Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi Kasus Desa Rumah Pilpil, Keca. Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PENINGKATAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus: Desa Rumah Pil-Pil,
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH ULIMA HOTMAIDA SIHOMBING
050309008 PKP
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010
Universitas Sumatera Utara

PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PENINGKATAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH
(Studi Kasus: Desa Rumah Pil-Pil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH : ULIMA HOTMAIDA SIHOMBING
050309008 PKP
Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua


Anggota

( Ir. Yusak Maryunianta, MSi ) NIP. 131618780

( Ir. Lily Fauzia, MSi ) NIP.196011101988031003

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Universitas Sumatera Utara

RINGKASAN
ULIMA HOTMAIDA SIHOMBING (050309008), dengan judul skripsi “Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi Kasus Desa Rumah Pilpil, Keca. Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang”, dibimbing oleh Ir. Yusak Maryunianta, MSi dan Ir. Hj. Lily Fauzia ,MSi.
Petani adalah orang-orang yang memelihara dan menentukan bagaimana usaha taninya harus dimanfaatkan. Namun sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memecahkan permasalahan mereka. Untuk itu diperlukan metode penyuluhan yang tepat yaitu pendekatan kelompok seperti kelompok tani. Kelompok tani yang diteliti adalah kelompok tani Rumah Pilpil 1.Kelompok tani memiliki 3 peranan yaitu kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. Peranan kelompok tani diharapkan dapat meningkatkan status sosial ekonomi petani padi sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan kelompok tani, menganalisis perbedaan tingkat kosmopolitan, tingkat adopsi teknologi padi sawah petani, produktifitas petani, pendapatan petani, serta perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani Rumah Pilpil I, mengetahui kendala yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha tani serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – November 2009 di desa Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, yang ditentukan secara Purposive Sampling. Penetuan besar sampel dilakukan secara Simple Random Sampling.
Hasil penelitian diperoleh kesimpulan: banyak kegiatan yang telah dilakukan kelompok tani Rumah Pilpil 1 misalnya diskusi kelompok, penggunaan mesin perontok gabah, penggunaan benih unggul, pembagian pupuk bersubsidi, pengolahan lahan yang baik, mengikuti ceramah untuk pembinaan kelompok tani, pengajuan proposal untuk menerima PUAP, tingkat kosmopolitan dan adopsi teknologi petani sesudah menjadi anggota kelompok tani lebih tinggi sebelum menjadi anggota kelompok tani, produktifitas dan pendapatan petani padi sawah sebelum menjadi anggota kelompok tani lebih rendah, ada perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani, kendala- kendala yang dihadapi kelompok tani dalam kegiatan usaha taninya adalah petani tidak memiliki cukup modal, saluran irigasi yang kurang baik, transportasi yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dan ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut seperti petani mendapatkan pinjaman modal dari petani yang memiliki modal yang lebih besar, petani bersama-sama gotongroyong memperbaiki saluran, petani menggunakan beko untuk mengangkut hasil panen.
Kata kunci: kelompok tani, peranan kelompok tani, status sosial ekonomi.
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung Sitoli pada tanggal 18 Februari 1987 dari Bapak Wilson Sihombing dan Ibu Erlina Silitonga. Penulis merupakan putri keempat dari enam bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Gunung Sitoli, dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Departemen Agribisnis.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sarintonu, Kecamatan Tiga Lingga, Kabupaten Dairi dari tanggal 15 Juni sampai 16 Juli 2009. Pada bulan Oktober 2009 melaksanakan penelitian skripsi di desa Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat memulai, menjalani dan mengakhiri masa perkuliahan serta dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah dan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan judul “ Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi Kasus Desa Rumah Pilpil, Keca. Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang”.

Tulisan ini merupakan hasil penelitian di lapangan dengan bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar–besarnya kepada

Bapak Ir. Yusak

Maryunianta, MSi sebagai ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan


masukan dan perhatian kepada penulis dan juga kepada

Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia,

MSi sebagai anggota yang telah bersedia memberikan bimbingan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai Sekretaris Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara

3. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Bapak Ananta Barus selaku Kepala desa Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit 5. Bapak Sada Perarih Barus selaku kontak tani kelompok Rumah Pilpil 1 6. Seluruh anggota kelompok tani Rumah Pilpil1, Kecamatan Sibolangit. 7. Seluruh teman-teman SEP 05 dan KMK Pertanian, terimakasih atas dukungannya
selama ini. 8. Secara khusus penulis menyampaikan hormat dan terima kasih yang tidak
terhingga kepada Bapak Wilson Sihombing, Ibu Erlina Silitonga, kakak beserta adik Rosinta Sihombing, Dewinda Sihombing, Phida Sihombing, David Sihombing dan Daniel Sihombing.

Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna, untuk itu penulis tidak menutup diri menerima saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak – pihak lain yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2010 Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

RINGKASAN…….…….…….…….…….….…….…….………
RIWAYAT HIDUP…….…….…….…….…….…….…….……
KATA PENGANTAR…….…….…….…….…….…….………
DAFTAR ISI…….…….…….…….…….…….…….……. …….
DAFTAR TABEL…….…….…….…….…….…….……. …….
DAFTAR GAMBAR…….…….…….…….…….…….………..
DAFTAR LAMPIRAN…….…….…….…….…….…….…….
PENDAHULUAN Latar Belakang…………….……………………………….. Identifikasi Masalah…………………………………….….. Tujuan Penelitian…………………………………………… Kegunaan Penelitian…………………………………….…..

Hal.
i
ii
iii
iv

v
vi
vii
1 8 9 9

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka…………………………………………..... Landasan Teori………………………………………………. Kerangka Pemikiran…………………………………………. Hipotesis Penelitian………………………………………….

10 14 22 25

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel…………………………. Metode Pengambilan Sampel………………………………. Metode Pengumpulan Data…………………………………. Metode Analisis Data……………………………………….. Defenisi dan Batasan Operasional……………………………

26 26 27 27 29

Universitas Sumatera Utara

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian …………………………..…….. 32 Luas dan Letak Geografis ……………………………….. 32 Keadaan Penduduk..........……………………….............. . 32 Penggunaan Tanah....……………………………………... 34 Sarana dan Prasarana........................................................... 34
Karakteristik Sampel…………………………………………. 35 Umur.................................................................................. 36 Pendidikan......................................................................... 36. Pengalaman Bertani........................................................... 37 Perkembangan Kelompok Tani.......................................... 37

HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan-Kegiatan Yang Dilakukan Kelompok Tani ………………………………........................... Tingkat Kosmopolitan Petani.... ………………………………. Tingkat Adopsi Teknologi Petani….………………................... Perbedaan Produktifitas Petani................................................. Perbedaan Tingkat Pendapatan Petani……...…………….... Perubahan Pola Konsumsi Petani......................................... Kendala-Kendala Yang Dihadapi Kelompok Tani Dalam Usaha Taninya............................................................52 Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala-Kendala Kelompok Tani Dalam Usaha Taninya..........


39 45 46 48 48 50
52

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan…………………………………………………. Saran…………………………………………………………

54 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. 1. Luas Sawah dan Rata-RataProduksi Padi....................................

Hal. 7

2. Kepadatan Penduduk Menurut Kelompok Umur........................

33


3. Kepadatan Penduduk Menurut Mata Pencarian...........................

33

4. Luas Lahan Menurut Penggunaannya..........................................

34

5. Sarana Dan Prasarana..................................................................

34

6. Umur Petani Responden............................................................

36

7. Tingkat Pendidikan Petani Sampel..............................................

36


8. Klasifikasi Petani Berdasarkan Pengalaman Bertani…………...

37

9. Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Tani/Tahun…...…..

38

10. Kegiatan Kelompok Tani dari 2007-2009…………………..…

44

11. Tingkat Kosmopolitan Petani…………………………...……...

45

12. Tingkat Adopsi Teknologi Petani………………………...…….

46


Universitas Sumatera Utara

13. Hasil Uji Beda Rata-Rata Produktifitas Petani…………………

48

14. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pendapatan………………………….

49

15. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Sesuai Dengan Tingkat

Inflasi…………………………………………………………...

49

16. Perubahan Pola Konsumsi Petani…………………...……….....

50


17. Perubahan Fisik Pola Konsumsi Petani…………...……………

51

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Hal.

1. Skema Kerangka Pemikiran……………………………………..

24

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran

Hal.

1. Karakteristik Petani Sampel........................................................

60

2. Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Perpetani/Musim Tanam (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani)..................................... 61

3. Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Perpetani/Musim Tanam (Sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani)...................................... 62

4. Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Perpetani/Musim Tanam (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani)...................................... 63

5. Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Perpetani/Musim Tanam (Sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani)................................... 64

6. Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Perpetani/Musim Tanam

(Sesuai Tingkat Inflasi)...........................................................

65

7. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan (Jam) (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani)..................................... 66

8. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan (Jam) (Sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani)..................................... 67

9. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan (HKP) (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani)..................................... 68

Universitas Sumatera Utara

10. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan (HKP) Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani)...................................... 69
11. Distribusi Biaya Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan Perpetani (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani)..................... 70
12. Distribusi Biaya Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan Perpetani (Setelah Menjadi Anggota Kelompok Tani)....................... 72
13. Distribusi Biaya Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan Perpetani (Sesuai Tingkat Inflasi)....................................................... 73
14. Biaya Penyusutan Alat Pada Usaha Tani Padi Sawah Perpetani/Musim Tanam (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani..................................... 75
15. Biaya Penyusutan Alat Pada Usaha Tani Padi Sawah Perpetani/Musim Tanam (Sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani)...................................... 76
16. Biaya Penyusutan Alat Pada Usaha Tani Padi Sawah Perpetani/Musim Tanam (Sesuai Tingkat Inflasi)....................................................................... 77
17. Biaya Produksi Usaha Tani Padi Sawah Perpetani/Musim Tanam (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani).................................... 78
18. Biaya Produksi Usaha Tani Padi Sawah Perpetani/Musim Tanam (Sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani)...................................... 79
19. Biaya Produksi Usaha Tani Padi Sawah Perpetani/Musim Tanam (Sesuai Tingkat Inflasi)................................................................................. 80
Universitas Sumatera Utara

20. Produksi, Produktifitas, Penerimaan dan Pendapatan Usaha Tani Perpetani/Musim Tanam (Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani).................................................................................. 81

21. Produksi, Produktifitas, Penerimaan dan Pendapatan Usaha Tani Perpetani/Musim Tanam (Sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani).................................................................................. 82
22. Produksi, Produktifitas, Penerimaan dan Pendapatan Usaha Tani Perpetani/Musim Tanam (Sesuai Tingkat Inflasi).............................. 81

23. Kosmopolitan Petani Padi Sawah....................................................... 84

24. Adopsi Petani Padi Sawah................................................................... 85

25. Pola Konsumsi Petani Padi Sawah (Fisik).......................................... 86

26. Pola Konsumsi Petani Padi Sawah...................................................... 88

27. Hasil Uji Beda Rata-Rata Produktivitas Petani Padi Sawah Sebelum dan

sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani..................................

90

28. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan sesudah Menjadi Anggota Kelompok Tani........................................... 91

29. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sesuai Tingkat Inflasi.................................................................................................... 92

Universitas Sumatera Utara

RINGKASAN
ULIMA HOTMAIDA SIHOMBING (050309008), dengan judul skripsi “Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi Kasus Desa Rumah Pilpil, Keca. Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang”, dibimbing oleh Ir. Yusak Maryunianta, MSi dan Ir. Hj. Lily Fauzia ,MSi.
Petani adalah orang-orang yang memelihara dan menentukan bagaimana usaha taninya harus dimanfaatkan. Namun sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memecahkan permasalahan mereka. Untuk itu diperlukan metode penyuluhan yang tepat yaitu pendekatan kelompok seperti kelompok tani. Kelompok tani yang diteliti adalah kelompok tani Rumah Pilpil 1.Kelompok tani memiliki 3 peranan yaitu kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. Peranan kelompok tani diharapkan dapat meningkatkan status sosial ekonomi petani padi sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan kelompok tani, menganalisis perbedaan tingkat kosmopolitan, tingkat adopsi teknologi padi sawah petani, produktifitas petani, pendapatan petani, serta perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani Rumah Pilpil I, mengetahui kendala yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha tani serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – November 2009 di desa Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, yang ditentukan secara Purposive Sampling. Penetuan besar sampel dilakukan secara Simple Random Sampling.
Hasil penelitian diperoleh kesimpulan: banyak kegiatan yang telah dilakukan kelompok tani Rumah Pilpil 1 misalnya diskusi kelompok, penggunaan mesin perontok gabah, penggunaan benih unggul, pembagian pupuk bersubsidi, pengolahan lahan yang baik, mengikuti ceramah untuk pembinaan kelompok tani, pengajuan proposal untuk menerima PUAP, tingkat kosmopolitan dan adopsi teknologi petani sesudah menjadi anggota kelompok tani lebih tinggi sebelum menjadi anggota kelompok tani, produktifitas dan pendapatan petani padi sawah sebelum menjadi anggota kelompok tani lebih rendah, ada perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani, kendala- kendala yang dihadapi kelompok tani dalam kegiatan usaha taninya adalah petani tidak memiliki cukup modal, saluran irigasi yang kurang baik, transportasi yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dan ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut seperti petani mendapatkan pinjaman modal dari petani yang memiliki modal yang lebih besar, petani bersama-sama gotongroyong memperbaiki saluran, petani menggunakan beko untuk mengangkut hasil panen.
Kata kunci: kelompok tani, peranan kelompok tani, status sosial ekonomi.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Pembangunan seringkali diartikan pada pertumbuhan dan perubahan. Jadi
pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi yang lebih baik. Seperti diketahui sektor pertanian di Indonesia dianggap penting. Hal ini terlihat dari peranan sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyedia pangan, penyumbang devisa negara malalui ekspor dan sebagainya. Oleh karena itu wajar kalau biaya pembangunan untuk sektor pertanian ini selalu tiga besar diantara sektor-sektor yang lain (Soekartawi,1993).
Menjelang abad ke-21, di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, terjadi suatu perubahan paradigma pembangunan secara drastis. Pada masamasa awal sesudah memperoleh kemerdekaannya, paradigma pembangunan yang dominan di negara-negara tersebut adalah industrialisasi. Selain diharapkan dapat mengangkat harkat hidup penduduk di negara-negara yang sedang berkembang, secara politis industrialisasi juga akan menyejajarkan kedudukan negara-negara tersebut dengan negara-negara Barat, yang sebagian besar adalah negara-negara yang pernah menjajah mereka. Akibat dominasi dari paradigma industrialisasi dalam proses pembangunan, maka pembangunan sektor pertanian relatif ditelantarkan. Bahkan ada anggapan bahwa indikator keberhasilan suatu pembangunan adalah mengecilnya sumbangan sektor pertanian pada total pendapatan negara. Sebaliknya, apabila jumlah
Universitas Sumatera Utara

kontribusi sektor pertanian pada pendapatan nasional tetap tinggi, maka negara tersebut

tetap dianggap sebagai negara yang terbelakang (Soetrisno, 2006).

Namun, tidak demikian dengan sektor pertanian, sektor pertanian dalam

menghadapi krisis menyebabkan terjadinya perubahan pola pikir dari para perencana

pembangunan di negara-negara yang sedang berkembang. Jika semula industrialisasi

diandalkan sebagai suatu model pembangunan yang akan mampu memecahkan masalah

keterbelakangan negara yang sedang berkembang, setelah krisis menimpa negara-negara

tersebut, pembangunan sektor pertanian kemudian menjadi harapan baru dalam

pembangunan di negara dunia ketiga

(Soetrisno,2006).

Peran sektor pertanian yang merupakan dasar bagi kelangsungan pembangunan

ekonomi yang berkelanjutan diharapkan mampu memberikan pemecahan permasalahan

bagi bangsa Indonesia. Karena sektor pertanian mempunyai 4 fungsi yang sangat

fundamental bagi pembangunan suatu bangsa yaitu :

1. Mencukupi pangan dalam negeri

2. Penyediaan lapangan kerja dan berusaha

3. Penyediaan bahan baku untuk industri, dan

4. Sebagai penghasil devisa bagi negara

Kondisi sosial budaya petani merupakan masalah utama dalam fungsi sektor

pertanian di dalam pembangunan nasional dan kemampuan sektor tersebut untuk

bersaing pada abad yang akan datang. Berdasarkan data statistik yang ada, saat ini

sekitar 75% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Lebih dari 54%

diantaranya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, dengan pendapatan yang

relatif rendah jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di perkotaan. Perbedaan

Universitas Sumatera Utara

tersebut berkaitan erat dengan produktifitas para petani Indonesia, yang tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain luas lahan yang dimiliki, kebijakan pemerintah dalam hal pemberian insentif kepada petani dan sebagainya.
Selama dasawarsa 1950an, masalah dasar yang dihadapi oleh pertanian rakyat di Indonesia tetap saja memproduksi pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang meningkat pesat. Produksi padi/gabah pada tahun 1951 di Jawa dan Madura diperkirakan 6,5 ton dengan hasil rata-rata 2,2 ton/hektar. Total produksi padi di Indonesia diperkirakan sekitar 10 juta ton. Banyak program dan kebijakan yang dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan produksi padi/gabah, diantaranya program Bimas Gotong Royong. Namun pada tahun1986 Indonesia mencapai swasembada beras oleh karena keberhasilan adopsi varietas unggul berproduksi tinggi dan penggunaan pupuk yang lebih banyak (Oudejans, 2006).
Petani memainkan peranan sebagai inti dalam pembangunan pertanian. Petanilah yang memelihara tanaman dan menentukan bagaimana usaha taninya harus dimanfaatkan. Petanilah yang harus mempelajari dan menerapkan metoda-metoda baru yang diperlukan untuk membuat usaha taninya lebih produktif. (Mosher, 1985).
Sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka, memikirkan pemecahannya, atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka. Ada kemungkinan pengetahuan mereka berdasarkan kepada informasi yang keliru karena kurangnya pengalaman, pendidikan atau faktor budaya lainnya. Disini diperlukan peran penyuluhan untuk meniadakan hambatan tersebut dengan cara menyediakan informasi dan memberikan pandangan mengenai masalah yang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara

Metode penyuluhan yang lebih menguntungkan untuk dapat menyelesaikan

permasalahan petani adalah metode kelompok karena ada umpan balik yang

memungkinkan pengurangan salah pengertian antara penyuluh dan petani. Interaksi ini

memberi kesempatan untuk bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku

dan norma para anggota kelompok

(Van Den Ban, 2003).

Ide membuat suatu kelompok berasal dari kenyataan bahwa setiap individu tidak

akan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan seorang diri. Individu terutama dalam

masyarakat modern, merasa kurang mampu, kurang tenaga, kurang waktu dan tidak

berdaya bila harus memenuhi sendiri kebutuhan dasar atas makanan, naungan dan

keselamatan. Bekerja bersama dalam kelompok adalah lebih murah dari pada kunjungan

individu. Penyuluh pembangunan (PP) jelas terbatas yang berarti bekerjasama dengan

kelompok adalah lebih rendah biayanya. Alasan terbentuknya suatu kelompok adalah

oleh karena beberapa orang mempunyai persoalan yang sama (Rusdi, 1999).

Pendekatan pengembangan kelompok bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kebutuhannya.

Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah terbiasa bekerja berkelompok dengan bentuk

yang sesuai dengan budaya dan kondisi lokal yang ada. Dari sisi masyarakat, dengan

berkelompok akan lebih mudah mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, dibandingkan

dengan bekerja sendiri. Kelompok merupakan wadah belajar bersama dimana

masyarakat bisa saling bertukar pengalaman dan pengetahuan. Selain itu kelompok

membangun solidaritas sesama warga desa. Pengembangan kelompok merupakan

serangkaian proses kegiatan memampukan / memberdayakan kumpulan anggota

masyarakat yang mempunyai tujuan bersama (Kartasapoetra, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Sasaran pengembangan kelompok adalah siapa saja yang berminat terutama mereka yang kerapkali terabaikan, seperti kelompok masyarakat yang miskin, kaum perempuan, mereka yang berpendidikan rendah, dan juga mereka yang cacat serta kelompok lainnya. Mereka yang terabaikan merupakan bagian dari masyarakat, mereka juga mempunyai potensi dalam memecahkan permasalahan yang ada. Setiap anggota kelompok dapat berpartisipasi dalam pengembangan kelompok dengan segala potensi dan keterbatasan yang mereka miliki (Sastraatmadja, 1993).
Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya, dengan menumbuhkembangkan kerjasama antar petani dan pihak lainnya yang terkait untuk mengembangkan usaha taninya. Selain itu pembinaan kelompok tani diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usaha tani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya (Dinas Pertanian Kota Medan, 2008).
Sejak dulu, diantara tanaman bahan makanan, padi merupakan tanaman utama para petani Indonesia. Padi dapat ditanam di lahan kering (up-land) maupun lahan basah atau biasa disebut sawah (wet-land). Sawah berperan dominan dalam produksi padi karena pada umumnya padi memang ditanam di lahan jenis ini. Peningkatan produksi padi bermula pada awal dan berlangsungnya Pelita I, terutama hingga tingkatan swasembada. Usaha peningkatan produksi padi tersebut berkat usaha bimbingan teknis
Universitas Sumatera Utara

oleh pemerintah kepada para petani secara serius, juga didukung oleh perbaikan

infrastruktur secara fisik (jalan desa dan irigasi) maupun prasarana ekonominya. Beras

dianggap sebagai komoditi strategis yang dominan dalam ekonmi Indonesia karena

beras merupakan makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia. Kebutuhan beras

setiap tahun bertambah sesuai pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat dan

juga karena kebutuhan per kapita meningkat. Meningkatnya kebutuhan per kapita

disebabkan oleh beralihnya penduduk bukan pemakan beras menjadi pemakan beras

sebagai makanan pokoknya (Adiratma Roekasah, 2004).

Tren naik dan turunnya produksi padi sangat ditentukan oleh dua faktor yaitu

luas panen dan produktifitas, dimana produksi merupakan hasil perkalian antara luas

panen dengan produktifitas dalam suatu musim tanam atau periode tertentu. Petani di

Kecamatan Sibolangit pada umumnya adalah petani tanaman pangan khususnya

tanaman padi sawah. Berdasarkan sensus pertanian diketahui produksi padi sawah di

kecamatan tersebut masih rendah (7.871 ton) dengan luas lahan 1.537 Ha meskipun di

daerah tersebut sudah ada kelompok tani. Berikut adalah luas lahan sawah dan rata-rata

produksi padi di Kecamatan Sibolangit :

Tabel 1. Luas sawah dan rata-rata produksi padi di Kec. Sibolangit

No Desa
1 Bandar Baru 2 Batulayang
3 Batumbelin 4 Betimes Baru
5 Bengkurung 6 Bingkawan 7 Buah Nabar 8 Bukum 9 Buluhawar 10 Cinta Rakyat

Lahan Sawah (ha)
-
15 -
25 100 40 29

Produksi(ton/ha)
-
4,5 -
4 6 5 3

Universitas Sumatera Utara

11 Durin Serugun

-

12 Ketangkuhen

70

13 Kuala

25

14 Martelu

20

15 Negeri Gugung

38

16 Puangaja

-

17 Rambung Baru

10

18 Rumah Kinangkung

40

19 Rumah Pilpil

70

20 Rumah Sumbul

-

21 Salabulan

40

22 Sayum Sabah

40

23 Sembahe

-

24 Sibolangit

-

25 Sikeben

60

26 Suka Maju

70

27 Suka Makmur

50

28 Tambunen 29 Tanjung Beringen

10

30 Ujung Deleng

-

Sumber : KSK Kecamatan Sibolangit, 2009

4,5
5 3 4 2 4 5 3 5 4 4,5 4,5
2 -

Kecamatan Sibolangit terdiri dari 30 desa, dimana ada beberapa desa yang Luas

Lahan padi sawah kurang dari 10 Ha seperti desa Sibolangit, Betimus Baru, Puang Aja,

Rumah Sumbul, Tambunen, Tanjung Beringen, Ujung Deleng, Durin Serugun, Batu

Layang, Bandar Baru, Sembahe, Bingkawan dan Buah Nabar dengan produksi rata-rata

2 ton/ha. Hal ini disebabkan karena beberapa desa tersebut menanam tanaman

perkebunan dan juga karena beberapa desa ada yang irigasinya sudah tidak baik lagi

sehingga petani terpaksa tidak menanam padi sawah.

Sementara beberapa desa lainnya seperti Suka Maju memiliki luas lahan 70 ha

dengan produksi 5 ton/ha. Desa Bukum luas lahan 100 ha dengan produksi sekitar 6

ton/ha. Desa Ketangkuhen luas lahan 70 ha dengan produksi sekitar 4,5 ton/ha. Desa

Rumah Pilpil luas lahan 70 ha dengan produksi sekitar 5 ton/ha. Berdasarkan hasil

sensus tersebut peneliti terdorong untuk mengetahui sudah sejauh mana peranan

Universitas Sumatera Utara

kelompok tani dalam peningkatan ststus sosial ekonomi petani padi sawah khususnya di desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit maka perlu diadakan penelitian secara ilmiah.
Identifikasi Masalah
Masalah yang perlu diteliti adalah 1) kegiatan yang dilakukan kelompok tani dalam peningkatan status sosial ekonomi petani, 2) perbedaan tingkat kosmopolitan, perbedaan tingkat adopsi teknologi padi sawah petani, 3) perbedaan produktifitas petani, perbedaan pendapatan petani, 4) perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani Rumah Pilpil I selama 3 tahun terakhir, 5) kendala yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha tani serta upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah diatas. Tujuan Penelitian
Mengetahui 1) kegiatan yang dilakukan kelompok tani dalam peningkatan status sosial ekonomi petani, 2) menganalisis perbedaan tingkat kosmopolitan, tingkat adopsi teknologi padi sawah petani, produktifitas petani, pendapatan petani, serta perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani Rumah Pilpil I, 3) mengetahui kendala yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha tani serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut.
Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian 1) Sebagai bahan masukan bagi Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) dalam membuat program penyuluhan pertanian untuk meningkatkan status sosial ekonomi petani. 2) Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan. 3) Sebagai bahan untuk membuat skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk
keluarga-keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu, dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalahnya yang dihadapinya secara baik, menguntungkan dan memuaskan. Jadi penyuluhan pertanian itu adalah bentuk pendidikan yang cara, bahan dan sarananya disesuaikan kepada keadaan, kebutuhan dan kepentingan, baik dari sasaran, waktu dan tempat. Karena sifatnya yang demikian maka penyuluhan bisa juga disebut pendidikan nonformal (Wiraatmadja, 1978).
Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan penyuluhan dalam sektor pertanian, maka wilayah kerja pertanian di Indonesia dibagi dalam wilayah kerja penyuluhan yang lebih kecil. Sebagai unit terkecil pembagian wilayah kerja penyuluhan adalah Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian yang disingkat dengan WKPP. Setiap WKPP mencakup 16 kelompok tani yang dapat meliputi satu desa atau lebih. Seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan bagi wilayah kelompok tani.
Dalam pengorganisasian kegiatan Penyuluhan Pertanian posisi yang paling bawah ditempati oleh kelompok tani. Organisasi kelompok tani dapat bervariasi tergantung dari besarnya kegiatan yang dilaksanankan. Diatas kelompok tani terdapat Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Namun PPL tidaklah dapat memerintah kelompok tani, melainkan mengajak kelompok tani untuk bersedia mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (Adjid Dudung, 1994).
Universitas Sumatera Utara

Salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian adalah tingkat kosmopolitan petani yang menjadi sasaran kegiatan tersebut. Kosmopolitan merupakan keterbukaan suatu kelompok masyarakat terhadap dunia luar atau terjadinya perubahan gaya hidup suatu kelompok masyarakat yang terjadi karena adanya pengaruh-pengaruh dari luar kelompok masyarakat tersebut dimana gaya hidup itu diadopsi oleh masyarakat tersebut menjadi gaya hidup mereka (Jhon, N. dan P. Aburdenne, 1990).
Negara-negara yang mayoritas penduduknya tinggal di pedesaan dimana pertanian masih merupakan tulang punggung perekonomian nasional, pers pedesaan yang mapan dan berdasar luas dapat sangat membantu dalam mendidik, memotivasi dan mengembangkan opini publik bagi pembangunan. Surat kabar itu dapat menjelaskan dan menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada rakyat. Di samping itu pers pedesaan, media yang digunakan untuk mendukung pembangunan di pedesaan adalah radio dan televisi. Kedua media elektronik ini mempunyai kemampuan yang besar untuk mengantarkan dan menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada masa yang berada di tempat yang terpencar dan tersebar luas, seperti di pedesaan secara serentak dan dengan kecepatan tinggi bahkan di tempat-tempat yang jauh dan terpencil yang sulit dijangkau oleh angkutan umum (Jahi, 1998).
Dibandingkan dengan surat kabar, radio mempunyai keuntungan yang lebih besar yakni dapat melampaui hambatan yang ada, misalnya dapat didengar dan disampaikan kepada petani mereka yang tidak dapat membaca. Sehingga radio selain sebagai alat yang dapat digunakan untuk menghibur juga dapat difungsikan sebagai sarana pendidikan nonformal melalui wadah kelompok pendengarnya dimana semakin
Universitas Sumatera Utara

lengkap, maka semakin tajam feedback dan semakin kuat message dan sebaliknya (Rofig, 1997).
Kegiatan Penyuluh Pertanian dimaksud untuk menyelenggarakan alih pengetahuan dan keterampilan dari petugas kepada anggota kelompok tani, serta untuk mengubah sikap mereka dalam berusaha tani. Penyuluhan pertanian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani anggota kelompok tani melalui peningkatan produktifitas usaha taninya, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan mereka dan dengan peningkatan pendapatan maka kehidupan petani akan lebih sejahtera (Abbas, 1994).
Pendapatan petani akan berbeda apabila lingkungan pertaniannya berbeda. Pendapatan petani di dataran rendah yang umumnya menanam padi tidak sama dengan pendapatan petani di dataran tinggi yang umumnya menanam palawija sebagai sumber utama pendapatan. Dataran rendah yang dicirikan oleh baiknya keadaan irigasi menghasilkan pendapatan per jam kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah di dataran tinggi. Selain itu, perbedaan status petani memberikan pengaruh terhadap pendapatan. Kelompok petani miskin cenderung memperoleh pendapatan per jam kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tidak miskin (Soekartawi, dkk. 1984).
Upaya untuk memperbaiki konsumsi pangan bagi kelompok penduduk miskin erat kaitannya dengan pemerataan manfaat dan hassil pembangunan. Pemerataan ini merupakan salah satu dari trilogi pembangunan. Upaya ini juga bermanfaat bagi peningkatan produktifitas kerja mereka sebagai sumber daya manusia (Suryana, 2003).
Menurut hasil penelitian Suryana (2003), dilihat dari alokasi pengeluaran untuk tiap jenis pangan, ternyata pola konsumsi rumah tangga pedesaan di Sumatera Barat dan
Universitas Sumatera Utara

Jawa Barat serupa, sedangkan di Sulawesi Selatan agak lain. Di ketiga povinsi tersebut pengeluaran untuk padi-padian dan umbi-umbian menghabiskan sekitar 35% dan 2% dari total pengeluaran pangan. Pengeluaran untuk ikan lebih tinggi dibandingkan untuk peternakan (daging, telur, susu). Di Sumatera Barat dan Jawa Barat pengeluaran untuk ikan (10%) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran untuk daging, telur, dan susu (6%). Di Sulawesi Selatan pengeluaran untuk ikan (16%) lebih dua kali lipat dibandingkan dengan pengeluaran untuk daging, telur dan susu (7%). Sementara itu pengeluaran untuk makanan jadi di dua provinsi pertama sekitar 9% sedangkan di Sulawesi selatan 3% saja (Suryana, 2003).
Dengan memakan banyak sayuran, daging, ikan, telur, serta buah-buahan sebenarnya secara otomatis masyarakat semakin berkurang mengkonsumsi beras. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, semakin kurang mereka mengkonsumsi beras kalau keluarga dengan penghasilan di bawah seratus ribu rupiah rata-rata mengkonsumsi beras diatas 2 ons/hari/orang. Semakin tinggi tingkat ekonomi (serta status sosial seseorang) kecenderungan mengkonsumsi beras semakin kecil, dikarenakan mereka makan sayuran, daging, ikan, telur dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup banyak bahkan kadang masih diselingi kue serta makanan kecil lain (Rahardi, 1994).
Kelompok tani merupakan kelompok belajar yang bertujuan untuk saling belajar informasi, pengalaman tentang berbagi kemajuan di bidang pertanian. Dalam kelompok tersebut biasanya terjadi dialog, diskusi tentang pengalaman-pengalaman atau kemampuan teknologi yang ada sekarang (Sismanto, 1984).
Universitas Sumatera Utara

Landasan Teori Kelompok tani
Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuhkembangkan “dari, oleh dan untuk petani”, memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Ciri kelompok tani  Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota  Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani  Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis
usaha, status ekonomi maupun social, bahasa, pendidikan dan ekologi  Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan
kesepakatan bersama 2. Unsur Pengikat Kelompok Tani  Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya  Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para
anggotanya  Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan
kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya (Dinas Pertanian Kota Medan, 2008).
Kelompok tani adalah suatu ikatan dalam kelompok berpangkat kepada keserasian dalam arti mempunyai pandangan, kepentingan, dan kesenangan yang sama. Adapun peranan dari kelompok tani adalah sebagai media sosial yang hidup dan wajar, basis untuk mencapai perubahan sesuai dengan tujuan yang disepakayi dan untuk
Universitas Sumatera Utara

menyatukan aspirasi (cita-cita) hidup yang murni dan sehat hal ini karena ikatan antara anggotanya yang tumbuh secara alamiah (Saragih, 2001).
Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi) yang terikat secara non formal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani (Mardikanto, 1993).
Agar kelompok tani dapat berkembang secara dinamis, maka harus dikembangkan 10 jenis kemampuan kelompok tani yang terdiri dari : kemampuan menyusun rencana kelompok tani, kemampuan bekerjasama, kemampuan menerapkan teknologi, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan dalam pemupukan modal usaha, kemampuan mengembangkan alat dan fasilitas kelompok tani, kemampuan membina hubungan kelembagaan misalnya KUD, kemampuan meningkatkan produktifitas usaha tani, ketaatan terhadap perjanjian dan kemampuan membina kader (Kartasapoetra, 1991).
Kelompok tani terdiri dari sekumpulan petani yang mempunyai kepentingan bersama dalam usaha tani. Organisasinya bersifat non formal, namun demikian dapat dikatakan kuat karena dilandasi oleh kesadaran bersama dan asas kekeluargaan. Biasanya yang menjadi motor dalam kelompok ini adalah Kontak Tani yang hubungannya dengan para anggota kelompok itu demikian erat dan luwes dan atas kewajaran. Kelompok tani terbentuk atas dasar kesadaran, jadi tidak secara terpaksa. Kelompok ini menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usaha tani yang optimal dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan hidupnya. Kelompok tani
Universitas Sumatera Utara

berfungsi sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengertian, pengetahuan dan keterampilan serta kegotongroyongan berusaha tani para anggotanya (Kartasapoetra, 1991).
Beberapa keuntungan dalam pembentukan kelompok tani adalah sebagai berikut :  Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan
kelompok  Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antara petani  Semakin cepat proses perembesan (difusi) penerapan inovasi baru  Semakin meningkatnya orientasi pasar baik yang berkaitan erat dengan input
maupun outpun yang dihasilkan  Semakin dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasan oleh
petani itu sendiri Motivasi utama keikutsertaan anggota dalam kelompok tani terutama didorong
oleh hasrat meningkatkan kemampuan berusaha tani dan pemenuhan kebutuhan primer (terutama yang berupa sarana produksi) (Mardikanto, 1993).
3. Peranan kelompok tani Peranan menunjuk pada konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai
suatu fungsi kelompok tani dalam struktur sosial. Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari kelompok tani dalam suatu kedudukan atau status. Peranan dalam pengertian sosiologi adalah perilaku atau tugas yang diharapkan
Universitas Sumatera Utara

dilaksanakan kelompok tani berdasarkan kedudukan atau status yang dimilikinya. Dengan lain perkataan, peranan ialah pengejawantahan jabatan atau kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia dalam suatu masyarakat atau organisasi (Dinas Pertanian Kota Medan, 2008).
Menurut hasil penelitian Elvera (2005) diketahui bahwa kelompok tani berperan terhadap anggotanya dilihat dari aktifitas kelompok tani di kelurahan Tanah Enam Ratus selama 3 tahun terakhir cukup baik hal ini ditandai dengan aktifnya anggota kelompok tani dalam melaksanakan kegiatan kelompok tani, misalnya : pemeliharaan tanaman dengan menggunakan sading net dan sprinkle, pelatihan petani agribisnis, pelatihan menggunakan mulsa, pelatihan pembuatan bokasi, pelatihan pembuatan agen hayati, mengikuti ceramah staff dosen untuk membina kelompok tani, pengolahan lahan yang baik, penggunaan bibit unggul, penanaman gambas, sawi, kacang panjang, dan cabai (Elvera, 2003).
Adapun peranan kelompok tani adalah sebagai berikut : 1. Kelas Belajar; Kelompoktani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktifitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera. 2. Wahana Kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,hambatan dan gangguan,
Universitas Sumatera Utara

3. Unit Produksi; Usahatani yang dilaksanakan oleh masing masing anggota kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas (Dinas Pertanian Kota Medan, 2008).
Menurut Kartasapoetra (1993) kelompok tani berfungsi sebagai wadah terpelihara dan berkembangnya pengetahuan dan keterampilan serta kegotongroyongan, berusaha tani pada anggotanya, fungsi tersebut dijabarkan dalam kegiatan sebagai berikut :  Mengadakan sarana produksi yang termurah dengan cara melakukan pembelian
secara bersama  Pengadaan bibit yang resisten untuk memenuhi kepentingan anggotanya dengan
jalan mengusahakan bersama  Mengusahakan kegiatan pemberantasan, pengendalian hama tanaman secara
terpadu  Guna kepentingan bersama berusaha memperbaiki prasarana-prasarana yang
menunjang sarana produksi  Guna memantapkan cara bertani, menyelenggarakan demonstrasi cara bercocok
tanam, cara mengatasi hama penyakit yang dilakukan bersama penyuluh  Mengadakan pengolahan hasil secara bersama agar terwujud kualitas yang baik,
seragam dan kemudian mengusahakan pemasarannya secara bersama agar terwujudnya harga yang baik dan seragam. (Kartasapoetra, 1991).
Adapun yang menjadi tugas kelompok tani adalah :  Menyusun rencana kebutuhan kelompok
Universitas Sumatera Utara

 Merencanakan dan melaksanakan pertemuan-pertemuan berkala  Menjalin kerjasama dengan sumber-sumber informasi  Mengadakan/menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penyedia saprodi,
pemasaran hasil ataupun permodalan  Mengadakan pemupukan modal untuk keperluan pengembangan usaha anggota
kelompok Tingkat adopsi dan kosmopolitan petani
Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan inovasi tersebut. Sedangkan inovasi adalah gagasan, tindakan atau teknologi, termasuk barang yang dianggap baru oleh seseorang.
Tahapan perubahan perilaku petani untuk mengadopsi suatu inovasi adalah sebagai berikut :  Ranah kognitif yaitu mencakup tujuan sehubungan dengan kemampuan intelektual
dan keterampilan. Tujuan perilaku ranah kognitif ini perlu diperhatikan oleh karena kedua tujuan perilaku berikutnya (afektif dan psikomotorik) adalah dengan menggunakan perilaku dari ranah kognitif ini.  Ranah afektif yaitu yang mencakup tujuan yang menggambarkan perubahan keadaan emosi, perhatian utama, nilai sikap, pengembangan pemahaman.  Ranah psikomotorik yaitu yang berkaitan dengan keterampilan motorik. Apabila tujuan perubahan sikap dari program adalah adopsi satu inovasi yang berkesinambungan maka ranah psikomotorik merupakan tujuan pendidikan yang prioritas (Ginting, 2002).
Universitas Sumatera Utara

Kosmopolitan akan mengakibatkan terjadinya globalisasi dan akibat dari globalisasi adalah keterbukaan, demokratitasi dalam konteks kerja sama. Karena itu suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, arus globalisasi mengharuskan kita terlibat dalam proses saling berhubungan yang sifatnya mendunia, baik antar individu, bangsa, negara, organisasi kemasyarakatan, terutama dunia usaha dan perubahan di bidang transportasi dan komunikasi (Tampubolon, 2002).
Alat transportasi dan komunikasi yang modern sebagai prasarana timbulnya globalisasi, telah juga memberikan peluang bagi kita untuk memanfaatkannya di bidang sosial budaya. Media komunikasi elektronik seperti televisi, komputer, satelit dan sebaginya dapat digunakan untuk menerima informasi dan “transfer of knowledge” (Wan Usman, 2002).
Kosmopolitan petani juga dipengaruhi oleh frekuensi petani tersebut mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian. Dimana kegiatan penyuluhan pertanian diakui telah banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia. Penyuluhan telah berhasil menyampaikan berbagai inovasi pertanian kepada petani dengan segala metodenya sehingga para petani meningkat pengetahuan dan keterampilannya serta dapat mengubah sikap petani menjadi mau dan mampu menerapkan inovasi baru (Mulyono Machmur, 2001).
Produktivitas, pendapatan, perubahan pola konsumsi
Universitas Sumatera Utara

Pembangunan pertanian dan pe

Dokumen yang terkait

Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi Sawah ( Oriza sativa)

79 517 91

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Sikap Petani Padi Sawah Terhadap Kelompok Tani di Kabupaten Deli Serdang

1 32 89

Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Sosial Ekonomi Petani Sayur Mayur Di Kel. Tanah Enam Ratus Kcc. Medan Marelan

1 46 101

Dampak Rumah Kompos Terhadap Faktor Sosial Dan Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Serdang Bedagai)

0 30 117

Evaluasi Kesesuaian Lahan Di Desa Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Untuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L)

1 29 66

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos (Studi Kasus : Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 49 105

Analisis Komparatif Tingkat Sosial Ekonomi Petani Organik Dampingan BITRA dan Petani Anorganik (Studi Kasus Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

2 42 116

Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi Kasus Desa Rumah Pilpil, Keca. Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

71 360 103

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Sikap Petani Padi Sawah Terhadap Kelompok Tani Di Kabupaten Deli Serdang. (Studi Hasil : Kelompok Tani Kampung Baru, Tani Jaya, Hotma Jaya, Desa Pasar Melintang, Kecamatan Lubuk Pakam)

3 44 87

Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi Sawah ( Oriza sativa)

0 2 16