Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos (Studi Kasus : Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

(1)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI PADI

SAWAH DENGAN TINGKAT ADOPSI

TEKNOLOGI RUMAH KOMPOS

(Studi Kasus : Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

Oleh :

RAIS ACEH

060309008

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI PADI

SAWAH DENGAN TINGKAT ADOPSI

TEKNOLOGI RUMAH KOMPOS

(Studi Kasus : Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Oleh :

RAIS ACEH

060309008

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul : Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos (Studi Kasus : Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

Nama : Rais Aceh

NIM : 060309008

Departemen : Agribisnis

Program Studi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si)

NIP : 195411111981031001 NIP : 197211181998022001 (Emalisa, SP, M.Si)

Diketahui Oleh, Ketua Departemen Agribisnis

NIP : 132 005 055 (Ir. Luhut Sihombing, MP)


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Pada Tanggal, 2010

Panitia Penguji Skripsi

Ketua : ………

NIP :

Anggota : 1. ………

NIP :

2. ………

NIP :

3. ………

NIP :

Mengesahkan Departemen Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

NIP : 132 005 055 (Ir. Luhut Sihombing, MP)


(5)

ABSTRAK

RAIS ACEH (060309008) dengan judul skripsi “Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos (Studi Kasus : Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu

Kabupaten Serdang Bedagai)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si selaku ketua komisi pembimbing skripsi dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing skripsi.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian, mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi petani (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas) dengan tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian, untuk mengetahui masalah masalah apa saja yang dihadapi petani padi sawah dalam mengadopsi teknologi rumah kompos di daerah penelitian dan untuk mengetahui upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi petani padi sawah dalam mengadopsi teknologi rumah kompos di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara secara purposive dan penentuan pengambilan sampel berdasarkan metode simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 30 orang. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap teknologi rumah kompos dengan menggunakan metode skoring dan hubungan faktor sosial ekonomi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos dengan menggunakan rumus Rank Spearman dan dengan alat bantu perangkat lunak SPSS 13.

Adapun hasil dari penelitian yaitu :

1. Penerapan teknologi rumah kompos terhadap budidaya padi sawah sistem SRI

di daerah penelitian belum mengikuti semua komponen teknologi dan tidak sesuai dengan anjuran

2. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian sedang.

3. Terdapat hubungan faktor sosial ekonomi yaitu tingkat kosmopolitan, luas

lahan dan produksi dengan tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos

4. Tidak terdapat hubungan antara faktor sosial ekonomi yaitu tingkat

pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan dan produktivitas dengan tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos

5. Masalah masalah yang dihadapi petani dalam mengadopsi teknologi rumah

kompos di daerah penelitian adalah keterbatasan waktu, kurangnya pemahaman petani, keterbatasan modal petani dan masalah serangan hama dan penyakit tanaman.


(6)

6. Upaya yang telah dilakukan petani untuk mengatasi masalah masalah dalam

mengadopsi teknologi rumah kompos didaerah penelitian adalah

keikutsertaan dan bergabung dalam kegiatan kelompok tani dan kegiatan kegiatan penyuluhan, mencari informasi tentang teknologi, melakukan peminjaman modal dan dibutuhkan sinergi pemerintah dalam memfasilitasi modal/ pinjaman dan penanaman digunakan bibit yang bersertfikat.

Kata Kunci : Hubungan, Faktor Sosial Ekonomi, Adopsi dan Teknologi Rumah Kompos


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...……… DAFTAR ISI ……… DAFTAR TABEL ……… DAFTAR GAMBAR ……… DAFTAR LAMPIRAN ………... PENDAHULUAN ……… Latar Belakang ……… Identifikasi Masalah ……… Tujuan Penelitian ……… Kegunaan Penelitian ……… Hipotesis Penelitian ………. TINJAUAN PUSTAKA……….

Pertanian Organik ………... Pupuk Organik ... Rumah Kompos ... Budidaya Padi Sawah Sistem SRI

(System of Rice Intensification)……….

Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Terhadap Teknologi

Rumah Kompos……… Landasan Teori ……… Faktor Sosial Ekonomi ……… Kerangka Pemikiran ………. METODE PENELITIAN………

Metode Penentuan Daerah Penelitian……… Metode Penentuan Sampel Penelitian ………... Metode Pengumpulan Data ……… Metode Analisis Data ……… Defenisi dan Batasan Operasional ……….

Defenisi ……….. Batasan Operasional ……….. DESKRIPSI DAERAH PENELTIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ………..

Deskripsi Daerah Penelitian……… Luas Daerah dan Topografi Desa ………


(8)

Tata Guna Lahan ………. Keadaan Penduduk ………... Sarana dan Prasarana ……….. Karakteristik Petani Sampel………... Umur……… Tingkat Pendidikan ………... Lamanya Berusahatani ………. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan ……… Tingkat Kosmopolitan ………... Luas Lahan ………. Jumlah Tanggungan Keluarga ………. Produksi ……….. Produktivitas ………..

HASIL DAN PEMBAHASAN ………... Penerapan Teknologi Rumah Kompos Terhadap Budidaya

Padi Sawah Sistem SRI (System of Rice Intencification)... Pengolahan Lahan……….. Pemilihan Bibit ……….. Penanaman ………. Perbanyakan Anakan ……… Pemupukan Kompos (Organik) ………... Pemupukan Kimia (Anorganik) ………... Pemeliharaan Tanaman ……… Pengendalian Hama dan Penyakit ………... Panen ………... Pasca Panen ……… Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Rumah Kompos……. Hubungan Antara Faktor Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah terhadap Teknologi Rumah

Kompos ... Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos ... Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos ... Hubungan Lamanya Berusahatani dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos ... Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos ... Hubungan Tingkat Kosmopolitan dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos ... Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos ... Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos ... Hubungan Produksi dengan Tingkat Adopsi Teknologi


(9)

Hubungan Produktivitas dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos ... Masalah Masalah yang Dihadapi Petani dalam Mengadopsi Teknologi Rumah Kompos... Upaya Upaya yang Dapat Dilakukan dalam Mengatasi Masalah yang Dihadapi oleh Petani dalam Mengadopsi Teknologi Rumah Kompos... KESIMPULAN DAN SARAN ………... Kesimpulan ………... Saran ………. DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul

1. Penentuan Sampel Penelitian di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk

Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai

2. Penerapan Teknologi Rumah Kompos terhadap Budidaya Padi Sawah

Sistem SRI (System of Rice Intensification) di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai. Provinsi Sumatera Utara.

3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sei Buluk, Tahun 2009

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Sei Buluh

Kecamatan Teluk Mengkudu Tahun 2009

5. Keadaan Penduduk Menurut Agama Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk

Mengkudu Tahun 2009

6. Keadaan Penduduk Menurut Umur Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk

Mengkudu Tahun 2009

7. Jumlah Penduduk Desa Sei Buluh Menurut Pendidikan Formal tahun

2009

8. Sarana dan Prasarana Sosial Yang Tersedia Desa Sei Buluh Kecamatan

Teluk Mengkudu Tahun 2010

9. Karakteristik Petani Sampel Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu

Tahun 2009

10. Jumlah dan Persentase Petani yang Melakukan Penggunaan Pengolahan

Lahan Sesuai dengan Anjuran.

11. Jumlah dan Persentase Petani yang Melakukan Penggunaan Varietas Sesuai

dengan Anjuran.

12. Jumlah dan Persentase Petani yang Melakukan Penanaman Sesuai dengan

Anjuran.

13. Jumlah dan Persentase Petani yang Melakukan Perbanyakan Anakan Sesuai

dengan Anjuran

14. Jumlah dan Persentase Petani yang Melakukan Pemupukan Kompos

(Organik) Sesuai dengan Anjuran

15. Jumlah dan Persentase Petani yang Melakukan Pemupukan Kimia

(Anorganik) Sesuai dengan Anjuran.

16. Jumlah dan Persentase Petani yang Melakukan Pemeliharaan Tanaman

Sesuai dengan Anjuran.

17. Jumlah dan Persentase Petani yang Melakukan Pengendalian Hama dan

Penyakit Sesuai dengan Anjuran.

18. Jumlah dan Persentase Petani yang Melakukan Panen Sesuai dengan

Anjuran.

19. Jumlah dan Persentase Petani yang Melakukan Penanganan Pasca Panen

Sesuai dengan Anjuran.

20. Persentase Petani yang Menerapkan Teknologi Rumah Kompos terhadap


(11)

21. Kriteria Penilaian Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos terhadap Budidaya Padi Sawah Sistem SRI Berdasarkan Skor dan Jumlah Sampel yang Mengadopsi.

22. Skor Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos terhadap Budidaya Padi

Sawah Sistem SRI

23. Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos

24. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi

25. Hubungan Lamanya Berusahatani dengan Tingkat Adopsi

26. Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan dengan Tingkat Adopsi

Teknologi Rumah Kompos

27. Hubungan Tingkat Kosmopolitan dengan Tingkat Adopsi Teknologi

Rumah Kompos

28. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi

29. Hubungan Jumlah Tanggungan dengan Tingkat Adopsi

30. Hubungan Produksi dengan Tingkat Adopsi


(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul

1. Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

2. Tingkat Kosmopolitan Petani Sampel di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

3. Skor Tingkat Adopsi Paket Teknologi Rumah Kompos Terhadap Budidaya Padi Sawah Sistem SRI

4. Analisis Korelasi Rank Spearman Tingkat Adopsi dengan Faktor Sosial Ekonomi

5. Rekapitulasi Masalah Masalah yang Dihadapi oleh Petani Padi Sawah dalam Menerapkan Teknologi Rumah Kompos di Daerah Penelitian


(14)

ABSTRAK

RAIS ACEH (060309008) dengan judul skripsi “Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos (Studi Kasus : Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu

Kabupaten Serdang Bedagai)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si selaku ketua komisi pembimbing skripsi dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing skripsi.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian, mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi petani (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas) dengan tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian, untuk mengetahui masalah masalah apa saja yang dihadapi petani padi sawah dalam mengadopsi teknologi rumah kompos di daerah penelitian dan untuk mengetahui upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi petani padi sawah dalam mengadopsi teknologi rumah kompos di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara secara purposive dan penentuan pengambilan sampel berdasarkan metode simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 30 orang. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap teknologi rumah kompos dengan menggunakan metode skoring dan hubungan faktor sosial ekonomi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos dengan menggunakan rumus Rank Spearman dan dengan alat bantu perangkat lunak SPSS 13.

Adapun hasil dari penelitian yaitu :

1. Penerapan teknologi rumah kompos terhadap budidaya padi sawah sistem SRI

di daerah penelitian belum mengikuti semua komponen teknologi dan tidak sesuai dengan anjuran

2. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian sedang.

3. Terdapat hubungan faktor sosial ekonomi yaitu tingkat kosmopolitan, luas

lahan dan produksi dengan tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos

4. Tidak terdapat hubungan antara faktor sosial ekonomi yaitu tingkat

pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan dan produktivitas dengan tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos

5. Masalah masalah yang dihadapi petani dalam mengadopsi teknologi rumah

kompos di daerah penelitian adalah keterbatasan waktu, kurangnya pemahaman petani, keterbatasan modal petani dan masalah serangan hama dan penyakit tanaman.


(15)

6. Upaya yang telah dilakukan petani untuk mengatasi masalah masalah dalam

mengadopsi teknologi rumah kompos didaerah penelitian adalah

keikutsertaan dan bergabung dalam kegiatan kelompok tani dan kegiatan kegiatan penyuluhan, mencari informasi tentang teknologi, melakukan peminjaman modal dan dibutuhkan sinergi pemerintah dalam memfasilitasi modal/ pinjaman dan penanaman digunakan bibit yang bersertfikat.

Kata Kunci : Hubungan, Faktor Sosial Ekonomi, Adopsi dan Teknologi Rumah Kompos


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan proses yang dinamis membawa dampak perubahan struktural sosial dan ekonomi, pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis, terus berkembang yang diarahkan pada komoditas unggulan yang mampu bersaing hingga ke pasar internasional, hal ini dihubungkan dengan kemajuan iptek disektor pertanian untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan pasar (Salim, 1984).

Departemen Pertanian (Deptan) selama 2009 telah mengembangkan rumah kompos di 34 lokasi kelompok tani di seluruh Indonesia, untuk mendorong petani meningkatkan penggunaan pupuk organik tanpa harus membeli dan tergantung pada pabrik. Dana bantuan sosial (bansos) pengembangan rumah kompos diambil dari dana stimulus fiskal Ditjen Pengolahan Lahan dan Air (Deptan) yang masuk ke APBN-P tahun 2009 (Manan, 2009).

Pengembangan rumah kompos ini diharapkan mampu menekan ketergantungan petani pada pupuk anorganik atau kimia. Sebanyak 34 lokasi kelompok tani atau gabungan kelompok tani yang dijadikan pengembangan rumah kompos, yakni Sumatera utara terdiri dari kabupaten Serdang Bedagai dan Tanah Karo, Sumatera Barat (Dharmasraya) dan Bengkulu (Lebong). Banten di Pandeglang dan Lebak, Jawa Barat, meliputi Kabupaten Kuningan, Ciamis, Garut, Cianjur, Bogor dan Bandung Barat, sementara Jawa Tengah yakni Purworejo, Brebes, Pati, Wonosobo, Grobogan, Rembang, Salatiga dan Tegal. Di Yogyakarta rumah kompos dikembangkan di Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Di


(17)

Jawa Timur mencakup Kabupaten Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Nganjuk, Mojokerto, Jombang dan Trenggalek, sementara Sulawesi Selatan di Bantaeng, Maros, Soppeng dan Pangkep (Manan, 2009).

Dalam rangka mempercepat laju pembangunan pertanian maka kegiatan penyuluhan pertanian sangat memegang peranan penting. Dengan adanya penyuluhan pertanian para petani diharapkan mempunyai suatu persepsi yang positif terhadap suatu teknologi, kemudian dengan persepsi yang positif tersebut diharapkan petani bersedia mengubah sikap dan perilaku dalam pengolahan

usahatani sesuai dengan anjuran teknologi yang hendak diterapkan

(Gultom, 1994).

Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi bila para pengolah usahatani lebih terbuka sikapnya dan mampu melaksanakan anjuran penggerak perubahan terdapat hal hal yang baru. Pengolahan usahatani dimana saja dan kapan saja pada hakekatnya akan dipengaruhi oleh perilaku usahatani yang melakukan usahatani. Perilaku orang yang ternyata tergantung pada banyak faktor, diantaranya watak, suku, dan kebudayaan dari petani itu sendiri, tingkat kebudayaan bangsa dan masyarakatnya juga dari kebijakan pemerintah (Van Den Ban dan

Adopsi, dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekadar tahu, tetapi sampai benar benar dapat melaksanakan atau menerapkannya


(18)

dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan sikap, pengetahuan, dan atau ketrampilannya (Arip, 2009).

Di dalam praktek penyuluhan pertanian, penilaian tingkat adopsi inovasi biasa dilakukan dengan menggunakan tolok ukur tingkat mutu intensifikasi, yaitu dengan membandingkan rekomendasi yang ditetapkan dengan jumlah dan kualitas penerapan yang dilakukan di lapangan. Mengukur tingkat adopsi dengan tiga tolok ukur, yaitu kecepatan atau selang waktu antara diterimanya informasi dan penerapan yang dilakukan, luas penerapan inovasi atau proporsi luas lahan yang telah diberi inovasi baru, serta mutu intensifikasi dengan membandingkan penerapan dengan rekomendasi yang disampaikan oleh penyuluhnya (Mardikanto, 1994).

Dari khasanah kepustakaan diperoleh informasi bahwa kecepatan adopsi, ternyata dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu:

1) Sifat sifat atau karakteristik inovasi

2) Sifat sifat atau karakteristik calon pengguna 3) Pengambilan keputusan adopsi

4) Saluran atau media yang digunakan 5) Kualifikasi penyuluh (Arip, 2009).

Kemampuan mengadopsi teknologi yang berbeda beda tersebut diduga tergantung oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut bisa berasal dari luar diri petani dan dari dalam diri petani sendiri, misalnya kondisi sosial ekonomi dari petani yang menyebabkan tingkat adopsi petani terhadap


(19)

teknologi menjadi tinggi atau sebaliknya. Faktor sosial ekonomi masyarakat berupa umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produtivitas untuk merespon masalah yang dihadapi masyarakat petani di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

Menjadi permasalahan penelitian ini adalah bagaimana tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian, bagaimana hubungan antara faktor sosial ekonomi petani (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produtivitas) dengan tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian, masalah masalah apa saja yang dihadapi petani dalam mengadopsi teknologi rumah kompos di daerah penelitian, upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi petani dalam mengadopsi teknologi rumah kompos di daerah penelitian.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini adalah : bagaimana tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian? bagaimana hubungan antara faktor sosial ekonomi petani (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas) dengan tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian?,


(20)

Masalah masalah apa saja yang dihadapi petani dalam proses adopsi teknologi rumah kompos di daerah penelitian?, upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi petani padi sawah dalam mengadopsi teknologi rumah kompos di daerah penelitian?.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian, mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi petani (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas) dengan tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian, untuk mengetahui masalah masalah apa saja yang dihadapi petani padi sawah dalam mengadopsi teknologi rumah kompos di daerah penelitian dan untuk mengetahui upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi petani padi sawah dalam mengadopsi teknologi rumah kompos di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi

policy maker dalam mengambil kebijakan untuk menyusun program pertanian di

masa mendatang, berguna bagi masyarakat lainnya untuk mempelajari sistem pengolahan kompos, sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pihak yang terkait terhadap pengembangan tingkat adopsi petani terhadap teknologi rumah kompos,


(21)

untuk kepentingan akademis maupun non akademis, sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Hipotesis Penelitian

Tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian tinggi dan terdapat hubungan umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas petani padi sawah dengan tingkat adopsi terhadap teknologi rumah kompos.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Pertanian Organik

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor. Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan bahan alami tanpa menggunakan bahan bahan kimia sintetis (Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2010).

Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan

(eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan

produk pertanian organik dunia meningkat pesat (Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2010).

Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam


(23)

alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik (Andoko, 2002).

Pertanian organik saat ini telah berkembang secara luas, baik dari sisi budidaya, sarana produksi, jenis produk, pemasaran, pengetahuan konsumen dan organisasi/ lembaga masyarakat yang menaruh minat (concern) pada pertanian organik. Perkembangan ini memang tidak terorganisir dan berkesan berjalan sendiri sendiri. Namun demikian bila dicermati ada kesamaan tujuan yang ingin dicapai oleh para pelaku pertanian organik yaitu: menyediakan produk yang sehat, aman dan ramah lingkungan (Sulaeman, 2005).

Untuk meningkatkan pertumbuhan maka perlu dilakukan pemberian pupuk hayati yang bersifat ramah lingkungan yaitu pupuk organik. Pupuk organik bila digunakan di dalam tanah akan merangsang mikrobia, meningkatkan aktivitas biologis, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki struktur penyimpanan air tanah dengan begitu meningkatkan kesuburan (Rosmarkam dan

Pupuk Organik

Yuwono, 2003).

Kompos adalah pupuk organik yang bahan dasarnya dari pelapukan bahan tanaman atau limbah organik. Bahan dasar yang biasa digunakan seperti jerami, sekam, rumput rumputan, sampah kota atau limbah pabrik (Musnamar, 2003).

Dilihat dari bentuknya, ada dua macam pupuk organik yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik padat berbentuk padat yang mengaplikasikannya melalui akar dan pupuk cair berbentuk cairan yang pengaplikasiannya melalui daun (Andoko, 2002).

Proses pengomposan adalah suatu proses mikrobiologi. Bahan organik dirombak oleh aktifitas mikroorganisme sehinggga dihasilkan energi dan unsur


(24)

karbon sebagai pembangun sel sel tumbuh. Sumber energi diperoleh dari unsur N pada bahan organik mentah (Musnamar, 2003).

Di dalam pengomposan akan terjadi perubahan yang dilakukan oleh mikroorganisme, yaitu berupa penguraian selulose, hemiselulose serta lainnya

menjadi karbondioksida (CO2) dan air, pengikatan unsur hara oleh

mikroorganisme yang akan dilepaskan kembali bila mikroorganisme mati, serta pembebasan unsur hara senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang akan tersedia bagi tanaman. Dengan adanya perubahan perubahan tersebut, maka bobot dan isi bahan dasar kompos akan menjadi sangat berkurang (40-60)%, tergantung

bahan dasar kompos dan proses pengomposan. Sebagian besar senyawa CO2 akan

hilang ke udara (Musnamar, 2003).

Rumah Kompos

Rumah kompos merupakan tempat pembuatan kompos, dimana dalam proses pembuatan kompos memiliki koordinasi dan ketersediaan bahan baku yang cukup dalam pembuatannya. Rumah kompos tidak hanya sebagai tempat pembuatan kompos, tetapi memiliki peranan dalam pembinaan terhadap petani dengan mengadakan pelatihan pembuatan kompos.

Proses pembuatan kompos dapat dilakukan secara konvensional atau moderen. Secara konvensional, kompos yang dihasilkan berupa kompos siap pakai. Sementara secara moderen, kompos yang dihasilkan untuk dikomersilkan atau dijual. Biasanya skala pembuatannya sudah tergolong skala industri karena menggunakan peralatan atau mesin moderen (Musnamar, 2003).


(25)

oleh dua kelompok tani dan masing masing kelompok memiliki koordinator atau ketua kelompok tani.

Pembuatan kompos di daerah penelitan cukup sederhana, yaitu memiliki : a. Bahan dan alat :

1. Kotoran hewan ternak khususnya ternak sapi 2. Jerami

3. EM 4 (pengurai)

4. Alat alat yang diperlukan seperti mesin APPO (alat pembuatan pupuk

organik), cangkul dan sekop

b. Cara Pembuatan

1. Sebelumnya kotoran ternak dipastikan dalam keadaan kering dan jerami

digiling yang telah difermentasi selama kurang lebih 3 (tiga) minggu

2. Kotoran ternak ditebarkan atau disebarkan di lapangan yang beralaskan

semen atau plastik

3. Ketebalan penyebaran kotoran ternak setebal 20 cm kemudian disiramkan

dengan EM4 sampai basah secukupnya

4. Setelah disiramkan EM4 kemudian ditimpakan atau dibaluti dengan jerami

setebal 20 cm, dan seterusnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang kita inginkan dalam proses pembuatannya

5. Dalam 1 minggu dilakukan pembalikkan atau bahan baku kompos tersebut

dibalik balik

6. Sesuai dengan wawancara dengan koordinator rumah kompos dilapangan,


(26)

ternak sapi/ lembu dan ditambah l liter EM4 sebagai pengurai, maka akan menghasilkan 1,5 ton hingga 2 ton pupuk kompos.

Budidaya Padi Sawah Sistem SRI (System of Rice Intensification).

Budidaya padi organik metode SRI mengutamakan potensi lokal dan disebut pertanian ramah lingkungan, akan sangat mendukung terhadap pemulihan kesehatan tanah dan kesehatan pengguna produknya. Pertanian organik pada prinsipnya menitik beratkan prinsip daur ulang hara melalui panen dengan cara mengembalikan sebagian biomasa ke dalam tanah, dan konservasi air, mampu memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional (Mutakin, 2005).

Mutakin (2005), mengemukakan bahwa keunggulan dan manfaat sistem SRI adalah sebagai berikut :

A. Keunggulan Sistem SRI

1. Tanaman hemat air. Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen

memberikan air maksimal 2 cm, paling baik macak macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak ( irigasi terputus).

2. Hemat biaya. Hanya butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya

pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang dan lain lain.

3. Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 - 12 hari setelah tanam, dan waktu

panen akan lebih awal.


(27)

5. Ramah lingkungan, tidak menggunakan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos dan kandang), begitu juga penggunaan pestisida.

B. Secara umum manfaat dari budidaya metode SRI adalah sebagai berikut

1. Hemat air (tidak digenang), kebutuhan air hanya 20-30% dari kebutuhan

air untuk cara konvensional

2. Memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan

keseimbangan ekologi tanah

3. Membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di

lahannya sendiri. Tidak tergantung pada pupuk dan pertisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka

4. Membuka lapangan kerja dipedesaan, mengurangi pengangguran dan

meningkatkan pendapatan keluarga petani

5. Menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak

mengandung residu kimia

6. Mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang

Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Terhadap Teknologi Rumah Kompos

Pada dasarnya, proses adopsi pasti melalui tahapan tahapan sebelum masyarakat mau menerima/ menerapkan dengan keyakinannya sendiri, meskipun selang waktu antar tahapan satu dengan yang lainnya itu tidak selalu sama (tergantung sifat inovasi, karakteristik sasaran, keadaan lingkungan fisik maupun sosial), dan aktivitas/ kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh). Inti dari setiap upaya pembangunan yang disampaikan melalui kegiatan penyuluhan, pada dasarnya ditujukan untuk tercapainya perubahan perubahan perilaku masyarakat


(28)

demi terwujudnya perbaikan mutu hidup yang mencakup banyak aspek, baik: ekonomi, sosial, budaya, ideologi, politik maupun pertahanan dan keamanan. Karena itu, pesan pesan pembangunan yang disuluhkan haruslah mampu mendorong atau mengakibatkan terjadinya perubahan perubahan yang memiliki sifat pembaharuan (Arip, 2009).

Tingkat adopsi dipengaruhi oleh persepsi petani tentang ciri ciri inovasi dan perubahan yang dikehendaki oleh inovasi di dalam pengelolaan pertanian dari keluarga petani.

Inovasi biasanya di adopsi dengan cepat karena :

Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani.

Kompatibilitas / keselarasan dengan nilai nilai, pengalaman, dan kebutuhan.

Kompleksitas / tidak rumit

Dapat dicoba

Dapat diamati

Inovasi adalah suatu gagasan melukiskan objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir (Van Den Ban dan

Petani sebagai subjek utama yang menentukan kinerja produktivitas usahatani yang dikelolanya. Secara naluri petani menginginkan usahataninya memberikan manfaat tertinggi dari sumber daya yang dikelola. Produktivitas sumber daya usahatani tergantung pada teknologi yang diterapkan. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan petani dalam menggunakan teknologi yang didorong oleh aspek sosial dan ekonomi merupakan syarat mutlak tercapainya


(29)

upaya pengembangan pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas di suatu daerah (Yusdja, dkk, 2004).

Agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dapat membantu petani meramalkan peluang keberhasilan dengan segala konsekuensinya, dengan memberikan wawasan luas

yang dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek sosial dan aspek ekonomi

(Van Den Ban dan

Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non formal), bagi petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta

menjaga kelestarian lingkungannya (better environment) (Departemen Pertanian, 2009).

Hawkins, 2000).

Teknologi yang digunakan petani masih relatif sederhana, masih banyak menggunakan varietas lokal dan varietas unggul tidak berlabel. Cara tanam tidak beraturan, baik dengan caplak satu arah atau caplak dua arah, sehingga populasi rendah. Penggunaan pupuk sangat tergantung dengan dana yang ada (Miswarti, dkk, 2004).

Pada dasarnya perilaku petani sangat di pengaruhi oleh pengetahuan,

kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri. Dengan digiatkannya penyuluhan pertanian diharapkan akan terjadi perubahan perubahan terutama pada perilaku serta bentuk bentuk kegiatannya seiring dengan terjadinya perubahan cara


(30)

berfikir, cara kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan, baik bagi dirinya beserta keluarganya maupun lingkungannya. Faktor faktor sosial ekonomi petani sangat mempengaruhi petani dalam menerapkan inovasi tentang usahataninya, sehingga dalam penerapan dan pengembangan berusahatani yang baik memerlukan tingkat adopsi yang tinggi dari petani untuk mengembangkan usahataninya. Petani yang dinamis tentu saja sadar dan terbuka hingga pada tingkat penerapan akan hal adanya perubahan berupa teknologi inovasi dalam pengembangan usahataninya.

Landasan Teori

Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide atau alat teknologi yang baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi. Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, memilih sampai menerapkan inovasi tersebut (Levis, 1996).

Besarnya perhatian dan keyakinan pemerintah Indonesia akan pentingnya sektor pertanian dapat dilihat dari kesungguhannya dalam membangun pertanian di negara ini. Segala sarana dan prasarana pertanian disediakan, demikian pula segala kemudahan bagi petani, termasuk berbagai bentuk subsidi. Guna mencapai peningkatan produksi, teknologi memang diperlukan, dan para petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju (Slamet, 2003).


(31)

Proses penerimaan inovasi terdapat 5 (lima) tahapan yang dilalui sebelum seseorang bersedia menerapkan suatu inovasi yang diperkenalkan kepadanya, yaitu :

1. Sadar, adalah seseorang belajar tentang ide baru, produk, atau praktek baru. Dia hanya mmpunyai pengetahuan umum mengenai ide baru tersebut, tidak mengetahui kualitasnya dan pemanfaatannya secara khusus

2. Tertarik, adalah tidak seseorang tidak punya hanya mengetahui keberadaan

ide baru itu, tetapi ingin mendapatkan informasi lebih banyak dan lebih mendetail

3. Penilaian, adalah seseorang menilai semua informasi yang diketahuinya dan

memutuskan apakah ide baru itu baik untuknya

4. Mencoba, seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide tersebut,

dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurun waktu yang lama dan dalam skala yang terbatas

5. Adopsi atau menerapkan, adalah tahap seseorang meyakini akan kebenaran

atau keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga mendorong penerapan orang lain, dan inovasi biasanya diadopsi degan cepat karena :

- Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani - Sesuai dengan nilai-nilai sosial/ adat setempat - Tidak rumit

- Dapat dicoba dalam sekala kecil - Mudah diamati (Ginting, 2002).


(32)

Kecepatan setiap petani dalam menerapkan inovasi ataupun teknologi baru tidak sama, ada yang lambat dan ada yang cepat. Melalui penyuluhan pertanian dapat di bedakan beberapa golongan petani antara lain :

1. Inovator

2. Penerap inovasi teknologi lebih dini

3. Penerap inovasi teknologi lebih awal

4. Penerap inovasi teknologi lebih akhir

5. Penolak teknologi inovasi (Kartasapoetra , 1994).

Faktor Sosial Ekomomi

Adopsi teknologi baru merupakan proses penerapan tekonologi oleh sasaran atau petani pada usahataninya. Tingkat adopsi ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial ekonomi sasaran/ petani yaitu : Umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas.

1. Umur

Semakin muda umur petani maka semakin semangat untuk mengetahui hal hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994).

Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Umur dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja dimana


(33)

dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

2.Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar, selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih moderen. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi adalah relatif lebih cepat melakukan adopsi inovasi (Soekartawi, 1986).

Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya kurang menyenangi inovasi, sehingga sikap mental untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pertanian kurang (Ginting, 2002).

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya (Hasyim, 2006).

3. Lamanya Berusahatani

Petani yang sudah lebih lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, karena pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan (Ginting, 2002).

Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal hal yang baik untuk waktu waktu berikutnya (Hasyim, 2006).

4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang


(34)

disampaikan benar-benar bermanfaat bagi petani untuk usahataninya. Hal ini disebabkan karena informasi yang diberikan oleh petani hingga sampai pada taraf mempercayai yang berpengaruh adalah proses penyampaian atau metode penyampaian, sehingga makin sering petani mengikuti penyuluhan maka semakin terpengaruh petani terhadap hal yang disampaikan kepadanya (Hasyim, 2003).

Penyuluhan pertanian harus mengetahui kebutuhan apa saja yang dapat dipenuhi dengan ketersediaan sumber daya yang ada. Layanan penyuluhan didasarkan pada pemikiran bahwa individu petani memiliki keterbatasan dalam mengakses teknologi dan mengadopsinya untuk meningkatkan manajemen usahataninya serta memperbaiki kehidupan ekonominya (Kartasapoetra, 1994).

Petani yang aktif atau sering melakukan kunjungan aktivitas penyuluhan akan semakin cepat untuk mampu mengadopsi segala bentuk informasi berupa teknologi inovasi.

5. Tingkat Kosmopolitan

Kosmopolitan merupakan keterbukaan suatu kelompok masyarakat terhadap dunia luar atau terjadinya perubahan gaya hidup satu kelompok masyarakat yang terjadi karena adanya pengaruh pengaruh dari luar kelompok masyarakat tersebut dimana gaya hidup itu diadopsi oleh masyarakat tersebut manjadi gaya hidup mereka (Naisbitt, 1990).

Tingkat kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan maupun hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya akan memberikan inovasi baru bagi petani dalam menjalankan usahataninya. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dengan penggunaan sumber inovasi baru antara lain media elektronik (televisi, radio, telepon), media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) dan bepergiannya


(35)

petani keluar daerah tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka memasarkan hasil usahataninya juga untuk mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertaian (Nasution, 1989).

Derajat kosmopolitan tinggi yaitu melakukan mobilitas dengan cepat pergi kesana kemari untuk memperoleh informasi (Soekartawi, 1996).

Tingkat kosmopolitan petani memiliki hubungan terhadap cepat lambatnya petani menerima inovasi, sehingga petani diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi baru. Pandangan petani akan semakin kosmopolitan didukung jika sering berhubungan dengan orang luas, tingkat kosmopolitan didukung oleh fasilitas tranportasi dan komunikasi dengan masyarakat yang lebih luas sehingga proses masuknya ide ide baru lebih mudah.

6. Jumlah Tanggungan Keluarga

Petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan lebih sulit dalam menerapkan teknologi baru karena biaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga sangat tinggi, sehingga mereka sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi tersebut tidak berhasil (Soekartawi, 1986).

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor ekonomi yang perlu

diperhatikan dalam menentukan pendapatan petani dalam memenuhi

kebutuhannya (Hasyim, 2006).

Keluarga yang memiliki sebidang tanah tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan akan semakin bertambah. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga, akan mendorong petani untuk melakukan banyak kegiatan


(36)

atau aktifitas terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan keluarga (Kesuma, 2006).

7. Luas Lahan

Petani yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dibanding dari pada petani yang berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efesiensi dalam penggunaan sarana produksi (Soekartawi, 1986).

Luas lahan pertanian akan dipengaruhi oleh skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya suatu peningkatan usaha pertanian (Ginting, 2002).

Besarnya luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, sehingga semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima.

8. Produksi

Produksi merupakan sejumlah hasil dalam satuan lokasi dan waktu

tertentu. Hasil merupakan output yang diperoleh dari hasil pengelolaan input produksi dan sarana produksi dalam suatu usahatani (Soekartawi, 1998).

Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan para petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Teknologi yang diterapkan dalam mendukung pembangunan pertanian Indonesia merupakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan mutu dan diversifikasi produk olahan di sektor hilir, baik itu untuk skala kecil, menengah, maupun besar (Van Den Ban, 2000).


(37)

9. Produktivitas

Pada umumnya pengetahuan petani kecil itu terbatas, sehingga mengusahakan kebunnya secara tradisional, kemampuan permodalannya juga terbatas dan bekerja dengan alat alat sederhana. Dengan demikian produktivitas dan produksinya rendah (Soekartawi, 1996).

Untuk meningkatkan produktivitas usahatani padi sawah sekaligus memberdayakan petani. Program Peningkatan Ketahanan Pangan telah memberikan bantuan fasilitas penguatan modal, pelatihan dan pembinaan agar petani mau dan mampu bekerjasama dan mampu menerapkan teknologi sesuai

rekomendasi dengan manajemen usahatani yang profesional

(Departemen Pertanian, 2000).

Usahatani yang bagus sebagai usahatani produktif dan efisien sering dibicarakan sehari hari. Usahatani yang produktif berarti usahatani yang produktivitasnya tinggi. Produktivitas sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari kesatuan input. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan

hasil produksi bruto sebesar besarnya pada tingkatan teknologi

(Soeharsono, 1989).

Kerangka Pemikiran

Rumah kompos merupakan tempat pembuatan kompos. Akan tetapi, rumah kompos dapat merangkap fungsi yang dapat digunakan sebagai tempat pelatihan pembuatan kompos dan pembinaan terhadap petani, tempat pertemuan


(38)

antara petani sehingga terjalin silaturrahim/ hubungan persaudaraan serta tempat sumber informasi yang berguna bagi petani.

Keberadaan teknologi rumah kompos akan memberikan tenggapan yang baik bagi kelangsungan aktivitas usahatani sehingga mampu memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan petani.

Dalam memperkenalkan, mengajak hingga merubah perilaku dan keterampilan petani sebagai sasaran untuk mengadopsi teknologi rumah kompos, maka serangkaian itu teknologi rumah kompos tidak lepas dari peranan penyuluhan.

Adopsi teknologi baru merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usahataninya. Hal ini berhubungan dengan beberapa faktor sosial ekonomi petani, yaitu umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas.

Seorang petani dalam mengadopsi teknologi rumah kompos tidaklah sama, ada yang cepat, ada yang lambat bahkan ada yang menunda atau tidak menerima (menolak). Oleh karena itu, tingkat adopsi dapat dikategorikan rendah, sedang dan tinggi.

Proses adopsi petani terhadap teknologi rumah kompos banyak menghadapi berbagai masalah dan dari berbagai masalah tersebut petani mencari terhadap penyelesaian berbagai masalah yang dihadapinya.


(39)

Berdasarkan penjelasan, maka dapat dilihat dalam skema kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos

Kerterangan : Menyatakan Hubungan

Rumah

Kompos

Faktor Sosial Ekonomi Petani :

1.Umur

2.Tingkat Pendidikan 3.Lamanya Berusahatani 4.Frekuensi Mengikuti

Penyuluhan

5.Tingkat Kosmopolitan 6.Jumlah Tanggungan

Keluarga 7.Luas Lahan 8.Produksi 9.Produktivitas

Penyuluhan

Masalah Masalah Petani

Upaya untuk Mengatasi Masalah

Tingkat Adopsi


(40)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah sampel ditentukan secara purposive yaitu penentuan secara sengaja di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai, dengan pertimbangan di desa tersebut adanya bangunan rumah kompos dan tersedianya bahan baku seperti kotoran ternak sapi/ lembu sebagai bahan baku pembuatan kompos dengan dua lokasi yaitu di Dusun Darul Aman dan Dusun Payanibung II. Desa Sei Buluh mencapai jumlah penduduk 9281 jiwa pada akhir bulan Desember Tahun 2009.

Metode Penentuan Sampel Penelitian

Pengambilan sampel secara Simple Random Sampling dengan jumlah sampel diambil secara acak sederhana yaitu sebanyak 30 petani, sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel dan memiliki konsisten sama yaitu petani padi sawah yang sama sama menggunakan kompos dalam usahataninya. Menurut pendapat

Baileyn dalam buku Soepomo 1997, ukuran sampel paling minimum adalah 30

sampel dari suatu populasi. Sampel penelitian dihitung dengan menggunakan persamaan.

Js

Dimana :

Spl = Jumlah Sampel n = Jumlah Sub Populasi N = Total Populasi


(41)

Berdasarkan survei dilapangan, bahwa keberadaan 2 unit rumah kompos di Desa Sei Buluh pada tahap awal hanya mampu menyuplai kebutuhan di 4 dusun yang terdiri atas 2 kelompok yaitu kelompok Tunas Harapan dan Kelompok Srikandi dan diharapkan ditahun depan diperkirakan dapat dipasarkan atau dapat memenuhi kebutuhan kelompok lain.

Spl 1 = 295 .30 Spl 2 = 279 .30

869 869

Spl 1 = 10,18 (10 jiwa) Spl 2 = 9,63 (10 jiwa)

Spl 3 = 200 .30 Spl 4 = 95 .30

869 869

Spl 3 = 6,90 (7 jiwa) Spl 4 = 3,27 (3 jiwa)

Keterangan :

Spl 1 : Jumlah sampel di Dusun Darul Aman Spl 2 : Jumlah sampel di Dusun Payanibung I Spl 3 : Jumlah sampel di Dusun Payanibung II Spl 4 : Jumlah sampel di Dusun Pematang Pasir Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel.1

Tabel 1. Penentuan Sampel Penelitian di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai

Dusun Jumlah Sub

Populasi (Jiwa)

Jumlah Sampel (Jiwa)

Persentase (%)

Darul Aman 295 10 33.33

Payanibung I 279 10 33,33

Payanibung II 200 7 23,33

Pematang Pasir 95 3 10

Total 869 30 100


(42)

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani di daerah penelitian melalui survei, wawancara maupun daftar kuesioner yang telah disiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Penyuluh Pertanian Lapangan, Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai, Kantor Kepala Desa Sei Buluh dan instansi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metoda Analisis Data

Adapun metoda analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Dengan menghitung tingkat adopsi petani padi sawah terhadap paket teknologi rumah kompos dengan menggunakan metode skoring dalam Tabel 2 berikut :

Tabel 2 . Penerapan Teknologi Rumah Kompos terhadap Budidaya Padi Sawah Sistem SRI (System of Rice Intensification) di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai. Provinsi Sumatera Utara.

No Uraian Penerapan Pengukuran Skor

1 Pengolahan Lahan - Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum tanam - Dengan menggunakan traktor tangan

- Kedalaman 30 cm,

sampai terbentuk struktur lumpur.

1.Melakukan semua

teknologi pengolahan

lahan sesuai dengan

anjuran

2.Melakukan satu hingga

tiga teknologi

pengolahan lahan sesuai dengan anjuran

3.Melakukan pengolahan lahan tidak sesuai

3

2


(43)

diratakan untuk mempermudah

mengontrol dan mengendalikan air

2 Pemilihan Bibit

- Menggunakan bibit

yang bersertifikat, seperti bibit Ciherang dan Inpari I

- Gunakan satu jenis bibit pada setiap lahan yang diusahakan - Pembibitan untuk

ditanam 10 hari setelah disemai

1.Melakukan semua

teknologi pemilihan

bibit sesuai dengan

anjuran

2.Melakukan satu hingga dua teknologi pemilihan

bibit sesuai dengan

anjuran

3.Melakukan pemilihan

bibit tidak sesuai anjuran

3

2

1

3 Penanaman

- Jarak Tanam 30 cm

x 30 cm

- Bibit ditanam pada kedalaman 5 cm - Tiap lubang

penanaman bibit ditanam satu satu

1.Melakukan semua

teknologi penanaman

sesuai dengan anjuran 2.Melakukan satu hingga

dua teknologi

penanaman sesuai

dengan anjuran

3.Melakukan penanaman tidak sesuai anjuran

3

2

1

4 Perbanyakan Anakan

- Dapat dilihat stelah berumur 1 bulan - Anakan dibiarkan - Bibit yang layu,

mati atau tumbang diawaskan bila perlu diperhatikan untuk diganti dengan bibit baru (penyisipan kembali).

1.Melakukan semua

teknologi perbanyakan anakan sesuai dengan anjuran

2.Melakukan satu hingga dua teknologi sesuai dengan anjuran

3.Melakukan

perbanyakan anakan tidak sesuai anjuran

3

2

1

5 Pemupukan (Kompos/

Organik)

- Pupuk kompos

diberikan sebelum penanaman bibit

- Pemberian pupuk

kompos sebelum tanam dilakukan secara penyebaran

- Kebutuhan pupuk

kompos 200 kg/ rante (5 ton/ Ha)

1.Melakukan semua

teknologi pemupukan

dengan kompos sesuai dengan anjuran

2.Melakukan satu hingga

tiga teknologi pemupukan dengan kompos sesuai dengan anjuran

3 Melakukan pemupukan 3

2


(44)

pada lahan yang belum pernah memakai pupuk kompos

sebelumnya dan 100 kg pada lahan yang telah memakai pupuk kompos sebelumnya

- Pemeberian pupuk

kompos dapat diberikan sampai 2 musim tanam

dengan kompos tidak sesuai anjuran

6 Pemupukan (Kimia/ Anorganik)

- Dilakukan

pemberian Urea yang ditaburkan dengan ukuran 5

kg/ rante (±125kg/ha)

- SP-36 sebanyak

6kg (±150kg/ha)

- ZA sebanyak

2kg/rante (±50 kg/ha)

- Penggunaan pupuk

kimia tersebut dapat dicampurkan bersamaan.

- Penggunaan pupuk

kimia tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan

tanaman dan keadaan fisik tanah (kesuburan tanah)

1.Melakukan semua

teknologi pemupukan

kimia sesuai dengan anjuran

2.Melakukan satu hingga

tiga teknologi pemupukan kimia sesuai dengan anjuran

3. Melakukan pemupukan kimia tidak sesuai anjuran

3

2

1

7 Pemeliharaan

- Membutuhkan air

yang, cukup dengan kondisi tanah yang basah, untuk mempermudah pemeliharan - Pengelolaan air

dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 HST (hari sebelum

1.Melakukan semua

teknologi pemeliharaan sesuai dengan anjuran 2.Melakukan satu hingga

tiga teknologi

pemeliharaan sesuai

dengan anjuran 3.Melakukan pemeliharaan tidak sesuai anjuran 3 2 1


(45)

padi dikeringkan, kemudian pada umur 10 hari diberikan air, dilakukan penyiangan - Setelah dilakukan

penyiangan tanaman tidak digenangi

- Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak dikeringkan - Pemeliharaan membutuhkan waktu ekstra dengan melihat bibit yang rusak atau mati segera digantikan dengan bibit baru 8 Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP) - Pengendalian Ganjur seperti nyamuk yang masuk kedalam batang padi sehingga tidak mengeluarkan malai (bakal padi), cukup dengan diairi dengan air hingga batang padi tenggelam supaya hama keluar yang sering terjadi pada musim hujan - Pengendalian terhadap wereng dengan penggunaan perangkap yaitu lampu minyak dilakukan di atas wadah berisi air sehingga

diharapkan wereng terkumpul.

1.Melakukan semua

teknologi PHP sesuai dengan anjuran

2.Melakukan satu hingga dua teknologi PHP sesuai dengan anjuran 3.Melakukan PHP tidak

sesuai anjuran

3

2


(46)

- Pengendalian berbagai jenis hama dan penyakit yang akan terjadi pada padi sawah organik sistem SRI, misalnya bercak coklat dan blast adalah lebih mengandalkan cara pencegahan dibanding pengobatan, yaitu dengan cara pemilihan bibit yang bersertifikat dengan mutu yang terjamin, pestisida nabati (dari tumbuhan) dan pestisida hewan (dari hewan).

9 Panen

- Butir gabah menguning mencapai sekitar 80% dan

tangkainya sudah menunduk.

- Pemanenan dapat

dilakukan 110-115 hari.

- Pemanenan dapat

dilakukan sesuai jenis bibitnya, misalnya : untuk bibit Ciherang setelah berumur 110 hari, dan Inpari 1 setelah berumur 105 hari

- Menggunakan sabit

pemotong - Perontokkan dilakukan dengan Power Thresser (alat mesin perontok) yang

1.Melakukan semua

teknologi panen sesuai dengan anjuran

2.Melakukan satu hingga empat teknologi panen sesuai dengan anjuran

3.Melakukan pemanenan

tidak sesuai anjuran

3

2


(47)

terpal atau juga dihalaman rumah yang sudah dibersihkan untuk mengantisipasi dalam hal meminimalisasi gabah banyak terbuang.

10 Pasca Panen

- Dilakukan pengeringan di bawah sinar

matahari sekitar 2-3 hari agar gabah tahan lama disimpan - Dilakukan

penggilingan dengan alat mesin penggiling

- Penggilingan biasanya dilakukan sebanyak 2 kali

- Penyimpanan beras

dilakukan setelah pengemasan dalam karung plastik

1.Melakukan semua

teknologi pasca panen sesuai dengan anjuran 2.Melakukan satu hingga

tiga teknologi pasca panen sesuai dengan anjuran

3.Melakukan perlakuan pasca panen tidak sesuai anjuran

3

2

1

Sumber : Koordinator Rumah Kompos Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk ` Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai, 2010

Penilaian skoring paket teknologi rumah kompos terhadap budidaya padi sawah sistem SRI (System of Rice Intensification) di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

1. Mengikuti semua teknologi sesuai dengan anjuran, skor 3. 2. Melakukan salah satu teknologi sesuai dengan anjuran, skor 2. 3. Melakukan perlakuan teknologi tertentu tidak sesuai anjuran, skor 1.

Tingkat adopsi petani padi sawah sistem SRI terhadap teknologi rumah kompos dapat diukur dengan kriteria di atas, maka skor tingkat adopsi berada


(48)

diantara skor 1 sampai dengan skor 30, sehingga dapat ditentukan kategori tingkat adopsi petani padi sawah sistem SRI terhadap teknologi rumah kompos di desa Sei Buluh, kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan skor,sebagai berikut :

≤ 16 = tingkat adopsi rendah

17 sampai dengan 23 = tingkat adopsi sedang 24 sampai dengan 30 = tingkat adopsi tinggi

Dengan menggunakan rumus Rank Spearman terhadap masing masing faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi rumah kompos yang akan diuji dengan rumus sebagai berikut :

N 3 - N

tα = α ; db (n-2)

dimana range rs = -1 ≤ 0 ≥ 1

Keterangan :

rs = rangk spearman

di = Selisih antara ranking nilai karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi

N = Jumlah petani yang mengadopsi teknologi rumah kompos db = drajat bebas

Dengan kriteria sebagai berikut :


(49)

Ho : Tidak terdapat hubungan faktor sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian

H1 = Terdapat hubungan faktor sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi

petani terhadap teknologi rumah kompos di daerah penelitian

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam

penelitian ini, maka diberikan beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide atau alat teknologi yang baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi

2. Inovasi adalah gagasan, tindakan, atau teknologi termasuk barang yang

dinggap baru oleh seseorang. Inovasi dalam penelitian ini adalah paket teknologi rumah kompos

3. Usahatani adalah kegiatan atau upaya petani untuk menggunakan atau

memanfaatkan faktor faktor produksi alam, tanah, tenaga kerja, modal, dan ruang dalam suatu usaha pertanian secara efisien sehingga dapat diperoleh hasil berupa produksi maupun keuntungan finansial secara optimal.

4. Rumah kompos adalah unit pengembangan, pembinaan dan pembuatan pupuk

kompos

5. SRI (System of Rice Intensification) adalah cara bertanam padi kembali ke

alam, dimana petani mengurangi atau tidak lagi memakai pupuk kimia, tetapi memanfaatkan jerami, limbah gergaji, sekam, pohon pisang, pupuk kandang/ kotoran ternak dan kompos.


(50)

6. Tingkat adopsi adalah tingkat penerapan teknologi pengembangan, pembinaan dan pembuatan pupuk kompos dengan parameter sebagai berikut :

≤ 16 = tingkat adopsi rendah

17 sampai dengan 23= tingkat adopsi sedang 24 sampai dengan 30 = tingkat adopsi tinggi 7. Faktor Sosial Ekonomi, meliputi :

- Umur (x1) adalah usia petani pada saat penelitian yang diukur berdasarkan

usia dalam satuan tahun

- Tingkat pendidikan (x2) adalah lama pendidikan formal yang pernah

ditempuh oleh petani dalam satuan tahun

- Lamanya berusahatani (x3) adalah lamanya waktu sejak seorang petani

mulai melakukan usahatani pertama kali hingga saat ini yang diukur dalam satuan tahun

- Frekuensi mengikuti penyuluhan (x4) adalah jumlah kehadiran petani

dalam kegiatan penyuluhan pertanian dalam satu tahun terakhir

- Tingkat kosmopolitan (x5) petani sampel adalah keterbukaan petani dalam

menerima atau memperoleh inovasi baru

- Jumlah tanggungan keluarga (x6) adalah jumlah seluruh anggota keluarga

yang menjadi tanggung jawab petani

- Luas lahan (x7 )adalah luas area yang diusahakan petani yang dinyatakan

dalam satuan hektar (ha)

- Produksi (x8) adalah hasil yang diperoleh petani spadi sawah atas


(51)

- Produktivitas (x9) adalah perbandingan produksi padi sawah dengan luas

lahan yang dimiliki oleh petani sampel, yang dinyatakan dalam satuan ton/ ha (ton/ha)

- Masalah adalah faktor faktor yang dapat menghalangi atau mengurangi

kelancaran dalam proses adopsi teknologi rumah kompos di daerah penelitian

- Upaya adalah usaha yang dilakukan guna mengatasi permasalahan yang

ada dalam proses adopsi teknologi rumah kompos di daerah peneltian

Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu,

Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Waktu penelitian adalah dimulai dari bulan Mei sampai dengan bulan

Oktober 2010.

3. Petani yang menjadi sampel penelitian adalah petani padi sawah di Desa Sei

Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Faktor sosial ekonomi yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas.


(52)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian Luas Daerah dan Topografi Desa

Desa Sei Buluh terletak di Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

dengan luas wilayah 800,4 Ha. jumlah penduduk Desa Sei Buluh sebanyak 9281 jiwa. Desa Sei Buluh memiliki 10 Dusun, yaitu Dusun Simpang Tanah Raja, Dusun Ladang Lama I, Dusun Ladang Lama II, Dusun Payanibung I, Dusun Payanibung II, Dusun Darul Aman, Dusun Bakti, Dusun Pematang Pasir, Dusun Suka Makmur dan Dusun Ulin.

Adapun batas batas daerah adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan

Sebelah Selatan : Desa Kebun Tanah Raja PTPN III Kecamatan Sei

Rampah

Sebelah Timur : Desa Liberia Kecamatan Teluk Mengkudu

Sebelah Barat : Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan

Tata Guna Lahan

Desa Sei Buluh yang memiliki luas wilayah 800,4 Ha yang sebagian pemakaian lahan terluas adalah areal sawah yaitu ±600 Ha dan selebihnya adalah perkantoran, pemukiman dan prasarana umum lainnya. Pola penggunaan lahan di Desa Sei Buluh adalah sawah irigasi.


(53)

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Desember 2009 terdiri dari 9281 jiwa (2303 KK) dengan jumlah penduduk pria sebanyak 4647 jiwa dan wanita 4634 jiwa yang terdiri dari berbagai kelompok umur. Berikut penjelasannya Tabel 3, dimana Desa ini dibagi atas 10 dusun.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sei Buluk, Tahun 2009

No Dusun Jumlah Jiwa Pria Wanita

1 Simpang Tanah Raja 1272 633 639

2 Ladang Lama I 542 258 284

3 Ladang Lama II 1364 680 684

4 Payanibung I 1077 542 535

5 Payanibung II 665 339 326

6 Darul Aman 1498 770 728

7 Bakti 841 414 427

8 Pematang Pasir 548 277 271

9 Suka Makmur 1366 679 687

10 Ulin 108 55 53

Jumlah 9281 4647 4634


(54)

Tabel 4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Tahun 2009

No Jenis mata

Pencaharian

Jumlah

(KK)e Persentase (%)

1 PNS 93 1,00

2 TNI/ POLRI 26 0,28

3 KARYAWAN 208 2,24

4 WIRASWASTA 1778 19,15

5 JASA 429 4,62

6 TANI 1756 18,92

7 NELAYAN - -

8 BURUH 2286 24,63

9 LAINNYA 2705 29,14

Jumlah 9281 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2009

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa penduduk yang tersebar memperoleh mata pencaharian sebagai petani 1756 KK dengan persentase 18,92%, buruh 2286 KK dengan persentase 24,63 %, wiraswasta 1778 KK dengan persentase 19,15%, karyawan 208 KK dengan persentase 2,24%, PNS 93 KK dengan persentase 1,00%, penduduk yang mata pencaharian sebagai TNI/ Polri 26 KK dengan persentase 0,28% dari pencaharian lainnya yakni 2705 KK dengan persentase sebesar 29,14%.


(1)

Lampiran 1

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel Desa Sei Buluh Kecamatan

Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

Nomor

Ssampel

Umur

(thn)

Tingkat

Pendidik

an (thn)

Lamanya

Berusaha-tani

Frek.Men

gikuti

Penyuluha

n

Tingkat

Kosmopolit

an

Luas

Lahan

(ha)

Jumlah

Tanggun

gan

Keluarga

Produksi

(ton)

Produktivitas

(ton/ ha)

1

37

12

15

2

28

0.12

3

0.500

4.166

2

48

9

19

3

23

1.2

6

7.000

5.833

3

63

6

45

2

19

1.2

3

6.000

5.000

4

30

9

10

2

23

0.4

3

2.500

6.250

5

35

9

12

3

28

0.16

4

1.000

6.250

6

40

12

16

2

15

0.08

3

0.520

6.500

7

28

12

5

2

18

0.2

3

1.300

6.500

8

26

9

7

2

28

0.12

3

0.810

6.750

9

26

12

5

2

24

0.12

2

0.780

6.500

10

65

6

47

1

35

0.08

1

0.500

6.250

11

38

9

10

2

22

0.12

3

0.800

6.666

12

57

12

25

1

24

0.12

3

0.780

6.500

13

67

6

47

1

20

0.24

1

1.200

5.000

14

42

6

20

2

26

0.16

6

1.000

6.250

15

51

6

20

3

21

0.48

3

3.300

6.875

16

33

12

10

2

23

0.44

2

2.420

5.500

17

48

6

25

1

29

0.16

4

1.000

6.250

18

36

12

10

2

16

0.28

4

1.400

5.000

19

42

9

15

2

24

0.16

2

0.900

5.625

20

65

12

45

3

24

0.92

2

5.750

6.250

21

41

9

20

1

23

0.12

5

0.500

4.166

22

43

12

20

2

20

0.4

4

2.500

6.250

23

28

9

10

1

24

0.28

2

1.400

5.000

24

45

9

25

2

22

0.08

3

0.500

6.250

25

38

9

12

1

13

0.12

3

0.750

6.250

26

38

12

10

2

22

0.08

4

0.460

5.750

27

33

9

12

3

20

0.32

4

2.000

6.250

28

40

12

10

1

28

1

3

5.000

5.000

29

50

6

35

2

31

0.6

5

3.000

5.000

30

47

9

25

2

31

2

6

12.00

6.000

Jumlah

1280

282

587

57

704

8,28

100

67.57

175.831


(2)

Lampiran 2

Tingkat Kosmopolitan Petani Sampel di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu

Kabupaten Serdang Bedagai

Nomor

Sam-

pel

Pemanfaatan Media Cetak/ Elektronika

Frekuensi Petani Keluar dari Tempat Tinggalnya

Menonton TV

Mendengarkan

Radio

Membaca

Koran

Desa

Tetan

gga

Kecamatan

Provinsi

Tayan gan Umu m

Beri ta

Siaran Pertania n

Siaran Umum

Siaran Pertania n

Berita Umu

m Berita Pertan ian

Usaha- taninya

Urusan Keluarg a

Usa ha- tani nya

Urusan Keluar-ga

Usaha- taninya

Urusan Keluarg a

1

3

4

2

4

1

4

1

1

2

1

2

0

1

2

4

2

1

3

2

2

0

0

3

0

3

0

0

3

1

2

1

2

0

3

1

1

2

0

4

0

0

4

4

2

1

0

1

4

1

2

1

0

2

1

1

5

4

3

2

3

1

1

2

1

2

1

2

0

2

6

2

2

0

2

0

1

0

0

1

2

2

1

0

7

3

4

1

0

0

2

0

2

1

0

3

0

0

8

4

2

2

4

2

4

1

0

2

0

4

0

0

9

3

2

0

1

3

2

1

2

3

0

1

0

3

10

4

3

1

3

2

4

2

2

4

1

3

0

2

11

2

3

2

2

1

3

1

1

3

0

1

1

1

12

3

4

1

4

0

3

0

0

2

1

3

0

0

13

2

3

0

3

1

2

1

0

4

0

1

0

0

14

3

3

0

4

3

3

0

0

2

1

3

0

0

15

2

2

1

2

2

1

0

3

3

0

2

0

1

16

2

2

1

4

0

2

1

1

4

0

3

0

2

17

2

2

2

3

1

3

2

3

4

0

1

1

1

18

2

1

3

2

0

2

0

1

1

0

2

0

0

19

3

2

2

3

2

4

1

1

2

0

1

0

1

20

4

1

2

2

3

1

2

0

3

0

2

0

0

21

4

3

2

1

0

0

0

1

4

1

1

0

1

22

3

3

3

3

1

1

0

0

3

0

1

0

0

23

4

4

1

3

2

2

1

0

2

0

2

0

1

24

4

3

1

2

1

2

0

2

1

1

3

0

0

25

3

1

0

2

0

1

0

0

1

1

1

0

0

26

3

4

2

1

1

2

0

0

2

0

2

0

0

27

2

3

3

0

0

4

1

0

3

0

2

0

0

28

2

3

2

1

1

2

2

1

4

1

3

1

1

29

4

4

3

2

2

3

1

2

3

2

1

0

1

30

4

3

4

1

1

1

1

1

4

2

2

1

2

Jlh.

90

80

46

67

34

69

23

28

76

15

63

6

21

Rata

rata


(3)

Bertemu Tokoh

Inovator

Jlh

Bertemu Tokoh

Inovator

Penyuluh

Pertanian

Kepala

Desa,

Tokoh

1 1

28

1 2

23

1 1

19

1 2

23

1 3

28

1 1

15

1 1

18

0 3

28

1 2

24

0 4

35

0 1

22

1 2

24

1 2

20

1 3

26

1 1

21

0 1

23

1 3

29

0 2

16

0 2

24

1 3

24

1 4

23

1 1

20

0 2

24

1 1

22

0 3

13

1 4

22

0 2

20

0 4

28

0 3

31

0 4

31

18 68

704


(4)

Lampiran 3

Skor Tingkat Adopsi Paket Teknologi Rumah Kompos Terhadap Budidaya

Padi Sawah Sistim SRI

Nomor Sampel

Pengolahan Lahan

Pemilihan

Bibit Penanaman

Perbanyakan Anakan

Pemupukan Kompos (organik)

Pemupukan Kimia (Anorganik)

Pemeliharaan

Pengendal ian Hama dan Penyakit

Panen Pasca

Panen Total Kategori

1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 20 Sedang

2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 24 Tinggi

3 1 3 1 2 3 2 1 2 2 1 18 Sedang

4 1 2 2 2 2 1 2 1 1 3 17 Sedang

5 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 17 Sedang

6 2 2 3 1 1 2 2 1 2 1 17 Sedang

7 1 2 2 2 2 3 1 2 1 3 19 Sedang

8 3 3 1 1 1 3 1 1 3 2 19 Sedang

9 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 14 Rendah

10 2 1 2 3 2 1 2 1 1 3 18 Sedang

11 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 26 Tinggi

12 2 2 1 1 2 2 3 3 1 2 19 Sedang

13 2 2 2 2 1 3 2 1 2 3 20 Sedang

14 1 1 2 2 3 2 1 2 3 1 18 Sedang

15 2 2 2 2 1 1 2 3 1 3 19 Sedang

16 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 14 Rendah

17 3 3 3 2 3 2 1 1 3 2 23 Sedang

18 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 17 Sedang

19 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 24 Tinggi

20 2 2 1 2 2 3 3 1 1 2 19 Sedang

21 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 15 Rendah

22 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 18 Sedang

23 2 3 3 2 1 3 2 2 3 3 24 Tinggi

24 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 17 Sedang

25 1 1 2 1 2 3 1 1 2 2 16 Rendah

26 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 16 Rendah

27 3 2 2 2 1 1 3 1 3 1 19 Sedang

28 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 25 Tinggi

29 3 2 3 2 1 1 2 3 3 2 22 Sedang

30 3 3 1 2 3 1 3 2 2 3 23 Sedang

Jlh. 58 61 53 57 56 62 57 51 61 61 577

Rata rata


(5)

Lampiran 4

Analisis Korelasi Rank Spearman Tingkat Adopsi dengan Faktor Sosial

Ekonomi

Correl ations

1.000 -.438* .928** -.110 .116 .208 .018 .202 -.127 .264

. .015 .000 .564 .543 .271 .927 .285 .505 .159

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

-.438* 1.000 -.516** .096 -.217 -.123 -.114 -.133 .036 -.244

.015 . .004 .612 .249 .517 .547 .484 .851 .193

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.928** -.516** 1.000 -.115 .184 .145 .058 .129 -.183 .156

.000 .004 . .545 .330 .446 .761 .496 .334 .411

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

-.110 .096 -.115 1.000 -.132 .326 .258 .375* .272 -.042

.564 .612 .545 . .486 .078 .169 .041 .146 .825

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.116 -.217 .184 -.132 1.000 .047 .065 .023 -.118 .349

.543 .249 .330 .486 . .804 .734 .903 .533 .058

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.208 -.123 .145 .326 .047 1.000 .201 .980** -.299 .372*

.271 .517 .446 .078 .804 . .287 .000 .108 .043

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.018 -.114 .058 .258 .065 .201 1.000 .184 -.105 .016

.927 .547 .761 .169 .734 .287 . .332 .582 .934

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.202 -.133 .129 .375* .023 .980** .184 1.000 -.142 .386*

.285 .484 .496 .041 .903 .000 .332 . .453 .035

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

-.127 .036 -.183 .272 -.118 -.299 -.105 -.142 1.000 -.092

.505 .851 .334 .146 .533 .108 .582 .453 . .628

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.264 -.244 .156 -.042 .349 .372* .016 .386* -.092 1.000

.159 .193 .411 .825 .058 .043 .934 .035 .628 .

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Umur Tingkat_Pendidikan Lamanya_Berusahatani Frekuensi_Mengikuti_ Penyuluhan Tingkat_Kosmopolitan Luas_Lahan Jumlah_Tanggungan_ Keluarga Produk si Produk tivitas Tingkat_Adops i Spearman's rho Umur Tingkat_ Pendidikan Lamanya_ Berusahatani Frekuensi_ Mengik uti_ Penyuluhan Tingkat_ Kosmopolitan Luas_Lahan Jumlah_ Tanggungan_

Keluarga Produk si Produk tivitas Tingkat_

Adops i

Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed). *.

Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed). **.


(6)

Lampiran 5

Rekapitulasi Masalah Masalah yang Dihadapi oleh Petani Padi Sawah dalam

Menerapkan Teknologi Rumah Kompos di Daerah Penelitian

Sampel

Keterbatasan

Waktu

Kurangnya

Pemahaman Petani

Kurangnya Modal

Masalah Hama dan

Penyakit

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29


Dokumen yang terkait

Analisis Perhitutungan Biaya Sumberdaya Domestik Komoditi Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

2 102 247

Pengaruh Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Terhadap Produksi Usaha Padi Sawah(Studi Kasus: Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

1 51 83

Dampak Rumah Kompos Terhadap Faktor Sosial Dan Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Serdang Bedagai)

0 30 117

Faktor¬Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Lansia Di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005

0 47 74

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Analisis Komparatif Tingkat Sosial Ekonomi Petani Organik Dampingan BITRA dan Petani Anorganik (Studi Kasus Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

2 42 116

Sikap Petani Terhadap Organisasi PerkumpulamPetani Pengguna Air (P3A) di Desa Sei Buluh (Studi Kasus: Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

0 7 105

Sikap Petani Terhadap Organisasi PerkumpulamPetani Pengguna Air (P3A) di Desa Sei Buluh (Studi Kasus: Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 12

Sikap Petani Terhadap Organisasi PerkumpulamPetani Pengguna Air (P3A) di Desa Sei Buluh (Studi Kasus: Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Sikap Petani Terhadap Organisasi PerkumpulamPetani Pengguna Air (P3A) di Desa Sei Buluh (Studi Kasus: Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 5