Metode Pengumpulan Data Teknik dan Langkah Analisis Statistik Deskriptif Tabel 2. Statistik Deskriptif

18 atau BPR di Kabupaten maka akan dibedakan Informasi kepemilikan dari website Bank Indonesia.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber yaitu website Bank Indonesia www.BI.go.id yaitu laporan keuangan BPR periode 2010. Penulis akan mengambil 140 sampel laporan keuangan BPR yang terdiri dari 86 laporan keuangan BPR milik Swasta dan 54 laporan keuangan BPR milik Pemerintah sedangkan untuk BPR di Kota terdiri dari 29 laporan keuangan dan 111 laporan keuangan BPR di Kabupaten yang berada di Propinsi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan terbatasnya ketersediaan data dalam laporan keuangan tahunan BPR, di mana hanya rasio keuangan seperti KPMM , NPL , LDR , dan ROA yang tercatum dalam laporan keuangan tahunan BPR di Jawa Tengah sedangkan ROE , BOPO , NIM penulis mencari perhitungannya melalui Infobank.

3.4 Teknik dan Langkah Analisis

Teknik analisis dalam penelitian ini adalah analisis statistik kuantitatif. Teknik analisis data ini dipergunakan untuk mengolah data-data yang berupa angka atau yang bersifat kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode Infobank. Langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengambil Laporan Keuangan Tahun 2010 yang terdapat di website BI. 19 2. Mengklasifikasikan kinerja keuangan Sangat Bagus, Bagus, Cukup Bagus, Tidak Bagus setiap BPR, berdasarkan rasio yang terdapat di Majalah Infobank tahun 2011. 3. Membedakan kinerja keuangan yang dimiliki BPR Swasta dan BPR Pemerintah serta BPR di Kota dan BPR di Kabupaten dengan menggunakan Uji Mann Whitney . IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif Tabel 2. Statistik Deskriptif

Variabel Penelitian N Minimum Maximum Mean Standar Deviation KPMM 140 0,00 1,49 0,25 0,16 NPL 140 0,00 0,93 0,09 0,13 ROA 140 -0,79 2,43 0,06 0,27 ROE 140 -1,00 1,10 0,21 0,23 LDR 140 0,00 3,46 0,80 0,27 BOPO 140 0,08 1,48 0,82 0,13 NIM 140 0,05 0,40 0,18 0,05 SCORE 140 33 98 83 10 Sumber: Olah Data, 2012 Tabel statistik deskriptif di atas menunjukkan bahwa kinerja keuangan BPR secara keseluruhan mempunyai titik terendah pada kisaran 33, dimiliki oleh BPR milik swasta yaitu PT BPR Danamitra Sejahtera yang terletak di Kabupaten Kebumen, PT BPR Kartasura Makmur yang terletak di Kabupaten Sukoharjo, PT BPR Buana Artha Lestari yang terletak di Kabupaten Karanganyar, dan PD BPR BKK Bendosari yang terletak di 20 Kabupaten Sukoharjo milik Pemerintah. Sedangkan kinerja keuangan BPR secara keseluruhan mempunyai titik tertinggi pada kisaran 98, dimiliki oleh BPR Swasta dan 83 BPR yang dimiliki oleh BPR Pemerintah. Kinerja rasio KPMM yang paling buruk dari seluruh BPR yang ada di Jawa Tengah pada periode 2010 dimiliki oleh PT.BPR Danamitra Sejahtera di Kebumen, PT.BPR Kartasura Makmur di Sukoharjo, PD.BPR BKK Bendosari di Sukoharjo dengan nilai terendah 0 hal ini dikarenakan tidak mempunyai kecukupan modal yang ada di BPR tersebut. Dari hasil statistik deskriptif diatas juga menunjukkan rata-rata rasio KPMM adalah 25untuk BPR yang berada di Jawa Tengah, lebih dari 8, di mana hampir semua BPR yang ada di Jawa Tengah memiliki kinerja rasio KPMM yang di kategorikan lebih baik yang mempunyai kecukupan modal yang baik. Sementara itu kinerja rasio NPL di Jawa Tengah adalah 0yang lebih baik di karenakan tidak mempunyai kredit minimum atau kecil yang bermasalah. Sebaliknya nilai maximum di BPR yang ada di Jawa Tengah pada periode 2010 yaitu 93 dan dengan rata-rata rasio 9. Hal ini membuktikan bahwa BPR tersebut mengalami kredit bermasalah yang tinggi. Untuk nama BPR milik Swasta dengan kinerja rasio NPL yang lebih baik di Jawa Tengah adalah PT BPR Gunung Kinibalu yang terletak di Kota Semarang dengan rasio 5.60 dan BPR milik Swasta dengan kinerja rasio NPL yang paling buruk adalah PT.BPR Artha Mekar Sokaraja yang terletak di Kabupaten Banyumas dengan rasio 93. Sedangkan nama BPR milik Pemerintah kinerja rasio NPL yang lebih baik adalah PD BPR BKK Demak Kota yang terletak di Kota Demak dengan kinerja rasio NPL 4.58 dan BPR milik Pemerintah dengan kinerja NPL yang paling 21 buruk adalah PD BPR Bank Daerah Pati Kota yang terletak di Kabupaten Pati dengan kinerja rasio 73. Dari hasil deskriptif di atas juga menunjukkan bahwa rata- rata rasio NPL untuk di Propinsi Jawa Tengah, lebih dari 5, di mana hampir semua BPR tersebut memiliki kinerja rasio NPL yang dikategorikan tidak baik. Hal ini mengindikasikan bahwa BPR di Jawa Tengah pada periode 2010 mengalami masalah terhadap kredit macet. Kinerja rasio ROA yang paling tidak baik BPR di Jawa Tengah pada periode 2010 dengan rasio ROA adalah -79. Hal ini mengindikasikan bahwa BPR tersebut mengalami masalah dalam hal meningkatkan laba atau profitabilitas, maupun dalam hal tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank. Sebaliknya, kinerja rasio ROA yang paling baik BPR di Jawa Tengah untuk periode 2010 yaitu 2.43 dan rata-rata 6. Sementara itu nama BPR dengan kinerja rasio yang lebih baik di Propinsi Jawa Tengah adalah PT BPR Central Internasional yang terletak di SurakartaSolo dengan rasio 97 dan BPR milik Swasta yang paling buruk di Propinsi Jawa Tengah adalah PT BPR Ukabima BMMS yang terletak di Kabupaten Klaten dengan rasio 1. Sedangkan nama BPR milik Pemerintah yang lebih baik di Propinsi Jawa Tengah adalah PD BPR Bank Tegal Gotong Royong yang terletak di Kabupaten Tegal dengan rasio 243 dan BPR milik Pemerintah yang memiliki kinerja rasio yang paling buruk adalah PD BPR BKK Bendosari yang terletak di Kabupaten Sukoharjo dengan rasio 0 di karenakan tidak ada laba yang diperoleh BPR. Dari hasil deskriptif di atas kemampuan yang baik dari BPR dalam mengelolah aspek profitabilitas atau rentabilitas, maka rasio ROA pada BPR di Jawa Tengah lebih dari standar BI, yaitu 1.22 dan dilihat dari Infobank 1.5 yang dinilai sehat untuk periode 2010. 22 Untuk kinerja rasio ROE yang paling tidak baik di BPR Propinsi Jawa Tengah pada periode 2010 dengan rasio ROE adalah -1. Hal ini mengindikasikan bahwa BPR tersebut mengalami masalah dalam meningkatkan profitabilitas. Sebaliknya, kinerja rasio ROE yang paling baik BPR di Jawa Tengah untuk periode 2010, yaitu 1.10 dan rata- rata 21. Sementara itu nama BPR dengan kinerja rasio ROE yang lebih baik adalah PT BPR Mandiri Artha Abadi yang terletak di kota Semarang dengan rasio 109.81 dan BPR milik Swasta dengan kinerja rasio ROE yang paling buruk adalah PT.BPR Arthaperdana Delta Sentosa yang terletak di Kabupaten Pati dengan rasio 4.40. Sedangkan nama BPR milik Pemerintah dengan kinerja rasio ROE yang paling baik adalah PD BPR BP Kab Rembang yang terletak di Kabupaten Rembang dengan rasio 39.86 dan BPR milik Pemerintah dengan kinerja rasio ROE yang paling buruk adalah PD BPR BKK Purworejo yang terletak di Kabupaten Purworejo dengan rasio -100.17 dikarenakan tidak ada laba yang diperoleh BPR. BPR yang baik adalah harus mempunyai kemampuan yang baik dalam meningkatkan profitabilitas serta meningkatkan efisiensi usaha di BPR. Rasio ROE dilihat dari Infobank menggunakan standar terbaik 7 yang di nilai sehat untuk periode 2010. Sedangkan untuk rata- rata rasio LDR di BPR Propinsi Jawa Tengah adalah 80. untuk nama BPR milik Swasta kinerja rasio LDR yang paling baik adalah PT BPR Binalanggeng Mulia yang terletak di Kota SurakartaSolo dengan rasio 78.24 dan BPR milik Swasta dengan kinerja rasio LDR yang paling buruk adalah PT BPR Eleska Artha yang terletak di Kabupaten Brebes dengan rasio 346.35. Sedangkan nama BPR milik Pemerintah dengan kinerja rasio LDR yang paling baik adalah PD BPR BKK Margadana yang terletak di Kota Tegal dengan rasio 77.40 dan BPR milik Pemerintah dengan 23 kinerja rasio yang paling buruk adalah PD BPR BP Kota Pekalomgan yang terletak di Kota Pekalongan dengan rasio LDR 101.47. Standar terbaik rasio LDR menurut Infobank menggunakan pendekatan antara 78-100. Namun jika suatu bank mempunyai LDR di atas 100, tetap diberi nilai terbaik asal CAR -nya minimal 14 artinta ekspansinya masih dibiayai oleh modal pemiliknya. Jika suatu Bank atau BPR memiliki rasio LDR t erlalu tinggi atau tidak sesuai dengan standar yang diberikan, maka bank atau BPR tersebut dinilai terlalu ekspansif dan perlu sedikit hati-hati. Hal tersebut mencerminkan bahwa BPR mengalami kelancaran dalam likuiditas, dimana kredit yang disalurkan kepada masyarakat mengalami kelancaran dalam dana pihak ketiga. Di sisi lain, hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar kepercayaan masyarakat kepada BPR. Kinerja rasio BOPO di Propinsi Jawa Tengah dengan rata-rata adalah 82. Sementara itu nama BPR dengan kinerja rasio BOPO yang paling baik adalah PT. BPR Mitra Mertoyudan yang terletak di Kota Magelang dengan rasio 82.82 dan BPR milik Swasta dengan kinerja rasio BOPO yang paling buruk adalah PT BPR Central Artha yang terletak di Kota Tegal dengan rasio 148.31. Sedangkan nama BPR milik Pemerintah dengan kinerja rasio BOPO yang paling baik adalah PD BPR BP Kab Rembang yang terletak di Kabupaten Rembang dengan rasio 91.89 dan BPR milik Pemerintah dengan rasio yang paling buruk adalah PD BPR BKK Purworejo yang terletak di Kabupaten Purworejo dengan rasio 118.87. Rasio ini tidak dikelompokkan berdasarkan aset karena menyangkut rasio yang tidak banyak pengaruhnya dalam pengelolaan. Bank besar ataupun Bank kecil harus efisien dengan standar terbaik rasio BOPO sebesar 92. Jika ada bank yang memiliki rasio BOPO di atas 92 bank tersebut dianggap tidak efisien. Sebaliknya makin kecil rasio BOPO berarti bank tersebut makin efisien. 24 Kinerja rasio NIM BPR di Propinsi Jawa Tengah dengan nilai maximum adalah 40 dan rata-rata 18. Sementara itu nama BPR milik Swasta dengan kinerja rasio NIM yang paling baik adalah PT BPR Weleri Makmur yang terletak di Kota Semarang dengan rasio 40.40 dan BPR milik Swasta dengan kinerja rasio yang paling buruk adalah PT BPR Central Artha yang terletak di Kota Tegal dengan kinerja rasio NIM 5.11. Sedangkan nama BPR milik Pemerintah dengan kinerja rasio NIM y ang paling baik adalah PD BPR BKK Tasikmadu yang terletak di Kabupaten Karanganyar dengan rasio 22.42 dan BPR milik Pemerintah dengan kinerja rasio NIM yang paling buruk adalah PD BPR BKK Unggaran yang terletak di Kabupaten Semarang dengan rasio 9.46. Hal ini mencerminkan bahwa BPR tersebut memiliki efisiensi yang baik. Sedangkan rata-rata rasio NIM BPR di Propinsi Jawa Tengah adalah 0.18. NIM sebagai indikator efisiensi maka rasio NIM terbaik BPR saat ini adalah 10. Makin besar rasio NIM maka makin baik. Sebaliknya makin kecil rasio NIM maka makin buruk. Hal tersebut mencerminkan bahwa BPR memiliki efisiensi yang baik.

4.2 Kinerja BPR menurut Rating Infobank