33
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil
perancangan penentu axis z zero setter yang telah dijelaskan pada Bab III dan mengetahui tingkat keberhasilan terhadap spesifikasi yang telah diajukan. Pengujian yang dilakukan
meliputi pengujian ketebalan bahan yang digunakan dan kedalaman pengeboran. Hasil pengujian diukur dan dibandingkan dengan menggunakan jangka sorong caliper dengan
ketelitian 0,05 mm.
4.1 Pengujian dan Analisis Ketebalan Bahan
Pada pengujian ini akan diuji 5 ukuran kayu dengan ketebalan yang berbeda. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan mengukur ketebalan kayu secara manual
menggunakan jangka sorong. Kayu pertama adalah kayu yang memiliki ketebalan 9,4 mm, kayu kedua memiliki ketebalan 15,6 mm, kayu ketiga memiliki ketebalan 18 mm, kayu
keempat memiliki ketebalan 30,7 mm, dan kayu kelima memiliki ketebalan 41,1 mm. Masing-masing ketebalan akan diuji sebanyak 25 kali. Langkah kedua, akan dilakukan
perbandingan dengan hasil perkiraan ketebalan kayu dari aplikasi desktop. Contoh pengukuran ketebalan dengan jangka sorong dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hasil
pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.1 sampai Tabel 4.5.
Gambar 4.1. Pengukuran ketebalan 30,7 mm dengan jangka sorong.
30 mm 0,7 mm
34 Tabel 4.1. Hasil pengujian ketebalan dengan tebal kayu 9,4 mm.
Tabel 4.2. Hasil pengujian ketebalan dengan tebal kayu 15,6 mm.
35 Tabel 4.3. Hasil pengujian ketebalan dengan tebal kayu 18 mm.
Tabel 4.4. Hasil pengujian ketebalan dengan tebal kayu 30,7 mm.
36 Tabel 4.5. Hasil pengujian ketebalan dengan tebal kayu 41,1 mm.
Dari 5 percobaan di atas didapatkan ralat maksimum tiap-tiap ketebalan yang berbeda-beda. Pada kayu berukuran 9,4 mm didapatkan ralat maksimum ±0,027 mm, kayu
berukuran 15,6 mm didapatkan ralat maksimum ±0,081 mm, kayu berukuran 18 mm didapatkan ralat maksimum ±0,146, kayu berukuran 30,7 mm didapatkan ralat maksimum
±0,033, dan kayu berukuran 41,1 didapatkan ralat maksimum ±0,191 mm. Adanya perbedaan ralat maksimum pada setiap percobaan dikarenakan permukaan kayu yang
kurang datar dan pengaruh cahaya yang masuk ke kamera webcam menimbulkan noise.
4.2 Pengujian dan Analisis Kedalaman Pengeboran
Pertama kali aplikasi desktop akan mengirim input kedalaman pengeboran ke mikrokontroler. Setelah melakukan proses pengeboran akan diukur kedalamannya dengan
menggunakan jangka sorong. Pada pengujian ini akan diuji 5 kedalaman pengeboran dengan menggunakan kayu yang memiliki ketebalan 41,1 mm. Masing-masing kedalaman
akan diujikan sebanyak 25 kali. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.6 sampai Tabel 4.10.
37 Tabel 4.6. Hasil pengujian kedalaman pengeboran kayu 2 mm.
Tabel 4.7. Hasil pengujian kedalaman pengeboran kayu 5 mm.
38 Tabel 4.8. Hasil pengujian kedalaman pengeboran kayu 11 mm.
Tabel 4.9. Hasil pengujian kedalaman pengeboran kayu 18 mm.
39 Tabel 4.10. Hasil pengujian kedalaman pengeboran kayu 23 mm.
Dari 5 percobaan di atas didapatkan nilai ralat maksimum kedalaman setiap pengeboran yang berbeda-beda. Ralat maksimum pada kedalaman 2 mm sebesar 0,3 mm,
ralat maksimum pada kedalaman 5 mm sebesar 0,1 mm, ralat maksimum pada kedalaman 11 mm, 18 mm, dan 23 mm masing-masing sebesar 0,2 mm . Adanya ralat maksimum
pada setiap pengeboran dikarenakan permukaan kayu yang tidak datar, tingkat kerapatan massa jenis kayu yang berbeda-beda, adanya noise dari kamera sehingga mempengaruhi
jarak step, pada proses pengeboran timbul panas akibat gesekan mata bor dan kayu.
4.3 Pengujian dan Analisis Kalibrasi Mata Bor