DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2013. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama.
Adhitya, Dea. 2010. Memahami Novel. Bogor: Quadra. Chair, Badrul Munir. 2014. Kalompang. Jakarta: Grasindo.
Depdikbud, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. Mangunwijaya, Y.B. 2014. Burung-burung Rantau. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. Nurgiantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Parkamin, Amron dan Noor Bari. 1973. Pengantar Sastra Indonesia. Bandung:
CV Sulita. Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Romansha, Kedung Darma. 2014. Kelir Slindet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV Angkasa. Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Suyanto, Edi. 2012. Perilaku Tokoh dalam Cerpen Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Tejo, Sujiwo. 2013. Kang Mbok. Jakarta: Yayasan Kertagama.
Daftar Internet
https:id.wikipedia.orgwikiPenelitian_kualitatif Diakses 3 November 2015
Pukul 19.00 WIB.
HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI COPING DENGAN PRESTASI
AKADEMIK SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR
TAHUN PELAJARAN 20142015
Oleh Nailul Fauziah
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN Pada
Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI COPING DENGAN
PRESTASI AKADEMIK SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR
TAHUN PELAJARAN 20142015 S k r i p s i
Oleh: NAILUL FAUZIAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
II. TINJAUAN PUSTAKA A.
Prestasi Akademik dalam Layanan Bimbingan Belajar 1.
Layanan Bimbingan Belajar
Pengertian bimbingan menurut Crow dan Crow Prayitno, 2004 adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki kepribadian yang
memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan
pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri. Menurut Crow dan Crow tersebut layanan bimbingan yang
diberikan pada individu atau sekumpulan individu berguna untuk menghindari dan mengatasi masalah dalam kehidupannya secara mandiri.
Sementara menurut Walgito 2004 bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya, agar
individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah
salah satu bentuk proses pemberian bantuan kepada individu atau sekumpulan individu dalam memecahkan masalahnya, sehingga masing-masing individu
akan mampu untuk mengoptimalkan potensi dan keterampilan dalam
mengatasi setiap permasalahannya, serta mencapai penyesuaian diri dalam kehidupannya.
Setelah memahami pengertian bimbingan, selanjutnya yang dipaparkan
adalah salah satu bidang dari bimbingan yaitu bimbingan belajar. Bimbingan belajar menurut Hamalik 2004 adalah bimbingan yang ditunjukkan kepada
siswa untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara
yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
bimbingan belajar adalah salah satu proses pemberian bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa sehingga
tercapai tujuan belajar yang diinginkan.
Tujuan Bimbingan Belajar
Menurut Ahmadi 2004 tujuan layanan bimbingan belajar secara umum adalah membantu siswa-siswa agar mendapatkan penyesuaian yang baik
didalam situasi belajar sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, mencapai perkembangan yang
optimal. Menurut Yusuf dan Nurihsan 2005 tujuan bimbingan belajar adalah
a. Mempunyai sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan
membaca buku, disiplin dalam belajar, dan perhatian terhadap semua
pelajaran, serta aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
b. Mempunyai motif yang tinggi untuk belajar.
c. Mempunyai keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri mengahadapi ujian.
d. Mempunyai keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
pendidikan. e.
Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan belajar secara umum yaitu membantu siswa-siwa agar mendapatkan penyesuaian
yang baik dalam situasi belajar, sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mencapai
perkembangan yang optimal.
Fungsi Bimbingan Belajar
Fungsi bimbingan belajar bagi siswa menurut Hamalik 2004 antara lain: a.
Membantu siswa agar memperoleh pandangan yang objektif dan jelas tentang potensi, watak, minat, sikap, dan kebiasaan yang dimiliki dirinya
sendiri agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. b.
Membantu siswa dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki dan membantu
siswa dalam menentukan cara yang efektif dan efisien dalam
menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipilih agar tercapai hasil yang diharapkan.
c. Membantu siswa dalam memperoleh gambaran dan pandangan yang jelas
tentang kemungkinan-kemungkinan dan kecenderungan-kecenderungan dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat menentukan pilihan yang tepat.
Sementara fungsi bimbingan menurut Yusuf dan Nurihsan 2005 adalah: a.
Pemahaman, yaitu membantu siswa agar memiliki pemahaman terhadap dirinya potensinya dan lingkungannya.
b. Preventif, yaitu membantu siswa untuk senantiasa mengantisipasi berbagai
masalah yang terjadi dan berupaya mencegahnya. c.
Pengembangan, yaitu berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
d. Perbaikan, yaitu berupaya memberikan bantuan kepada siswa yang telah
mengalami masalah. e.
Penyaluran, yaitu membantu siswa dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan
karir yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
f. Adaptasi, yaitu membantu pelaksanaan pendidikan untuk mengadaptasikan
program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa.
g. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa agar dapat
menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.
Berdasarkan pendapat ahli diatas mengenai fungsi bimbingan dapat
disimpulkan bahwa bimbingan belajar berfungsi untuk membantu siswa dalam pemahaman diri sesuai dengan kecakapan bakat dan minat,
bimbingan balajar bermanfaat untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana menentukan cara yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan
pendidikan agar sesuai dengan apa yang diharapkan, serta membantu siswa untuk menentukan pilihan yang tepat dalam lapangan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan siswa setelah menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipelajari.
2. Pengertian Prestasi Akademik
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan
tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa keterampilan. Preestasi menyatakan hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya, dengan hasil yang menyenangkan hati dan diperoleh dengan jalan keuletan kerja Nasrun, 2000.
Chaplin 2001 mengatakan bahwa prestasi dalam bidang pendidikan
akademik, merupakan suatu tingkatan khusus perolehan atau hasil keahlian karya akademik yang dinilai oleh gur-guru, lewat tes yang dibakukan.
Menurut Winkel 1996 prestasi akademik adalah proses belajar yang dialami siswa untuk menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan,
pemahaman, penerapan, daya analisis, dan evaluasi.
Djamarah 2002 mendefinisikan prestasi akademik adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatka perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Sedangkan, menurut Azwar
2002 prestasi akademik adalah bukti peningkatan atau pencapaian yang diperoleh seorang siswa sebagai pernyataan ada tidaknya kemajuan atau
keberhasilan dalam program pendidikannya. Soeryabrata 2001 menjelaskan bahwa prestasi akademik adalah hasil
belajar evaluasi dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif angka yang khusus dipersiapkan untuk proses evaluasi, misalnya
nilai pelajaran, mata pelajaran, nilai ujian dan lain sebagainya. Prestasi akademik dikatakan sebagai hasil perbuatan belajar yang melukiskan taraf
kemampuan seseorang. Dalam pendidikan formal, prestasi akademik menunjukkan adanya perubahan positif, sehingga pada taraf akhir akan
didapat ketrampilan, kecakapan, dan pengetahuan baru. Prestasi akademik dapat dianggap sebagai menguasai mata pelajaran yang
telah ditentukan oleh sekolah. Prestasi akademik diartikan sebagai kemampuan maksimal seseorang di kelas ataupun sekolah yang sesuai
dengan kemampuan, bakat, minat seseoranng sehingga peserta didik mampu melakukannya dengan baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah perubahan dalam hal
kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama
beberapa waktu dan tidak disebabkan karana proses pertumbuhan tetapi adanya proses belajar.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
Keberhasilan dalam proses belajar yang terjadi, dilatarbelakangi oleh adanya sumber atau penyebab yang mempengaruhi berlangsungnya proses belajar
mengajar itu sendiri. Faktor tersebut dapat berupa penghambat maupun pendorong pencapaian prestasi.
Soeryabrata 2001 menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi akademik menjadi dua faktor, yaitu: 1.
Faktor internal Faktor ini merupakan hal-hal dalam diri individu yang mempengaruhi
prestasi akademik yang dimiliki. Faktor ini digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu:
a. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis mengacu pada keadaan fisik, khususnya sistem penglihatan dan pendengaran, kedua sistem penginderaan tersebut
dianggap sebagai faktor yang paling bermanfaat diantara kelima indera yang dimiliki manusia. Untuk dapat menempuh pelajaran
dengan baik sesorang perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis meliputi faktor non fisik, seperti: motivasi dan minat, intelegensi, perilaku dan sikap mental.
1. Motivasi dan minat
Motivasi sangat menentukan prestasi seseorang menurut Djamarah 2002 motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan
yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi bisa
juga dalam bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang tergerak melakukan suatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendakinya
atau mendapat
kepuasan dengan
perbuatannya. Jadi semakin besar motivasi yang dimiliki oleh seseorang maka dorongan yang timbul untuk berprestasi akan
semakin besar juga, sebaliknya semakin rendah motivasi seseorang semakin rendah juga prestasi yang bisa diraih. Minat adalah
sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakuakn tujuan yang menarik
bagi dirinya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas
memilih Hurlock, 1995. 2.
Intelegensi Intelegensi cenderung mengacu pada kecerdasan intelektual.
Kecerdasan intelektual yang tinggi akan mempermudah seseorang untuk memehami suatu permasalahan. Orang yang memiliki
kecerdasan intelektual tinggi, pada umumnya memiliki potensi dan kesempatan yang lebih besar untuk meraih prestasi akademik yang
lebih baik dibandingkan dengan mereka yang memiliki kecardasan intelektual biasa-biasa saja. Apalagi bila disbanding dengan
mereka yang tergolong memiliki kecerdasan intelektual rendah. 2. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor dalam diri individu, masih ada hal-hal lain di luar diri yang dapat mempengaruhi prestasi yang diraih. Yang termasuk kategori
faktor eksternal adalah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. a.
Faktor lingkungan keluarga Faktor lingkungan keluarga dapat mempengaruhi prestasi siswa.
Berikut ini dijelaskan faktor-faktor lingkungan keluarga: 1.
Sosial ekonomi keluarga Dengan sosial ekonomi yang memadai seseorang lebih
berkesempatan mendapat fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis sampai pemilihan sekolah.
2. Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-anaknya dibanding dengan orang tua yang menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih rendah.
3. Perhatian orang tua dan suasana hubungann antara anggota
keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan salah satu pemacu semangat berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara
langsung maupun secara tidak langsung. b.
Faktor lingkungan sekolah 1.
Sarana dan prasana sekolah Kelengkapan fasilitas sekolah seperti LCD, proyektor, dan alat
bantu proses belajar mengajar lainnya. Selain itu bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga turut
mempengaruhi proses belajar mengajar. 2.
Kompetensi guru dan siswa. Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi.
Kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka.
3. Kurikulum dan metode mengajar.
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode pengajaran yang lebih interaktif
sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.
c. Faktor lingkungan masyarakat
1. Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.
Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan enggan
mengirim anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah guru atau pengajar.
2. Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah berupa kebijakan dan
anggaran sampai pada masyarakat bawah kesadaran akan pentingnya pendidikan, setiap orang akan lebih menghargai dan
berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Hal ini akan memunculkan pendidik dan peserta didik yang lebih
berkualitas. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi akademik dapat bersifat individual dan kompleks. Faktor-faktor tersebut secara langsung maupun tidak langsung saling berhubungan
mempengaruhi individu dalam mencapai prestasi akademik.
4. Karakteristik Individu Berprestasi
McClelland Hamdan, 2010 mengungkapkan karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi, yaitu:
a. Resiko pemilihan tugas Cenderung memilih tugas dengan derajat kesulitan yang sedang, yang
memungkinkan berhasil. Mereka menghindari tugas yang terlalu mudah karena sedikitnya tantangan atau kepuasan yang didapat. Mereka yang
menghindari tugas yang terlalu sulit kemungkinan untuk berhasil sangat kecil.
b. Membutuhkan umpan balik Lebih menyukai bekerja dalam situasi dimana mereka dapat memperoleh
umpan balik yang konkret tentang apa yang mereka lakukan karena jika tidak, mereka tidak dapat mengetahui apakah mereka sudah melakukan
sesuatu dengan baik dibandingkan dengan yang lain. Umpan balik ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki prestasinya.
c. Tanggung jawab Lebih bertanggung jawab secara pribadi pada awal kinerjanya, karena
dengan begitu mereka dapat merasa puas saat dapat menyelesaikan sesuatu tugas dengan baik.
d. Ketekunan Lebih bertahan atau lebih tekun dalam mengerjakan tugas, bahkan saat
tugas tersebut menjadi sulit. e. Kesempatan untuk unggul
Lebih tertarik dan tugas-tugas yang melibatkan kompetisi dan kesempatan untuk unggul. Mereka juga lebih berorientasi pada tugas dan mencoba
untuk mengerjakan dan menyelesaikan lebih banyak tugas dari pada individu dengan motivasi berprestasi rendah.
5. Pengukuran Prestasi Akademik
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan
mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi akademik di sekolah- sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut raport. Dalam raport
dapat diketahui sejauh mana prestasi akademik seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh
pendapat Soeryabrata 2001 bahwa raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-
muridnya selama masa tertentu. Syah 2007 menyebutkan bahwa ada beberapa fungsi penilaian dalam
pendidikan, yaitu pre-test Dan post-test, penilaian prasyarat, penilaian diagnostik, penilaian formatif, penilaian sumatif, ujian akhir nasional.
a. Pre-Test Dan Post-Test
Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuanya untuk mengidentifikasi taraf
pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan kegiatan post-test dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi.
Tujuanya untuk mengetahui taraf penguasaan siwa atas materi yang disajikan.
b. Penilaian Prasyarat
Penilaian ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuanya untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari
materi baru yang akan diajarkan. c.
Penilaian Diagnostik Penilaian ini dilakukan setelah penyajian sebuah satuan pelajaran
dengan tujuan mengidentifikasi bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.
d. Penilaian Formatif
Penilaian ini dapat dipandang sebagai “ulangan” yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran. Tujuanya untuk memperoleh
umpan baik yang mirip evaluasi diagnostik yaitu mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
e. Penilaian Sumatif
Penilaian ini di anggap sebagai “ulangan umun”yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir
periode pelaksanaan program pengajaran dengan UAS. Tujuanya sebagai penentu kenaikan kelas siswa.
f. Ujian akhir nasional
Penilaian ini dilakukan pada tahap akhir atau yang sering disebut UN.
Uraian yang di jabarkan diatas dapat disimpulkan bahwa menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. kegiatan menilai prestasi akademik di
sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku raport. Yang bertujuan agar dapat melihat hasil belajar yang diperoleh peserta didik dan untuk mengukur
seberapa besar keberhasilan yang telah dicapainya.
B. Strategi Coping
1. Pengertian Coping
Taylor Smet, 1994 mengungkapkan coping sebagai suatu proses individu untuk mengelola jarak antara tuntutan-tuntutan baik internal maupun
eksternal dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi stres.
Sedangkan Lazarus 1978 mendefinisikan coping adalah usaha seseorang, baik secara fisik maupun kognitif untuk mengelola tuntutan lingkungan dan
konflik pada dirinya. Kemudian Lazarus dan Folkman 1986 coping merupakan upaya-upaya untuk mengubah pikiran dan sikap dalam
mengelola mengurangi, menguasai, meminimalkan, atau mentolerir
tuntutan-tuntutan lingkungan individu baik eksternal maupun internal yang dinilai sebagai beban atau yang melampaui sumber daya manusia.
Lebih lanjut lagi, Lazarus 1984 mendefinisikan coping merupakan strategi
untuk memanajemen tingkah laku kepada pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis, berfungsi untuk membebaskan diri dari masalah yang
nyata maupun tidak nyata, dan coping merupakan semua usaha secara kognitif dan prilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan tahan terhadap
tuntutan-tuntutan distres demands. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa coping merupakan usaha-usaha
seseorang dalam menghadapi stres yang ditimbulkan dari permasalahan- permasalahan sehari-hari baik secara pikiran maupun tingkah laku.
Penyesuaian yang tepat terhadap stresor yang timbul untuk membantu individu dalam menyelesaikan masalah.
2. Proses Terjadinya Strategi Coping stress
Lazarus Safaria dan Nofrans, 2009 mengatakan bahwa ketika individu menghadapi situasi yang memberikan tekanan maka ia akan melakukan
penialaian awal primary appraisal untuk mengartikan kejadian tersebut. Kejadian tersebut dapat berupa hal yang positif, netral atau negatif. Jika pada
penilaian awal dirasakan kejadian tersebut berpotensi akan terjadinya tekanan maka penilaian sekunder secondary appraisal akan muncul untuk mengukur
kemamapuan individu dalam mengatasi tekanan yang ada.
Keputusan pemilihan strategi coping dan respon yang dipakai yang dipakai
individu tergantung dari dua faktor. Pertama faktor eksternal yang di dalamnya adalah ingatan pengalaman dari berbagai situasi dan dukungan
sosial, serta seluruh tekanan dari berbagai situasi yang penting dalam kehidupannya. Kedua adalah faktor termasuk di dalamnya adalah gaya coping
yang biasa dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari serta kepribadian seseorang tersebut.
Setelah semua proses selesai maka keputusan akan dibuat untuk menentukan
strategi coping yang akan digunakan oleh individu tersebut dalam menyelesaikan masalahnya. Ada dua strategi coping yang dapat digunakan
yaitu problem focused coping dan emotional focused coping. Kedua strategi coping tersebut dapat bertujuan untuk mereduksi ketegangan yang disebabkan
oleh situasi tekanan dari lingkungan maupun dapat mengatur hal-hal negatif, sehingga hasil dari proses coping tersebut dapat berfungsinya kembali
aktivitas yang biasa dilakukan oleh individu.
3. Bentuk-Bentuk Strategi Coping
Lazarus dan Folkman 1986 membagi coping ke dalam dua fungsi utama yakni problem-focused coping dan emotion-focused coping. Problem-focused
coping digunakan untuk mengurangi stressor atau mengatasi stress dengan cara mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan yang baru. Strategi
ini membawa pengaruh pada individu, yaitu perubahan atau pertambahan pengetahuan individu tentang masalah yang dihadapinya berikut dampak-
dampak dari masalah tersebut, sehingga individu mengetahui masalah dan konsekuensi yang dihadapinya. Sedangkan emotion-focused coping
digunakan untuk mengatur respon emosi terhadap stress. Emotion focus coping adalah upaya untuk mencari dan memperoleh rasa nyaman dan
memperkecil tekanan yang dirasakan, yang diarahkan untuk mengubah faktor dalam diri sendiri dalam cara memandang atau mengartikan situasi
lingkungan yang memerlukan adaptasi yang disebut pula perubahan internal.
Kemudian Lazarus dan Folkman 1988 mengklasifikasikan bentuk coping sebagai berikut:
a. Problem-focused coping PFC
Menurut Lazarus Santrock, 2003 mengatakan bahwa PFC adalah strategi kognitif untuk penanganan stres yang digunakan individu yang
menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
Aspek-aspek dalam problem-focused coping menurut Lazarus dan Folkman 1988 meliputi:
1. Planfull problem solving
Individu memikirkan dan mempertimbangkan secara matang beberapa alternatif pemecahan masalah yang mungkin dilakukan, meminta
pendapat dan pandangan dari orang lain tentang masalah yang dihadapi, berhati-hati sebelum memutuskan sesuatu dan mengevaluasi
strategi yang pernah digunakan.
2. Confrontive coping
Individu berpegang teguh pada pendiriannya dan mempertahankan apa yang diinginkan. Mengubah situasi secara agresif dan berani
mengambil resiko. 3.
Seeking social support Individu berusaha mencari dukungan sosial dan mencari nasihat dari
orang lain mengenai masalahnya.
Selanjutnya menurut Lazarus Aldwin dan Revenson, 1987 indikator yang menunjukkan strategi problem-focused coping adalah:
a. Instrumental action tindakan langsung
Individu melakukan usaha dan merencanakan langkah-langkah yang mengarah pada penyelesaian masalah secara langsung serta menyusun
rencana untuk bertindak dan melaksanakannya. b.
Cauntiousness kehati-hatian Individu berfikir, meninjau, dan mempertimbangkan beberapa
alternatif pemecahan masalah, berhati-hati dalam merumuskan masalah, meminta pendapat orang lain dan mengevaluasi strategi yang
pernah diterapkan sebelumnya. c.
Negotiation negosiasi Individu melakukan beberapa usaha untuk membicarakan serta
mencari cara penyelesaian dengan orang lain yang terlibat di dalamnya dengan harapan masalah dapat terselesaikan. Usaha yang
dapat dilakukan untuk mengubah pikiran dan pendapat seseorang
melakukan perundingan atau kompromi untuk mendapatkan sesuatu yang positif dari situasi tersebut.
b. Emotion-focused coping EFC
Lazarus mengungkapkan bahwa EFC adalah strategi penenganan stres yang bertujuan untuk mengontrol respon emosional melalui pendekatan
tingkah laku dan kognitif Santrock, 2003. Aspek-aspek pada emotion-focused coping menurut Lazarus dan Folman
1988 adalah: 1.
Distancing Individu menghindari orang-orang dan lingkungan sekitarnya saat
menemui masalah. 2.
Self-controling Menjaga keseimbangan dan menahan emosi dalam dirinya.
3. Accepting responsibility
Individu menerima konsekuensi apapun saat menghadapi masalah dan bertanggung jawab atas segala sesuatunya.
4. Escape-avoidance
Individu menghindari masalah dengan cara berkhayal atau membayangkan
seandainya ia
berada pada
situasi yang
menyenangkan.
5. Positive reappraisal
Individu melihat sisi positif dari masalah yang dialami dalam kehidupannya dengan mencari arti atau keuntungan dari pengalaman
tersebut.
Sedangkan indikator yang menunjukkan emotion-focused coping menurut Lazarus Aldwin dan Revensor, 1987 yakni:
a. Escapism Pelarian dari masalah
Usaha yang dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan cara berkhayal atau membayangkan hasil yang akan terjadi atau menghayalkan
seandainya ia berada dalam situasi yang lebih baik dari situasi yang dialaminya saat itu. Cara yang digunakan untuk menghindari masalah
dengan tidur lebih banyak, penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang, dan menolak kehadiran orang lain.
b. Minimalization meringankan beban masalah
Usaha yang dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan cara menolak memikirkan masalah dan menganggap seakan-akan masalah
tersebut tidak ada dan menekan masalah menjadi sesering mungkin. c.
Self blame menyalahkan diri sendiri Perasaan menyesal, menghukum, dan menyalahkan diri sendiri atas
tekanan masalah yang terjadi atau strategi lainnya yang bersifat pasif dan intropunitif yang ditunjukkan ke dalam diri sendiri.