2
Direktorat Pembinaan SMK 2013
C. Kegiatan Belajar
1.  Mengamati a.  Mengamati penggunaan teknik jeda dalam pementasan teater
b.  Menyerap  informasi  berbagai  sumber  belajar  mengenai  teknik  jeda dalam pemeranan
2.  Menanya a.  Menanya fungsi teknik jeda dalam pemeranan
b.  Menanya penggunaan teknik jeda yang tepat c.  Mendiskusikan bentuk pelatihan teknik jeda dalam adegan
3.  Mengeksplorasi a.  Melatihkan  berbagai  macam  teknik  jeda  di  antara    karakter  peran
dalam situasi berbeda b.  Melatihkan  berbagai  macam  teknik  jeda  di  antara    karakter  peran
dalam emosi berbeda c.  Melatihkan  berbagai  macam  teknik  jeda  di  antara    karakter  peran
dalam situasi dan emosi yang berbeda 4.  Mengasosiasi
a.  Membedakan teknik jeda sesuai situasi b.  Membedakan teknik jeda sesuai emosi
5.  Mengomunikasi a.  Menyaji  data  ragam  teknik  jeda  dalam  pemeranan  terkait  emosi  dan
situasi di antara karakter peran b.  Memperagakan ragam teknik jeda sesuai emosi dan situasi di antara
karakter peran dalam adegan yang berbeda
D. Materi
1. Teknik Jeda dalam Pemeranan
Teknik  jeda  dalam  pemeranan  terkait  erat  dengan  irama  permainan. Jeda  yang  tepat  akan  memberikan  kesempatan  pada  penonton  untuk
mengendapkan  kejadian  yang  baru  saja  terjadi.  Oleh  karena  itu  jeda sangat  berguna  dan  tidak  boleh  diabaikan  Rendra,  1985:52.  Jeda
dipandang  dari  sisi  pemeran  terhubung  kuat  dengan  emosi  dan penjiwaan  karakter.  Pemeran  yang  hanya  menyampaikan  hapalan
kalimat  dialog  peran  belumlah  bisa  dikatakan  sedang  bermain  peran.
3
Direktorat Pembinaan SMK 2013
Kalimat  dialog  harus  dihidupkan  dan  tidak  hanya  diucapkan  karena pemeran telah menghapal teks. Untuk menghidupkan karakter peran ini
lah, teknik jeda bisa diterapkan.
Jeda  dalam  kehidupan  nyata  sehari-hari  seringkali  muncul.  Ketika beberapa  orang  sedang  berbicara  dengan  seru  sambil  duduk-duduk,
tiba-tiba  saja  terhenti,  hening  sebentar  karena  ada  seseorang  lewat. Mereka  terdiam memandangi  yang  lewat,  setelah  itu  saling  melihat  dan
kemudian  melanjutkan  pembicaraan  atau  mengomentari  orang  baru lewat  tadi.  Dalam  kasus  lain  seseorang  yang  sedang  berjalan  sendiri
tiba-tiba  terhenti  karena  ada  sesuatu  yang  jatuh  dari  atas  pohon,  ia terhenti  sejenak,  hening,  kemudian  mengamati  dan  memastikan  benda
apa yang jatuh, setelah itu ia melanjutkan perjalanan. Keadaan tiba-tiba terhenti atau hening tidak bisa lepas dari kehidupan manusia keseharian.
Di dalam lakon yang juga merupakan gambaran cerita kehidupan nyata, keadaan hening pasti banyak ditemui.
Keadaan  hening  atau  jeda  dalam  lakon  bukan  hanya  digunakan  untuk memperkaya irama permainan. Hening digunakan untuk memberi bobot
pada  ucapan  atau  situasi  adegan.    Jika  hal  ini  terjadi  dan  dilakukan dengan  tepat,  maka  kejadian  dalam  adegan  yang  telah  berlalu  dapat
meresap  dalam  pemahaman  penonton.  Jeda  yang  tepat  tidak  akan mengganggu  kelancaran  jalannya  pertunjukan  karena  hadir  tanpa
disadari  oleh  penonton.  Akan  tetapi  jeda  yang  tidak  tepat  dan  sering dilakukan  akan  mengganggu  jalannya  pertunjukan  dan  membuat
penonton jenuh Rendra, 2013:47.
Jeda  dalam  naskah  lakon  dituliskan  dalam  b  ini  adalah  contoh  jeda dalam  cuplikan  lakon  Hantu  karya  August  Strindberg.  Perhatikan
keterangan yang dicetak tebal.
MAHASISWA : Boleh kupinjam mangkok? Gadis Penjual Susu itu
menggenggam mangkok itu rapat ke tubuhnya Apa kau belum selesai? Gadis Penjual Susu memandang kepadanya dengan ketakutan
LELAKI TUA : pada  diri  sendiri  Sama  siapa  dia  bicara?  Saya
tidak  melihat  siapa-siapa.  Apa  dia  gila?  ia  memperhaikan  mereka dengan penuh keheranan
MAHASISWA : kepada  Gadis  Penjual  Susu  Apa  yang  kaulihat?
Apa  aku  kelihatan  begitu  mengerikan?  Aku    belum  sempat  tidur  dan tentu kau mengira aku tadi malam bergadang dengan kawan-kawanku...