menganalisis soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP tahun pelajaran 2011/2012-2013/2014 ditinju dari validitas isi (Content Validity).

3) Menganalisis soal ujian sekolah Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP tahun pelajaran 2011/2012-2013/2014 ditinjau dari validitas konstruksi (Contruct validity).

1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

Manfaat dari segi keilmuaan dapat memberi kontribusi pemikiran dalam penilaian, terutama dengan validitas tampilan, validitas isi, dan validitas konstruksi yang sangat bermanfaat sebagai panduan dalam menyusun penilaian agar dapat benar-benar mengukur sesuai dengan yang diukur serta dapat dikembangan dalam penyusunan ujian sekolah yang dilaksanakan di satuan pendidikan SMP.

b. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis penelitian ini adalah melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program penyusunan butir soal ujian sekolah mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP untuk dapat memperhatikan prinsip dasar penilaian baik ditinjau dari tingkat validitas tampilan, validitas isi maupun validitas konstruk sebagai acuan penilaian.

1) Bagi Penyusun Soal

Menambah wawasan bagi guru tentang prinsip-prinsip dan kaidah penilaian.

2) Bagi Guru

Meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip penilaian dalam pembelajaran.


(22)

Merencanakan dan melaksanakan penilaian hasil belajar yang lebih berkualitas.

3) Bagi Siswa


(23)

2.1 Penilaian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu gambaran dari penugasan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru. Hasil belajar merupakan suatu prestasi yang ingin dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, sedangkan hakikat dari proses pembelajaran adalah terjadinya suatu proses yang dapat mengubah tingkah laku dalam diri siswa. Sehubungan dengan ini, Nana (2002: 22) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”. Hasil belajar dapat diketahui melalui hasil test yang diberikan penilaian.

Hasil belajar siswa digunakan untuk memotivasi siswa dan guru agar melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran. Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses menyatakan bahwa “penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran”. Jadi, untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran dilakukan evaluasi atau penilaian hasil belajar.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan seorang siswa mengikuti kegiatan belajar.


(24)

Penilaian hasil belajar dilihat dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sebagaimana Bloom (dalam Suharsimi, 2008 : 117-122) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah kawasan :

a. Ranah kognitif, yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah afektif, mencakup penerimaan, partisipasi, penilaian, atau penentuan sikap,organisasi dan pembentukan pola hidup.

c. Ranah psikomotor, terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan penyesuaian pola gerakan dan

d. Kreativitas.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Penilaian ranah kognitif dapat dilakukan dengan memberikan tes tertulis kepada siswa. Tes tertulis ini merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Salah satu bentuk tes tertulis yaitu tes pilihan ganda yang dapat mengukur kemampumpuan berfikir siswa dengan cakupan materi yang lebih luas. Penyusunan instrumen pada tes tertulis harus memperhatikan beberapa hal yaitu keluasan ruang lingkup materi, kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai,rumusan soal harus jelas dan tidak menimbulkan maksud ganda (Puskur, 2007 : 17).

Penilaian ranah afektif atau dikenal dengan penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik, salah satu tekniknya yaitu observasi perilaku dengan menggunakan skala sikap. Skala sikap yang ditetapkan dapat berupa kode bilangan seperti misalnya untuk selalu diberi kode 5, seringkali diberi kode 4, kadang-kadang diberi kode 3, jarang diberi kode 2, tidak pernah diberi kode 1 (Slamet, 2001: 124).

Sikap yang akan dinilai yaitu berupa nilai-nilai karakter yang muncul selama proses pembelajaran yaitu kerja keras, kerja sama, ingin tahu, disiplin, tanggung jawab dan percaya diri. Sedangkan penilaian psikomotor digunakan untuk melihat


(25)

keterampilan dan kemampuan bertindak siswa. Penilaian psikomotor dilakukan dengan menggunakan kode angka 1 untuk tidak tepat, 2 kurang tepat dan 3 tepat.

Penilaian psikomotor dilakukan pada saat pelaksanaan praktikum. Penilaian psikomotor ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu 1) tahap persiapan yang terdiri dari menyiapkan alat dan mengkalibrasi alat, 2) tahap pelaksanaan yang terdiri dari penggunaan alat dan pembacaan skala, 3) tahap hasil yang terdiri dari mengolah data dan menarik kesimpulan.

Sudjana (2005) juga mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Hasil juga bisa diartikan adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.


(26)

Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.

Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam bakat pengalaman dan pelatihan.

2.2 Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Sudjana (2005) mengutarakan tujuan penilaian hasil belajar sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan

dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya.

2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta sistem pelaksanaan.

4. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

2.3 Ujian Sekolah/Madrasah

adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi

belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan (Permendiknas No.20 Tahun 2007).


(27)

2.4 Tes Pilihan Jamak(Multiple Choice Test)

Multiple choice testterdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.

Multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dari beberapa pengecoh (Suharsimi, 2008: 168).

Lebih lanjut Suharsimi menjelaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda.

a) Instruksi pengerjaan harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disertai contoh mengerjakannya.

b) Multiple choice test hanya ada “satu” jawaban yang benar. Jadi tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar nomor satu, benar nomor dua, dan sebagainya.

c) Kalimat pokoknya hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian mana pun yang dapat dipilih.

d) Kalimat pada butir soal hendaknya sesingkat mungkin.

e) Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya

f) Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung pada butir-butir .soal lain.

g) Gunakan kata-kata: “manakah jawaban yang paling baik’. “pilihlah satu yang pasti lebih baik dari yang lain’, bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.

i) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar.

j) Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun ide tersebut dapat kompleks.

k) Bila dapat disusun urutan logis antarpilihan, urutkanlah (misalnya: urutan tahun, urutan alfabet, dan sebagainya).


(28)

l) Susunlah agar jawaban mana pun mempunyai keseuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.

m) Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam panjangnya, sifat uraiannya maupun taraf teknis.

n) Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam panjangnya, sifat uraiannya maupun taraf teknisnya.

o) Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen mengenai isinya dan bentuknya.

p) Buatkah jumlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat. Bilamana terdapat kesukaran, buatlah pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai jumlah empat tersebut. Pilihan-pilihan tambahan hendaknya jangan terlalu gampang diterka karena bentuknya atau isinnya.

q) Hindarkan pengulangan kata pada kalimat pokok di alternatif-alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih alternatif yang mengandung

pengulangan tersebut.

2.5 Validitas

Setiyadi (2006: 22) mengemukakan bahwa secara umum validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut mengukur sesuatu yang harus diukur. Secara metodelogis, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu validitas isi, konstruk, konkuren, dan prediksi. Keempat macam validitas tersebut sering pula dikelompokkan menjadi dua macam menurut rentetan berfikirnya. Kedua macam validitas logik dan validitas empirik (Sukardi, 2007: 122)

Lebih lanjut Sukardi menjelaskan bahwa validitas logik prinsipnya mencakup validitas isi, yang ditentukan utamanya atas dasar pertimbangan (judgment) dari para pakar. Kelompok validitas yang adalah kelompok empirik. Dinamakan demikian karena validitas tersebut ditentukan dengan menghubungkan performansi sebuah tes terhadap kriteria penampilan tes lainnya dengan


(29)

Validitas logik di antaranya adalah validitas konkuren dan prediksi. Jika dibandingkan antara validitas logik dan validitas empirik maka validitas empirik pada umunya menunjukkan lebih objektif.

Penilaian validitas konstruk pada prinsipnya mencakup dua aspek di atas pertimbangan dan kriteria eksternal. Untuk tes tertentu, ini penting untuk mencari kejelasan (evidence) yang berkaitan dengan tipe validitas yang tepat untuk suatu tujuan. Validitas mengarah pada ketepatan interpretasi hasil penggunaan suatu prosedur evaluasi sesuai dengan tujuan pengukurannya (Sriwahyuni dalam Groundlund, 1985: 86).

Validitas merupakan suatu keadaan apabila suatu instrumen evaluasi dapat mengukur apa yang sebenarnya harus diukur secara tepat. Suatu alat ukur hasil belajar bahasa Indonesia dikatakan valid apabila alat ukur tersebut benar-benar mengukur hasil belajar bahasa Indonesia.

Validitas alat ukur tidak semata-mata berkaitan dengan kedudukan alat ukur sebagai alat, tetapi terutama pada kesesuaian hasilnya, sesuai dengan tujuan penyelenggaraan alat ukur.

Menurut Syofian (2012: 162) validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (valid measure if it succesfully measure the phenomenon).

Suatu penelitian yang bersifat deskriptif, maupun eksplanatif yang melibatkan variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung, masalah validitas tidak sederhana, di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep suatu tingkat teoritis sampai empiris (indikator), namun bagaimana tidak suatu instrumen penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya.

Menurut Sudjana(2009: 12) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai


(30)

apa yang seharusnya dinilai. Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan penilaian. Alat penilaian yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.

Mengingat pentingnya masalah validitas, maka tidak mengherankan apabila para pakar telah banyak berupaya mengkaji masalah validitas serta membagi validitas ke dalam beberapa jenis, terdapat pengelompokan jenis-jenis validitas. Namun dalam penelitian ini hanya menganalisis validitas tampilan, validitas isi, dan validitas konstruksi.

2.5.1 Validitas Tampilan(Face Validity)

Validitas tipe ini lebih berhubungan dengan bagaimana tanggapan pihak awam mengenai alat ukur tersebut. Bila kita mengacu ke konsep validitas yang telah dibahas sebelumnya, validitas tipe ini kurang tepat dikategorikan ke dalam tipe validitas karena makna dari validitas tampilan tidak terkait dengan kemampuan mengukur dari suatu alat ukur. Ada kemungkinan validitas tipe ini tidak terlalu ilmiah dan hanya berdasarkan kebiasaan yang ada, misalnya format penyusunan pilihan-pilihan dalam soal pilihan ganda (Setiyadi, 2006: 22)

Teori validitas muka/tampilan lebih lanjut dikemukakan oleh Kerlinger (1990) dalam Ramlannarie mengemukakan validitas tampilan adalah tipe validitas yang rendah signifikasi karena hanya didasarkan pada penelitian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampil sesuai dengan apa yang ingin diukur, maka dapat dikatakan validitas tampilan telah terpenuhi. Dengan alasan kepraktisan banyak alat ukur yang pemakaiannya terbatas hanya mengandalkan validitas muka.

2.5.2 Panduan Penulisan Butir Soal (Validitas Tampilan)

Menurut Safari (2001: 1) mengemukakan kaidah- kaidah penulisan butir soal meliputi hal berikut ini.

1. Materi


(31)

b. Setiap pertanyaan harus diberi batasan jawaban yang diharapkan. c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran.

d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenis sekolah atau tingkat kelas.

2. Konstruksi

a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya,

kemampuan/materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis soal. Setiap butir hanya mengandung satu persoalan atau gagasan.

b. Rumusan pokok soal dalam pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya, apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.

c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.

d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri. e. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini

diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.

f. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “ semua pilihan jawaban di atas salah “atau” semua pilihan jawaban di atas benar” Artinya, dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang dinyatakan dan pernyataan itu tidak homogen.


(32)

g. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari nilai angka yang paling besar atau sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu yang harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara urut dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.

h. Gambar, grafik, tabel,diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang dinyatakan harus jelas terbaca dapat dimengerti oleh peserta didik. apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.

i. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.

2. Bahasa dan Budaya

a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi hal berikut.

1) Pemakaian kalimat; meliputi (1) unsur subjek (2) unsur predikat, (3) anak kalimat

2) Pemakaian kata; meliputi (1) pilihan kata; (2) penulisan kata3) Pemakaian ejaan meliputi (1) penulisan huruf; (2) penggunaan tanda baca.

4) Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti oleh peserta didik.

5) Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.


(33)

2.5.3 Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi terkait dengan seluruh butir-butir soal yang ada dalam suatu alat ukur. Untuk memenuhi validitas tipe ini peneliti harus melihat seluruh indikator yang berupa butir-butir soal dan menganalisanya apakah alat ukurnya secara keseluruhan telah mewakili dari materi yang akan diukur.

Validitas isi lazimnya diukur untuk tes yang digunakan untuk mengukur ranah pengetahuan, seperti pengetahuan tata bahasa, pengetahuan kosakata, dan pengetahuan kebahasaan lainnya (Setiyadi, 2006: 23).

Menurut Sukardi (2007: 123) yang dimaksud validitas isi ialah derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan dua aspek penting, yaitu valid isi dan valid teknik samplingnya. Valid isi mencakup khususnya, hal-hal yang berkaitan dengan apakah item-item itu menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur.

Selanjutnya vaiditas sampling pada umunya berkaitan dengan bagaimanakah baiknya suatu sampel tes merepresentasikan total cakupan yang ingin diukur. Sedangkan validitas sampling pada umunya berkaitan bagaimanakah suatu sampel tes merepresentasikan total cakupan isi.

Kadang-kadang tes validitas isi juga disebut face validity atau validitas wajah. Walaupun hal tersebut masih meragukan, karena validitas wajah hanya menggambarkan derajat di mana sebuah tes tampak mengukur, tetapi tidak menggambarkan cara psikometri yang mengukur apa yang ingin diusahakan dapat diukur. Proses ini sering digunakan sebagai awal penyaringan dalam tes pilihan.

Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas isi bila tes tersebut mengukur tujuan yang ingin dicapai dengan materi yang seharusnya diukur. Tes yang tidak memiliki validits isi maka dapat terjadi jika salah satu atau beberapa tujuan


(34)

khusus tidak tercantum dalam tabel, semakin banyak tujuan tidak tercantum maka validtas isi semakin kecil (Arikunto, 2007: 67).

Validitas isi juga mempunyai peran yang sangat penting untuk pencapaian atau achievement test. Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli.

Sri Wahyuni dan Abd. Syukur Ibrahim (2012: 86--88) mengemukakan bahwa validitas isi adalah ketepatan suatu alat ukur ditinjau dari isi alat ukur tersebut. Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas isi apabila isi/materi/bahan alat ukur tersebut betul-betul merupakan bahan yang representatif terhadap bahan pembelajaran yang diberikan. Artinya, isi alat ukur diperkirakan sesuai dengan apa yang telah diajarkan berdasarkan kurikulum.

Sebagai suatu usaha agar alat ukur yang disusun memiliki validitas tinggi, Sriwahyuni dalam Gronlund (1985) menyarankan agar penyusun alat ukur mengikuti prosedur: (1) mengidentifikasi pokok bahasan dan tingkat kemampuan belajar yang akan diukur secara terinci, (2) membuat kisi-kisi dan sebaran pertanyaan secara lengkap dan rinci, dan (3) menentukan dan menulis butir-butir soal alat ukur dengan berpijak pada kisi-kisi tersebut.

Menurut Syofian (2012: 163) menyatakan bahwa validitas isi berkaitan dengan kemampuan instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.

Menurut Sudjana (2009: 13) menyatakan bahwa validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyususn tes yang bersumber dari kurikulum bidang studi yang hendak diukur. Di samping kurikulum dapat juga diperkaya dengan melihat atau mengkaji buku sumber.


(35)

Validitas isi menunjuk pada sejauh mana instrumen tersebut mencerminkan isi yang dikehendaki kurikulum. Validitas isi kadang disebut juga validitas kurikuler. Dalam menilai validitas isi suatu instrumen, kita berkepentingan dengan pertanyaan seberapa jauh isi instrumen itu mencerminkan seluruh isi kurikulum yang diukur?

Agar dapat memiliki validitas isi, suatu ukuran harus secara memadai menarik sampel topik maupun proses kognitif yang terdapat di dalam keterampilan yang dinilai. Di samping itu, topik dan proses kognitif itu harus ditarik sampelnya sesuai dengan penekanannya di seluruh konstruk (Depdiknas, 2005: 19).

Sebagai suatu usaha agar alat ukur yang disusun memiliki validitas tinggi, Sriwahyuni dalam Ground(2012: 87) Untuk menyusun tes yang memiliki validitas yang tinggi ditempuh prosedur sebagai berikut:

(1) identifikasi kompetensi secara secara rinci dan rincian indikator dalam kurikulum;

(2) membuat kisi-kisi secara lengkap dan terinci yang mencantumkan pula sebaran tugas;

(3) menjabarkan dan menulis butir soal/tugas dengan berpijak pada kisi-kisi tersebut.

Bagaimana mengukur validitas isi tes bahasa? Validitas isi dalam tes menulis dapat ditentukan dengan cara membandingkan butir-butir yang terdapat dalam tes menulis dengan butir-butir yang terdapat dalam kurikulum. Untuk memenuhi validitas tipe ini dilakukan dengan melihat seluruh indikator soal lalu menganalisisnya dengan standar isi kurikulum yang berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bila indikator soal yang dianalisis telah mengukur seluruh seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum, maka alat ukur tersebut memenuhi aspek validitas isi. Cara ini dilakukan untuk menentukan validitas isi tes menulis yang digunakan jug dalam pengajaran (Depdiknas, 2005: 20).


(36)

2.5.4 Validitas Konstruk (Construct Validity)

Menurut Sukardi (2007: 123) validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara atau hypotetical construck.

Konstruk, secara defenitif merupakan suatu sifat yang tidak dapat diobservasikan, tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya melalui satu atau dua indera kita.

Konstruk tidak lain adalah merupakan temuan “temuan” atau suatu pendekatan untuk menerangkan tingkah lakunya.

Menurut Setiyadi (2006: 25) mengemukakan bahwa validitas konstruk atau construct validity diperlukan untuk alat ukur yang mempunyai beberapa indikator dalam mengukur satu aspek atau konstruk. Bila ada alat ukur yang mempunyai beberapa aspek dan setiap aspek diukur dengan beberapa indikator, indikator yang sejenis harus berasosiasi positif satu dengan yang lainnya. Sebaliknya, indikator-indikator tersebut harus berasosiasi negatif dengan indikator-indikator lainnya bila indikator-indikator tersebut mengukur aspek yang berbeda atau berlawanan.

Menurut Wahyuni dan Ibrahim (2012: 87) menyatakan bahwa validitas konstruk merujuk pada kesesuaian antara hasil alat ukur dengan kemampuan yang diukur. Pembuktian adanya validitas konstruk alat ukur bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan usaha untuk menunjuk bahwa skor yang dihasilkan suatu alat ukur bahasa bahasa Indonesia benar-benar mencerminkan konstruk yang sama dengan kemampuan yang dijadikan sasaran pengukurannya.

Menurut Syofian (2012: 163) mengatakan konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukur. Menurut Jack R. Fraenkel validitas konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas

cakupannya dibandingkan dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.


(37)

Suatu alat ukur bahasa Indonesia dikatakan memiliki validitas konstruk yang tinggi apabila alat ukur sesuai dengan ciri-ciri tingkah laku yang diukur. Dengan kata lain, apabila diuraikan akan tampak keselarasan rincian kemampuan dalam butir alat ukur dengan rincian kemampuan yang akan diukur.

Validitas konstruk dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan memasangkan butir-butir soal dengan tujuan-tujuan tertentu yang dimaksudkan untuk mengungkap tingkatan aspek kognitif tertentu pula. Seperti halnya dalam validitas isi, untuk menentukan tingkatan validitas konstruk, penyusunan butir soal dapat dilakukan dengan mendasar pada kisi-kisi alat ukur (Sriwahyuni, 2012: 87).

Istilah validitas konstruk menurut Sudjana (2009: 14) merupakan validitas bangun atau bangun pengertian (construk validity) berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian untuk mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukurnya.

Pengertian-pengertian yang terkandung dalam konsep kemampuan, minat, sikap, dalam berbagai bidang kajian harus jelas apa yang hendak diukurnya. Konsep-konsep tersebut masih abstrak, memerlukan penjabaran yang lebih spesifik sehingga mudah diukur. Ini berarti setiap konsep harus dikembangkan indikator-indikatornya. Dengan adanya indikator dari setiap konsep, bangun pengertian atau validitas konstruk akan tampak sehingga mudah dalam menetapkan alat penilaianya.

Tes bahasa Indonesia dalam Ujian Sekolah dan Ujian Nasional meliputi aspek membaca dan aspek menulis. Validitas konstruk tes menulis dapat ditentukan dengan cara membandingkan butir-butir tes dengan teori yang melandasi kemampuan menulis. Jika menulis dipandang sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan dengan melibatkan kegiatan pengolahan bahasa dan isi, maka tes yang memiliki validitas konstruk akan mencakup semua aspek tersebut.


(38)

Jika menulis dipandang sebagai proses mengolah ide dan sarana pengekspresian, sudah seharusnya pelaksanaan tes menulis juga mencerminkan adanya proses (Depdiknas, 2005: 19).

Pada tes menulis, validitas konstruk berkaitan dengan bangunan pengertian menulis yakni proses pengembangan gagasan sesuai dengan konteks komunikasi dalam bentuk wacana tulis. Dengan demikian, menulis adalah keterampilan produktif tulis yang disesuaikan dengan konteks. Hal ini berimplikasi pada penentuan aspek dalam rublik (pedoman penyekoran).

Dengan pemahaman bahwa menulis memiliki konstruks pemilihan dan pengembangan isi, penggunaan aspek grafis dan mekanik, pemilihan dan penggunaan kata/kalimat secara tertulis, rublik yang akan disusun perlu mengamati faktor-faktor tersebut.

Pada tes menulis, validitas konstruk berkaitan dengan bangunan pengertian menulis yakni proses pengembangan gagasan sesuai dengan konteks komunikasi dalam bentuk wacana tulis. Dengan menetapkan indikator suatu konsep dapat dilakukan dengan dua cara, yakni (a) menggunakan pemahaman atau logika berfikir atas dasar teori pengetahuan ilmiah dan (b) menggunakan pengalaman empiris, yakni apa yang terjadi dalam kehidupan nyata.

Apabila hasil tes menunjukkan indikator-indikator yang tidak berhubungan secara positif satu sama lain, berarti ukuran tersebut tidak memiliki validitas bangun pengertian. Atas dasar itu indikator perlu ditinjau atau diperbaiki kembali. Cara lain untuk menetapkan bangun pengertian suatu alat penilaian adalah menghubungkan (korelasi) alat penilaian yang dibuat dengan alat penilaian yang sudah baku (standardized) seandainya telah ada yang baku. Bila menunjukkan koefesien korelasi yang tinggi, maka alat penilaian tersebut memenuhi validitasnya.


(39)

Menurut BSNP validitas isi dan konstruk berhubungan dengan kecocokan butir-butir instrumen dengan tujuan ukurnya. Cara yang dapat ditempuh dengan menetapkan instrumen yang akan diukur dengan kurikulum dan teori. Kedua jenis validitas tersebut ditentukan melalui pengkajian secara teoritis dan secara empiris yang mencakup: ( 1) menjelaskan pokok bahasan dan subpokok bahasan; (2) menetapkan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang diukur oleh setiap butir instrumen. (3) mencocokkan butir-butir instrumen dengan pokok bahasan dan subpokokbahasan yang diukur.

Lebih lanjut BSNP menjelaskan bahwa secara teoritis validitas isi dan validitas konstruk dapat dikaji melalui penilaian panelis . Penilaian panelis dimaksudkan untuk menilai kesesuaian setiap butir instrumen (soal) dengan pokok bahasan dan subpokok bahasan yang diukur. Prosedur yang digunakan adalah meminta para panelis untuk mencermati butir-butir instrumen. Kemudian menilai kesesuaian setiap butir instrumen dengan pokok bahasan dan subpokok bahasan yang akan diukur.

Suatu contoh penilaian validitas isi dan validitas konstruk secara teoritis dapat dilakukan melalui penilaian panelis ( pakar ). Pengembangan prosedur penilaian panelis dapat dilakukan melalui beberapa langkah yang dapat digunakan, yaitu: 1. Menetapkan skala yang digunakan yaitu: 1 = tidak relevan, 2 = kurang

relevan, 3 = cukup relevan, dan 5 = sangat relevan. 2. Menetapkan kriteria yang mencakup :

(a) Mengukur indikator; (b) Hanya memahami satu arti; (c) Jelas dan mudah dipahami; (d) Tidak bersifat faktual; (e) Tidak tumpang tindih. 3. Menetapkan pilihan, yaitu:

(a) Tidak relevan jika hanya satu atau semua kriteria tidak terpenuhi. (b) Kurang relevan jika hanya dua kriteria yang terpenuhi.


(40)

(d) Relevan, jika hanya empat kriteria yang terpenuhi. (e) Sangat relavan, jika semua kriteria terpenuhi

4. Kualitas masing-masing butir instrumen didasarkan atas rerata hasil penilaian panelis, dengan kriteria sebagai berikut.

Rerata Penilai Keputusan

1,0 - 2,9 tidak sesuai, Direvisi.

3,0 - 3, 9 cukup sesuai, Diterima dengan direvisi 4,0 - 5,0 sesuai

2.5.5 Cara Menguji Validitas Tampilan (Face Validity)

Menguji validitas tampilan dalam penelitian ini untuk menguji soal-soal ujian sekolah yang berbentuk pilihan jamak apakah sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan kaidah penulisan pilihan ganda yang telah ditetapkan. Cara mengujinya adalah dengan menelaah butir dengan lembar telaah soal bentuk pilihan ganda. Lembar telaah dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 2.1 Lembar Telaah Butir Soal Pilihan Ganda

Jenis persyaratan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 s.d 50

A.Ranah Materi

Butir Soal sesuai dengan indikator(pilihan ganda) - v - - v - - - - -Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi - - - -Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari

segi materi

- - -

-Hanya ada satu kuncjawaban - - -

-B. Konstruksi

Pokok soal (stem)dirumuskan dengan singkat dan jelas

v - - v v - - - v

-Rumusan pokok masalah merupakan pernyataan yang diperlukan saja

- - -

-Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah pada pilihan jawaban yang benar

- - -

-Pokok soal tidak

mengandung pernyataan negatif ganda

- - -

-Wacana, gambar, atau grafik benar, jelas dan berfungsi

- - -

-Panjang pilihan jawaban relatif sama

- - -

-Pilihan jawaban tidak

menggunakan “semua

jawaban di atassalah/benar ‘dan sejenisnya

- - -

-Butir soal tidak

bergantung pada jawaban sebelumnya.

- - -


(41)

Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

v v - - v v v - - V

Menggunakan bahasa yang komunikatif

- - -

-Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat

- - -

-Rumusan soal tidak mengandung kata-kata

yang dapat menyinggung perasaan peserta didik

- - -

(Wahyuni &Ibrahim, 2012: 55)

2.5.6 Cara Menguji Validitas Isi (Content Validity)

Instrumen penelitian data dapat diuji dengan menganalisis kisi-kisi yang telah disusun sesuai dengan kurikulum (materi dan tujuan) untuk menganalisis validitas isi, dan dapat pula meminta bantuan ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep materi yang diajukan memadai atau tidak sebagai sampel tes dengan menggunakan instrumen analisis, hasil analisis dikaitkan dengan prosentase ketercapaian dengan indikator yang akan diukur (Sudjana: 2009). Cara menguji validitas isi dengan cara menganalisis soal-soal ujian sekolah dengan menggunakan instrumen analisis di bawah ini.

Tabel 2.2 Instrumen Analisis Validitas Isi Naskah Soal Ujian Sekolah

Ranah Penilai-an Ranah Penilaian Kriteria S K K D Kompetensi yang diujikan Indikator pencapaian

K A P

Indi-kator soal No. Soal C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6 S S S K S Menemukan gagasan utama dalam teks Mengidenti fikasi isi dan bagian suatu teks

V 1 V V

Keterangan:

SK : Standar Kompetensi

KD : Kompetensi Dasar

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai


(42)

2.5.8 Cara Menguji Validitas Konstruk (Construct Validity)

Instrumen penelitian data dapat diuji validitas konstruk dengan jalan mengukur indikator-indikator soal memiliki hubungan dengan kompetensi dasar yang akan diukur. Jika tidak berhubungan positif satu sama lain berarti soal tersebut tidak valid secara konstruksi/bangun pengertian. Atas dasar itu indikator perlu ditinjau atau diperbaiki.

Tes bahasa Indonesia dalam Ujian Sekolah dan Ujian Nasional meliputi aspek membaca dan aspek menulis. Validitas konstruk tes membaca dan menulis dapat ditentukan dengan cara membandingkan butir-butir tes dengan teori yang melandasi kemampuan membaca dan menulis. Jika menulis dipandang sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan dengan melibatkan kegiatan pengolahan bahasa dan isi, maka tes yang memiliki validitas konstruk akan mencakup semua aspek tersebut. Adapun instrumen penelitian untuk menganalisis validitas konstruk soal ujian sekolah dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 2.3 Instrumen Analisis Validitas Konstruk Soal Ujian Sekolah

Kemamampuan Komunikatif Kemampuan Apresiatif Kriteria kerelevanan No. Indikator Acuan

Bintek Ujian Nasional

Indikator Soal (kisi-kisi) Ujian Sekolah

M1 M2 M1 M2 1 2 3 4

1. Disajikan sebuah pargraf, siswa menentukan gagasan utama paragraf. Disajikan kutipan paragraf, siswa menentukan kalimat utama paragraf V V

Sejalan dengan Kurikulum 2006, pendekatan pembelajaran bahasa menekankan pada aspek kemahiran berbahasa dan fungsi bahasa yang disebut pendekatan komunikatif. Sementara di sisi lain pendekatan pembelajaran sastra menekankan pada apresiasi sastra yaitu pendekatan apresiasif.


(43)

Sejalan dengan bentuk pendekatan pembelajaran yang demikian, maka dalam mengembangkan assesmen haruslah menekankan pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan sebagai salah satu bentuk seni yang dapat diapreasiasi (Sriwahyuni dan Ibrahim, 2012: 28).

2.5.10 Hasil Belajar sebagai Objek Penilaian

Menurut Sudjana hasil belajar sebagai objek penilaian dibedakan atas tiga bagian.

1. Ranah Kognitif

A. Tipe Hasil belajar : Pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hapalan atau diingat. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun tipe hasil belajar ini jadi prasyarat bagi pemahaman.

B. Tipe Hasil Belajar Pemahaman

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengar, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan, sebab untuk dapat memahami perlu lebih didahului mengetahui atau mengenal.

Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori.

1. Pemahaman terjemahan

Pemahaman terjemahan merupakan tingkat terendah, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasah putih Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sakelar.


(44)

2. Pemahaman Penafsiran

Pemahaman tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

3. Pemahaman ekstrapolasi

Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

Mengungkapkan tentang sesuatu dengan bahasa sendiri dengan simbol tertentu termasuk ke dalam pemahaman terjemahan. Dapat menghubungkan hubungan antar unsur dari keseluruhan pesan suatu karangan termasuk ke dalam pemahaman penafsiran. Item ekstrapolasi mengungkapkan kemampuan di balik pesan yang tertulis dalam suatu keterangan atau tulisan.

Membuat contoh item pemahaman tidaklah mudah. Cukup banyak contoh item pemahaman yang harus diberi catatan atau perbaikan sebab terjebak dalam gambar, denah, diagram, atau grafik. Dalam tes objektif, tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman.

C. Tipe Hasil Belajar Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hapalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Kecuali itu, ada satu unsur lagi yang perlu masuk, yaitu abstraksi tersebut perlu berupa prinsip atau generalisasi, yakni sesuatu yang umum sifatnya untuk diterapkan pada situasi khusus.


(45)

Karena situasi itu lokal sifatnya dan mungkin pula subjektif, maka tidak mustahil bahwa isi suatu item itu baru bagi banyak orang, tetapi sesuatu yang sudah dikenal bagi beberapa orang tertentu. Mengetengahkan problem baru hendaknya lebih didasarkan atas realitas yang ada di masyarakat atau realitas yang ada dalam teks bacaan. problem baru yang diciptakan sendiri oleh penyusun tes tidak mustahil naif karena dimensi yang dicakup terlalu sederhana.

Prinsip merupakan abstraksi suatu proses atau suatu hubungan mengenai kebenaran dasar atau hukum umum yang berlaku di bidang ilmu tertentu. Prinsip mungkin merupakan suatu pernyataan yang berlaku pada sejumlah besar keadaan, dan mungkin pula merupakan suatu deduksi dari suatu teori atau asumsi.

Generalisasi merupakan rangkuman sejumlah informasi atau rangkuman sejumlah hal khusus yang dapat dikenakan pada hal khusus yang baru. Membedakan prinsip dengan generalisasi tidak selalu mudah, dan akan lebih mudah dijelaskan dalam konteks cabang ilmu masing-masing.

D. Tipe Hasil Belajar Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian sehingga jelas hierarki dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal lain memahami sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.


(46)

E. Tipe Hasil Belajar Sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagain ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berfikir berdasar pengetahuan hafalan, berfikir pemahaman, berfikir analisis dapat dipandang sebagai berfikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daripada berfikir devergen. Dalam berfikir konvergen, pemecahan atau jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah diketahui.

Berfikir sintesis adalah berfikir divergen. Dalam berfikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Mensitensiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan mengumpulkannya ke dalam satu kelompok besar. Mengartikan analisis sebagai memecah integritas menjadi bagian-bagian dan sintesis sebagai menyatukan unsur-unsur menjadi integritas perlu secara hati-hati dan penuh telaah. Berfikir sintesis merupakan salah satu terminal menjadikan orang lebih kreatif. Berfikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. Seseorang yang kreatif sering menemukan atau mencipta sesuatu. Kreativitas juga beroperasi dengan cara berfikir divergen. Dengan kemampuan sintesis, orang mungkin menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksinya atau operasionalnya.

F. Tipe Hasil Belajar Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi, dan lain-lainnya. Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau standar tertentu. Dalam tes esai, standar atau kriteria tersebut muncul dalam

bentuk frase ”menurut pendapat saudara” atau “ menurut teori”. Frase yang pertama sukar diuji mutunya, setidak-tidaknya sukar diperbandingkan atau lingkupan variasi kriterianya sangat luas. Frase yang kedua lebih jelas standarnya. Untuk mempermudah mengetahui tingkat kemampuan evaluasi seseorang, item tesnya hendaklah menyebutkan kriterianya secara eksplisit.

Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mampu memberikan evaluasi tentang kebijakan mengenai kesempatan belajar, kesempatan kerja, dapat mengembangkan partisipasi serta tanggung


(47)

jawabnya sebagai warga negara. Mengembangkan kemampuan evaluasi yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggi mutu evaluasi.

Tabel 2. 4. Kata Kerja Operasional pada Indikator Pengetahuan

Tujuan yang Diukur Kata Kerja yang Biasa Digunakan

Kemampuanmengingat a. sebutkan

b. berilah label c. cocokkanlah d. berilah nama e. buatlah urutan f. apa

g. kapan h. di manakah i. berilah contoh j. tirukanlah k. pasangkanlah

Kemampuanmemahami a. buatlah penggolongan

b. gambarkan c. buatlah ulasan d. jelaskan e. ekspresikan f. kenalilah ciri g. tunjukkan h. temukan i. buatlah laporan j. kemukakan k. buatlah tinjauan l. pilihlah m. ceritakan Kemampuanmenerapkan pengetahuan (aplikasi) a. terapkan b. pilihlah c. demonstrasikan d. peragakan

e. tuliskan penjelasan f. buatlah penafsiran g. tuliskan operasi h. praktikkan

i. tulislah rancangan persiapan j. buatlah jadwal

k. buatlah sketsa

l. buatlah pemecahan masalah m. gunakanlah


(48)

Tujuan yang Diukur Kata Kerja yang Biasa Digunakan

Kemampuanmenganalisis a. tuliskan penilaianmu b. buatlah suatu perhitungan c. buatlah suatu pengelompokan d. tentukan kategori yang dipakai e. bandingkan

f. bedakan

g. buatlah suatu diagram h. buatlah inventarisasi i. periksalah

j. lakukan pengujian Kemampuanmengevaluasi a. buatlah suatu penilaian

b. tuliskan argumentasi atau alasan c. jelaskan apa alasan memilih d. buatlah suatu perbandingan e. jelaskan alasan pembelaan f. tuliskan prakiraan

g. ramalkan apa yang akan terjadi h. bagaimanakah laju peristiwa

Kemampuanmerancang a. kumpulkan

b. susunlah

c. buatlah disain (rancangan) d. rumuskan

e. buatlah usulan bagaimana mengelola f. aturlah

g. rencanakan

h. buatlah suatu persiapan i. buatlah suatu usulan j. tulislah ulasan Sumber: Panduan Penilaian Pengetahuan Kurkulum 2013

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru -lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.


(49)

2.1. Kategori Ranah Afektif

Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks. a) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus , kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, dan kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi sistem nilai, dan lain-lain.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola

kepribadian dan


(50)

2.2. Deskripsi Indikator Sikap

Deskripsi indikator sikap dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.5 Daftar Deskripsi Indikator Sikap

Sikap dan pengertian Contoh Indikator

Sikap spiritual

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut

a. Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu.

b. Menjalankan ibadah tepat waktu. c. Memberi salam pada saat awal dan

akhir presentasi sesuai agama yang dianut.

d. Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa;

e. Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri

f. Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.

g. Berserah diri (tawakal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau melakukan usaha.

h. Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah dan masyarakat

i. Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

j. Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia. j. Menghormati orang lain

menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.

Sikap sosial 1. Jujur

adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

a. Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan b. Tidak menjadi plagiat

(mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) 3. Mengungkapkan perasaan apa adanya 4. Menyerahkan kepada yang

berwenang barang yang ditemukan 5. Membuat laporan berdasarkan data


(51)

Sikap dan pengertian Contoh Indikator

6. Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki

2. Disiplin

adalah tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

a. Datang tepat waktu

b. Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah

c. Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang

ditentukan

d. Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar

3. Tanggungjawab

adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,

lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa

a. Melaksanakan tugas individu dengan baik

b. Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan

c. Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat

d. Mengembalikan barang yang dipinjam

e. Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan

f. Menepati janji

7. Tidak menyalahkan orang lain utk kesalahan tindakan kita sendiri 8. Melaksanakan apa yang pernah

dikatakan tanpa disuruh/diminta 4. Toleransi

adalah sikap dan tindakan yang menghargai keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan

a. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat

b. Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya c. Dapat menerima kekurangan orang

lain

e. Dapat mememaafkan kesalahan orang lain

f. Mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan

g. Tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri pada orang lain h. Kesediaan untuk belajar dari


(52)

Sikap dan pengertian Contoh Indikator

gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik i. Terbuka terhadap atau kesediaan

untuk menerima sesuatu yang baru 5. Gotong royong

adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.

a. Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah b. Kesediaan melakukan tugas sesuai

kesepakatan.

c. Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan

d. Aktif dalam kerja kelompok e. Memusatkan perhatian pada tujuan

kelompok

f. Tidak mendahulukan kepentingan pribadi

g. Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain

h. Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama 6. Santun atausopan

adalah sikap baik dalam pergaulan baik dalam berbahasa maupun bertingkah laku. Norma

kesantunan bersifatrelatif, artinya yang dianggap baik/santun pada tempat dan waktu tertentu bisa berbeda pada tempat dan waktu yang lain.

a. Menghormati orang yang lebih tua. b. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan

takabur.

c. Tidak meludah di sembarang tempat. d. Tidak menyela pembicaraan pada

waktu yang tidak tepat

e. Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain f. Bersikap 3S (salam, senyum, sapa) g. Meminta ijin ketika akan memasuki

ruangan orang lain atau

menggunakan barang milik orang lain

h. Memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan

7. Percaya diri

adalah kondisi mental atau psikologis seseorang yang memberi keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak

a. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.

b. Mampu membuat keputusan dengan cepat


(53)

Sikap dan pengertian Contoh Indikator

d. Tidak canggung dalam bertindak e. Berani presentasi di depan kelas f. Berani berpendapat, bertanya, atau

menjawab pertanyaan Sumber: Panduan Penilaian Sikap Kurikulum 2013

2.3 Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif

Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif Andersen (1981) dalam Basuki (1997). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.

Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun Kadang-kadang-Kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes.

3. Ranah Psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:

a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar); b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar);


(54)

c. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.

e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya.

Tabel 2.6 Kata-Kata Operasinal Aspek Keterampilan (KI-4) Kurikulum 2013

KOMPETENSI INTI 4 KELAS VII KOMPETENSI INTI 4 KELAS VIII

KOMPETENSI INTI 4 KELAS IX

Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori

Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori

Sumber: Panduan Penilaian Keterampilan Kurikulum 2013

2.5.9 Validitas Butir Soal

Uji validitas tes dilakukan secara keseluruhan tanpa memperhitungkan keadaan masing-masing butir tes secara sendiri. Jadi, suatu tes dikatakan valid menyatakan


(1)

52 1. 2. Disajikan sebuah paragraf, siswa dapat menentukan gagasan utama paragraf Disajikan sebuah paragraf, siswa dapat menentukan simpulan isi paragraph tersebut. Disajikan sebuah paragraf, siswa menentukan kalimat utama Paragraf Disajikan sebuah paragraf, siswa menentukan gagasan utama paragraf V V V V

3.6.6 Menarik Kesimpulan Hasil Analisis

Setelah kegiatan analisis selesai dilakukan maka kegiatan berikutnya adalah menarik kesimpulan akhir terhadap hasil penelaahan. Hasil kesimpulan menjadi bahan pertanyaan untuk melakukan wawancara kepada penyusun soal, dalam hal ini Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Provinsi Lampung yang pendelegasian tugas menyusun soal ujian sekolah diserahkan kepada MGMP Provinsi Lampung. Setelah wawancara dilakukan maka kesimpulan akhir penelitian dirumuskan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian terkait dengan validitas tampilan, isi, dan konstruksi dari soal ujian sekolah yang dianalisis.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis soal ujian sekolah ditinjau dari validitas tampilan, validitas isi, dan validitas konstruksi mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP tahun pelajaran 2011/2012 s.d 2013/2014 disimpulkan sebagai berikut.

5.1.1 Validitas tampilan soal ujian sekolah mata pelajaran SMP tahun pelajaran 2011/2012 s.d. 2013/2014 ditinjau dari kaidah pilihan ganda yang meliputi aspek materi, konstruksi dan bahasa dan budaya rerata 97% sudah memenuhi kaidah penulisan soal pilihan ganda. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dari validitas tampilan soal-soal ujian sekolah yang diteliti sudah valid.

5.1.2 Validitas isi

Soal ujian sekolah tahun pelajaran 2011/2012 s.d 2013/2014 Ditinjau dari validitas isi dapat dikatakan valid, karena soal sudah sesuai dengan indikator SK, KD, kompetensi yang akan diujikan yang terdapat dalam kurikulum dan dengan kisi-kisi Ujian Nasional. Sedangkan soal-soal yang disusun sudah mengarah pada ranah penilaian aspek kognitif sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor tidak termuat dalam kompetensi dasar yang diujikan, karena ranah afektif berkaitan dengan tingkah laku sehingga tidak dapat diuji dengan tes tetapi lebih tepat dengan nontes. Sedangkan tipe ranah kognitif berfokus pada ranah pengetahuan C2, C3, dan C4.


(3)

87

5.1.3 Validitas Konstruksi

Secara umum dapat disimpulkan bahwa butir-butir soal ujian sekolah mata pelajara bahasaIndonesia tahun pelajaran 2011/2012, 2012/2013, 2013/2014 sudah memenuhi kriteria soal yang baik karena mencakup dua ruang lingkup keterampilan yaiitu keterampilan membaca dan menulis. Hal ini mengacu pada pemaparan pada silabus bahasa Indonesia yaitu penyusunan soal yang baik sekurang-kurangnya harus mencakup 50% ruang lingkup keterampilan dari

jumlah ruang lingkup keterampilan yang ditetapkan, yakni keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Jadi dapat dikatakan dari segi konstruksi soal ujian sekolah tahun pelajaran 2011/2012 s.d. 2013/2014 sudah valid.

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan di atas, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Bagi peneliti berikutnya, penelitian sejenis ini terutama terkait upaya mengukur kualitas butir soal dapat dilakukan dengan menguji realiabilitas dapat dilakukan lagi bagi mahasiswa maupun guru, karena realibilitas merupakan unsur yang sangat penting untuk menentukan kualitas sebuah alat ukur penilaian.

2. Bagi pendidik hasil penelitian ini sangat penting sebagai panduan dalam mengukur sesuai dengan kompetensi yang akan diukur agar penilaian memenuhi tingkat validitas yang tinggi, sehingga alat ukur yang layak digunakan dalam mengukur kompetensi siswa.


(4)

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ( Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi Aksara

Emzir. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Persada

Basuki, Imam Agus 1997,Evaluasi pengajaran bahasa Indonesia, Malang: Universitas Negeri Malang

BSNP Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Panduan Penulisan Butir Soal: Materi Bimbingan Teknis KTSP dan Soal Terstandar 2010. Jakarta:

Tut Wuri Handayani.

Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas, Dirjen Dikdas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi: Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Tut Wuri Handayani.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Penilaian Kurikulum 2013. Jakarta: Tut Wuri Handayani

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2005 tentang Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.


(5)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24/2006 dan No. 6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan

Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.

Safari. 2001. Kaidah Bahasa Indonesia dalam Penulisan Soal. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sukardi,. 2007. Metodelogi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Setiyadi, Bambang. 2006. Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siregar, Syofian. 2012. Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Rajawali Pers

.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evalusi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih; Ayi Novi Jamiat, dan Ahman. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip, dan Instrumen. Bandung: Refika ADITAMA.

Suwarno, Wiji. 2009. Dasar-Dasar Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzza Media. Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Wahyuni, Sri. dan Ibrahim, Syukur. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: Refika Aditama

Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembang Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT.Grasindo.


(6)

http://ramlannarie.wordpress.com/2011/10/22/hakikat-dan-prinsip evaluasi pembelajaran- bahasa-indonesia


Dokumen yang terkait

Pemetaan Soal-Soal Ujian Nasional Matematika SMP/MTS (Analisis Validitas Isi dan Aspek Kognitif)

0 5 6

Validitas Soal-Soal Ujian Nasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/ MTs

0 6 13

ASPEK MATERI, KONSTRUKSI DAN BAHASA PADA SOAL SASTRA UJIAN NASIONAL TINGKAT SMK MATA PELAJARAN BAHASA Aspek Materi, Konstruksi dan Bahasa pada Soal Sastra Ujian Nasional Tingkat SMK Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tahun 2014/2015.

0 4 19

ASPEK MATERI, KONSTRUKSI DAN BAHASA PADA SOAL SASTRA UJIAN NASIONAL TINGKAT SMK MATA PELAJARAN BAHASA Aspek Materi, Konstruksi dan Bahasa pada Soal Sastra Ujian Nasional Tingkat SMK Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tahun 2014/2015.

0 2 14

ANALISIS VALIDITAS ISI DAN KETEPATAN KONSTRUKSI BUTIR TES SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH BAHASA INDONESIA TAHUN 2013/2014 KELAS XII SMA SWASTA BERSAMA BERASTAGI.

0 3 22

ANALISIS SOAL - SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER MATEMATIKA DITINJAU DARI VALIDITAS ISI DI SMP NEGERI 1 Analisis Soal-Soal Ulangan Akhir Semester Matematika Ditinjau Dari Validitas Isi Di SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri.

0 1 13

VALIDITAS SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SMP/ MTs Validitas Soal-Soal Ujian Nasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk SMP/ MTs.

0 2 15

PENDAHULUAN Validitas Soal-Soal Ujian Nasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk SMP/ MTs.

0 2 11

DAFTAR PUSTAKA Validitas Soal-Soal Ujian Nasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk SMP/ MTs.

0 3 4

VALIDITAS SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SMP/ MTs Validitas Soal-Soal Ujian Nasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk SMP/ MTs.

0 2 30