Pendidikan Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan diluar negeri Jawab

JAWABAN

1. Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan diluar negeri Jawab

a. Pendidikan

Pendidikan kebidanan di Indonesia pada umumnya telah memiliki system yang hampir sama dengan system pendidikan kebidanan diluar negeri, dalam hal ini saya mengambil contoh pendidikan kebidanan di New Zealand yang telah menjadi pemimpin dunia dalam menetapkan standar untuk praktik kebidanan dan profesionalisme. Pada dasarnya pendidikan kebidanan yang tumbuh dalam dinamika yang tidak terkendali merupakan akibat dari tumbuhnya institusi pendidikan yang tidak mendahulukan kualitas dari system pendidikan. Strategi pendidikan dan pelayanan di New Zealand pada umumnya lebih melihat dari segi sosiologi dalam hal ini kultural budaya dan pemerataan pendidikan dan pelayanan yang berfokus kepada perempuan “Woman Centre”. Dengan melihat strategi International Confederation of Midwifery ICM dimana dalam mengatasi kematian ibu dan bayi diseluruh dunia dengan memperkuat kebidanan yang dibangun atas tiga pilar untuk penyediaan tenaga kerja kebidanan yang berkualitas, yaitu dengan : pendidikan, regulasi dan asosiasi profesi. 1Pendidikan yag merupakan langkah awal menciptakan bidan yang berkompeten dilakukan dengan proses pendidikan yang berbasis kompetensi dengan keilmuan yang terintegrasi dan scenario kasus yang didapat dalam praktik klinis mahasiswa. 2 Regulasi dalam hal ini pemerintahan New Zealand melakukan pemerataan pendidikan sekaligus pelayanan kebidanan pada daerah daerah yang membutuhkan pelayanan kebidanan sesuai dengan kultural yang dimiliki. 3 asosiasi profesi kebidanan di New Zealand jelas berperan penting dalam penilaian klinis mahasiswa diakhir program dan menilai assesmen klinis melalui OSCE, dari tiga hal yang telah diterapkan New Zealand maka tidak heran kalau program pendidikan kebidanan di New Zealand dapat berkembang dan memiliki kualitas sehingga diakui dunia karena standard dan kompetensi pendidikan kebidanannya telah sesuai 100 dalam penerapan model asuhan kebidanan. Kuantitas tidak menentukan kualitas, hal ini merupakan salah satu tolak ukur oleh Negara New Zealand dalam mendirikan suatu pendidikan kebidanan, dimana program pendidikan kebidanan diatur oleh Dewan Kebidanan yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Keseharan Jaminan Kompetensi Praktisi Tahun 2003. Dan yang paling penting program pendidikan ini mengarah dan tetap berbasis cultural dimana memungkinkan peserta didik untuk belajar dimana mereka tinggal, sehingga mereka tidak perlu pindah ke Dunedin atau Christchurch untuk mengakses pendidikan kebidanan didukung oleh penempatan satelit untuk melakukan video conference antara studi interaktif antar mahasiswa diberbagai daerah. Dengan 1 ini, peserta didik lebih cenderung tetap bekerja di pelayanan bersalin pada daerah tempat dia tinggal setelah lulus sehingga program ini akan membantu menyelesaikan isu-isu tenaga kerja yang ada didaerah pedesaan dan provinsi dari Pulau Selatan dan Pulau Utara yang lebih rendah, sehingga pelayanan yang dihasilkan akan merata disemua tempat. Penyediaan kebutuhan untuk pendidikan kebidanan dilakukan dengan tiga tahun masa pembelajaran untuk masuk ke profesi dengan minimum 1500 jam teori, minimum 1500 jam praktek klinis, adanya kontinuitas dari pengalaman perawatan, memiliki penempatan klinis yang ragam termasuk rumah sakit, homebirth, unit bersalin, dan masyarakat, memfasilitasi minimum dari 30 persalinan dan memenuhi kompetensi untuk pendaftaran sebagai bidan. Adapun kompetensi untuk mendaftar sebagai Bidan di New Zealand dikembangkan oleh otoritas regulasi bekerjasama dengan New Zealand College Of Midwifery NZCOM, memiliki empat kompetensi terpadu dengan masing-masing kriteria kinerja. Ada keselamatan untuk praktek sebagai bidan jika terbukti ketika pemohon menunjukkan empat kompetensi yang telah dilakukan. Adapun syarat kompetensi untuk praktek sebagai Bidan yaitu dengan 1 Bekerja dalam kemitraan dengan wanita seluruh pengalaman bersalin, 2 Pemohon menerapkan pengetahuan teoritis dan ilmiah yang komprehensif dengan kemampuan afektif dan teknis yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan yang efektif dan aman, 3 Pemohon mempromosikan praktek-praktek yang meningkatkan kesehatan wanita dan keluarganya whanauand yang mendorong partisipasi mereka dalam perawatan kesehatannya dan 4 Pemohon harus menggunakan pertimbangan profesional sebagai seorang praktisi reflektif dan kritis ketika memberikan asuhan kebidanan. Strategi pendidikan dalam pemberian perawatan yang berkesinambungan dilakukan dengan semua pengalaman klinis dalam kontinuitas model perawatan, dimana 1 Tahun pertama siswa mengikuti 2 atau 3 perempuan dari awal kehamilan sampai enam minggu setelah melahirkan dengan memperhatikan peran orang yang mendukung, 2 Tahun kedua siswa mengikuti 8 wanita dari awal kehamilan sampai enam minggu setelah melahirkan. Dengan melihat ketrampilan praktek klinik di bawah pengawasan bidan yang merawat wanita,3 Tahun ketiga mahasiswa ditempatkan selama 28 minggu dengan system ‘satu-lawan-satu’ dengan bidan independen dimana 4 minggu di pedesaan, 14 minggu menjadi bidan independen, dan 10 minggu elektif, 4 Pelayanan yang diberikan juga harus ada persetujuan dari Wanita tersebut serta adanya dukungan dosen pada saat melaksanakan praktek lapangan. Strategi pendidikan dalam praktek reflektif dicapai dimana siswa mempertahankan log klinis berdasarkan pengalaman yang didapat, adanya Tanya-jawab dengan dosen secara tatap muka langsung dengan prinsip “satu-lawan-satu” dan dalam kelompok-kelompok tutorial kecil, menggunakan siklus praktek praktek; refleksi; aksi-praktek, menggunakan eksemplar dalam tugas, membantu pengembangan keterampilan berpikir kritis, praktek profesional dan berbasis evidencebased practice. Dalam hal ini NZCOM memiliki proses ulasan dalam menentukan standar kebidanan dengan 1 Praktek reflektif yang diperlukan dari semua bidan praktek, 2 Bidan menyajikan review beban kasus tahun sebelumnya, 3 Melihat hasil statistik, self assessment terhadap standar untuk praktek dan umpan balik konsumen, 4 Adanya proses pendidikan yang mendukung untuk rencana pengembangan professional, 5 Adanya MSR atau portofolio yang diperlukan sebagai bukti kompetensi yang berkelanjutan untuk berlatih. System pendidikan kebidanan selain melihat dari segi aplikasi mahasiswa terhadap teori yang didapat melalui pengalaman praktek klinik, juga dipengaruhi oleh Scenario based teaching oleh tenaga pendidik yang menerapkan system pendidikan berbasis kompetensi dengan cara; 1 Menyediakan model melakukan peran penting “role model”, 2 Membutuhkan tingkat pengetahuan yang tinggi, kemampuan untuk berbagi pengetahuan, kreadibilitas professional pada praktek, 3 Teori pengajaran berdasarkan skenario dari praktek, 4 Mengarahkan belajar secara mandiri Student Central Learning, 5 Integrasi dari semua aspek kurikulum fisiologi, praktek, penelitian, farmakologi dll, 6 Pengembangan penilaian kebidanan dan keterampilan diagnostik, intervensi rencana, perawatan mengevaluasi, dan memelihara fisiologi normal, 7 Pembelajaran dengan diskusi kepada mahasiswa tidak menjadi Teacher Central Learning, 8 Integrasi teori dan kontekstual praktik dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan berbasis kompetensi juga didukung dengan alat penilaian klinis yang dikembangkan melalui kerjasama dengan bidan setempat dan wanita berdasarkan kompetensi Standar pendaftaran dan NZCOM untuk Praktek. Dimana ada lima daerah penilaian dengan kriteria : Kemitraan bidan dan wanita, praktik kebidanan, mengajar dan belajar, praktek pribadi profesional, safety medico-legal practice, serta ada sistem scoring yang bervariasi untuk setiap tahun dengan persyaratan minimum untuk kemajuan peserta didik selanjutnya. Alat penilaian klinis mahasiswa yang dipakai berupa : 1 Umpan balik dari wanita dan bidan, 2Tahun kedua siswa menilai diri sendiri dan memberikan bukti untuk skor buku log, umpan balik dari perempuan dan bidan dan negosiasi skor akhir dengan dosen 3 Tahun akhir dinilai dengan pengawasan bidan dengan dukungan dari penilaian dosen dimana bidan seolah-olah baru terdaftar memasuki dunia kerja harus memenuhi kompetensi untuk pendaftaran. Penilaian klinis mahasiswa juga dilihat dari strategi mahasiswa dalam menjawab kasus melalui soal Objective Structured Clinical Examination OSCE yang merupakan salah satu metode untuk menilai keterampilan kebidanan spesifik klinis dalam tahun pertama dan kedua Menyusui, palpasi perut, infus intravena, mekanisme persalinan dengan komunikasi yang selalu terintegrasi. Beberapa stasi, masing-masing pengujian keterampilan yang berbeda yaitu dengan relawan wanita yang bertindak keluar skenario, dosen memfasilitasi dan mengamati, kedua wanita dan dosen yang terlibat dalam penilaian dan umpan balik kepada siswa, penilaian pengakuan kemitraan antara pendidik dan praktisi kebidanan; pemberian keputusan yang professional. Sebagai kesimpulan system pendidikan kebidanan yang bisa diadop dari pendidikan kebidanan New Zealand ini adalah program pendidikan kebidanan harus mencerminkan bidan yang dibutuhkan berdasarkan kultural atau daerah di Indonesia, untuk menghasilkan; 1 Perkembangan dan penyampaian program yang penting dengan melibatkan profesi kebidanan dan konsumen perempuan, 2 Program kebidanan New Zealand merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pelayanan bersalin yang mencerminkan peran bidan di New Zealand dan menggambarkan ajaran teoritis dalam pemodelan peran melalui magang dan jenis pengalaman klinis untuk mengembangkan bidan yang kompeten.

b. Pelayanan