Latar Belakang Masalah NILAI-NILAI SOSIAL DAN KEJUANGAN DALAM TEKS PIDATO BUNG KARNO TAHUN 1945-1950

Soekarno adalah pidatonya sendiri yang kadang bersifat spontan, Menurut Ali, seorang peneliti sejarah, menyatakan bahwa memaknai pidato Bung Karno penting untuk menjadi pembanding dalam memaknai nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Sejarawan Taufik Abdullah menyatakan, Sejarah bukan hanya catatan masa lalu, melainkan juga alat legitimasi kekuasaan yang harus dibaca, meskipun tidak harus diterima. Naskah pidato itu harus dibandingkan dengan teks dan kesaksian yang lain. Sejarawan dari Universitas Indonesia, Anhar Gonggong, menilai pidato Bung Karno memiliki pengaruh bagi perubahan sejarah Indonesia. Sebab, eksistensi Soekarno juga dapat tercermin daro pidato yang dapat menggugah, member semangat, menanamkan nilai dan memberitakan tentang apa dan bagaimana menjalani proses kemerdekaan Indonesia pada masa itu Soeryadinata, 2012:67. Nilai sosial dan nilai kejuangan yang terkandung dalam teks pidato Bung karno merupakan rekonstruksi teks sebagai keseluruhan yang bersifat daur ulang dalam arti makna keseluruhan. Keseluruhan makna dibangun dari rincian-rinciannya. Di sini tak bisa ditentukan secara gamblang patokan untuk menentukan bagian mana yang paling penting dan mana yang tidak penting, mana yang hakiki, dan mana yang artifisial. Keseluruhannya nilai sosial dan kejuangan diharapkan dapat dipahami secara mendalam. Nilai sosial merupakan penghargaan yang diberikan yang diberikan masyarakat kepada segala sesuatu yang terbukti mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan hidup bersama, sedangkan nilai kejuangan merupakan gambaran daya dorong perlawanan dan pendobrak yang mampu membawa bangsa ini untuk membebaskan dirinya dari penjajahan Belanda dan Jepang. Jaman sekarang perjuangan diletakkan pada membebaskan diri dari kemiskinan, kebodohan, penurunan kualitas mentalmoral. Said 2001 dalam artikelnya menjelaskan bahwa sekarang makin jelas, bahwa nilai-nilai ajaran dan politik Bung Karno, yang sudah menjadi pedoman perjuangan rakyat dan bangsa selama puluhan tahun telah banyak dilupakan oleh generasi muda, maka peran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bagian dari materi pendidikan pada generasi muda menjadi penting untuk memberikan penjelasan serta mendeskripsikan nilai sosial dan kejuangan. Eksistensi Ilmu Pengetahuan Sosial dalam proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah baik dari jenjang paling dasar hingga jenjang pendidikan tinggi akan memberikan kontribusi yang besar kepada generasi muda untuk memahami dan memaknai serta menghayati nilai-nilai sosial dan kejuangan yang terkandung dalam teks pidato Bung Karno di masa perjuangan fisik tengah berlangsung http:geocities.org Bertolak dari dari latar belakang tersebut maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul: Nilai-nilai sosial dan nilai kejuangan dalam teks pidato Bung Karno sepanjang Tahun 1945-1950 sebagai bahan pelengkap kajian sejarah yang menjadi bagian dari 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah ini adalah: Bagaimanakah konstruksi nilai-nilai sosial dan nilai kejuangan dalam teks pidato Bung Karno sepanjang Tahun 1945-1950 ”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami konstruksi nilai-nilai sosial dan nilai kejuangan dalam teks pidato Bung Karno sepanjang Tahun 1945-1950.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dalam kajian ilmu sejarah dan pendidikan ilmu pengetahuan sosial khususnya dan khazanah ilmu-ilmu sosial pada umumnya. 2. Kegunaan Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut pada pendidikan ilmu pengetahuan sosial, khususnya yang berhubungan dengan uraian tentang makna sejarah ditinjau dari berbagai analisis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah memahami kontruksi nilai-nilai sejarah dan nilai kejuangan dalam teks pidato Bung Karno yang dibatasi pada periode Tahun 1945-1950 karena masa ini merupakan masa physical revolution terhadap penjajahan. Penelitian ini merupakan penelitian yang dapat memberikan pendidikan terhadap pembentukan karakter kebangsaan yang direfleksikan dalam bentuk sikap menghargai dan merasa bangga terhadap warisan budaya dan peninggalan sejarah bangsa, mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti luhur, mencontoh nilai-nilai keteladanan dan kejuangan para pahlawan, para pemuka masyarakat dan pemimpin bangsa, memiliki kebanggaan nasional dan ikut mempertahankan jati diri bangsa. Karakter inilah yang menjadi inti dan tujuan pendidikan IPS dimana kajian penelitian ini, nilai sosial dan nilai kejuangan menjadi elemen penting dalam materi dan tujuan pembelajaran IPS yaitu nilai sosial yang membentuk kepedulian sosial, merasakan penderitaan bersama sebagai bagian dari tumbuhnya kebersamaan dan persatuan dan mengharapkan kehidupan yang adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia. Adapaun nilai kejuangan akan membentuk keberanian dalam membela harkat dan martabat sebgaai bangsa yang mandiri dan terbebas dari penjajahan, nilai-nilai keteladanan kejuangan para pahlawan yang dapat menjadi inspirasi dalam memaknai hakikat kehidupan berbangsa dan bernegara. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Sejarah 2.1.1 Pengertian Sejarah Sejarah merupakan istilah yang berasal dari bahasa Arab, syajaratun yang berarti pohon. Dalam bahasa asalnya, istilah sejarah diungkapkan dengan tarikh, yang berarti waktu atau kurun terjadinya peristiwa. Menurut Lingdern, istilah ini digunakan masyarakat nusantara atas dasar kebiasaan bangsa Arab Baduy menggunakan sejarah sebagai wahana mengukuhkan biografi seseorang atau rangkaian kekerabatan dalam keluarga yang bercabang -cabang seperti pohon Tamburaka, 1999:21. Dalam tradisi sebagian masyarakat nusantara, sejarah diistilahkan dengan babad, tamboo, hikayat dan riwayat. Babad adalah sejenis teks Jawa dan Bali kuno yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu, terutama menyangkut asal-usul. Dalam bahasa Jawa, babad memiliki arti literal menebang pohon atau hutan, yang juga bermakna membuka lahan baru sebagai pusat pemerintahan. Secara konseptual, sejarah pada dasarnya berkenaan dengan tiga aspek konseptual yang mendasarinya, yaitu konsep tentang perubahan, konsep waktu dan kontinuitas Kartodirjo, 1993:14. 1. Konsep Perubahan Sejarah adalah perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan lain. Meski demikian, hanya perubahan yang benar-benar memiliki makna penting bagi 10 kehidupan manusia yang dapat diketegorikan sebagai peristiwa perubahan yang bernilai sejarah. Termasuk dalam kategori ini di antaranya perubahan rejim kolonial ke nasional, dari Soekarno ke Orde Baru, atau Orde Baru ke era demokratisasi Tamburaka, 1999:28. 2. Konsep Waktu Peristiwa sejarah bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, bukan pula terjadi begitu saja tanpa sebab apapun. Setiap peristiwa yang terjadi di suatu waktu dapat dipastikan tidak berdiri sendiri saat peristiwa terjadi. Setiap peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu pasti ada kaitannya dengan waktu sebelum dan sesudahnya. Bila dirunut melalui penelaahan sejarah, sangat mungkin ditemukan keterkaitan suatu peristiwa dengan situasi atau peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudahnya. Terjadinya suatu peristiwa senantiasa dikarenakan oleh suatu sebab yang ada dalam alur waktu. Konteks hubungan sebab-akibat peristiwa yang menjadi akibat dengan peristiwa lain yang menjadi sebab ada dalam dimensi waktu. Dalam konteks tertentu waktu dapat pula menjadi sebab, meski tidak pernah benar-benar menjadi akibat. 3. Konsep Kontinuitas Kehidupan manusia berada dalam rangkaian perubahan demi perubahan yang berkesinambungan. Perubahan demi perubahan tersebut tidak akan berhenti pada suatu titik peristiwa. Dalam konteks kekini an postmodern bahkan diyakini bahwa perubahan telah menjadi sesuatu yang pasti sebagaimana ungkapan ahli masa depan futurolog, “Saat ini yang pasti adalah ketidakpastian dan yang tetap adalah perubahan. 11 Sebagian perubahan yang terjadi tentunya ada yang bermakna sangat dalam bagi manusia, tetapi sebagian lagi sangat boleh jadi tidak demikian. Kebermaknaan tersebut ditentukan oleh berbagai faktor, seperti tingkat kedekatan, hubungan, kepentingan atau dampak suatu perubahan terhadap manusia tertentu. Perubahan-perubahan tertentu yang menjadi momentum sejarah tertentu bahkan sangat mungkin mengubah kehidupan banyak orang. Perubahan dari rejim kolonial ke nasional telah banyak mengubah nasib dan pola hidup masyarakat bekas jajahan. Perubahan dari pemerintah an demokrasi ke otoriter atau sebaliknya terbukti banyak mengubah nasib dan jalan hidup sekelompok manusia di suatu daerah atau negara. Dalam catatan sejarah, fenomena semacam ini dapat dicermati pada peristiwa kemenangan revolusi komunis di berbagai negara. Selain diwarnai dengan berbagai tindak kekerasan, penyiksaan bahkan pembunuhan, masa-masa selama pemerintahan komunis menyebabkan masyarakat dituntut untuk mengubah pola hidup, pola pikir, bahkan orientasi hidupnya. Demikian halnya pada saat rejim komunis tumbang dibanyak negara, pola hidup dan pola hubungan dalam masyarakat dengan sendirinya juga berubah total Kartodirjo, 1993:17.

2.1.2 Ruang Lingkup Sejarah

Kajian sejarah meliputi dua aspek, yakni aspek konsep sejarah dan aspek implementasinya dalam menganalisis persoalan-persoalan kesejarahan kritik sejarah. Konsep sejarah menyajikan prinsip-prinsip dasar yang diperlukan