Analisis Dan Simulasi Variasi Sudut Sudu-Sudu Turbin Impuls Terhadap Daya Mekanis Yang Dihasilkan Turbin Sebagai Pembangkit Tenaga Uap Pada PKS Kapasitas 30 Ton Tbs/Jam

(1)

ANALISIS DAN SIMULASI VARIASI SUDUT SUDU-SUDU

TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS YANG

DIHASILKAN TURBIN SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA

UAP PADA PKS KAPASITAS 30 TON TBS/JAM

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

MARULITUA SIDAURUK NIM. 040401089

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

(4)

ANALISIS DAN SIMULASI VARIASI SUDUT SUDU-SUDU

TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS YANG

DIHASILKAN TURBIN SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA

UAP PADA PKS KAPASITAS 30 TON TBS/JAM

MARULITUA SIDAURUK

NIM. 04 0401 089

Telah Diketahui Oleh: Pembimbing/Penguji

Ir.Tekad Sitepu NIP. 195212221978031000

Penguji I Penguji II

(Ir. Isril Amir) (Ir. A.Halim Nasution,MSc.)

NIP.194510271974121001 NIP.195403201981021001

Diketahui Oleh


(5)

(6)

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas skripsi ini.

Tugas skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa guna menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknik, Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu penulis sebagai mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikannya turut melaksanakan skripsi ini.

Adapun dalam skripsi ini, penulis mengambil topik pembahasan tentang Analisis Dan Simulasi Variasi Sudut Sudu-sudu Turbin Impuls terhadap Daya Mekanis Yang Dihasilkan Turbin Sebagai Pembangkit Tenaga Uap Pada PKS Kapasitas 30 ton TBS/ jam.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua yang tercinta R. Sidauruk dan S. Br Silalahi yang selalu memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. TEKAD SITEPU, sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengajaran dari awal hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak DR.ING.Ir Ikhwansyah Isranuri dan Bapak Tulus Burhanuddin ST. MT sebagai ketua jurusan dan sekretaris jurusan Departemen Teknik Mesin USU.

4. Para dosen dan staf pengajar Departemen Teknik Mesin USU yang telah memberikan dan mengajarkan ilmu.


(8)

5. Bang stambuk yang selalu memberikan waktunya untuk mengajari dan menyelesaikan tugas skrpsi ini

6. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Mesin yang senantiasa membantu dan memberikan masukan guna penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari Tugas Sarjana ini masih jauh dari sempurna . Untuk itu penulis mengharapkan banyak masukan berupa saran dari pembaca untuk memperbaiki dan melengkapi isi dari skripsi ini kedepannya. Akhir kata atas perhatian pembaca, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 02 September 2010 Penulis,

(Marulitua Sidauruk) NIM.04 0401 089


(9)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Simbol Daftar Tabel

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud Dan Tujuan ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 2

1.4. Metode Penulisan ... 3

1.5. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pandangan Umum Tentang Turbin Uap Sebagai Pembangkit Tenaga ... 5

2.2. Analisa Termodinamika ... 9

2.3. Komponen Instalasi Turbin Uap ... 11

2.4. Klasifikasi Turbin Uap ... 16

2.5. Bagian-Bagian Turbin ... 19

2.6. Analisa Kecepatan Aliran Uap ... 22

2.7. Kerugian Energi Pada Turbin Uap ... 25

2.7.1. Kerugian-Kerugian Dalam ... 26

2.7.2 Kerugian-Kerugian Luar ... 32

2.8 Efisiensi Turbin Uap ... 32

BAB III. PRINSIP DAN PERHITUNGAN TURBIN IMPULS SERTA ANALISIS ALIRAN UAP MELALUI SUDU ... 34

3.1. Dasar Teori Impuls ... 34

3.1.1. Prinsip Impuls Dan Momentum ... 34

3.1.2. Asas Impuls Pada Turbin ... 36


(10)

3.3. Prinsip Turbin Impuls ... 41

3.4. Perubahan Energi Thermal Menjadi Energi Kinetis ... 42

3.5. Transformasi Energi Pada Sudu ... 44

3.6. Analisis Kecepatan Aliran Uap ... 46

3.7. Gaya Tangensial Turbin ... 50

3.8. Kerja Turbin Uap Berdasarkan Aksi Uap ... 52

3.9. Efisiensi Turbin Uap ... 52

3.10. Daya Mekanis Yang Dihasilkan Turbin ... 54

BAB IV. ANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS YANG DIHASILKAN TURBIN. ... 55

4.1. Prinsip Aksi Aliran Uap Melalui Sudu ... 55

4.2. Perhitungan Data Survey ... 56

4.2.1. Data hasil Survey Studi ... 56

4.2.2. Perhitungan Data ... 59

4.3. Perhitungan Kecepatan Aliran Uap Pada Sudu-sudu Turbin ... 61

4.4. Perhitungan Kerugian-Kerugian Energi Pada Turbin Uap ... 66

4.5. Perhitungan Gaya Tangensial Turbin ... 68

4.6. Kekuatan Sudu Akibat Semburan Uap ... 68

4.6.1. Tegangan Tarik Pada Sudu Turbin Akibat Gaya Sentrifugal Uap ... 68

4.6.1. Tegangan Lentur Akibat Tekanan Uap ... 69

4.7. Besarnya Momen Torsi Yang Dialami Poros Akibat Semburan Uap ... 72

4.8. Efisiensi Turbin Uap Impuls ... 73

4.9. Daya Mekanis Yang Dihasilkan Turbin ... 74

4.10. Hubungan Variasi α1 Terhadap Fu Dan Pu Yang Dihasilkan Turbin ... 75

4.11. Pengaruh Semburan Uap terhadap Turbin Jika Sudut Masuk Semburan Uap ( α1) Dibuat Bervariasi ... 76

4.12. Menentukan Besar Sudut α1 Dari Hubungannya Dengan u/c1 Terhadap Efisiensi ... 86 4.13. Pengaruh Semburan Uap Terhadap Turbin Jika Sudut Masuk


(11)

Sudu ( β1) Dibuat Bervariasi ... 87

4.14. Analisis Dengan Menggunakan Simulasi Dengan Bantuan Softwere Visual Basic ... 94

4.14.1. Source code Program Simulasi ... 94

4.14.2. Hasil Dari Simulasi ... 111

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 113

5.1. Kesimpulan ... 113

5.2. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA... xxvii


(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR NAMA GAMBAR

Gambar 2.1 Mesin uap buatan Hero ... 6

Gambar 2.2 Mesin uap buatan Branca ... 7

Gambar 2.3 Turbin impuls sederhana ... 8

Gambar 2.4 Diagram alir Siklus Rankine ... 9

Gambar 2.5 Diagram T-S Siklus Rankine ... 10

Gambar 2.6 Pompa ... 12

Gambar 2.7 Boiler pipa air ... 13

Gambar 2.8 Turbin ... 15

Gambar 2.9 Kondensor ... 16

Gambar 2.10 Penampang Turbin Aksi ... 17

Gambar 2.11 Penampang Turbin Reaksi ... 17

Gambar 2.12 Perbedaan skema aliran uap antara Turbin Aksi dan Reaksi ... 18

Gambar 2.13 Bagian-bagian turbin ... 20

Gambar 2.14 Arah kecepatan uap pada sudu-sudu turbin ... 22

Gambar 2.15 Segitiga kecepatan uap untuk turbin impuls dengan dua tingkat kecepatan ... 22

Gambar 2.16 Proses ekspansi uap di dalam turbin beserta kerugian -kerugian akibat pencekikan ... 27


(13)

fungsi tinggi nosel ... 28

Gambar 2.18 Grafik untuk menentukan koefisien ψ untuk Berbagai Panjang dan profil sudu ... 29

Gambar 2.19 Celah kebocoran uap tingkat tekanan pada turbin Impuls ... 31

Gambar 3.1 Asas impuls pada sudu Turbin ... 37

Gambar 3.2 Impuls pada penampang vertikal dan melengkung ... 37

Gambar 3.3 Prinsip aksi uap pada berbagai bentuk sudu ... 38

Gambar 3.4 Sudu Turbin impuls ... 41

Gambar 3.5 Aliran uap pada nosel ... 42

Gambar 3.6 Saluran uap pada nosel ... 42

Gambar 3.7 Skema arah aliran uap pada sudu turbin ... 44

Gambar 3.8 Skema arah kecepatan uap pada sudu turbin... 45

Gambar 3.9 a). Konstruksi turbin uap impuls satu tingkat tekanan b).Grafik efisiensi turbin uap impuls dengan dua ting kat kecepatan sebagai fungsi u/c1 ... 46

Gambar 3.10 Skema segitiga kecepatan uap ... 47

Gambar 4.1 Diagram T-S siklus Rankine ... 56

Gambar 4.2 Ukuran nosel dan sudu turbin... 57

Gambar 4.3 Jarak bagi dari profil sudu turbin... 58

Gambar 4.4 Proses Penurunan kalor pada turbin uap ... 59

Gambar 4.5 Arah kecepatan uap pada sudu-sudu turbin ... 62

Gambar 4.6 Segitiga kecepatan uap ... 63


(14)

Gambar 4.8 Segitiga kecepatan uap untuk sudut nosel (α1)

Sebesar ( a ) = 20º, ( b ) = 48º ... 83 Gambar 4.9 Grafik pengaruh perubahan sudut nosel (α1) terha

dap efisiensi turbin. ... 84 Gambar 4.10 Grafik pengaruh perubahan sudut nosel (α1) terha

dap gaya tangensial turbin ... 84 Gambar 4.11 Grafik pengaruh perubahan sudut nosel (α1) terha

dap momen torsi poros turbin ... 85 Gambar 4.12 Grafik pengaruh perubahan sudut nosel (α1) terha

terhadap daya turbin ... 85 Gambar 4.13 Segitiga kecepatan uap untuk sudut masuk sudu ( β1)

sebesar ( a ) = 21° ( b) = 22° dengan sudut

α

1= 16° ... 91 Gambar 4.14 Grafik pengaruh perubahan sudut masuk sudu turbin

(β1) terhadap Efisiensi turbin dengan

memakai α1= 16º ... . 92 Gambar 4.15 Grafik pengaruh perubahan sudut masuk sudu turbin (β1) terhadap gaya tangensial turbin turbin dengan

memakai α1= 16º ... 92 Gambar 4.16 Grafik pengaruh perubahan sudut masuk sudu

(β1) turbin terhadap momen torsi poros turbin

dengan memakai α1= 16º ... 93 Gambar 4.17 Grafik pengaruh perubahan sudut masuk sudu turbin (β1) terhadap daya turbin dengan


(15)

memakai α1= 16º ... 93 Gambar 4.18 Form main windosw pada program visual basic ... 94 Gambar 4.19 Form data input ... 95 Gambar 4.20 Segitiga kecepatan uap untuk sudut nosel (α1)

Sebesar 16º ... 111 Gambar 4.21 Grafik pengaruh perubahan sudut nosel (α1) terha

dap hasil yang dihasilkan turbin. ... 111 Gambar 4.22 Segitiga kecepatan uap untuk sudut masuk sudu ( β1)

sebesar 21° dengan memakai sudut α1 = 16° ... 112 Gambar 4.23 Grafik pengaruh perubahan sudut masuk sudu

(β1) terhadap hasil yang dihasilkan turbin dengan


(16)

DAFTAR SIMBOL

1. Simbol dari abjad biasa

Simbol Arti Satuan

Ao Luas penampang sudu paling lemah cm2

As Luas plat penguat sudu cm2

a Ruang bebas bantalan mm

b Lebar sudu mm

c1 Kecepatan mutlak uap keluar nosel m/s

c1t Kecepatan uap masuk mutlak teoritis m/s

c2 Kecepatan uap pada saluran keluar m/s

d Diameter nominal sudu atau rotor mm

dp Diameter poros mm

E Modulus elastisitas poros kg/cm2

f1 Luas penampang sudu gerak cm2

g Percepatan gravitasi bumi m/s2

o

m Massa alir uap kg/s

hb Kerugian energi dalam sudu-sudu gerak kJ/kg he Kerugian energi akibat aliran keluar kJ/kg hge.a Kerugian energi karena gesekan roda dan

ventilasi

kJ/kg

Fu Gaya tangensial turbin N

hkebasahan Kerugian energi karena kelembaban uap keluar kJ/kg

hn Kerugian energi pada nosel kJ/kg

Ho Nilai penurunan kalor dengan memperhitung kan kerugian tekanan

kJ/kg

Ho’ Nilai penurunan kalor dengan memperhitungkan

kerugian tekanan dan pemipaan buang

kJ/kg

Ho,th Nilai penurunan kalor teoritis kJ/kg


(17)

i0 Kandungan kalor uap saat masuk turbin kJ/kg i1t Kandungan kalor uap saat keluar turbin kJ/kg i1’t Kandungan kalor uap setelah katup pengatur kJ/kg

l Tinggi nosel mm

l1’ Tinggi sisi masuk sudu gerak mm

l1” Tinggi sisi keluar sudu gerak mm

Mt Momen puntir kg.mm

n Putaran turbin rpm

Pu Daya mekanis turbin MW

Fu,2 Gaya yang terjadi yang searah dengan putaran

kg

Fa,2 Gaya yang bekerja akibat perbedaan momentum uap

kg

P3 Tekanan uap masuk turbin kg/cm2

P3’ Tekanan uap sebelum nosel kg/cm2

P4 Tekanan uap keluar turbin kg/cm2

Pkr Tekanan kritis kg/cm2

p Momentum sudu Kg.m/s

R Jari-jari busur dari profil sudu mm

r1 Jari-jari rata-rata sudu turbin mm

rs Jari-jari rata-rata plat penguat sudu mm

t3 Temperatur uap awal 0C

u Kecepatan keliling sudu turbin m/s

ν Volume spesifik uap m3/kg

Wy Momen perlawanan terkecil sudu cm3


(18)

2. Simbol dari abjad Yunani (Greek Letters)

Simbol Arti Satuan

α1 Sudut semburan uap ke sudu gerak yang diukur terhadap garis yang tegak lurus dengan sumbu poros

o

α2 Sudut uap keluar yang diukur terhadap garis yang tegak lurus dengan sumbu poros

o

β1 Sudut masuk sudu gerak pertama yang diukur terhadap garis yang tegak lurus dengan sumbu poros

o

β2 Sudut sudu keluar gerak pertama yang diukur terhadap garis yang tegak lurus dengan sumbu poros

o

as

ρ Massa jenis bahan Alloy Steel kg/m3

u

ρ Massa jenis uap kg/m3

∆pv Penurunan tekanan uap saat melewati katup pengatur

kg/cm2

σ Tegangan kg/cm2

τa Tegangan izin poros kg/cm

2

ω Kecepatan sudut rad/s

ηg Efisiensi generator -

ηm Efisiensi mekanis -

λ Koefisien jenis fluida pada rumus stodola -

ϕ koefisien kecepatan (angka kualitas) nosel -


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Nama Tabel Halaman

4.1 Pengaruh variasi sudut nosel (α1) terhadap kecepatan

aliran uap pada sudu-sudu turbin dan daya yang dihasilkan .... .. 77 4.2 Pengaruh variasi sudut masuk sudu ( β1) terhadap

kecepatan aliran uap pada sudu-sudu turbin dan daya yang


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangkit tenaga uap merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mengubah energi potensial yang dimiliki uap menjadi energi mekanis pada poros yang digunakan untuk memutar poros generator dengan tujuan untuk menghasilkan energi listrik. Jika suatu pembangkit tenaga (power plant) menggunakan turbin sebagai alat untuk mentransmisikan energi yang dikandung uap menjadi tenaga yang akan memutar generator, maka pembangkit tersebut lebih umum dikenal dengan turbin uap.

Dalam instalasi turbin uap, turbin memiliki peranan yang paling penting guna memperoleh hasil yang dibutuhkan. Untuk memperoleh hasil yang optimal maka efektifitas dan efisiensi menjadi hal yang utama dalam pengoperasian tersebut. Selain efektifitas dan efisiensi dalam operasi, hal yang penting juga untuk diperhatikan adalah efisiensi dan efektifitas dari komponen-komponen Instalasi turbin uap itu sendiri, artinya dalam merancang instalasinya harus menggunakan komponen yang paling efektif dan efisien. Oleh sebab itu pemilihan jenis turbin yang tepat adalah satu hal yang mutlak harus dipenuhi.

Bagian dari turbin yang berperan penting dalam hal ini adalah sudu turbin. Dimana kita ketahui celah antar sudu merupakan suatu saluran tempat laluan uap untuk mengalir. Memposisikan sudu secara tepat akan mampu mendayagunakan uap secara efisien untuk menghasilkan daya turbin. Artinya posisi atau arah sudut sudu tersebut akan menentukan besar kecilnya daya yang akan ditransmisikan ke poros turbin. Jadi dengan menentukan arah uap masuk keturbin dan posisi sudu yang menerima semburan uap harus dihitung secara cermat guna mendapatkan daya yang dihasilkan turbin semaksimum mungkin.

daya yang di transmisikan ke poros turbin dapat diatur sedemikian dengan menentukan arah uap masuk sudu dan posisi sudu yang akan menerima semburan uap.


(21)

1.2Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mendapatkan sudut sudu-sudu turbin yang paling optimal guna memperoleh daya mekanis turbin dan nilai efisiensi turbin yang semaksimal mungkin dengan bantuan menggunakan program visual basic.

1.3Batasan Masalah

Seperti yang dipaparkan diatas bahwa yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis sudut sudu-sudu turbin yang paling optimal guna menghasilkan daya yang paling maksimal. Untuk itu diperlukan analisis yang baik dan tepat. Di samping itu juga harus mudah untuk dipahami, sehingga tidak terlalu susah dimengerti oleh orang lain. Dengan demikian transpormasi nilai yang disampaikan dapat terserap dengan baik. Untuk itu dipilih jenis turbin impuls untuk dianalisis dengan memvariasikan berbagai sudut sudu turbin tersebut.

Jadi dari jenis turbin yang dianalisis dan juga merujuk kepada tujuan penulisan skripsi ini maka ada beberapa batasan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam skripsi ini, yaitu :

• Prinsip kerja turbin uap impuls

• Turbin yang digunakan turbin tingkat tunggal dua kecepatan

• Analisis aliran uap melalui sudu turbin

• Analisis sudut sudu-sudu turbin yang paling optimal untuk memperoleh daya mekanis yang maksimal

Dasar dari pemilihan jenis turbin impuls ini menjadi objek pembahasan, karena gaya yang diperoleh sudu pada turbin impuls lebih besar, ini disebabkan karena dorongan atau impuls uap yang diterima sudu lebih maksimal. Konstruksi turbin impuls ini juga lebih sederhana sehingga lebih memudahkan dalam proses menganalisis untuk memperoleh hasil yang diharapkan.


(22)

1.4 Metode Penulisan

Dalam melakukan analisis variasi sudut sudu-sudu turbin impuls ini digunakan metodelogi penulisan sebagai berikut:

1. Survey Lapangan

. Disini dilakukan peninjauan langsung kelokasi tempat unit pembangkit listrik tenaga uap itu berada yaitu Pabrik Kelapa Sawit PTP Nusantara III (Persero) Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

2. Pengambilan data dari tempat dimana dilakukan survey lapangan. 3. Studi Literatur

Berupa studi kepustakaan, kajian dari buku–buku dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan hal yang dibahas.

4. Diskusi

Berupa tanya jawab dan konsultasi dengan dosen pembimbing dan tukar pikiran dengan mahasiswa mengenai analisis yang dilakukan.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan tugas sarjana ini adalah sebagai berikut : 1. BAB I : Pendahuluan, berisikan latar belakang, maksud dan tujuan,

batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

2. BAB II : Tinjauan pustaka, berisikan tentang teori-teori tentang bagan alir dan siklus turbin uap, komponen-komponen instalasi turbin uap, serta bagian-bagian dari turbin uap itu sendiri.

3. BAB III : Prinsip dan perhitungan turbin uap impuls serta analisis aliran uap melalui sudu. Pada bab ini berisikan azas dan teori turbin impuls, prinsip aliran uap, serta segitiga kecepatan uap.


(23)

4. BAB IV : Analisis variasi sudut sudu-sudu impuls terhadap daya mekanis yang dihasilkan turbin. Pada bab ini berisikan analisis dari sudut masuk semburan uap (sudut α1) dan sudut masuk sudu (sudut β1) yang dibuat bervariasi dengan bantuan menggunakan software visual basic.

5. BAB V : Kesimpulan dan Saran, berisikan secara garis besar hasil dari analisis variasi sudut sudu-sudu turbin terhadap efisiensi energi kinetik uap dengan tujuan untuk memperoleh daya mekanis yang dihasilkan turbin yang paling maksimum.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pandangan Umum Tentang Turbin Uap Sebagai Pembangkit Tenaga

Turbin uap termasuk mesin pembangkit tenaga dimana hasil konversi energinya dimanfaatkan mesin lain untuk menghasilkan daya. Di dalam turbin terjadi perubahan dari energi potensial uap menjadi energi kinetik yang kemudian diubah lagi menjadi energi mekanik pada poros turbin, selanjutnya energi mekanik diubah menjadi energi listrik pada generator.

Turbin uap sudah sering digunakan sebagai penggerak mula pada PLTU, pompa, kompressor dan mesin-mesin lain. Jika dibandingkan dengan penggerak generator listrik yang lain, turbin uap mempunyai kelebihan antara lain adalah penggunaan panas yang lebih baik, pengontrolan putaran yang lebih mudah, dapat menghasilkan daya besar, serta investasi awal yang tidak begitu besar.

Ide turbin uap sudah lama diketahui yakni kira-kira sejak tahun 120 S.M. Hero di Alexandria membuat prototipe turbin yang pertama yang bekerja berdasarkan prinsip reaksi (lit.1, hal.3). Alat ini menjadi instalasi tenaga uap yang primitif, terdiri dari sumber kalor, bejana yang diisi dengan air, penampang berbentuk bola dengan pipa penyembur (nosel). Akibat kalor, air yang ada di dalam bejana dipanaskan dan diuapkan yang menghasilkan uap jenuh, mengalir melalui pipa-pipa vertikal (tegak lurus) dan pipa–pipa mendatar yang dimasukkan ke dalam penampang berbentuk bola tadi. Dengan kenaikan tekanan, uap yang ada di dalam penampang berbentuk bola itu dikeluarkan ke atmosfer melalui nosel. Semburan uap yang keluar dari nosel ini akan mengakibatkan terjadinya gaya reaksi pada nosel itu sendiri dan memaksa bola itu berputar pada sumbu mendatarnya.


(25)

Gambar 2.1. Mesin uap buatan Hero.

(Sumber

Keterangan :

1. Sumber kalor 2. Bejana air

3. Penampang berbentuk bola 4. Pipa vertikal

5. Nosel

6. Pipa mendatar

Beberapa abad kemudian, pada tahun 1629, giovanni Branca memberikan gambaran sebuah mesin yang dibuatnya (lit.1, hal.3), seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2. Mesin itu terdiri dari ketel uap 1, yang tutupnya dibuat berbentuk manusia, pipa panjang (nosel) 2, roda mendatar 3 dengan sudu-sudunya, poros 4 dan roda gigi transmisi 5 untuk menggerakkan kilang penumbuk 6. Uap yang dibangkitkan di dalam ketel sesudah diekspansikan pada nosel 2 memperoleh kecepatan yang tinggi. Semburan uap yang berkecepatan tinggi ini menubruk sudu-sudu roda 3 yang kemudian akan memutar roda ini. Kecepatan putar roda 3 ini dan momen putarnya pada poros 4 tergantung pada kecepatan dan


(26)

jumlah aliran uap per satuan waktu. Mesin uap buatan Branca ini, dari prinsip aksinya adalah prototipe turbin impuls.

Gambar 2.2. Mesin uap buatan Branca.

(Sumber

Keterangan :

1. Ketel Uap

2. Pipa panjang sebagai nosel 3. Roda mendatar dengan sudu-sudu 4. Poros roda mendatar

5. Roda gigi transmisi 6. Penumbuk

Kemajuan yang besar pada pengembangan dan konstruksi turbin uap dirasakan pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1890, ahli teknik berkebangsaan Swedia, Gustaf de-Laval membuat sebuah turbin uap cakram tunggal dengan kapasitas 5 dk, dengan poros fleksibel dan cakram yang kekuatannya sama.


(27)

Gambar 2.3. Turbin impuls sederhana. Keterangan :

1. Poros 2. Cakram 3. Sudu-sudu 4. Nosel

Turbin uap cakram tunggal yang paling sederhana terdiri dari bagian-bagian utama yakni : nosel ekspansi, poros dan cakram dengan sudu-sudu yang dipasang pada pinggirannya. Pada turbin-turbin jenis ini, ekspansi uap diperoleh dari tekanan awalnya sampai ke tekanan akhirnya di dalam satu atau satu grup nosel yang diletakkan pada stator turbin dan ditempatkan di depan sudu-sudu cakram yang berputar. Penurunan tekanan uap di dalam nosel diikuti dengan penurunan kandungan kalornya (heat content). Penurunan kandungan kalor yang terjadi di dalam nosel ini selanjutnya akan menyebabkan kenaikan kecepatan uap yang keluar dari nosel. Energi kecepatan semburan uap memberikan gaya impuls pada sudu-sudu dan melakukan kerja mekanis pada poros rotor turbin.

Turbin- turbin impuls satu-tingkat yang berukuran kecil dibuat dan masih sedang dikembangkan dengan kepesatan tinggi. Turbin jenis ini yang pertama dibuat oleh Gustaf de-Laval, beroperasi pada kepesatan 30.000 rpm, dan turbin tersebut dilengkapi dengan roda gigi reduksi untuk memindahkan momen putar ke mekanisme yang digerakkan, seperti generator listrik, dan lain-lain.


(28)

2.2. Analisa Termodinamika

Turbin uap bersama-sama dengan ketel uap, pompa dan kondensor, dipadukan untuk membentuk suatu siklus daya uap atau siklus rankine. Siklus ini menggunakan fluida dalam dua fasa yaitu cairan dan uap. Secara ideal proses termodinamika yang terjadi pada siklus ini adalah penekanan isentropik, penambahan kalor secara isobar, ekspansi isentropik, dan pembuangan panas isobar.

Siklus pada turbin uap adalah siklus Rankine, yang terdiri dari dua jenis siklus yaitu :

• Siklus terbuka, dimana sisa uap dari turbin langsung dipakai untuk keperluan proses.

• Siklus tertutup, dimana uap bekas dari turbin dimanfaatkan lagi dengan cara mendinginkannya pada kondensor, kemudian dialirkan kembali kepompa dan seterusnya sehingga merupakan suatu siklus tertutup.

Uap menurut keadaannya ada tiga jenis [ Lit.1 hal.95 ] yaitu : a. Uap basah, dengan kadar uap 0 < X < 1

b. Uap jenuh (saturated vapor),dengan kadar uap X = 1 c. Uap kering (Superheated vapor)

Diagram alir siklus Rankine dapat dilihat sebagai berikut:


(29)

Diagram alir siklus Rankine dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2.5. Diagram T-S Siklus Rankine.

Siklus rankine sederhana terdiri dari beberapa proses sebagai berikut : 1 → 2 : Proses pemompaan isentropik didalam pompa.

2 → 3 : Proses pemasukan kalor atau pemanasan pada tekan konstan dalam ketel uap.

3 → 4 : Proses ekspansi isentropik didalam turbin. 4 → 1 : Proses pengeluaran kalor pada tekanan konstan

Proses termodinamika dalam siklus ini (Gambar 2.4 dan 2.5) dapat diterangkan yaitu: air dipompakan masuk ke boiler hingga mencapai tekanan kerja boiler pada titik 2, kemudian di dalam boiler air dipanaskan hingga menjadi uap pada tekanan konstan terhadap fluida sehingga mencapai keadaan titik 3. Uap yang telah dihasilkan ini akan memutar steam turbine, di dalam steam turbine terjadi perubahan energi panas yang dibawa uap menjadi energi mekanik berupa putaran turbin uap. Pada tahap ini uap tersebut diekspansikan pada turbin sehingga mencapai titik 4. Setelah uap menggerakkan turbin uap akan masuk ke kondensor untuk didinginkan dan berubah fasa kembali menjadi air (titik 1) dan kemudian kembali dimasukkan kedalam boiler.


(30)

Dari proses yang terjadi pada siklus turbin uap tersebut maka besar kerja dan kalor dapat ditentukan pada masing-masing proses untuk tiap satuan massa sebagai berikut :

• Kerja Pompa WP = h2 – h1

• Penambahan Kalor pada Boiler Qin = h3 – h2

• Kerja Turbin WT = h3 – h4

• Kalor yang dibuang pada Kondensor Qout = h4 – h1

• Efisiensi Thermal ηth =

in P T

in net

Q W W Q

W

=

=

(

) (

)

(

3 2

)

1 2 4 3

h h

h h h h

−− − −

Untuk memaksimumkan efisiensi siklus, temperatur yang diberikan harus mencapai setinggi mungkin sedangkan panas yang dibuang harus pada temperatur yang serendah-rendahnya. Tekanan boiler yang tinggi akan menaikkan temperatur penguapan, sehingga menaikkan efisiensi siklus.

2.3. Komponen Instalasi Turbin Uap

1. Pompa

Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan pengaliran. Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan ketinggian atau hambatan gesek. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas, serta fluida lainnya yang tak mampu mampat. Industri-industri banyak menggunakan pompa sebagai salah satu peralatan bantu yang penting untuk proses produksi. Sebagai contoh pada pembangkit listrik tenaga uap, pompa digunakan untuk menyuplai air umpan ke boiler atau membantu sirkulasi air yang akan diuapkan di boiler.


(31)

Gambar 2.6. Pompa.

(Sumber

Pompa juga merupakan alat mesin konversi energi, tetapi mesin ini banyak diaplikasikan sebagai alat bantu proses konversi. Sebagai contoh pompa banyak dipakai sebagai alat sirkulasi air pada instalasi pembangkit tenaga uap. Pompa bekerja dengan penggerak dari luar. Jadi mesin ini adalah pengguna energi.

Secara umum pompa dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa kerja dinamis (non positive displacement pump).

Pada pompa kerja positif kenaikan tekanan cairan di dalam pompa disebabkan oleh pengecilan volume ruangan yang ditempati cairan tersebut. Adanya elemen yang bergerak dalam ruangan tersebut menyebabkan volume ruangan akan membesar atau mengecil sesuai dengan gerakan elemen tersebut. Secara umum pompa kerja

positif diklasifikasikan menjadi Pompa Reciprocating dan Pompa

Rotari

Pada pompa kerja dinamis energi penggerak dari luar diberikan kepada poros yang kemudian digunakan untuk menggerakkan baling-baling yang disebut impeler. Impeler memutar cairan yang masuk ke dalam pompa sehingga mengakibatkan energi tekanan dan energi kinetik cairan bertambah. Cairan akan terlempar ke luar akibat gaya sentrifugal yang ditimbulkan gerakan impeler. Yang termasuk jenis pompa ini adalah pompa sentrifugal


(32)

2. Boiler

Boiler sering juga disebut ketel uap, yaitu suatu komponen yang berfungsi sebagai tempat untuk menghasilkan uap, energi kinetiknya digunakan untuk memutar turbin. Uap yang dihasilkan mempunyai suhu dan tekanan tertentu sedemikian rupa hingga dapat beroperasi seefesien mungkin.

Gambar 2.7. Boiler pipa air.

(Sumber

Energi kalor yang dibangkitkan dalam sistem boiler memiliki nilai tekanan, temperatur, dan laju aliran yang menentukan pemanfaatan steam yang akan digunakan. Berdasarkan ketiga hal tersebut sistem boiler mengenal keadaan tekanan-temperatur rendah (low pressure/LP), dan tekanan-temperatur tinggi (high pressure/HP), dengan perbedaan itu pemanfaatan steam yang keluar dari sistem boiler dimanfaatkan dalam suatu proses untuk memanaskan cairan dan menjalankan suatu mesin, atau membangkitkan energi listrik dengan merubah energi kalor menjadi energi mekanik kemudian memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik (power boilers). Namun, ada juga yang menggabungkan kedua sistem boiler tersebut, yang memanfaatkan


(33)

tekanan-temperatur tinggi untuk membangkitkan energi listrik, kemudian sisa steam dari turbin dengan keadaan tekanan-temperatur rendah dapat dimanfaatkan ke dalam proses industri dengan bantuan heat recovery boiler.

Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam, dan sistem bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan dari sistem air umpan, penanganan air umpan diperlukan sebagai bentuk pemeliharaan untuk mencegah terjadi kerusakan dari sistem steam. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua perlatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.

Secara umum boiler dibagi kedalam dua jenis yaitu : boiler pipa api (Fire tube boiler) dan boiler pipa air (water tube boiler). Pada boiler pipa api proses pengapian terjadi didalam pipa, kemudian panas yang dihasilkan dihantarkan langsung kedalam boiler yang berisi air. Besar dan konstruksi boiler mempengaruhi kapasitas dan tekanan yang dihasilkan boiler tersebut. Sedangkan pada bioler pipa air proses pengapian terjadi diluar pipa, kemudian panas yang dihasilkan memanaskan pipa yang berisi air dan sebelumnya air tersebut dikondisikan terlebih dahulu melalui economizer, kemudian steam yang dihasilkan terlebih dahulu dikumpulkan di dalam sebuah steam-drum. Sampai tekanan dan temperatur sesuai, melalui tahap secondary superheater dan primary superheater baru steam dilepaskan ke pipa distribusi utama. Didalam pipa air, air yang mengalir harus dikondisikan terhadap mineral atau kandungan lainnya yang larut di dalam air tesebut. Hal ini merupakan faktor utama yang harus diperhatikan terhadap tipe ini.


(34)

3. Turbin

Turbin merupakan mesin penggerak, di mana energi fluida kerja dipergunakan langsung untuk memutarnya. Dengan adanya energi kinetis uap yang digunakan langsung untuk memutar turbin, maka dapat dikatakan juga disini, bahwa kemajuan teknologi turbin banyak dipengaruhi oleh kondisi uap yang dihasilkan. Tujuan yang ingin dicapai oleh teknologi turbin adalah mengambil manfaat sebesar-besarnya dari energi fluida kerja yang tersedia, mengubahnya menjadi energi mekanis dengan efesiensi maksimum.

Gambar 2.8. Turbin.

(Sumber

4. Kondensor

Kondensor merupakan alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengkondensasikan uap keluaran turbin. Uap setelah memutar turbin langsung mengalir menuju kondensor untuk dirobah menjadi air (dikondensasikan), hal ini terjadi karena uap bersentuhan langsung dengan pipa-pipa (tubes) yang didalamnya dialiri oleh air pendingin. Oleh karena kondensor merupakan salah satu komponen utama yang sangat penting, maka kemampuan kondensor dalam mengkondensasikan uap keluaran turbin harus benar–benar diperhatikan, sehingga perpindahan panas antara fluida pendingin dengan uap keluaran turbin dapat maksimal dan pengkondensasian terjadi dengan baik.


(35)

Kondensor terdiri dari tube-tube kecil yang melintang. Pada tube-tube inilah air pendingin dari laut dialirkan. Sedangkan uap mengalir dari atas menuju ke bawah agar mengalami kondensasi atau pengembunan. Sebelum masuk kedalam kondensor, air laut biasanya melewati debris filter yang berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran ataupun lumpur yang terbawa air laut.

Agar uap dapat bergerak turun dengan lancar dari sudu terakhir Turbin, maka vakum kondensor harus dijaga, karena dengan ada vakum pada kondensor akan membuat tekanan udara pada kondensor menjadi rendah. Dengan tekanan yang lebih rendah di kondensor, maka uap akan bisa bergerak dengan mudah menuju kondensor.

Gambar 2.9. Kondensor.

(Sumber

2.4. Klasifikasi Turbin Uap

Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan turbin uap, yaitu: 1. Berdasarkan arah aliran uapnya

a) Turbin aksial, yaitu turbin dengan arah aliran uap sejajar dengan sumbu poros.

b) Turbin radial, yaitu turbin dengan arah aliran uap tegak lurus terhadap sumbu poros.


(36)

2. Berdasarkan prinsip aksi uap yang digunakan untuk menggerakkan roda jalan turbin melalui sudu, maka turbin uap dibagi menjadi :

a) Turbin aksi (impuls), yaitu turbin yang perputaran sudu-sudu geraknya karena dorongan dari uap yang telah dinaikkan kecepatannya oleh nosel. Turbin Impuls, disebut juga turbin aksi atau turbin tekanan tetap, dimana uap mengalami ekspansi hanya pada nosel atau sudu-sudu tetap saja, sehingga tekanan uap sebelum dan sesudah sudu adalah tetap.

Gambar 2.10. Penampang Turbin Aksi.

b) Turbin reaksi, yaitu turbin yang perputaran sudu-sudu geraknya karena gaya sudu -sudu itu sendiri terhadap aliran uap yang melewatinya. Pada turbin ini proses ekspansi dari fluida kerjanya terjadi di dalam baris sudu-sudu tetap maupun sudu-sudu-sudu-sudu geraknya, sehingga tekanan uap sesudah keluar dari tiap tingkat sudu lebih rendah dari sebelumnya.


(37)

Gambar 2.12. Perbedaan skema aliran uap antara Turbin Aksi dan Reaksi.

(Sumber

3. Berdasarkan kondisi uap yang meninggalkannya

a) Turbin tekanan lawan (back pressure turbine), yaitu turbin yang tekanan uap bekasnya berada di atas tekanan atmosfir dan digunakan untuk keperluan proses.

b) Turbin kondensasi langsung, yaitu turbin yang uap bekasnya dikondensasikan langsung dalam kondensor untuk mendapatkan air kondensor pengisian ketel.

c) Turbin ekstraksi dengan tekanan lawan, yaitu turbin yang sebagian uap bekasnya dicerat (diekstraksi) dan sebagian lagi digunakan untuk keperluan proses.

d) Turbin ekstraksi dengan kondensasi, yaitu turbin yang sebagian uap bekasnya di cerat (diekstraksi) sebagian lagi dikondensasikan dalam kondensor untuk mendapatkan air kondensat pengisian ketel.

e) Turbin non kondensasi dengan aliran langsung, yaitu turbin yang uap bekasnya langsung dibuang ke udara.

f) Turbin non kondensasi dengan ekstraksi, yaitu turbin yang sebagian uap bekasnya dicerat (diekstraksi) dan sebagian lagi dibuang ke udara.


(38)

4. Berdasarkan tekanan uapnya

a) Turbin tekanan rendah, yaitu turbin dengan tekanan uap masuk hingga 2 ata.

b) Turbin tekanan menengah, yaitu turbin dengan tekanan uap masuk hingga 40 ata.

c) Turbin tekanan tinggi, yaitu turbin dengan tekanan uap masuk hingga diatas 40 ata.

d) Turbin tekanan sangat tinggi, yaitu turbin dengan tekanan uap masuk di atas 170 ata.

e) Turbin tekanan super kritis, yaitu turbin dengan tekanan uap masuk di atas 225 ata.

5. Menurut jumlah tingkat tekanan, terdiri dari :

a. Turbin satu tingkat dengan satu atau lebih tingkat kecepatan, yaitu turbin yang biasanya berkapasitas kecil dan turbin ini kebanyakan dipakai untuk menggerakkan kompresor sentrifugal.

b. Turbin impuls dan reaksi nekatingkat, yaitu turbin yang dibuat dalam jangka kapasitas yang luas mulai dari yang kecil sampai yang besar.

2.5. Bagian-Bagian Turbin

Turbin sebagai salah satu komponen dalam instalasi tenaga uap memiliki fungsi yang sangat penting guna menghasilkan daya yang akan ditransmisikan ke generator nantinya. Untuk itu, turbin juga memiliki beberapa komponen atau bagian-bagian yang dibuat sedemikian rupa guna mencapai tujuan yang dimaksudkan. Komponen atau bagian-bagian dari turbin tersebut dapat dilihat pada gambar 2.13 berikut.


(39)

Gambar 2.13. Bagian-bagian turbin.

1. Nosel (pipa pancar)

Nosel merupakan suatu laluan yang penampangnya bervariasi dimana energi potensial uap dikonversikan menjadi energi kinetik berupa pancaran uap ke sudu gerak turbin dengan jalan mengembangkan (mengekspansi) uap dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah dalam sebuah turbin. Dari penyelidikan-penyelidikan secara teoritis dan percobaan, ternyata bahwa uap yang mengalir melalui bagian nosel dengan penampang konvergen sewaktu berekspansi didalamnya hanya mencapai nilai minimum tertentu yang disebut tekanan kritis (pkr) yang sama dengan 0,577 po untuk uap jenuh dan 0,546 po untuk uap panas lanjut. Kecepatan uap pada tekanan ini disebut kecepatan kritis.

Bila tekanan sesudah nosel lebih besar dari tekanan kritis p1 > pkr, maka ekspansi uap yang terjadi hanya sampai tekanan p1, dalam hal ini digunakan nosel konvergen, sedangkan untuk mendapatkan tekanan sisi keluar p1 < pkr dan kecepatan superkritis c1 > ckr digunakan nosel konvergen divergen. Untuk menentukan jenis nosel yang digunakan dalam perencanan ini, terlebih dahulu ditentukan harga-harga tekanan kritis p kr pada tiap tiap tingkat.


(40)

Nosel sering juga digantikan dengan sudu pengarah karena fungsinya adalah mengarahkan aliran uap yang masuk turbin.

2. Sudu Tetap

Disebut sudu tetap karena keberadaannya yang memang diam (tidak bergerak). Fungsi sudu ini adalah untuk mengarahkan uap yang keluar dari sudu gerak pertama ke sudu gerak kedua.

3. Sudu Gerak

Sudu turbin disebut juga sudu jalan atau sudu gerak, dimana sudu tersebut dipasamg melingkar melalui rotor sumbu roda turbin. Apabila uap masuk ke dalam sudu lalu menekan sudu-sudu tersebut hingga berputar. Apabila rotor turbin berputar pada kecepatan tinggi maka akan terjadi gaya sentrifugal yang berusaha melepas sudu-sudu rotor dari kedudukannya.

Sudu-sudu merupakan bagian utama dari sebuah turbin, di dalam sudu-sudu daya kerja uap harus seekonomis mungkin diubah menjadi kerja keluar. Bentuk atau cara pembuatan sudu yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian .

4. Rotor Turbin

Rotor merupakan alat untuk memindahkan kerja yang dihasilkan oleh uap pada sudu-sudu jalan ke poros mesin atau melalui transmisi reduksi roda gigi.

5. Rumah Turbin

Rumah turbin merupakan komponen yang berfungsi untuk membungkus atau menutupi konstruksi turbin uap yang telah selesai dibuat, dengan maksud agar terjaga dari pengaruh luar.


(41)

2.6. Analisa Kecepatan Aliran Uap

Analisa kecepatan aliran uap yang melewati suatu sudu dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.14. Arah kecepatan uap pada sudu-sudu turbin. (Sumber : Lit.1, hal 88)

Gambar 2.15. Segitiga kecepatan uap untuk turbin impuls dengan dua tingkat kecepatan.


(42)

1. Kecepatan aktual uap keluar dari nosel (c1) :

c1 =91,5ϕ Ho' (m/det)………...Lit.1, hal 80 dimana : Ho’ = besar jatuh kalor (entalphi drop) (kkal/kg)

ϕ = koefisien kecepatan pada dinding nosel (0,91 s/d 0,98)

2. Kecepatan teoritis uap keluar dari nosel (c1t)

ϕ1 1

c

ct = (m/det)……...…...…...Lit.1, hal 24

3. Kecepatan tangensial sudu (u)

60 . . nd

u =π (m/det)……….Lit.1, hal 85

dimana : d = diameter pada turbin (m) n = putaran poros turbin (rpm)

4. Kecepatan relatif uap masuk sudu gerak pertama (w1)

w1 = c12 +u2 −2.c1.u.cosα1 (m/det)……….Lit.1, hal 33 5. Kecepatan mutlak radial uap keluar sudu gerak baris pertama (c1u)

1 1 1 c cosα

cu = (m/det)……….Lit.1, hal 76

6. Kecepatan mutlak radial uap keluar sudu gerak baris kedua (c2u) c2u =c2cosα2 (m/det)………..……..Lit.1, hal 76

7. Sudut masuk sudu gerak baris pertama (β1)

1 1 1 1

sin sin

w

c α

β = (m/det…………...Lit.1, hal 34 8. Sudut uap keluar dari sudu gerak pertama (β2)


(43)

9. Kecepatan mutlak uap keluar dari sudu gerak pertama (w2)

w2.w1 (m/det)………Lit.1, hal 34 Dimana : ψ = koefisien kecepatan pada dinding sudu gerak

10.Kecepatan relatif uap masuk ke sudu pengarah (c2)

2 2

2 2 2

2 w u 2.w .u.cosβ

c = + − (m/det)……….Lit.1, hal 34

11.Kecepatan mutlak uap keluar dari sudu pengarah (c1,)

c1'=ψgb.c2 (m/det)………...Lit.1, hal 85

12.Kecepatan teoritis uap keluar dari sudu pengarah (c’1t)

gb t

c c

ψ 1 1

'

' = (m/det)……… Lit.1, hal 85 Dimana : ψgb = koefisien kecepatan pada dinding sudu pengarah

13.Sudut keluar uap dari sudu pengarah (α’1)

α’1 = α2- (3°−5°) (m/det)..………….………….Lit.1, hal 85

14.Kecepatan relatif uap masuk sudu gerak kedua (w’1) 1

1 2 2 1

1 ' 2. '. .cos '

' c u c u α

w = + − (m/det)…………...…….…..….Lit.1, hal 85

15.Kecepatan pada pelek (rim) menjadi ( c’1U) 1

1 1 ' cos '

' c α

c u= (m/det)……….Lit.1, hal 85

16.Sudut masuk sudu gerak kedua ( β’1 )

1 1 1 1

' ' sin ' ' sin

w

c α

β = (m/det)………... Lit.1, hal 85 17.Sudut relat uap keluar dari sudu gerak kedua (β’2 )


(44)

18.Kecepatan relatif uap keluar dari sudu gerak kedua (w’2) 1

2 . '

' w

w =ψ (m/det)………....Lit.1, hal

85

Dimana : ψ = koefisien kecepatan pada dinding sudu gerak

19.Kecepatan mutlak uap keluar dari sudu gerak kedua ( c’2 )

c'2= w'22+u2−2.w'2.u.cosβ'2 (m/det)………...………..…...Lit.1, hal 85 20.Sudut keluar sudu gerak kedua ( α’2 )

2 2 2 2

' ' sin ' ' sin

c

w β

α = (m/det)……..………...Lit.1, hal 85 21.Kecepatan pada pelek ( rim ) menjadi ( c’2U )

1 2

2 ' cos '

' c α

c u= (m/det)………Lit.1, hal 85

2.7. Kerugian Energi pada Turbin Uap

Kerugian energi pada turbin adalah pertambahan energi kalor yang dibutuhkan untuk melakukan kerja mekanis pada praktek aktual dibandingkan dengan nilai teoritis yang proses ekspansinya terjadi benar-benar sesuai dengan proses adiabatik. Pada suatu tingkat turbin, jumlah penurunan kalor yang benar-benar dikonversi menjadi kerja mekanis pada poros turbin adalah lebih kecil daripada nilai-nilai yang dihitung untuk tingkat turbin yang ideal. Semua kerugian yang timbul pada turbin aktual [Menurut lit. 1, hal. 59-71] dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu :

1. Kerugian dalam, adalah kerugian yang berkaitan dengan kondisi-kondisi uap sewaktu uap tersebut mengalir melalui turbin. Misalnya : kerugian pada katup-katup pengatur, kerugian pada nosel (sudu pengarah), kerugian kecepatan keluar, kerugian akibat gesekan cakram yang merupakan tempat pemasangan sudu-sudu dan kerugian pengadukan, kerugian akibat ruang


(45)

bebas antara rotor dan cakram sudu-sudu pengarah, kerugian akibat kebasahan uap, dan kerugian pada pemipaan buang.

2. Kerugian luar, adalah kerugian yang tidak mempengaruhi kondisi-kondisi uap. Misalnya : kerugian mekanis dan kerugian akibat kebocoran uap dari perapat-perapat gland labirin.

2.7.1. Kerugian-kerugian Dalam

1. Kerugian energi pada katub pengatur

Aliran uap melalui katup-katup penutup dan pengatur disertai oleh kerugian energi akibat proses pencekikan (throtling), kerugian ini yang disebut dengan kerugian katup pengatur. Jika tekanan uap masuk adalah Po maka akan terjadi penurunan tekanan menjadi tekan awal masuk turbin Po’. Penurunan tekan awal (∆P) diperkirakan sebesar

( 3 − 5 ) % dari Po [ Menurut Lit.1 hal. 59 ].

Dimana ∆P = Po – Po’ , pada perencanaan ini diambil kerugian pada katup pengatur sebesar 5% dari tekan masuk turbin atau dapat di tuliskan :

∆P = 5%Po ………...Lit.1 hal 60 Kerugian energi yang terjadi pada katup pengatur ditentukan dengan :

∆H = Ho –Ho’ ………...Lit.1 hal 59

dimana:

Ho = nilai penurunan kalor total turbin

Ho’= nilai penurunan kalor setelah mengalami proses penurunan tekanan akibat pengaturan melalui katup pengatur dan katup penutup yang ditetapkan sebesar 3 – 5% dari Po. jadi tujuan perencanaan kerugian tekanan yaitu sebesar ∆P = 5%Po.

Adapun gambar 2.16. menunjukkan proses ekspansi uap melalui mekanisme pengatur beserta kerugian-kerugian yang lainnya yang diakibatkan pencekikan (throttling).


(46)

Disebabkan oleh proses pencekikan yang terjadi pada katub pengatur , penurunan kalor yang tersedia pada turbin akan berkurang dari Ho menjadi Ho’ dengan kata lain ada kehilangan energi yang tersedia sebesar H = Ho - Ho’.Besarnya kerugian tekanan akibat pencekikan dengan katub pengatur terbuka lebar dapat diandaikan sebesar 5 % dari tekanan uap segar Po [ Lit. 1 hal 59 ].

Gambar 2.16. Proses ekspansi uap di dalam turbin beserta kerugian-kerugian akibat Pencekikan.

2. Kerugian energi pada Nozel (hn)

Kerugian energi dalam nosel adalah dalam bentuk kerugian energi kinetis, dimana besarnya kerugian energi pada nosel disebabkan oleh adanya gesekan uap pada dinding nosel , turbulensi, dan lain-lain. Kerugian energi pada nosel ini dicakup oleh koefisien kecepatan nosel (φ) yang sangat tergantung pada tinggi nosel.


(47)

kg kj c

c

hn t /

2000

2 1 1 2 −

= ………...Lit.1 hal 25

dimana :

hn = besarnya kerugian pada nosel cit = kecepatan uap masuk nosel teoritis

ϕ = koefisien kecepatan pada dinding nosel (0,93 s/d 0,98) c1 = kecepatan aktual uap keluar dari nosel

Untuk tujuan perancangan, nilai-nilai koefisien kecepatan nosel dapat diambil dari grafik yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.17. Grafik untuk menentukan koefisien kecepatan ϕ sebagai fungsi tinggi nosel.

(sumber : Lit.1, hal 61)

3. Kerugian energi pada sudu gerak

Kerugian pada sudu gerak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

• kerugian akibat tolakan pada ujung belakang sudu.

• Kerugian akibat tumbukan.

• Kerugian akibat kebocoran uap melalui ruang melingkar.

• Kerugian akibat gesekan.

• Kerugian akibat pembelokan semburan pada sudu.

Semua kerugian diatas disimpulkan sebagai koefisien kecepatan sudu gerak (ϕ). Akibat koefisien ini maka kecepatan relatif uap keluar dari sudu w2 lebih kecil dari kecepatan relatif uap masuk sudu w1.


(48)

Kerugian kalor pada sudu gerak pertama

2000

2 2 2 1 ' w w hb

= (kJ/kg)…...Lit.1, hal 85

Kerugian pada sudu gerak baris kedua

2000 ' '12 22

" w w

hb = − (kJ/kg)……...Lit.1, hal 86 dimana :

w1 = kecepatan relatif uap masuk sudu gerak I w2 = kecepatan relatif uap keluar sudu gerak I w’1 = kecepatan relatif uap masuk sudu gerak II w’2 = kecepatan relatif uap keluar sudu gerak II

Untuk keperluan rancangan maka faktor ψ dapat diambil dari grafik berikut dibawah ini:

Gambar 2.18. Grafik untuk menentukan koefisien kecepatan ψ untuk berbagai panjang dan profil sudu.

(Sumber : Lit.1, hal 62)

4. Kerugian energi pada sudu pengarah

2000

2 1 2 2 c c

hgb = − (kJ/kg)……….Lit.1, hal 64

5. Kerugian energi akibat kecepatan keluar

Uap meninggalkan sisi keluar dari sudu gerak dengan kecepatan mutlak sebesar c2. oleh sebab itu sehingga kerugian energi kinetik atau kehilangan energi


(49)

akibat kecepatan uap keluar c’2 tersebut untuk tiap 1 kg uap dapat ditentukan dengar menggunakan rumus seperti dibawah ini.

2000 '22 c

he = (kJ/kg)………..Lit.1, hal 63

6. Kerugian energi akibat gesekan cakram

Kerugian gesekan terjadi diantara cakram turbin yang berputar dengan uap yang menyelubunginya. Cakram yang berputar itu menarik pertikel-pertikel yang ada didekat permukaannya dan memberi gaya searah dengan putaran. Sejumlah kerja mekanis digunakan untuk mengatasi pengaruh gesekan dan pemberian kecepatan ini. Kerja yang digunakan untuk melawan gesekan dan percepatan-percepatan partikel uap ini pun akan di konversikan menjadi kalor, jadi akan memperbesar kalor kandungan uap.

Kerugian akibat gesekan cakram dan ventilasi dalam satu kalor dapat ditentukan dari persamaan berikut:

187 , 4 . 427 102

. oca

m Ng a

hge = (kJ/kg)………...Lit.1, hal 64

dimana :

o

m = massa aliran uap melalui tingkat turbin (kg/s) Nge.a = daya gesek dari ventilasi cakram ( kW )

Adapun penentuan daya gesek dari ventilasi cakram ini sering dilakuakn dengan memakai rumus berikut :

( )

kW l

n d a

Nge. =β⋅10−10⋅ 4⋅ 3⋅ ⋅γ ………...Lit.1 hal 64 dimana :

β = koefisien yang sama dengan 2,06 untuk cakram baris ganda d = diameter cakra yang diukur pada tinggi rata-rata sudu (m) n = putaran poros turbin (rpm)

l = tinggi sudu (cm)

ρ = Massa jenis uap dimana cakram tersebut berputar (kg/m3) = 1/ν , ν = volume spesifik uap pada kondisi tersebut (m3/kg)


(50)

7. Kerugian energi pada ruang bebas pada turbin impuls

Ada perbedaan tekanan di antara kedua sisi cakram nosel yang dipasang pada stator turbin, sebagai akibat ekspansi uap di dalam nosel. Diafragma yang mempunyai sudu-sudu gerak adalah dalam keadaan berputar,

sementara cakram-cakram adalah dalam keadaan diam sehingga selalu ada ruang bebas yang sempit antara cakram-cakram putar dan diafragma.

Tekanan sebelum melewati diafragma adalah P1 dan tekanan sesudah cakram yang mempunyai sudu-sudu gerak adalah P2. Oleh sebab itu, seluruh penurunan tekanan yang terjadi pada perapat labirin dari P1 hingga ke P2 didistribusikan diantara ruang-ruang A, B, C, D, E, dan F. Adanya perbedaan tekanan menyebabkan adanya kebocoran melalui celah ini, yang besarnya :

h kebocoran = o

kebocoran o

m m

( i0 - i2) (kJ/kg)……...Lit.1, hal 64

Dimana m’ kebocoran ditentukan berdasarkan tekanan kritis, yaitu : Pkr =

5 , 1 85 ,

0 1

+ ⋅

z P

...Lit.1, hal 67

Gambar 2.19. Celah kebocoran uap tingkat tekanan pada turbin impuls. (sumber : Lit.1, hal 62)

Bila tekanan kritis lebih rendah dari P2, maka kecepatan uap di dalam

labirin adalah lebih rendah daripada kecepatan kritis dan massa alir kebocoran ditentukan dengan persamaan :


(51)

o

mkebocoran = 100 fs

1 1

2 2 2 1 )

(

υ

zP P P

g(kg/det)………....Lit.1, hal 67

sebaliknya, bila tekanan kritis lebih tinggi dari P2 , maka kecepatan uap adalah lebih tinggi dari kecepatan kritisnya dan massa alir kebocoran dihitung :

o

mkebocoran = 100 fs

1 1

5 ,

1 v

P z

g ×

+ ………...Lit.1, hal 67

2.7.2. Kerugian-kerugian Luar

1. Kerugian Mekanis

Kerugian mekanis disebabkan oleh energi yang digunakan untuk mengatasi tahanan yang diberikan oleh bantalan luncur, seperti bantalan luncur generator atau mesin yang dihubungkan dengan poros turbin.

2.8. Efisiensi Turbin Uap

1. Efisiensi relatif sudu

Hubungan antara kerja satu kilogram uap Lu pada keliling cakram yang

mempunyai sudu-sudu gerak terhadap kerja teoritis yang dapat dilakukannya adalah :

u u u

u

i i

L A L L

− = =

0 0

.

η ...Lit.1, hal 71 2. Efisiensi relatif dalam (Internal relatife eficiency)

Hubungan antara kerja yang bermanfaat yang dilakukan oleh sudu dengan 1 kg uap pada tiap tingkat atau di dalam turbin terhadap kerja teoritis yang tersedia adalah :


(52)

0 1 0 2 0 0 0 ' H H i i i i L L i t i i = −− = =

η ……...Lit.1, hal 71 3. Efisiensi termal

Hubungan antara penurunan kalor adiabatik teoritis di dalam turbin dan kalor yang tersedia dari ketel adalah :

q i i i q i H t t − − = − = 0 1 0 0 0

η ...Lit.1, hal 71 4. Efisiensi relatif efektif

Hubungan antara efisiensi mekanis dengan efisiensi internal turbin adalah :

i m re η .η0

η = ...Lit.1, hal 71 Besarnya efisiensi mekanis ditentukan dari gambar diatas sedangkan efisiensi efektif relatif dapat ditentukan berdasarkan grafik [lit. 2, hal. 88]

Daya dalam turbin dapat dituliskan sebagai berikut :

• Daya dalam turbin

102 . . 427 0 i i H m

N = (kW) ...Lit.1, hal 71

• Daya efektif atau daya poros yang dihasilkan pada turbin adalah :

i m

ef N

N =η . ...Lit.1, hal 72

Daya efektif turbin dapat juga diperoleh dari hubungan antara daya yang dibangkitkan pada terminal generator Ne dan effisiensi generator ηg, yaitu :

efektif e g N N =


(53)

BAB III

PRINSIP DAN PERHITUNGAN TURBIN IMPULS SERTA

ANALISIS ALIRAN UAP MELALUI SUDU TURBIN

3.1. Dasar Teori Impuls

3.1.1. Prinsip Impuls dan Momentum

Di dalam ilmu fisika ditunjukkan bahwa konsep usaha dan konsep energi tumbuh berdasarkan hukum-hukum gerak Newton. Impuls merupakan kosep yang mirip dengan konsep tersebut, yakni juga timbul berdasarkan hukum-hukum tersebut. Dalam ilmu mekanika impuls pada sutu benda terjadi akibat adanya perubahan momentum benda tersebut dalam selang waktu tertentu. Namun perlu diketahui bahwa impuls diartikan sebagai gaya yang bekerja pada benda dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini menjadi dasar persamaan impuls nantinya. Sedangkan momentum suatu benda tersebut dalam fisika didefinisikan sebagai hasil kali massa benda dengan kecepatan gerak benda tersebut. Secara matematis ditulis (Lit.3, hal 214) :

p=mv...(3.1)

p adalah lambang momentum, m adalah massa benda dan v adalah kecepatan benda. Momentum merupakan besaran vektor, jadi selain mempunyai besar alias nilai, momentum juga mempunyai arah. Besar momentum p = mv. Arah momentum sama dengan arah kecepatan.

Dari persamaan di atas, tampak bahwa momentum (p) berbanding lurus dengan massa (m) dan kecepatan (v). Semakin besar kecepatan benda, maka semakin besar juga momentum sebuah benda. Demikian juga, semakin besar massa sebuah benda, maka momentum benda tersebut juga bertambah besar.

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa ada hubungan antara impuls dan momentum. Hubungan tersebut dapat dilihat dari persamaan berikut (Lit.3, hal 214) :


(54)

F= t p

...(3.2)

Dimana : F = gaya total yang bekerja pada benda p

∆ = perubahan momentum

t

∆ = selang waktu perubahan momentum

Jika kita tinjau suatu partikel bermassa m yang bergerak dalam suatu bidang xy dan mengalami gaya resultan F yang besar dan arahnya dapat berubah, maka berdasarkan hukum kedua Newton pada setiap saat diperoleh :

F = m. a Jika : a =

dt dv

, maka

F = m. dt dv

F.dt = m.dv

Kalau v1 adalah kecepatan ketika t = t1 dan v2 adalah kecepatan ketika t = t2, maka

:

2 1

t

t F.dt =

2

1

v

v m.dv

2 1

t

t F.dt = m. v2 – m. v1 = m ( v2 – v1 )

Bila t1 = 0 dan t2 = t, maka :

F.t = m ( v2 – v1 )

F =

o


(55)

3.1.2. Asas Impuls Pada Turbin

Pada roda turbin terdapat sudu dan fluida kerja mengalir melalui ruang di antara sudu tersebut. Apabila jika ternyata roda turbin dapat berputar akibat semburan uap, maka ada gaya yang bekerja pada sudu. Gaya tersebut timbul karena terjadinya perubahan momentum dari fluida kerja yang mengalir di antara sudu yang dianggap sangat efektif untuk menghasilkan gaya dorong. Gaya dorong harus lebih besar atau sekurang-kurangnya sama dengan berat turbin dan porosnya, agar turbin dapat berputar dengan lebih ringan.

Karena sudu-sudu tersebut dapat bergerak bersama-sama dengan roda turbin, maka sudu tersebut dinamakan sudu gerak. Sebuah roda turbin bisa saja terdapat beberapa baris sudu gerak yang dipasang berurutan dalam arah aliran fluida kerja. Setiap baris sudu terdiri dari sudu-sudu yang disusun melingkari roda turbin, masing-masing dengan bentuk yang sama. Turbin dengan satu baris sudu gerak dinamai bertingkat tunggal. Sedangkan turbin dengan beberapa baris sudu gerak dinamai turbin bertingkat ganda. Proses fluida kerja mengalir melalui baris sudu yang pertama, kemudian baris kedua, ketiga dan seterusnya. Namun sebelum mengalir ke setiap baris sudu berikutnya, fluida kerja melalui baris sudu yang bersatu dengan rumah turbin. Dan karena sudu tersebut terakhir tidak berputar, sudu tersebut dinamakan sudu tetap, yang berfungsi mengarahkan aliran fluida kerja masuk kedalam sudu gerak berikutnya, sudu pengarah bisa juga disebut sebagai nosel.

Turbin uap adalah mesin rotari yang bekerja karena terjadi perubahan energi kinetik uap menjadi energi mekanis melalui poros turbin. Proses perubahan itu terjadi pada sudu-sudu turbin. Fluida uap dengan energi potensial yang besar berekspansi sehingga mempunyai energi kinetik tinggi yang akan medorong sudu, karena dorongan atau tumbukan tersebut, sudu kemudian bergerak. Proses tumbukan inilah yang dinamakan dengan Impuls.


(56)

Gambar 3.1. Asas impuls pada sudu Turbin

Gambar 3.2. Impuls pada penampang vertikal dan melengkung

3.2.Aliran Uap Melalui Bentuk Penampang Sudu Yang Bervariasi

Semburan uap yang mengalir melalui bentuk penampang sudu yang berbeda, ternyata akan menghasilkan gaya dan energi yang berbeda pula. Artinya bentuk dari penampang suatu sudu akan mempengaruhi besar kecilnya energi mekanis yang akan dihasilkan.

Gambar 3.3 menunjukkan prinsip aksi uap pada berbagai bentuk sudu. Dapat ditunjukkan bahwa gaya Fu yang diberikan oleh uap pada berbagai bentuk sudu dengan kondisi aliran yang serupa, tidak akan sama. Untuk jenis aliran yang


(57)

berbeda seperti ditunjukkan pada gambar 3.3, gaya-gaya ini dengan mudah dapat dievaluasi.

Gambar 3.3. Prinsip aksi uap pada berbagai bentuk sudu.

Misalkan kecepatan awal uap pada sisi keluar nosel untuk ketiga penampang tersebut adalah sama, sama dengan c1t, tetapi dalam arah yang berbeda sesuai dengan permukaan yang menerimanya.

Kasus (a)

Uap dengan kecepatan awal c1t menubruk benda A dalam arah tegak lurus terhabap permukaan yang menerimanya dan mengalami perubahan arah aliran sebesar 90o sewaktu memencar ke segala arah di permukaan benda tersebut, sehingga proyeksi kecepatan c2 terhadap arah aksi gaya F1 sama dengan nol.


(58)

Dengan mensubstitusikan kecepatan-kecepatan awal dan akhir uap c1t dan c2, kita akan mendapatkan gaya yang diberikan yang searah dengan kecepatan c1t.

F1 =

o

m ( c1t – c2 )

F1 =

o

m ( c1t – 0 )

F1 =

o

m . c1t

Kasus (b)

Dengan mengabaikan kerugian akibat gesekan pada permukaan yang melengkung, akan diperoleh

c2 = – c1t

Jadi gaya F2 yang bekerja searah dengan kecepatan c1t dari persamaan (3.3), akan sama dengan :

F2 =

o

m ( c1t – c2 )

F2 =

o

m ( c1t + c2 )

Kasus (c)

Dengan tetap mengabaikan kerugian-kerugian pada permukaan sudu seperti pada kasus (b), sekali lagi diperoleh

c2 = – c1t

Dalam hal ini semburan uap pada tempat masuk kepermukaan sudu begitu juga pada tempat keluar dari sudu tidak mengalir dalam arah yang sejajar dengan arah gaya F3 yang bekerja pada benda tersebut. Dan oleh sebab itu segera terbukti bahwa pada kecepatan c1t dan c2 harus disubstitusikan nilai-nilai proyeksi kecepatan semburan uap tadi terhadap arah aksi gaya F3.


(59)

Komponen-komponen kecepatan c1t dan c2 yang searah dengan garis aksi F3, dengan demikian adalah sama dengan :

c’1t = c1t cos α1 c’2 = c2 cos α1 jadi

F3 =

o

m ( c’1t – c’2 )

F3 =

o

m ( c1t cos α1+c2 cos α1 )

Dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan di atas ternyata bahwa gaya maksimum diperoleh untuk kasus (b) dimana semburan uap yang mengalir sepanjang permukaan sudu mengalami pembalikan arah sebesar 180o. Akan tetapi dalam pembuatan turbin uap, aliran uap yang demikian itu tidak mungkin diperoleh, dan oleh sebab itu, seperti yang ditunjukkan pada kasus (c), semburan uap diarahkan dengan suatu besar sudut tertentu, baik dari sisi keluar nosel maupun dari sudu gerak. Akan tetapi sudut kemiringan ini terhadap bidang putar sudu-sudu dibuat sekecil mungkin (lit.1 halaman 16).


(60)

3.3. Prinsip Turbin Impuls

Turbin impuls adalah turbin yang mempunyai roda jalan atau rotor dimana terdapat sudu-sudu impuls. Sudu-sudu impuls mudah dikenali bentuknya, yaitu simetris dengan sudut masuk β1 dan sudut keluar β2 yang sama. Bentuk turbin impuls pendek dengan penampang yang konstan. Ciri yang lain adalah secara termodinamika penurunan energi terbanyak pada nosel, dimana pada nosel terjadi proses ekspansi atau penuruan tekanan. Sudu-sudu turbin uap terdiri dari sudu tetap dan sudu gerak. Sudu tetap berfungsi sebagai nosel dengan energi kinetik yang naik, sedangkan pada sudu begerak tekanan adalah konstan atau tetap. Dari karakteristik tersebut, turbin impuls sering disebut turbin tekanan sama. Bentuk dari sudu tetap turbin impuls ada dua macam yaitu bentuk simetris dan bentuk tidak simetris. Pada bentuk sudu tetap simetris, profile kecepatan dan tekanan adalah sama, tidak ada perubahan kecepatan dan tekanan. Sedangkan pada sudu tetap yang berfungsi sebagi nosel mempunyai bentuk seperti nosel yaitu antar penampang sudu membetuk penampang yang menyempit pada ujungnya. Karena bentuknya nosel, kecepatan akan naik dan tekanan turun. Bentuk pertama simetris dipakai pada turbin uap Curtis dan bentuk yang kedua dipakai turbin uap Rateau.

Gambar 3.4. Sudu Turbin impuls.

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pada turbin uap agar sudu gerak dapat berputar maka dibutuhkan semburan uap yang akan memberikan dorongan (impuls) pada sudu jalan tersebut. Uap yang disemburkan harus memiliki kecepatan tinggi agar memperoleh energi kecepatan yang besar. Untuk itu maka sebelum memasuki sudu jalan, uap dari ketel harus diekspansikan di dalam nosel atau sudu pengarah.


(61)

Gambar 3.5. Aliran uap pada nosel.

3.4. Perubahan Energi Thermal Menjadi Energi Kinetis

Ci

Co

Po To

Pi

o

i

Gambar 3.6. Saluran uap pada nosel.

Bila uap berekspansi melalui orifice yang kecil, akan menghasilkan energi yang seimbang dengan perubahan entalpinya. Energi kinetis diserap oleh sudu-sudu turbin yang akan menghasilkan ekspansi isentropis. Kecepatan uap keluar nosel sangat dipengaruhi oleh besarnya perbandingan tekanan keluar dan tekanan


(62)

masuk. Dengan hukum kekekalan energi disebutkan bahwa energi sebelum dan sesudah nosel harus sama (Lit 2 hal 93), maka :

1000 . 2

2

o

c

+po.vo+uo=

1000 . 2

2

i

c

+ pi.vi + ui kJ/kg………...(3.4)

; p.v + u = h, maka :

1000 . 2

2

o

c

+ ho =

1000 . 2

2

i

c

+ hi

1000 . 2

2

i

c -

1000 . 2

2

o

c

= ho - hi

ci =

2 0 0 )

( 1000 .

2 hhi +c ………(m/s)

; jika co = 0, maka

ci = 44,72 (h0 −hi)

dimana ci = c1t, maka


(63)

3.5. Transformasi Energi Pada Sudu

Gambar 3.7. Skema arah aliran uap pada sudu turbin.

Dari proses aliran uap yang melalui nosel atau sudu pengarah hingga keluar dari sudu gerak, dapat dibentuk suatu skema aliran uap. Skema tersebut dapat dilihat berikut ini.


(64)

α

β

β

α

α

β

β

α

Gambar 3.8. Skema arah kecepatan uap pada sudu turbin

c1

= Kecepatan uap mutlak meninggalkan nosel

u = Kecepatan tangensial sudu w1 = kecepatan relatif uap masuk sudu

w2 = Kecepatan relatif uap meninggalkan sudu

c2 = Kecepatan mutlak uap masuk sudu pengarah

1

α = sudut nosel

1

β = sudut masuk sudu

2

α = sudut keluar fluida

2


(65)

3.6. Analisis Kecepatan Aliran Uap

Gambar 3.9 a).Konstruksi turbin uap impuls satu tingkat tekanan. b).Grafik efisiensi turbin uap impuls dengan dua tingkat

kecepatan sebagai fungsi u/c1.

Pada gambar diatas adalah skema turbin De laval atau turbin impuls satu tahap. Turbin terdiri satu atau lebih nosel konvergen divergen dan sudu-sudu impuls terpasang pada roda jalan (rotor). Pengontrolan putaran dengan jalan menutup satu atau lebih nosel konvergen divergen.

Adapun cara kerjanya adalah sebagai berikut. Aliran uap panas masuk nosel konvergen divergen, di dalam nosel uap berekspansi sehingga tekanannya turun. Berbarengan dengan penurunan tekanan, kecepatan uap panas naik, hal ini berarti terjadi kenaikan energi kinetik uap panas. Setelah berekspansi, uap panas menyembur keluar nosel dan menumbuk sudu-sudu impuls dengan kecepatan abolut c1. Pada sudu-sudu impuls uap panas memberikan sebagian energinya ke


(66)

pada sudu-sudu turbin adalah konstan atau tetap, sedangkan kecepatan uap keluar sudu berkurang menjadi c2..

Berdasarkan arah aliran uap yang mengalir melalui nosel atau sudu pengarah dan melalui sudu gerak turbin maka dapat digambarkan suatu skema segi tiga kecepatan uap, yang kemudian melalui skema tersebut dapat ditentukan kecepatan uap tersebut.

Gambar 3.10. Skema segitiga kecepatan uap.

Dari segitiga kecepatan diatas, panjang pendeknya garis adalah mewakili dari besar kecepatan masing-masing. Sebagai contoh, fluida masuk sudu dari nosel dengan kecepatan c1 kemudian keluar dari nosel berkurang menjadi w1

dengan garis yang lebih pendek, artinya sebagian energi kinetik fluida masuk sudu diubah menjadi energi kinetik sudu dengan kecepatan u, kemudian fluida yang sudah memberikan energinya meningglkan sudu dengan kecepatan c2.

1. Kecepatan aktual uap keluar dari nosel (c1t) adalah :

h

c1t =44,27 ∆ m/s..………..……..….(3.6)

dimana : ∆h = besar jatuh kalor (entalphi drop) (kj/kg)

2.Kecepatan teoritis uap keluar dari nosel (c1)

ϕ

.

1 1 ct

c = (m/s)...……….….(3.7)


(67)

3.Kecepatan tangensial sudu (u)

60 . . nd

u=π (m/s)...…………..……….(3.8)

dimana : d = diameter pada turbin (m) n = putaran poros turbin (rpm)

4. Kecepatan relatif uap masuk sudu gerak pertama (w1) 1

1 2 2 1

1 c u 2.c.u.cosα

w = + − (m/s)...…..……….…..…( 3.9)

5. Kecepatan mutlak radial uap keluar sudu gerak baris pertama (c1u) 1

1 1 c cosα

cu = (m/s)....…..….…………...….(3.10)

6. Kecepatan mutlak radial uap keluar sudu gerak baris kedua (c2u) 2

2 2 c cosα

c u = (m/s)………...(3.11)

7. Sudut masuk sudu gerak pertama (β1)

1 1 1 1

sin sin

w

c α

β = (m/s)....………...(3.12)

8. Sudut relatif uap keluar dari sudu gerak pertama (β2)

β21 −(3°−5°) (m/s)..………...…………...(3.13) 9. Kecepatan mutlak uap keluar sudu gerak pertama (w2)

w2 =ψ.w1 (m/s).…………..………...….(3.14)

Dimana : ψ= koefisien kecepatan pada dinding sudu gerak

10.Kecepatan relatif uap masuk sudu pengarah (c2)

2 2 2 2

2

2 w u 2.w .u.cosβ


(68)

11.Kecepatan mutlak uap keluar sudu pengarah (c1,)

c1'=ψgb.c2 (m/s)...……….(3.16)

Dimana ψgb= koefisien kecepatan untuk sudu pengarah

12.Kecepatan teoritis uap pada sisi keluar dari sudu pengarah (c’1t)

ϕ1 1

'

' c

c t= (m/s)…..……….(3.17)

13.Sudut keluar uap dari sudu pengarah (α’1)

α’1=α2-(3°−5°) (m/s)………...………..(3.18)

14.Kecepatan relatif uap masuk sudu gerak kedua (w’1)

w'1= c'12+u2−2.c'1.u.cosα'1 (m/s)…...………..(3.19) 15.Kecepatan pada pelek (rim) menjadi ( c’1U)

1 1

1 ' cos '

' c α

c u = (m/s)….…...………..….(3.20)

16.Sudut masuk sudu gerak kedua ( β’1 )

1 1 1 1

' ' sin ' ' sin

w

c α

β = (m/s)...….………(3.21)

17.Sudut uap keluar dari sudu gerak kedua (β’2 )

β'2=β'1−(3°−5°) (m/s)…..……...……….(3.22) 18.Kecepatan mutlak uap keluar dari sudu gerak kedua (w’2 )

1 2 . '

' w

w =ψ (m/s)...……...…...………….(3.23)

Dimana : ψ = koefisien kecepatan pada dinding sudu gerak

19.Kecepatan relatif uap keluar dari sudu gerak kedua ( c’2 )


(69)

20.Sudut keluar dari sudu gerak kedua ( α’2 )

2 2 2

2

' ' sin . ' ' sin

c

w β

α = (m/s)...……..…..(3.25)

21.Kecepatan pada pelek ( rim ) menjadi ( c’2U )

c'2u=c'2cosα'1 (m/s)..………...……..(3.26)

3.7. Gaya Tangensial Turbin

Gaya tangensial turbin ditentukan berdasarkan prinsip impuls yang terjadi pada sudu. Yang mana impuls tersebut terjadi akibat adanya perubahan momentum pada sudu, dan perubahan momentum tersebut diakibatkan oleh adanya perubahan kecepatan uap yang mengalir pada sudu.

Fu=

o

m

∑(c1U+c2U) ……….………...…….…………(3.27)

Fu=

o

m

[(c1U+c2U)+(c’1U+c’2U)]

=

o

m

[ (c1 cosα 1 +c2 cos α 2)+ (c’1 cosα’1 + c’2 cos α ’2)]

Dimana

*c1 cosα1 + c2 cos α 2 = w1cosβ1 + w2 cosβ2

;w2 = ψ w1 c1 cosα 1 + c2 cos α 2 = w1cosβ1 + ψ w1 cosβ2

c1 cosα 1 + c2 cos α 2 = (1 + ψ ) cos cos

1 2 β

β w1cosβ1


(70)

c1 cosα 1 + c2 cos α 2 = (1 + ψ ) cos cos

1 2 β

β ( c1 cosα1 – u)

* c’1 cosα ’1 + c’2 cos α ’2 = w’1cosβ’1 + w’2 cosβ’2

;w’2 = ψ w’1 C’1 cosα’1 + c’2 cos α’2 = w’1cosβ’1 + ψ w’1 cosβ’2 C’1 cosα’1 + c’2 cos α’2 = (1 + ψ )

' cos

' cos

1 2 β

β w’1cosβ1

; w’1cosβ’1= c’1 cosα ’1 – u C’1 cosα’1 + c’2 cos α’2 = (1 + ψ )

' cos

' cos

1 2 β

β ( c’1 cosα 1 – u)

Sehingga persamaan diatas menjadi : Fu =

o

m

[ (c1 cosα 1 +c2 cos α 2)+ (c’1 cosα’1 + c’2 cos α ’2)]

Fu=

o

m

[(1+ψ )

cos cos

1 2 β β (c

1cosα 1–u)+(1+ψ ) ' cos

' cos

1 2 β β (c’

1cosα ’1–u)] (N) .…...………...(3.28)


(71)

3.8. Kerja Turbin Uap Berdasarkan Prinsip Aksi Uap

Seperti penjelasan sebelumnya bahwa untuk menentukan variabel-variabel yang mendukung performa turbin, semuanya merujuk kepada proses aliran uap yang terjadi ketika memasuki sudu hingga meninggalkan sudu. Semburan uap yang keluar dari nosel atau kelompok nosel yang diam akan memberikan gaya pada sudu turbin yang besarnya adalah Fu (Newton) dalam arah putarnya. Gaya Fu yang dihasilkan oleh uap sewaktu uap tersebut di dalam laluannya melalui sudu turbin duibah menjadi kerja mekanis pada pinggir sudu. Kerja yang dilakukan oleh satu kilo gram uap pada keliling cakram dalam selang waktu satu detik adalah :

Lu=

o

m .u∑(c1u+c2u) ( J/s) …..………..…....………..(3.29)

Lu=

o

m .u[(c1u+c2u)+(c’1u+c’2u)]

dimana u adalah kecepatan keliling sudu-sudu turbin dalam m/s.

3.9. Efisiensi Turbin Uap

Kerja teoritis uap pada pinggir cakram untuk turbin ideal, dengan kata lain tidak adanya kerugian baik pada nosel ataupun pada sudu akan sama dengan energi kinetis uap per detik. Maka kerja teoritis uap pada pinggir cakram perdetiknya adalah :

Lo = EKmaks =

2

2 1t

o

c


(72)

Sedangkan hubungannya dengan efisiensi turbin uap dapat dicari dengan menggunakan perbandingan antara kerja mekanis yang dihasilkan turbin dengan kerja teoritis uap pada pinggir cakram dimana masing-masing kerja ini dalam persatuan waktu, sehingga dapat dibuat rumus efisiensi sebagai berikut:

o u u L L =

η ………...(3.31)

2 1

2 1 2

1

)

(

'

'

)]

.[(

.

.

2

t o u u u u o u

c

m

c

c

c

c

u

m

+

+

+

=

η

2 1 2 1 2

1

)

(

'

'

)]

.[(

.

2

t u u u u u

c

c

c

c

c

u

+

+

+

=

η

…...………..(3.32)

Dan jika kita jabarkan,maka akan didapat persamaan menjadi:

2 1 1 1 1 2 1 1

2 )( ' cos ' )

' cos ' cos 1 ( ) cos )( 1 cos cos 1 ( . 2 t u c u c u c u      + + + =

α

β

β

ψ

α

β

β

ψ

η

Dimana ; 2 2 1 2 1

ϕ

c

c

t

=

Maka ; 2 2 1 1 1 1 2 1 1

2 )( ' cos ' )

' cos ' cos 1 ( ) cos )( 1 cos cos 1 ( . 2 ϕ α β β ψ α β β ψ η c u c u c u u       + + + =       − + + − +

= )( . ' cos ' )

' cos ' cos 1 ( ) cos )( cos cos 1 ( 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 c u c c u c u c u u

α

β

β

ψ

α

β

β

ψ

ϕ

η

1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 ) ' cos ' )( ' cos ' cos 1 ( ) )(cos cos cos 1 ( 2 c u c u c c c u u       − + + − +

= ϕ ψ ββ α ψ ββ α

η

………...……….(3.33) Jika ; β1= β2, dan β’1= β’2 maka :


(1)

11.William Kearton J, Steam Turbine Theory and Practice, seventh edition, The english language book society and pitman publishing, Lipervool 1972. 12.Ballaney PL, Thermal Engineering, ninenth edition, Khanna Publisher,

1987

13.Kulshrestha S.K, Termodinamika Terpakai, Teknik Uap dan Panas, UI-Press Jakarta, 1989


(2)

(3)

SATUAN PANJANG

1 mil : 1760 yards 1 pound (lb) : 16 ounces

: 5280 feet : 7000 grains

: 1,609 km : 0,454 kg

1 yard : 3 feet 1 ounces (oz) : 0,0625 pound

: 0,914 meter : 28,35 gr

1 foot : 12 inches 1 grain : 64,8 mgr

: 308,4 mm : 0,0023 ounces

1 inch : 25,4 mm 1 lb/ft : 1,488 kg/m

100 ft/min : 0,508 m/det 1 metrik ton : 1000 kg

1 km : 1000 meter : 0,984 long ton

: 1094 yard : 2205 lbs

: 3281 feet 1 kilogram : 1000 gram

: 0,621 mil : 2,205 pounds

1 meter : 1000 mm 1 gram : 1000 mgr

: 39,37 inches : 0,03527 ounces

1 mikron : 0,001 mm : 15,43 grains

: 0,000039 inch 1 kg/m : 0,672 lbs/ft

1 m/det : 196,9 ft/min 1 US short : 2000 lbs

SATUAN BERAT : 907 kg

1 US long ton : 2240 lbs : 1016 kg


(4)

SATUAN LUAS

1 mil2 : 640 acres 1 US Gallon : 0,833 Imp Gallon

: 259 hektar : 3,785 liter

1 acre : 4840 sq yards : 231 cu inches

: 0,4047 hektar 1 US Barrel : 42 US gallon

1 sq yard : 9 sq feet : 35 Imp gallon

: 0,836 m2 1 m3 : 1000 liter

1 km2 : 100 hektar : 1,308 cu yards

: 0,3861 sq mil : 35,31 cu feet

1 sq foot : 144 sq inches 1 liter : 1000000 cc

: 0,0929 m2 : 0,22 Imp gallon

1 hektar : 10000 m2 : 0,2642 US gallon

: 2,471 acres : 61 cu inches

1 m2 : 10000000 mm2 1 cu ft/min : 1,669 m3/jam

: 1,196 sq yards 1 m3/jam : 0,589 cu ft/min : 10,76 sq feet

SATUAN VOLUME SATUAN KERAPATAN

1 cu yard : 27 cu feet 1 lb/cu ft : 16,02 kg/m3

: 0,766 m3 1 m3/kg : 16,02 cu ft/lb

1 cu foot : 1728 cu inches 1 kg/m3 : 0,0624 lb/cu ft

: 28,32 liter 1 g/m3 : 0,437 grain/cu ft

1 cu inches : 16,39 mm3 : 0,0584 grain/US

1 Imp Gallon : 277,4 cu inches gallon

: 4,55 liter


(5)

SATUAN TEKANAN : 1,360 kg/cm2

1 atm standart : 101325 pascal : 1333 milibar

: 760 mm Hg 1 kg/cm2 : 98,066 kilo pascal

: 14,696 psi : 735,5 mm Hg

: 1,033 kg/cm2 : 0,981 bar

: 1013 milibar : 14,22 psi

1 atm metric : 98066,5 pascal SATUAN PANAS DAN ENERGI

: 1 kg/cm2 1 BTU : 778 ft.lbn

: 10 m kolom air : 107,6 kg.m

: 14,22 psi : 0,252 KKal

1 bar : 100000 pascal 1 BTU/lb : 0,556 KKal/kg

: 1000 milibar 1 BTU/cu ft : 8,9 KKal/m3

: 750,1 mm Hg 1 BTU/hr.ft2.F/ft : 1,488 KKal/j.m2.C/m : 1,02 kg/cm2 1 Kilokalori : 3088 ft.lbs

: 14,50 psi : 427 kg.m

1 lb/ft2 : 47,88 pascal : 3,968 BTU

: 4,88 kg/m2 : 4,1868 KJ

1 psi : 6894 pascal 1 Kilojoule : 0,2388 KKal

: 2,036 in Hg : 0,948 BTU

: 0,0703 kg/cm2 1 kW : 738 ft.lbs/det

: 0,69 bar : 102 kg.m/det

1 m kolom air : 9806 pascal : 1,341 HP

: 0,1 kg/cm2 : 1,36 DK (metrik)

1 HP : 33000 ft.lbs/det : 0,000278 Watt.jam


(6)

: 0,746 kW : 3600000 Joule

: 1,36 DK metrik : 3600000 Watt.jam

1 DK metrik : 32550 ft.lbs/sec : 367000 Kg.m

: 542 ft.lbs/sec 1 Kg.m : 0,002342 KKal

: 75 kg.m/det : 9,81 N.m

: 0,735 kW : 9,81 Joule

: 0,986 HP : 9,81 Watt.sec

1 KKal/kg : 1,8 BTU/lb : 0,002724 Watt.jam

: 4,187 KJ/Kg : 0,0000037 DK.jam

1 KKal/m3 : 0,1124 BTU/cu.ft 1 Watt.jam : 0,8599 KKal

: 4,187 KJ/m3 : 367 Kg.m

1 KKal : 427 Kg.m : 3600 Joule

: 4187 N.m : 3600 Watt.sec

: 4187 Joule : 0,001 KWH

: 4187 Watt.sec : 0,00136 DK.jam

: 0,001163 KWH 1 DK.jam : 632,1 KKal

: 0,001582 DK Jam : 270000 Kg.m

1 N.m : 1 Joule : 2650000 N.m

: 1 Watt.sec : 2650000 joule

: 0,0002388 KKal : 0,736 KWH