4
Penelitian ini dilakukan penulis untuk membedakan kinerja BPR yang berada di Kota apakah lebih baik dibandingkan kinerja BPR yang berada di Kabupaten dan
membedakan kinerja BPR yang dimiliki Swasta apakah lebih baik dibandingkan BPR yang dimiliki Pemerintah. Hal ini dilatarbelakangi oleh maksud peneliti yang mana untuk
membandingkan kinerja antar BPR yang ada. Sehingga peneliti mengambil masing- masing jenis BPR yang dimiliki Swasta dan Pemerintah serta BPR yang terletak di Kota
dan di Kabupaten agar dapat dibandingkan kinerjanya masing-masing.
1.2 Persoalan Penelitian
Persoalan penelitian yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana penilaian kinerja BPR di Jawa Tengah dengan menggunakan metode
rating Bank dari Infobank? Apakah terjadi perbedaan kinerja BPR yang berada di Kota dan BPR yang berada
di Kabupaten? Apakah terjadi perbedaan kinerja BPR yang dimiliki Swasta dan BPR yang
dimiliki Pemerintah?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana penilaian kinerja BPR di Jawa Tengah dengan
menggunakan metode rating Bank dari Infobank.
5
Untuk mengetahui perbedaan kinerja BPR yang berada di Kota dan BPR yang berada di Kabupaten.
Untuk mengetahui perbedaan kinerja BPR yang dimiliki Swasta dan BPR yang dimiliki Pemerintah?
Manfaat penelitian ini adalah: 1.
Bagi Peneliti
Untuk mencari pengalaman serta untuk mengetahui apakah ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dapat diterapkan dalam kehidupan dunia kerja yang
sesungguhnya. 2.
Bagi Bank Perkreditan Rakyat BPR di Jawa Tengah Untuk memberi masukan kepada Bank Perkreditan Rakyat BPR di Jawa Tengah
mengenai analisis laporan kinerja keuangan yang selama ini diterapkan. 3.
Bagi Bank Indonesia
Dapat meningkatkan pengontrolan terhadap kinerja BPR di Kota dan Di Kabupaten serta BPR yang dimiliki Swasta maupun Pemerintah.
II. TELAAH TEORITIS 2.1 Bank Perkreditan Rakyat BPR
Menurut Kasmir 2002:21 Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional atau berdasarkan prinsip syariah yang
6
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan. Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang kegiatannya
menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Larangan bagi BPR adalah menerima
rekening giro serta melaksanakan kliring. Begitu pula dengan jangkauan wilayah opersinya sangat terbatas di kecamatan-kecamatan dan pedesaan saja. Selanjutnya
pendirian BPR dengan modal awal yang relative lebih kecil jika dibandingkan dengan modal awal Bank Umum.
Pada awalnya tugas pokok BPR diarahkan untuk menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan serta mengurangi praktek-praktek ijin dan para pelepas
uang. Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, pada akhirnya tugas BPR tidak hanya ditunjukan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah di daerah perkotaan.
Sasaran BPR adalah golongan masyarakat yang belum dijangkau oleh Bank Umum seperti petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan
sehingga keberadaan BPR akan mewujudkan pemerataan layanan perbankan pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan
para Perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 13 dan pasal 41 terdapat usaha yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat.
Usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi: 1.
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
7
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. 4.
Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank lain.
Bank Perkreditan Rakyat dilarang. a.
Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaraan.
b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
c. Melakukan penyertaan modal.
d. Melalukan usaha perasuransian.
e. Melalukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud diatas.
2.2 Kinerja Keuangan
Helfert 1995: 82 menjelaskan bahwa
kinerja keuangan adalah suatu hasil, prestasi atau keadaan yang telah dicapai oleh perusahaan selama periode atau kurun
waktu tertentu. Menurut Kasmir 2006: 46, untuk menilai kinerja suatu bank dapat menggunakan metode
CAMEL
yaitu
Capital, Assets, Manajemen Quality, Earning, Liquidity.
Di mana
capital
menunjukkan aspek permodalan,
assets
menunjukkan aspek kualitas aset,
manajemen quality
menunjukkan aspek kualitas manajemen,
earning
8
menunjukkan aspek rentabilitas atau profitabilitas, dan
liquidity
menunjukkan aspek likuiditas.
2.3 Metode Penilaian Kinerja InfoBank
Infobank 2011:22, dalam
rating
Infobank mencatat sebagian besar bank meraih pertumbuhan kredit dan pertumbuhan laba. Pada tahun lalu jumlah bank di Indonesia ada
122 bank meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 121 bank. Jumlah bank di Indonesia dari tahun ke tahun menurun karena likuidasi. Ketika rating
versi Infobank pertama kali diluncurkan pada tahun 1996, jumlah bank masih sebanyak 240 bank. Ke depan jumlah
bank masih akan menyusut akibat penggabungan antar bank, baik karena ketentuan kepemilikan tunggal maupun untuk memperkuat modal. Tahun ini Infobank masih
menggunakan pendekatan modal sesuai dengan Arsitektur Perbankan Indonesia API untuk pengelompokan bank.
Infobank 2011:23, ada lima langkah besar yang dilakukan Biro Riset Infobank sehingga mampu menentukkan
rating
dengan predikat sampai menentukkan peringkat. Pertama, menentukan formula
rating
yang didasarkan pada perkembangan perbankan dan kebijakan Bank Indonesia BI serta pencapaian perbankan secara
industri. Seperti biasa, pada tahap ini dilakukan diskusi dengan kalangan perbankan dan pengamat sehingga mendapatkan formula yang baik.
Rating
tahun 2010 menggunakan kriteria rasio keuangan penting dan pertumbuhan selama setahun terakhir.
Kedua, mengumpulkan laporan keuangan bank-bank, antara lain neraca dan laba- rugi selama dua tahun. Bank yang hanya mempunyai laporan keuangan satu tahun tidak
9
di rating karena tidak ada pertumbuhannya. Laporan keuangan diambil dari media massa, baik lokal maupun nasional. Jika tidak menemukan di media massa, Biro Riset Infobank
meminta langsung kepada bank bersangkutan. Batas pengumpulan laporan keuangan ditetapkan sampai dengan pertengahan Mei 2010. Pada tahap pengumpulan data
manakala laporan keuangan neraca dan rugi-laba terkumpul, Biro Riset Infobank tidak perlu lagi meneliti lebih dalam, misalnya apakah ada rekayasa laporan keuangan atau
tidak. Patokannya, semua neraca itu sudah diaudit akuntan publik. Karena itu, seluruh laporan keuangan dianggap benar tanpa kecuali. Meskipun begitu tak jarang Biro Riset
Infobank mengecek perbandingan jumlah aktiva dengan pasivanya yang terkadang memang tidak berimbang.
Ketiga, mengolah angka-angka dengan berbagai rasio dan pertumbuhan yang sudah ditetapkan. Hasilnya dikaitkan dengan bobot yang telah diberikan sebelumnya.
Pemberian bobot ini dilakukan seragam antara komponen yang satu dan yang lain. Hanya beberapa rasio yang dinilainya tidak teramat penting mendapat bobot yang lebih ringan.
Pada tahun ini pembobotan masih lebih berat ke rasio keuangan dibandingkan dengan pertumbuhan.
Keempat, memberi notasi akhir untuk menentukkan predikat. Setelah ini terkumpul, pemeringkatan pun dilakukan. Ini hanya untuk memudahkan membaca dan
bagi Biro Riset Infobank dari semua rating itu adalah predikat, bukan nomor urut. Namun kalau pembaca menganggap hal ini penting itu menjadi soal lain.
10
Kelima, memasukkan bank-bank sesuai dengan ukuran permodalan berdasarkan konsep Arsitektur Perbankan Indonesia API. Setelah itu keluar nama predikat dan
peringkat sesuai dengan nilai yang diperoleh.
Rating
bank versi Infobank 2011 yang didasarkan atas kinerja bank 2010 ini menggunakan lima kriteria utama yang terbagi ke dalam tujuh rasio keuangan dan empat
pertumbuhan. Indikator itu antara lain rasio permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas serta efisiensi dan pertumbuhan modal, dana, kredit, dan laba.
Ada sedikit perubahan kriteria tahun 2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun ini
Loan to Deposit Ratio LDR
mengikuti aturan BI dengan batas ideal 78-100, di atas 100 pun masih harus memiliki
Capital Adequacy Ratio CAR
minimal 14. Kriteria penilaian yang digunakan BI. BI menilai kesehatan bank mengacu pada
unsur-unsur
capital, assets quality, management,earning and liquidity
, sedangkan Biro Riset Infobank menerapkan kriteria-kriteria yang umum digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan sebuah bank minus pelanggaran dan manajemen. Harus diakui ini juga merupakan kelemahan lain jika ingin melihat seluruh kondisi sebuah bank. Biro Riset
Infobank tidak mencatumkan unsur manajemen karena memang tidak mampu melihatnya dari luar. Itulah yang terkadang banyak mengundang kritik. Rating ini bukanlah penilaian
kesehatan sebuah bank. Yang ingin dikatakan di sini adalah penerjemahan atas rasio-rasio keuangan bank sebagaimana tertera di laporan keuangannya. Setelah pemberian
score
akhir, tahap selanjutnya ketika sudah diberi predikat adalah melakukan pemeringkatan. Tentu setelah digolongkan berdasarkan modal sesuai dengan konsep Arsitektur
11
Perbankan Indonesia API. Hal ini selain untuk memudahkan pembaca, juga ingin membandingkan posisi antarbank pesaing. Namun sesungguhnya rating
bank versi Infobank ini lebih mementingkan predikat dibandingkan dengan peringkat.
Pemeringkatan bukan tanpa masalah karena banyak bank yang nilainnya sama. Untuk mengatasi hal itu dilakukan pengukuran kembali dengan melihat posisi
CAR-
nya. Jadi jika ada bank yang sama tapi
CAR-
nya berlainan, bank yang
CAR-
nya lebih besar akan menduduki peringkat yang lebih baik. Jika masih sama dengan
menggunakan pendekatan rasio
NPL
dan jika masih juga sama maka digunakan dengan pendekatan rasio
LDR
. Infobank 2011:71 kriteria rasio yang dipakai oleh Infobank untuk mengukur
kinerja BPR adalah sebagai berikut:
1. Permodalan
Menyangkut rasio kecukupan modal atau
capital adequacy ratio CAR
dan pertumbuhan modal. Rasio ini untuk melihat seberapa jauh kekuatan permodalan dan
komitmen BPR dalam peningkatan modal. Rasio terbaik
CAR
mengacu pada ketentuan BI.
CAR
8 sampai dengan 12 akan diberi nilai 81 poin.
CAR
di atas 12 sampai dengan , 20 akan diberi penambahan maksimal 100 poin. Rasio
CAR
ini di beri bobot 15. Sisa bobot 5 dari unsur permodalan menggunakan pendekatan pertumbuhan
modal. Rasio terbaik dari pertumbuhan modal ini menggunakan pendekatan rata-rata industri BPR yang tergantung pada jumlah asetnya.
12
2. Aktiva Produktif
Penilaian aktiva produktif dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan rasio jumlah kredit
NPL
dengan jumlah kredit. Dengan kata lain, posisi
NPL
. Standar terbaik untuk
NPL
ini adalah 5 ke bawah dengan batas toleransi 8.
NPL
8 ke atas nilainya 0. Bobot rasio
NPL
ini sebesar 15. Selain
NPL
yang dinilai, dalam kelompok aktiva produktif dilihat peningkatan jumlah kredit yang disalurkan dalam kurun waktu satu
tahun. Sama halnya dengan modal untuk pertumbuhan kredit, BPR juga dibagi ke dalam tiga kategori.
3. Rentabilitas
Meliputi tiga unsur yaitu rasio laba dibandingkan dengan modal Modal disetor dan cadangan umum, rasio laba dibandingkan dengan aset, dan pertumbuhan laba.
Sejauh mana modal dan aset yang dikelola biasa menghasilkan laba dalam kurun waktu satu periode. Rasio laba dengan aset atau
ROA
menggunakan standar 1,5 dan 1,5 ke atas akan mendapat poin tambahan dengan maksimal
ROA
sebesar 3. Sedangkan rasio laba dibandingkan dengan modal atau return on equity
ROE
menggunakan standar terbaik 7 atau rata-rata suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI satu tahun.
ROA
dan
ROE
bobotnya masing-masing 7,5.
4. Likuiditas
Rasio Likuiditas menggunakan pendekatan yang sederhana yaitu berpatokan pada
loan to deposit rasio LDR
. Jika suatu bank BPR memiliki
LDR
terlalu tinggi, bank tersebut dinilai terlalu ekspansif dan perlu sedikit hati-hati. Untuk
LDR
terbaik
13
menggunakan pendekatan antara 78 dan 100. Angka itu di ambil dari kebijakan BI. Bahkan BPR dengan
LDR
di atas 100 tapi tidak memiliki
CAR
14 ke atas dinilai jelek. Posisi
LDR
ini diberi bobot 15.
5. Efisiensi
Kategori ini menggunakan dua rasio yaitu rasio biaya operasional terhadap pendapatan opersional
BOPO
dan rasio
Net Interest Margin NIM
. Rasio ini tidak dikelompokan berdasarkan aset karena menyangkut rasio yang tidak banyak pengaruhnya
dalam pengelolaan. Bank besar ataupun bank kecil harus efisien dengan standar terbaik
BOPO
sebesar 92. Jika ada bank yang memiliki
BOPO
di atas 92 , bank tersebut dianggap tak efisien. Sebaliknya makin kecil rasio
BOPO
berarti bank tersebut semakin efisien. Sejurus dengan itu ada
NIM
sebagai indikator efisiensi. Angka
NIM
terbaik BPR saat ini adalah 10. Makin besar
NIM
, makin baik. Sebaliknya, makin kecil
NIM,
makin buruk.
BOPO
dan
NIM
diberi bobot masing-masing 10. Kedua rasio ini merupakan dua
hal yang sama pentingnya. Tabel 1.1 Kriteria Penilaian BPR Terbaik Tahun 2011
NO KRITERIA
BOBOT
1.
Permodalan A.Capital Adequacy Ratio CAR
B. Pertumbuhan Modal -BPR beraset RP 100 miliar keatas
-BPR beraset RP 50 Miliar S.D. Di Bawah RP 100 Miliar - BPR Beraset Rp 25 Miliar S.D. Di bawah RP 50 Miliar
15,00 5,00
2.
Aktiva Produktif
A. Non Performing Loans NPL B. Pertumbuhan Kredit
-BPR beraset RP 100 miliar keatas 15,00
5,00
14
-BPR beraset RP 50 Miliar S.D. Di Bawah RP 100 Miliar - BPR beraset Rp 25 Miliar S.D. Di bawah RP 50 Miliar
3.
Rentabilitas
A. Return On Asset ROA B. Return On Equity ROE
C. Pertumbuhan Laba Tahun Berjalan
-BPR beraset RP 100 miliar keatas -BPR beraset RP 50 Miliar S.D. Di Bawah RP 100 Miliar
- BPR Beraset Rp 25 Miliar S.D. Di bawah RP 50 Miliar 7,50
7,50 5,00
4.
Likuiditas
A. Loan To Deposit Ratio LDR B. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
-BPR beraset RP 100 miliar keatas -BPR beraset RP 50 Miliar S.D. Di Bawah RP 100 Miliar
- BPR Beraset Rp 25 Miliar S.D. Di bawah RP 50 Miliar 15,00
5,00
5
Efisiensi
A. Beban OpersionalPendapatan Opersional BOPO B. Net Interest Margin NIM
10,00 10,00
Sumber: Biro Riset Infobank
Rekapitulasi Predikat BPR Tabel 1.2. Predikat BPR
NILAI ANTARA PREDIKAT
81 S.D. 100 SANGAT BAGUS
66 S.D.81 BAGUS
51 S.D.66 CUKUP BAGUS
0 S.D. 51 TIDAK BAGUS
Sumber : Biro Riset Infobank
15
2.4 Pengaruh Kepemilikan Bank Terhadap Kinerja Bank