Nama Yugo Thataq Rubedho Kelas Bea Cukai

Nama : Yugo Thataq Rubedho
Kelas : Bea Cukai A

Meningkatkan Kinerja SDM Pajak Demi Tercapainya
Target Pajak 2015
Penerimaan perpajakan pada tahun 2015 direncanakan meningkat 10 persen
dibanding target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) tahun 2014 yang sebesar Rp1.246,1 triliun. Tahun
depan, pemerintah memperkirakan penerimaan perpajakan akan mencapai
Rp1.370,8 triliun. Hal ini menjadikan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) harus
bekerja ekstra keras untuk meningkatkann penerimaan pajak.
Di samping target yang harus dipenuhi oleh DJP, perpajakan nasional saat ini
sedang menghadapi beberapa tantangan.


Pertama, tantangan perpajakan nasional dalam administrasi
belum sempurna. Kekurangan sistem administrasi ini terdapat
pengembangan teknologi sistem informasi, pembangunan data
serta struktur organisasi belum menjawab kebutuhan organisasi
efektif.


yang
pada
base
yang



Kedua, persoalan Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum optimal
dilihat dari jumlah pegawai yang belum sesuai dengan kebutuhan
ideal, sistem manajemen SDM yang belum menjawab kebutuhan
organisasi serta masih terdapat kasus-kasus seperti kolusi dan
pelanggaran disiplin.



Ketiga, peraturan perpajakan yang belum memberikan kepastian
hukum karena masih mengandung multi tafsir dan terdapat
inkonsistensi dengan ketentuan lainnya serta penilaian negatif
masyarakat terhadap perpajakan nasional, masih rendahnya
kepatuhan masyarakat membayar pajak serta tinggina target

penerimaan perpajakan yang ditetapkan setiap tahun.

Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, DJP telah membuat
strategi untuk meningkatkan peran kelembagaan perpajakan.


Pertama memperbaiki metode intensifikasi perpajakan dengan
mengubah metode penggalian potensi perpajakan dari pendekatan
subjektivitas wajib pajak kepada pendekatan berbasis sektoral dengan
prioritas sektor potensial, memperbaiki metode pengawasan menjadi
berbasi IT dengan aplikasi Approweb dan dashboard serta
mengaktifkan kembali BUMN sebagai badan pemungutan dan
pemotongan pajak.



Kedua, DJP akan melakukan ekstensifikasi proaktif dengan program
sensus pajak nasional (SPN) yang dimaksudkan untuk memperluas
basis pemajakan wajib pajak sehingga keadilan perpajakan dapat
diwujudkan.




Ketiga, memperbaiki sistem pengendalian administrasi pemungutan
pajak dan PPN melalui registrasi ulang pengusaha kena pajak (PKP),
redesign faktur pajak serta penelitian lapangan secara berkala
terhadap eksistensi PKP.



Keempat, DJP akan melakukan restruktural organisasi menuju
organisasi yang efektif.



Kelima, DJP akan
pengendalian SDM.




Keenam, membentuk tim harmonisasi peraturan perpajakan untuk
melakukan penelitian dan kajian terhadap seluruh peraturan
perpajakan yang dianggap tidak sejalan dengan ketentuan lainnya,
hal ini dimaksudkan untuk menciptakan harmonisasi perpajakan guna
memberikan kepastian hukum perpajakan guna memberikan
kepastian hukum perpajakan.



Ketujuh, DJP akan membangun komunikasi politik secara intens dan
efektif denga stakeholder perpajakan sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap kelembagaan otoritas perpajakan.
Dan yang terakhir, DJP akan membangun koordinasi lintas
kelembagaan untuk menjamin terjadinya sinergitas birokrasi yang
optimal dalam perspektif sistem manajemen nasional. Kegiatan ini,
dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan moral dan politik secara
kongkret terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi DJP.

memperbaiki


sistem

pengembangan

dan

DJP harus mampu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat selaku
pihak yang memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Pasalnya, penerimaan
pajak yang tidak optimal disebabkan oleh masyarakat yang enggan
menyelesaikan kewajiban karena tidak merasakan manfaat pajak secara
langsung terhadap kehidupan mereka. Masyarakat tidak merasakan manfaat
pajak terhadap kehidupannya sehingga menjadi enggan untuk membayar
pajak.
Penerimaan pajak yang tidak optimal juga disebabkan pengalokasian pajak
yang tidak dirasakan oleh masyarakat. Artinya, ada unsur sebab akibat dalam
persoalan masyarakat yang tidak patuh membayar pajak. Jika DJP ingin
masyarakat patuh untuk membayar pajak, lanjutnya, DJP juga harus
memenuhi dan melayani masyarakat secara optimal.

Sementara itu, pemerintah merencanakan Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP) tahun depan mencapai Rp388,04 triliun, meningkat 0,3 persen
dibanding target PNBP dalam APBN-P 2014 yang sebesar Rp386,9 triliun.
Seperti diketahui, dalam Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2015 tercatat, besaran
pendapatan negara pada tahun depan direncanakan mencapai Rp1.762,3
triliun. Angka ini meningkat sekitar 7,8 persen dari target pendapatan negara
pada APBN-P 2014 yang sebesar Rp1.635,4 triliun.
Di sisi lain, pemerintah merencanakan belanja negara untuk tahun 2015
sebesar Rp2.019,87 triliun, meningkat 7,6 persen jika dibandingkan target
dalam APBN-P 2014 yang sebesar Rp1.876,9 triliun.
Dari total anggaran belanja negara tersebut, belanja Pemerintah Pusat
mengambil porsi sebesar Rp1.379,9 triliun serta anggaran transfer ke daerah
dan dana desa sebesar Rp639,9 triliun. Kedua jenis belanja tersebut
mengalami kenaikan masing-masing sebesar 7,8 persen dan 7,3 persen dari
pagunya pada APBN-P tahun 2014.
Dengan besaran pendapatan dan belanja negara tersebut, RAPBN tahun
2015 mengalami defisit anggaran sebesar Rp257,6 triliun, atau 2,32 persen
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan demikian, defisit anggaran
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan defisit anggaran dalam
APBN-P 2014 yang sebesar 2,40 persen.

Menurut rencana, defisit RAPBN 2015 tersebut akan dibiayai dengan
pembiayaan yang bersumber dari dalam negeri sebesar Rp281,4 triliun dan
pembiayaan yang bersumber dari luar negeri sebesar negatif Rp23,8 triliun
Kesimpulan