67
mencapai Tujuan
Nasional, serta untuk
mempertahankan dan
mengamankan semua hasil yang telah tercapai dalam perjuangan tersebut. Nilai-Nilai operasional pada masa mengisi kemerdekaan ini secara
kuantitatif dapat bertambah dan secara kualitatif akan terjadi perubahan- perubahan sesuai tuntutan reformasi dan dinamika serta kualitas dalam
kehidupan bermasyaarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuh belas nilai ini pada awal perumusannya, adalah kenangan pada angka keramat dari
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Nilai-Nilai operasional ini terdiri dari:
a Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. b Jiwa dan Semangat Merdeka.
c Nasionalisme d Patriotisme.
e Rasa harga diri sebagai bangsa yang merdeka. f Pantang mundur dan tidak kenal menyerah.
g Persatuan dan Kesatuan h Anti penjajah dan penjajahan.
i Percaya kepada diri sendiri dan atau percaya kekuatan dan kemampuan sendiri.
j Percaya kepada hari depan yang gemilang dari bangsanya. k Idealisme kejuangan yang tinggi.
l Berani, rela dan ikhlas berkorban untuk tanah air, bangsa dan negara. m Kepahlawanan
68
n Sepi ing pamrih rame ing gawe. o Kesetiakawanan, senasib sepenanggungan dan kebersamaan.
p Disiplin yang tinggi. q Ulet dan tabah menghadapi segala macam ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan.
4. Historiografi Penulisan Sejarah
Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan
penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibaca orang
lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisan nya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti
pokok-pokok pemikiran yang diajukan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Konsep keadilan sosial telah menjadi salah satu pemikiran filosofis presiden
Soekarno menurutnya keadilan sosial adalah suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat adil dan makmur. Soekarno melihat bahwa keadilan sosial
tidak bisa terlepas dari usaha mempersatukan bangsa. Demikian juga bahwa persatuan bangsa juga tidak bisa lepas dari tata negara Gotong Royong yang
menurut Soekarno adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari kekeluargaan. Pidato bung karno tentang konsep gotong royong ini
merupakan pernyataan Soekarno untuk mengajak masyarakat Indonesia memahami bagaimana bangsa Indonesia harus mencapai visi-misi dan tujuan
negara Indonesia. Pernyataan ini jelas memberikan pemahaman baru dalam aspek sosiologis, bahwa sistem Gotong-Royong adalah bagian dari nilai
kehidupan keluarga dan warisan budaya bangsa Indonesia yang berharga. Soekarno memiliki buah pikiran yang cemerlang tentang keadilan sosial.
Gagasan keadilan sosial tidak bisa terlepas dari gerakan persatuan dan
176
gotong royong. Justru bangsa yang tahu bersatu dan mau berkerjasama akan dapat memahami nilai keadilan sosial.
2. Nilai kejuangan tersirat dalam pidato Bung Karno khususnya di era revolusi
fisik melawan penjajah sepanjang Tahun 1945-1950 tersirat pembangunan karakter bangsa yang terdiri dari
a. Kemandirian self-reliance, atau menurut istilah Presiden Soekarno
adalah “Berdikari” berdiri di atas kaki sendiri. b.
Kedua, Demokrasi democracy, atau kedaulatan rakyat sebagai ganti sistem kolonialis. Masyarakat di mana setiap anggota ikut serta dalam
proses politik dan pengambilan keputusan yang berkaitan langsung dengan
kepentingannya untuk mencapai
kesejahteraan dan
kemakmuran. c.
Persatuan Nasional national unity. Dalam konteks aktual dewasa ini diwujudkan dengan kebutuhan untuk melakukan rekonsiliasi nasional
antar berbagai kelompok yang pernah bertikai ataupun terhadap kelompok yang telah mengalami diskriminasi selama ini.
d. Keempat, Martabat Internasional bargaining positions. Indonesia tidak
perlu mengorbankan martabat dan kedaulatannya sebagai bangsa yang merdeka untuk mendapatkan prestise, pengakuan dan wibawa di dunia
internasional.
177
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, dapat dipaparkan saran-saran sebagai berikut: 1.
Pemikiran Soekarno yang tertuang dalam pidato-pidatonya adalah salah satu contoh jenis pemikiran yang layak direkonstruksi dan direaktualisasi kembali
dalam konteks sosiohistoris yang berbeda. Upaya itu dimaksudkan untuk menumbuhkan nilai-nilai sosial dan kejuangan bagi generasi saat ini yang dapat
diimplementasikan. Sebagai sumber sejarah generasi muda saat ini perlu menelaah bahwa pidato Soekarno memberikan kontribusi positif dalam
peningkatan peran dan kedudukan bangsa Indonesia. Apa yang penulis lakukan hanyalah berusaha sedikit membuka kesadaran bahwa seorang pemimpin besar
bangsa ini telah meningalkan warisan berupa pemahaman nilai sosial dan kejuangan yang harus diimplementasikan dalam konteks kekinian.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Keterbatasan literatur menjadi faktor dominan yang menyebabkan simplenya penelitan yang dilakukan oleh penulis, oleh sebab itu untuk penelitian selanjutnya
perlu digali dan dicari sumber-sumber yang lebih lengkap tentang pidato Bung Karno atau memperluas lingkup waktu pidato-pidato Soekarno semasa hidupnya.
3. Bagi Praktisi Akademik
Perlu diilakukan penelitian sejarah yang lebih banyak bagi mahasiswa, agar mahasiswa dapat memahami dan mamaknai sejarah dan membandingkan hasil
penelitian sejarahnya dengan penelitian lain, hal ini dimaksudkan agar mahasiswa tidak terbatas kemampuan penelitian pada model penelitian statistik saja.
178
4. Bagi Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS yang bertujuan untuk pembentukan karakter pribadi perlu diupayakan melalui revitalisasi dengan melakukan telaah kurikulum, yang
semula pengembangannya berbasis materi, diubah berbasis kompetensi dan karakter serta mengembangkan proses pembelajaran yang aktif, partisipatif dan
kontekstual.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian masih terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan, walaupun penulis telah berupaya semaksimal mungkin dengan berbagai usaha untuk
membuat hasil penelitian ini bisa menjadi sempurna. Penulis menyadari bahwa
keterbatasan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian ini hanya membahas tentang teks pidato Bung Karno pada tahun 1945-
1950, dan nilai sosial dan nilai kejuangan di interpretasi dari sumber naskah teks pidato Bung Karno pada masa tersebut. Sedangkan secara obyektif masih banyak
fenomena sejarah yang berkaitan dengan Bung Karno yang mengandung nilai sejarah dan kejuangan.
2. Penulis mempunyai keterbatasan dalam melakukan penelaahan penelitian, pengetahuan yang kurang, literatur yang kurang, waktu dan tenaga kelemahan
dalam menterjemahkan naskah berbahasa Inggris ke Indonesia. Hal ini merupakan kendala bagi peneliti untuk melakukan penyusunan yang mendekati
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, 2009. Analisis Hermeneutika Teks Pidato Bung Karno 17 agustus tahun
1945-1950 Perspektif Psikologi Persuasi. Tesis Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri UIN Malang Februari 2009
Abdulsyani, 2002. Sosiologi Skematika,Teori, dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos.
Adam, Asvi Warman, 2010. Bung Karno Dibunuh Tiga Kali. Penerbit Buku Kompas
Jakarta. Azmi, 2006. Esensi Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,
Makalah, disampaikan pada Seminar Nasional dan Musyawarah Daerah HISPISI, di Universitas Negeri Padang, 24 April 2006.
Djahiri, Kosasih. 1988. Esensi Klarifikasi Nilai dan Norma Pancasila. PMPKN IKIKP Bandung
Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori, Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti Bandung.
Eriyanto. 2009. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang.
Firmansyah, Teguh, 2010. Analisis Wacana Kritis tentang Imperialisme dan Kapitalisme pada Teks Pidato Pledoi Indonesia Menggugat oleh
Soekarno Tahun 1930. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Komputer Indonesia Jawa Barat
Hafsah, Juwarti, 2012. Kapita Selekta Ilmu Sosial. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercubuana.
Hamid, Darmadi, 2007. Konsep Dasar Pendidikan Moral, Bandung: Alfabeta. Hasan, Hamid, 2010. Problematika Pendidikan Sejarah. FPIPS-UPI Bandung
Hendropuspito , 1989. Sosiologi Semantik. Kanisius: Yogyakarta.