DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2013. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama.
Adhitya, Dea. 2010. Memahami Novel. Bogor: Quadra. Chair, Badrul Munir. 2014. Kalompang. Jakarta: Grasindo.
Depdikbud, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. Mangunwijaya, Y.B. 2014. Burung-burung Rantau. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. Nurgiantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Parkamin, Amron dan Noor Bari. 1973. Pengantar Sastra Indonesia. Bandung:
CV Sulita. Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Romansha, Kedung Darma. 2014. Kelir Slindet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV Angkasa. Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Suyanto, Edi. 2012. Perilaku Tokoh dalam Cerpen Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Tejo, Sujiwo. 2013. Kang Mbok. Jakarta: Yayasan Kertagama.
Daftar Internet
https:id.wikipedia.orgwikiPenelitian_kualitatif Diakses 3 November 2015
Pukul 19.00 WIB.
HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI COPING DENGAN PRESTASI
AKADEMIK SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR
TAHUN PELAJARAN 20142015
Oleh Nailul Fauziah
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN Pada
Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI COPING DENGAN
PRESTASI AKADEMIK SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR
TAHUN PELAJARAN 20142015 S k r i p s i
Oleh: NAILUL FAUZIAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
II. TINJAUAN PUSTAKA A.
Prestasi Akademik dalam Layanan Bimbingan Belajar 1.
Layanan Bimbingan Belajar
Pengertian  bimbingan  menurut  Crow  dan  Crow  Prayitno,  2004  adalah bantuan  yang  diberikan  oleh  seseorang  yang  memiliki  kepribadian  yang
memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya  mengatur  kegiatan  hidupnya  sendiri,  mengembangkan
pandangan  hidupnya  sendiri,    membuat  keputusan  sendiri,  dan  menanggung bebannya sendiri. Menurut Crow dan Crow tersebut layanan bimbingan yang
diberikan  pada  individu  atau  sekumpulan  individu  berguna  untuk menghindari dan mengatasi masalah dalam kehidupannya secara mandiri.
Sementara  menurut  Walgito  2004  bimbingan  adalah  bantuan  atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari  atau  mengatasi  kesulitan-kesulitan  dalam  kehidupannya,  agar
individu  atau  sekumpulan  individu  itu  dapat  mencapai  kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah
salah satu bentuk proses pemberian bantuan kepada individu atau sekumpulan individu  dalam  memecahkan  masalahnya,  sehingga  masing-masing  individu
akan  mampu  untuk  mengoptimalkan  potensi  dan  keterampilan  dalam
mengatasi  setiap  permasalahannya,  serta  mencapai  penyesuaian  diri  dalam kehidupannya.
Setelah  memahami  pengertian  bimbingan,  selanjutnya  yang  dipaparkan
adalah salah satu bidang dari bimbingan yaitu bimbingan belajar. Bimbingan belajar menurut  Hamalik 2004 adalah bimbingan  yang ditunjukkan kepada
siswa  untuk  mendapatkan  pendidikan  yang  sesuai  dengan  kebutuhan,  bakat, minat,  kemampuannya  dan  membantu  siswa  untuk  menentukan  cara-cara
yang  efektif  dan  efisien  dalam  mengatasi  masalah  belajar  yang  dialami  oleh siswa.
Berdasarkan  pendapat  para  ahli  diatas,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa
bimbingan belajar  adalah salah satu  proses pemberian bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa sehingga
tercapai tujuan belajar yang diinginkan.
Tujuan Bimbingan Belajar
Menurut  Ahmadi  2004  tujuan  layanan  bimbingan  belajar  secara  umum adalah  membantu  siswa-siswa  agar  mendapatkan  penyesuaian  yang  baik
didalam  situasi  belajar  sehingga  setiap  siswa  dapat  belajar  dengan  efisien sesuai  dengan  kemampuan  yang  dimilikinya,  mencapai  perkembangan  yang
optimal. Menurut Yusuf dan Nurihsan 2005 tujuan bimbingan belajar adalah
a. Mempunyai  sikap  dan  kebiasaan  belajar  yang  positif,  seperti  kebiasaan
membaca  buku,  disiplin  dalam  belajar,  dan  perhatian  terhadap  semua
pelajaran,  serta  aktif  mengikuti  semua  kegiatan  belajar  yang diprogramkan.
b. Mempunyai motif yang tinggi untuk belajar.
c. Mempunyai  keterampilan  atau  teknik  belajar  yang  efektif,  seperti
keterampilan membaca buku, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri mengahadapi ujian.
d. Mempunyai  keterampilan  untuk  menetapkan  tujuan  dan  perencanaan
pendidikan. e.
Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
Dari  pendapat  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  tujuan  bimbingan  belajar secara  umum  yaitu  membantu  siswa-siwa  agar  mendapatkan  penyesuaian
yang  baik  dalam  situasi  belajar,  sehingga  setiap  siswa  dapat  belajar  dengan efisien  sesuai  dengan  kemampuan  yang  dimilikinya  dan  mencapai
perkembangan yang optimal.
Fungsi Bimbingan Belajar
Fungsi bimbingan belajar bagi siswa menurut Hamalik 2004 antara lain: a.
Membantu  siswa  agar  memperoleh  pandangan  yang  objektif  dan  jelas tentang  potensi,  watak,  minat,  sikap,  dan  kebiasaan  yang  dimiliki  dirinya
sendiri agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. b.
Membantu  siswa  dalam  mendapatkan  pendidikan  yang  sesuai  dengan kebutuhan,  bakat,  minat  dan  kemampuan  yang  dimiliki  dan  membantu
siswa  dalam  menentukan  cara  yang  efektif  dan  efisien  dalam
menyelesaikan  bidang  pendidikan  yang  telah  dipilih  agar  tercapai  hasil yang diharapkan.
c. Membantu siswa dalam memperoleh gambaran dan pandangan yang jelas
tentang  kemungkinan-kemungkinan  dan  kecenderungan-kecenderungan dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat menentukan pilihan yang tepat.
Sementara fungsi bimbingan menurut Yusuf dan Nurihsan 2005 adalah: a.
Pemahaman,  yaitu  membantu  siswa  agar  memiliki  pemahaman  terhadap dirinya potensinya dan lingkungannya.
b. Preventif, yaitu membantu siswa untuk senantiasa mengantisipasi berbagai
masalah yang terjadi dan berupaya mencegahnya. c.
Pengembangan,  yaitu  berupaya  untuk  menciptakan  lingkungan  belajar yang kondusif.
d. Perbaikan,  yaitu  berupaya  memberikan  bantuan  kepada  siswa  yang  telah
mengalami masalah. e.
Penyaluran,  yaitu  membantu  siswa  dalam  memilih  kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan
karir  yang  sesuai  dengan  minat,  bakat,  keahlian,  dan  ciri-ciri  kepribadian lainnya.
f. Adaptasi, yaitu membantu pelaksanaan pendidikan untuk mengadaptasikan
program  pendidikan  terhadap  latar  belakang  pendidikan,  minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa.
g. Penyesuaian,  yaitu  fungsi  bimbingan  dalam  membantu  siswa  agar  dapat
menyesuaikan  diri  secara  dinamis  dan  konstruktif  terhadap  program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.
Berdasarkan  pendapat  ahli  diatas  mengenai  fungsi  bimbingan  dapat
disimpulkan  bahwa  bimbingan  belajar  berfungsi  untuk  membantu  siswa dalam  pemahaman  diri  sesuai  dengan  kecakapan  bakat  dan  minat,
bimbingan  balajar  bermanfaat  untuk  memperoleh  gambaran  tentang bagaimana menentukan cara yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan
pendidikan agar sesuai dengan apa yang diharapkan, serta membantu siswa untuk  menentukan  pilihan  yang  tepat  dalam  lapangan  pekerjaan  yang
sesuai dengan kemampuan siswa setelah menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipelajari.
2. Pengertian Prestasi Akademik
Prestasi  adalah  hasil  dari  suatu  kegiatan  yang  telah  dikerjakan,  diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan
tanpa  suatu  usaha  baik  berupa  pengetahuan  maupun  berupa  keterampilan. Preestasi  menyatakan  hasil  yang  telah  dicapai,  dilakukan,  dikerjakan  dan
sebagainya,  dengan  hasil  yang  menyenangkan  hati  dan  diperoleh  dengan jalan keuletan kerja Nasrun, 2000.
Chaplin  2001  mengatakan  bahwa  prestasi  dalam  bidang  pendidikan
akademik,  merupakan  suatu  tingkatan  khusus  perolehan  atau  hasil  keahlian karya  akademik  yang  dinilai  oleh  gur-guru,  lewat  tes  yang  dibakukan.
Menurut Winkel 1996 prestasi akademik adalah proses belajar yang dialami siswa  untuk  menghasilkan  perubahan  dalam  bidang  pengetahuan,
pemahaman, penerapan, daya analisis, dan evaluasi.
Djamarah  2002  mendefinisikan  prestasi  akademik  adalah  hasil  yang
diperoleh  berupa  kesan-kesan  yang  mengakibatka  perubahan  dalam  diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Sedangkan, menurut Azwar
2002  prestasi  akademik  adalah  bukti  peningkatan  atau  pencapaian  yang diperoleh  seorang  siswa  sebagai  pernyataan  ada  tidaknya  kemajuan  atau
keberhasilan dalam program pendidikannya. Soeryabrata  2001  menjelaskan  bahwa  prestasi  akademik  adalah  hasil
belajar  evaluasi  dari  suatu  proses  yang  biasanya  dinyatakan  dalam  bentuk kuantitatif angka yang khusus dipersiapkan untuk proses evaluasi, misalnya
nilai  pelajaran,  mata  pelajaran,  nilai  ujian  dan  lain  sebagainya.  Prestasi akademik  dikatakan  sebagai  hasil  perbuatan  belajar  yang  melukiskan  taraf
kemampuan  seseorang.  Dalam  pendidikan  formal,  prestasi  akademik menunjukkan  adanya  perubahan  positif,  sehingga  pada  taraf  akhir  akan
didapat ketrampilan, kecakapan, dan pengetahuan baru. Prestasi  akademik  dapat  dianggap  sebagai  menguasai  mata  pelajaran  yang
telah  ditentukan  oleh  sekolah.  Prestasi  akademik  diartikan  sebagai kemampuan  maksimal  seseorang  di  kelas  ataupun  sekolah  yang  sesuai
dengan kemampuan, bakat, minat seseoranng sehingga peserta didik mampu melakukannya dengan baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah perubahan dalam hal
kecakapan tingkah laku, ataupun  kemampuan yang dapat bertambah selama
beberapa  waktu  dan  tidak  disebabkan  karana  proses  pertumbuhan  tetapi adanya proses belajar.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
Keberhasilan dalam proses belajar yang terjadi, dilatarbelakangi oleh adanya sumber  atau  penyebab  yang  mempengaruhi  berlangsungnya  proses  belajar
mengajar  itu  sendiri.  Faktor  tersebut  dapat  berupa  penghambat  maupun pendorong pencapaian prestasi.
Soeryabrata  2001  menggolongkan  faktor-faktor  yang  mempengaruhi
prestasi akademik menjadi dua faktor, yaitu: 1.
Faktor internal Faktor  ini  merupakan  hal-hal  dalam  diri  individu  yang  mempengaruhi
prestasi  akademik  yang  dimiliki.  Faktor  ini  digolongkan  ke  dalam  dua kelompok, yaitu:
a. Faktor fisiologis
Faktor    fisiologis  mengacu  pada  keadaan  fisik,  khususnya  sistem penglihatan  dan  pendengaran,  kedua  sistem  penginderaan  tersebut
dianggap  sebagai  faktor  yang  paling  bermanfaat  diantara  kelima indera  yang  dimiliki  manusia.  Untuk  dapat  menempuh  pelajaran
dengan  baik  sesorang  perlu  memperhatikan  dan  memelihara kesehatan tubuhnya.
b. Faktor psikologis
Faktor  psikologis  meliputi  faktor  non  fisik,  seperti:  motivasi  dan minat, intelegensi, perilaku dan sikap mental.
1. Motivasi dan minat
Motivasi sangat menentukan prestasi seseorang menurut Djamarah 2002  motivasi  adalah  gejala  psikologis  dalam  bentuk  dorongan
yang  timbul  pada  diri  seseorang  sadar  atau  tidak  sadar  untuk melakukan  suatu  tindakan  dengan  tujuan  tertentu.  Motivasi  bisa
juga  dalam  bentuk  usaha-usaha  yang  dapat  menyebabkan seseorang tergerak melakukan suatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendakinya
atau mendapat
kepuasan dengan
perbuatannya.  Jadi  semakin  besar  motivasi  yang  dimiliki  oleh seseorang  maka  dorongan  yang  timbul  untuk  berprestasi  akan
semakin besar juga, sebaliknya semakin rendah motivasi seseorang semakin  rendah  juga  prestasi  yang  bisa  diraih.  Minat  adalah
sesuatu  yang  pribadi  dan  berhubungan  erat  dengan  sikap.  Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakuakn tujuan yang menarik
bagi  dirinya.  Minat  merupakan  sumber  motivasi  yang  mendorong orang  melakukan  apa  yang  mereka  inginkan  bila  mereka  bebas
memilih Hurlock, 1995. 2.
Intelegensi Intelegensi  cenderung  mengacu  pada  kecerdasan  intelektual.
Kecerdasan  intelektual  yang  tinggi  akan  mempermudah  seseorang untuk  memehami  suatu  permasalahan.  Orang    yang  memiliki
kecerdasan intelektual tinggi, pada umumnya memiliki potensi dan kesempatan yang lebih besar untuk meraih prestasi akademik yang
lebih baik dibandingkan dengan mereka yang memiliki kecardasan intelektual  biasa-biasa  saja.  Apalagi  bila  disbanding  dengan
mereka yang tergolong memiliki kecerdasan intelektual rendah. 2.   Faktor eksternal
Selain faktor-faktor dalam diri individu, masih ada hal-hal lain di luar diri yang  dapat  mempengaruhi  prestasi  yang  diraih.  Yang  termasuk  kategori
faktor eksternal adalah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. a.
Faktor lingkungan keluarga Faktor  lingkungan  keluarga  dapat  mempengaruhi  prestasi  siswa.
Berikut ini dijelaskan faktor-faktor lingkungan keluarga: 1.
Sosial ekonomi keluarga Dengan  sosial  ekonomi  yang  memadai  seseorang  lebih
berkesempatan  mendapat  fasilitas  belajar  yang  lebih  baik,  mulai dari buku, alat tulis sampai pemilihan sekolah.
2. Pendidikan orang tua
Orang  tua  yang  telah  menempuh  jenjang  pendidikan  tinggi cenderung  lebih  memperhatikan  dan  memahami  pentingnya
pendidikan  bagi  anak-anaknya  dibanding  dengan  orang  tua  yang menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih rendah.
3. Perhatian  orang  tua  dan  suasana  hubungann  antara  anggota
keluarga
Dukungan  dari  keluarga  merupakan  salah  satu  pemacu  semangat berprestasi  bagi  seseorang.  Dukungan  dalam  hal  ini    bisa  secara
langsung maupun secara tidak langsung. b.
Faktor lingkungan sekolah 1.
Sarana dan prasana sekolah Kelengkapan  fasilitas  sekolah  seperti  LCD,  proyektor,  dan  alat
bantu proses belajar mengajar lainnya. Selain itu bentuk ruangan, sirkulasi  udara  dan  lingkungan  sekitar  sekolah  juga  turut
mempengaruhi proses belajar mengajar. 2.
Kompetensi guru dan siswa. Kualitas  guru  dan  siswa  sangat  penting  dalam  meraih  prestasi.
Kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka.
3. Kurikulum dan metode mengajar.
Hal  ini  meliputi  materi  dan  bagaimana  cara  memberikan  materi tersebut  kepada  siswa.  Metode  pengajaran  yang  lebih  interaktif
sangat  diperlukan  untuk  menumbuhkan  minat  dan  peran  serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.
c. Faktor lingkungan masyarakat
1. Sosial budaya
Pandangan  masyarakat  tentang  pentingnya  pendidikan  akan mempengaruhi  kesungguhan  pendidik  dan  peserta  didik.
Masyarakat  yang  masih  memandang  rendah  pendidikan  enggan
mengirim anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah guru atau pengajar.
2. Partisipasi terhadap pendidikan
Bila  semua  pihak  telah  berpartisipasi  dan  mendukung  kegiatan pendidikan,  mulai  dari  pemerintah  berupa  kebijakan  dan
anggaran  sampai  pada  masyarakat  bawah  kesadaran  akan pentingnya  pendidikan,  setiap  orang  akan  lebih  menghargai  dan
berusaha  memajukan  pendidikan  dan  ilmu  pengetahuan.  Hal  ini akan  memunculkan  pendidik  dan  peserta  didik  yang  lebih
berkualitas. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi  akademik  dapat  bersifat  individual  dan  kompleks.  Faktor-faktor tersebut  secara  langsung  maupun  tidak  langsung  saling  berhubungan
mempengaruhi individu dalam mencapai prestasi akademik.
4.   Karakteristik Individu Berprestasi
McClelland  Hamdan,  2010  mengungkapkan  karakteristik  individu  yang memiliki motivasi berprestasi, yaitu:
a. Resiko pemilihan tugas Cenderung  memilih  tugas  dengan  derajat    kesulitan  yang  sedang,  yang
memungkinkan  berhasil.  Mereka  menghindari  tugas  yang  terlalu  mudah karena  sedikitnya  tantangan  atau  kepuasan  yang  didapat.  Mereka  yang
menghindari  tugas  yang  terlalu  sulit  kemungkinan  untuk  berhasil  sangat kecil.
b. Membutuhkan umpan balik Lebih  menyukai  bekerja  dalam  situasi  dimana  mereka  dapat  memperoleh
umpan  balik  yang  konkret  tentang  apa  yang  mereka  lakukan  karena  jika tidak,  mereka  tidak  dapat  mengetahui  apakah  mereka  sudah  melakukan
sesuatu  dengan  baik  dibandingkan  dengan  yang  lain.  Umpan  balik  ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki prestasinya.
c. Tanggung jawab Lebih  bertanggung  jawab  secara  pribadi  pada  awal  kinerjanya,  karena
dengan  begitu  mereka  dapat  merasa  puas  saat    dapat  menyelesaikan sesuatu tugas dengan baik.
d. Ketekunan Lebih  bertahan  atau  lebih  tekun  dalam  mengerjakan  tugas,  bahkan  saat
tugas tersebut menjadi sulit. e. Kesempatan untuk unggul
Lebih tertarik dan tugas-tugas yang  melibatkan kompetisi dan kesempatan untuk    unggul.  Mereka  juga  lebih  berorientasi  pada  tugas  dan  mencoba
untuk  mengerjakan  dan  menyelesaikan  lebih  banyak  tugas  dari  pada individu dengan motivasi berprestasi rendah.
5.  Pengukuran Prestasi Akademik
Dalam  dunia  pendidikan,  menilai  merupakan  salah  satu  kegiatan  yang  tidak dapat  ditinggalkan.  Menilai  merupakan  salah  satu  proses  belajar  dan
mengajar.  Di  Indonesia,  kegiatan  menilai  prestasi  akademik  di  sekolah- sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut raport. Dalam raport
dapat  diketahui  sejauh  mana  prestasi  akademik  seorang  siswa,  apakah  siswa tersebut  berhasil  atau  gagal  dalam  suatu  mata  pelajaran.  Didukung  oleh
pendapat  Soeryabrata  2001  bahwa    raport  merupakan  perumusan  terakhir yang  diberikan  oleh  guru  mengenai  kemajuan  atau  hasil  belajar  murid-
muridnya selama masa tertentu. Syah  2007  menyebutkan  bahwa  ada  beberapa  fungsi  penilaian  dalam
pendidikan,  yaitu  pre-test  Dan  post-test,  penilaian  prasyarat,  penilaian diagnostik,  penilaian formatif, penilaian sumatif, ujian akhir nasional.
a. Pre-Test Dan Post-Test
Kegiatan  pre-test  dilakukan  guru  secara  rutin  pada  setiap  akan memulai penyajian materi baru. Tujuanya untuk mengidentifikasi taraf
pengetahuan  siswa  mengenai  bahan  yang  akan  disajikan.  Sedangkan kegiatan  post-test  dilakukan  guru  pada  setiap  akhir  penyajian  materi.
Tujuanya  untuk  mengetahui  taraf    penguasaan  siwa  atas  materi  yang disajikan.
b. Penilaian Prasyarat
Penilaian  ini  sangat  mirip  dengan  pre-test.  Tujuanya  untuk mengidentifikasi  penguasaan  siswa  atas  materi  lama  yang  mendasari
materi baru yang akan diajarkan. c.
Penilaian Diagnostik Penilaian  ini  dilakukan  setelah  penyajian  sebuah  satuan  pelajaran
dengan  tujuan  mengidentifikasi  bagian  tertentu  yang  belum  dikuasai siswa.
d. Penilaian Formatif
Penilaian ini dapat dipandang sebagai “ulangan” yang dilakukan pada setiap  akhir  penyajian  satuan  pelajaran.  Tujuanya  untuk  memperoleh
umpan  baik  yang  mirip  evaluasi  diagnostik  yaitu  mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
e. Penilaian Sumatif
Penilaian ini di anggap sebagai “ulangan umun”yang dilakukan untuk mengukur  kinerja  akademik  atau  prestasi  belajar  siswa  pada  akhir
periode  pelaksanaan  program  pengajaran  dengan  UAS.  Tujuanya sebagai penentu kenaikan kelas siswa.
f. Ujian akhir nasional
Penilaian ini dilakukan pada tahap akhir atau yang sering disebut UN.
Uraian yang di jabarkan diatas dapat disimpulkan bahwa menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. kegiatan menilai prestasi akademik di
sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku raport. Yang bertujuan agar dapat melihat  hasil  belajar  yang  diperoleh  peserta  didik  dan  untuk  mengukur
seberapa besar keberhasilan yang telah dicapainya.
B. Strategi Coping
1.   Pengertian Coping
Taylor  Smet,  1994  mengungkapkan  coping  sebagai  suatu  proses  individu untuk  mengelola  jarak  antara  tuntutan-tuntutan  baik  internal  maupun
eksternal  dengan  sumber  daya  yang  mereka  gunakan  dalam  menghadapi stres.
Sedangkan  Lazarus  1978  mendefinisikan  coping  adalah  usaha  seseorang, baik  secara  fisik  maupun  kognitif  untuk  mengelola  tuntutan  lingkungan  dan
konflik  pada  dirinya.  Kemudian  Lazarus  dan  Folkman  1986  coping merupakan  upaya-upaya    untuk    mengubah    pikiran  dan  sikap  dalam
mengelola  mengurangi,  menguasai,  meminimalkan,  atau  mentolerir
tuntutan-tuntutan  lingkungan  individu  baik  eksternal  maupun  internal  yang dinilai sebagai beban atau  yang melampaui sumber daya manusia.
Lebih  lanjut lagi,  Lazarus 1984 mendefinisikan  coping merupakan strategi
untuk  memanajemen  tingkah  laku  kepada  pemecahan  masalah  yang  paling sederhana dan realistis, berfungsi untuk membebaskan diri dari masalah yang
nyata  maupun  tidak  nyata,  dan  coping  merupakan  semua  usaha  secara kognitif  dan  prilaku  untuk  mengatasi,  mengurangi,  dan  tahan  terhadap
tuntutan-tuntutan distres demands. Dari  uraian  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  coping  merupakan  usaha-usaha
seseorang  dalam  menghadapi  stres  yang  ditimbulkan  dari  permasalahan- permasalahan  sehari-hari  baik  secara  pikiran  maupun  tingkah  laku.
Penyesuaian  yang  tepat  terhadap  stresor  yang  timbul  untuk  membantu individu dalam menyelesaikan masalah.
2.  Proses Terjadinya Strategi Coping stress
Lazarus  Safaria  dan  Nofrans,  2009  mengatakan  bahwa  ketika  individu menghadapi  situasi  yang  memberikan  tekanan  maka  ia  akan  melakukan
penialaian  awal  primary  appraisal  untuk  mengartikan  kejadian  tersebut. Kejadian tersebut dapat berupa hal yang positif, netral atau negatif. Jika pada
penilaian awal dirasakan kejadian tersebut berpotensi akan terjadinya tekanan maka penilaian sekunder secondary appraisal akan muncul untuk mengukur
kemamapuan individu dalam mengatasi tekanan yang ada.
Keputusan  pemilihan  strategi  coping  dan  respon  yang  dipakai  yang  dipakai
individu  tergantung  dari  dua  faktor.  Pertama  faktor  eksternal  yang  di dalamnya  adalah  ingatan  pengalaman  dari  berbagai  situasi  dan  dukungan
sosial,  serta  seluruh  tekanan  dari  berbagai  situasi  yang  penting  dalam kehidupannya. Kedua adalah faktor termasuk di dalamnya adalah gaya coping
yang  biasa  dilakukan  oleh  seseorang  dalam  kehidupan  sehari-hari  serta kepribadian seseorang tersebut.
Setelah semua proses selesai maka keputusan akan dibuat untuk menentukan
strategi  coping  yang  akan  digunakan  oleh  individu  tersebut  dalam menyelesaikan  masalahnya.  Ada  dua  strategi  coping  yang  dapat  digunakan
yaitu  problem  focused  coping  dan  emotional  focused  coping.  Kedua  strategi coping tersebut dapat bertujuan untuk mereduksi ketegangan yang disebabkan
oleh situasi tekanan dari lingkungan maupun dapat mengatur hal-hal negatif, sehingga  hasil  dari  proses  coping  tersebut  dapat  berfungsinya  kembali
aktivitas yang biasa dilakukan oleh individu.
3.   Bentuk-Bentuk Strategi Coping
Lazarus  dan  Folkman  1986  membagi    coping  ke  dalam  dua  fungsi  utama yakni problem-focused coping dan emotion-focused coping. Problem-focused
coping  digunakan  untuk  mengurangi  stressor  atau  mengatasi  stress  dengan cara mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan yang baru. Strategi
ini  membawa  pengaruh  pada  individu,  yaitu  perubahan  atau  pertambahan pengetahuan  individu  tentang  masalah  yang  dihadapinya  berikut  dampak-
dampak  dari  masalah  tersebut,  sehingga  individu  mengetahui  masalah  dan konsekuensi  yang  dihadapinya.  Sedangkan  emotion-focused  coping
digunakan  untuk  mengatur  respon  emosi  terhadap  stress.  Emotion  focus coping  adalah  upaya  untuk  mencari  dan  memperoleh  rasa  nyaman  dan
memperkecil tekanan yang dirasakan, yang diarahkan untuk mengubah faktor dalam  diri  sendiri  dalam  cara  memandang  atau  mengartikan  situasi
lingkungan yang memerlukan adaptasi yang disebut pula perubahan internal.
Kemudian  Lazarus  dan  Folkman  1988  mengklasifikasikan  bentuk  coping sebagai berikut:
a. Problem-focused coping PFC
Menurut Lazarus Santrock, 2003 mengatakan bahwa PFC adalah strategi kognitif  untuk  penanganan  stres  yang  digunakan  individu  yang
menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
Aspek-aspek  dalam  problem-focused  coping  menurut  Lazarus  dan Folkman 1988 meliputi:
1. Planfull problem solving
Individu memikirkan dan mempertimbangkan secara matang beberapa alternatif  pemecahan  masalah  yang  mungkin  dilakukan,  meminta
pendapat  dan  pandangan  dari  orang  lain  tentang  masalah  yang dihadapi, berhati-hati sebelum memutuskan sesuatu dan mengevaluasi
strategi yang pernah digunakan.
2. Confrontive coping
Individu  berpegang  teguh  pada  pendiriannya  dan  mempertahankan apa  yang  diinginkan.  Mengubah  situasi  secara  agresif  dan  berani
mengambil resiko. 3.
Seeking social support Individu berusaha mencari dukungan sosial dan  mencari nasihat dari
orang lain mengenai masalahnya.
Selanjutnya  menurut  Lazarus  Aldwin  dan  Revenson,  1987  indikator  yang menunjukkan strategi problem-focused coping adalah:
a. Instrumental action tindakan langsung
Individu  melakukan  usaha  dan  merencanakan  langkah-langkah  yang mengarah pada penyelesaian masalah secara langsung serta menyusun
rencana untuk bertindak dan melaksanakannya. b.
Cauntiousness kehati-hatian Individu  berfikir,  meninjau,  dan  mempertimbangkan  beberapa
alternatif  pemecahan  masalah,  berhati-hati  dalam  merumuskan masalah, meminta pendapat orang lain dan mengevaluasi strategi yang
pernah diterapkan sebelumnya. c.
Negotiation negosiasi Individu  melakukan  beberapa  usaha  untuk  membicarakan  serta
mencari  cara  penyelesaian  dengan  orang  lain  yang  terlibat  di dalamnya  dengan  harapan  masalah  dapat  terselesaikan.  Usaha  yang
dapat  dilakukan  untuk  mengubah  pikiran  dan  pendapat  seseorang
melakukan  perundingan  atau  kompromi  untuk  mendapatkan  sesuatu yang positif dari situasi tersebut.
b. Emotion-focused coping EFC
Lazarus  mengungkapkan  bahwa  EFC  adalah  strategi  penenganan  stres yang  bertujuan  untuk  mengontrol  respon  emosional  melalui  pendekatan
tingkah laku dan kognitif Santrock, 2003. Aspek-aspek pada  emotion-focused coping menurut Lazarus dan Folman
1988 adalah: 1.
Distancing Individu  menghindari  orang-orang  dan  lingkungan  sekitarnya  saat
menemui masalah. 2.
Self-controling Menjaga keseimbangan dan menahan emosi dalam dirinya.
3. Accepting responsibility
Individu menerima konsekuensi apapun saat menghadapi masalah dan bertanggung jawab atas segala sesuatunya.
4. Escape-avoidance
Individu  menghindari  masalah  dengan  cara  berkhayal  atau membayangkan
seandainya ia
berada pada
situasi yang
menyenangkan.
5. Positive reappraisal
Individu  melihat  sisi  positif  dari  masalah  yang  dialami  dalam kehidupannya  dengan  mencari  arti  atau  keuntungan  dari  pengalaman
tersebut.
Sedangkan  indikator  yang  menunjukkan  emotion-focused  coping  menurut Lazarus Aldwin dan Revensor, 1987 yakni:
a. Escapism Pelarian dari masalah
Usaha  yang  dilakukan  individu  untuk  menghindari  masalah  dengan  cara berkhayal atau membayangkan hasil yang akan terjadi atau menghayalkan
seandainya  ia  berada  dalam  situasi  yang  lebih  baik  dari  situasi  yang dialaminya  saat  itu.  Cara  yang  digunakan  untuk  menghindari  masalah
dengan  tidur  lebih  banyak,  penyalahgunaan  alkohol  dan  obat  terlarang, dan menolak kehadiran orang lain.
b. Minimalization meringankan beban masalah
Usaha  yang  dilakukan  individu  untuk  menghindari  masalah  dengan  cara menolak  memikirkan  masalah  dan  menganggap  seakan-akan  masalah
tersebut tidak ada dan menekan masalah menjadi sesering mungkin. c.
Self blame menyalahkan diri sendiri Perasaan  menyesal,  menghukum,  dan  menyalahkan  diri  sendiri  atas
tekanan masalah yang terjadi atau strategi lainnya yang bersifat pasif dan intropunitif yang ditunjukkan ke dalam diri sendiri.