Studi Variasi Tinggi Sudu Turbin terhadap Daya Output Turbin pada Pembangkit Tenaga Uap PKS Kapasitas 30 ton TBS/ jam
STUDI VARIASI TINGGI SUDU TURBIN TERHADAP
DAYA OUTPUT TURBIN SEBAGAI PEMBANGKIT
TENAGA UAP PADA PKS KAPASITAS 30 TON
TBS/JAM
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
NIM. 040401010
NABAHANSYAH RITONGA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
(3)
(4)
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang atas nikmat dan karunia yang dilimpahkannya sehingga penulis mampu menyelesikan tugas skripsi ini.
Tugas skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa guna menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknik, Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu penulis sebagai mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikannya turut melaksanakan skripsi ini.
Adapun dalam skripsi ini, penulis mengambil topik pembahasan tentang “Studi Variasi Tinggi Sudu Turbin terhadap Daya Output Turbin pada
Pembangkit Tenaga Uap PKS Kapasitas 30 ton TBS/ jam”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. H. A. Halim Nasution, Msc sebagai dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengajaran dari awal hingga selesainya skripsi ini.
2. Bapak DR. ING. Ir. Ikhwansyah Isranuri dan Bapak Tulus
Burhanuddin ST. MT sebagai ketua jurusan dan sekretaris jurusan
Departemen Teknik Mesin USU.
3. Para dosen dan staf pengajar Departemen Teknik Mesin USU yang telah
memberikan dan mengajarkan ilmu.
4. Kedua orang tua yang tercinta yang selalu memberikan motivasi dan do’a
dalam menyelesaikan skripsi ini, termasuk Pak H. Mahmud S dan kedua adik-adikku yang senantiasa memberikan dukungan untuk menyelsaikan skripsi ini.
5. Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Mesin khususnya Irfandi, Fajar
Muhammadin, Alfansuri, Raja Naposo Harahap, Gunawan, Ahmad Balko, Ilham, Sefri, Ali Fatanah, Alam dan Asril Sitorus yang
(6)
senantiasa membantu dan memberikan masukan guna penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan dan masih banyak kesilapan dan kekurangan-kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan masukan dan krietikan yang membangun untuk perbaikan selanjutnya. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya mahasiswa Departemen Teknik Mesin FT USU.
Medan, April 2010
Penulis,
040401010
(7)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……….. i
Daftar Isi ……… iii
Daftar Gambar ………. vi
Daftar Simbol ……….... viii
Daftar Tabel ………... . x
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Maksud Dan Tujuan ... 2
1.3Batasan Masalah ... 2
1.4Metode Penulisan ... 3
1.5Sistematika Penulisan ... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 4
2.1Pandangan Umum Tentang Turbin Uap Sebagai Pembangkit Tenaga … 4 2.2Analisa Termodinamika ... 8
2.3Komponen Instalasi Turbin Uap ……….. 10
2.4Klasifikasi Turbin Uap ... 16
2.5Bagian-bagian Turbin ... 19
2.6Kerugian Energi pada Turbin Uap ... 20
2.6.1 Kerugian Energi Kalor pada Katup Pengatur ... 21
2.6.2 Kerugian Energi Pada Nosel ... 22
(8)
2.6.4 Kerugian Energi Akibat Kecepatan Keluar ... 24
2.6.5 Kerugian Energi karena Gesekan Roda dan Ventilasi ... 24
2.6.6 Kerugian akibat Ruang Bebas ... 25
2.6.7 Kerugian Akibat Kebasahan Uap ... 26
2.6.8 Kerugian akibat Pemipaan Buang ... 26
2.6.9 Kerugian Mekanis ... 27
2.6.10 Efisiensi dalam Turbin ... 28
BAB III. PRINSIP DAN PERHITUNGAN TURBIN IMPULS SERTA ANALISIS ALIRAN UAP MELALUI SUDU ... 29
3.1Dasar Teori Impuls ... 29
3.1.1 Prinsip Impuls dan Momentum ... 29
3.2Asas Impuls Pada Turbin ... 31
3.3Prinsip Turbin Impuls ... 33
3.4Perubahan Energi Thermal Menjadi Energi Kinetis ... 34
3.5Transformasi Energi Pada Sudu ... 36
3.6Analisis Kecepatan Aliran Uap ... 38
3.7Gaya Tangensial Turbin ... 41
3.8Daya Mekanis yang dihasilkan Turbin ... 42
BAB IV. ANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU IMPULS TERHADAP ENERGI MEKANIS TURBIN ... 45
4.1 Prinsip Aksi Aliran Uap Melalui Sudu ... 45
4.2 Analisis Aliran Uap Melalui Penempang Sudu Yang Bervariasi ... 46
(9)
4.3.1 Data hasil Survey Studi ... 51
4.3.2 Perhitungan Data ... 52
4.4 Perhitungan Distribusi Laju Aliran Massa Pada Permukaan Sisi Keluar Nozel ... 54
4.5 Perhitungan Momen Kelembaman Rotor dari Masing-Masing Tinggi Sudu yang Divariasikan ... 62
4.5.1 Menghitung Luas Penampang Profil Sudu ... 62
4.5.2 Menghitung Momen Inersia Rotor Turbin ... 74
4.6 Analisis Aliran Uap Melalui Tinggi Sudu Yang Bervariasi ... 79
4.6.1 Analisa Tinggi Sudu ½ ... 80
4.6.2 Analisa Tinggi Sudu 2/2 ... 86
4.6.3 Analisa Tinggi Sudu 3/2 ... 88
4.6.4 Perbandingan Daya Output Hasil Analisa Secara Teoritis Terhadap Data survey ... 90
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 95
5.1 Kesimpulan ... 95
5.2 Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA 97
(10)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR NAMA GAMBAR
Gambar 2.1 Mesin uap buatan Hero
Gambar 2.2 Mesin uap buatan Branca
Gambar 2.3 Turbin impuls sederhana
Gambar 2.4 Diagram alir Siklus Rankine
Gambar 2.5 Diagram T-s Siklus Rankine
Gambar 2.6 Pompa
Gambar 2.7 Boiler pipa air
Gambar 2.8 Turbin
Gambar 2.9 Kondensor
Gambar 2.10 Penampang Turbin Aksi
Gambar 2.11 Penampang Turbin Reaksi
Gambar 2.12 Perbedaan skema aliran uap antara Turbin Aksi dan Reaksi
Gambar 2.13 Bagian-bagian turbin
Gambar 2.14 Grafik untuk Menentukan Koefisien ϕ sebagai Fungsi Tinggi Nosel.
Gambar 2.15 Grafik untuk menentukan koefisien ψ berdasarkan tinggi sudu-gerak untuk turbin impuls
Gambar 2.17 Efisiensi Mekanis Turbin Uap
Gambar 2.18 Efisiensi Generator
Gambar 2.19 Efisiensi Efektif
Gambar 3.1. Impuls pada sudu Turbin
(11)
Gambar 3.3. Sudu Turbin simetris
Gambar 3.4. Aliran uap pada nosel
Gambar 3.5. Saluran uap pada nosel
Gambar 3.6. Skema aliran uap pada sudu gerak
Gambar 3.7. Skema arah kecepatan uap pada sudu gerak
Gambar 3.8 Konstruksi turbin uap impuls satu tahap
Gambar 4.1 Semburan uap dari nosel
Gambar 4.2 Prinsip aksi uap pada berbagai bentuk benda
Gambar 4.3 Arah aliran uap melalui sudu turbin
Gambar 4.4 Siklus Rankine
Gambar 4.5 Permukaan sisi keluar Nozel yang telah dibagi dalam 5 node
Gambar 4.6 Distribusi kecepatan aliran uap pada sisi keluar Nozel
Gambar 4.7 Distribusi laju aliran massa pada Nozel
Gambar 4.8 Permukaan profil sudu
Gambar 4.9 Permukaan profil sudu yang dianalisa
Gambar 4.10 Permukaan profil sudu yang telah dibagi dalam tiga daerah
Gambar 4.11 Cakra hub
Gambar 4.12 Tinggi sudu ½
Gambar 4.13 Tinggi sudu
(12)
DAFTAR TABEL
(13)
DAFTAR SIMBOL
Simbol Arti Satuan
A Luas penampang turbin m2
b Lebar sudu turbin m
c1 Kecepatan uap mutlak masuk sudu m/s
cit Kecepatan uap teoritis m/s
d Diameter turbin m
F Gaya impuls N
Fu Gaya tangensial turbin N
g Percepatan gravitasi bumi m/s2
h Entalphy uap kJ/kg
l Tinggi nozel m
Mt Momen torsi Nm
m Massa uap kg
m Laju aliran massa uap kg/s
n Jumlah putaran turbin setelah direduksi rpm
P Momentum kg.m/s
Pu Daya/ energi mekanis turbin kWatt
P0 Tekanan uap masuk turbin bar
P2 Tekanan uap bekas turbin bar
u Kecepatan tangensial turbin m/s
v Spesific volume m3/kg
w1 Kecepatan relatif uap masuk sudu turbin m/s
(14)
x Kualitas uap --
z Jumlah sudu buah
1
α Sudut masuk uap ke turbin derajat
2
α Sudut keluar sudu derajat
1
β Sudut masuk sudu derajat
2
β Sudut keluar uap derajat
ε Pemasukan uap parsial --
u
η Effisiensi turbin %
ϕ Koefisien gesek pada nosel --
ψ Kerugian pada sudu-sudu --
ω Kecepatan sudut rad/s
nt Putaran turbin rpm
(15)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangkit tenaga uap merupakan suatu sistem yang dirancang untuk memanfatkan energi potensial uap sebagai penghasil tenaga untuk membangkitkan suatu generator. Jika suatu pembangkit tenaga (power plant) menggunakan turbin sebagai alat untuk mentransmisikan energi yang dikandung uap menjadi tenaga yang akan memutar generator, maka pembangkit tersebut lebih umum dikenal dengan turbin uap.
Dalam hal ini turbin memiliki peran yang sangat penting guna memperoleh daya sedemikian rupa sesuai dengan yang dibutuhkan. Untuk memperoleh hasil yang optimal maka efektifitas dan efisiensi menjadi hal yang utama dalam pengoperasian tersebut. Selain efektifitas dan efisiensi dalam operasi, hal yang penting juga untuk diperhatikan adalah efisiensi dan efektifitas dari komponen-komponen Instalasi turbin uap itu sendiri, artinya dalam merancang instalasinya harus menggunakan komponen yang paling efektif dan efisien.
Dalam instalasi turbin uap, turbin memiliki peranan yang paling besar guna memperoleh hasil yang dibutuhkan. Seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa turbin ialah alat yang digunakan untuk mentransmisikan daya uap menjadi daya putaran poros untuk memutar generator. Untuk itu pemilihan jenis turbin yang tepat adalah satu hal yang mutlak harus dipenuhi.
Bagian dari turbin yang berperan penting dalam hal ini adalah sudu turbin. Sudu tersebut sebagai saluran tempat laluan uap yang mengalir. Bentuk sudu tersebut akan menentukan besar kecilnya daya yang akan ditransmisikan ke poros turbin. Jadi daya yang di transmisikan ke poros turbin dapat diatur sedemikian rupa dengan merancang bentuk sudu yang sesuai.
Memilih bentuk sudu yang tepat, selain meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja turbin, juga akan mempengaruhi efisiensi tempat. Hal ini akan
(16)
menghindari pemakaian tempat berlebihan. Jika suatu instalasi turbin uap hendak dibangun, namun memiliki keterbatasan tempat, sementara tenaga yang dibutuhkan seyogiyanya akan diperoleh pada instalasi yang lebih besar. Maka cara yang paling efektif untuk menanganinya salah satunya adalah dengan mengefisienkan tempat dibangunnya instalasi tersebut. Caranya bisa dengan memperkecil diameter turbin yang digunakan nantinya, namun diupayakan daya yang dihasilkan turbin tidak berkurang. Untuk mewujudkan hal ini yakni dengan merancang sudu-sudu yang sedemikian rupa. Bagaimanakah bentuk sudu yang paling efektif dan bagaimana cara menentukannya adalah merupakan pembahasan lebih lanjut pada skripsi ini.
1.2Maksud Dan Tujuan
Maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk membantu dalam merencanakan dan memilih tinggi sudu turbin uap yang paling efektif dan efisien yang digunakan untuk merubah energi kecepatan uap menjadi energi mekanis turbin dalam bentuk putaran, dan selanjutnya menjadi daya putaran poros yang dihubungkan ke generator.
1.3Batasan Masalah
Agar skripsi ini lebih terukur dan terarah, maka suatu hal yang penting untuk merumuskan batasan masalah yang akan dibahas ke depan. Seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis tinggi sudu-sudu turbin yang paling optimal guna menghasilkan daya yang paling maksimal. Untuk itu diperlukan analisis yang baik dan tepat. Di samping itu juga harus mudah untuk dipahami, sehingga tidak terlalu susah dimengerti orang lain. Dengan demikian transpormasi nilai yang disampaikan dapat terserap dengan baik. Untuk itu dipilih jenis turbin impuls untuk dianalisis pada skripsi inidengan memvariasikan berbegai tinggi sudu turbin tersebut.
(17)
Jadi dari jenis turbin yang dianalisa dan juga merujuk kepada tujuan penulisan skripsi ini maka ada beberapa batasan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam skripsi ini, yaitu :
• Prinsip turbin uap impuls
• Analisa segitiga kecepatan aliran uap pada sudu
• Variasi tinggi sudu yang dianalisa hanya enam variasi tinggi sudu
1.4 Metode Penulisan
Dalam melakukan analisis variasi tinggi sudu-sudu turbin impuls ini dipakai tiga metode dasar penyelesaian, yaitu:
1. Survey Lapangan
. Disini dilakukan peninjauan langsung pada PT.Pamina Adolina Jl
Medan - Tebing Tinggi Km 37 Perbaungan 20586, Kab. Serdang Bedagai – Sumatera Utara, yang menggunakan turbin uap sebagai
pembangkit tenaga dan penggerak mula pada operasional pabrik. Pada tahapan ini akan didapatkan data-data yang berhubungan untuk dianalisa dan dikomparasi dengan dasar teorinya.
2. Studi Literatur
Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan hal yang dibahas.
3. Diskusi
Berupa tanya jawab dan konsultasi dengan dosen pembimbing dan tukar pikiran dengan mahasiswa mengenai analisis yang dilakukan.
(18)
1. 5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan tugas skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. BAB I : Pendahuluan, berisikan latar belakang, maksud dan tujuan,
batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II : Tinjauan Pustaka, berisikan tentang teori- teori tentang
bagan alir dan siklus turbin uap, komponen-komponen instalasi turbin uap, serta bagian-bagian dari turbin uap itu sendiri.
3. BAB III : Prinsip dasar dan analisis turbin impuls, berisikan azas dan
teori turbin impuls, prinsip aliran uap, serta segi tiga kecepatan turbin uap.
4. BAB IV : Analisis variasi tinggi sudu-sudu turbin, berisikan analisis
dan komparasi dari beberapa tinggi sudu turbin yang dibuat bervariasi.
5. BAB V : Kesimpulan dan Saran, berisikan secara garis besar hasil
dari analisis variasi tinggi sudu turbin terhadap efisiensi energi kinetik uap.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pandangan Umum
Turbin uap termasuk mesin pembangkit tenaga dimana hasil konversi
energinya dimanfaatkan mesin lain untuk menghasilkan daya. Di dalam turbin
terjadi perubahan dari energi potensial uap menjadi energi kinetik yang kemudian
diubah lagi menjadi energi mekanik pada poros turbin, selanjutnya energi
mekanik diubah menjadi energi listrik pada generator.
Jika dibandingkan dengan penggerak generator listrik yang lain, turbin uap
mempunyai kelebihan antara lain adalah penggunaan panas yang lebih baik,
pengontrolan putaran yang lebih mudah, dapat menghasilkan daya besar, serta
investasi awal yang tidak begitu besar.
Ide turbin uap sudah lama diketahui yakni kira-kira sejak tahun 120 SM,
Hero di Alexandria membuat prototipe turbin yang pertama yang bekerja
berdasarkan prinsip reaksi seperti terlihat pada gambar 2.1. Alat ini menjadi
instalasi tenaga uap yang primitif, terdiri dari sumber kalor, bejana yang diisi
dengan air, penampang berbentuk bola dengan pipa penyembur (nozel). Akibat
kalor, air yang ada di dalam bejana dipanaskan dan diuapkan yang menghasilkan
uap jenuh, mengalir melalui pipa-pipa vertikal (tegak lurus) dan pipa–pipa
mendatar yang dimasukkan ke dalam penampang berbentuk bola tadi. Dengan
kenaikan tekanan, uap yang ada di dalam penampang berbentuk bola itu
dikeluarkan ke atmosfer melalui nosel. Semburan uap yang keluar dari nosel ini
akan mengakibatkan terjadinya gaya reaksi pada nosel itu sendiri dan memaksa
(20)
Gambar 2.1 Mesin uap buatan Hero
(Sumber : Shlyakhin, P. Turbin Uap dan Perancangan, hal. 3)
Keterangan :
1. Sumber kalor
2. Bejana air
3. Penampang berbentuk bola
4. Pipa vertikal
5. Nosel
6. Pipa mendatar
Beberapa abad kemudian, pada tahun 1629, Giovanni Branca memberikan
gambaran sebuah mesin yang dibuatnya, seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.2. Mesin itu terdiri dari ketel uap 1, yang tutupnya dibuat berbentuk manusia,
pipa panjang (nosel) 2, roda mendatar 3 dengan sudu-sudunya, poros 4 dan roda
gigi transmisi 5 untuk menggerakkan kilang penumbuk 6. Uap yang dibangkitkan
(21)
tinggi. Semburan uap yang berkecepatan tinggi ini menubruk sudu-sudu roda 3
yang kemudian akan memutar roda ini. Kepesatan putar roda 3 ini dan momen
putarnya pada poros 4 tergantung pada kecepatan dan jumlah aliran uap per satuan
waktu. Mesin uap buatan Branca ini, dari prinsip aksinya adalah prototipe turbin
impuls.
Gambar 2.2 Mesin uap buatan Branca
(Sumber : Shlyakhin, P. Turbin Uap dan Perancangan, hal. 4)
Keterangan :
1. Ketel Uap
2. Pipa panjang sebagai nosel
3. Roda mendatar dengan sudu-sudu
4. Poros roda mendatar
5. Roda gigi transmisi
(22)
Kemajuan yang besar pada pengembangan dan konstruksi turbin uap dirasakan
pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1890, ahli teknik berkebangsaan Swedia, Gustaf
de-Laval membuat sebuah turbin uap cakram tunggal dengan kapasitas 5 dk, dengan poros
fleksibel dan cakram yang kekuatannya sama.
Gambar 2.3 Turbin impuls sederhana
(Sumber : Shlyakhin, P. Turbin Uap dan Perancangan, hal. 5)
Keterangan :
1. Poros
2. Cakram
3. Sudu-sudu
4. Nosel
Turbin uap cakram tunggal yang paling sederhana terdiri dari bagian-bagian
utama yakni : nosel ekspansi, poros dan cakram dengan sudu-sudu yang dipasang pada
pinggirannya. Pada turbin-turbin jenis ini, ekspansi uap diperoleh dari tekanan awalnya
sampai ke tekanan akhirnya di dalam satu atau satu grup nosel yang diletakkan pada
stetor turbin dan ditmpatkan di depan sudu-sudu cakram yang berputar. Penurunan
tekanan uap di dalam nosel diikuti dengan penurunan kandungan kalornya (heat
(23)
menyababkan kenaikan kecepatan uap yang keluar dari nosel. Energi kecepatan
semburan uap memberikan gaya impuls pada sudu-sudu dan melakukan kerja mekanis
pada poros rotor turbin.
Turbin- turbin impuls satu-tingkat yang berukuran kecil dibuat dan masih
sedang dikembangkan dengan kepesatan tinggi. Turbin jenis ini yang pertama dibuat
oleh Gustaf de-Laval, beroperasi pada putaran 30.000 rpm, dan turbin tersebut
dilengkapi dengan roda gigi reduksi untuk memindahkan momen putar ke mekanisme
yang digerakkan, seperti generator listrik, danlain-lain.
2.2 Analisa Termodinamika
Turbin uap bersama-sama dengan ketel uap, pompa dan kondensor, dipadukan
untuk membentuk suatu siklus daya uap atau siklus rankine. Siklus ini menggunakan
fluida dalam dua fasa yaitu cairan dan uap. Secara ideal proses termodinamika yang
terjadi pada siklus ini adalah penekanan isentropik, penambahan kalor secara isobar,
ekspansi isentropik, dan pembuangan panas isobar.
Diagram alir siklus Rankine tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 2.4 Diagram alir Siklus Rankine
(24)
Gambar 2.5 Diagram T-s Siklus Rankine
(Sumber : Cengel, Yunus A, Boles Michael A. Thermodinamics)
Proses 1-2 : Penekanan isentropik dengan mempergunakan pompa.
Proses 2-3 : Penambahan kalor pada tekanan konstan (isobar).
Proses 3-4 : Proses ekspansi uap secara isentropik.
Proses 4-1 : Pembuangan kalor pada temperatur dan tekanan konstan.
Proses termodinamika dalam siklus ini (Gambar 2.4 dan 2.5) dapat diterangkan
yaitu: air dipompakan masuk ke boiler hingga mencapai tekanan kerja boiler pada titik
2, kemudian di dalam boiler air dipanaskan hingga menjadi uap pada tekanan konstan
terhadap fluida sehingga mencapai keadaan titik 3. Uap yang telah dihasilkan ini akan
memutar steam turbine, di dalam steam turbine terjadi perubahan energi panas yang
dibawa uap menjadi energi mekanik berupa putaran turbin uap. Pada tahap ini uap
tersebut diekspansikan pada turbin sehingga mencapai titik 4. Setelah uap
menggerakkan turbin uap akan masuk ke kondensor untuk didinginkan dan berubah fasa
(25)
Dari proses yang terjadi pada siklus turbin uap tersebut maka besar kerja dan
kalor dapat ditentukan pada masing-masing proses untuk tiap satuan massa sebagai
berikut :
• Kerja Pompa WP = h2 – h1
• Penambahan Kalor pada Boiler Qin = h3 – h2
• Kerja Turbin WT = h3 – h4
• Kalor yang dibuang pada Kondensor Qout = h4 – h1
• Efisiensi Thermal ηth =
in P T in net Q W W Q W − = =
(
) (
)
(
3 2)
1 2 4 3 h h h h h h −− − −
Untuk memaksimumkan efisiensi siklus, temperatur yang diberikan harus
mencapai setinggi mungkin sedangkan panas yang dibuamh harus pada temperatur yang
serendah-rendahnya. Tekanan boiler yang tinggi akan menaikkan temperatur
penguapan, sehingga menaikkan efisiensi siklus.
2.3 Komponen Instalasi Turbin Uap 1. Pompa
Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari
suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan
tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan pengaliran.
Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan
ketinggian atau hambatan gesek. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak
(26)
menggunakan pompa sebagai salah satu peralatan bantu yang penting untuk proses
produksi. Sebagai contoh pada pembangkit listrik tenaga uap, pompa digunakan untuk
menyuplai air umpan ke boiler atau membantu sirkulasi air yang akan diuapkan di
boiler.
Gambar 2.6 Pompa
Pompa juga merupakan alat mesin konversi energi, tetapi mesin ini banyak
diaplikasikan sebagai alat bantu proses konversi. Sebagai contoh pompa banyak dipakai
sebagai alat sirkulasi air pada instalasi pembangkit tenaga uap. Pompa bekerja dengan
penggerak dari luar. Jadi mesin ini adalah pengguna energi.
Pompa Secara umum pompa dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu
pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa kerja dinamis (non
positive displacement pump).
Pada pompa kerja positif kenaikan tekanan cairan di dalam pompa disebabkan
oleh pengecilan volume ruangan yang ditempati cairan tersebut. Adanya elemen yang
bergerak dalam ruangan tersebut menyebabkan volume ruangan akan membesar atau
mengecil sesuai dengan gerakan elemen tersebut. Secara umum pompa kerja positif
(27)
Pada pompa kerja dinamis energi penggerak dari luar diberikan kepada poros
yang kemudian digunakan untuk menggerakkan baling-baling yang disebut impeler.
Impeler memutar cairan yang masuk ke dalam pompa sehingga mengakibatkan energi
tekanan dan energi kinetik cairan bertambah. Cairan akan terlempar ke luar akibat gaya
sentrifugal yang ditimbulkan gerakan impeler. Yang termasuk jenis pompa ini adalah
pompa sentrifugal
2. Boiler
Boiler sering juga disebut ketel uap, yaitu suatu komponen yang berfungsi
sebagai tempat untuk menghasilkan uap, energi kinetiknya digunakan untuk memutar
turbin. Uap yang dihasilkan mempunyai suhu dan tekanan tertentu sedemikian rupa
hingga dapat beroperasi seefesien mungkin.
Gambar 2.7 Boiler pipa air
(28)
Energi kalor yang dibangkitkan dalam sistem boiler memiliki nilai tekanan,
temperatur, dan laju aliran yang menentukan pemanfaatan steam yang akan digunakan.
Berdasarkan ketiga hal tersebut sistem boiler mengenal keadaan tekanan-temperatur
rendah (low pressure/LP), dan tekanan-temperatur tinggi (high pressure/HP), dengan
perbedaan itu pemanfaatan steam yang keluar dari sistem boiler dimanfaatkan dalam
suatu proses untuk memanasakan cairan dan menjalankan suatu mesin, atau
membangkitkan energi listrik dengan merubah energi kalor menjadi energi mekanik
kemudian memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik (power boilers).
Namun, ada juga yang menggabungkan kedua sistem boiler tersebut, yang
memanfaatkan tekanan-temperatur tinggi untuk membangkitkan energi listrik,
kemudian sisa steam dari turbin dengan keadaan tekanan-temperatur rendah dapat
dimanfaatkan ke dalam proses industri dengan bantuan heat recovery boiler.
Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam, dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan
dari sistem air umpan, penanganan air umpan diperlukan sebagai bentuk pemeliharaan
untuk mencegah terjadi kerusakan dari sistem steam. Sistem steam mengumpulkan dan
mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke
titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan
dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua perlatan yang
digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang
dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis
bahan bakar yang digunakan pada sistem.
Secara umum boiler dibagi kedalam dua jenis yaitu : boiler pipa api (Fire tube
(29)
terjadi didalam pipa, kemudian panas yang dihasilkan dihantarkan langsung kedalam
boiler yang berisi air. Besar dan konstruksi boiler mempengaruhi kapasitas dan tekanan
yang dihasilkan boiler tersebut. Sedangkan pada bioler pipa air proses pengapian terjadi
diluar pipa, kemudian panas yang dihasilkan memanaskan pipa yang berisi air dan
sebelumnya air tersebut dikondisikan terlebih dahulu melalui economizer, kemudian
steam yang dihasilkan terlebih dahulu dikumpulkan di dalam sebuah steam-drum.
Sampai tekanan dan temperatur sesuai, melalui tahap secondary superheater dan
primary superheater baru steam dilepaskan ke pipa utama distribusi. Didalam pipa air,
air yang mengalir harus dikondisikan terhadap mineral atau kandungan lainnya yang
larut di dalam air tesebut. Hal ini merupakan faktor utama yang harus diperhatikan
terhadap tipe ini.
3. Turbin
Turbin merupakan mesin penggerak, di mana energi fluida kerja dipergunakan
langsung untuk memutarnya. Dengan adanya energi kinetis uap yang digunakan
langsung untuk memutar turbin, maka dapat dikatakan juga disini, bahwa kemajuan
teknologi turbin banyak dipengaruhi oleh kondisi uap yang dihasilkan. Tujuan yang
ingin dicapai oleh teknologi turbin adalah mengambil manfaat sebesar-besarnya dari
energi fluida kerja yang tersedia, mengubahnya menjadi energi mekanis dengan
(30)
Gambar 2.8 Turbin
4. Kondensor
Kondensor merupakan alat penukar kalor yang berfungsi untuk
mengkondensasikan uap keluaran turbin. Uap setelah memutar turbin langsung
mengalir menuju kondensor untuk diubah menjadi air (dikondensasikan), hal ini terjadi
karena uap bersentuhan langsung dengan pipa-pipa (tubes) yang didalamnya dialiri oleh
air pendingin. Oleh karena kondensor merupakan salah satu komponen utama yang
sangat penting, maka kemampuan kondensor dalam mengkondensasikan uap keluaran
turbin harus benar–benar diperhatikan, sehingga perpindahan panas antara fluida
pendingin dengan uap keluaran turbin dapat maksimal dan pengkondensasian terjadi
dengan baik.
Kondensor terdiri dari tube-tube kecil yang melintang. Pada tube-tube inilah air
pendingin dari laut dialirkan. Sedangkan uap mengalir dari atas menuju ke bawah agar
mengalami kondensasi atau pengembunan. Sebelum masuk kedalam kondensor, air laut
biasanya melewati debris filter yang berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran
ataupun lumpur yang terbawa air laut.
Agar uap dapat bergerak turun dengan lancar dari sudu terakhir turbin, maka
(31)
membuat tekanan udara pada kondensor menjadi rendah. Dengan tekanan yang lebih
rendah di kondensor, maka uap akan bisa bergerak dengan mudah menuju kondensor.
Gambar 2.9 Kondensor 2.4. Klasifikasi Turbin Uap
Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan turbin uap, yaitu:
1. Berdasarkan arah aliran uapnya :
a) Turbin aksial, yaitu turbin dengan arah aliran uap sejajar dengan sumbu poros.
b) Turbin radial, yaitu turbin dengan arah aliran uap tegak lurus terhadap sumbu
poros.
2. Berdasarkan tekanan uap yang digunakan untuk menggerakkan roda jalan turbin
melalui sudu, maka turbin uap dibagi menjadi :
a) Turbin aksi (impuls), yaitu turbin yang perputaran sudu-sudu geraknya karena
dorongan dari uap yang telah dinaikkan kecepatannya oleh nosel. Turbin
Impuls, disebut juga turbin aksi atau turbin tekanan tetap, dimana uap
mengalami ekspansi hanya pada nosel atau sudu-sudu tetap saja, sehingga
(32)
Gambar 2.10 Penampang Turbin Aksi
b) Turbin reaksi, yaitu turbin yang perputaran sudusudu geraknya karena gaya
-sudu itu sendiri terhadap aliran uap yang melewatinya. Pada turbin ini proses
ekspansi dari fluida kerjanya terjadi di dalam baris sudu-sudu tetap maupun
sudu-sudu geraknya, sehingga tekanan uap sesudah keluar dari tiap tingkat sudu
lebih rendah dari sebelumnya.
(33)
Gambar 2.12 Perbedaan skema aliran uap antara Turbin Aksi dan Reaksi
3. Berdasarkan kondisi uap yang meninggalkannya :
a) Turbin tekanan lawan (back pressure turbine), yaitu turbin yang tekanan uap
bekasnya berada di atas tekanan atmosfir dan digunakan untuk keperluan proses.
b) Turbin kondensasi langsung, yaitu turbin yang uap bekasnya dikondensasikan
langsung dalam kondensor untuk mendapatkan air kondensor pengisian ketel.
c) Turbin ekstraksi dengan tekanan lawan, yaitu turbin yang sebagian uap
bekasnya dicerat (diekstraksi) dan sebagian lagi digunakan untuk keperluan
proses.
d) Turbin ekstraksi dengan kondensasi, yaitu turbin yang sebagian uap bekasnya di
cerat (diekstraksi) sebagian lagi dikondensasikan dalam kondensor untuk
mendapatkan air kondensat pengisian ketel.
e) Turbin non kondensasi dengan aliran langsung, yaitu turbin yang uap bekasnya
(34)
f) Turbin non kondensasi dengan ekstraksi, yaitu turbin yang sebagian uap
bekasnya dicerat (diekstraksi) dan sebagian lagi dibuang ke udara.
4. Berdasarkan tekanan uapnya :
a) Turbin tekanan rendah, yaitu turbin dengan tekanan uap masuk hingga 2 ata.
b) Turbin tekanan menengah, yaitu turbin dengan tekanan uap masuk hingga 40
ata.
c) Turbin tekanan tinggi, yaitu turbin dengan tekanan uap masuk hingga diatas 40
ata.
d) Turbin tekanan sangat tinggi, yaitu turbin dengan tekanan uap masuk di atas 170
ata.
e) Turbin tekanan super kritis, yaitu turbin dengan tekanan uap masuk di atas 225
ata.
2. 5. Bagian-bagian Turbin
Turbin merupakan mesin penggerak, di mana energi fluida kerja dipergunakan
langsung untuk memutarnya. Dengan adanya energi kinetis uap yang digunakan
langsung untuk memutar turbin, maka dapat dikatakan juga disini, bahwa kemajuan
teknologi turbin banyak dipengaruhi oleh kondisi uap yang dihasilkan. Sebagaimana
(35)
Gambar 2.13 Bagian-bagian turbin
(Sumber :
1. Nosel (pipa pancar)
Nosel ialah sebuah peralatan untuk mangubah energi potensial uap menjadi
energi kinetis dengan jalan mengembangkan (mengekspansi) uap dari tekanan tinggi
ke tekanan yang lebih rendah dalam sebuah turbin. Nosel sering juga digantikan
dengan sudu pengarah karena fungsinya adalah mengarahkan aliran uap yang masuk
turbin.
2. Sudu Tetap
Disebut sudu tetap karena keberadaannya yang memang diam (tidak bergerak).
Fungsi sudu ini adalah untuk mengarahkan uap yang keluar dari ketel ke sudu gerak.
3. Sudu Gerak
Sudu turbin disebut juga sudu jalan atau sudu gerak, dimana sudu tersebut
(36)
sudu lalu menekan sidi-sidi tersebut hingga berputarlah rotor. Apabila rotor turbin
berputar pada kecepatan tinggi terjadi gaya sentrifugal yang berusaha melepas
sudu-sudu rotor dari kedudukannya.
Sudu-sudu merupakan bagian utama dari sebuah turbin,di dalam sudu-sudu daya
kerja uap harus seekonomis mungkin diubah menjadi kerja keluar. Bentuk atau cara
pembuatan sudu yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian .
4. Rotor Turbin
Rotor merupakan alat untuk memindahkan kerja yang dihasilkan oleh uap pada
sudu-sudu jalan ke poros mesin atau melalui transmisi reduksi roda gigi.
5. Rumah Turbin
Rumah turbin merupakan komponen yang berfungsi untuk membungkusatau
menutupi kuntruksi turbin uap yang telah selesai dibuat, dengan maksud agar terjaga
dari pengaruh luar.
2.6. Kerugian Energi pada Turbin Uap
Pada saat pengoperasiannya turbin uap mengalami kehilangan atau kerugian
energi yang dapat dikategorikan atas 2 jenis, yaitu:
• Kerugian dalam yaitu kerugian yang berkaitan dengan kondisi uap sewaktu uap
tersebut melalui turbin (pada katup pengatur, nosel, sudu, kecepatan keluar, gesekan
dengan cakram, pengadukan, ruang bebas, kebasahan, dan pemipaan buang ).
• Kerugian luar yaitu kerugian yang tidak mempengaruhi kondisi uap (kerugian
(37)
2.6.1. Kerugian Energi Kalor pada Katup Pengatur
Kerugian energi pada katup pengatur adalah kerugian aliran uap melalui
katup-katup penutup dan pengatur disertai oleh kerugian energi akibat adanya penurunan
tekanan uap saat melewati katup pengatur. Jika tekanan uap ketel adalah (po), maka
akan terjadi penurunan tekanan menjadi tekanan awal masuk turbin (po' ). Untuk katup
pengatur yang penuh, maka diperkirakan terjadi penurunan tekanan (∆p) sebesar 3-5%
dari tekanan uap ketel (Lit .1, hal. 60) ∆p = po - po'
= (3-5)% po
Untuk tujuan perancangan kerugian tekanan diambil sebesar 5% atau dapat
dituliskan:
∆p= (0,05)po
Kerugian energi yang terjadi pada katup pengatur ditentukan dengan :
∆H = Ho-Ho’ (kkal/kg)
Dimana :
Ho = Penurunan kalor isentropis dengan mengabaikan kerugian (kkal/kg).
Ho’= Penurunan kalor isentropis dengan memperhitungkan kerugian
kalor pada katup pengatur keluar (kkal/kg).
2.6.2. Kerugian Energi Pada Nosel
Kerugian energi pada nosel disebabkan oleh adanya gesekan uap pada dinding
nosel , turbulensi, dan lain-lain. Kerugian energi pada nosel ini dicakup oleh koefisien
(38)
Kerugian energi kalor pada nosel dalam bentuk kalor :
(kkal/kg)
8378 c -c h 2 1 2 t 1
n = ..………..(Lit. 1, hal 25)
8378 c ). -1 ( 8378 c x -1 2 t 1 2 2 1 2 2 φ = φφ =
hn = (1-ϕ2).Ho’ (kkal/kg)
dimana: c1t = Kecepatan uap masuk teoritis (m/det)
c1 = ϕ.c1t = Kecepatan uap masuk mutlak (m/det)
hn = Besar kerugian pada nosel
ϕ = Koefisien kecepatan atau angka kualitas nosel
Untuk tujuan perancangan, nilai-nilai koefisien kecepatan nosel dapat diambil
dari grafik yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.14 Grafik untuk Menentukan Koefisien ϕ sebagai Fungsi Tinggi Nosel. (Sumber Lit. 1. hal 60).
2.6.3. Kerugian Energi Kalor pada sudu-sudu Gerak
Kerugian energi pada sudu-sudu gerak disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
kerugian akibat benturan, gesekan, kebocoran uap dan akibat pembelokan sudu.
Semua faktor ini disimbolkan sebagai koefisien kecepatan (angka kualitas)
(39)
Kerugian energi pada sudu-sudu menyebabkan penurunan kecepatan keluar nisbi
ω2 lebih kecil dari kecepatan masuk nisbi ω1 (ω2 = ψ. ω1). Sebagai akibatnya akan
terjadi penurunan energi kinetik sebesar:
g 2 -EK 2 2 2 1 ω ω =
∆ (kg.m/kg)………(Lit. 1, hal. 34)
atau dikatakan terjadi kehilangan energi dalam sudu-sudu gerak sebesar:
hb=
8378 - 22 2 1 ω
ω
hb =
( )
122 x 8378 -1 ω
ψ (kkal/kg) ………..(Lit. 1, hal 34)
Untuk pemakaian praktis, harga ψ dapat ditentukan dengan tinggi sudu-sudu
gerak pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.15 Grafik untuk menentukan koefisien ψ berdasarkan tinggi sudu-gerak untuk turbin impuls (Sumber Lit. 1. hal 62).
2.6.4. Kerugian Energi Akibat Kecepatan Keluar
Uap meninggalkan sisi keluar sudu gerak dengan kecepatan mutlak c2, sehingga
kerugian energi kinetik akibat kecepatan uap c2 untuk setiap satu kilogram uap dapat
ditentukan yaitu:
g 2
c22 (kg.m/kg), jadi sama dengan kehilangan energi sebesar:
he =
8378 c22
(40)
2.6.5. Kerugian Energi karena Gesekan Roda dan Ventilasi
Kerugian ini terjadi karena adanya gesekan antara rotor dengan uap dan
kerugian pengadukan dalam hal pemasukan parsial. Sebagai akibatnya kerja digunakan
untuk melawan gesekan, dan kecepatan partikel uap akan dikonversi menjadi kalor,
sehingga memperbesar kandungan kalor uap. Kerugian ventilasi sulit dihitung secara
teoritis dan umumnya dihitung secara empiris. Salah satu rumus empiris yang dipakai
adalah rumus Stodola, yaitu:
N angin = λ[ 1,07 d2 + 0,061 z (1 - ε ) dl110,5 ] x 6 2
10 u
γ (kW)
Dimana: N angin = daya yang hilang dalam mengatasi gesekan;
λ = koefisien yang biasanya satu untuk uap panas lanjut
temperatur tinggi, untuk uap panas lanjut antara 1,1
dan 1,2 , untuk uap jenuh 1,3;
γ = bobot spesifik uap di dalam mana cakram itu
berputar, dalam kg/m3
Kerugian akibat gesekan cakram dan ventilasi dalam satuan kalor dapat
ditentukan dari persamaan berikut:
h angin =
G 427
N 102 angin
×
× (kkal/kg)………...………. (Lit. 1, hal 64)
2.6.6. Kerugian akibat Ruang Bebas
Ada perbedaan tekanan di antara kedua sisi cakram nosel yang dipasang pada
stator turbin ,sebagai akibat ekspansi uap di dalam nosel.Diafragma yang mempunyai
sudu sudu gerak adalah dalam keadaan berputar ,sementara cakram-cakram adalah
(41)
cakram-cakram putar dan diafragma. Adanya perbedaan tekanan menyebabkan adanya
kebocoran melalui celah ini, yang besarnya:
h kebocoran = G Gkebocoran
( i0 - i2) (kkal/kg)………...…..(Lit. 1, hal 64)
dimana G kebocoran ditentukan berdasarkan tekanan kritis
Pkr =
5 , 1 z p 85 , 0 1 +
× ) ...………....…..(Lit. 1, hal 67)
Bila tekanan kritis lebih rendah dari p2 ,maka kecepatan uap di dalam labirin
adalah lebih rendah daripada kecepatan kritis dan massa alir kebocoran ditentukan
dengan persamaan:
Gkebocoran = 100 fs
1 1 2 2 2 1 zp ) p p ( g υ
− ...………....…..(Lit. 1, hal 67)
sebaliknya ,bila tekanan kritis lebih tinggi dari p2 , maka kecepatan uap adalah lebih
tinggi dari kecepatan kritisnya dan massa lair kebocoran dihitung dengan :
Gkebocoran = 100 fs
1 1 p 5 . 1 z g υ ×
+ ...………....…..(Lit. 1, hal 67)
Gambar 2.16 Efisiensi Mekanis Turbin Uap
(42)
2.6.7. Kerugian Akibat Kebasahan Uap
Dalam hal turbin kondensasi, beberapa tingkat yang terakhir biasanya beroperasi
pada kondisi kondisi uap basah yang menyebabkan terbentuknya tetesan air . Tetesan
air ini oleh pengaruh gaya sentrifugal akan terlempar ke arah keliling. Pada saat
bersamaan tetesan air ini menerima gaya percepatan dari partikel-partikel uap searah
dengan aliran, jadi sebagian energi kinetik uap hilang dalam mempercepat tetesan air
ini.
hkebasahan = ( 1-x) hi ...………...…..(Lit. 1, hal 68)
Dimana x adalah fraksi kekeringan rata- rata uap didalam tingkat yang dimaksud.
2.6.8. Kerugian akibat Pemipaan Buang
Kecepatan uap buang (cs) dari turbin kondensasi dapat mencapai sebesar (100 -
120 m/s), sehingga kerugian pemipaan buang harus dihitung.
Kerugian tekanan pada pemipaan buang dapat ditentukan dari:
p2 - p2k = λ (cs/100)2 p2k
dimana : λ koefisien yang bervariasi dari 0,07 sampai 0,1 p2k tekanan uap dalam pemipaan buang
2.6.9. Kerugian Mekanis
Kerugian mekanis ini disebabkan oleh energi yang digunakan untuk mengatasi
tahanan yang diberikan oleh bantalan luncur dan dorong termasuk bantalan luncur
generator.
Kerugian mekanis pada instalasi turbin dicakup oleh suatu besaran yang disebut
(43)
Gambar 2.17 Efisiensi Mekanis Turbin Uap
(Sumber : Dietzel, Firtz. Turbin, Pompa dan Kompresor, hal. 88)
Sedangkan efisiensi generator dapat diperoleh dari grafik dibawah :
Gambar 2. 18 Efisiensi Generator
(Sumber : Dietzel, Firtz. Turbin, Pompa dan Kompresor, hal. 88)
2.6.10. Efisiensi dalam Turbin
Hubungan antara kerja yang bermanfaat yang dilakukan oleh 1 kilogram uap
di pada tingkat atau di dalam turbin terhadap kerja teoritis yang tersedia disebut sebagai
efisiensi-dalam turbin.
Besarnya efisiensi dalam turbin uap dapat ditentukan dari :
e m oi
η η = η
(44)
dimana : ηm merupakan efisiensi mekanis
ηe merupakan efektif efektif
Besarnya efisiensi efektif dapat ditentukan dari grafik dibawah :
Gambar 2. 19 Efisiensi efektif
(45)
BAB III
PRINSIP DAN PERHITUNGAN TURBIN IMPULS SERTA
ANALISIS ALIRAN UAP MELALUI SUDU
3.1. Dasar Teori Impuls
3.1.1 Prinsip Impuls dan Momentum
Di dalam ilmu fisika ditunjukkan bahwa konsep usaha dan konsep energi
tumbuh berdasarkan hukum-hukum gerak Newton. Impuls merupakan kosep yang mirip
dengan konsep tersebut, yakni juga timbul berdasarkan hukum-hukum tersebut. Dalam
ilmu mekanika impuls pada sutu benda terjadi akibat adanya perubahan momentum
benda tersebut dalam selang waktu tertentu. Namun perlu diketahui bahwa impuls
diartikan sebagai gaya yang bekerja pada benda dalam waktu yang sangat singkat Hal
ini menjadi dasar persamaan impuls nantinya. Sedangkan momentum suatu benda
tersebut dalam fisika didefinisikan sebagai hasil kali massa benda dengan kecepatan
gerak benda tersebut. Secara matematis ditulis :
p = mv ...(3.1)
p adalah lambang momentum, m adalah massa benda dan v adalah kecepatan benda.
Momentum merupakan besaran vektor, jadi selain mempunyai besar alias nilai,
momentum juga mempunyai arah. Besar momentum p = mv. Arah momentum sama
dengan arah kecepatan.
Dari persamaan di atas, tampak bahwa momentum (p) berbanding lurus dengan
massa (m) dan kecepatan (v). Semakin besar kecepatan benda, maka semakin besar juga
momentum sebuah benda. Demikian juga, semakin besar massa sebuah benda, maka
(46)
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa ada hubungan antara impuls dan
momentum.. Hubungan tersebut dapat dilihat dari persamaan berikut :
F =
t p
∆
∆ ...(3.2)
Dimana : F = gaya total yang bekerja pada benda
p
∆ = perubahan momentum
t
∆ = selang waktu perubahan momentum
Jika kita tinjau suatu partikel bermassa m yang bergerak dalam suatu bidang xy
dan mengalami gaya resultan F yang besar dan arahnya dapat berubah, maka
berdasarkan hukum kedua Newton pada setiap saat diperoleh :
F = m. a
Jika :
a =
dt dv
, maka
F = m.
dt dv
F.dt = m.dv
Kalau v1 adalah kecepatan ketika t = t1 dan v2 adalah kecepatan ketika t = t2, maka :
∫
2 1t
t F.dt =
∫
2 1 v v m.dv
∫
2 1 t(47)
Bila t1 = 0 dan t2 = t, maka :
F.t = m ( v2 – v1 )
F =
o
m( v2 – v1)...(3.3)
3.2. Asas Impuls Pada Turbin
Pada roda turbin terdapat sudu dan fluida kerja mengalir melalui ruang di antara
sudu tersebut. Apabila kemudian ternyata bahwa roda turbin dapat berputar, maka ada
gaya yang bekerja pada sudu. Gaya tersebut timbul karena terjadinya perubahan
momentum dari fluida kerja yang mengalir di antara sudu yang dianggap sangat efektif
untuk menghasilkan gaya dorong. Gaya dorong harus lebih besar atau
sekurang-kurangnya sama dengan berat turbin dan porosnya, agar turbin dapat berputar dengan
lebih ringan.
Karena sudu-sudu tersebut dapat bergerak bersama-sama dengan roda turbin,
maka sudu tersebut dinamakan sudu gerak. Sebuah roda turbin bisa saja terdapat
beberapa baris sudu gerak yang dipasang berurutan dalam arah aliran fluida kerja.
Setiap baris sudu terdiri dari sudu-sudu yang disusun melingkari roda turbin,
masing-masing dengan bentuk yang sama. Turbin dengan satu baris sudu gerak dinamai
bertingkat tunggal. Sedangkan turbin dengan beberapa baris sudu gerak dinamai turbin
bertingkat ganda. Proses fluida kerja mengalir melalui baris sudu yang pertama,
kemudian baris kedua, ketiga dan seterusnya. Namun sebelum mengalir ke setiap baris
sudu berikutnya, fluida kerja melalui baris sudu yang bersatu dengan rumah turbin. Dan
karena sudu tersebut terakhir tidak berputar, sudu tersebut dinamakan sudu tetap, yang
(48)
Turbin uap adalah mesin rotari yang bekerja karena terjadi perubahan energi
kinetik uap menjadi putaran poros turbin. Proses perubahan itu terjadi pada sudu-sudu
turbin. Fluida uap dengan energi potensial yang besar berekspansi sehingga mempunyai
energi kinetik tinggi yang akan medorong sudu, karena dorongan atau tumbukan
tersebut, sudu kemudian bergerak. Proses tumbukan inilah yang dinamakan dengan
Impuls.
Gambar 3.1. Impuls pada sudu Turbin
(49)
3.3. Prinsip Turbin Impuls
Turbin impuls adalah turbin yang mempunyai roda jalan atau rotor dimana
terdapat sudu-sudu impuls. Sudu-sudu impuls mudah dikenali bentuknya, yaitu simetris
dengan sudut masuk β1 dan sudut keluar β2 yang sama. Bentuk turbin impuls pendek
dengan penampang yang konstan. Ciri yang lain adalah secara termodinamika
penurunan energi terbanyak pada nosel, dimana pada nosel terjadi proses ekspansi atau
penuruan tekanan. Sudu-sudu turbin uap terdiri dari sudu tetap dan sudu gerak. Sudu
tetap berfungsi sebagai nosel dengan energi kinetik yang naik, sedangkan pada sudu
begerak tekanan adalah konstan atau tetap. Dari karakteristik tersebut, turbin impuls
sering disebut turbin tekanan sama. Bentuk dari sudu tetap turbin impuls ada dua
macam yaitu bentuk simetris dan bentuk tidak simetris. Pada bentuk sudu tetap simetris,
profile kecepatan dan tekanan adalah sama, tidak ada perubahan kecepatan dan tekanan.
Sedangkan pada sudu tetap yang berfungsi sebagi nosel mempunyai bentuk seperti
nosel yaitu antar penampang sudu membetuk penampang yang menyempit pada
ujungnya. Karena bentuknya nosel, kecepatan akan naik dan tekanan turun. Bentu
pertama simetris dipakai pada turbin uap Curtis dan bentuk yang kedua dipakai turbin
uap Rateau.
(50)
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pada turbin uap agar sudu gerak dapat
berputar maka dibutuhkan semburan uap yang akan memberikan dorongan (impuls)
pada sudu jalan tersebut. Uap yang disemburkan harus memiliki kecepatan tinggi agar
memperoleh energi kecepatan yang besar. Untuk itu maka sebelum memasuki sudu
jalan, uap dari ketel harus diekspansikan di dalam nosel atau sudu pengarah.
Gambar 3.4. Aliran uap pada nosel
3.4. Perubahan Energi Thermal Menjadi Energi Kinetis
Bila uap berekspansi melalui orifice yang kecil, akan menghasilkan energi yang
sedmbang dengan perubahan entalpinya. Energi kinetis diserap pleh sudu-sudu turbin
yang akan menghasilkan ekspansi isentropis. Kecepatan uap keluar nosel sangat
(51)
Ci
Co
Po To
Pi
o
i
Gambar 3.5. saluran uap pada nosel
Dengan hukum kekekalan energi disebutkan bahwa energi sebelum dan sesudah
nosel harus sama, maka :
2
2 o
c
+ po.vo + uo =
2
2 1t
c
+ p1.v1 + u1
; p.v + u = h, maka :
2
2 o
c
+ ho =
2
2 1t
c
+ h1
2 2 1t c - 2 2 o c
= ho - h1
c1t = 2(ho −h1)+co2 ………kJ/kg
c1t = 2.1000.(ho −h1)+co2 ……...J/kg
c1t = 44,72
2 1)
.(ho −h +co
; jika co = 0, maka
c1t = 44,72 .(ho −h1)
(52)
3.5. Transformasi Energi Pada Sudu
Uap yang keluar dari nozel diam dengan kecepatan mutlak C1 akan memasuki
sudu gerak. Sesuai dengan bentuk sudu gerak dan kerugian-kerugian yang terjadi
padanya, arah dan kecepatan uap yang mengalir melaluinya akan mengalami perubahan,
kemudian uap meninggalkan sudu gerak dengan kecepatan Ca seperti pada gambar
berikut.
(53)
Dari proses aliran uap yang melalui nosel atau sudu pengarah hingga keluar dari
sudu gerak, dapat dibentuk suatu skema aliran uap. Skema tersebut dapat dilihat berikut
ini.
α
β
β
α
α
β
β
α
Gambar 3.7. Skema arah kecepatan uap pada sudu gerak
c1 = Kecepatan uap mutlak meninggalkan nosel
u = Kecepatan tangensial sudu
w1 = kecepatan relatif uap masuk sudu
w2 = Kecepatan relatif uap meninggalkan sudu
c2 = Kecepatan mutlak uap meninggalkan sudu
1
α = sudut nosel
1
β = sudut masuk sudu
2
α = sudut keluar sudu
2
(54)
3.6. Analisis Kecepatan Aliran Uap
Pada gambar 3.8 di bawah terlihat skema turbin de laval atau turbin impuls satu
tahap. Turbin terdiri dari satu atau lebih nozel konvergen divergen dan sudu-sudu
impuls terpasang pada roda jalan (rotor). Tidak semua nozel terkena semburan uap
panas dari nozel hanya sebagian saja. Pengontrolan putaran dengan jalan menutup satu
atau lebih nozel konvergen divergen.
Gambar 3.8 Konstruksi turbin uap impuls satu tahap
(55)
Adapun cara kerjanya adalah sebgai berikut. Aliran uap panas masuk nosel
konvergen divergen, di dalam nosel uap berekspansi sehingga tekanannya turun.
Berbarengan dengan penurunan tekanan, kecepatan uap panas naik, hal ini berarti
terjadi kenaikan energi kinetik uap panas. Setelah berekspansi, uap panas menyembur
keluar nosel dan menumbuk sudu-sudu impuls dengan kecepatan abolut c1. Pada
sudu-sudu impuls uap panas memberikan sebagian energinya ke sudu-sudu-sudu-sudu, dan
mengakibatkan sudu-sudu bergerak dengan kecepatan u. Tekanan pada sudu-sudu turbin
adalah konstan atau tetap, sedangkan kecepatan uap keluar sudu berkurang menjadi c2..
Berdasarka arah aliran uap yang mengalir melalui nosel atau sudu pengarah dan
melalui sudu gerak turbin maka dapat digambarkan suatu skema segi tiga kecepatan
uap, yang kemudiam melalui skema tersebut dapat ditentukan kecepatan uap tersebut.
1
α
2
β
2
α
β
1Gambar 3.9. Skema segitiga kecepatan uap
Dari segitiga kecepatan diatas, panjang pendeknya garis adalah mewakili dari
besar kecepatan masing-masing. Sebagai contoh, fluida masuk sudu dari nosel dengan
kecepatan c1kemudian keluar dari nosel sudah berkurang menjadi w1 dengan garis yang
lebih pendek, artinya sebagian energi kinetik fluida masuk sudu diubah menjadi energi
kinetik sudu dengan kecepatan u, kemudian fluida yang sudah memberkan energinya
(56)
1. Kecepatan uap mutlak masuk sudu turbin:
c1 = ϕ c1t ) ………. ...(3.5)
c1 = ϕ 44,72 H
c1 = Kecepatan uap mutlak masuk sudu turbin (m/s)
H = Besar panas jatuh (kJ/kg)
ϕ = koefisien gesek pada dinding nosel (0,91 – 0,98)
2. Kecepatan Tangensial sudu :
u =
60 . . ntd
π ... ...(3.6)
u = Kecepatan tangensial sudu (m/s)
d = diameter rata-rata turbin (m)
nt = jumlah putaran turbin (rpm)
3. Kecepatan relatif uap masuk sudu gerak :
w1 = 1 1
2 2
1 +u −2⋅u⋅c ⋅cosα
c ...(3.7)
w1 = Kecepatan relatif uap masuk sudu gerak
(57)
4. Sudut relatif uap masuk sudu gerak
w1 sinβ1 = c1 sin α 1
sinβ1 = 1
1
1 ×sinα
w c
...(3.8)
5. Sudut relatif uap keluar sudu gerak
β2 = β1 ...(3.9)
Atau kadang β2 =β1- (3o- 5o)
6. Kecepatan uap keluar sudu gerak
w2 = ψ w1 ...(3.10)
ψ = koefisien sudu gerak
86 , 0
=
ψ
7. Kecepatan uap mutlak keluar sudu turbin:
c2 = 2 2
2 2
2 +u −2⋅u⋅w ⋅cosβ
w ...(3.11)
8. Sudut mutlak uap keluar sudu gerak :
w2 sinβ2 = c2 sin α 2
sinα 2 = 2
2 2 sinβ × c w ...(3.12)
(58)
3.7. Gaya Tangensial Turbin :
Fu =
o
m
(c1 cosα 1 - c2 cos α 2) ...(3.13)= o
m
(c1 cosα1 – (- c2 cos α 2))=
o
m
(c1 cosα1 + c2 cos α 2)c1 cosα1 + c2 cos α 2 = w1cosβ1 + w2 cosβ2
; w2 = ψ w1
c1 cosα1 + c2 cos α 2 = w1cosβ1 + ψ w1 cosβ2
= (1 + ψ )
cos cos
1 2 β
β w1cosβ1
c1 cosα1 + c2 cos α 2 = (1 + ψ )
cos cos
1 2 β β w
1cosβ1
; w1cosβ1= c1 cosα 1 – u
c1 cosα1 + c2 cos α 2 = (1 + ψ )
cos cos
1 2 β β ( c
1 cosα 1 – u) ……….(3.14)
jadi :
Fu =
o
m
(c1 cosα 1 + c2 cos α 2)Fu =
o
m
(1 + ψ )cos cos
1 2 β β ( c
(59)
3.8. Daya Mekanis yang dihasilkan Turbin :
Pu =
o
m
.u (c1u – c2u)karena :
c2u = c2 cos α 2
c1u = c1 cosα1
maka :
Pu =
o
m
.u (c1 cosα1 - c2 cos α 2)= o
m
.u (c1 cosα1 – (- c2 cos α2))Pu =
o
m
.u (c1 cosα1 + c2 cos α 2) ……….(3.16)Dari persamaan 3.14, diketahui bahwa :
c1 cosα1 + c2 cos α 2 = (1 + ψ )
cos cos
1 2 β β ( c
1 cosα 1 – u)
dengan mensubstitusikan persamaan 3.14 ke persamaan 3.16, maka akan diparoleh
persamaan :
Pu =
o
m
.u (1 + ψ )cos cos
1 2 β
(60)
Daya mekanis turbin dapat juga ditentukan menurut persamaan berikut :
Pu = Mt. ω ...(3.15)
Mt = Fu. r
ω = u r
Pu = (Fu. r) (u/r)
Pu = Fu. u ...(3.18)
Jika disubstitusikan persamaan 3.15 ke persamaan 3.18, maka akan menghasilkan
persamaan yang sama dengan persamaan 3.17, yaitu
Pu =
o
m
.u (1 + ψ )cos cos
1 2 β
(61)
BAB IV
ANALISIS VARIASI TINGGI SUDU-SUDU IMPULS TERHADAP
ENERGI MEKANIS TURBIN
4.1 Prinsip Aksi Aliran Uap Melalui Sudu
Semburan uap yang keluar dari nosel atau kelompok nosel yang diam akan memberikan gaya pada sudu turbin yang besarnaya adalah Fu (Newton) dalam arah putarnya. Gaya Fu yang dihasilkan okeh uap sewaktu uap tersebut di dalam laiannya melalui sudu turbin duibah menjadi kerja mekanis pada pinggir sudu. Kerja yang dilakukan oleh uap pada sudu adalah sebesar :
Pu= m.u (c1u – c2u) ………..(4.1)
dimana u adalah kecepatan keliling sudu-sudu turbin dalam m/s.
Gaya yang diberikan oleh uap ke sudu-sudu dapat dicari dengan menggunakan pendekatan ilmu mekanika. Dari mekanika dapat diketahui bahwa perubahan momentum selama periode waktu tertentu adalah sama dengan gaya yang diberikan. Dan dengan demikian dapat dituliskan bahwa :
Fu.t = m ( c1 – c2 )
Fu =
o
(62)
Gambar 4.1 Semburan uap dari nosel
(Sumber : Shlyakhin,P. Turbin uap dan Perancangan, hal. 18)
4.2 Analisis Aliran Uap Melalui Penampang Sudu Yang Bervariasi
Semburan uap yang mengalir melalui bentuk penampang sudu yang berbeda, ternyata menghasilkan gaya dan energi yang berbeda pula. Artinya bentuk dari penampang suatu sudu akan mempengaruhi besar kecilnya energi mekanis yang akan dihasilkan.
Gambar 4.2 Prinsip aksi uap pada berbagai bentuk benda
(63)
Gambar 4.2 menunjukkan prinsip aksi uap pada berbagai bentuk benda. Dapat
ditunjukkan bahwa gaya Fu yang diberikan oleh uap pada berbagai bentuk benda
dengan kondisi aliran yang serupa, tidak akan sama. Untuk jenis aliran yang berbeda seperti ditunjukkan pada gambar 4.2, gaya-gaya ini dengan mudah dapat dievaluasi.
Misalkan kecepatan awal uap pada sisi keluar nosel untuk ketiga penampang
tersebut adalah sama, sama dengan c1t, tetapi dalam arah yang berbeda sesuai dengan
permukaan yang menerimanya. Untuk hal khusus ini misalkan kecepatan c1 sama
dengan 100 m/s dan laju aliran massa uap adalah 5 kg/s.
Kasus (a)
Uap dengan kecepatan awal c1t menubruk benda A dalam arah tegak lurus
terhabap permukaan yang menerimanya dan mengalami perubahan arah aliran sebesar
90o sewaktu memencar ke segala arah di permukaan benda tersebut, sehingga proyeksi
kecepatan c2 terhadap arah aksi gaya F1 semburan uap sama dengan nol. Dangan
mensubstitusikan kecepatan-kecepatan awal dan akhir uap c1t dan c2, kita akan
mendapatkan gsys yang diberikan yang searah dengan kecepatan c1t.
F1 =
o
m( c1t – c2 )
F1 = 5 kg/s (100 m/s – 0)
F1 = 500 N
Kasus (b)
Dengan mengabaikan kerugian akibat gesekan pada permukaan yang melengkung, akan diperoleh
c2 = – c1t
Jadi gaya F2 yang bekerja searah dengan kecepatan c1t dari persamaan (4.2), akan sama
dengan :
F2 =
o
m( c1t – c2 )
F2 = 5 kg/s (100 + 100)m/s
(64)
Kasus (c)
Dengan tetap mengabaikan kerugian-kerugian pada permukaan sudu seperti pada kasus (b), sekali lagi diperoleh
c2 = – c1t
Dalam hal ini semburan uap pada tempat masuk kepermukaan sudu tidak mengalir
dalam arah yang sejajar dengan arah gaya F3 yang brkerja pada benda tersebut. Dan
oleh sebab itu segera terbukti bahwa pada suku-suku kecepatan c1t dan c2 harus
disubstitusikan nilai-nilai proyeksi kecepatan semburan uap tadi terhadap arah aksi gaya F3.
Komponen-komponen kecepatan c1t dan c2 yang searah dengan garis aksi F3
dengan demikian adalah sama dengan :
c’1t = c1t cos 30 = 100 (0,866) = 86,6 m/s
c’2 = c2 cos 30 = -100 (0,866) = -86,6 m/s
jadi :
F3 =
o
m( c’1t – c’2 )
F3 = 5 kg/s (86,6 + 86,6)
F3 = 866 N
Dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan di atas ternyata bahwa gaya maksimum diperoleh untuk kasus (b) dimana semburan uap yang mengalir sepanjang permukaan
sudu mengalami pembalikan arah sebesar 180o. Akan tetapi dalam pembuatan turbin
uap, aliran uap yang bemikian itu tidak mungkin diperoleh, dan oleh sebab itu, seperti yang ditunjukkan pada kasus (c), semburan uap diarahklan dengan suatu besar sudut tertentu, baik dari sisi keluar nosel diam maupun dari sudu gerak. Akan tetapi sudut kemiringan ini terhadap bidang putar sudu-sudu dibuat dekecil mungkin.
Untuk bisa mendapatkan kerja yang berguna dari aksi uap, adalah perlu bahwa bwnda yang ditubruknya dapat bergerak leluasa. Bila kita andaikan bahwa benda-benda A, B, dan C, akibat aksi uap berpindah searah dengan tanda panah, maka dengan mengetahui kecepatan perpindahan u, kita dapat dengan mudah menghitung gaya F dan
(65)
kerja P. Anggap bahwa akibat aksi semburan uap benda-benda A, B, dan C berpindah searah dengan gaya F, dengan kecepatan u yang sama. Maka gaya F pada ketiga kasus tersebut akan ditentukan dari pertimbangan- pertimbangan berikut :
Kasus (a)
Kecepatan uap relatif terhadap benda A yang bergerak akan sama dengan :
w1 = c1t – u
Kecepatan w1 dikenal sebagai kecepatan relatif.
Kecepatan relatif uap sesudah perubahan arah aliran pada benda A akan sama dengan
w2 = c2 = 0
Jadi gaya yang diberikan oleh uap ditentukan dari persamaan :
F’1 = o
m( w1 – w2 ) =
o
m( c1t – u ) ………...…(4.3a)
Kasus (b)
Kecepatan relatif semburan uap yang menubruk permukaan benda B akan sama dengan :
w1 = c1t – u
Kecepatan relatif uap yang meninggalkan permukaan sudu B yang cekung akan sama dengan :
w2u = w1u = – c1t cos 30 + u
Oleh sebab itu gaya yang diberikan oleh semburan uap pada benda B adalah :
F’2 = o
m( w1 – w2 ) = 2
o
m( c1t – u ) ……….(4.3b)
Kasus (c)
Proyeksi kecepatan relative semburan uap yang menubruk benda C yang searah dengan kecepatan u akan sama dengan :
w1u = c1t cos 30 – u
Komponen kecepatan relative uap yang meninggalkan permukaan sudu C akan ditentukan dari persamaan :
(66)
dan gaya yang diberikan adalah :
F’3 = o
m( w1u – w2u ) = 2
o
m( c1t cos 30 – u ) ………...(4.3c)
Bila sekarang diandaikan bahwa kecepatan awal uap c1 dan kecepatan
perpindahan u ketiga benda tersebut adalah sama yakni c1t = 100 m/s dan u = 50 m/s,
maka dengan mensubstitusikan kecepatan-kecepatan ini ke dalam persamaan-persamaan (4.3a), (4.3b), dan (4.3c), kita akan peroleh nilai gaya F’.
Untuk kasus (a) :
F’1 = 5 kg/s (100 – 50) = 250 N
Untuk kasus (b) :
F’2 = (2).5 kg/s (100 – 50) = 500 N
Untuk kasus (c) :
F’3 = (2).5 kg/s (100 cos 30 – 50)
F’3 = (2).5kg/s (100 . 0,866 – 50) = 366 N
Kerja yang dilakukan uap pada ketiga hal tersebut di atas yang memindahkan ketiga benda tersebut dengan kecepatan u ditentukan oleh persamaan (4.1).
Untuk kasus (a) :
Pu1 = F’1 . u = (250 N) (50 m/s) = 12500 J/s
Untuk kasus (b) :
Pu2 = F’2 . u = (500 N) (50 m/s) = 25000 J/s
Untuk kasus (c) :
(67)
Oleh sebab itu, dari persamaan (4.3c) ternyata bahwa gaya F’3 semburan uap
tergantung pada nilai cosinus sudut α1. Dengan nilai yang minimum-nol, gaya F’3 akan
mencapai nilai batasnya F’2. Dalam hal nilai sudut α1 yang membesar, gaya yang
diberikan yang searah dengan arah putaran akan terus berkurang sampai pada nilai α1 =
90o, gaya ini akan menjadi nol. Jadi, kecermatan harus diberikan sewaktu memilih nilai
α1 yang sesuai untuk nosel-nosel dan sudu-sudu turbin uap, biasanya 11o sampai 16o (lit.
1 halaman 16).
4.3 Perhitungan Data Survey 4.3.1 Data hasil Survey Studi
Untuk membantu dalam penyelesaian skripsi ini, maka dilakukan survey studi ke Pabrik Kelapa Sawit PTP Nusantara IV, yang dalam memenuhi kebutuhan energi listriknya menggunakan turbin uap sebagai penggerak mula generator listrik. Dari survey tersebut diperoleh beberapa informasi yang berkaitan dengan data-data yang dibutuhkan.
Data Turbin :
1. Daya turbin (Pu) : 1630 kWatt
2. Diameter cakra (d) : 800 mm
3. Tinggi sudu turbin : 20 mm
4. Jumlah putaran turbin setelah melalui
roda gigi reduksi (n)` : 3000 rpm
5. Perbandingan transmisi putaran (i) : 3,58
6. Putaran turbin (nt) : 10740 rpm
7. Sudut masuk uap ke turbin (α1) : 20o
8. Pemasukan uap parsial (ε) : 0,25
9. Lebar sudu (b) : 14 mm
10.Jumlah sudu (z) : 209 buah
(68)
12.Suhu uap masuk (T1) : 240 oC
13.Tekanan uap bekas turbin (P2) : 3 bar
14.Kualitas uap Keluar turbin (x) : 0,95
15.Spesific volume (v ) : 0,57413 m3/k
α
β
β α
α
β
β α
(69)
4.3.2 Perhitungan Data
Untuk mendapatkan besarnya gaya tangensial dan daya mekanis yang dihasilkan turbin maka ditentukan terlebih dahulu variabel-variabel sebagai berikut :
a.) Panas Jatuh
Pada tekanan uap masuk 15 bar dan temperatur 240 oC diperoleh :
h1 = 2899,3 kJ/kg
V1 = 0,1483 m3/ kg
Gambar 4.4 Siklus rankine
Kemudian pada saat uap keluar pada tekanan 3 bar diperoleh :
hf = 560,34 kJ/kg
hfg =2164,52 kJ/kg
f = 0,001073 m3/kg
vfg= 0603227 m3/kg
maka : h2 = hf + x hfg
h2 = 560,34 kJ/kg + (0.95) 2164,52 kJ/kg
(70)
2= νf + x. fg
= 0,0010703 m3/kg + (0,95) (0,603227 m3/kg)
= 0.57413 m3/kg
Δh = h1 – h2
= 282,66 kJ/kg
b.) Perubahan Energi Potensial Uap Menjadi Energi Kinetis
Dengan hukum kekekalan energi disebutkan bahwa energi sebelum dan sesudah nozel harus sama, maka kecepatan uap keluar nosel teoritis diperoleh :
C1t = 44,72 m/s
c.) Kecepatan uap keluar permukaan nozel teoritis :
C1t = 44,72
= 751 m/s
d.) Kecepatan mutlak uap masuk turbin :
Karena pengaruh koefisien kecepatan (φ) = 0,95
maka :
C1= φ . C1t
= 0,95 (751,8 m/s) = 714 m/s
e.) Laju aliran massa uap keluar permukaan nozel : Q = m.V
Q = A.C
Dari kedua persamaan tersebut didapat : m.V = A.C ---> dimana ; A = Π.d.
(71)
Untuk mengetahui Laju aliran massa uap, maka rumus luas penampang juga dipengaruhi
oleh sudut masuk uap (α1) dan pemasukan uap parsial (ε), sehingga rumus diatas menjadi :
A = Π d .ε . sin α1 Maka : =
=
=
5,342312581 kg/s = 5,34 kg/s4.4 Perhitungan Distribusi Laju Aliran Massa pada Permukaan Sisi Keluar Nozel
Dari survey diperoleh data berikut:
Jenis nozel konvergen – divergen
Tinggi sisi keluar nozel : 18 mm
Lebar sisi keluar nozel : 3 mm
Suhu uap masuk turbin : 240 oC
Tekanan uap masuk turbin : 15 bar
Viskosity dinamik (μ) : 1,302.10-4 Pa.s
Volume spesifik (
)
: 0,1483 m3/kgMassa jenis (ρ) : 6,7430 kg/m3
Dalam analisa ini diasumsikan Aliran dalam nozel adalah :
- Laminar
(72)
Untuk menganalisa distribusi laju aliran massa, kita menggunakan persamaan :
C1 = 0
yang mana dengan menggunakan residu galerkin diperoleh :
Re = C1 dx = 0
Jika U = ψ maka : ; C1 = 0
Dari persamaan ini dapat diperoleh C1= μ, C2 = 0, dan C3 = -dP/dx.
= -3 m
T = 273 + 240
= 513 K
ax =
=
= 437,34 m/s2
=
ρ a
x =a
x/v
1=
= 2949,022 Pa/m
(73)
Gambar 4.5 Permukaan sisi keluar nozel yang telah dibagi dalam 5 node
Matrik Kekakuan Elemen
Karena suhu pada sisi-sisi keluar permukaan nozel sama, maka matrik elemen memiliki besar yang sama.
[k](1) = [k](2) = [k](3) = [k](4) = [k](e)
[k](e) =
= + 0
[k](1) =
=
(74)
[K](G) =
Matrik Kekakuan Global
[K](G) =
Matrik gaya pada masing-masing elemen :
[F](1) = [F](2) = [F](3) = [F](4) = [F](e)
[F](e) =
[F](1) =
=
= 6,6353
[F](1) =
[F](G) = Matrik Gaya Global
(75)
1 0 0 0 0 U1 0
-0.289 0.578 -0.289 0 0 U2 132706
0 -0.289 0.578 -0.289 0 U3 = 132706
0 0 -0.289 0.578 -0.289 U4 132706
0 0 0 0 1 U5 0
Persamaan1 U1 = 0
Persamaan2 -0.289 U1 + 0.578 U2 - 0.289 U3 = 13.2706 Persamaan3 -0.289 U2 + 0.578 U3 - 0.289 U4 = 13.2706 Persamaan4 -0.289 U3 + 0.578 U4 - 0.289 U5 = 13.2706 Persamaan5 U5 = 0
Substitusi U1 ke Pers 2 :
-0.289 U1 + 0.578 U2 - 0.289 U3 = 13.2706 0 + 0.578 U2 - 0.289 U3 = 13.2706 Maka didapat Pers 6 : 0.578 U2 - 0.289 U3 = 3.2706 Substitusi U5 ke Pers 4 :
-0.289 U3 + 0.578 U4 - 0.289 U5 = 13.2706 -0.289 U3 + 0.578 U4 - 0 = 13.2706 Maka didapat Pers 7 : -0.289 U3 + 0.578 U4 = 13.2706 Eliminasi Pers 6 & 3 :
0.578 U2 - 0.289 U3 = 13.2706 -0.289 U2 + 0.578
U3
- 0.289 U4 = 13.2706
0.578 U2 - 0.289 U3 = 13.2706 -0.578 U2 + 1.156
U3
- 0.578 U4 = 26.5412
Maka didapat Pers 8 : 0.867 U3 - 0.578 U4 = 39.8118
Eliminasi Pers 8 & 7 :
0.867 U3 - 0.578 U4 = 39.8118
-0.289 U3 + 0.578 U4 = 13.2706 0.578 U3 = 53.0824 U3 = 91.83806 Substitusi U3 ke Pers 6 :
0.578 U2 - 0.289 U3 = 13.2706 0.578 U2 - 26.5412 = 13.2706 0.578 U2 = 39.8118 U2 = 68.87855
(76)
Maka diperoleh Nilai Masing masing :
U1 = 0 U2 = 68.87855 U3 = 91.83806 U4 = 68.87855 U5 = 0
U3 = Umax = 91,838
Maka :
(C1)1 = C1
= 0 m/s
(C1)2 = C1
= 714
= 535,496 m/s
(C1)3 = C1
= 714
= 714 m/s
(C1)4 = C1
= 535,496 m/s
= m/s
Substitusi U3 ke Pers 8 :
0.867 U3 - 0.578 U4 = 39.8118 79.6236 -0.578 U4 = 39.8118 U4 = 68.87855
(77)
Gambar 4.6 Distribusi kecepatan aliran uap pada sisi luar nozel
total = (e)
(e)
= =
= ρW (1)= ρW
= 6,7430 . 3.10-3.4,5.10-3
= 3,135.10-3 kg/s
(2)
= 6,7430 . 3.10-3.4,5.10-3
= 7,315.10-3 kg/s
(3)
= 6,7430 . 3.10-3.4,5.10-3
= 7,315.10-3 kg/s
(4)
= 6,7430 . 3.10-3.4,5.10-3
(78)
total = (1) + (2) + (3) + (4)
= 19,756.10-3 kg/s
1 = (5,34) kg/s
= 0,847 kg/s
2 = (5,34) kg/s
= 1,977 kg/s
3 = (5,34) kg/s
= 1,977 kg/s
4 = (5,34) kg/s
= 0,847 kg/s
= kg/s
(79)
4.5 Perhitungan Momen Kelembaman Rotor dari Masing-Masing Tinggi Sudu yang Divariasikan
Gambar 4.8 Permukaan profil sudu
(sumber: shlyakhin, P. Turbin uap dan perancangan, Hal: 286)
4.5.1 Menghitung Luas Penampang Profil Sudu
Dimana lebar sudu (b) = 14 mm
Dengan mengacu pada gambar 4.8, kita dapat menggambarkan ukuran-ukuran permukaan sudu yang lebarnya 14 mm
R =
=
= 7,968 mm
x1 = x 9,59
(80)
x2 = (9,83)
x2 = 7,226 mm
x3 = 14 mm – 7,049 mm
= 6,951 mm
x4 = 14 mm – 7,226 mm
= 6,744 mm
r = x 5,26 mm
= 3,866 mm
y1 = x (4,92 + 1,12) mm
= 4,4397 mm
y2 = x (7,52 - 1,12) mm
= 4,704 mm
y1 = x 6,96 mm
= 5,116 mm
(81)
Misal (1) adalah garis 1
(2) adalah garis 2
Menentukan persamaan garis (1) yang tepat menyinggung lingkaran dengan
jari-jari (r).
1. Perhitungan persamaan garis (1)
Persamaan garis (1) : X = Y/m + 14
(X - 6,774)2 + (Y – 4,704)2 = (3,886)2
( + 14 - 6,774)2 + (Y – 4,704)2 = (3,886)2
( + 7,226)2 + (Y – 4,704)2 = (3,886)2
+ + 52,215076 + Y2 – 9,408 Y + 22,127616 = 14945956
(1 + 1/m2)Y2 + ( - 9,408)Y + 59,396736 = 0
Syarat garis menyinggung lingkaran adalah : D = 0
b2 – 4ac = 0
(14,452/m – 9,408)2 – 4(1 + 1/m2) (59,396736) = 0
(208,860304/m2) – 271,928832/m + 88,510464 – (237,586944/m2) = 0
- (28,72664/m2) – (271,928832/m) – 149,07648 = 0 X -m2
149,07648 m2 + 271,928832 m + 28,72664 = 0
Untuk menentukan nilai m maka harus menyelesaikan persamaan kuadrat tersebut dengan menggunakan rumus ABC :
m1,2 =
m1,2 =
m= - 1,711499677
Y = m (X – 14) = - 1,711499677
(82)
Solusi dari persamaan tersebut adalah :
Y1,2 =
–
Y1,2 =
Maka : Y1 = 6,654460015 atau Y2 = 6,654199625
Jadi titik singgung garis (1) terhadap lingkaran dengan jari-jari r = 3,866 adalah : [(10,11191278) , (6,54460015)]
2. Perhitungan persamaan garis (2)
Persamaan garis Y = mX
(X – 6,774)2 + (Y – 4,704)2 = 3,8662 (X – 6,774)2 + (mX – 4,704)2 = 3,8662
X2 – 13,548 X + 45,887076 + m2X2 – 9,408 mX + 22,127616 = 14,945956
(1 + m2) X2 – (13,548 + 9,408 m)X + 53,06836 = 0
Syarat D = 0
Maka : [-(13,548 + 9,408 m)]2 – 4(1 + m2)( 53,06836) = 0
183,548304 + 254,919168 m + (88,510464) m2 – 212,274944 – (212,274944 m2) = 0
(123,76448) m2 - 254,919168 m + 28,72664 = 0
m12 =
m12 =
m1 = 1,940073454 atau m2 = 0,119638411 tidak termasuk
Persamaan garis : Y = 1,940073454 X
(1 + (1,940073454)2 ) X2 – (13,548 + 9,408 (1,940073454)) X + 53,068736 = 0
(83)
X1,2 =
=
X1 = 3,337698901
X2 = 3,337569502
Persamaan lingkaran X1 = Y1 = 6,475381031 yang paling memenuhi
Persamaan garis X1 = Y2 = 6,475381035
Persamaan lingkaran X2 = Y1 = 6,475129987
Persamaan garis X2 = Y2 = 6,475129992
Sehingga titik singgung lingkaran r = 3,866 terhadap garis (2) adalah : [(3,337698901) , (6,475381031)]
(84)
Persamaan lingkaran dengan jari-jari r : Y = + 4,704
Persamaan lingkaran dengan jari-jari R : Y = + 4,4397
Luas Sudu Profil
a. Menghitung luas L1
L1 =
L1 =
= - -
(1) (2) (3)
(1) = X2
= 10,80643608 – 0 = 10,80643608 mm2
(2) misal:
(X – 6,941) 7,968
θ
Cos θ =
= 7,968 Cos θ …….(1)
Sin θ = θ = sin-1
(85)
X = 7,9681 sin θ + 6,951
= 7,9681 cos θ + 0
dx = 7,9681 cos θ dθ ………(2)
Substitusikan persamaan (1) dan (2) ke dalam persamaan integral (2).
=
= 7,96812
= (7,9681)2/2 [
= (7,9681)2/2 [
=
=
= - 856,0627083 + (-12,8301549) – [-1927,997207 – 13,53778543]
= 1072,642134 mm2
(3) = 4,437 X
= 14,80937002 mm2
Sehingga luas L1 = 10,80643608 + 1072,642134 + 14,80937002
(86)
b. Menghitung luas LII
LII =
(1) (2)
= dx + -
–
(3) (4)
(1) dx
misalkan :
Cos θ =
= 3,866 cos θ
Sin θ =
X – 6,774 = 3,866 sin θ
X = 3,866 sin θ + 6,744 dx = 3,866 cos θ dθ
3,866 cos θ dθ =
= 3,8662
(87)
= (θ + sin θ cos θ)
=
=
= 446,1424022 + 3,255232707 – (-468,7748181 – 3,043499292)
= 921,2159523
(2) = 4,704 X
= 31,86590209
(3)
misalkan :
Cos θ =
= 7,968 cos θ Sin θ =
X – 6,951 = 7,986 sin θ
X = 7,968 sin θ + 6,951 = 7,968 cos θ dx = 7,968 cos θ dθ
(88)
Substitusikan ke persamaan integralnya :
= 7,9682
= 7,9682
=
=
=
=
= 741,9358203 + 11,55978847 – (-856,0528305 – 12,8301549)
= (4) = 4,4397 X
= 30,07547736
Sehingga luas daerah II :
LII = 921,2159523 + 31,86590209 - 1622,378594 - 30,07547736
(89)
c. Menghitung luas daerah III : LIII =
(1) (2)
= + -
-
(3) (4)
(1) =
= -80,22587953
(2) = 23,96099538 X
= 93,16243992
(3)
misalkan :
Cos θ =
= 7,968 cos θ
Sin θ = θ = sin-1
(90)
X = 7,968 sin θ + 6,951 = 7,968 cos θ + 0 dx = 7,968 cos θ dθ
Substitusikan nilai-nilainya ke dalam persamaan integral :
=
=
7,968
2=
=
[ θ + ½ sin 2θ]
=
[ θ + sin θ . cos θ]
=
=
= 1974,831136 + 23,53121095 + - (741,9358203 + 12,57199002) = 1243,854537
(4) = 4,4397 X
= 17,26194083
LIII = -80,22587953 + 93,16243992 – 1243,854537 – 17,26194083
(91)
Maka didapat luas permukaan sudu :
Lpermukaan sudu = L1 + LII + LIII
= -1076,645068 + (-699,372212) + (-1248,179917)
=
= mm2
4.5.2 Menghitung Momen Inersia Rotor Turbin
- Sudu
Dalam analisa ini, sebuah sudu diasumsikan sebagai partikel
Jenis sudu : sudu profil
Tinggi sudu rata-rata : 20 mm
Lebar sudu : 14 mm
Bahan sudu : Baja paduan Ni-Cr
ρ baja paduan Ni-Cr : 7930 kg/m3
- Momen inersia sudu yang tingginya 1/2
Vs1 = luas profil sudu x ½
= 3024,19702 mm2 x ½ (18 mm)
= 27217,77318 mm3
= 27217,77318 . 10-9 m3
ms1 =ρ baja paduan Ni-Cr x Vs1
= 7930 kg/m3 . 27217,77318 . 10-9 m3
= 21,58369413 . 10-2 kg
mtotal = 21,58369413 . 10-2 kg x 209 buah sudu
(1)
c. Galat Tinggi sudu 13,5 mm =
= 15,61 %
d. Galat Tinggi sudu 18 mm =
= 35,15 %
e.
Galat Tinggi sudu 21 mm = = 1,4 %f. Galat Tinggi sudu 22,5 mm =
= 7,62 % g. Galat Tinggi sudu 27 mm =
= 20,72 %
Pada data hasil analisa terlihat penyimpangan nilai daya output, hal ini disebabkan karena pada perhitungan sebagai berikut:
- Kebocoran uap yang terjadi pada ruang antara permukaan nosel dan sudu diabaikan - Gaya gesekan pada poros turbin terhadap bantalan diabaikan.
- Aliran uap melalui nosel diasumsikan laminar
- Kerugian akibat olakan pada ujung belakang sudu diabaikan - Kerugian akibat kebasahan uap diabaikan
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari data analisa yang telah kita dapatkan dalam studi variasi tinggi sudu turbin terhadap daya output dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut :
1. Untuk tinggi sudu ½ l (9 mm) dihasilkan : nt = 7764,8 rpm
U = 328,7 m/s Fu = 1903,0 N Pu = 625,6 kW
2. Untuk tinggi sudu ¾ l (13,5 mm) dihasilkan : nt = 9698,39 rpm
U = 412,89 m/s Fu = 3331,295 N Pu = 1375,46 kW
3. Untuk tinggi sudu l (18 mm) dihasilkan : nt = 10493,3 rpm
U = 449,2 m/s Fu = 4905,99 N Pu = 2203,08 kW
4. Untuk tinggi sudu 7/6 l (21 mm) dihasilkan : nt = 9056,93 rpm
U = 389,13 m/s Fu = 4247,55 N Pu = 1652,85 kW
(3)
5. Untuk tinggi sudu 5/4 l (22,5 mm) dihasilkan : nt = 8629,78 rpm
U = 371,46 m/s Fu = 4053,5 N Pu = 1505,7 kW
6. Untuk tinggi sudu 3/2 l (27 mm) dihasilkan : nt = 7955,4 rpm
U = 344,3 m/s Fu = 3752,95 N Pu = 1292,2 kW
7. Dari keenam variasi tinggi sudu yang dianalisa diperoleh kesimpulan bahwa tinggi sudu 18mm yang memiliki daya output paling besar.
5.2. Saran
1. Diharapkan untuk melakukan analisa dengan lebih banyak variasi tinggi sudu agar daya output yang paling optimal dapat diperoleh dengan lebih baik lagi. 2. Diharapkan untuk melanjutkan analisa pada turbin inpuls tingkat tunggal dengan
dua tingkat kecepatan.
3. Sebaiknya diadakan simulasi dengan menggunakan program komputer untuk menganalisa tinggi sudu yang paling tepat.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
1. Shlyakhin, P. Turbin Uap dan Perancangan, terjemahan Zulkifli Harahap, Penerbit Erlangga, Jakarta 1993.
2. Dietzel, Fritz. Turbin, Pompa dan Kompresor, terjemahan Dakso Sriyono, Penerbit Erlangga, Jakarta 1993.
3. Cengel, Yunus A, Boles Michael A. Thermodinamics, Fourth edition, Mc Graw hill : New York 2002.
4. Menson, Bruce R, Young, Donal F. Mekanika Fluida, edisi keempat jilid 2, alih bahasa Dr. Harinaldi dan Budiarso M.Eng, Penerbit : Erlangga Jakarta, 2003.
5. Moran, Michael J, Shapiro, Howard N, Termodinamika Teknik, jilid 1 dan 2, alih bahasa Yulianto Sulistiyo M.Sc, Ph.D, Penerbit Erlangga, Jakarta 2004.
6. Moaveni, Saeed. Finite Element Analysis, Prentice hall, New Jersey 1999.
7. Rich, Barnett, Schmidt, Philip A. Aljabar Elementer, edisi ketiga, alih bahasa Ir. Julian Gressando, Msc. Penerbit : Erlangga Jakarta 2004.
8. Sears, Zemansky. Fisika Universitas, edisi kesepuluh jilid I, alih bahasa Ir. Endang Juliastuti, Msc. Penerbit : Erlangga, Jakarta 1999.
9. Streeter, Victor L. Wylie, E. Benjamin. Fluid Mechanics, Mc Graw-Hill International book, New York 1981.
10.Gere, Timoshenko. Mekanika Bahan, edisi keempat jilid I, Alih bahasa Ir. Bambang Suryo Datraono, Msc, Phd. Penerbit : Erlangga, Jakarta 1996.
(5)
(6)