leusin, tirosin, lisine, asam glutamat, arginin dan histidin. Jali dapat mengobati beberapa penyakit seperti absesparu, sakit usus buntu, radang usus enteritis
kronis, infeksi dan batu saluran kencing, kencing sedikit, kencing bernanah, bengkak edema, biri-biri, tidak datang haid, keputihan leuchorhea, sakit
kuning jaundice, cacingan ascariasis, rheumatism seperti sakit otot mialgia, keputihan leucorrhea, tumor saluran pencernakan seperti kanker lambung,
kanker paru, kanker mulut rahim cervix, kutil warts, eksema, radang paru, demam, batuk sesak, dan lain-lain Sihombing, 2008.
E. Proses Perontokan
Pada awal kegiatan perontokan, petani merontok dengan cara menginjak-injak iles, membanting gebot dan memukul. Bahkan ada petani yang menggunakan
sepeda motor dengan menjalankannya diatas hamparan padi yang akan dirontok. Seiring dengan perkembangan teknologi, proses perontokan semakin berkembang
dan secara garis besar terbagi menjadi tiga kategori yaitu secara manual dengan menggunakan alat gebot, pedal threser serta mesin power threser Herawati,
2008. Terjadinya angka susut tercecer yang besar saat panen umumnya diakibatkan
proses perontokan dilakukan menggunakan tenaga manusia Sulistiadji, 2008. Namun, untuk tanaman padi apabila dilihat dari produksi yang dihasilkan,
perontokan dengan menggunakan alat “gebot” masih menyebabkan sejumlah gabah yang tercecer atau susut. Dengan demikian diperlukan adanya suatu
penghitungan mengenai besarnya penyusutan selama perontokan, penentuan alat
dan mesin perontok yang mampu meminimalkan susut yang terjadi Indaryani, 2009.
Kehilangan hasil selama panen dan perontokan merupakan beberapa masalah yang biasa dialami oleh para petani yang hingga saat ini belum dapat dicegah.
Hal ini dapat terjadi bukan karena kurangnya penerapan teknologi terhadap proses pemanenan dan perontokan, akan tetapi diakibatkan oleh adanya permasalahan
non teknis dan masalah sosial. Salah satu masalah yang dihadapi dalam penanganan panen dan pascapanen yaitu masih kurangnya kesadaran dan
pemahaman para petani terhadap susut yang terjadi Hasbullah, 2011.
F. Mesin-Mesin Perontok
1. Power Threser Model Pedal Power threser model pedal atau sering disebut dengan pedal threser yaitu alat
perontok yang menggunakan mekanisme perontokan dengan menggunakan gigi berputar sebagaimana mekanisme pada mesin power threser, akan tetapi dengan
menggunakan tenaga manual dengan cara dikayuh menggunakan pedal. Sistem perontokan dengan menggunakan power threser tipe pedal mulai ditinggalkan
karena kapasitas produksinya hampir sama dengan cara dibanting atau digebot. Pedal threser biasanya dibuat dari bahan kayu untuk efisiensi harga alat tersebut.
Namun dalam pelaksanaan di lapangan, alat pedal threser belum optimal untuk dapat diaplikasikan di lapangan terutama terkait dengan perbandingan antara
kemampuan serta daya kayuh alat. Dalam hal ini, seringkali terjadi modifikasi alat pedal threser kurang sesuai dengan ergonimis pengguna yang mengakibatkan
alat kurang maksimal untuk diaplikasikan di lapangan. Pada akhirnya tenaga