KEWENANGAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL DALAM PERDAGANGAN VALUTA ASING BERDASARKAN UU NO 23 TAHUN 1999 jo UU NO 3 TAHUN 2004 jo UU NO 6 TAHUN 2009 TENTANG BANK INDONESIA

ABSTRAK

KEWENANGAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL DALAM
PERDAGANGAN VALUTA ASING BERDASARKAN UU NO 23 TAHUN 1999
jo UU NO 3 TAHUN 2004 jo UU NO 6 TAHUN 2009 TENTANG BANK
INDONESIA

Koherensi Perdagangan Valuta Asing terhadap stabilitas perekonomian nasional sangat
erat kaitannya di era liberalisasi perdagangan kekinian ini. Perdagangan Internasional
yang pola keterikatannya melintasi batas negara memberikan efek pula terhadap pola
transaksi perdagangan valuta asing secara notabene mempengaruhi nilai mata uang
Rupiah. Keterikatan terhadap mekanisme perdagangan valuta asing mewajibkan
Indonesia untuk ikut terlibat dan mengeifisienkan keadaan perekonomian nasional dari
efek domino perdagangan valuta asing yang nantinya melemahkan Rupiah.
Kekhwatiran tersebut dihegemonikan kepada Bank Indonesia sebagai bank sentral
sebagai tonggak pengawasan dan pelaku kebijakan terhadap stabilitas perekonomian
nasional terkhususnya nilai Rupiah. Berdasarkan UU No 23 Tahun 1999 jo UU No 3
Tahun 2004 jo UU No 6 Tahun 2009, Bank Indonesia memiliki tujuan sebagaimana
diatur dalam pasal 7 Ayat (1) untuk mengatur stabilitas nilai Rupiah yang kemudian
pelaksanaannya diewenjantahkan dengan kebijakan moneter berdasarkan pasal 7 Ayat
(2). Pasal 7 merupakan alasan hukum Bank Indonesia melaksanakan kebijakan dan

pengawasan dari berbagai sektor yang berkenaan dengan stabilitas perekonomian
nasional dalam mengatisipasi liberalisasi perdagangan internasional. Permasalahan
wewenang Bank Indonesi dalam transaksi valuta asing, Produk Hukum Bank Indonesia
dalam perdagangan Valuta Asing dan hambatan Bank Indonesia untuk menjaga
stabilitas Rupiah dalam perdagangan valuta asing.
Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan tipe penelitian deskriptif,
pendekatan masalah yang digunakan pendekatan normatif. Data yang digunakan data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
hukum tersier. Pengumpulan pustaka melalui studi pustaka. Pengolahan data dilakukan
dilakukan dengan cara pemeriksaan data, penandaan data, rekonstruksi data,
sistematisasi data, selanjutnya dianalisis secara kualitatif.
Hasil penelitian dan pembahasan menerangkan bahwa Bank Indonesia melakukan
pengawasan dengan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia sebagai dasar hukum
pengawasan terhadap perdagangan valuta asing di teritorial Indonesia dan yang
berkenaan dengan nilai Rupiah. Dalam Hal kewenangan Bank Indonesia dalam
Perdagangan Valuta Asing secara tegas diatur dalam Pasal 2 sebagai bentuk monopoli
Rupiah di teritorial Indonesia dan Pasal 7 sebagai alasan hukum Bank Indonesia dalam
melakukan pengawasan terhadap kestabilain nilai Rupiah. Adapun Peraturan tersebut
PBI No 12/22/PBI/2010, PBI No 16/16/PBI/2014, PBI No 16/17/PBI/2014, PBI
No16/18/PBI/2014. Bank Indonesia dalam perjalanannya menemukan Hambatan antara


lain Belum adanya uu mengenai perdagangan valuta asing, sering ditemukan money
changer tidak berizin, pengawasan yang masih lemah karena bersifat sentralisasi, dan
mengubah fungsi uang sebagai komoditas.
Kata Kunci : Kewenangan, Bank Indonesia, Perdagangan Valuta Asing.

KEWENANGAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL
DALAM PERDAGANGAN VALUTA ASING BERDASARKAN UNDANGUNDANG NO 23 TAHUN 1999 jo UU NO 3 TAHUN 2004 jo UU NO 6
TAHUN 2009 TENTANG BANK INDONESIA

Oleh

JUNA SAPUTRA GINTING

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Lampung


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

Judul Skripsi

I(DTilENANGAN BANK INIX)NDSIA
SDBAGAI BANK SDNTRAL DAIIIJII
PEBDAGAITIGAI! YALUTA ASING
BEBI}ASABI{AN UNDANG- TINDANG
NO 2e TtrIIUN 1999 Jo tIU NO 3 TtrIIUN
2OA4jo tIU NO 6 TtrIIUN 2OO9
TENTITNG BANK INIX)NDSIA

lliama Mahasiswa

$una$ap*ro


Nomor Pokok Mahasiswa

L112071L97

Bagian

Hukum Keperdataan

Fakultas

Hukum

Glntirrry,

METTYETUJUI
1" Komisi Pembimbing

A.B Ullranata., S.H., II.II.
NrP 19621109 198811 1 001


Prof. I

Yennie Agustin FI.B. S.H., I[.H.
NrP 19710825 199720 2 oAL

tlw

2. Ketua Bagian flukum Keperdataan

Dr. Itlahyu Sasong[o, S.H., ltl.Hum.
NrP 19580527 198405 1 001

MENGESAIIIiAN

1. Tim Pengqii

Ketua

:


Prof. I Gede A.B Wirarnata, S.n., II.H.

Sekretari#Anggota : Yennie Agustin fI.R, S.H., II.H.

Pengqji
Bukan Pembimbing : Dr. Ilamzah, S.H., M.H.

Fakultas Hukum

"ffi#
s.ll., M.s.
198703 1 005

;. .,i

'a.

Tanggal Lulus Ujian Skripsi :26 Juni 201.s

t,


-i:

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Juna Saputra Ginting, penulis
dilahirkan di Medan pada tanggal 02 Juli 1993. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari
pasangan Guntur Ginting,S.P. dan Ir.Tabitha br. Sembiring.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Asisi Medan pada tahun
2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Putri Cahaya Medan pada tahun 2008
dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo Thomas 1 Medan pada Tahun 2011.
Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Unila melalui
jalur Undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (Undangan
SNMPTN), Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti kegiatan
organisasi yaitu, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI)
Cabang Bandar Lampung, Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Rudang Mayang
Lampung, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) – Katolik Universitas Lampung,
HIMA Perdata Fakultas Hukum Bagian Hukum Keperdataan Universitas
Lampung, dan Formakris.


PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa puji dan syukur atas kasih yang diberikan Yesus Kristus
dengan penuh kerendahan hati kupersembahkan kepada :

Kepada kedua orang tuaku tercinta Bapak Guntur Ginting, S.P. dan Ibu Ir.
Tabitha Sembiring yang telah membesarkanku dengan sabar dan penuh kasih
sayang serta selalu menyertaiku dalam doa agar setiap langkahku dipermudah
oleh Tuhan, serta mengajarkanku untuk kuat dalam menjalani hidup agar lebih
baik kedepannya.
Adik-adikku Juni Ardi Ginting dan Valentinus Andri Ginting trimakasih telah
menjadi motivasiku untuk selalu menjadi abang yang berguna untuk adik-adikku
tercinta

MOTO
“Jika Iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah
mati”
(Yakobus 2 : 17)
“Terbantu dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas aktivitas ekonomi

merupakan tujuan utama perekonomian,sedangkan keuntungan dari aktivitas
ekonomi merupakan bonus dari perekonomian”
(Bung Hatta)
“Jujur saja, saya tidak punya waktu untuk membenci orang yang membenci saya,
karena saya terlalu sibuk mencintai orang yang mencintai saya”
(Agustina Erika Sihotang)
“Tujuan Hidup hanya satu yaitu bertarung ideologi, maka tentukanlah ideologimu
saat ini”
(Penulis)

SANWACANA

Salam sejaterah dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
kasih-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Dalam
Perdagangan Valuta Asing Berdasarkan Undang – Undang No 23 Tahun
1999 jo UU No 3 Tahun 2004 jo UU 6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas
Hukum Universitas Lampung.


Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan ilmu pengetahuan,
bimbingan, dan masukan yang bersifat membangun dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., sebagai Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung;

2.

Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., sebagai Ketua Bagian Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3.

Bapak Prof. I Gede A.B. Wiranata, S.H., M.H., sebagai Dosen Pembimbing I
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan,
motivasi dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

4.


Ibu Yennie Agustin M.R, S.H., M.H., sebagai Dosen Pembimbing II yang
telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan
motivasi dan masukan yang membangun serta mengarahkan penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan;

5.

Bapak Dr. Hamzah, S.H., M.H., sebagai Dosen Pembahas I yang telah
memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini;

6.

Ibu Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum., sebagai Dosen Pembahas II yang
juga telah memberikan saran dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini;

7.

Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H., sebagai Pembimbing Akademik atas
bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menjalankan masa studi di
Fakultas Hukum Universitas Lampung;

8.

Seluruh Bapak/Ibu dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas
Lampung, khususnya Bapak/Ibu Dosen Bagian Hukum Keperdataan sumber
mata air ilmuku yang penuh ketulusan, dedikasi untuk memberikan ilmu yang
bermanfaat dan motivasi bagi penulis, serta segala kemudahan dan
bantuannya selama penulis menyelesaikan studi;

9.

Bapak Handoko sebagai Direktur PT Sinar Langgeng Valuta di Bandar
Lampung, yang telah menyediakan waktunya untuk diwawancarai serta
memberikan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

10. Kedua orang tua saya, Bapak Guntur Ginting dan Ibu Tabitha Sembiring yang
senantiasa menuliskan cerita dalam catatan hidup penulis tanpa pernah ada
tangis terlihat dalam memperjuangkan masa depan penulis, terima kasih telah
menjadi Tuhan yang selalu terlihat bagi penulis .

11. Kedua adik kandung saya, Juni Ardi Ginting dan Valentinus Andri Ginting
yang telah memberikan semangat, kegembiraan, dukungan, dan mewarnai
perjalanan kehidupan penulis yang telah mengajarkan penulis sebagai abang
bagi adik-adiknya.
12. Seluruh keluarga besar penulis, kakek dan nenek, Pak Tua, Pak Tengah, Pak
Uda, Mama Tua, Mama Tengah, Mama Uda, Bibi Tua, Bibi Uda, dan
keluarga penulis yang lainnya yang telah memberikan semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Untuk seorang gadis, Agustina Erika Sihotang yang selalu memberikan
dukungan, semangat, dan telah menjadi inspirasi baru bagi penulis. Terima
kasih atas kebersamaan selama ini dan kehangatan keluargamu hingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Just love for you.
14. Untuk teman-teman terbaikku, Rifan, Gohi, Donald, dan Nico Silaban atas
do’a, motivasi dan semangat kebersamaan yang telah terjalin selama ini;
15. Forum Mahasiswa Hukum Kristen, Dopdon, Kurniawan, Yossafat Galang,
Yonathan Aji, Bram Monang, Torang, Lasmaida, Salamat, Try Gilbert,
Yustinus, Mario, Erna, Prisca, Daniel Sitanggang, David, Ferry, Nova
Simbolon, Yonathan P.H. yang telah memberikan kenangan yang luar biasa.
16. Keluarga Ikatan Mahasiswa Karo Rudang Mayang Lampung; Rio, Oktaviani
Ginting, Rantika, Eko, Bayu, Bang Abram, Yessi, Anta, Steven, Juliandi,
Janwira, Ina, Berlian, Gagari, Mia, Oktanina, Ricky, Infantri yang telah
memberikan kenangan luar biasa biasa dalam masa kuliah penulis.
17. Keluarga PMKRI Cabang B Lampung, Lusita, Siska, Alponso, Devry, Barli,
Via, Willy, Marcel, Probo, Yuyun, Rizal,Igna, Krismi, Emil, Martin, Mario,

Angga, marya luambangaol, maria sipayung, yona, monica, yohana, lawren,
yani, brento, dan keluarga marga ideola lainnya yang telah memberikan hal
yang luar biasa dalam masa kuliah penulis.
18. Keluarga KKN ku, keluarga besar, Bang Fani, Umam, Helmi, Mbak Indah,
Mbak Inde, Zatu, Ira, leli, Afifah, Mbak Irma terima kasih telah menjadi
bagian dalam 40 hari selama masa KKN;
19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu telah membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semua doa, bantuan dan
dukungannya;
20. Almamater Tercinta.

Semoga Tuhan memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah diberikan
kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam
penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit
harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya
bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung,
Penulis,

Juna Saputra Ginting

DAFTAR ISI

Halaman
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup.........................................
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...................................................

1
11
12

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kewenangan..................................................................................
B. Bank Indonesia..............................................................................
1. Bank Indonesia dalam ketatanegaraan Indonesia....................
2. Dasar Hukum Bank Indonesia.................................................
3. Tugas Bank Indonesia..............................................................
4. Kebijakan Bank Indonesia Terhadap Perdagangan Valuta
Asing........................................................................................
1.Kebijakan Perdagangan Valuta Asing Merupakan
Kebijakan Moneter................................................................
2.Produk Hukum Bank Indonesia dalam Perdagangan
Valuta Asing Sebagai Kebijakan Moneter.............................

14
14
14
17
19
23
23
25

C. Pasar Valuta Asing.........................................................................
1. Pengertian Pasar Valuta Asing.................................................
2. Pengguna Valuta Asing............................................................
3. Jenis Transaksi Pasar Valuta Asing..........................................

28
28
30
32

D. Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah dalam Pasar
Valuta Asing...................................................................................

33

E. Hubungan Bank Indonesia dengan Dunia Internasional dalam
Pasar Valuta Asing.........................................................................

35

F. Hubungan Bank Indonesia dengan Pelaku Usaha Valuta Asing...

36

G. Kerangka Pikir................................................................................

39

III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitan................................................................................

42

B. Tipe Penelitian................................................................................

43

C. Pendekatan Masalah.......................................................................

43

D. Data dan Sumber data....................................................................

44

E. Metode Pengumpulan Data............................................................

45

F. Metode Pengolahan Data...............................................................

46

G. Analisis Data..................................................................................

46

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kewenangan Bank Indonesia dalam Perdagangan Valuta Asing
1. Pengelolaan Dinamika Arus Modal dan Nilai Tukar.............
2. Kebijakan Nilai Tukar dan Devisa........................................

48
51
52

B. Regulasi Bank Indonesia Terhadap Perdagangan
Valuta Asing ...............................................................................
1. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 12/ 22/ PBI/ 2010
Tentang Pedagang Valuta Asing ............................................
2. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 16 / 16 / PBI / 2014
Tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara
Bank Dengan Pihak Domestik.................................................
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 16 / 17 / 18 / 2014
Tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank
dengan Pihak Asing.................................................................
4. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 16 / 18 /PBI / 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 15 / 8 / PBI
/ 2013 Tentang Transaksi Lindung Nilai Kepada Bank..........

67

C. Hambatan Bank Indonesia dalam Perdagangan Valuta Asing.....

84

57
58

73

79

V. KESIMPULAN
A. Simpulan............................................................................................

89

B. Saran..................................................................................................

90

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahirnya negara memberikan warna berbeda dalam sejarah perkembangan
perekonomian dunia secara universal, artinya bahwa track record perkembangan
perekonomian nasional suatu negara sangat berkesinambungan dengan gambaran
kesejahteraan hidup masyarakatnya. Pemaknaan perekonomian global dapat
diartikan dalam esesnsi yang lebih sederhana dengan melihat etiomologis
perekonomian tersebut.

Istilah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari mengandung banyak arti yang
berimplikasi terhadap pembahasan mengenai ekonomi tersebut. Pertama ada yang
memaknai eknomi sebagai “cara” melakukan sesuatu, kedua ada yang memaknai
ekonomi sebagai “aktivitas” yang biasanya ditujukan untuk memperoleh sesuatu
yang diinginkan, ketiga ada yang melihat ekonomi sebagai “institusi” seperti
dalam istilah ekonomi pasar atau ekonomi komando.1 Pemaknaan diatas dapat
disimpulkan bahwa ekonomi adalah pengetahuan praktikal dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan yang muncul sehubungan dengan usaha manusia untuk

1

Deliarnov, 2006, Ekonomi Politik, Penerbit Erlangga, Jakarta, hlm. 6.

2

mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan sarana
(sumber daya) yang terbatas.2

Keberadaan perekonomian nasional yang memadanikan masyarakat dalam
kesejahteraan sosial menjadi catatan penting dalam menjawab kedaulatan suatu
negara. Integritas perekonomian nasional menjadi titik fokus utama dalam
mengindikatorkan kemakmuraan bagi warga negara yang telah tercapai sepanjang
hadirnya negara sebagai wadah dan alat pemenuhan bagi warga negara tersebut.
Perekonomian menjadi sektor vital dalam keberlangsungan suatu negara,
keberlangsungan tersebut dapat dianalisis dari indeks persentase pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pertumbuhan ekonomi untuk tercapainya kesejatrahan
dan kemakmuran bagi warga negara tanpa terikat sekat-sekat primodial sebagai
pembatas pemerataan dalam pertumbuhan perekonmian.

Pertumbuhan ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan
suatu ekonomi. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan
perekonomian berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku
di suatu negara3. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai suatu
keadaan di mana terjadi kenaikan Produk Domestik Bruto dari suatu negara atau
daerah. Pertumbuhan ekonomi dikatakan meningkat apabila persentase kenaikan
Produk Domestik Bruto pada suatu periode lebih besar dari periode sebelumnya.

2

T.Gilarso, 2004, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, hlm.

15.
3

Sadono Sukirno, 2011, Makroekonomi ( Teori Pengantar ) Edisi Ketiga, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 423.

3

Berbeda halnya dengan Pembangunan ekonomi yang merupakan pertumbuhan
ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan
ekonomi.4 Tujuan hadirnya pembangunan ekonomi adalah untuk menaikkan
Produk Domestik Bruto suatu negara atau daerah melebihi tingkat pertumbuhan
penduduk.5 Kenaikan pendapatan masyarakat diikuti pula oleh perubahan dalam
struktur sosial dan sikap masyarakat.6

Pemerintah merupakan perwujudan nyata sebagai penguasa dan pelayan bagi
masyarakat dalam pemenuhan hak-hak konstitusi, sehingga pemerintah sebagai
komando perlu memiliki sikap dan tindak lanjut dalam menjawab perekonomian
nasional dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah tersebut.
Aplikasi kewenangan tersebut harus pula sesuai dengan perjanjian antara warga
negara dan pemerintah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar atau normanorma dasar konstitusional negara, dapat berupa pembentukan alat negara dalam
melaksanakan dan mengawasi perekonomian nasional, pembentukan peraturan
perundang-undangan, dan kebijakan-kebijakan yang lain dalam menunjang
perekonomian nasional. Pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya
harus sesuai dengan ketentuan konstitusi yang berlaku sebagaimana diatur dalam
Pasal 33 dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa
pelaksanaan dan pembangunan perekonomian nasional harus sesuai dengan

4

Ibid
Alam.S , 2006, Ekonomi ( Untuk Kelas XI SMA ), Esis, Jakarta, hlm. 25.
6
Ibid

5

4

kebijakan-kebijakan yang pro kepada kepentingan rakyat dalam mencapai
kesejahteraan hidup hajat orang banyak.7

Fenomena-fenomena perekonomian nasional dapat ditelusuri dalam bagian
perekonomian nasional Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan pangsa
pasar yang luas bagi investor untuk mengembangkan usahanya yang dipengaruhi
oleh faktor intern dan ekstern perekonomian nasional Indonesia tersebut.
Berkembangnya investasi di Indonesia berdampak pada laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang berkembang pesat saat ini. Hal seperti ini tidak hanya
dialami oleh

Negara Indonesia saja namun secara keseluruhan dialami oleh

negara- negara lain yang mengalami pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Meningkatnya perekonomian di banyak negara mengakibatkan interdepensi pada
akhirnya menciptakan derajat keterbukaan ekonomi yang semakin tinggi di dunia,
yang terlihat bukan hanya pada arus peningkatan barang tapi juga pada arus jasa
serta arus uang dan modal.8 Pada gilirannya arus investasi di dunia semakin
mengikuti perkembangan keterbukaan ini, sehingga peningkatan arus investasi
itulah yang memacu arus perdagangan di dunia.9

Track record perekonomian nasional Indonesia mengambarkan keterlibatan
pemerintah dalam menunjang perekonomian nasional ikut campur dalam
melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.

7

Jimly Asshiddiqle, 2010, Konstitusi Ekonomi, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, hlm. 275.
Sukiran, Kajian Yuridis tentang Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing di Indonesia
(disertasi), http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5461/1/08E00873.pdf diakses pada
13 November 2014 pukul : 11:26 hlm 1
9
Yanto Bashri, 2003, (ed), Mau Ke Mana Pembangunan Ekonomi Indonesia Prisma
Pemikiran Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Predna Media, Jakarta, hlm. 12-13.
8

5

Bentuk pengejewantahan hadirnya pemerintah dilihat adanya lembaga negara
yang mengatur kebjikan ekonomi Indonesia dan adanya dasar hukum peraturan
perundang-undangan dan kebijakan-kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah. Perlu
ditekankan bahwa pemerintah dalam memasuki suasana pasar modal perlu disertai
persiapan yang matang dan terintegrasi terlebih lagi jika ingin mengundang
investor asing.10

Keberpihakan dan tanggung jawab pemerintah Indonesia sangat dibutuhkan dalam
menjaga stabilitas ekonomi nasional dan diskriminasi pasar bebas terhadap usahausaha lokal yang notabene berbadan usaha kecil dan menengah. Perlu adanya
lembaga-lembaga negara independen yang mengawasi hal tersebut. Titik-titik
terpenting dalam menjaga stabilitas ekonomi adalah pengaturan nilai mata uang
nasional, kebijakan-kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan fiskal sehingga
eksistensi perekonomian nasional tetap bersaing di dunia internasional. Bank
Indonesia merupakan lembaga negara yang sebagai pengejewantahan dari
kebutuhan atas uraian-uraian diatas.

Pasal 23D Undang-Undang Dasar 1945 dikemukakan bahwa negara dalam
penyelenggaraannya perlu memiliki Bank Sentral yang sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.

Pengaplikasian Pasal 23 D tersebut diatur

undang undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia ditetepkan bahwa
Bank Indonesia adalah Bank Sentral. Bank Sentral merupakan lembaga negara
yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari
suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
10

hlm. 108.

Freddy Roeroe dkk, 2003, Batam Komitmen Setengah Hati, Aksara Karunia, Jakarta,

6

menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan,
serta menjalankan fungsi sebagai lender of the last resort. Pada tahun 2004, ada
perubahan aturan terhadap Bank Indonesia dalam Undang-Undang 3 Tahun 2004
tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indnesia dan mengalami perubahan kembali dengan UU No 6
Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia.

Undang-Undang No 13 Tahun 1969 menjelaskan bahwa Bank Indonesia bukan
merupakan lembaga negara yang memiliki independensi

artinya pemerintah

memiliki kewenangan terhadap Bank Indonesia untuk turut ikut campur dalam
segala hal kegiatan Bank Indonesia dan memungkinkan Bank Indonesia
digunakan untuk kepentingan sepihak dan berpeluang terjadinya korupsi. Pada
tahun 1999 Bank Indonesia menjadi Lembaga Negara Independen sebagaimana
diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU No. 23 Tahun 1999 jo UU No 3 Tahun 2004 jo
UU No 6 Tahun 2009, Bank Indonesia bebas dari ikut campur tangan Pemerintah
dan atau pihak-pihak lainnya. Indepedensi Bank Indonesia memberikan jaminan
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah dari
efek domino pasar bebas.

Kapasitas Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai satu tujuan tunggal,
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah sebagaimana diatur dalam
Pasal 7 UU No 23 Tahun 1999 jo UU No 3 Tahun 2004 jo UU No 6 Tahun 2009
tentang Bank Indonesia. Kestabilan nilai Rupiah ini mengandung dua aspek yaitu

7

kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa dan kestabilan terhadap mata
uang negara lain.11 Sebagaimana diatur dalam Pasal 8 UU No 23 Tahun 1999 jo
UU No 3 Tahun 2004 jo UU No 6 Tahun 2009 bahwa dalam menjaga stabilitas
nilai Rupiah Bank Indonesia bertugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur
dan mengawasi perbankan di Indonesia.12

Keberadaan hadirnya Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam perdagangan
valuta asing dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, Bank Indonesia dalam
kelembagaan negara, dalam kehierarkian lembaga negara Bank Indonesia
merupakan lembaga negara independen yang memiliki tujuan dan tugas
sebagaimana

diatur

dalam

undang-undang.

Bank

Indonesia

merupakan

representatif dari pemerintah dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah, artinya Bank
Indonesia diberikan kewenangan dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah dalam
segala aspek termasuk didalamnya dari pengaruh pasar bebas yang dapat
melemahkan nilai Rupiah.

Kedua, Bank Indonesia dalam tatanan perekonomian nasional dengan sasaran
adalah masyarakat, perekonomian nasional yang condong mengarah pada
perekonomian bebas mempengaruhi pola dan kondisi ekonomi masyarakat secara
praktikal walaupun secara konstitusi bangsa ini menganut sistem ekonomi
kerakyatan sebagaimana diatur dalam pasal 33 UUD 1945. Artinya tanpa ada
pengawasan dan pengaturan ketat oleh Bank Indonesia maka tingkat inflasi

11

Agus Pamungkas, 2011, Amandemen UUD 1945, Buku Pintar, Bantul (Yogyakarta),

hlm 112.
12

Ibid., hlm 113

8

ataupun devaluasi bergerak bebas yang akhirnya melemahkan perekonomian
Indonesia di kancah pasar internasional, dan dengan pengaturan Bank Indonesia
maka nilai-nilai barang dan jasa dalam negeri dapat normal sehingga adanya
kepastian harga dalam negeri.

Pasar bebas secara definitif memiliki pegaruh vital terhadap nilai mata uang setiap
negara di Dunia, pasar bebas bukan seperti pasar konkret pada umumnya, pasar
bebas bersifat abstrak dan keakuratan nilai dan daya tawar pasar sulit untuk
diprediksi, pasar bebas bergerak berdasarkan situasi perekonomian global. Bank
Indonesia memiliki peran dalam menjaga stablitias nilai Rupiah dari efek negatif
pasar bebas yang membuat nilai Rupiah jatuh yang mengakibatkan inflasi yang
sulit dikendalikan. Perdagangan valuta asing mulai menjadi posisi strategis di
Indonesia, dengan tujuan perdagangan valuta asing adalah menjaga eksistensi
nilai Rupiah di dunia Internasional.

Beberapa kasus yang mempengaruhi nilai Rupiah dalam pasar bebas, pada tahun
2008 nilai Rupiah mengalami depresiasi yang tajam dari nilai Rp. 10.048,00 bulan
Oktober menjadi Rp.11.711,00 pada bulan november. Hal ini disbebabkan oleh
adanya resesi ( penurunan domestik bruto lebih dari satu tahun ) ekonomi yang
melanda Amerika Serikat sehingga daya beli masyarakat menurun, berakibat pada
turunnya ekpor Indonesia ke Amerika Serikat sebagai area utama ekspor
indonesia yang akhirnya berdampak pada nilai Rupiah.13

13

Rimba Laut, Rupiah Terperosok Terburuk Sejak 2008, http: // fokus .news. viva. co. id/
news/ read/568839-Rupiah-terperosok--terburuk-sejak-2008 diakses pada Selasa, 10 Maret 2015,
pukul : 21:14 WIB.

9

Dampak tersebut pun berlanjut hingga saat ini, Pada tanggal 05 Maret 2015, nilai
tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) hingga menyentuh level
Rp.13.050,00. Sentimen global memicu pelemahan kurs Rupiah, terutama imbas
dari koreksi pertumbuhan ekonomi Cina. Deputi Gubernur Senior Indonesia ( BI
), Mizra Adityaswara mengungkapkan14 :
“BI selalu ada di pasar, dan untuk mengurangi volatilitas supaya menjaga suplai
valas selalu tersedia di pasar. Jadi jangan khawatir, karena pelemahannya
sejalan dengan pelemahan regional“
Kasus –kasus diatas merupakan hal-hal yang dihadapi oleh Bank Indonesia dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai bank sentral yang terus dan terus
menjaga stabilitas nilai rupiah, sehingga tidak mempengaruhi nilai barang dan
jasa yang berakibat pada kesulitan masyarakat memenuhi kehidupan hidupnya,
serta menjaga Rupiah memiliki nilai kompetitif dengan valuta asing lainnya dalam
transaksi perdagangan valuta asing

Kewenangan definitif Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam menjaga
stabilitas nilai Rupiah diaplikasikan dalam bentuk regulasi-regulasi yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah terhadap
mata uang asing. Adapun regulasi-regulasi ini merupakan bagian pengaturan
valuta asing tersebut yang dilihat dari aspek transaksional valuta asing tersebut
dan pelaku dalam transaksi valuta asing tersebut. Bank Indonesia mengeluarkan
beberapa Peraturan Bank Indonesia (PBI) yaitu : PBI No 16/16/PBI/2014 tentang
Transaksi Valuta Asing Bank dengan Pihak Domestik, PBI No 16/17/PBI/2014

14

Fiki Ariyanti, BI : Mengenai Rupiah, Kami Selalu Ada di Pasar,
http://bisnis.liputan6.com/read/2185861/bi-mengenai-rupiah-kami-selalu-ada-di-pasar , diakses
pada Selasa, 10 Maret 2015 pukul 21.43 WIB

10

tentang Transaksi Valuta Asing Bank dengan Pihak Asing, PBI No 16 / 18 / PBI /
2014 tentang Perubahan Atas PBI No 15/8/PBI/2013 tentang Transaksi Lindung
Nilai Kepada Bank, dan PBI No : 12 /22/PBI/2010 tentang Pelaku Usaha Valuta
Asing.

Keberadaan regulasi-regulasi tersebut memberikan jaminan preventif dan represif
hukum bagi masyarakat bahwa efek domino dari pasar bebas dapat diantisipasi
dengan hadirnya regulasi-regulasi Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai
Rupiah. Bank Indonesia dalam melaksanakan regulasi tersebut membutuhkan
cara-cara aplikatif dalam mewujudnyatakannya dalam pasar valuta asing di
Indonesia, artinya dalam operasional regulasi tersebut Bank indonesia
membutuhkan kewenangan dan hubungan absolut dengan pelaku pasar valuta
asing tersbut. Kajian mengenai keberadaan regulasi tersebut dalam masyarakat
perlu dilihat untuk mengetahui bagaimana hubungan dan ketaatan hukum
masyarakat dan pelaku usaha dalam memenuhi regulasi-regulasi yang telah dibuat
oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Kendala-kendala dalam operasional
aturan dan ketataan hukum pelaku pasar valuta asing perlu dilhat secara kacamata
hukum nasional.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkatnya menjadi
sebuah penelitian mengenai “Kewenangan Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral dalam Perdagangan Valuta Asing Berdasarkan Undang-Undang No
23 Tahun 1999 jo Undang-Undang No 3 Tahun 2004 jo UU NO 6 Tahun 2009
Tentang Bank Indonesia”

11

B.

Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terdapat beberapa permasalahan
yang dapat dirumuskan antara lain :

a. Bagaimana wewenang Bank Indonesia dalam transaksi valuta asing untuk
menjaga stabilitas nilai Rupiah ?
b. Bagaimana produk hukum yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk
mengatur perdagangan valuta asing ?
c. Apa hambatan dalam pengawasan perdagangan valuta asing oleh Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral untuk menjaga stabilitas nilai Rupiah
dalam perdagangan valuta asing ?

2. Ruang Lingkup

a. Ruang lingkup keilmuan.

Ruang lingkup kajian materi penelitian ini adalah mengenai peranan
dari Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam pelaksanaan dan
pengawasan perdagangan valuta asing di Indonesia sebagai bentuk
Kebijakan Moneter. Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah hukum
perdata dengan kekhususan dalam Hukum Perbankan.

12

b. Ruang lingkup objek kajian.

Ruang lingkup objek kajian adalah mengkaji Kebijakan Moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam bentuk peraturan bank sentral
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Bank No 23
Tahun 1999 jo 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan di atas maka yang menjadi tujuan
penelitian adalah :

a. Untuk mengetahui dan mengkaji peranan Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral dalam perdagangan valuta asing di Indonesia untuk stabilitas nilai
Rupiah.
b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank Indonesia
dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah dari pengaruh pasar bebas.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis
1) Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, memberikan sumbangan
pemikiran bagi ilmu hukum khususnya hukum perbankan yang
permasalahannya selalu mengalami perkembangan seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan perbankan dan investasi di
Indonesia.

13

2) Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam melihat
Kewenangan Bank Indonesia dalam Perdagangan Valuta Asing yang
ditinjau secara teortis.
3) Diharapkan dapat menjadi referensi kajian mengenai keberadaan
pelaku pasar valuta asing dalam analisis moderensisasi transaksi
keuangan lintas negara.
b. Kegunaan Praktis

1) Bagi Masyarakat luas, diharapkan dapat memberikan wawasan bagi
penulis dan pembaca hasil penelitian ini terhadap kekinian hukum
terhadap pelaku pasar valuta asing .
2) Bagi akademisi, dapat sebagai kajian dalam menelusuri peranan dan
fungsi Bank Indonesia dalam perdagangan valuta asing di Indonesia.
3) Bagi Penulis, Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kewenangan

Pengertian kewenangan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah
kekuasaan membuat keputusan memerintah dan melimpahkan tanggung jawab
kepada orang lain. Berbicara kewenangan memangmenarik, karena secara alamia
manusia sebagai mahluk sosial memiliki keinginan untuk diakui ekstensinya
sekecil apapun dalam suatu komunitasnya,dan salah satu faktor yang mendukung
keberadaan ekstensi tersebut adalah memiliki kewenangan. Secara pengertian
bebas kewenangan adalah hak seorang individu untuk melakukan sesuatu
tindakan dengan batas-batas tertentu dan diakui oleh individu lain dalam suatu
kelompok tertentu.1

B. Bank Indonesia
1. Bank Indonesia dalam Ketatanegaraan Indonesia

Bank Sentral merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sistem
ketatanegaraan setiap negara. Bank Sentral menjadi ikon dalam keberlangsungan
negara yang memiliki peranan penting dalam menjaga fluktuasi nilai mata uang

1

Jimly Asshidiqie, 2010, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
sarjana. Sinar Grafika, Jakarta, hlm 33.

15

terhadap kebijakan-kebijakan pasar bebas dan memastikan keberlanjutan
pertumbuhan dan pembangunan nasional .2Bank sentral merupakan satu-satunya
lembaga yang mempunyai wewenang untuk mencetak dan mengedarkan uang
sebagai alat pembayaran yang sah dalam sebuah negara.

Bank sental sebagai sebuah produk bank, tidak dibangun dan tumbuh secara
alamiah. Bank sentral pada mulanya berkembang dari suatu bank yang
mempunyai tugas sebagaimana dilakukan oleh bank-bank pada umumnya, atau
yang lebih dikenal dengan bank komersial. Seperti diketahui, bank merupakan
badan usaha

yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam

bentuk

simpanandanamengeluarkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit, dan atau
bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak”(Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan).
Pada awalnya bank sentral tidak dikenal sebagai bank sentral, istilah bank sentral
muncul pada abad 20. Terminologi Sentral mempunyai makna bahwa bank
tersebut mempunyai misi khusus yang bersifat memenuhi kepentingan umum
(public purposes). Konsep mengenai bank sentral pada saat itu menjadi
perdebatan dalam konsep bank sentral tersebut. Perbedaan yang diperdebatkan
oleh para ahli pada saat itu melihat pada ciri-ciri khusus yang harus dimiliki oleh
bank sentral yang membedakannya dengan bank konvesional pada umumnya.
Adapun beberapa pendapat tersebut antara lain :

2

Perry Warjiyo, 2004, ed, Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Republik Indonesia
Sebuah Pengantar, Bank Indonesia, Jakarta, hlm. 1.

16

a. Menurut Goodhart (19850 Bank sentral adalah Institusi yang berevolusi secara
alami dari bank swasta yang berperan khsus sebagai bank pemerintah
kemudian berkembang menjadi institusi independen yang memiliki peran
sentral menjaga kestabilan ekonomi terutama yang bersumber dari
ketidakmampuan bank-bank dalam menghadapi goncangan.3
b. Hawke (1973) menjelaskan bahwa bank sentral adalah sebuah organisasi yang
berada di antara pemerintah dan perbankan.4
c. Kisch dan Elkin (1932) menyimpulkan bahwa bank sentral adalah suatu alat
dari kebijakan publik bukan alat dari kepentingan individu. Bank sentral
adalah lembaga yang melaksanakan kebijakan publik melalui sektor
perbankan guna memengaruhi variabel ekonomi.5

Perspektif hukum nasional mengenai Bank Sentral diatur dalam UU No 3 Tahun
1968 tentang Bank Sentral yang menjelaskan bahwa Bank Sentral adalah suatu
lembaga otoritas yang memiliki fungsi pokok dalam menjaga kestabilan moneter,
keamanan sistem pembayaran naasional, dan pengaturan serta pengawasan bank.
Undang-Undang Bank Sentral tersebut menjelaskan bahwa Bank Sentral ikut serta
dalam membantu dan menjalankan tugas-tugas pemerintah dalam menjaga,

3

Charles, Goodhard. 1987. Why Do Banks Need a Central Bank ?, Oxford Economic
Papers. (p. 75-89). dikutip oleh Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Bank Indoesia dalam buku
Pengantar Kebanksentralan (Teori dan Praktek di Indonesia, 2014, hlm 14.
4
Garry .R Hawke, 1973, Between Governments and Banks : a History of The Reserve
Bank of New Zealand, Wellington Goverment Printer. dikutip oleh Pusat Riset dan Edukasi Bank
Sentral Bank Indoesia dalam buku Pengantar Kebanksentralan (Teori dan Praktek di Indonesia,
2014, hlm 14.
5
Kisch dan Elkin, 1932, Central Banks, London, Macmilan Company Ltd. dikutip oleh
Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Bank Indoesia dalam buku Pengantar Kebanksentralan
(Teori dan Praktek di Indonesia, 2014, hlm 14.

17

mengatur dan memelihara kestabilan nilai mata uang, dan mendorong kelancaran
produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja.

Hadirnya reformasi memberikan transformasi baru dalam kelembagaan negara
dengan dimunculkannya lembaga- lembaga negara independen dalam menjawab
carut-marut pemerintahan dalam ekstitensinya sebagai pelayan kesejatraan
masyarakat. Prareformasi, pemerintah memiliki kewenangan penuh dalam
mengorganisir Bank Indonesia artinya pemerintah ikut campur dalam segala
kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia sehingga pelayanan dan
pemaksimalan kestabilan nasional gagal dilakukan, hal ini dibuktikan dengan
krisis moneter 1998.

Independensi Bank Indoensia sebagai Bank Sentral diatur dalam Pasal 4 Ayat (2)
Undang-Undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, walaupun ada
perubahan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 2004 kelembagaan Bank
Indonesia sebagai lembaga independen sebagaimana diatur dalam Pasal 4 undangundang

ini.

Keberadaan

peraturan-peraturan

tersebut

menjelaskan

dan

menguatkan status dan keberadaan Bank Indonesia merupakan bagian dari
lembaga-lembaga negara di Indonesia.

2. Dasar Hukum Bank Indonesia
Pasal 23 D Undang – Undang Dasar 1945 Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945) dikemukakan, negara memiliki Bank Sentral yang diatur dalam UndangUndang. Sebagai tindak lanjut dari apa yang ditegaskan dalam Undang-Undang
Dasar tersebut, Pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik

18

Indnoesia (DPR RI) menerbitkan Undang-Undang No 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia

Alasan diterbitkan UU No 23 tahun 1999 ialah status dan peran Bank Indonesia
dalam UU No 3 Tahun 1968 dipandang tidak sesuai lagi untuk menghadapi
tuntutan perkembangan serta dinamika perekonomian nasional dan internasional
dewasa ini dan masa akan datang.6Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 1999
bahwa Bank Indonesia mempunyai satu tujuan yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai Rupiah.

Kestabilan nilai Rupiah dan nilai tukar yang wajar merupakan sebagian dari
prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang
pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Reorientasi sasaran
Bank Indonesia merupakan bagian dari kebijakan pemulihan dan reformasi
perekonomian untuk keluar dari krisis ekonomi yang tengah melanda Indonesia
ditengah-tengah perekonomian dunia yang semakin kompetitif dan terintegrasi.

Indepedensi Bank Indonesia sebagai lembaga negara merupakan hal yang perlu
diapersiasi dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah terhadap mata uang asing,
sehingga perlu membuat regulasi lembaga dalam menjalankan tugasnya. Dapat
dilihat dalam Pasal 3 Ayat (2) UU No 23 Tahun 1999 yang memberikan
kewenangan bagi Bank Indonesia untuk membuat regulasi dalam menjalankan
tugasnya sebagai pelaksana dan pengawas kebijakan moneter.

6

Sentosa Sembiring, 2012, Hukum Perbankan ( Edisi Revisi ), CV. Mandar Maju,
Bandung, hlm. 266.

19

Perkembangan dunia perbankan dalam dekade terakhir perkembangannya
demikian cepat. Hal ini juga mempunyai pengaruh dalam bidang tugas yang harus
diemban oleh Bank Indonesia. Oleh karena itu, UU No 23 Tahun 1999 pun
dirasakan perlu disesuaikan dengan berbagai perkembangan baik skala nasional,
regional dan global. Untuk itu pada tahun 2004, UU No 23 Tahun 1999 diubah
dengan Undang-Undang No 3 Tahun 2004. Selanjutnya UU No 3 Tahun 2004 pun
mengalami perubahan pada tahun 2008 yakni melalui Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) No 2 Tahun 2008 tentang perubahan kedua
atas UU No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.7 Kemudian peraturan
pemerintah Pengganti Undang-Undang No 2 Tahun 2008 tersebut disahkan pada
tahun 2009 sebagai undang-undang yakni Undang-Undang No 6 Tahun 2009.

3. Tugas Bank Indonesia

Adapun Tugas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dijabarkan dalam Pasal 7 UU
Bank Indonesia sebagai berikut: Ayat (1) Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai
dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam penjelasan Pasal ini dikemukakan
: kestabilan nilai Rupiah yang dimaksud dalam Pasal ini adalah kesetabilan nilai
Rupiah terhadap barang dan jasa, serta terhadap mata uang negara lain. Kestabilan
nilai Rupiah terhadap barang dan jasa diukur dengan atau tercermin dari
perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara lain.8

Ketentuan Pasal 7 UU Bank Indonesia di atas dapat diketahui tugas yang diemban
oleh Bank indonesia tidak saja di bidang sektor keuangan tetapi juga untuk

7

Ibid., hlm 267
Sentosa Se mbiring, Op.Cit., hlm 269

8

20

bidang-bidang yang cukup strategis. Oleh karena itu dalam mengeluarkan
berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia harus memperhatikan
sektor rill. Hal ini juga dijelaskan dalam Pasal 8 UU BI, untuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai
berikut :

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
Rincian tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter diatur dalam
Pasal 10 Undang-Undang No 23 Tahun 1999 jo Undang-Undang No 3 Tahun
2004 bahwa :

1. Dalam
rangka
menetapkan
dan
melaksanakan
kebijakan
monetersebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, Bank Indonesia
berwenang:
a. menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju
inflasi;
b. melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara cara yang
termasuk tetapi tidak terbatas pada:
1)
2)
3)
4)

operasi pasar terbuka di pasar uang baik Rupiah maupun valuta asing;
penetapan tingkat diskonto;
penetapan cadangan wajib minimum;
pengaturan kredit atau pembiayaan.

2. Cara-cara pengendalian moneter sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf
b dapat dilaksanakan juga berdasarkan Prinsip Syariah.
3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b dan
Ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.”
Ketentuan di atas dapat dilihat bahwa berbagai kebijakan Bank Indonesia dalam
mengelola moneter dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI).9
Peraturan-peraturan Bank Indonesia tersebut diumumkan dalam Lembaran Negara

9

Muhamad Djumhana, 2003, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm. 100.

21

Peraturan Bank Indonesia tersebut diumumkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia (LNRI).10

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

Tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, antara lain diatur
dalam Pasal 15 UU No 23 Tahun 1999 jo UU No 3 Tahun 2004 tentang Bank
Indonesia, menjelaskan bahwa Bank Indonesia berwenang :

a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan
jasa sistem pembayaran.
b. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan tentang kegiatannya.
c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.

Pasal 16 Undang-Undang Bank Indonesia menjelaskan bahwa Bank Indonesia
berwenang mengatur sistem kliring antara bank dalam mata uang Rupiah atau
valuta asing dan Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang
berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut,
menarik dan memusnahkan uang dimaksud dari peredaran (Pasal 17 UU No
23/1999 jo UU No 3/2004).

Rangka sistem pembayaran Indonesia memiliki lalu lintas pembayaran. Lalu
lintas pembayaran adalah proses penyelesaian pembayaran transaksi komersial
atau finansial dari pembayar kepada penerima melalui media bank yang bersifat

10

Sentosa Sembiring, Op.Cit. , hlm 270

22

lingkup dalam negeri maupun luar negeri yang pelaksanaannya melalui cara
kliring, transfer, atau inkaso.11

Lalu lintas pembayaran dapat terlaksana apabila unsur-unsur yang terkait di
dalamnya saling mendukung. Adapun unsur-unsur yang menjadi pendukung lalu
lintas pembayaran tersebut, yaitu : Bank Sentral, lembaga kliring, hubungan kerja
sama antar bank dalam maupun luar negeri dengan bank koresponden, sarana
komunikasi yang baik, dan unsur lainnya.12

3. Mengatur dan mengawasi bank.

Terkait dengan tugas mengatur dan mengawasi bank, tampaknya pembuat
undang-undang ingin memisahkan antara tugas mengatur dan mengawasi
dipisahkan. Tugas mengatur bank diberikan kepada Bank Indonesia, sedangkan
tugas mengawasi bank diberikan kepada lembaga khusus yaitu Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Otoritas Jasa Keuangan memiliki keweanangan untuk
mengawasi kegiatan transaksi keuangan perbankan, pasar modal, perasuransian,
dan sebagainya sebagaimana dilegalkan dalam Undang – Undang No 21 Tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan dalam menjalankan tugasnya, perlu adanya koordinasi
dan kerjasama antara Bank Indonesia sebagai bank sentral agar pengawasan yang
dilakukan dapat meminimalisir perbuatan-perbuatan melawan hukum yang
merugikan negara. Arti pentingnya pengawasan bank, juga tercermin dari
berbagai pendapat yang dikemukakan oleh pakar perbankan yaitu Priasmoro
11
12

Muhamad Djumhana, Op. Cit., hlm 102
Ibid.

23

Prawiroardjo mengemukakan bahwa sebagaimana diketahui salah satu tugas
Bank Sentral adalah menjalankan pengawasan secara ketat untuk menjaga agar
lembaga keuangan terutama bank-bank dapat bekerja sehat dan jujur.

4. Kebijakan Bank Indonesia terhadap Perdagangan Valuta Asing

1. Kebijakan Perdagangan Valuta Asing Merupakan Kebijakan Moneter

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral memiliki kewenangan dalam menjaga dan
memelihara stabilitas perekonomian nasional secara keseluruhan dan menjaga
nilai Rupiah dapat kompetitif dalam pasar valuta asing. Kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam perdagangan valuta asing merupakan
bagian dari Kebijakan moneter.

Menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No 23 Tahun 1999 jo UndangUndang No 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Kebijakan Moneter adaalah
kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk mencapai
dan memelihara kestabilan nilai Rupiah yang dilakukan antara lain melalui
pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku bunga. Kebijakan Moneter
adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi
yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang beredar.
Dimaksud dengan kondisi yang lebih baik adalah meningkatnya output
keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga.13 Melalui kebijakan
moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah, atau mengurangi jumlah

13

Sri Murwani, Analisis Kebijakan Moneter Kaitannya Dengan Penanaman Modal Asing
(tesis), http://eprints.undip.ac.id/18300/1/Sri_muwarni.pdf diakses tanggal : 14 November 2014
pukul : 14:24 WIB hlm 17

24

uang beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi untuk tumbuh,
sekaligus mengendalikan inflasi.14

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kesetabilan nilai
Rupiah sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 UU No 23 Tahun 1999 jo UU No
23 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan
nilai Rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa
yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005
Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai
sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan
menganut sistem nilai tukar yang