PENOKOHAN DALAM NOVEL KALOMPANG KARYA BADRUL MUNIR CHAIR DAN RANCANGAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

(1)

ABSTRAK

PENOKOHAN DALAM NOVELKALOMPANG

KARYA BADRUL MUNIR CHAIR

DAN RANCANGAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

Oleh

LIA ANNISA

Masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penokohan dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair dan rancangan pembelajarannya di SMA. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan penokohan yaitu jenis-jenis tokoh dan teknik pelukisan tokoh dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair dan mendeskripsikan rancangan pembelajarannya di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Kalompang karya Badrul Munir Chair yang diterbitkan pada tahun 2014. Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa jenis-jenis tokoh, teknik pelukisan tokoh, dan rancangan pembelajarannya di SMA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa novelKalompangmemiliki lima jenis tokoh yang telah ditemukan yaitu tokoh utama diperankan oleh Mattali dan Rofiqah, tokoh tambahan diperankan oleh Hasan, Hamidi, Qidam, Sonhaji, dan Adnan, tokoh protagonis diperankan oleh Mattali, tokoh antagonis diperankan oleh Durahman, tokoh sederhana diperankan oleh Durahman dan Kiai Karnawi, tokoh berkembang diperankan oleh Mattali, dan tokoh tipikal diperankan oleh Sonhaji. Tokoh-tokoh tersebut diungkap dengan teknik dramatik diantaranya yaitu teknik cakapan yang menggambarkan tokoh Mattali dan Rofiqah, teknik tingkah laku yang menggambarkan tokoh Mattali dan Rofiqah, teknik pikiran dan perasaan yang menggambarkan tokoh Mattali, Rofiqah, dan Kiai Karnawi, teknik reaksi tokoh yang menggambarkan tokoh Mattali dan Rofiqah, teknik reaksi tokoh lain yang menggambarkan tokoh Durahman, dan teknik pelukisan latar yang menggambarkan tokoh Mattali dan Rofiqah. Novel Kalompang dapat dijadikan rancangan pembelajarannya sebagai bahan pembelajaran di SMA kelas XII semester genap.


(2)

(3)

(4)

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Sumberejo Kemiling Provinsi Lampung pada tanggal 17 Juni 1993, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari Ali Subali dan Sutari Restina.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah TK Budaya, diselesaikan pada tahun 1990. Pendidikan di SD Negeri 1 Beringin Raya diselesaikan pada tahun 2005. Pendidikan di SMP Negeri 14 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2008. Pendidikan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2011.

Selanjutnya pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui Jalur Undangan. Pada tahun 2014, penulis melakukan PPL di SMA 1 Karya Penggawa Pesisir Barat dan KKN Kependidikan Terintegrasi Unila di Pekon Bandar Pesisir Barat Karya Penggawa V Tengah.


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Alhamdulillah dan rasa bahagia atas nikmat yang diberi Allah Subhanawataala, kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang paling berharga dalam hidupku.

1. Ayahanda dan Ibundaku tercinta, Bapak Ali Subali dan Ibu Sutari Restina yang tak pernah lelah menuntunku agar sampai pada asa yang paling indah serta selalu menadahkan tangan lebih tinggi dari wajah untuk setiap langkah menuju sukses itu.

2. Kedua kakakku, Nova Lestari dan Halibi Rois yang telah memberikan doa dan dukungan dalam menuntut ilmu serta menanti keberhasilanku.

3. Untuk keluarga besarku yang selalu memberikan doa dan dukungan untuk keberhasilanku.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan almamater tercinta yang telah memberikan ilmu, membimbing untuk dapat berpikir dan bertutur dengan baik, serta memberikan pengalaman yang tak terlupakan.


(7)

MOTO

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.

(Q.S. Fushilat: 8)

Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang-orang-orang yang

mempunyai keberuntungan yang besar. (Q.S. Fushilat: 35)


(8)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penokohan dalam Novel Kalompang Karya Badrul Munir Chair dan Rancangan Pembelajarannya di SMA” sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Lampung.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima masukan, arahan, bimbingan motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Prof.Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. sebagai Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.

3. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Munaris, M.Pd. sebagai Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan, motivasi, dan bantuan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.


(9)

5. Dr. Edi Suyanto, M.Pd. sebagai pembahas yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan, motivasi, dan bantuan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan, motivasi, dan bantuan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

8. Orang tua tersayang Bapak Ali Subali dan Ibu Sutari Restina yang selalu memberikan semangat dan doa.

9. Sahabat sejak SMA, Niluh Eka Wahyuni yang tak henti-hentinya mendukungku dan selalu setia memberi semangat.

10. Sulaiman yang selalu setia mendukungku, selalu di sampingku, dan di hatiku.

11. Sahabat-sahabat seperjuanganku, Annisa Elvira, Lismayana, Yunita Fitri Yanti, Fitayah Fatimah Ramadhani, Ayu Wandira, dam Rifany Maulidya yang selalu setia mendukungku dan memberiku semangat.

12. Teman-teman seperjuangan di Batrasia angkatan 2011 serta adik-adik dan kakak-kakak Batrasia yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

13. Seluruh keluarga besarku yang telah menyelipkan senyum dan doa untuk keberhasilanku.


(10)

Semoga Allah subhanahuwataala membalas segala keikhlasan, amal, dan bantuan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Amin.

Bandarlampung, November 2015


(11)

DAFTAR ISI ABSTRAK RIWAYAT HIDUP MOTTO PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Novel ... 9

2.2 Penokohan ... 10

2.2.1 Pengertian Penokohan ... 10

2.2.2 Pengertian Tokoh ... 11

2.2.3 Jenis-jenis Tokoh ... 11

2.2.4 Teknik Pelukisan Tokoh ... 22

2.3 Rancangan Pembelajaran Sastra ... 29

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 36

3.2 Data dan Sumber Data ... 37

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 39

4.1.1 Jenis-jenisTokoh ... 40

4.1.2 TeknikPelukisanTokoh ... 41

4.2 Pembahasan ... 42

4.2.1 Jenis-jenisTokoh ... 42

4.2.1.1 Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan... 42

1. Tokoh Utama ... 44

a) Mattali ... 46

b) Rofiqah ... 48

2. Tokoh Tambahan ... 50


(12)

b) Hamidi ... 51

c) Qidam ... 52

d) Sonhaji ... 53

e) Adnan ... 53

4.2.1.2 Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis... 54

4.2.1.3 Tokoh Sederhana ... 57

a) Durahman ... 58

b) Kiai Karnawi ... 58

4.2.1.4 Tokoh Berkembang ... 59

4.2.1.5 Tokoh Tipikal ... 61

4.2.2 Teknik Pelukisan Tokoh ... 62

4.2.2.1 Teknik Cakapan ... 62

a) Mattali ... 62

b) Rofiqah ... 63

4.2.2.2 Teknik Tingkah Laku ... 64

a) Rofiqah ... 64

b) Mattali ... 64

4.2.2.3 Teknik Pikiran dan Perasaan ... 65

a) Mattali ... 66

b) Rofiqah ... 66

c) Kiai Karnawi ... 67

4.2.2.4 Teknik Reaksi Tokoh ... 68

a) Mattali ... 68

b) Rofiqah ... 68

4.2.2.5 Teknik Reaksi Tokoh Lain Durahman ... 69

4.2.2.6 Teknik Pelukisan Latar ... 70

a) Mattali ... 70

b) Rofiqah ... 71

4.3 Sintesis Penokohan dalam Novel Kalompang ... 71

4.4 Rancangan Pembelajaran ... 75

4.4.1 Identitas Mata Pelajaran ... 75

4.4.2 Kompetensi Dasar... 76

4.4.3 Indikator Pencapaian Kompetensi ... 77

4.4.4 Tujuan pembelajaran ... 77

4.4.5 Materi Ajar ... 78

4.4.6 Alokasi Waktu ... 79

4.4.7 Metode Pembelajaran ... 80

4.4.8 Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama ... 80

4.4.8.1 Pendahuluan ... 80

4.4.8.2 Inti ... 82

4.4.8.3 Penutup ... 85

4.4.9 Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Kedua ... 86

4.4.9.1 Pendahuluan ... 87

4.4.9.2 Inti ... 88

4.4.9.3 Penutup ... 91


(13)

V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 98

5.2 Saran ………... 99


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Penokohan pada Novel Kalompang ... 39 Tabel 2. Konflik Penting pada Tokoh Utama ... 43


(15)

DAFTAR GAMBAR


(16)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia memiliki berbagai macam karakter yang tercipta dari keluarga, lingkungan, kebudayaan, maupun hal-hal yang memungkinkan dapat membentuk karakter manusia itu masing-masing. Hal tersebut menjadikan karya sastra mampu menciptakan tokoh-tokoh pada sebuah cerita. Karakter-karakter yang diperankan oleh masing-masing tokoh di dalam sebuah cerita hanya rekaan semata yang diciptakan pengarang, namun terkadang mirip dengan karakter-karakter di kehidupan nyata. Pengarang cerita menciptakan karakter-karakter rekaan yang tidak ada dalam dunia nyata. Tetapi ada kemiripannya di kehidupan nyata agar cerita dapat dipahami atau dikenal oleh pembaca, pengarang menciptakan tokoh-tokohnya mirip dengan kehidupan para pembaca bahkan bisa jadi mirip dengan individu mereka masing-masing.

Tokoh cerita sangat penting untuk menjalani sebuah cerita sesuai dengan karakter yang diciptakan pengarang karya sastra tersebut. Tokoh cerita berkembang dengan adanya peristiwa-peristiwa di dalam cerita. Tokoh bergerak menjalani cerita sesuai dengan karakternya. Cerita dapat hidup karena adanya tokoh-tokoh dengan berbagai karakter yang dimilikinya sehingga tokoh-tokoh tersebut dapat menghidupkan cerita.


(17)

2

Karya sastra khususnya novel memiliki kadar cerita yang cukup luas sehingga dapat kita temukan banyak tokoh di dalamnya. Novel merupakan karya sastra yang mengungkapkan berbagai peristiwa-peristiwa di dalamnya dengan tokoh-tokoh yang menjalani cerita tersebut sesuai dengan karakternya masing-masing.

Novel memiliki ruang yang luas untuk cerita yang panjang sehingga novel memiliki berbagai jenis tokoh. Nurgiantoro (2013: 258-274) membedakan tokoh-tokoh cerita ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan sudut pandang mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan tertentu, seorang tokoh dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis sekaligus yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan dikategorikan berdasarkan peran dan pentingnya tokoh, tokoh protagonis dan tokoh antagonis dikategorikan berdasarkan peran tokoh-tokoh, tokoh sederhana dan tokoh bulat dikategorikan berdasarkan perwatakannya, tokoh statis dan tokoh berkembang dikategorikan berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh, dan tokoh tipikal dan tokoh netral dikategorikan berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh terhadap manusia dari kehidupan nyata. Masalah penokohan dalam sebuah karya tidak semata-mata hanya berhubungan dengan masalah pemilihan jenis dan perwatakan para tokoh cerita saja, tetapi juga bagaimana melukiskan kehadiran dan penghadirannya secara tepat sehingga mampu menciptakan dan mendukung tujuan artistik cerita fiksi yang bersangkutan. Teknik pelukisan tokoh dibedakan menjadi dua bagian yaitu teknik dramatik dan teknik ekspositori. Teknik dramatik mengungkapkan karakter tokoh dengan cara mendeskripsikan atau menjelaskan secara langsung. Sedangkan teknik ekspositori mengungkapkan karakter tokoh


(18)

3

dengan cara tidak langsung seperti dilihat dari tingkah lakunya, perasaannya, pendapat orang lain, dan lain sebagainya.

Novel Kalompang karya Badrul Munir Chair memiliki berbagai jenis tokoh dan teknik pelukisan tokoh. Novel Kalompang karya Badrul Munir Chair merupakan novel yang mengisahkan tentang kehidupan di kampung pesisir tepatnya di Kalompang dengan berbagai tokoh yang bermunculan yang masing-masing karakternya berbeda. Novel Kalompang memunyai berbagai permasalahan di dalamnya sehingga dapat melihat bagaimana karakter dari tokoh-tokoh yang bermunculan tersebut. Pengarang menciptakan berbagai jenis tokoh di dalam novel Kalompang.

Peneliti menggunakan novel Kalompang sebagai bahan penelitian karena novelKalompang terdapat tokoh-tokoh dengan berbagai karakter. Peneliti tertarik pada karakter-karakter tokoh di dalam cerita yang biasanya dirangkum dari kehidupan nyata sehingga kita dapat mengetahui lebih banyak karakter-karakter tokoh di dalam kehidupan. Dalam novel Kalompang, tokoh-tokoh ceritanya berasal dari kampung nelayan yang bercerita mengenai orang-orang di kampung nelayan. Peneliti dapat melihat bagaimana karakter orang-orang di kampung nelayan, misalnya sikap mereka saat bersosioalisasi, sikap mereka terhadap kebudayaan, atau ciri khasnya orang-orang di kampung nelayan pasti berbeda dengan kehidupan orang-orang di kota atau di daerah lainnya. Novel Kalompang juga termasuk novel yang dapat dijadikan bahan pembelajaran dalam contoh karakter tokoh-tokoh yang baik untuk pendidikan karena tokoh protagonis yang diperankan banyak memiliki karakter yang patut dijadikan contoh dalam kehidupan.


(19)

4

Alasan lain peneliti tertarik pada novel Kalompang sebagai bahan penelitian karena novel tersebut memiliki banyak tokoh yang bermunculan. Seperti pada tokoh utama, tokoh utama dalam novel Kalompang terdapat dua tokoh. Novel Kalompang memiliki banyak tokoh sehingga hampir semua jenis tokoh ada dalam novel tersebut. Pengarang novel Kalompang juga menampilkan watak tokoh-tokohnya secara tidak langsung, jadi watak-wataknya tidak bisa kita pastikan secara langsung. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk menjadikan novel Kalompang sebagai bahan penelitian. Pada novel Kalompang, tokoh-tokohnya cukup baik sebagai contoh di kehidupan nyata. Misalnya pada watak-watak yang dimiliki tokoh-tokoh yang ada di dalam novel tersebut. Maka peneliti menggunakan novel Kalompang sebagai bahan penelitian karena di dalam novel tersebut yang lebih ditonjolkan adalah tokoh-tokohnya.

Penulis menggunakan novel Kalompang karya Badrul Munir Chair sebagai bahan penelitian karena ada tiga hal yang menarik dalam novel tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Novel Kalompang memiliki tokoh-tokoh yang menarik dijadikan bahan ajar untuk SMA kelas XII semester genap karena karakter tokoh-tokoh dalam novel tersebut dapat dijadikan teladan para siswa dalam dunia pendidikan. 2. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel Kalompang mampu mengangkat

karakter-karakter tokoh yang ada dalam novel tersebut.

3. Tokoh-tokoh dalam novel Kalompangmampu mewakili bagaimana karakter orang-orang yang berada di kampung nelayan sebenarnya.


(20)

5

Melalui penelitian ini, penulis menganalisis penokohan dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair. Novel Kalompang dapat dijadikan bahan ajar untuk rancangan pembelajaran pada kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA kelas XII semester genap.

Dalam kurikulum 2013, terdapat kompetensi inti yang harus dicapai oleh peserta didik yang menempuh mata pelajaran Bahasa Indonesia. Ada empat kompetensi inti yang harus dicapai oleh peserta didik dan berkenaan dengan pembelajaran novel. Terdapat KI 3 yang harus dicapai oleh peserta didik terlebih dahulu, setelah KI 3 terlaksana oleh peserta didik dengan baik, peserta didik diarahkan untuk menuju pada KI 4, kompetensi inti memang harus diawali oleh KI 3 dan KI 4 agar dapat menciptakan peserta didik yang mampu menjadi K1 1 dan KI 2.

Hal ini juga dipertegas oleh mata pelajaran Bahasa Indonesia yang memiliki kompetensi dasar sebagai berikut.

KD 1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan novel.

KD 3.3 Menganalisis teks novel baik melalui lisan maupun tulisan.

Hal yang menarik selain tokoh dan penokohan di dalam novel Kalompang ini adalah novel yang bergaya khas Madura dengan kehidupan di kampung nelayan tersebut. Dipaparkan juga di dalam novel tentang kebudayaan khas kampung nelayan orang-orang Madura. Karena kebudayaan juga mencakup dalam pembelajaran agar bahan ajar untuk pembelajaran Bahasa Indonesia selain mengenai karya sastra dengan tokoh dan penokohannya, kebudayaan juga tidak


(21)

6

dilupakan, memperkenalkan kebudayaan Madura seperti yang sudah disinggung pada KI 3.

Berdasarkan latar belakang inilah penulis tertarik menggunakan novel Kalompang sebagai bahan penelitian untuk penelitian tentang penokohan di dalam novel tersebut. Penokohan yang baik merupakan bahan yang baik pula untuk peserta didik dalam mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari sebagai contoh pelajaran kehidupan pada setiap tokoh-tokoh yang disampaikan oleh Badrul Munir Chair dalam novel Kalompang.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana penokohan dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di SMA?” Masalah tersebut dijabarkan ke dalam tiga pertanyaan penelitian berikut ini.

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah jenis-jenis tokoh dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair?

2. Bagaimanakahteknik pelukisan tokoh dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair?

3. Bagaimanakahrancangan pembelajarandi SMApada kurikulum 2013?

1.3 Tujuan Penelitian


(22)

7

1. Mendeskripsikanjenis tokoh (tokoh utama, tokoh tambahan, tokoh protagonis, tokoh antagonis, tokoh sederhana, tokoh bulat, tokoh statis, tokoh berkembang, tokoh tipikal, dan tokoh netral) dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair.

2. Mendeskripsikan teknik pelukisan tokoh (teknik ekspositori dan teknik dramatik) dalam novel Kalompang Karya Badrul Munir Chair.

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) di SMA.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai (1) mengembangkan ilmu bahasa yang berkaitan dengan karya sastra khususnya novel pada unsur intrinsik mengenai penokohan dan (2) bermanfaat untuk menambah referensi di bidang sastra mengenai kajian tentang penokohan dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai (1) bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca agar berbagi ilmu mengenai penokohan di dalam novel, (2) membantu di bidang pendidikan mengenai pemilihan bahan ajar, (3) sebagai referensi guru terhadap rancangan pembelajaran mengenai penokohan, dan (4) membantu guru dalam mengapresiasi karya sastra khususnya novel.


(23)

8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah penokohan dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SMA, dengan rincian penokohan sebagai berikut.

1. Jenis-jenis tokoh

a. Tokoh utama dan tokoh tambahan b. Tokoh protagonis dan tokoh antagonis c. Tokoh sederhana dan tokoh bulat d. Tokoh statis dan tokoh berkembang i. Tokoh tipikal dan tokoh netral

2. Teknik pelukisan tokoh a. Teknik ekspositori b. Teknik dramatik


(24)

36

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian yang deskriptif artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk angka-angka (Semi, 2012: 30-31). Penelitian kualitatif ini tentu saja tidak untuk penelitian bidang teknologi dan eksakta. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis (Wikipedia Bahasa Indonesia).Penelitian kualitatif lebih sesuai untuk penelitian hal-hal yang bersangkut paut dengan masalah kultur dan nilai-nilai, seperti sastra. Dikatakan penelitian sastra lebih sesuai dengan penelitian kualitatif adalah bahwa sastra merupakan suatu bentuk karya kreatif, yang bentuknya senantiasa berubah dan tidak tetap, yang harus diberikan interpretasi (Semi, 2012: 34).

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian adalah metode deskriptif kualitatif dalam penelitian mengenai tokoh dan penokohan yang terdapat dalam Novel Kalompang Karya Badrul Munir Chair.


(25)

37

3.2 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitin ini adalah kutipan-kutipan yang terdapat pada novel Kalompang karya Badrul Munir Chair. Sumber data pada penelitian ini adalah novel Kalompang karya Badrul Munir Chair yang diterbitkan oleh PT Grasindo. Novel ini merupakan peraih juara 1 Lomba Tulis Nusantara 2013 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tebal buku 310 halaman.

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan dan analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis teks. Langkah-langkah yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan dan menganalisis data adalah sebagai berikut.

1. Membaca keseluruhan novel Kalompang Karya Badrul Munir Chair dengan cermat.

2. Menandai dan memberi kode sesuai dengan kategori yang terdapat dalam jenis-jenis tokoh maupun teknik pelukisan tokoh.

3. Mengidentifikasi data yang terdapat dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair yang berkaitan dengan penokohan.

4. Mengelompokkan data berdasarkan jenis-jenis tokoh dan teknik pelukisan tokoh.

5. Mendeskripsikan bagaimana penokohan dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair.

6. Mendeskripsikan rancangan pembelajaran novel Kalompang karya Badrul Munir Chair dalam pembelajaran sastra di SMA.


(26)

38

7. Menyimpulkan hasil analisis mengenai penokohan dan rancangan pembelajaran yang terdapat dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair.


(27)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian mengenai penokohan dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair dengan menganalisis jenis-jenis tokoh dan teknik pelukisan tokoh yang telah dijelaskan pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Novel Kalompang memiliki berbagai jenis tokoh yang sudah dianalisis diantaranya yaitu tokoh utama diperankan oleh Mattali dan Rofiqah, tokoh tambahan diperankan oleh Hasan, Hamidi, Qidam, Sonhaji, dan Adnan, tokoh protagonis diperankan oleh Mattali, tokoh antagonis diperankan oleh Durahman, tokoh sederhana diperankan oleh Durahman dan Kiai Karnawi, tokoh berkembang diperankan oleh Mattali, dan tokoh tipikal diperankan oleh Sonhaji. Tokoh-tokoh tersebut diungkap dengan teknik dramatik diantaranya yaitu teknik cakapan yang menggambarkan tokoh Mattali dan Rofiqah, teknik tingkah laku yang menggambarkan tokoh Mattali dan Rofiqah, teknik pikiran dan perasaan yang menggambarkan tokoh Mattali, Rofiqah, dan Kiai Karnawi, teknik reaksi tokoh yang menggambarkan tokoh Mattali dan Rofiqah, teknik reaksi tokoh lain yang menggambarkan tokoh Durahman, dan teknik pelukisan latar yang menggambarkan tokoh Mattali dan Rofiqah.


(28)

99

2. Novel Kalompang lebih banyak melukiskan watak tokoh dari teknik pikiran dan perasaan. Tokoh-tokohnya lebih cenderung mengungkapkan pikirannya yang menunjukkan perwatakannya masing-masing dalam cerita.

3. Novel Kalompang layak dijadikan bahan ajar di SMA kelas XII karena dalam novel tersebut terdapat tokoh protagonis yang perannya patut dijadikan contoh pada kehidupan nyata peserta didik.

4. Pembelajaran menganalisis teks novel baik melalui lisan maupun tulisan yang dibelajarkan kepada siswa SMA kelas XII semester genap dapat dibuat rancangannya yang dikaitkan dengan hasil penelitian tentang penokohan pada novelKalompang karya Badrul Munir Chair yang digunakan untuk peserta didik yang memiliki karakter yang masih kurang baik karena dalam novel Kalompang terdapat beberapa tokoh yang memiliki perwatakan yang baik sehingga peserta didik dapat mencontoh dari apa yang sudah mereka baca itu. 5. Rancangan pembelajaran yang telah dirancang oleh peneliti menggunakan

metode pembelajaran discovery learning, dengan alokasi waktu 4 jam pelajaran 2x pertemuan, dan bahan ajar menggunakan cuplikan novel Kalompang.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti menyarankan bahwa

1. Dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair ditemukan enam jenis tokoh yang sebagian jenis tokoh bisa diajarkan kepada siswa seperti tokoh utama, tokoh protagonis, dan tokoh antagonis sehingga guru dapat menggunakan novel tersebut untuk diajarkan kepada siswa SMA kelas XII.


(29)

100

2. Tokoh protagonis dalam novel Kalompang karya Badrul Munir Chair patut diajarkan kepada siswa dalam pembelajaran karena watak-watak yang dimiliki tokoh protagonis baik untuk siswa agar mereka dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Penokohan pada novel Kalompang karya Badrul Munir Chair yang mencakup jenis-jenis tokoh dan teknik pelukisan tokoh hendaknya diajarkan kepada siswa SMA kelas XII. Hal ini sesuai dengan kurikulum 2013 yang sudah tertera pada silabus dengan kompetensi dasar mengenai novel.

4. Rancangan pembelajaran mengenai penokohan ini dapat digunakan guru Bahasa Indonesia SMA kelas XII dengan menyesuaikan kondisi sekolahnya masing-masing.

5. Bagi pembaca umum, skripsi ini baik dijadikan bahan bacaan sebagai pengetahuan mengenai penokohan dalam novel Kalompang dimana menjelaskan bahwa tokoh protagonis yang terdapat dalam novel Kalompang patut dijadikan contoh berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tokoh-tokoh yang kurang patut dijadikan contoh seperti tokoh antagonis tidak layak untuk dijadikan contoh tetapi dapat dijadikan tolok ukur bagi seseorang untuk mengoreksi dirinya sendiri bahwa karakter seperti tokoh antagonis tidak patut untuk dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2013. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Refika Aditama.

Adhitya, Dea. 2010.Memahami Novel. Bogor: Quadra.

Chair, Badrul Munir. 2014.Kalompang. Jakarta: Grasindo.

Depdikbud, 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Kosasih, E. 2012.Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

Mangunwijaya, Y.B. 2014. Burung-burung Rantau. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Nurgiantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Parkamin, Amron dan Noor Bari. 1973. Pengantar Sastra Indonesia. Bandung:

CV Sulita.

Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam

Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahmanto, B. 1988.Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Romansha, Kedung Darma. 2014.Kelir Slindet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rusman. 2014.Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Semi, M. Atar. 2012.Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV Angkasa.

Sudjiman, Panuti. 1991.Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Suyanto, Edi. 2012. Perilaku Tokoh dalam Cerpen Indonesia. Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Tarigan, Henry Guntur. 2011.Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.


(31)

Daftar Internet

https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif Diakses 3 November 2015 Pukul 19.00 WIB.


(32)

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI COPING DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BANDAR

SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh Nailul Fauziah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(33)

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI COPING DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1

BANDAR SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(S k r i p s i)

Oleh:

NAILUL FAUZIAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Prestasi Akademik dalam Layanan Bimbingan Belajar 1. Layanan Bimbingan Belajar

Pengertian bimbingan menurut Crow dan Crow (Prayitno, 2004) adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri. Menurut Crow dan Crow tersebut layanan bimbingan yang diberikan pada individu atau sekumpulan individu berguna untuk menghindari dan mengatasi masalah dalam kehidupannya secara mandiri.

Sementara menurut Walgito (2004) bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah salah satu bentuk proses pemberian bantuan kepada individu atau sekumpulan individu dalam memecahkan masalahnya, sehingga masing-masing individu akan mampu untuk mengoptimalkan potensi dan keterampilan dalam


(35)

14

mengatasi setiap permasalahannya, serta mencapai penyesuaian diri dalam kehidupannya.

Setelah memahami pengertian bimbingan, selanjutnya yang dipaparkan adalah salah satu bidang dari bimbingan yaitu bimbingan belajar. Bimbingan belajar menurut Hamalik (2004) adalah bimbingan yang ditunjukkan kepada siswa untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah salah satu proses pemberian bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan.

Tujuan Bimbingan Belajar

Menurut Ahmadi (2004) tujuan layanan bimbingan belajar secara umum adalah membantu siswa-siswa agar mendapatkan penyesuaian yang baik didalam situasi belajar sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, mencapai perkembangan yang optimal.

Menurut Yusuf dan Nurihsan (2005) tujuan bimbingan belajar adalah

a. Mempunyai sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, dan perhatian terhadap semua


(36)

15

pelajaran, serta aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.

b. Mempunyai motif yang tinggi untuk belajar.

c. Mempunyai keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri mengahadapi ujian.

d. Mempunyai keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan.

e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan belajar secara umum yaitu membantu siswa-siwa agar mendapatkan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar, sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal.

Fungsi Bimbingan Belajar

Fungsi bimbingan belajar bagi siswa menurut Hamalik (2004) antara lain: a. Membantu siswa agar memperoleh pandangan yang objektif dan jelas

tentang potensi, watak, minat, sikap, dan kebiasaan yang dimiliki dirinya sendiri agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

b. Membantu siswa dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki dan membantu siswa dalam menentukan cara yang efektif dan efisien dalam


(37)

16

menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipilih agar tercapai hasil yang diharapkan.

c. Membantu siswa dalam memperoleh gambaran dan pandangan yang jelas tentang kemungkinan-kemungkinan dan kecenderungan-kecenderungan dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat menentukan pilihan yang tepat.

Sementara fungsi bimbingan menurut Yusuf dan Nurihsan (2005) adalah:

a. Pemahaman, yaitu membantu siswa agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya.

b. Preventif, yaitu membantu siswa untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang terjadi dan berupaya mencegahnya.

c. Pengembangan, yaitu berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

d. Perbaikan, yaitu berupaya memberikan bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah.

e. Penyaluran, yaitu membantu siswa dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya.

f. Adaptasi, yaitu membantu pelaksanaan pendidikan untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa.

g. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.


(38)

17

Berdasarkan pendapat ahli diatas mengenai fungsi bimbingan dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar berfungsi untuk membantu siswa dalam pemahaman diri sesuai dengan kecakapan bakat dan minat, bimbingan balajar bermanfaat untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana menentukan cara yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan pendidikan agar sesuai dengan apa yang diharapkan, serta membantu siswa untuk menentukan pilihan yang tepat dalam lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan siswa setelah menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipelajari.

2. Pengertian Prestasi Akademik

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa keterampilan. Preestasi menyatakan hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya, dengan hasil yang menyenangkan hati dan diperoleh dengan jalan keuletan kerja (Nasrun, 2000).

Chaplin (2001) mengatakan bahwa prestasi dalam bidang pendidikan akademik, merupakan suatu tingkatan khusus perolehan atau hasil keahlian karya akademik yang dinilai oleh gur-guru, lewat tes yang dibakukan. Menurut Winkel (1996) prestasi akademik adalah proses belajar yang dialami siswa untuk menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, dan evaluasi.


(39)

18

Djamarah (2002) mendefinisikan prestasi akademik adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatka perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Sedangkan, menurut Azwar (2002) prestasi akademik adalah bukti peningkatan atau pencapaian yang diperoleh seorang siswa sebagai pernyataan ada tidaknya kemajuan atau keberhasilan dalam program pendidikannya.

Soeryabrata (2001) menjelaskan bahwa prestasi akademik adalah hasil belajar evaluasi dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang khusus dipersiapkan untuk proses evaluasi, misalnya nilai pelajaran, mata pelajaran, nilai ujian dan lain sebagainya. Prestasi akademik dikatakan sebagai hasil perbuatan belajar yang melukiskan taraf kemampuan seseorang. Dalam pendidikan formal, prestasi akademik menunjukkan adanya perubahan positif, sehingga pada taraf akhir akan didapat ketrampilan, kecakapan, dan pengetahuan baru.

Prestasi akademik dapat dianggap sebagai menguasai mata pelajaran yang telah ditentukan oleh sekolah. Prestasi akademik diartikan sebagai kemampuan maksimal seseorang di kelas ataupun sekolah yang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat seseoranng sehingga peserta didik mampu melakukannya dengan baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama


(40)

19

beberapa waktu dan tidak disebabkan karana proses pertumbuhan tetapi adanya proses belajar.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Keberhasilan dalam proses belajar yang terjadi, dilatarbelakangi oleh adanya sumber atau penyebab yang mempengaruhi berlangsungnya proses belajar mengajar itu sendiri. Faktor tersebut dapat berupa penghambat maupun pendorong pencapaian prestasi.

Soeryabrata (2001) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik menjadi dua faktor, yaitu:

1. Faktor internal

Faktor ini merupakan hal-hal dalam diri individu yang mempengaruhi prestasi akademik yang dimiliki. Faktor ini digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu:

a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis mengacu pada keadaan fisik, khususnya sistem penglihatan dan pendengaran, kedua sistem penginderaan tersebut dianggap sebagai faktor yang paling bermanfaat diantara kelima indera yang dimiliki manusia. Untuk dapat menempuh pelajaran dengan baik sesorang perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya.


(41)

20

b. Faktor psikologis

Faktor psikologis meliputi faktor non fisik, seperti: motivasi dan minat, intelegensi, perilaku dan sikap mental.

1. Motivasi dan minat

Motivasi sangat menentukan prestasi seseorang menurut Djamarah (2002) motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi bisa juga dalam bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang tergerak melakukan suatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Jadi semakin besar motivasi yang dimiliki oleh seseorang maka dorongan yang timbul untuk berprestasi akan semakin besar juga, sebaliknya semakin rendah motivasi seseorang semakin rendah juga prestasi yang bisa diraih. Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakuakn tujuan yang menarik bagi dirinya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 1995).

2. Intelegensi

Intelegensi cenderung mengacu pada kecerdasan intelektual. Kecerdasan intelektual yang tinggi akan mempermudah seseorang untuk memehami suatu permasalahan. Orang yang memiliki


(42)

21

kecerdasan intelektual tinggi, pada umumnya memiliki potensi dan kesempatan yang lebih besar untuk meraih prestasi akademik yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang memiliki kecardasan intelektual biasa-biasa saja. Apalagi bila disbanding dengan mereka yang tergolong memiliki kecerdasan intelektual rendah.

2. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor dalam diri individu, masih ada hal-hal lain di luar diri yang dapat mempengaruhi prestasi yang diraih. Yang termasuk kategori faktor eksternal adalah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. a. Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan keluarga dapat mempengaruhi prestasi siswa. Berikut ini dijelaskan faktor-faktor lingkungan keluarga:

1. Sosial ekonomi keluarga

Dengan sosial ekonomi yang memadai seseorang lebih berkesempatan mendapat fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis sampai pemilihan sekolah.

2. Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya dibanding dengan orang tua yang menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih rendah.

3. Perhatian orang tua dan suasana hubungann antara anggota keluarga


(43)

22

Dukungan dari keluarga merupakan salah satu pemacu semangat berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung maupun secara tidak langsung.

b. Faktor lingkungan sekolah 1. Sarana dan prasana sekolah

Kelengkapan fasilitas sekolah seperti LCD, proyektor, dan alat bantu proses belajar mengajar lainnya. Selain itu bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga turut mempengaruhi proses belajar mengajar.

2. Kompetensi guru dan siswa.

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi. Kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka.

3. Kurikulum dan metode mengajar.

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode pengajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.

c. Faktor lingkungan masyarakat 1. Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan enggan


(44)

23

mengirim anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah guru atau pengajar.

2. Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah (kesadaran akan pentingnya pendidikan), setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Hal ini akan memunculkan pendidik dan peserta didik yang lebih berkualitas.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik dapat bersifat individual dan kompleks. Faktor-faktor tersebut secara langsung maupun tidak langsung saling berhubungan mempengaruhi individu dalam mencapai prestasi akademik.

4. Karakteristik Individu Berprestasi

McClelland (Hamdan, 2010) mengungkapkan karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi, yaitu:

a. Resiko pemilihan tugas

Cenderung memilih tugas dengan derajat kesulitan yang sedang, yang memungkinkan berhasil. Mereka menghindari tugas yang terlalu mudah karena sedikitnya tantangan atau kepuasan yang didapat. Mereka yang menghindari tugas yang terlalu sulit kemungkinan untuk berhasil sangat kecil.

b. Membutuhkan umpan balik

Lebih menyukai bekerja dalam situasi dimana mereka dapat memperoleh umpan balik yang konkret tentang apa yang mereka lakukan karena jika tidak, mereka tidak dapat mengetahui apakah mereka sudah melakukan


(45)

24

sesuatu dengan baik dibandingkan dengan yang lain. Umpan balik ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki prestasinya.

c. Tanggung jawab

Lebih bertanggung jawab secara pribadi pada awal kinerjanya, karena dengan begitu mereka dapat merasa puas saat dapat menyelesaikan sesuatu tugas dengan baik.

d. Ketekunan

Lebih bertahan atau lebih tekun dalam mengerjakan tugas, bahkan saat tugas tersebut menjadi sulit.

e. Kesempatan untuk unggul

Lebih tertarik dan tugas-tugas yang melibatkan kompetisi dan kesempatan untuk unggul. Mereka juga lebih berorientasi pada tugas dan mencoba untuk mengerjakan dan menyelesaikan lebih banyak tugas dari pada individu dengan motivasi berprestasi rendah.

5. Pengukuran Prestasi Akademik

Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut raport. Dalam raport dapat diketahui sejauh mana prestasi akademik seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Soeryabrata (2001) bahwa raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu.

Syah (2007) menyebutkan bahwa ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu pre-test Dan post-test, penilaian prasyarat, penilaian diagnostik, penilaian formatif, penilaian sumatif, ujian akhir nasional.


(46)

25

a. Pre-Test Dan Post-Test

Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuanya untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan kegiatan post-test dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuanya untuk mengetahui taraf penguasaan siwa atas materi yang disajikan.

b. Penilaian Prasyarat

Penilaian ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuanya untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.

c. Penilaian Diagnostik

Penilaian ini dilakukan setelah penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.

d. Penilaian Formatif

Penilaian ini dapat dipandang sebagai “ulangan” yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran. Tujuanya untuk memperoleh umpan baik yang mirip evaluasi diagnostik yaitu mendiagnosis kesulitan belajar siswa.

e. Penilaian Sumatif

Penilaian ini di anggap sebagai “ulangan umun”yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir


(47)

26

periode pelaksanaan program pengajaran dengan UAS. Tujuanya sebagai penentu kenaikan kelas siswa.

f. Ujian akhir nasional

Penilaian ini dilakukan pada tahap akhir atau yang sering disebut UN.

Uraian yang di jabarkan diatas dapat disimpulkan bahwa menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. kegiatan menilai prestasi akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku raport. Yang bertujuan agar dapat melihat hasil belajar yang diperoleh peserta didik dan untuk mengukur seberapa besar keberhasilan yang telah dicapainya.

B. Strategi Coping

1. Pengertian Coping

Taylor (Smet, 1994) mengungkapkan coping sebagai suatu proses individu untuk mengelola jarak antara tuntutan-tuntutan (baik internal maupun eksternal) dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi stres.

Sedangkan Lazarus (1978) mendefinisikan coping adalah usaha seseorang, baik secara fisik maupun kognitif untuk mengelola tuntutan lingkungan dan konflik pada dirinya. Kemudian Lazarus dan Folkman (1986) coping merupakan upaya-upaya untuk mengubah pikiran dan sikap dalam mengelola (mengurangi, menguasai, meminimalkan, atau mentolerir)


(48)

27

tuntutan-tuntutan lingkungan individu baik eksternal maupun internal yang dinilai sebagai beban atau yang melampaui sumber daya manusia.

Lebih lanjut lagi, Lazarus (1984) mendefinisikan coping merupakan strategi untuk memanajemen tingkah laku kepada pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis, berfungsi untuk membebaskan diri dari masalah yang nyata maupun tidak nyata, dan coping merupakan semua usaha secara kognitif dan prilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan tahan terhadap tuntutan-tuntutan (distres demands).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa coping merupakan usaha-usaha seseorang dalam menghadapi stres yang ditimbulkan dari permasalahan-permasalahan sehari-hari baik secara pikiran maupun tingkah laku. Penyesuaian yang tepat terhadap stresor yang timbul untuk membantu individu dalam menyelesaikan masalah.

2. Proses Terjadinya Strategi Coping stress

Lazarus (Safaria dan Nofrans, 2009) mengatakan bahwa ketika individu menghadapi situasi yang memberikan tekanan maka ia akan melakukan penialaian awal (primary appraisal) untuk mengartikan kejadian tersebut. Kejadian tersebut dapat berupa hal yang positif, netral atau negatif. Jika pada penilaian awal dirasakan kejadian tersebut berpotensi akan terjadinya tekanan maka penilaian sekunder (secondary appraisal) akan muncul untuk mengukur kemamapuan individu dalam mengatasi tekanan yang ada.


(49)

28

Keputusan pemilihan strategi coping dan respon yang dipakai yang dipakai individu tergantung dari dua faktor. Pertama faktor eksternal yang di dalamnya adalah ingatan pengalaman dari berbagai situasi dan dukungan sosial, serta seluruh tekanan dari berbagai situasi yang penting dalam kehidupannya. Kedua adalah faktor termasuk di dalamnya adalah gaya coping yang biasa dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari serta kepribadian seseorang tersebut.

Setelah semua proses selesai maka keputusan akan dibuat untuk menentukan strategi coping yang akan digunakan oleh individu tersebut dalam menyelesaikan masalahnya. Ada dua strategi coping yang dapat digunakan yaitu problem focused coping dan emotional focused coping. Kedua strategi coping tersebut dapat bertujuan untuk mereduksi ketegangan yang disebabkan oleh situasi tekanan dari lingkungan maupun dapat mengatur hal-hal negatif, sehingga hasil dari proses coping tersebut dapat berfungsinya kembali aktivitas yang biasa dilakukan oleh individu.

3. Bentuk-Bentuk Strategi Coping

Lazarus dan Folkman (1986) membagi coping ke dalam dua fungsi utama yakni problem-focused coping dan emotion-focused coping. Problem-focused coping digunakan untuk mengurangi stressor atau mengatasi stress dengan cara mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan yang baru. Strategi ini membawa pengaruh pada individu, yaitu perubahan atau pertambahan pengetahuan individu tentang masalah yang dihadapinya berikut


(50)

dampak-29

dampak dari masalah tersebut, sehingga individu mengetahui masalah dan konsekuensi yang dihadapinya. Sedangkan emotion-focused coping digunakan untuk mengatur respon emosi terhadap stress. Emotion focus coping adalah upaya untuk mencari dan memperoleh rasa nyaman dan memperkecil tekanan yang dirasakan, yang diarahkan untuk mengubah faktor dalam diri sendiri dalam cara memandang atau mengartikan situasi lingkungan yang memerlukan adaptasi yang disebut pula perubahan internal.

Kemudian Lazarus dan Folkman (1988) mengklasifikasikan bentuk coping sebagai berikut:

a. Problem-focused coping (PFC)

Menurut Lazarus (Santrock, 2003) mengatakan bahwa PFC adalah strategi kognitif untuk penanganan stres yang digunakan individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.

Aspek-aspek dalam problem-focused coping menurut Lazarus dan Folkman (1988) meliputi:

1. Planfull problem solving

Individu memikirkan dan mempertimbangkan secara matang beberapa alternatif pemecahan masalah yang mungkin dilakukan, meminta pendapat dan pandangan dari orang lain tentang masalah yang dihadapi, berhati-hati sebelum memutuskan sesuatu dan mengevaluasi strategi yang pernah digunakan.


(51)

30

2. Confrontive coping

Individu berpegang teguh pada pendiriannya dan mempertahankan apa yang diinginkan. Mengubah situasi secara agresif dan berani mengambil resiko.

3. Seeking social support

Individu berusaha mencari dukungan sosial dan mencari nasihat dari orang lain mengenai masalahnya.

Selanjutnya menurut Lazarus (Aldwin dan Revenson, 1987) indikator yang menunjukkan strategi problem-focused coping adalah:

a. Instrumental action (tindakan langsung)

Individu melakukan usaha dan merencanakan langkah-langkah yang mengarah pada penyelesaian masalah secara langsung serta menyusun rencana untuk bertindak dan melaksanakannya.

b. Cauntiousness (kehati-hatian)

Individu berfikir, meninjau, dan mempertimbangkan beberapa alternatif pemecahan masalah, berhati-hati dalam merumuskan masalah, meminta pendapat orang lain dan mengevaluasi strategi yang pernah diterapkan sebelumnya.

c. Negotiation (negosiasi)

Individu melakukan beberapa usaha untuk membicarakan serta mencari cara penyelesaian dengan orang lain yang terlibat di dalamnya dengan harapan masalah dapat terselesaikan. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengubah pikiran dan pendapat seseorang


(52)

31

melakukan perundingan atau kompromi untuk mendapatkan sesuatu yang positif dari situasi tersebut.

b. Emotion-focused coping (EFC)

Lazarus mengungkapkan bahwa EFC adalah strategi penenganan stres yang bertujuan untuk mengontrol respon emosional melalui pendekatan tingkah laku dan kognitif (Santrock, 2003).

Aspek-aspek pada emotion-focused coping menurut Lazarus dan Folman (1988) adalah:

1. Distancing

Individu menghindari orang-orang dan lingkungan sekitarnya saat menemui masalah.

2. Self-controling

Menjaga keseimbangan dan menahan emosi dalam dirinya. 3. Accepting responsibility

Individu menerima konsekuensi apapun saat menghadapi masalah dan bertanggung jawab atas segala sesuatunya.

4. Escape-avoidance

Individu menghindari masalah dengan cara berkhayal atau membayangkan seandainya ia berada pada situasi yang menyenangkan.


(53)

32

5. Positive reappraisal

Individu melihat sisi positif dari masalah yang dialami dalam kehidupannya dengan mencari arti atau keuntungan dari pengalaman tersebut.

Sedangkan indikator yang menunjukkan emotion-focused coping menurut Lazarus (Aldwin dan Revensor, 1987) yakni:

a. Escapism (Pelarian dari masalah)

Usaha yang dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan cara berkhayal atau membayangkan hasil yang akan terjadi atau menghayalkan seandainya ia berada dalam situasi yang lebih baik dari situasi yang dialaminya saat itu. Cara yang digunakan untuk menghindari masalah dengan tidur lebih banyak, penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang, dan menolak kehadiran orang lain.

b. Minimalization (meringankan beban masalah)

Usaha yang dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan cara menolak memikirkan masalah dan menganggap seakan-akan masalah tersebut tidak ada dan menekan masalah menjadi sesering mungkin. c. Self blame (menyalahkan diri sendiri)

Perasaan menyesal, menghukum, dan menyalahkan diri sendiri atas tekanan masalah yang terjadi atau strategi lainnya yang bersifat pasif dan intropunitif yang ditunjukkan ke dalam diri sendiri.


(54)

33

d. Seeking meaning (mencari makna)

Usaha individu untuk mencari makna atau hikmah dari kegagalan yang dialami dan melihat hal-hal lain yang penting dalam kehidupan.

4. Kelebihan dan Kekurangan PFC dan EFC

Dalam PFC, individu mengurangi ketegangan dengan cara melakukan sesuatu seperti memodifikasi atau meminimalisir situasi yang sedang dihadapi. Tujuan dari PFC adalah untuk mengurangi tuntutan situasi stress dengan memperluas sumber daya yang dimiliki untuk menghadapinya (Pasudewi, 2012).

PFC juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Lazarus (Pasudewi, 2012) mengatakan bahwa individu cenderung akan menggunakan PFC ketika percaya bahwa tuntutan atau sumber daya yang dimiliki akan berubah.

Individu yang cenderung menggunakan problem focused coping dalam mengatasi situasi stres tertentu, menunjukkan tingkat depresi yang lebih rendah baik selama dan setelah situasi stres.

Menurut Reivich dan Shatte (Pasudewi, 2012) EFC adalah strategi dimana individu secara kognitif diarahkan untuk menghindar, menjaga jarak dan mencari nilai positif dari sebuah peristiwa negatif. Kelebihan dari strategi ini ada pada penilaian positif dari suatu peristiwa dengan usaha yang berfokus pada religi. Sedangkan EFC yang berupa menghindar atau menjaga jarak akan memunculkan rasa cemas, khawatir, dan gelisah, serta tidak mampu


(55)

34

mengidentifikasi penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi secara tepat, dan akan terus menerus berbuat kesalahan yang sama.

Pada kenyataannya individu menggunakan kedua strategi coping tersebut dalam menghadapi tuntutan internal dan eksternal. Individu yang hanya menyelesaikan sumber masalah namun dengan mengorbankan perasaan, tidak dikatakan efektif dalam penanggulangannya. Demikian juga apabila individu berhasil meredakan ketegangan emosinya namun tidak menyelesaikan sumber masalahnya. Untuk mencapai strategi coping yang efektif diperlukan penggunaan kedua fungsi strategi penanggulangan stres tersebut.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping

Menurut Mutadin (Sa’adah, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengunaan strategi coping individu adalah sebagai berikut:

a. Kesehatan fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena dalam usaha mengatasi stress individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar. b. Keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting yang memepengaruhi kemampuan strategi coping individu.

c. Ketrampilan memecahkan masalah

Ketrampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan menghasilkan alternatif tindakan. Kemudian mempertimbangkan


(56)

35

alternatif tersebut untuk memperoleh hasil yang akan dicapai dan melaksanakan rencana tersebut dengan tepat.

d. Ketrampilan sosial

Meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan berperilaku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat. e. Dukungan sosial

Meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosi pada diri individu yang diberikan oleh lingkungan sosialnya.

f. Materi

Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.

C. Keterkaitan Penggunaan Strategi Coping Dengan Prestasi Akademik

Individu dihadapkan oleh berbagai masalah mulai dari masalah dengan dirinya sendiri hingga masalah penyesuaian dengan lingkungan sosialnya. Konflik-konflik tersebut sering kali menimbulkan tekanan atau stres pada diri individu itu sendiri. Stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu tekanan, mengamcam serta mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (Santrock, 2003). Pada remaja stres merupakan susatu ancaman dan tantangan bagi dirinya serta sebagai respon terhadap kejadian tersebut.

Saat ini, dapat dikatakan bahwa seorang pelajar akan menghabiskan banyak waktu di sekolah. Kegiatan sekolah dapat menghabiskan waktu remaja yang


(57)

36

cukup besar dan merupakan sumber stres bagi kebanyakan siswa. Ketika siswa merasa stres di sekolah dan tidak mampu mengelolanya dengan baik maka hal ini akan mempengaruhi prestasinya di sekolah.

Prestasi merupakan hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa keterampilan. Sedangkan prestasi akademik dapat dianggap sebagai menguasai mata pelajaran yang telah ditentukan oleh sekolah. Prestasi akademik diartikan sebagai kemampuan maksimal seseorang di kelas ataupun sekolah yang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat seseoranng sehingga peserta didik mampu melakukannya dengan baik.

Namun, saat siswa dihadapkan dengan situasi permasalahan yang semakin kompleks. Tuntutan-tuntutan dari lingkungan sekitar mereka seringkali membuat mereka merasa tertekan. Kadang kala mereka merasa situasi tersebut sangan berat dan sulit untuk tangani yang menyebabkan mereka depresi. Tidak sedikit dari mereka menggunaan alkohol dan obat-obat terlarang secara berlebih sebagai bentuk pelarian dari masalah yang mereka hadapi.

Dalam menghadapi tekanan, siswa membutuhkan strategi coping yang baik agar gangguan psikofisiologis tidak terjadi dan dengan demikian tidak mengganggu psrestasi akademik di sekolah. Coping yang sesuai mengarahkan siswa untuk berhasil menghadapi stress. Ada dua macam


(58)

37

bentuk strategi coping, yakni emotion-focused coping dan problem-focused coping.

Bentuk coping stress yang digunakan menentukan keberhasilan individu dalam menghadapi stres. Emotion focus coping digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan emotion focus coping dilakukan melalui perilaku individu untuk meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Menurut Lazarus (1989) emotion- focused coping adalah upaya untuk mencari dan memperoleh rasa nyaman dan memperkecil tekanan yang dirasakan. Sementara itu problem- focused coping digunakan untuk mengurangi stres dengan cara mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. Problem focus coping dipakai saat individu yakin akan dapat mengubah situasi.

Siswa yang cenderung memiliki strategi coping rendah, mereka sering kali merasa cemas, khawatir, dan selalu dihadapkan dengan masalah yang sama dilain waktu. Sebaliknya, siswa yang memiliki strategi coping yang baik mereka cenderung merasa lebih baik dan memiliki tingkat depresi yang rendah pula (Pasudewi, 2012).

Pada kenyataannya individu menggunakan kedua strategi coping (problem focused coping dan emotion focused coping) tersebut dalam menghadapi tuntutan internal dan eksternal. Individu yang hanya menyelesaikan sumber masalah namun dengan mengorbankan perasaan, tidak dikatakan efektif dalam penanggulangannya. Demikian juga apabila individu berhasil


(59)

38

meredakan ketegangan emosinya namun tidak menyelesaikan sumber masalahnya. Untuk mencapai strategi coping yang efektif diperlukan penggunaan kedua fungsi strategi penanggulangan stres tersebut.

Masalah tersebut harus mendapat perhatian dari guru khususnya guru BK. Sesuai dengan perannya dalam memahami kebutuhan siswa, guru BK memberikan bimbingan pribadi terkait dengan pemilihan strategi coping yang tepat sesuai permasalahan yang mereka hadapi. Selanjutnya memberikan bimbingan belajar agar siswa dapat mempertahankan prestasinya meski masalah yang dihadapi begitu kompleks.


(1)

d. Seeking meaning (mencari makna)

Usaha individu untuk mencari makna atau hikmah dari kegagalan yang dialami dan melihat hal-hal lain yang penting dalam kehidupan.

4. Kelebihan dan Kekurangan PFC dan EFC

Dalam PFC, individu mengurangi ketegangan dengan cara melakukan sesuatu seperti memodifikasi atau meminimalisir situasi yang sedang dihadapi. Tujuan dari PFC adalah untuk mengurangi tuntutan situasi stress dengan memperluas sumber daya yang dimiliki untuk menghadapinya (Pasudewi, 2012).

PFC juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Lazarus (Pasudewi, 2012) mengatakan bahwa individu cenderung akan menggunakan PFC ketika percaya bahwa tuntutan atau sumber daya yang dimiliki akan berubah.

Individu yang cenderung menggunakan problem focused coping dalam mengatasi situasi stres tertentu, menunjukkan tingkat depresi yang lebih rendah baik selama dan setelah situasi stres.

Menurut Reivich dan Shatte (Pasudewi, 2012) EFC adalah strategi dimana individu secara kognitif diarahkan untuk menghindar, menjaga jarak dan mencari nilai positif dari sebuah peristiwa negatif. Kelebihan dari strategi ini ada pada penilaian positif dari suatu peristiwa dengan usaha yang berfokus pada religi. Sedangkan EFC yang berupa menghindar atau menjaga jarak akan memunculkan rasa cemas, khawatir, dan gelisah, serta tidak mampu


(2)

mengidentifikasi penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi secara tepat, dan akan terus menerus berbuat kesalahan yang sama.

Pada kenyataannya individu menggunakan kedua strategi coping tersebut dalam menghadapi tuntutan internal dan eksternal. Individu yang hanya menyelesaikan sumber masalah namun dengan mengorbankan perasaan, tidak dikatakan efektif dalam penanggulangannya. Demikian juga apabila individu berhasil meredakan ketegangan emosinya namun tidak menyelesaikan sumber masalahnya. Untuk mencapai strategi coping yang efektif diperlukan penggunaan kedua fungsi strategi penanggulangan stres tersebut.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping

Menurut Mutadin (Sa’adah, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengunaan strategi coping individu adalah sebagai berikut:

a. Kesehatan fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena dalam usaha mengatasi stress individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar. b. Keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting yang memepengaruhi kemampuan strategi coping individu.

c. Ketrampilan memecahkan masalah

Ketrampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan menghasilkan alternatif tindakan. Kemudian mempertimbangkan


(3)

alternatif tersebut untuk memperoleh hasil yang akan dicapai dan melaksanakan rencana tersebut dengan tepat.

d. Ketrampilan sosial

Meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan berperilaku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat. e. Dukungan sosial

Meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosi pada diri individu yang diberikan oleh lingkungan sosialnya.

f. Materi

Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.

C. Keterkaitan Penggunaan Strategi Coping Dengan Prestasi Akademik

Individu dihadapkan oleh berbagai masalah mulai dari masalah dengan dirinya sendiri hingga masalah penyesuaian dengan lingkungan sosialnya. Konflik-konflik tersebut sering kali menimbulkan tekanan atau stres pada diri individu itu sendiri. Stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu tekanan, mengamcam serta mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (Santrock, 2003). Pada remaja stres merupakan susatu ancaman dan tantangan bagi dirinya serta sebagai respon terhadap kejadian tersebut.

Saat ini, dapat dikatakan bahwa seorang pelajar akan menghabiskan banyak waktu di sekolah. Kegiatan sekolah dapat menghabiskan waktu remaja yang


(4)

cukup besar dan merupakan sumber stres bagi kebanyakan siswa. Ketika siswa merasa stres di sekolah dan tidak mampu mengelolanya dengan baik maka hal ini akan mempengaruhi prestasinya di sekolah.

Prestasi merupakan hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa keterampilan. Sedangkan prestasi akademik dapat dianggap sebagai menguasai mata pelajaran yang telah ditentukan oleh sekolah. Prestasi akademik diartikan sebagai kemampuan maksimal seseorang di kelas ataupun sekolah yang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat seseoranng sehingga peserta didik mampu melakukannya dengan baik.

Namun, saat siswa dihadapkan dengan situasi permasalahan yang semakin kompleks. Tuntutan-tuntutan dari lingkungan sekitar mereka seringkali membuat mereka merasa tertekan. Kadang kala mereka merasa situasi tersebut sangan berat dan sulit untuk tangani yang menyebabkan mereka depresi. Tidak sedikit dari mereka menggunaan alkohol dan obat-obat terlarang secara berlebih sebagai bentuk pelarian dari masalah yang mereka hadapi.

Dalam menghadapi tekanan, siswa membutuhkan strategi coping yang baik agar gangguan psikofisiologis tidak terjadi dan dengan demikian tidak mengganggu psrestasi akademik di sekolah. Coping yang sesuai mengarahkan siswa untuk berhasil menghadapi stress. Ada dua macam


(5)

bentuk strategi coping, yakni emotion-focused coping dan problem-focused coping.

Bentuk coping stress yang digunakan menentukan keberhasilan individu dalam menghadapi stres. Emotion focus coping digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan emotion focus coping dilakukan melalui perilaku individu untuk meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Menurut Lazarus (1989) emotion- focused coping adalah upaya untuk mencari dan memperoleh rasa nyaman dan memperkecil tekanan yang dirasakan. Sementara itu problem- focused coping digunakan untuk mengurangi stres dengan cara mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. Problem focus coping dipakai saat individu yakin akan dapat mengubah situasi.

Siswa yang cenderung memiliki strategi coping rendah, mereka sering kali merasa cemas, khawatir, dan selalu dihadapkan dengan masalah yang sama dilain waktu. Sebaliknya, siswa yang memiliki strategi coping yang baik mereka cenderung merasa lebih baik dan memiliki tingkat depresi yang rendah pula (Pasudewi, 2012).

Pada kenyataannya individu menggunakan kedua strategi coping (problem focused coping dan emotion focused coping) tersebut dalam menghadapi tuntutan internal dan eksternal. Individu yang hanya menyelesaikan sumber masalah namun dengan mengorbankan perasaan, tidak dikatakan efektif dalam penanggulangannya. Demikian juga apabila individu berhasil


(6)

meredakan ketegangan emosinya namun tidak menyelesaikan sumber masalahnya. Untuk mencapai strategi coping yang efektif diperlukan penggunaan kedua fungsi strategi penanggulangan stres tersebut.

Masalah tersebut harus mendapat perhatian dari guru khususnya guru BK. Sesuai dengan perannya dalam memahami kebutuhan siswa, guru BK memberikan bimbingan pribadi terkait dengan pemilihan strategi coping yang tepat sesuai permasalahan yang mereka hadapi. Selanjutnya memberikan bimbingan belajar agar siswa dapat mempertahankan prestasinya meski masalah yang dihadapi begitu kompleks.